Perancangan Identitas Borondong Ibu Alit

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN IDENTITAS BORONDONG

IBU ALIT

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh:

Seni Rosdiana Nim :

51907254 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridha dan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul

“PERANCANGAN IDENTITAS BORONDONG IBU ALIT”.

Maksud dan tujuan penulisan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Studi Strata 1 pada program studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia.

Penulis merasa bahwa dalam menyusun laporan ini masih menemui beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan karunia-Nya dan membalas segala amal budi serta kebaikan pihak – pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak – pihak yang membutuhkan.

Bandung, 15 Juli 2011


(3)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Makanan tradisional Indonesia merupakan salah satu keanekaragamaan budaya yang ada di Indonesia. Dalam kehidupan sehari–hari makanan merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia, makanan pun bisa menjadi media untuk menyampaikan rasa terima kasih, ritual, mempererat kekerabatan dan lain- lain. Dalam konteks ini makanan tradisional lah yang sering kali digunakan. Di Indonesia banyak terdapat makanan tradisional yang beraneka ragam, khususnya di Jawa Barat. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang mempunyai banyak aneka makanan tradisional yang beragam. Namun saat ini pola konsumsi masyarakat mulai banyak berubah, semakin maraknya makanan modern semakin menurun pula tingkat mengkonsumsi makanan tradisional di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan banyaknya makanan produk olahan sehingga sebagian masyarakat lebih memilih makanan modern dibanding makanan tradisional agar lebih bergengsi untuk disuguhkan.

Makanan modern ditunjukan dengan kecepatan penyajian makanannya, selain itu tampilannya juga sangat menggiurkan dan pembuatan makanan biasanya menggunakan alat – alat yang sudah canggih, berbeda dengan makanan tradisional yang cara penyajiannya tergolong lama.


(4)

2 Seperti yang terjadi pada Borondong, makanan tradisional khas Jawa Barat ini mulai mengalami penurunan. Seiring perkembangan jaman popularitas borondong saat ini mulai terpinggirkan dengan banyaknya makanan olahan modern yang marak di jual di berbagai tempat. Walau perdagangan borondong masih bertahan namun pemasarannya cenderung menurun setiap tahunnya. Selain itu produk yang dipasarkan hanya di daerah asal pembuatan saja sehingga penyebabkan proses pemasaran tidak meluas. Kampung Sangkan, desa Laksana kecamatan Ibun Majalaya merupakan salah satu daerah penghasil borondong. Masyarakat di kampung ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani tetapi banyak juga yang bekerja sebagai pembuat borondong. Pembuatan borondong merupakan industri rumahan di Ibu Alit yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Ibu Alit sudah terkenal sebagai penghasil borondong namun keberadaannya kurang di ketahui masyarakat luas khusunya masyarakat di daerah kota. Keberadaan borondong hampir sama dengan sejumlah makanan tradisional lainnya, hal ini menyebabkan makanan tradisional jarang ditemui di lingkungan masyarakat.

Keberadaan borondong yang saat ini mengalami penurunan bukan hanya karena banyaknya makanan modern yang banyak di jual tetapi kurangya promosi yang dilakukan penjual mempengaruhi keadaan ini, selain kemasan yang masih sangat sederhana sehingga kurang memiliki daya tarik bagi


(5)

3 konsumen. Sebagian besar para pembuat borondong pun juga tidak memperhatikan merek borondong yang mereka jual seperti halnya Ibu Alit, ketika mereka menjual produk mereka kepasaran hanya berbentuk borondong tanpa merek apapun sehingga masyarakat pun tidak tahu pembuat atau asal borondong tersebut.

Sebagai makanan tradisional borondong juga mempunyai nutrisi yang terkandung didalamya karena bahan dasar yang mengandung zat aditif alami yaitu pemanis dari gula merah yang memberikan hasil positif pada tubuh dan pankreas, yang berarti bermanfaat bagi kesehatan (Gondosari, 2010).

