KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI DI KABUPATEN
LOMBOK UTARA

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh :
Julian Adetiamin
(08230084)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirohim
Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan mengucapkan Puja Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, yang maha
pengasih dan maha penyayang, yang tiada hentinya memberikan rahmad dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini (skripsi) yang
berjudul: “Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengemabangan Pariwisata
Pantai di Kabupaten Lombok Utara” yang disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar sarjana (S-1) program sarjana Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Malang. Dan tak lupa Sholawat serta salam penulis ucapkan untuk
junjungan kita Nabi kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
gelap menuju alam yang terang benerang. Semoga kita diberikan rahmat dan hidayahNya agar lebih kuat dalam menjalankan hidup di dunia ini.
Manusia tidak akan dapat menjalani hidup seorang diri, sebagai mahluk sosial
senantiasa ada ketergantungan atau pertolongan orang lain. Dalam penulisan skripsi
inipun penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan
motivasi, penjelasan, saran, kritik maupun sumbangan pemikiran. Karena itu penulis
hanya dapat mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak

Dr.

Muhadjir


Effendy,

M.AP.

selaku

Rektor

Universitas

Muhammadiyah Malang beserta seluruh jajaran Pembantu Rektor dan Staf
Rektorat UMM.
2. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammdiyah Malang.
3. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan juga selaku
Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Muhammadiyah Malang, dan Bapak Drs. Imam Hidayat, M.M
selaku Dosen Pembimbing II dan sebagi dosen penguji, yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan penjelasan, saran dan
kritiknya pada penulis.


4. Bapak Drs, Jainuri, MSi selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pemerintahan dan
juga selaku dosen penguji.
5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang telah dengan ikhlas
mentransfer ilmunya kepada penulis, dan semua karyawan yang telah banyak
membantu sehingga bisa terselesaikannya skripsi ini.
6. Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara yang telah berkenan
memberikan ijin penelitian dan Kepala Dishubparkominfo beserta jajarannya
yang telah berkenaan meluangkan waktu dan tenaganya untuk bantuan serta
petunjuk kepada penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
7. Bapak, Ibu, Kakakku dan Keluarga besarku yang ada di Kabupaten Lombok
Utara yang telah memberikan dorongan dan doa-Nya sehingga penyusunan
skripsi ini bisa penulis selesaikan.
8. Teman-teman kuliah yang pernah satu ruangan, baik yang satu tingkat, kakak
tingkat dan adik tingkat.
9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tak dapat
disebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya,
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi

ini lebih baik lagi. Semoga karya ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan
memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca, Amin.
Billahittaufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Malang,10 April 2012
Penulis,

Julian Adetiamin

Daftar Lampiran
Obyek wisata Kabupaten Lombok Utara
Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 5 Tahun 2010

DAFTAR PUSATAKA
Arikunto. Suharsimi (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi
revisi VI. Cet XIII , Rineka Cipta, Jakarta.
Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edi. Suharto. (2008), Kebijakan

Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Alfabeta,


Bandung.
Hasan. Iqbal. (2004) .Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Bumi Aksara
Irfan, Islami. (2004). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Edisi 2,
Cetakan 13, Bumi Aksara. Jakarta.
Ismail Nawawi. (2009). Public Policy: Analisis, Strategi Advokasi Teori dan
Praktek. PMN. Surabaya.
Moleong. Lexy J. (2006).Metode Penelitian Kualitatif , PT. Remaja Rosda karya,
Bandung.
Muluk Khairul,2009, Peta Konsep dan Desentralisasi Pemerintahan Daerah,, ITS
Press. Surabaya.
Nana Sudjana dan Ahwal Kusumah, (2000), Proposal Penelitian di Perguruan
Tinggi Bandung: Sinar Baru Algasindo,
Nazir. Moh. (2005), Metode Penelitian ,Cet. Ke VI Ghalia Indonesia, Jakarta.
Pamudji, (1985).Kerja Sama Antar Daerah dalam Rangka Membina Wilayah
Pitana I Gde, Diarta, I Ketut Surya, (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata.Edisi I Andi
Offset, Yogyakarta.
Saifullah, (2006)."Buku Panduan Metodologi Penelitian," Buku Ajar, disajikan
sebagai buku ajar pada mata kuliah Metodologi Penelitian, Malang:
Universitas Islam Negeri,

Silalahi. Ulber, (2009).Metode Penelitian Sosial, PT. Refika Aditama, Bandung.
Singarimbun. Masri dan Effendi. Sofian, Metode Penelitian Survai. Pustaka LP3ES.
Jakarta.
Soekanto. Soejono. (1986), Pengantar Penelitian Hukum, UI Press,, Jakarta.

