Perancangan Buku Ilustrasi Mengenal Museum Pos Indonesia

  Lembar Pengesahan Laporan Pengantar Tugas Akhir PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI

MENGENAL MUSEUM POS INDONESIA

  DK 26313/Tugas Akhir Semester II 2010/2011 Oleh: Maulida Widya Yasmin NIM: 52108008 Program Studi Desain Grafis

  FAKULTAS DESAIN UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2011

  

Kata Pengantar

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan perancangan media tugas akhir yang diberikan tepat pada waktunya. Laporan pengantar Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi salah satu syarat kelulusan dari mata kuliah Tugas Akhir, yang dimana laporan ini berisikan berbagai kegiatan dari perancangan media visual yang berupa sebuah media informasi berbentuk buku ilustrasi yang seperti telah diketahui bahwa buku ilustrasi adalah buku yang didalamnya terdapat gambar yang mendukung daya khayal dalam cerita. Selain perancangan media utama, didlam laporan ini juga berisikan uraian evaluasi data yang relevan dengan permasalahan dan penyelesaian permasalahan.

  Laporan pengantar Tug as Akhir yang mengambil judul “ PERANCANGAN BUKU

  ILUSTRASI MENGENAL MUSEUM POS INDONESIA “ ini merupakan sebuah hasil pekerjaan yang tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak yang telah merelakan waktu dan tenaganya untuk membantu penuis. Untuk itu penulis memberikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada semuah pihak yang telah membantu. Akhir kata semoga laporan pengantar Tugas Akhir yang telah penulis susun dapat memberikan ilmu dan manfaat, serta dapat memenuhi persyaratan dari mata kuliah Tugas Akhir.

  Bandung, Agustus 2011 Penulis

  

i

Bab I Pendahuluan

  1.1 Latar Belakang Dalam sebuah pidatonya Bung Karno pernah berkata, bahwa negara yang hebat adalah negara yang tidak melupakan sejarah dan jasa para pahlawannya. Sejarah sangat penting peranannya dalam kehidupan umat manusia. Dalam sebuah sejarah terdapat banyak rekaman peristiwa yang terjadi di masa lampau dalam kurun waktu yang cukup lama dalam kehidupan umat manusia.

  Agar sebuah sejarah tetap dapat terus diingat, dinikmati, dikenang dan tidak dilupakan, maka dibuatlah sebuah museum yang berfungsi sebagai tempat sekaligus wahana untuk menyimpan, menjaga, dan memamerkan benda

  • – benda yang memiliki nilai sejarah atau pun yang erat kaitannya dengan sebuah peristiwa sejarah. Kota Bandung sendiri memiliki cukup banyak museum. Dimulai dari museum yang menampilkan sejarah perposan, kemiliteran, geologi, seni dan budaya, hingga museum yang menampilkan rekaman suatu peristiwa politik penting yang pernah terjadi di kota Bandung. Salah satu diantaranya adalah Museum Pos Indonesia. Museum Pos Indonesia yang berdiri sejak tahun 1933 memiliki banyak sekali sejarah,
mulai dari bangunan gedung museum hingga sejarah dari perkembangan Museum Pos Indonesia sendiri. Museum Pos Indonesia menyimpan berbagai macam benda

  • –benda koleksi yang berkaitan dengan sejarah perkembangan komunikasi umat manusia, terutama dalam bidang perposan (pos, telepon, dan telegram) terutama di Indonesia. Benda –benda koleksi yang dimiliki oleh Museum Pos Indonesia (seperti dikutip Selayang Pandang Museum Pos Indonesia, 2008) jumlah cukup banyak baik dari koleksi sejarah yang jumlahnya ±100 buah, koleksi filateli yang kini jumlahnya lebih dari 200 buah dan koleksi peralatan yang jumlahnya ±150 buah. Jumlah koleksi yang dimiliki oleh Museum Pos Indonesia terbilang banyak, namun karena ruang lingkup dari Museum Pos Indonesia sendiri yang lebih dipusatkan di bidang pos saja, mengakibatkan beberapa dari pengunjung yang mengunjungi museum merasa bahwa koleksi yang ada di museum terkesan monoton dan menimbulkan rasa jenuh pada para pengunjung museum. Ditambah dengan beberapa koleksi museum yang hanya berupa tiruan (duplikat) bukan yang asli, serta tata letak koleksi museum yang terkesan bertumpuk padahal masih banyak ruang kosong yang ada menimbulkan rasa kurang puas dan kurang nyaman pada para pengunjung museumnya. Sehingga berdampak pada jumlah pengunjung yang mengunjungi Museum Pos Indonesia tiap harinya.
Pihak Museum Pos Indonesia telah banyak melakukan tindakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, namun sayangnya belum menunjukan hasil dan kemajuan yang signifikan.

  1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil point permasalahan apa saja yang tengah dihadapi oleh pihak Museum Pos Indonesia secara garis besar, yakni sebagai berikut : 1. Banyak koleksi museum yang di coret–coret oleh pengujung yang tidak bertanggung jawab, terutama pada patung diorama.

  2. Banyaknya koleksi museum yang hanya berupa barang tiruannya (duplikat) saja, seperti Surat Emas Raja –Raja (Golden Letter). Sehingga sebagian dari pengunjung yang datang merasa sedikit kecewa dan tidak mendapatkan kesan yang lebih mendalam mengenai koleksi museum mau pun terhadap Museum Pos Indonesia sendiri.