Untuk itu perlu usaha untuk mengenalkan dan melestarikan makanan tradisional agar tetap mempunyai eksistensi dan tidak kalah saing dengan makanan modern yang sedang marak saat ini.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

- Maraknya makanan modern saat ini menyebabkan makanan tradisional mulai terpinggirkan sehingga makanan tradisional secara tidak langsung mulai terlupakan.


(6)

4 - Tidak adanya identitas atau merek yang jelas untuk produk borondong

Ibu Alit.

- Kurangnya promosi borondong Ibu Alit sehingga kesulitan untuk memasarkan ke daerah yang lebih luas lagi.

- Sistem pengemasan yang masih sangat sederhana sehingga kurang mempunyai daya tarik bagi konsumen.

1.3. Fokus Masalah

Penulis memfokuskan masalah dengan menciptakan identitas/merek dari produk yang sudah ada. Karena pembuatan identitas ini sangat penting mengingat tidak adanya identitas yang jelas dari produk Borondong Ibu Alit. Untuk itu perlu adanya sebuah identitas/merek untuk bisa mengenalkan borondong Ibu Alit sebagai makanan tradisional dari Jawa Barat.

1.4. Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut :

- Mengenalkan Borondong Ibu Alit sebagai makanan tradisional khas Jawa Barat


(7)

5 - Mempertahankan keberadaan Borondong Ibu Alit walaupun harus bersaing dengan makanan modern tetapi eksistensi sebagai makanan tradisional masih bisa tetap bertahan.

- Membuat kemasan yang lebih menarik untuk meingkatkan jumlah penjualan borondong Ibu Alit.


(8)

6 BAB II

PERANCANGAN IDENTITAS BORONDONG ALIT 2.1. Makanan Tradisional

Makanan tradisional merupakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat dari daerah menurut wilayah tertentu dan diolah menurut resep yang sudah turun temurun. Menurut Ayya (2010) menyebutkan bahwa “makanan tradisional itu adalah makanan yang bahannya berasal dari lingkungan kita sendiri. Memiliki dua fungsi, yaitu sebagai ketahanan pangan dan sebagai budaya.”

Di Jawa Barat khususnya di Bandung banyak terdapat aneka makanan tradisional, itu sebabnya Bandung terkenal sebagai tempat wisata kuliner. Oncom, peuyeum, surabi, kue lopis, es lilin dan lain - lain, merupakan makanan tradisional yang cukup terkenal di Bandung. Potensi kuliner Bandung cukup baik untuk dikembangkan maka dari itu perlu kesadaran dari masyarakat itu sendiri agar bisa melestarikan makanan tradisional Jawa Barat.

Pengolahan makanan tradisional masih relatif sulit dilakukan karena masih menggunakan alat – alat yang konvensional sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pembuatannya, tetapi hal ini berpengaruh pada cita rasa makanannya.


(9)

7 Menurut Lilis Komariah dalam modul gizi olahraga FPOK UPI 2005 menyebutkan adapun ciri-ciri dari Makanan Tradisional adalah sebagai berikut:

- Mengandung aneka ragam makanan dasar, seperti: Padi, ubi,sagu dll - Mengandung gizi yang cukup

- Kaya akan ramuan bumbu dan rempah alam - Bahan makanan mudah didapat.

Selain itu banyak juga keunggulan dari makanan tradisional yang mungkin belum banyak orang tahu. Berikut merupakan keunggulan dari makanan tradisional :

- Diolah dari bahan segar dan alami - Kandungan lemak relatif rendah - Relatif aman bagi kesehatan

- Sesuai dengan selera dan kebiasaan - Biaya relatif murah, juga mudah didapat - Sangat bervariasi.

2.1.1 Sejarah Borondong Gabah

Borondong adalah makanan yang terbuat dari gabah ketan yang disangrai kemudian ditambah gula merah yang telah dicairkan. Borondong adalah makanan tradisional khas kampung Sangkan,


(10)

8 Desa Laksana Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, 7 kilometer dari Majalaya atau tepatnya merupakan Desa yang berbatasan dengan Garut. Makanan ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Makanan ini merupakan makanan yang turun - temurun dari nenek moyang sejak dahulu kala. Dulu borondong dibuat hanya untuk acara hajatan saja.