Sudjana. Nana dan Kusumah. Ahwal. (2000), Proposal Penelitian di Perguruan
Tinggi. Sinar Baru Algasindo, Bandung.
Suharsimi Arikunto (2006),, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
revisi VI. Cet XIII, Jakarta: Rineka Cipta,
Syamsuddin. Haris (2007), Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Lipi Press, Jakarta.
Syarifin Pipin, Jubaedah Dedah. (2005), Pemerintahan Daerah Di Indonesia. CV.
Pustaka Setia. Bandung
Internet :
Hendry (Net Admin) http://mangkutak.wordpress.com/2009/01/05/dasar-pengertianpariwisata/. Di akses tanggal 8 februari 2012
http://Google.IndonesiaBicara.com - Lombok Utara. Di akses 30 Desember 2011.
Mulyonohttp://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/05/28/model-implementasi-kebijakangeorge-edward-iii/
Rochmanuddin http://berita.liputan6.com/read/375134/tingkat-kunjungan-turis-asingterus-naik Diakses 7 februari 2012.
Setyorini,

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/457/jbptunikompp-gdl-firmannurd-


22821-8-babii.pdf , Diakses tangal 13 februari 2012
Sunarto(fandeli,2000)http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0700290_chapt
er2.pdf, di akses 18 November 2011
Sumber Lain:
Dott. Sampurno, Jurnal “ Pengembangan Kawasan Pantai Kaitannya Dengan
Geomorfologi” Departemen Geologi – ITB.
Haedar Akib, Jurnal.” Dampak Kebijakan Publik Dalam Program Pengentasan
Kemiskinan”.
Indah Gustina, Jurnal “Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) di Kecamatan..., 2008

Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ), Kabupaten Lombok Utara 2010
Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 5 Tahun 2010
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) KLU Tahun 2011- 2015
Rencana strategis Dishubparkominfo Kabupaten Lombok Utara 2010
Profil Kabupaten Lombok Utara tahun 2011
Sutirin, Tesis.” Implementasi Kebijakan Pendataan Rumahtangga Miskin dan
Distribusi KKB Oleh Badan Pusat Statistik.
Teguh Kurniawan. Jurnal “Perumusan Kebijakaan Publik: Sumbang Saran

Pemikiran dari Berbagai Perspektif Teori yang ada” 2010.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengkaji mengenai peran pemerintah dalam sektor pariwisata tentunya sudah
tidak asing lagi bagi kehidupan kita. Pemerintah memiliki peran yang sangat sentral
dalam sebuah industri pariwisata (pariwisata pantai) terutama dalam pengelolaan
dan pengembangannya. Peran pemerintah dalam mengembangkan pariwisata
(pariwisata pantai) dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastruktur (tidak
hanya bentuk fisik), memperluas berbagai fasilitas, kegiatan koordinasi antara
aparatur pemerintah dengan pihak wisata, pengaturan dan promosi umum keluar
negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir diseluruh daerah Indonesia terdapat
potensi pariwisata, maka yang diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan
infrastruktur dan sarana-sarana pariwisata lainnya.
Pengembangan pariwisata dan pariwisata pantai pada khususnya merupakan
pengembangan yang berencana serta menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat
yang optimal bagi pemerintah, masyarakat baik dari segi ekonomi sosial dan
kultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata
kedalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik dan sosial suatu wilayah.

Mengenai hal tersebut di atas, tentu tidak terlepas dari pengambilan keputusan
atau kebijakan Pemerintah dalam menetapkan aturan atau rencana dalam merancang
strategi untuk mengembangkan pariwisata. Istilah kebijakan (policy) dan

1

2

perencanaan (planning) berkaitan erat. Perencanaan menyangkut setrategi sebagai
implementasi dari kebijakan.1
Kebijakan (policy) merupakan arah atau tuntutan dalam pelaksanaan suatu
kegiatan oleh suatu pemerintah yang diekspresikan dalam sebuah pernyataan umum
mengenai tujuan yang ingin dicapai, yang menentukan dari para pelaksana, baik di
pemerintahan maupun di luar pemerintahan, dalam mewujudkan harapan yang
ditetapkan. Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses
pembuatan keputusan-keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai
alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan
dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis, manajemen,
finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.2
Salah satu tugas pemerintah adalah sebagai perumus kebijakan publik. Agar

kebijakan publik dapat dirumuskan secara sistematik, dibutuhkan sebuah proses
yang sisitematis pula. Meskipun proses ini tidak selalu bersifat kaku, proses
perumusan kebijakan memungkinkan sistem Pemerintahan dalam merumuskan
kebijakan menjadi teratur dan memilki ritme yang jelas. Proses perumusan
kebijakan sering pula disebut sebagai lingkaran kebijakan (Policy cycle).3
Dalam dasawarsa terakhir ini, Pemerintah melakukan suatu tindakan dalam
rangka peningkatan kesejahtraan masyarakat dengan memberikan kewenangan

1

Pitana I Gde, Diarta, I Ketut Surya, Pengantar Ilmu Pariwisata.Edisi I (Yogyakarta: Andi Offset,
2009), hlm 106
2
Ibid
3
Suharto Edi, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, (Bandung, Alfabeta, 2008) , hlm. 23.