  1.3 Fokus Permasalahan Berdasarkan dari identifikasi dan latar belakang masalah diatas maka masalah yang ada pada Museum Pos Indonesia dapat difokuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah membuat suatu bentuk media perancangan buku ilustrasi dengan konsep

  “Learning By Doing“ untuk memberi informasi dan sekaligus untuk mempromosikan Museum Pos Indonesia kepada pelajar Sekolah Dasar ? ”

  1.4 Batasan Masalah Masalah utama yang tengah dihadapi oleh Museum Pos Indonesia saat ini adalah kurangnya suatu bentuk kegiatan promosi untuk mempromosikan Museum Pos Indonesia kepada masyarakat. Berdasarkan permasalahan tersebut maka sasaran utama atau target

  audiens dari penelitian ini ialah para pelajar, mulai dari TK (Taman

  Kanak- kanak) dan SD (Sekolah Dasar) yang memang cukup sering mengunjungi museum. Selain itu juga bisa sebagai bentuk media pembelajaran untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap museum dikalangan para pelajar tersebut.

  Dari penelitian ini, target audiens lebih difokuskan kepada kalangan pelajar dari Sekolah Dasar (SD) khususnya para pelajar dari kelas 1 hingga 3 SD yang berada di wilayah Bandung Selatan.

  1.5 Tujuan Perancangan Berdasarkan permasalah yang ada pada Museum Pos Indonesia maka untuk menemukan pemecahannya dilakukanlah sebuah penelitian dengan maksud dan tujuan utama ialah untuk memperkenalkan Museum Pos Indonesia kepada para pelajar khususnya pelajar Sekolah Dasar yang belum mengetahui atau pun tentang Museum Pos Indonesia serta belum pernah mengunjungi Museum Pos Indonesia.

  Tujuan lainnya ialah sebagai ajang untuk mempromosikan kembali Museum pos Indonesia agar semakin banyak pelajar yang tertarik untuk mengujungi Museum Pos Indonesia.

Bab II Perancang Buku Ilustrasi Mengenal Museum Pos Indonesia 2.1. Pengertian Buku Ilustrasi. Buku (seperti dikutip W.J.S Peorwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2003) dapat didefinisikan sebagai bendel kertas, lembar

  kertas yang berjilid, bendel kertas yang bertuliskan yang berisi disiplin ilmu tertentu.

  Buku banyak macamnya, dan salah satu diantaranya adalah buku ilustrasi. Buku ilustrasi merupakan buku yang didalamnya terdapat lukisan yang mendukung daya khayal dalam cerita. Didalam buku ilustrasi terdapat banyak gabungan mulai dari isi buku yang berupa teks tulisan (kumpulan huruf-huruf) dengan ilustrasi.

  Dari kedua gabungan tersebut, yang membuat isi dari buku terlihat lebih hidup adalah ilustrasi yang ada didalam buku tersebut. Istilah ilustrasi berasal dari bahasa latin yaitu

  ‘ilustrare’ yang artinya menerangkan

  sesuatu. Ilustrasi sendiri (seperti dikutip W.J.S Peorwadarminta, Kamus

  Umum Bahasa Indonesia, 2003) adalah lukisan (gambar, foto) yang

  dimaksudkan untuk membantu memperkuat daya khayal atau memperjelas maksud uraian.

  Gambar ilustrasi yaitu gambar yang dipakai untuk menjelaskan / menerangkan sesuatu berupa teks, cerita, keadaan, adegan dan peristiwa. Melalui gambar ilustrasi, diharapkan isi bacaan mudah dipahami. Sebagai contoh, untuk menjelaskan lokasi daerah lebih mudah jika ditunjukan dengan peta, begitu pula untuk mengetahui bagian-bagian pada organ tubuh kita akan lebih jelas jika menggunakan gambar ilustrasi.

  Sesuai dengan fungsinya, sebuah ilustrasi haruslah mampu menjelaskan naskah/tulisan yang mengungkapkan peristiwa/kejadian, suasana, cerita dan lain-lain melalui bentuk gambar. Untuk mencapai hal tersebut, gambar ilustrasi harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

   Komunikatif, artinya gambar ilustrasi tersebut mudah dipahami atau dimengerti sehingga pesan yang disampaikannya dapat diterima dengan baik.

   Informatif, bersifat memberikan sebuah informasi tentang pesan yang akan disampaikan.

   Gambar ilustrasi tersebut dibuat tidak rumit. Agar memudahkan orang untuk mengerti.

   Pembuatan gambar ilustrasi harus disesuaikan dengan tema atau isi teks.

  (seperti yang dikuti

  Pembuatan suatu ilustrasi juga dapat menggunakan berbagai cara, diantaranya :

   Teknik gambar tangan (drawing),yaitu ilustrasi yang digambar dengan tangan.

   Teknik fotografi yaitu ilustrasi yang dibuat dengan bantuan kamera.

   Teknik gabungan antara gambar teknik dan fotografi. (seperti yang dikuti Ada pun jenis-jenis ilustrasi pada media cetak, seperti pada buku, majalah, tabloid dan media cetak lainnya (seperti dikutip oleh.wordpress.com/2011/02/20/desain-garis-jenis- ilustrasi/), yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :

   Ilustrasi untuk karya ilmiah, seperti buku pelajaran, ilmu pengetahuan dan tabloid.

   Ilustrasi untuk karya ilmiah umumnya berupa bentuk realis, bentuk simbolis dan ada juga yang berupa bagan , skema, table dan peta.

   Ilustrasi untuk karya sastra, seperti puisi, cerpen dan novel.

2.2. Pengertian Museum.

  Definisi mengenai museum (seperti dikutip W.J.S Peorwadarminta,

  Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2003) yaitu sebuah gedung yang

  digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapatkan perhatian khusus, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu. Ketika membahas mengenai museum, ada satu aspek yang tidak bisa dipisahkan yakni sejarah. Sesuai dengan fungsi dari sebuah museum yang merupakan tempat untuk menempatkan sumber sejarah tertulis dan sumber sejarah benda. Selain itu museum juga berfungsi sebagai tempat untuk memamerkannya kepada khalayak ramai sebagai sarana edukasi.