Pada awal tahun 1950-an para penduduk di Kampung Sangkan mulai merintis untuk membuat borondong, tidak hanya untuk keperluan hajatan tapi untuk pesanan juga. Setelah itu mereka mulai menjual secara kecil – kecilan dengan modal seadanya, menggunakan gabah ketan dari sawah mereka sendiri dan gula yang dibeli secara kecil – kecilan dan juga pengerjaan dilakukan bersama anak dan suami. Beberapa tahun kemudian borondong pun sudah banyak langganan dan borondong semakin populer, pesanan pun semakin meningkat.

Semakin terkenal nama borondong pada tahun 1970-an lalu muncul lah lagu Borondong garing yang dilantunkan oleh penyanyi Pop Sunda yaitu Rudy Rosady.


(11)

9 2.1.2 Borondong Ibu Alit

Ibu Alit adalah salah satu pengusaha Borondong yang ada di Kampung Sangkan, beliau membuat borondong sudah puluhan tahun yang lalu, resep yang dibuat untuk membuat borondong merupakan resep yang turun temurun dari mulai cara pembuatan hingga rasa yang dihasilkan. Produksi yang dilakukan untuk pembuatan borondong hampir tiap hari guna memenuhi kebutuh konsumen.

Dari produksi borondong yang dihasilkan bisa mencapai 1000 – 3000 biji per hari.. Pemasaran borondong Ibu Alit masih skala kecil namun beliau bisa memasok ke berbagai toko – toko grosir dan pengecer di daerah Kampung Sangkan dan sekitarnya. Selain itu banyak juga pengecer yang menjual borondong Alit ke luar pulau jawa, namun pemasaran untuk ke luar pulau masih jarang dilakukan karena terbentur dengan modal yang lumayan cukup besar. Dari awal bergelut dalam pembuatan Borondong sampai sekarang Borondong produk Ibu Alit tidak mempunyai identitas merek yang jelas. Banyak hal yang menjadi penyebab tidak adanya identitas merek. Hal ini juga berpengaruh dengan kompetitor lainnya. Dengan banyaknya produk yang dipasok oleh


(12)

10 borondong Ibu Alit, maka konsumen lebih tahu dan telah menyadari borondong Ibu Alit lah yang bisa diunggulkan dibandingkan kompetitor lainnya namun tidak adanya identitas merek yang tertera pada setiap kemasan menjadi suatu masalah besar ketika banyaknya konsumen tidak mengetahui apa, siapa dan dimana produksi borondong Alit yang selama ini mereka konsumsi.

Selain itu tidak adanya identitas merek pada borondong Ibu Alit berpengaruh pada pemasaran produk, untuk itu perlu adanya pembuatan identitas merek terhadap produk, agar produk bisa dikenal oleh masyarakat luas.

Banyak strategi yang mesti dilakukan untuk pengembangan sebuah produk salah satu nya adalah merek. Keberadaan merek bermanfaat bagi pembeli, perantara, produsen maupun publik (Kotler, 2000). Bagi pembeli, merek bermanfaat untuk mencitrakan suatu produk dan membantu memberi perhatian terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka.


(13)

11 2.1.3 Jenis Borondong Ibu Alit

Untuk saat ini Industri rumahan Ibu Alit memproduksi beberapa jenis borondong diantaranya yaitu :

- Borondong Buleud

Yaitu borondong yang berbentuk bulat terbuat dari gabah yang telah disangrai kemudian dicampur dengan gula merah yang telah dicairkan lalau di bentuk di atas cetakan yang terbuat dari tempurung kelapa. Ukuran disesuaikan tempurung kelapa. - Borondong Dempak

Pada dasarnya pembuatan borondong ini sama saja dengan borondong gabah ketan hanya yang membedakan adalah bentuknya saja. Borondong ini dibuat menggunakan mangkuk keramik kecil yang hasil akhirnya borondong tersebut akan membentuk cetakan dari keramik atau bias adisebut cente yang dipakai sebagai cetakan borondongnya.