3

kepada Pemerintah Daerah untuk mengelola dan mengatur daerahnya masingmasing dengan memberikan suatu kebijakan yang diwujudkan berupa UndangUndang, mulai dari Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 kemudian di revisi menjadi

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan kemudian Undang-Undang No.12 Tahun
2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 yang lebih
menekankan mengenai

otonomi daerah, dimana Pemerintah Pusat memberikan

kewenangan yang luas dan nyata kepada pemerintah daerah guna mengatur dan
mengelola daerah menjadi lebih baik sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat.
Dalam Undang-Undang ini secara eksplisit di sebutkan bahwa Pemerintah
Pusat memberikan kewenangan yang luas dan nyata dengan kata lain diartikan
sebagai pemberian otonomi yang luas kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur
dan mengembangkan daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan daerah.
Suatu daerah yang diberikan otonomi daerah dinamakan sebagai daerah otonom.
Salah satu daerah yang di berikan otonomi dan kemudian dikatakan sebagai daerah
otonom adalah Kabupaten Lombok Utara.
Sebagai daerah otonom atau kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah, Kabupaten Lombok Utara memiliki hak, wewenang dan
kewajiban untuk mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat Kabupaten Lombok Utara sesuai dengan peraturan perundangundangan.4 Dengan demikian, Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara

4

Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ), Kabupaten Lombok Utara 2010. hlm 2.

4

memiliki wewenang yang luas dan nyata untuk mengelola dan mengembangkan
daerahnya.
Dari urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Lombok
Utara meliputi: perencanaan dan pengendalian pembangunan; perencanaan,
pemanfaatan dan pengawasan tata ruang; penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan prasarana umum; penanganan
bidang kesehatan; penyelenggaraan pendidikan; penanggulangan masalah sosial;
pelayanan bidang ketenagakerjaan; pasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil
dan menengah; pengendalian lingkungan hidup; pelayanan pertanahan; pelayanan
kependudukan dan catatan sipil; pelayanan administrasi umum pemerintahan;
pelayanan administrasi penanaman modal; penyelenggaraan pelayanan dasar
lainnya dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan dalam perundang-undangan.5
Urusan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah Kabupaten
Lombok utara meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi
untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat sesuai dengan kondisi, ke-khasan dan
potensi unggulan daerah.6
Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan mengingat Kabupaten
Lombok Utara memiliki potensi yang sangat besar dengan keindahan alam yang
terbentang sepanjang wilayah pesisir, pulau-pulau kecil sampai dengan wilayah
pegunungan (Gunung Rinjani). Keindahan alam pantai yang menjadi daya tarik

5
6

Ibid.,
Op cit. hlm.3.

5

wisatawan di Kabupaten Lombok Utara utamanya berada di kawasan pulau-pulau
kecil (3 Gili) yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang dikenal dengan
pasir putih pantainya dan keindahan bawah lautnya.7
Jumlah kunjungan wisatawan selama tahun 2008 sampai dengan 2009 di
kabupaten Lombok Utara menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
Selama tahun 2008 tercatat jumlah wisatawan mencapai 64.372 orang, terdiri dari
5.019 wisatawan domestik dan 59.353 wisatawan asing. Jumlah ini meningkat pada
tahun 2009 dengan peningkatan sebesar 7.152 wisatwan sehingga mencapai 71.524
orang wisatawan terdiri dari wisatawan asing 65.747 orang dan wisatawan domestik
5.777 orang. 8
Selain wisata pantai yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berwisata di
Kabupaten Lombok Utara, wilayah pegunungan yang menyusur sepanjang bagian
tengah wilayah Kabupaten Lombok Utara juga menjadi daya tarik tersendiri dengan
nuansa khas pegunungan yang sejuk terutama kawasan wisata Taman Nasional
Gunung Rinjani (TNGR) yang menjadi jalur pendakian pencinta gunung baik
domistik maupun asing. Wilayah pegunungan ini juga dilengkapi dengan air terjun
antara lain air terjun Tiu Pupus yang terletak di Kecamatan Gangga, air terjun Teja
di Kecamatan Kayangan, air terjun Sendang Gila dan Kelep di Kecamatan Bayan.
Di sisi lain wisata budaya dengan nilai-nilai budaya yang terjaga kearifannya
sampai saat ini menjadi daya tarik wisatawan untuk mempelajari berbagai budaya

7
8

Ibid. hlm21
Op cit.