  Menurut kepala Museum Pos Indonesia Bapak Rahmat (2010). Museum secara umum terbagi atas 2 jenis, yakni :

  1. Museum Umum Museum Umum sendiri merupakan museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

  2. Museum Khusus Museum Khusus merupakan museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

  Kemudian pengelompokkan meseum berdasarkan pada tema pameran dan koleksinya menurut Jane R Glaser dan Artemis A Zenetou (seperti dikutip International of Museum (ICOM), h.277, 1997) menyebutkan bahwa museum terdiri dari 10 jenis diantaranya :

  1. Museum Senirupa, 2. Museum Arkeologi dan Sejarah,

  3. Museum Sejarah Alam dan Ilmu Pengetahuan Alam, 4. Museum Ilmu Pengetahuan dan teknologi, 5. Museum Etnologi dan Antropologi, 6. Museum Khusus, Museum Regional, 7. Museum Umum, 8. Monumen, Situs Sejarah dan Arkeologi.

  9. Kebun Binatang, Kebun Raya, Aquaria dan Cagar Alam.

2.3. Penejalasan Dan Sejarah Museum Pos Indonesia.

  Museum Pos Indonesia merupakan wahana edukasi mengenai sejarah terutama sejarah perposan di Indonesia yang dikelola dan dimiliki oleh PT. Pos Indonesia yang bukan saja merekam sejarah panjang komunikasi umat manusia, khususnya di Indonesia melalui perposan, akan tetapi merupakan wahana budaya dan juga sosisal yang penting bagi bangsa Indonesia. Seperti yang telah dikemukakan oleh Kepala Museum Pos Indonesia yakni Bapak Rahmat, bahwa Museum Pos Indonesia merupakan suatu lembaga pendidikan non formal yang didalamnya berisikan tentang bahasan mengenai sejarah serta perkembangan perposan. Museum Pos Indonesia mempunyai visi dan misi sebagai berikut : Visi ; Museum Pos Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata yang menarik dan mampu memberikan kontribusi positif bagi peningkatan citra Perusahaan.

  Misi :

  1. Mewujudkan Museum Pos Indonesia yang mampu berperan sebagai pusat informasi, edukasi, rekreasi dan mampu mendukung pengembangan sosiokultur Perusahaan.

  2. Mengelola Museum Pos Indonesia secara professional, didukung sistem tata kelola yang baik dan teknologi informasi yang memadai.

  3. Menciptakan kerjasama yang harmonis dengan senantiasa mengikuti dinamika perkembangan masyarakat guna memberikan nilai –nilai yang positif bagi masyarakat luas.

  Museum Pos Indonesia terbuka untuk umum, mulai dari hari Senin sampai dengan Jum’at dan buka mulai dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. Lokasi museum berada di Jl. Cilaki no 73 Bandung 40115. Museum Pos Indonesia termasuk ke dalam museum khusus yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

  Pada awal pembuatannya, gedung Museum Pos Indonesia diperuntukan untuk kantor Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst (Kantor Pusat Dinas Pos, Telegraf, dan Telepon). Ini dikarenakan Dinas Pos telah secara bertahap dipindahkan dari Weltervreden Batavia ke Bandung pada tahun 1922-1923.

  Pada tanggal 27 September 1983 nama museum berganti nama menjadi Museum Pos dan Giro, dan seiring dengan perubahan status Perusahaan Pos dari Perusahaan Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi PT Pos Indonesia (Persero) pada tanggal 20 Juni 1995. Maka nama museum pun berganti kembali menjadi Museum Pos Indonesia hingga saat ini.

  Gedung Museum Pos Indonesia dibangun oleh arsitektur dan waktu yang bersamaan dan sama-sama direncanakan serta didirikan dalam kompleks Gouvernements Bedrijven (GB) dengan Pembangunan Gedung Sate, yaitu oleh seorang arsitek bernama J. Gerber .

  (seperti dikutip Sudarsono Katam, 2009. Gedung Sate Bandung) 2.4.

   Benda Koleksi Museum Pos Indonesia.

  Benda koleksi merupakan komponen yang paling utama didalam sebuah museum. Benda koleksi yang disajikan dalam sebuah museum merupakan benda yang bernilai histories, artinya benda yang pernah dipergunakan dalam sejarah pelayanan pos, baik berupa bentuk aslinya, replika mau pun yang disajikan dalam bentuk dokumentasi berupa foto atau pun video. Disamping itu juga terdapat benda koleksi yang hingga saat ini masih dipergunakan dalam oprasional pelayanan pos. Sejak tahun 1983, Museum Pos Indonesia memiliki benda koleksi berupa prangko-prangko dan benda filateli lainnnya, benda

  • –benda yang pernah
  • – dipergunakan dalam layanan pos sejak zaman Hindia Belanda, buku buku, foto-foto serta benda lainnya yang bernilai sejarah tentang
perkembangan perposan di Indonesia. Untuk memberi kemudahan dalam mengenalkan benda

  • –benda koleksi museum bagi para pengunjung, maka seluruh benda koleksi yang ada di Museum Pos Indonesia dikelompokan ke dalam 3 kelompok penyajian, yaitu : 1.

   Koleksi Sejarah.

  Benda

  • –benda koleksi museum yang berkaitan dengan sejarah pos di Indonesia, yakni :

   Surat Emas Raja –Raja “Golden Letter”, yang menampilkan duplikasi Surat Raja- Raja Nusantara.

Gambar 2.1. Ruang Surat Emas Raja –Raja “Golden Letter”.

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Lukisan bertemakan “Perjalanan Sepucuk Surat” dan “Kode Pos”.

Gambar 2.2. Ruang Lukisan “Perjalanan Sepucuk Surat”.

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Ruang mini Mas Soeharto, Kepala jawatan PTT pertama yang berisikan seperangkat kursi tamu, satu buah jam dinding dan foto keluarga serta sebuah radio Gambar 2.3. Ruang mini Mas Soeharto .