- Borondong Enten

Borondong ini bisa dikategorikan sejenis Wajit. Wajit yang terbuat dari beras ketan, kelapa dan gula merah ini dicampur jadi satu lalu untuk bagian


(14)

12 luarnya diberi bodasan (gabah ketan yang telah disangrai).

Berikut gambar jenis – jenis borondong.

Gambar II.1. Borondong Buleud Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar II.2 Borondong Dempak Sumber : Dokumentasi Pribadi


(15)

13

Gambar II.3 Borondong Enten Sumber : Dokumentasi Pribadi

2.2 Permasalahan Identitas pada Produk Borondong Ibu Alit

Masalah yang terdapat pada produk borondong adalah tidak adanya identitas/merek yang jelas dari produk yang sudah ada maka dari itu perlu adanya suatu merek untuk mengenalkan kembali produk yang sudah ada kepada konsumen.

Selain itu ada beberapa penyebab Borondong yang sampai saat ini belum memiliki identitas merek yang jelas, diantaranya :

- Tidak adanya manajemen didalam home industri ini berpengaruh pada sistem pemasaran sehingga penggunaaan merek tidak terlalu penting bagi mereka.

- Pemasaran yang masih skala kecil menyebabkan kurang adanya kesadaran dari pihak pembuat Borondong untuk berfikir membuat sebuah identitas merek yang jelas.


(16)

14 Selain identitas merek, kemasan pun menjadi salah satu permasalahan yang terjadi pada produksi Borondong Ibu Alit karena dari awal berdiri sampai sekarang Ibu Alit hanya menggunakan kemasan plastik biasa yang digunakan untuk membungkus dan memasarkan Borondongn.

Gambar II.4 Kemasan Awal Borondong Sumber : Dokumentasi Pribadi

2.3 Identitas Merek

Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler, 2003). Pembuatan merek memerlukan inovasi dan komunikasi kepada masyarakat. Merek mempunyai peran penting untuk


(17)

15 memberikan jaminan mutu kepada konsumen, sehingga konsumen akan mengetahui keunggulan atau keistimewaan dari produk yang mereka beli. Menurut Kotler (2003), merek memiliki enam level pengertian:

1. Atribut : Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.

2. Manfaat : Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. Atribut “mahal” dapat diterjemahkan menjadi manfaat emosional.

3. Nilai : Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. 4. Budaya : Merek juga mewakili budaya tertentu.

5. Kepribadian : Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.

6. Pemakai : Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

Membangun sebuah identitas merek bukan hanya menciptakan kesadaran terhadap nama atau janji kepada konsumen, tetapi bagaimana mengkomunikasikan sebuah identitas merek tersebut kepada konsumen sehingga konsumen benar - benar merasa yakin dengan produk yang kita jual.

2.2.1 Manfaat Merek

Saat ini hampir semua produk memiliki merek, dari produk yang dulunya tidak menggunakan merek sekarang mulai menggunakan


(18)

16 merek. Sebuah perusahaan/lembaga jelas membuat merek untuk keperluan perusaahaan mereka, hal ini disebabkan merek sangat lah penting. Menurut Bilson Simamora (2001) mengungkapkan bahwa manfaat merek adalah sebagai berikut :

1. Bagi konsumen manfaat merek adalah :

- Merek dapat menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu. - Merek membantu menarik perhatian pembeli terhadap produk –

produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. 2. Bagi produsen manfaat merek adalah :

- Merek memudahkan penjual mengolah pesanan dan dan menelusuri masalah - masalah yang timbul.

- Merek memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan dan ciri khas produk.

- Merek memungkinkan menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan.