6

yang ada di Lombok seperti Bisuk Menik atau cuci beras yang hal ini hanya
dilakukan oleh masyarakat Lombok.
Merujuk pada Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 2 Tahun
2008 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Bahwa sumberdaya
wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil secara historis sangat penting bagi
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mengingat di setiap kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Barat memiliki wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang kaya akan
keindahan alamnya. Salah satunya wilayah pesisir Kabupaten Lombok Utara dan
pulau-pulau kecil yang memiliki daya pikat wisatawan yang diantaranya Gili
Tramena (Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air), pantai sire dan pantai-pantai
lain yang membentang dari ujung barat sampai timur wilayah Kabupaten Lombok
Utara.
Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara sejauh ini telah mengeluarkan
kebijakan dalam rangka penertiban dan pelayanan penyelenggaraan angkutan
penumpang lintas Pelabuhan Bangsal dan Teluk Nare ke 3 (tiga) Gili Tramena
(Trawangan, Meno dan Air) perlu menetapkan kembali tarif angkutan penumpang
dengan memperhatikan kepentingan dan kemampuan masyarakat luas. Kebijakan
ini berupa Peraturan Bupati Kabupaten Lombok Utara No. 30 Tahun 2011 tentang
tarif angkutan penumpang lintas pelabuhan Bangsal dan Teluk Nare ke 3 (Tiga) Gili
Tramena (Trawangan, Meno dan Air).
Pemerintah daerah Kabupaten Lombok Utara juga telah berperan dalam
memberikan

fasilitas

sarana

dan

prasarana

berupa

penyediaan

layanan

7

penyebrangan lintas pelabuhan Bangsal dan teluk Nare ke ke 3 (Tiga) Gili Tramena
(Trawangan, Meno, dan Air). Dan juga menyediakan tempat pembelian tiket
penyebrangan menuju ke tiga gili tersebut. Pariwisata pantai di Kabupaten Lombok
Utara sudah tidak di ragukan lagi akan keindahannya. Terutama yang terdapat pada
ke tiga Gili yaitu, Gili Trawangan, Meno dan Air (Gili Tramena ) dan pantai sire
yang sudah cukup di kenal akan keindahan pasir putih pantainya dan keindahan
alam bawah lautnya baik oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
dan juga di dkungan dengan tempat penginapan yang memadai mulai dari hotel
berbintag, hotel melati, bungalo dan jenis penginapan lainnya.
Dalam pelestarian wilayah pariwisata pantai yang terdapat di Kabupaten
Lombok Utara. Sejauh ini pelestarian daerah pariwisata pantai sudah dilakukan,
namun hanya beberapa wilayah saja seperti Gili Tramena dan juga pantai sire.
Dalam pelestarian wilayah di Gili Tramena telah banyak dilakukan baik oleh
pemerintah setempat dan masyarakat lokal yang bersama-sama mengelola
kelestarian kondisi alamnya. Pelestarian dan pengelolaan pariwisata yang dilakukan
dengan cara mengembangbiakkan terumbu karang guna menjaga kelestarian
ekosistem bawah laut, pembudidayaan penyu dan juga memberikan beberapa
larangan baik kepada para wisatawan maupun penduduk lokal yang ada didaerah
wisata tersebut. Larangan-larangan yang di maksud seperti : dilarang membuang
sampah di sembarang tempat terutama di area pantai, dilarang menangkap hewan
seperti bururng dan sejenisnya, dan dilarang menggunakan kendaraan bermotor
sebagai alat transportasi darat di pulau tersebut. Hal ini terbukti dengan tidak

