BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kajian Geografi pada dasarnya adalah membicarakan fenomena alam dan non alam manusia dalam lingkup keruangan. Dalam geografi terpadu, untuk mendekati
atau menghampiri masalah, digunakan bermacam-macam pendekatan atau hampiran yaitu pendekatan analisis keruangan spatial analysis, analisis ekologi ecology
analysis, serta analisis kompleks complexs analysis. Pendekatan yang digunakan dalam geografi terpadu tidak membeda-bedakan antara elemen fisikal dan non fisikal
Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, 1984. Studi kependudukan adalah studi yang berkenaan dengan segala aspek yang
berhubungan dengan tingkat kemakmuran penduduk, baik pada wilayah yang tertentu maupun di permukaan bumi pada umumnya. Masalah kependudukan tidak hanya
menyangkut aspek demografi, melainkan juga menyangkut hubungan antar individu serta keruangan. Karena aspek kependudukan yang dipelajari pada studi
kependudukan meliputi pula aspek keruangannya, maka studi ini erat sekali hubungannya dengan studi geografi. Obyek studi kependudukan juga merupakan
obyek studi geografi Sumaatmadja, 1988. Salah satu objek studi kependudukan yang cukup menarik untuk dipelajari
saat ini adalah menyangkut kesejahteraan penduduk. Amanat yang terkandung dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah menyebutkan bahwa negara mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan warga negaranya. Pada orde baru telah
banyak dilakukan usaha-usaha peningkatan kesejahteraan penduduk melalui beberapa program pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia semenjak tahun 1998 telah menjadikan perekonomian negara menjadi terpuruk dan berimbas pada penurunan
kesejahteraan keluarga rakyat Indonesia. Penurunan aspek kesejahteraan tersebut 1
1
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, misalnya dilihat dari pemenuhan kebutuhan primer penduduk seperti sandang, pangan dan papan. Diantara beberapa
indikator yang digunakan, indikator yang paling mudah untuk mengamati tingkat kesejahteraan penduduk adalah keadaan permukiman dan lingkungan.
Konsep kesejahteraan keluarga adalah suatu keadaan keluarga yang terpenuhi kebutuhan dasar, sosial maupun kebutuhan untuk pengembangan secara optimal
BKKBN, 1993. BKKBN dalam mengukur kesejahteraan keluarga menggunakan variabel yang berupa : pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, agama,
keluaraga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan, tabungan, informasi, dan peranan dalam masyarakat.
Menurut Biro Pusat Statistik 1992b, variabel yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan ada enam, yaitu pendidikan, kesehatan, gizi, konsumsi dan
pengeluaran rumah tangga, ketenagakerjaan, perumahan dan lingkungan. Adapun perincian indikator pengukur kesejahteraan tersebut meliputi :
1. Pendidikan : angka melek huruf, tingkat pendidikan yang ditamatkan, ketersediaan sarana pendidikan, partisipasi penduduk usia sekolah.
2. Kesehatan : sarana kesehatan, tenaga kesehatan, angka kematian bayi dan penyebab kematian, angka harapan hidup, angka kesakitan penyakit menular dan
cara pengobatan. 3. Gizi : penyediaan zat gizi dan asal bahan makanan, konsumsi energi dan protein,
status gizi balita. 4. Konsumsi dan pengeluaran rumah tangga : pengeluaran rata – rata perkapita,
pengeluaran untuk makanan, pengeluaran untuk bukan makanan serta distribusi pengeluaran.
5. Ketenagakerjaan : angka beban tanggungan angkatan kerja, angkatan kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja, status pekerjaan dan lapangan pekerjaan, jam
kerja dan upah buruh, profil tingkat pendidikan angkatan kerja. 6. Perumahan dan lingkungan : fasilitas perumahan dan lingkungan, serta keadaan
tempat tinggal. 2
Daerah penelitian ini adalah Desa Banaran dan Desa Krikilan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. Sampai tahun 2002 jumlah penduduk Desa Banaran
adalah sebanyak 4.682 jiwa dengan kepadatan 1.551 jiwakm
2
. Adapun Desa Krikilan adalah sebanyak 3.487 jiwa dengan kepadatan 776,17 jiwakm
2
. Berdasarkan data monografi kecamatan baik yang dikeluarkan tahun 1999
maupun 2002 menunjukkan bahwa Desa Banaran memiliki jumlah keluarga pra sejahtera yang paling sedikit tahun 1999 sebanyak 318 KK atau 3,87 dan tahun
2002 sebanyak 434 KK atau 5,07 dan Desa Krikilan memiliki jumlah keluarga pra sejahtera yang paling banyak tahun 1999 sebanyak 811 KK atau 9,88 dan tahun
2002 sebanyak 899 KK atau 10,49 diantara desa – desa yang lain. Berkebalikan dengan keadaan keluarga pra sejahtera, untuk keluarga sejahtera III+ tingkat
kesejahteraan keluarga paling tinggi, Desa Banaran justru memiliki jumlah yang paling banyak dan Desa Krikilan memiliki jumlah yang paling sedikit.