- Merek membantu penjual menentukan segmentasi pasar. 3. Bagi publik merek bermanfaat dalam hal :

- Pemberian merek mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten - Merek meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat

menyediakan informasi tentang produk dan dimana membelinya. - Meningkatkan inovasi produk baru, karena produsen terdorong untuk


(19)

17 2.4 Pengertian Logo

Pada dasarnya logo adalah suatu bentuk gambar atau tanda yang dirancang menjadi simbol (Dian : 1995). Logo juga digunakan sebagai simbol untuk produk atau perusahaan, setiap produk atau perusahaan baik yang kecil dan menengah seringkali menggunakan logo sebagai identitas mereka. Logo tidak hanya sebuah tampilan grafis saja tetapi logo bisa menyampaikan pesan yang mewakili produk atau perusahaan. Logo juga dapat menunjukan kegiatan atau fungsi perusahaan yang mewakilinya. Logo yang baik itu harus jelas, mudah diingat, mudah dilihat, dan berkarakter agar mereka yang membaca tidak merasa bingung dengan logo yang dilihatnya.

Seperti yang disampaikan oleh A.B Susanto dan Himawan Wijanarko dalam bukunya Power Branding (2004) cara mengembangkan penyajian logo yang efektif itu melalui :

- Kemampuan Proteksi : Dimana dalam penyajian visual harus mempunyai aspek proteksi , terutama dari sisi legal.

- Penerimaan : Bentuk dan warna harus di pertimbangkan, sehingga dapat diterima berbagai budaya.

- Keunikan : Ditujukan untuk meminimalkan asosiasi – asosiasi yang sudah ada yaitu mengurangi kerumitan dan memudahkan untuk mengingat kepada para khalayak.


(20)

18 - Menyatu : Dalam penyajian identitas visual harus dapat menyatu

dengan informasi – informasi yang lain.

- Fleksibel : Penyajian identitas visual bisa ditempatkan di berbagai media.

- Ringkas : Penyajian Identitas visual harus ringkas dalam semua media.

2.4.1 Jenis – jenis Logo

Logo merupakan visualisasi dari sebuah perusahaan baik berupa simbol, pola gambar atau huruf tertulis yang menggambarkan citra produk, perusahaan, lembaga atau organisasi. Logo terbagi menjadi dua yaitu :

1. Logogram yaitu logo yang berupa gambar yang digunakan untuk mempromosikan produk/jasa perusahaan (Hendratmo : 2003)

2. Logotype biasanya berupa tulisan yang berkarakter dan mengikuti aksara setempat. Dalam dunia perdagangan , logotype biasanya ditampilkan sebagai kesatuan dengan logogram.

Namun saat ini banyak perusahaan / jasa yang menggunakan logo dengan menggabungkan keduanya yaitu antara logogram dan logotype. Untuk membuat sebuah logo jelas ada klasifikasi


(21)

19 logo yang baik, dalam situs www.desainstudio.com menyebutkan ciri – ciri logo yang baik diantaranya yaitu :

1. Sederhana

Logo yang baik adalah logo yang sederhana / simple. Kesederhanaan membuat logo jadi mudah diingat dan fleksibel ketika diterapkan kedalam berbagai media.

2. Unik

Logo yang baik adalah logo yang unik atau bisa dibedakan dengan logo lain sehingga masyarakat bisa membedakan terutama dengan produk pesaing.

3. Mudah diingat

Logo yang mudah diingat akan mendukung perusahaan tetap dalam posisi teratas dalam ingatan konsumen. Secara tidak langsung ini akan meningkatkan penjualan dan omset dari perusahaan.

4. Tahan Lama

Logo yang bertahan lama tentu akan sangat menguntungkan perusahaan. Redesign sebuah logo akan memakan banyak biaya dan waktu. Selain itu, perubahan logo juga dapat membingungkan konsumen dan bahkan bukan tidak mungkin akan kehilangan banyak pelanggan. 5. Fleksibel


(22)

20 Logo yang baik adalah logo yang fleksibel sehingga logo yang akan digunakan kedalam berbagai media visual seperti stempel, akrilik, faktur dll. Oleh karena itu, sebuah logo yang baik harus bisa ditempatkan kepada berbagai kondisi dan tetap tidak kehilangan bentuk sebenarnya. 6. Sesuai

Ciri lain dari logo yang baik adalah kesesuaian. Logo harus bisa menggambarkan apa yang ditawarkan oleh perusahaan.