8

terdapat satupun kendaraan bermotor di pulau tersebut dan masih banyak kita
jumpai burung-burung yang berterbangan bebas di pulau tersebut.
Mengenai alat transportasi yang digunakan khususnya di Gili Tramena oleh
para wisatawan maupun masyarkat lokal untuk beraktifitas terdapat cidomo dan
sepeda dayung sebagai alat trnsportasi darat dan kapal boot sebagai alat transportasi
laut. Alat transportasi darat seperti ini digunakan karena ramah lingkungan dan
tidak menyebabkan polusi yang berakibat akan merusak ekosistem yang hidup di
pulau tersebut.
Namun dengan kekayaan alam yang melimpah berupa pariwisata pada
umumnya dan pariwisata pantai khusunya yang terdapat di Kabupaten Lombok
Utara sejauh ini belum bisa mengahasilkan hasil yang maksimal, yang mampu
mengatasi permasalahan-permasalahan yang saat ini perlu mendapatkan penanganan
serius dari pemerintah. Mulai dari persoalan kemiskinan, pendidikan, kesehatan
hingga pembangunan infstruktur jalan. Permasalahan energi di Kabupaten Lombok
Utara saat ini juga meresahkan pelaku usaha di sektor wisata dan niaga yang
memanfaatkan listrik dalam jumlah besar. Kondisi yang terjadi saat ini listrik
mengalami pemadaman bergilir setiap minggunya. Pelaku usaha menyiasati
terjadinya pemadaman ini dengan menggunakan genset namun pemakaian genset
memaksa pelaku usaha untuk merogoh kocek lebih dalam, bahkan terjadinya
pemadaman ini membuat peralatan elektronik cepat mengalami kerusakan.9 Hal ini
dikarenakan masih masih lemahnya APBD Kabupaten Lombok Utara maka dari itu
9

http:// IndonesiaBicara.com - Lombok Utara. Di akses tanggal 30 desember 2011.

9

di butuhkan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) untuk memperkuat APBD
yang nantinya mampu mengatasi permasalahan yang ada.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dibutuhkan perhatian lebih dari
pemerintah khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara yang memiliki
kewenangan dan peran penuh dalam pengelolaan potensi daerahnya. Dalam hal ini
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang perlu medapatkan penanganan
yang serius dari pemerintah daerah, di butuhkan kebijakan yang baik dan tepat dari
pemerintah daerah terhadap pariwisata pantai yang berpotensi mendapatkan
keuntungan atau pendapatan yang cukup menjanjikan terutama pantai-pantai yang
berada di Gili Tramena, pantai sire dan pantai lainnya yang sudah banyak dikenal
oleh para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Dan
nantinya bisa memberikan kontribusi dalam menangani permasalahan-permasalahan
yang ada.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Kebijakan
Pemerintah Daerah dalam menangani pariwisata pantai agar memproleh hasil yang
maksimal yang nantinya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
bisa menjadi solusi menangani permasalahan-permasalahan yang ada. Maka dengan
ini

peneliti

mengambil

judul

“Kebijakan

Pemerintah

Daerah

Pengembangan Pariwisata Pantai di Kabupaten Lombok Utara”.

dalam

10

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara dalam
Pengembangan Pariwisata Pantai di Kabupaten Lombok Utara?
2. Apa saja yang menjadi kendala Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara
dalam pengembangan pariwisata pantai di Kabupaten Lombok Utara?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh peneliti, dalam
penelitian ini terkait dengan kebijakan Pemerintah Daerah Dalam pengembangan
pariwisata pantai yang ada di Kabupaten Lombok Utara. Penelitian ini dilakukan
untuk dapat menggali secara mendasar dan mendalam terhadap bahan yang akan
dikaji untuk memperoleh hasil yang ingin dicapai. Maka dari itu, peneliti memiliki
beberapa target untuk mendapatkan informasi mengenai pemerintahan daerah serta
bagaimana mereka mengembangkan daerahnya setelah diberi kebebasan oleh
pemerintah pusat dalam mengelola daerah tersebut. Untuk beberapa target yang
akan peneliti kaji di lapangan antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara
dalam pengembangan pariwisata pantai di Kabupaten Lombok Utara.
2. Untuk mengetahui kendala Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara dalam
pengembangan pariwisata pantai di Kabupaten Lombok Utara.

11

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dan manfaat secara
akedemis maupun praktis :
1. Secara Akademis
a. Sebagai suatu wacana dan referensi bagi kaum akademisi khususnya
mahasiswa Ilmu Pemerintahan.
b. Sebagai bahan peningkatan ilmu pengetahuan tentang bagaimana kebijakan
Pemerintah Daerah dalam mengembangkan pariwisata daerahnya.
c. Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa atau siapapun yang membutuhkan
terutama dalam bidang Ilmu Pemerintahan.
d. Dapat memberikan literatur bahan ajar kepada para dosen yang semisal
mengajar mata kuliah kebijakan publik atau Otonomi daerah.
2. Secara Praktis
a. Dapat memberikan suatu deskriptif kepada Pemerintah Daerah dalam
mengembangakan pariwisata pantai sebagaimana mestinya.
b. Diharapkan dapat memberikan manfaat positif bagi Pemerintah Daerah
dalam pengembangan pariwisata pantai.