Tabel 1.1 Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Keluarga di Desa Banaran dan Krikilan
No Nama Desa
Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pra Sejahtera
Sejahtera III+ 1999
2002 1999
2002 Jumlah
Jumlah Jumlah
Jumlah 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
10. 11.
12. 13.
14. Keden
Trobayan Kalimacan
Jetiskarangpung Krikilan
Bukuran Ngebung
Tegalombo Banaran
Karangjati Saren
Samberembe Donoyudan
Wonorejo 678
556 490
639 811
581 586
357 318
605 578
609 684
719 8,26
6,77 5,97
7,78 9,88
7,08 7,14
4,35 3,87
7,37 7,04
7,42 8,33
8,76 568
704 488
610 899
637 524
486 434
683 577
475 688
793 6,63
8,22 5,70
7,12 10,49
7,44 6,12
5,67 5,07
7,97 6,74
5,55 8,03
9,26 -
- -
1 -
- -
- 8
- -
- -
- -
- -
11,11 -
- -
- 88,89
- -
- -
- -
- 1
4 -
- -
- 17
- 1
- -
- -
- 4,35
17,39 -
- -
- 73,91
- 4,35
- -
- Jumlah
8.211 100
8.566 100
9 100
23 100
Sumber : Monografi Kecamatan Kalijambe, 1999 dan 2002 3
Tingginya tingkat keluarga pra sejahtera di Desa Krikilan mengindikasikan adanya problem kemiskinan masyarakat yang ada di desa tersebut. Indikasi tingginya
tingkat kemiskinan tersebut relatif besar apabila dibandingkan dengan keadaan yang terjadi di Desa Banaran dimana jumlah keluarga pra sejahtera yang ada berjumlah
paling kecil. Permasalahan perbedaan tingkat kemiskinan dilihat dari perbedaan jumlah keluarga pra sejahtera yang ada di kedua desa tersebut bisa dimungkinkan
disebabkan adanya perbedaan tingkat pendidikan penduduknya. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Banaran dan Desa Krikilan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.2 Perbandingan Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Banaran dan Desa Krikilan Tahun 2002
No Tingkat Pendidikan
Desa Banaran Desa Krikilan
Jumlah Jumlah
1. 2.
3. 4.
5. Tidak Tamat SD
Tamat SD Tamat SLTP
Tamat SLTA Tamat AkademiPT
356 1.093
976 826
37 10,83
33,24 29,68
25,12 1,13
776 927
416 262
5 32,52
38,85 17,44
10,98 0,21
Jumlah 3.288
100 2.386
100
Sumber : Monografi Kecamatan Kalijambe, 2002 Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa persentase tidak tamat SD dan tamat
SD di Desa Krikilan lebih besar dibandingkan dengan Desa Banaran. Akan tetapi untuk persentase tamat SLTP, tamat SLTA dan tamat AkademiPT Desa Krikilan
lebih kecil dibandingkan dengan Desa Banaran. Perbedaan tingkat pendidikan tersebut bisa mempengaruhi perbedaan kualitas hidup dari penduduk di kedua
wilayah tersebut yang salah satunya ditunjukkan dengan perbedaan jumlah keluarga sejahtera yang ada.
Perbedaan jumlah tingkat kesejahteraan penduduk di Desa Banaran dan Krikilan dapat juga dimungkinkan dipengaruhi keadaan geografis dari kedua desa
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Desa Banaran dan Desa Krikilan berjarak kurang lebih 2 km. Desa Banaran merupakan tempat keberadaan kantor
Kecamatan Kalijambe, wilayahnya berada pada tepi jalan raya Solo – Purwodadi 4
serta memiliki topografi wilayah yang datar 0 - 3. Secara aksesibilitas, kemudahan melakukan komunikasi serta memperoleh informasi dari wilayah lain
yang lebih maju bagi penduduk Desa Banaran lebih mudah dibandingkan dengan penduduk Desa Krikilan yang letaknya jauh dari tepi jalan raya serta memiliki
topografi yang agak berbukit 8. Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Desa Krikilan adalah adanya obyek
wisata situs Sangiran yang ada di wilayahnya. Selain itu dari segi kualitas lahan pertanian yang ada di kedua desa tersebut juga memiliki perbedaan. Lahan pertanian
di Desa Banaran umumnya berjenis lahan sawah yang sudah memiliki irigasi yang teratur sehingga dapat dilakukan penanaman padi sawah minimal dua kali tahun.
Adapun Lahan pertanian di Desa Krikilan mengingat kondisi topografi wilayah umumnya berjenis lahan sawah tadah hujan yang tidak terjangkau saluran irigasi
sehingga hanya dapat dilakukan penanaman palawija atau padi gogo. Kondisi lahan pertanian tersebut jelas memberikan perbedaan pendapatan yang diperoleh sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan penduduknya. Permasalahan – permasalahan pada aspek perbedaan tingkat kesejahteraan
penduduk serta beberapa faktor penyebab secara sosial ekonomi masyarakat tersebut
maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Kesejahteraan Keluarga Di
Desa Banaran Dan Desa Krikilan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen”
1.2. Perumusan Masalah