(23)

21 BAB III

PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam pembuatan identitas merek ini untuk menyampaikan pesan dari seorang perancang/desainer kepada masyarakat. Hal ini dirasa penting karena pesan yang disampaikan kepada target sasaran diharapkan bisa tersampaikan dengan baik.

Strategi komunikasi pada perancangan ini merupakan pembuatan identitas merek pada produk Borondong Alit. Perancangan identitas merek Borondong Ibu Alit ini bertujuan untuk memberikan identitas yang jelas dan konsisten,serta pembuatan kemasan untuk Borondong Alit yang terbuat dari bahan – bahan tradsional agar kesan tradisional dari Borondong Alit tetap terjaga dengan baik. Perancangan ini bertujuan untuk mengenalkan kembali kepada masyarakat tentang Borondong Ibu Alit karena saat ini masih kurang disadari oleh masyarakat akan identitas dan keberadaan Boronodng Ibu Alit.


(24)

22 3.1.1 Tema Dasar Komunikasi

Memberikan identitas yang jelas kepada masyarakat akan keberadaan Borondong Ibu Alit sebagai makanan tradisional Jawa Barat.

3.2 Strategi Kreatif

Untuk perancangan identitas merek Borondong Ibu Alit ini, diperlukan pemahaman pada permasalahan yang ada. Untuk bisa memecahkan masalah maka strategi yang digunakan antara lain :

- Menciptakan identitas merek pada produk yang sudah ada dengan membuat logo untuk Borondong Ibu Alit.

- Memperkuat identitas merek Borondong Ibu Alit dengan membuat kemasan yang di konsep dengan baik serta tidak meninggalkan nilai – nilai tradisonal didalamnya, seperti bahan – bahan yang digunakan menggunakan kertas dan tali – tali agar terkesan menarik dan ketradisonalan yang terkandung didalamnya masih melekat pada Borondong Ibu Alit.


(25)

23 3.3 Strategi Media

Untuk proses pembuatan merek atau perancangan identitas merek ini diaplikasikan pada proses perancangan media dan pembuatan konsep desain, untuk mementukan strategi kreatif yang tepat dan efektif sesuai kebutuhan produk.

3.3.1 Pemilihan Media

Didasarakan pada permasalah yang dihadapi, maka dalam pemilihan media diharapkan bisa menjadi solusi dari permasalahn yang ada. Pemilihan media yang digunakan terbagi pada dua jenis yaitu media utama (primer) dan media penunjang (sekunder).

1. Media Utama

Media yang berkaitan langsung dengan produk Borondong Ibu Alit baik secara internal maupun eksternal. Berikut aplikasi media yang digunakan:

- Logo

Disini logo dianggap media sebagai salah satu media utama yang cukup efektif untuk penyampaian pesan dari Borondong Alit ini. Karena logo bisa mengkomunikasikan apa yang dimaksud oleh perusahaan suatu produk. Dengan logo diharapkan bisa tercipta citra visual perusahaan yang kuat sehingga bisa membangun identitas merek yang jelas dari produk Borondong Ibu Alit.


(26)

24 - Packaging / kemasan

Media melalui packaging merupakan aplikasi yang dirasa cukup penting. Karena selama ini pembuat Borondong hanya memakai kemasan yang sederhana sekali, untuk itu kemasan dirasa media yang cukup penting untuk menarik perhatian konsumen.

2. Media Penunjang

Untuk media penunjang difokuskan pada property dan gimmick. Berikut aplikasi yang digunakan :

- Kartu Nama

Media ini digunakan untuk memudahkan konsumen menghubungi pembuat Borondong Ibu Alit.

- Kantong Belanja (Shopping Bag)

Shopping bag digunakan sebagai media untuk keperluan promosi produk dan bisa memuat produk dalam jumlah banyak.

- Hangtag

Digunakan untuk aksesoris yang digantungkan pada kemasan borondong yang menggunakan plastik dimana pada hangtag tersebut terdapat jenis – jenis borondong Ibu Alit yang di buat yang mana di informasi ini disampaikan agar konsumen tahu apa saja borondong produksi Ibu Alit.