12

E. Definisi Konseptual
Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan
suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu. Bailey (1982)
menyebutnya sebagai persepsi (mental image) atau abstraksi yang di bentuk dengan
mengenaralisikan hal-hal khusus.10 Dalam sebuah penelitian yang tentunya
memiliki konsep dasar guna memberikan batasan-batasan yang berkaitan dengan
konsep dasar dalam penelitian ini. Adapun konsep yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan
Kebijakan (policy) adalah merupakan instrument pemerintahan, bukan saja
dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur Negara, melainkan
governance yang menyentuh pada sumber daya publik. Kebijakan pada intinya
merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial
dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk,
masyarakat atau warga Negara.11
2. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah adalah penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom
yang dilakukan oleh lembaga legislatif daerah sesuai dengan aspirasi

10
11

Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Bumi Aksara, 2004, hlm 12.
Suharto Edi, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakn Publik, (bandung : alfabeta, 2008) hlm 23.

13

masyarakat.12 Pemerintah Daerah merupakan pejabat pemerintah di tataran
Provinsi, Kabupaten/Kota yang berperan menjalankan pemerintahan di tataran
daerah.
3. Pengembangan
Dalam beberapa kesempatan kita sering mendengar Istilah pengembangan,
seperti pengembangan kurikulum, pengembangan sistem, dan seterusnya, namun
banyak juga yang belum tau apa yang dumaksud pengembangan.
Pengembangan berasal dari kata dasar kembang yang berarti menjadi
bertambah sempurna. Kemudian mendapat imbuan pe- dan –an sehingga menjadi
pengembangan yang artinya proses, cara atau perbuatan mengembangkan.13 Jadi
pengembangan di sini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan agar lebih sempurna dari pada sebelumnya. dalam hal ini,
pengembangan tersebut ditujukan pada pemerintah daerah Kabupaten Lombok
Utara yang memiliki tugas khusus dari pemerintah pusat untuk mengembangkan
daerahnya.
4. Pariwisata Pantai
Wisata pantai adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber potensi
bentang laut (seascape) maupun bentang-bentang darat pantai

(coastal

landscape). Pada bentang laut, kegiatan wisata yang dapat dilakukan diantaranya
berenang (swimming), memancing (fishing), mendayung (Boating), berlayar

12
13

Haris Syamsuddin (ED.), desentralisasi dan otonomi daerah, (jakarta : Lipi press, 2007) hlm 369.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) hlm.414.

14

(sailling), menyelam (daiving and snorkeling), selancar air (wave surfing),
selancar angin (wind surfing),dan berperahu dengan parasit (parasailing) pada
bentang darat pantai dapat dilakukan kegiatan olahraga susur pantai, bola voli
pantai, bersepeda pantai, panjat tebing dan menelusuri gua pantai. Selain itu pada
bentang darat pantai dapat juga dilakukan rekreasi dengan bermain layanglayang, berkemah, berjemur, berjalan-jalan melihat pemandangan, berkuda atau
naik dokar pantai.14
Sedangkan pengertian pantai “ pantai adalah kawasan dimana tempat
pertemuan dan interaksi air laut dengan daratan”.15 Wilayah pantai dan pesisir
Kabupaten lombok Utara memilki potensi untuk dikembangkan sebagi tempat
rekreasi, potensi tersebut terkandung dalam morfologi wilayah kepepesisiran
yang luas yang terbentang mulai dari ujung barat hingga ujung timur di bagian
utara daerah Kabupaten Lombok Utara.
F. Definisi Operasional
Untuk memperoleh data atau indikator-indikator yang menuju pada konsep
yang ingin di dapat maka, aktifitas penelitian ini memiliki definisi operasional atau
langkah-langkah untuk memperoleh hasil data dan metode operasional sebagai
alatnya. Adapun alat operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Lombok Utara dalam pengembangan
pariwisata pantai di Kabupaten Lombok utara
14

Sunarto (fandeli, 2000 ) http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0700290_chapter2.pdf , di
akses 18 November 2011
15
Ibid

15

a. Bentuk kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Lombok Utara dalam
pengembangan pariwisata pantai di Kabupaten Lombok Utara.
b. Sosialisasi kebijakan kepada masyarakat Kabupaten Lombok Utara dalam
pengembanagan pariwisata pantai di Kabupaten Lombok Utara.
c. Implementasi kebijakan dalam pengembangan pariwisata pantai di
Kabupaten Lombok Utara.
2. Kendala pemerintah daerah Kabupaten Lombok Utara dalam pengembangan
pariwisata pantai di Kabupaten Lombok Utara.
a. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Pemerintah daerah
Kabupaten Lombok Utara dalam pengembangan pariwisata pantai di
Kabupaten Lombok Utara.
b. Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan penegembangan pariwisata
pantai di Kabupaten Lombok Utara.
c. Dukungan finansial terhadap pengembangan Pariwisata pantai di Kabupaten
Lombok Utara.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Yaitu menyajikan satu gambar
yang terperinci tentang satu situasi khusus., setting sosial, atau hubungan.16 Mayer
dan Greenwood membedakan dua jenis deskripsi, yakni deskripsi kualitatif dan