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Maket Gedung Kantor Pos Dili Timor Leste, yang pernah menjadi bagian dari wilayah Republik Indonesia.

   Foto –foto para pemimpin perusahaan sejak zaman Hindia Belanda hingga saat ini.

Gambar 2.4. Ruangan . POS Indonesia.

  Foto

  • –foto pemimpin PT

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Perkembangan logo perusahaan yang berubah seiring dengan perubahan status perusahaan, sejak perusahaan masih bernama PTT (Pos, Telepon. Telegram) hingga sekarang yang menjadi PT. Pos Indonesia.

Gambar 2.5. Ruangan logo perusahaan .

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Piagam –piagam penghargaan antara lain dari Museum Rekor Indonesia atas prestasi yang telah diraih oleh Kantor Pos Bandung yang telah berhasil mengumpulkan serta mengirim kartu pos Idul Fitri terbanyak yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia pada tahun 2002.

Gambar 2.6. Ruangan p iagam penghargaan .

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Sejarah berdirinya UNI POS SEDUNIA (UPU = UNION POSTAL UNIVERSITI) pada tanggal 9 Oktober 1874 di Bern Swiss atas prakarsa Heinrich Von Stephen.

   Patung diorama yang menggambarkan pelayanan Pos Keliling Desa (PKD) serta beberapa produk layanan seperti Cek Pos, Wisata, Amplop GNSBS, Amplop Flate Rate, Pos Expres.

Gambar 2.7. Patung diorama pelayanan Pos Keliling Desa (PKD).

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011) 2.

   Koleksi Filateli

  Benda

  • –benda koleksi museum yang berupa benda filateli yang jumlah cukup banyak ±200 buah, diantaranya berupa :

   Prangko Indonesia yang disusun berdasarkan periode penerbitannya yaitu pada zaman Hindia Belanda, Pendudukan Jepang dan Masa Perang Kemerdekaan.

Gambar 2.8. Ruangan pameran Prangko.

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Prangko yang pernah berlaku di daerah tertentu seperti prangko Riau dan Irian Barat.

   Parangko Indonesia yang disusun berdasarkan tema tertentu, yakni tema kemanusiaan, perhubungan, olah raga, flora fauna, kebudayaan, pariwiata, pramuka dan lambang daerah provinsi.

   Aneka ragam benda filateli yang terdiri dari prangko di atas prangko, prangko berhadapan, prangko bertolak belakang, souvenir sheet, sampul hari pertama, karnet dan catalog prangko.

   Benda – benda lainnya yang ada kaitannya dengan filateli, antara lain perlengkapan filateli, tanda penghargaan atas keikutsertaan pada pameran filateli internasional, pustaka filateli yang terdiri atas buku, majalah dan lainnya.

Gambar 2.9. Ruangan penghargaan .

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Gambar Sir Rowland Hill sang pencetus gagasan pemakaian prangko untuk melunasi bea masuk pengiriman surat.

   Gambar The Penny Black, prangko pertama dunia yang diterbitkan di Inggris pada tahun 1840.

Gambar 2.10. Gambar The Penny Black, prangko pertama dunia.

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Foto proses pencetakkan prangko di Perum Peruni Jakarta.

Gambar 2.11. .

  Ruangan proses pencetakkan prangko

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011) 3.

   Koleksi Peralatan.

  Benda

  • –benda koleksi museum yang menyajikan peralatan yang digunakan dalan layanan pos, yakni :

   Berbagai jenis timbangan yang pernah digunakan untuk menimbang surat, paket surat dan kiriman pos lainnya.

  .

Gambar 2.12. Timbangan yang pernah digunakan dalam perposan.

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Berbagai macam bis surat yang pernah digunakan pada zaman Hindia Belanda dari abad ke 19 “Brievenbus” hingga bis surat yang digunakan hingga saat ini.

Gambar 2.13. Ruang pameran bis surat.

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Berbagai macam cap tanggal, cap rumah pos, cap penerbit prangko hari pertama dan lainnya.

   Berbagai macam tang plombir untuk menutup kantong pos.

   Berbagai macam pakaian seragam yang dikenakan oleh para petugas pengantar pos mulai dari zaman Hindia Belanda hingga seragam yang dikenakan pada saat ini.

  Gambar 2.14.

  Pakaian seragam yang dikenakan para petugas pengantar pos.

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Berbagai tanda pangkat digunakan oleh karyawan/anggota Crops Irian Barat PTT tahun 1962.

   Berbagai jenis alat angkutan yang dipakai untuk mengangkut/mengantarkan kiriman pos, baik dalam bentuk aslinya maupun dalam bentuk market, yaitu kereta api, sepedah dan lainnya.

Gambar 2.15. Sepedah yang pernah dijadikan alat angkut kiriman pos.

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Berbagai jenis mesin tulis, mesin hitung, mesin pencetak alamat, mesin stensil, mesin cap tanggal dan mesin penjual prangko.

Gambar 2.16. Ruangan mesin Mesin tulis, mesin hitung, mesin pencetak alamat, mesin stensil, mesin cap tanggal.

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

   Berbagai jenis tas yang dipergunakan untuk proses pengiriman pos.

Gambar 2.17. Ruang pameran tas yang dipergunakan dalam proses pengiriman pos.

  Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

  Agar benda

  • –benda koleksi diatas tampil baik, indah, menarik dan mudah dipahami, pihak Museum Pos Indonesia haruslah memperhatikan beberapa unsur berikut ini :

   Komunikatif, yakni menata koleksi tepat sasaran, sehingga pesan yang ingin disampaikan mudah dipahami dan dapat diterima pengunjung dengan baik.

   Informatif, yaitu penyajian benda koleksi berikut keterangan- keterangannya, sehingga benda yang ditampilkan dapat memberikan banyak informasi tentang benda tersebut.