(27)

25 Digunakan sebagai bukti pembayaran kepada para distributor dan konsumen yang membeli produk Borondong Ibu Alit.

- Mini x banner

Media yang digunakan untuk memuat informasi tentang Borondong Ibu Alit.

3.4 Konsep Perancangan Baranding Borondong Ibu Alit 3.4.1 Konsep Logo

Mengambil bentuk berasal dari bahan dasar pembuatan borondong, yaitu padi. Pengambilan bentuk ini agar tidak jauh dari produk yang memang bahan dasar pembuatannya terletak pada padi. Selain itu penggunanaan pita pada logo mempunyai makna hadiah, jadi borondong bisa dijadikan sebagai hadiah atau oleh – oleh keluarga dirumah. Singkatan BA pada logo merupakan singkatan dari nama pemilik usaha Borondong dengan yaitu Borondong Alit.

Ada beberapa refensi yang diambil sebelum menentukan pembuatan logo Borondong Alit ini diantaranya yaitu :


(28)

26 Gambar III.1 Referensi Logo

Gambar III.2 Logo Borondong Alit

Logo akhir borondong memadukan dua tangkai padi yang saling berhadapan. Hampir membentuk sebuah lingkaran, bentuk untuk logo ini mengadaptasi dari bentuk borondong yang memang pada dasarnya berbentuk bulat. Penggunaan warna pada logo menggunakan warna – warna yang natural seperti warna gold dan hijau, warna gold yang digunakan dambil dari warna Borondong dan warna hijau diambil dari


(29)

27 warna daun padi, warna ini dipakai karena bahan dasar untuk pengggunaan Borondong adalah dari padi.

Huruf yang digunakan untuk headline pada logo yaitu Goodfish, huruf ini mempunyai karakter yang santai namun tegas.

3.4.2 Ilustrasi

Ilustrasi yang digunakan adalah bagian elemen dari batik garutan kemudian diolahan menjadi digital vector. Elemen visual batik sengaja di pilih agar kesan dari tradisional sunda bisa terasa pada desain dari pembuatan identitan Borondong Alit.

3.4.3 Layout

Layout yang digunakan pada setiap media yaitu landscape dan portrait. Penempatan logo juga disesuaikan dengan media yang digunakan.

3.4.4 Warna

Warna yang dominan digunakan adalah warna – warna yang natural warna emas/gold, hijau dan cokelat. Penggunaan warna ini digunakan untuk mendapat kesan natural dan tradisional pada perancangan identitas Borondong Ibu Alit. Warna tersebut digunakan pada aplikasi media yang digunakan.


(30)

28

Gambar III.2 Skema Warna

3.4.5 Tipografi

Jenis huruf yang digunakan adalah Fiolex Girl, jenis huruf yang digunakan dirasa cukup pas karena mempunya karakter yang feminim yang mana pemilihan font ini telah disesuaikan dengan target sasaran dari produk ini. Selain itu jenis Galleria juga digunakan dan mempunyai kesan tradisional sehingga pemilihan kedua font ini dirasa cukup pas .


(31)

29 Dibawah ini merupakan jenis huruf yang sudah diaplikasikan pada beberapa media.

Gambar III.3 Aplikasi huruf pada media Flyer


(32)

30 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI 4.1 Media Utama

4.1.1 Packaging / Kemasan

Kemasan yang digunakan meliputi berbagai bentuk, disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan pada produk Borondong Alit. Berbagai kemasan dan bentuk yang digunakan tetap mengacu pada konsep tradisional.