16

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama,2009). hlm., 27

16

deskripsi kuantitatif. Deskripsi kualitatif semata-mata identifikasi sifat-sifat yang
membedakan atau karakteristik sekelompok manusia, benda atau peristiwa.
Penelitian ini menggunakan deskripsi kualitatif dengan alasan peneliti berupaya
menggali data dari responden yang telah menjadi sumber dalam penelitian ini.
Selain itu, metode deskriptif kualitatif ini dirasa cocok untuk diterapkan dalam
penelitian lapangan dengan alasan peneliti bisa berinteraksi langsung dengan
responden serta bisa mengamati langsung pergerakan objek yang akan diteliti yakni
tentang kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata pantai di
Kabupaten Lombok Utara.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti mengadakan pengamatan
langsung terhadap masalah yang ada sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi,
gambaran, data-data yang diinginkan. Tempat penelitian yang dimaksud adalah
Kabupaten Lombok Utara. Hal itu dalam rangka untuk mengetahui kebijakan
Pemerintah Daerah dalam pengembangan pariwisata pantai di Kabupaten Lombok
Utara. Untuk mempermudah mendapatkan informasi, gambaran, dan data yang
valid dari mereka. Menuurut Hamidi penjelasan Lokasi penelitian pertama,
menyebut tempat penelitian misalnya desa, komunitas atau lembaga tertentu.
Kedua, yang lebih penting adalah mengemukakan alasan adanya fenomena sosial
atau peristiwa yang dimaksud oleh kata kunci penelitian, terjadi di lokasi tersebut

17

(yakni tindakan kontoversi). Terakhir, adanya kekhasan lokasi itu yang yang tidak
dimiliki oleh lokasi lain sehubungan dengan atau yang terkait dengan penelitian.17
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan subjek yang dapat secara valid memberikan data
atau informasi sekaligus bahan sesuai dengan objek yang diteliti. Pengertian subjek
yang di maksud dalam penelitian ini adalah para pejabat daerah yang dimana
dianggap sebagai aktor regulasi, pihak swasta yang dianggap sebagai salah satu
steakholder dalam sebuah industri, dan masyarakat lokal sebagai aktor yang
merasakan input/output sebuah industri. Hal ini sebagai unsur variabel penentu agar
secara mudah untuk mendapatkan beberapa sumber data dari subjek yang akan
diteliti. Ada beberapa subjek yang peneliti inginkan agar bisa mendapatkan apa
yang dibutuhkan. Diantarnya sebagai berikut :
a. Bappeda Kabupaten Lombok Utara
b. Dishubparkominfo
c. Kepala Bidang Pariwisata
d. Swasta
e. Masyarakat
f. Akademisi

17

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif aplikasi praktis pembuatan proposal dan laporan penelitian.
UMM Pres,2004. Hlm.69.

18

4. Sumber Data
Sebagaimana pengklasifikasian yang dianut oleh Suharsimi, sumber data
diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan huruf ,18 yaitu:
1. P = person, sumber data berupa orang. Yaitu sumber data yang bisa
memberikan data berupa jawaban lisan mealui wawancara atau jawaban
tertulis melalui angket.19 Pada poin ini peneliti akan mewawancarai kepala
dinas pariwisata atau pegawainya yang mampu memberikan informasi dan
data-data yang berkaitan dengan penelitian, pemilik hotel dan sejenisnya
yang berperan sebagai sektor swata, wisatawan dan masayarakat lokal.
2. P = place, sumber data berupa tempat.20 Dalam hal ini peneliti menggali
informasi atau data di Kabupaten Lombok Utara.. Kabupaten Lombok Utara
memiliki potensi wisata yang sangat menarik untuk dikaji lebih jauh karena
sebagian besar wilayah Kabupaten Lombok Utara memiliki pantai yang
indah dan menarik untuk di teliti.
3. P = paper, sumber data berupa simbol. Yaitu sumber data yang menyajikan
tanda-tanda berupa huruf, angka gambar atau simbol-simbol lain.21 Dalam
poin yang ke tiga ini, peneliti menggunakan dokumen-dokumen instansi
terkait seperti monografi kabupaten, Peta Kabupaten, dan foto-foto yang

18

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi revisi VI. Cet XIII
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm 7.
19
Ibid.
20
Op cit
21
Op cit