   Edukatif, adalah menggelar benda pameran haruslah bersifat mendidik, dengan kata lain menata benda dalam suatu pameran harus dapat menimbulkan kesadaran bagi pengunjungnya, khususnya kesadaran terhadap kebudayaan bangsanya.

2.5. Pengunjung Museum Pos Indonesia.

  Keberadaan suatu museum akan mempunyai arti jika diukur dari sejauh manakah pemerimaan masyarakat terhadap museum tersebut. Dapat dikatakan bahwa suksesnya sebuah museum sangat tergantung pada seberapa besar jumlah kunjungan masyakat. Untuk itu maka salah satu yang perlu dilakukan adalah bagaimana mengoptimalkan peran dan fungsi museum agar bermanfaat bagi kepentingan masyakat luas.

  Menurut P.H POTT Direktur Museum Ilmu Bangsa-Bangsa di Leiden, menyatakan bahwa terdapat 3 faktor yang dapat memotivasi masyarakat untuk mengunjungi museum : 1. Estetik, yaitu keinginan untuk melihat yang serba indah.

  2. Tematik Intelektual, yaitu keinginan Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang yang mereka lihat.

  3. Romantis, yaitu keinginan untuk menempatkan dirinya dalam suatu suasana yang lain yang berbeda dari lingkungan hidupnya sendiri.

  Selama ini potensial market museum atau pengunjung museum terdiri atas dua bagian, yaitu :

   Masyarakat khusus, diantaranya pelajar mulai dari TK (Taman Kanak –Kanak) hingga SMA ( Sekolah Menengah Atas), mahasiswa, perguruan tinggi (universitas), lembaga pemerintah dan lembaga swasta, media masa dan asosiasi.

   Masyarakat secara umum, diantaranya adalah masyarakat luas yang non organisasi, seperti wisatawan.

  Secara spesifik berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Museum Pos Indonesia, didapatkan data bahwa pengunjung yang paling sering mengunjungi museum adalah pelajar TK dan SD, kemudian sisanya adalah pelajar SMP, SMA dan mahasiswa. Dan untuk jumlah wisatawan yang mengunjungi Museum Pos Indonesia sendiri yang paling banyak berasal dari daerah Jakarta dan Jawa Tengah.

Gambar 2.18. Rombongan pengunjung.

  

Sumber : Dokumen Pribadi (23/02/2011)

Bab III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan. Permasalahan yang diangkat penulis tentang Museum Pos Indonesia

  adalah kurangnya informasi tentang Museum Pos Indonesia. Sebagai solusi dari permasalahan tersebut penulis merancang sebuah media informasi berupa buku ilustrasi yang diperuntukan bagi siswa Sekolah Dasar yang dimana dalam usia mereka yang rata-rata berumur 6-9 tahun.

  Buku ilustrasi tersebut mengambil konsep Learning by doing dimana informasi yang ditampilkan tidak hanya berupa lokasi gedung maupun alamat museum tetapi juga informasi mengenai apa saja yang ada didalam Museum Pos Indonesia seperti berbagai macam koleksi-koleksi museum, sehingga diharapkan para siswa Sekolah Dasar sebagai target sasan, menjadi lebih bersemangat untuk mengunjungi Meseum Pos Indonesia karena rasa ingin tahu yang besar terhadap Museum Pos Indonesia, berkat informasi sekaligus promosi yang ada didalam buku ilustrasi.

  3.2 Pendekatan Komunikasi.

  Materi pesan mengenai pengenalan Museum Pos Indonesia kepada para pelajar Sekolah Dasar dilakukan melalui media gambar dengan bentuk buku ilustrasi. Karena anak-anak lebih tertarik terhadap gambar yang dapat membuat anak berimajinasi lebih tinggi untuk menerima pesan yang ingin disampaikan dari gambar tersebut. Agar komunikasi lebih jelas dan lancar, maka diberikan sedikit teks atau tulisan dengan gaya bahasa yang tentunya cocok bagi anak-anak agar mudah diterima oleh mereka.

  Penggunaan ilustrasi yang berupa kartun dengan gaya gambar eropa karena memiliki pewarnaan yang lembut dan sederhana, detailnya pun dibuat lebih sederhana sehingga tidak berat dilihat.

Gambar 3.1. Referensi gaya gambar eropa karya Rachel Swirles.

  

Sumber : www.erlanggaforkids.com

  Pewarnaan dilakukan dengan teknik gabungan antara teknik manual dengan menggunakan pensil warna dan teknik digital (digital painting).

  .

Gambar 3.2. Referensi teknik pewarnaan yang digunakan oleh Sour Sally.

  Sumber :www.soursally.com

  Untuk layout pada buku ilustrasi ini teks yang ada hanya berfungsi sebagai penjelas detail cerita dan dibuat akan tidak mendominasi. Hal ini dilakukan karena anak-anak usia Sekolah Dasar akan cepat merasa lelah dan bosan jika harus membaca buku yang dimana teks yang lebih mendominansi.

  Gaya bahasa yang digunakan pun menggunakan gaya bahasa yang akrab dipikiran mereka, yakni Bahasa Indonesia yang tidak baku dengan penggunaan kata-kata yang singkat agar pesan di dalam buku ilustrasi ini dapat diingat oleh anak-anak.

  3.3 Strategi Kreatif.

  Agar pesan yang ada pada buku ilustrasi mengenal Museum pos Indonesia dapat tersampaikan pada target audience, maka diperlukan pendekatan- pendekan khusus yang sesuai dengan karakteristik target yang akan dituju. Pendekatan tersebut dilakukan dengan informasi yang tidak kaku yakni dengan mengemas informasi tersebut ke dalam bentuk visual.

  Untuk pendekatan mengenai pesan yang ada dalam buku ilustrasi ini disampaikan lewat alur cerita yang sederhana namun menarik. Ilustrasi yang ada pun dibuat sesuai dengan target audience yakni siswa Sekolah Dasar yang berusia 6-9 tahun dan ditampilkan lebih dominan dari pada teks agar pesan yang akan disampaikan lebih tertuang melalui ilustrasi.