Gambar IV.1 Kemasan Kecil Keterangan :

Ukuran : 10 x 25 cm Material : Plastik


(33)

31 Gambar IV.2 Kemasan Kecil Borondong Enten

Keterangan

Ukuran : 14 x 20 cm Material : Kertas Samson Teknik Produksi : Cetak Offset


(34)

32 Keterangan

Ukuran 15 x 15 cm

Material : Besek dan Kertas Injet Teknik Produksi : Cetak Offset

Gambar IV.4 Kemasan Borondong Dempak Keterangan

Ukuran : 29 x 20 cm Material : Rotan


(35)

33 Gambar IV. 5 Kemasan Borondong Besar

Keterangan

Ukuran : 12 x 28 cm Material : Rotan

4.1.2 Media Penunjang 1. Hangtag


(36)

34 Keterangan

Ukuran : 3 x 5 cm Material : Kerta GS

Teknik produksi : Digital Printing

2. Flyer

Gambar IV. 7 Flyer Keterangan :

Ukuran : 14 x 24 cm Material : Art paper 150 gr Teknik Produksi : Digital Printing


(37)

35 3. Shopping bag

Gambar IV.8 Shopping bag Keterangan

Ukuran : 25 x 24 cm Material : Kertas Samson

Teknik Produksi : Digital Printing

4. Stempel


(38)

36 Keterangan

Ukuran : 5 x 5 cm Material : Acrylic

5. Mini X – banner

Gambar IV. 10 Mini x – banner Keterangan

Ukuran : 30 x 42 cm

Material : Glossy photo paper + laminasi doff Teknik Produksi : Digital Printing


(39)

37 6. Flag chain

Gambar IV.11 Flag chain Keterangan

Ukuran : 13,5 x 12,5

Material : Art paper 230 gram Teknik produksi : Cetak Offset

7. Kartu Nama

Gambar IV.12 Kartu Nama Keterangan

Ukuran : 4 x 9 cm Material : Art paper


(40)

38 8. Kop Surat

Gambar IV. 13 Kop Surat Keterangan

Ukuran : 21 x 29.7 Cm Material : Kertas HVS 80 gr Teknik Produksi : Cetak Offset 9. Nota dan Kwitansi


(41)

39 Gambar IV. 15 Kwitansi

Keterangan

Ukuran : 15 x 15 cm Material : Kertas NCR


(42)

40 DAFTAR PUSTAKA

Dian. & Kartika, D. (1995). Feng Shui Untuk Logo. Jakarta : Kompas Gramedia Durianto, D., Sugiarto., & Budiman, J. (2004). Strategi Memimpin Pasar.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Komariah, Lilis (2005). Makanan Tradisional. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia .

Kotler, P., & Pfoertsch,W. (2006) B2B Brand Management. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.

Simamora, Bilson. (2002). Tujuh Langkah Membangun Merek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.


(1)

35 3. Shopping bag

Gambar IV.8 Shopping bag Keterangan

Ukuran : 25 x 24 cm Material : Kertas Samson

Teknik Produksi : Digital Printing

4. Stempel


(2)

36 Keterangan

Ukuran : 5 x 5 cm Material : Acrylic

5. Mini X – banner

Gambar IV. 10 Mini x – banner Keterangan

Ukuran : 30 x 42 cm

Material : Glossy photo paper + laminasi doff Teknik Produksi : Digital Printing


(3)

37 6. Flag chain

Gambar IV.11 Flag chain Keterangan

Ukuran : 13,5 x 12,5

Material : Art paper 230 gram Teknik produksi : Cetak Offset

7. Kartu Nama

Gambar IV.12 Kartu Nama Keterangan

Ukuran : 4 x 9 cm Material : Art paper


(4)

38 8. Kop Surat

Gambar IV. 13 Kop Surat Keterangan

Ukuran : 21 x 29.7 Cm Material : Kertas HVS 80 gr Teknik Produksi : Cetak Offset 9. Nota dan Kwitansi


(5)

39 Gambar IV. 15 Kwitansi

Keterangan

Ukuran : 15 x 15 cm Material : Kertas NCR


(6)

40 DAFTAR PUSTAKA

Dian. & Kartika, D. (1995). Feng Shui Untuk Logo. Jakarta : Kompas Gramedia

Durianto, D., Sugiarto., & Budiman, J. (2004). Strategi Memimpin Pasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Komariah, Lilis (2005). Makanan Tradisional. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia .

Kotler, P., & Pfoertsch,W. (2006) B2B Brand Management. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.

Simamora, Bilson. (2002). Tujuh Langkah Membangun Merek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.