commit to user 41
Gambar 4.6 merupakan kurva basic UV-VIS theory dari spectrum NAD dan NADH. Dari kurva terlihat bahwa masing-masing dari bahan memiliki kaurva
absorbansi yang khas. Pada panjang gelombang antara 200 nm – 300 nm cahaya yang melewati bahan akan diteruskan. Dari kurva juga jelas diperlihatkan
seebagian besar dari cahaya yang melewati bahan akan diteruskan.
Gambar 4.6. Kurva absorbansi NAD dan NADH Termo spectronic, Basic UV-VIS, Theory, Concept and Applications
Dari hasil pengukuran serapan cahaya yang dilakukan untuk bahan PMMA dan PVC Gambar 4.2 dan 4.3 juga memiliki karakter kurva yang khas
seperti kurva pada gambar 4.6. ini menunjukkan bahwa hasil pengukuran bersesuaian dengan teori. Pada panjang gelombang 200 nm – 300 nm cahaya yang
melewati bahan akan diserap serta sebagian besar cahaya yang melewati bahan akan diteruskan.
4.1.2.2.2. Indeks Bias
Penentuan nilai indek bias bahan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengukuran reflektansi dengan metode sudut Brewter. Sampel diletakkan
dalam posisi tegak dengan permukaannya disinari dengan laser HeNe dengan cahaya terpolarisasi TM Transfer Magnetic di dalam ruangan gelap Baek, dkk,
2003. Penentuan indek bias dilakukan dengan cara mencari nilai intensitas
commit to user 42
terendah yang dihasilkan dari pemantulan cahaya oleh laser HeNe terhadap bidang yaitu sampel. Atau dengan kata lain seluruh sinar hampir semuanya
ditransmisikan, nilai reflektansi mendekati nol. Sudut pantul dimana intensitas terendah didapat disebut dengan sudut Brewster. Besarnya polarisasi pada berkas
pantulan bergantung pada sudut datang cahaya. Sudut ini yang disebut sudut polarisasi, yang nilainya memenuhi persamaan 4.2.
3 =
4.2
Sudut ini terjadi jika +
= 90 , dimana adalah indeks bias materi
dimana cahaya datang, dan n adalah indeks bias diluar materi. Dari Hukum Snellius kita tahu bahwa,
sin = sin
4.3 Dengan mengganti
dengan sin90 −
maka diperoleh,
sin = sin90
−
sin = cos
4.4
Dari definisi tangen maka dari persamaan 4.4 dapat diturunkan menjadi persamaan 4.2. Sudut poalrisasi
dalam persamaan 4.2 disebut sudut Brewster dan persamaan di atas disebut hukum Brewster. Dengan
indek bias di udara = 1, maka karakterisasi material untuk memperoleh nilai indeks bias
dilakukan dengan menggunakan metode sudut Brewster yang mengikuti persamaan 4.5.
= 3
4.5
Data intensitas diambil dari pergeseran sudut antara 50 - 60
. Mengacu pada penelitian bahwa besarnya sudut Brewster diperoleh dari variasi sudut 0
– 100
dengan pergeseran sudut sebesar 10 . Dalam percobaan ini didapatkan sudut
commit to user 43
Brewter antara sudut 50 – 60
. Oleh sebab itu dalam penelitian ini dilakukan pengukuran dari rentang sudut tersebut dengan ketelitian yang lebih dipersempit
yaitu dengan pergeseran sudut sebesar 16 .
4.1.3. Karakterisasi Thermal Bahan dengan Differential Scanning
Calorimetry DSC 4.1.3.1. Hasil
Hasil pengujian DSC menggunakan sampel PMMA dan PVC di dapatkan data yang ditunjukkan pada gambar 4.7 dan 4.8. Terlihat jelas di sini bahwa suhu
glass transisi dari PMMA adalah 114,28
o
C sedang untuk PVC adalah 70,90
o
C. Suhu tersebut sebagai landasan dalam penelitian agar ketika dilakukan
pengamatan terhadap pengaruh suhu tidak membuat bahan hingga mencapai fase meleleh atau mencapai fase kristalisasi. Karena untuk mengurangi loss pada serat
optik maka serat optik polimer harus bebas dari kristal.
Gambar 4.7. Kurva karakterisasi thermal bahan PMMA