  Konten yang terdapat dalam buku ilustrasi ini mencakup beberapa hal yang dapat merangsang daya pikir anak. Salah satu contohnya ketika anak mulai membuka buku ilustrasi tersebut, maka pop up yang ada didalam buku akan muncul, sehingga anak akan semakin tertarik untuk terus membuka dan membaca buku ilustrasi tersebut hingga akhir.

  3.4 Konsep Visual.

  3.4.1. Format Desain.

  Format desain buku adalah kotak dengan ukuran 20 cm x 20 cm. pemilihan format kotak ini adalah untuk memudahkan bagi anak-anak- anak untuk mencerna gambar sekaligus agar anak-anak semakin tertarik untuk membacanya lagi, karena cara membukanya yang berbeda dengan kebanyakan buku ilustrasi pop up yang lain yang di buka dari samping sehingga anak - anak membacanya dari kiri kekanan. Cara membuka buku ini ialah dengan membukanya dari atas, sehingga anak-anak tidak kesulitan untuk menikmati pop up tanpa kesulitan untuk membaca teks

  3.4.2. Ilustrasi.

  Ilustrasi yang digunakan adalah gaya gambar kartun eropa dengan detail dan pewarnaan yang lembut dan sederhana agar diterima oleh anak- anak Sekolah Dasar yang usia 6-9 tahun.

  Karakter utama yang ditampilkan pun dibuat seperti anak-anak usia 6-9, dengan tampilan visual yang lucu layaknya anak-anak pada umumnya.

  a. Kansa Kansa adalah tokoh utama dalam cerita iniyang merupakan seorang gadis kecil berusia 7 tahun. Sifatnya periang dan sangat ingin tahu, namun sedikit cengeng dan manja.

Gambar 3.3 . Karakter “Kansa”.

  b.

   Rizal

  Rizal adalah kakak laki-laki Kansa yang berusia 8 tahun yang memiliki sifat sama periang dan sangat ingin tahu seperti adiknya. Rizal sangat suka dengan sejarah dan petualangan, dia gemar membaca buku-buku cerita tentang sejarah, karena itu penulis menggambarkannya tengah membawa tumpukan buku.

Gambar 3.4 . Karakter “Rizal”.

  c.

   Ibu

  Tokoh ibu dalam cerita ini adalah tokoh pendukung. Tokoh ibu merupakan ibu muda yang berusia sekitar 30 tahun. Dia memiliki sifat yang penyabar, penuh kasih sayang kepada anak-anaknya namun tegas jika anak-anaknya berbuat nakal.

Gambar 3.5. Karakter “Ibu”.

  3.4.3. Studi Lokasi Lokasi yang digunakan dalam buku ilustrasi diambil langsung dari Museum Pos Indonesia, baik itu lokasi luar gedung, gedung, dan dalam gedung, ada pula beberapa gambar yang diambil dari internet. a.

   Lokasi Gedung.

  Lokasi ini di ambil untuk menunjukkan bahwa lokasi gedung Museum Pos letaknya bersebelahan dengan Kantor Pusat Pos.

Gambar 3.6. Lokasi Museum Pos Indonesia.

  

Sumber : Dokumen pribadi (23/02/2011)

b.

   Gedung.

  Lokasi gedung museum dari tampak depan yang merupakan pintu masuk utama menuju museum yang ada disebelah kiri.

Gambar 3.7. Lokasi gedungi Museum Pos Indonesia tampak depan.

  

Sumber : Dokumen pribadi (23/02/2011)

c.

   Lokasi dalam gedung.

  Menampilkan lokasi pertama yang ditemui ketika masuk ke dalam museum. Di sini ditampilkan beberapa benda perposan.

Gambar 3.8. keadaan di dalam Ruangan Museum Pos Indonesia.

  Sumber : Dokumen pribadi (23/02/2011) 3.4.4. Studi Warna.

  Warna-warna yang digunakan pada buku ilustrasi ini mengacu pada warna yang sering digunakan dalam perposan, yang disesuaikan dengan warna asli dari gedung museum sendiri. Warna-warna tersebut kemudian disederhanakan dan diubah menjadi warna-warna pastel agar unsur tenang dapat terasa. Warna yang digunakan pada background, cover, dan lainnya menggunakan blok warna yang tegas untuk menarik perhatian target

  audiens Gambar 3.9. Warna pada tokoh Kansa.

Gambar 3.10. Warna pada tokoh Rizal.Gambar 3.11. Warna pada tokoh ibu.

  3.4.5. Studi Huruf.

  a. Comic Sans MS.

  Font Comic Sans MS dipilih sebagai font untuk judul buku karena font ini mempunyai karakter yang mirip dengan tulisan anak Sekolah Dasar (SD) pada umumnya. Font ini tidak memiliki serif, sehingga memudahkan pembaca untuk mengenali huruf dan kesan nyaman untuk dibaca. Selain itu penggunaan font ini juga bertujuan agar anak merasa bersahabat dengan buku karena font pada buku mempunyai citra seperti tulisan anak.

  Warna yang digunakan pada judul adalah Pure Red Orange pada tulisan Museum, dan selebihnya menggunakan warna putih. Warna judul dibuat lebih mencolok untuk mengimbangi background cover, dan mengacu pada studi warna yang banyak menggunakan blok warna khususnya warna orange.

  “ Berkujung Ke Museum Pos Indonesia “

  Comic Sans MS ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

  ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

  abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

  abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

  01234567890,.;:’”?!&(/)

  123456789,.:;’”?!&(/) Gambar 3.12. Font untuk judul. b. Berlin Sans FB.

  Font berikutnya mempunyai karakter tebal dan datar. Font ini digunakan untuk bodytext dalam halaman buku dan keterangan di judul dengan menggunakan ukuran yang disesuaikan dengan layout.

  Berlin Sans FB ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

  ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

  abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

  abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

  0123456789,.;:’”?!&(/)

  0123456789,.:;’”?!&(/) Gambar 3.13. Tampilan font untuk tiap halaman.

  3.4.6. Studi Layout.

  Layout pada buku dibuat sederhana tanpa mengenyampingkan detail background agar anak yang membaca buku ini tetap fokus pada objek

  yang sedang diceritakan. Secara keseluruhan layout pada buku ilustrasi menampilkan gambar dan teks di setiap halaman. Sedang khusus

  layout untuk cover dibuat dengan menampilkan gambar yang bisa

  mewakili judul cerita dengan tidak melupakan konsep awal yaitu minimalis tapi tetap menarik.

Gambar 3.14. Layout cover dan isi buku.

  3.5. Strategi Media.

  Pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh penulis dalam hal ini adalah dengan mengemas informasi yang ada di Museum Pos Indonesia ke dalam sebuah bentuk media utama yang ditambah dengan media pendukung dan media promosi yang akan saling menunjang satu sama lainnya.

3.5.1. Media Utama.

  Media utama yang digunakan merupakan buku ilustrasi dengan bentuk pop up yang berisi informasi tentang mengenal lebih dekat Museum Pos Indonesia.

3.5.2. Media Pendukung.

  Media pendukung yang dimaksud dalam hal ini adalah media tambahan yang akan diberikan bersamaan maupun tidak dengan media utama. Media ini dimaksudkan agar menjadi suatu rangsangan bagi target audience untuk mendapatkan buku ilustrasi yang merupakan media utama.

  Ada pun media pendukung ini meliputi kemasan (packaging) dan

  gimmick buku ilustrasi : Kemasan.

   Kemasan atau packaging tidak hanya berfungsi sebagai sebuah media untuk mengemas, melindungi dan menyimpan sebuah produk saja, tetapi sebuah kemasan berfungsi sebagai media untuk mengidentifikasi dan membedakan produk buku ilustrasi ini dengan produk buku-buku lainnya. Kemasan atau packaging sendiri mempunyai nilai lebih dalam penilaian konsumen terhadap sebuah produk. Semakin unik dan menarik sebuah kemasan maka semakin baik pula penilaian dan ketertarikan komsumen terhadap sebuah produk. Hal ini lah yang membuat sebuah sebuah kemasan atau packaging sangat penting keberadaannya. Selain itu kemasan yang menarik pada produk buku ilustrasi “Berkunjung Ke Museum Pos Indonesia” akan membuat anak-anak yang memilikinya perasaan harus menjaga dan merawat buku tersebut agar dapat terus dibaca.

   Gimmick.

  Gimmick merupakan barang-barang yang akan diberikan sebagai

  media pengingat setelah pengunjung mengunjungi Museum Pos Indonesia. Media ini diberikan dalam bentuk satu kesatuan dengan media utama maupun diberikan terpisah dengan media utama.

  Gimmick yang ada akan diberikan sesuai dengan tema buku

  ilustrasi yaitu mengenal Museum Pos Indonesia. Sehingga gimmick yang diberikan pun berupa paper toys karakter-karakter dalam buku ilustrasi, pin dan stiker.

  Adapun gimmick yang diberikan terpisah dari media utama buku ilustrasi yakni, mug (cangkir), peralatan makan, dan note books beserta alat tulis yang bergambar tokoh utama dari buku ilustrasi “ Berkunjung Ke Museum Pos Inodesia”. Gimmick yang terpisah dari media utama akan dimasukan kedalam satu kesatuan berupa sebuah goodies bag atau dapat juga dimiliki secara terpisah.

3.5.3. Media Promosi.

  Menurut kamus besar bahasa Indonesia, secara harfiah kegiatan promosi adalah kegiatan komunikasi untuk meningkatkan volume penjualan dengan melakukan pameran, periklanan, demonstrasi serta usaha-usaha lain yang bersifat persuasif.

  Media promosi ini dirancang untuk dipergunakan dalam memperkenalkan Museum Pos Indonesia kepada para pelajar Sekolah Dasar dan sebagai alat bantu untuk memperkenalkan dan mempublikasikan bahwa telah diterbitkan sebuah buku ilustrasi tentang Museum Pos Indonesia. Dan berikut adalah beberapa media promosi yang akan digunakan :

   Leaflet. Leaflet merupakan media promosi yang difungsikan untuk

  menyajikan informasi yang lebih lengkap mengenai Museum Pos Indonesia. Leaflet dapat diambil oleh para pengunjung di depan pintu masuk Museum Pos Indonesia. Sehingga ketika pengunjung memasuki museum, pengunjung dapat memperoleh informasi-informasi mengenai museum melalui

  leaflet ini.

   X-Banner. X-Banner adalah media luar ruangan yang fungsinya hampir

  mirip dengan poster. Hanya saja x-banner ditempatkan di depan pintu masuk Museum Pos Indonesia. Ukuran dari x-

  barner sendiri adalah 60 cm x 160 cm. konsep tampilan x-banner disesuaikan dengan tema dari buku ilustrasi, sehingga karakter dalam buku ilustrasi ditampilkan kembali ke dalam x-banner.

   Flag Chain.

  Menurut kamus bahasa inggris, Flag Chain adalah rantai bendera. Flag Chain disini berfungsi sebagai media promosi untuk menarik perhatian target audience pada saat buku telah diterbitkan dan dipasarkan. Media ini akan diletakkan dengan cara digantung dilangit-langit setiap kantor pos dan tentunya di Museum Pos Indonesia .

  3.6. Strategi Distribusi Media.

  Media utama berupa buku ilustrasi yang telah dirancang oleh penulis, dapat diperoleh anak-anak dengan cara, mereka dapat membeli di kantor pos, atau langsung di Museum Pos Indonesia. Ini karena nantinya buku tersenbut akan ditawarkan oleh pihak Museum Pos Indonesia kepada pihak PT. Pos Indonesia untuk diterbitkan. Hal ini mengigat Museum Pos Indonesia berada dibawah naungan PT. Pos Indonesia. Untuk tahap selanjutnya Pihak PT. Pos Indonesia bekerja sama dengan pihak Museum Pos Indonesia akan mendistribusikan buku ilustrasi ini keseluruh kantor pos.

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI 4.1. Proses Perancagan Buku Ilustrasi. Proses perancangan buku ilustrasi ini dimulai dari pengembangan synopsis yang berkembang menjadi storyline yang mencangkup teks deskripsi. Setelah storyline dibuat, tahap selanjutnya adalah pengembangan menjadi

  storyboard, dimana pada tahap storyboard ini memadukan sketsa dan

  teks deskripsi. Pada proses storyboard juga sketsa mulai di layout untuk menjaga keseimbangan antara teks dan visual. Sketsa pada storyboard menggambarkan kondisi serta tingkah laku pada tokoh -tokohnya.

  Setelah proses storyboard selesai, dibuatlah sketsa awal yang sebelumnya telah melalui proses studi terlebih dahulu, yang nantinya akan berkembang menjadi hasil akhir dari visual yang akan dijadikan buku ilustrasi. Sketsa- sketsa awal tersebut kemudian mengalami proses tracing awal dengan menggunakan drawing pen, untuk memudahkan sekaligus menghidari kesalahan dalam proses pewarnaan.

Gambar 4.1. Contoh sketsa awal. Proses selanjutnya adalah proses scanning dengan menggunakan media

  

scanner. Seluruh hasil steksa yang telah di tracing dengan drawing pen

  kemudian discan dan kembali di tracing ulang menggunakan software

Adobe Ilustrator CS5, agar hasil outline dari sketsa menjadi semakin rapih.

  Setelah itu, proses pewarnaan dan pengeditan dengan mengunakan

  

software Adobe Photoshop CS3. Outline pada gambar tidak dilhilangkan

agar tetap terkesan rapih.

  Selanjutnya proses editing yang meliputi pengeditan ukuran agar seluruh sketsa berukuran sama yakni 20 cm x 20 cm, kemudian pembersihan sketsa dari sisa-sisa blok warna yang belum terhapus dengan benar saat proses pewarnaan.

  Setelah proses editing selesai maka file gambar pun siap untuk melalui proses pencetakan. Sebelum proses pencetakan dalam jumlah banyak dilakukan, dibuatlah dummy yang dicetak dengan mengunakan media kertas Art Paper 260 gr yang memiliki tektur dan berkarakter kuat sehingga tidak mudah disobek oleh anak-anak. Kertas Art Paper tersebut diprint dengan Laser Printer agar tinta tidak melebar saat terkena air.

  Pemilihan kertas dan jenis printer yang digunakan harus disesuaikan dengan proses pencetakan yang asli, agar hasil dummy dengan hasil cetak tidak berbeda.

  Setelah dummy selesai dibuat, maka dilakukan tahap pengkoreksian untuk menghindari kegagalan cetak. Jika dummy tersebut tidak megalami kegagalan maka proses percetakan pun dilakukan. Proses percetakan menggunakan proses cetak yang dimana desain akan dibagi menjadi 4 film transparan (Cyan, Magenta,Yellow, dan Black). Kemudian ke empat film tesebut diafdruk ke dalam plat platinum yang kemudian menghasilkan 4 buah platinum yang yang digunakan oleh mesin cetak. Hasil cetak kemudian dipotong dengan mensin cutting dan dirapihkan hingga ke proses penjilidan hardcover.

4.2. Media Utama.

4.2.1. Cover

  Untuk cover dibagian depan terdapat judul buku sebagai identitas buku, juga bodytext “ Berkunjung Ke Museum Pos Indonesia”, sebagai bentuk pembeda dengan buku-buku lain. Pada cover depan buku terdapat logo Pos Indonesia dan logo Museum Dihatiku sebagai penanda bahwa Museum Pos Indonesia ikut serta dalam kegiatan cintai museum kita.

  Pada cover depan terdapat karakter Kansa dan Rizal yang sedang tersenyum dan mengambil foto untuk memberikan kesan ramah dan kesan bahwa mereka memang sedang berkunjung ke tempat yang belum pernah mereka kunjungi. Dan tentunya untuk mengajak anak-anak merasa penasaran tentang isi buku ini.

  Teknis cover buku ilustrasi menggunakan teknik penjilidan

  hardcover, agar buku ini dapat tahan lama, tidak mudah robek dan isinya tidak mudah terlepas.

Gambar 4.2. Cover depan.

  Untuk cover belakang terdapat judul yang diperkecil untuk menjaga keseimbangan layout. Pada cover belakang terdapat synopsis cerita yang berkesan persuasif untuk mengajak anak membuka dan membaca buku ini. Logo-logo yang ada di cover depan dimunculkan kembali dengan format ukuran lebih kecil.

Gambar 4.3. Cover belakang 4.2.2.

   Isi Buku

  Untuk membedakan sekaligus memisahkan antara halaman cover dengan isi buku, maka dibuatlah penyekat yang berfungsi sebagai halaman pembuka buku, dan juga halaman yang berguna sebagai tempat bagi anak menuliskan nama mereka

Gambar 4.4. Halaman pembuka.

  

Halaman 1 dan 2 berisi adegan Kansa dan Rizal akan masuk ke Museum

Pos Indonesia. Halaman pertama berisikan adegan perkenalan para tokoh

yang ada didalam buku ini. Pada halaman 1, gedung museum dan seluruh

tokoh utama dibuat menjadi pop up, sedangkan pada halaman 2, dinding

lorong gedung museum dan para tokoh utama yang dijadikan pop up, agar