19

berkaitan dengan penelitian ini.misalnya foto-foto pantai yang ada di
kabupaten Lombok utara.
Selain itu, sumber data penelitian ini juga dibagi menjadi dua jenis data,
yakni:
1. Data Primer (data yang diperoleh langsung dari sumber pertama).
Dalam data primer yang akan peneliti dapatkan dari informan
khususnya informan yang memahami tentang Implementasi kebijakan
pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata pantai di Kabupaten
Lombok Utara. Data primer dalam penelitian ini seperti para pejabat sebuah
Intansi Pemerintahan, pihak swata atau Investor. dan masyarakat lokal yang
secara langsung yang terlibat didalamnya.
Dari sumber data primer ini akan sangat membantu peneliti untuk
memperoleh data yang valid dan lengkap terhadap apa yang peneliti teliti.
Dimana data primer tersebut berkaitan dengan sektor pariwisata dan juga
sebagai pemain kebijakan. Istilah lain untuk pemain kebijakan adalah
Stakeholder

kebijakan.

Stakeholder

(pemangku

kepentingan)

yang

dimaksudkan disini adalah individu, kelompok atau lembaga memiliki
kepentingan terhadap suatu kebijakan.22
2. Data Sekunder (data pelengkap yang didapat dari sumber kedua).
Data sekunder dapat berupa buku-buku, catatan tentang kasus di
lapangan, dokumentasi, rekaman, dll. Dalam penelitian ini, selain peneliti
22

Suharto Edi, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakn Publik, (bandung : alfabeta, 2008) , Hlm 24.

20

mendapatkan data dari sumber pertama peneliti juga mendapatkan sumber
kedua dari buku-buku, majalah atau peneliti terdahulu yang menjelaskan
tentang kebijakan Pemeritah Daerah dalam Pengembangan Pariwisata.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan tiga metode pengumpulan data, yakni sebagai
berikut:
1. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau pengamatan
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa
ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.23 Dengan metode
observasi dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan
sosial yang sukar diperoleh dengan metode lain. Observasi juga dilakukan
bila belum banyak keterangan dimiliki tentang masalah yang kita teliti.
Observasi dilakukan untuk menjajakinya. Jadi, ia berfungsi sebagai
eksplorasi.24
Penggunaan metode observasi ini memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk
mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan dan sebagainya sewaktu
kejadian tersebut berlaku atau sewaktu perilaku tersebut terjadi.

23
24

Moh. Nazir, Metode Penelitian ,Cet. Ke VI (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hlm 175.
Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah), Cet. Ke IX (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm 106.

21

b. Melalui pengamatan langsung dapat diperoleh data dari subjek baik
yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal maupun yang tidak mau
berkomunikasi secara verbal.25
Teknik Observasi, pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap segala sesuatu yang terjadi di lapangan yang
berkaitan dengan pariwisata pantai dan kebijakan pemerintah daerah
Kabupaten Lombok Utara dalam pengembangan pariwisata pantai agar
diperoleh data yang akurat dan valid untuk penyusunan penelitian.
2. Interview (wawancara)
Wawancara adalah suatu percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan; dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dengan interview atau wawancara
adalah suatu proses untuk memperoleh data dan keterangan di dalam
penelitian dengan cara tanya jawab. Adapun teknik atau metode wawancara
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan interview giude (panduan
wawancara).26 Teknik ini digunakan untuk memperoleh data-data dari para
informan yang memiliki relevansi dengan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini.

25
26

Moh. Nazir, Op.Cit.
Soejono Soekanto (1986),”Pengantar Penelitian Hukum” Jakarta: UI Press, hlm 25

22

Kalau ditinjau dari jenisnya,

wawancara ada dua macam, yakni

wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur adalah proses wawancara dengan persiapan pertanyaanpertanyaan yang disusun secara rapi dan ketat. Pada jenis ini proses tanya
jawab mengalir sesuai keadaan dan ciri yang unik dari responden 27 (atau
dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah informan).
Namun dalam penelitian ini wawancara yang digunakan peneliti bukan
wawancara terstruktur maupun wawancara tidak terstruktur, melainkan
peneliti menggunakan gabungan antara keduanya, yakni wawancara semi
terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah wawancara dengan
menggunakan sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan dalam garis
besarnya. Disini pertanyaan tidak tersusun secara ketat, sehingga
memudahkan peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan guna
mendapatkan informasi yang lebih mendalam dengan menyesuaikan sesuai
keadaan dan ciri yang unik dari informan.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan salah satu metode yang digunakan
dalam pengumpulan data dengan cara mencari informasi, hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

27

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2006), hlm 190191

23

notulen, rapat, foto, agenda dan sebagainya.28 Dalam penelitian, peneliti
mengumpulkan data-data berupa peta lokasi Kabupaten Lombok Utara,
Gambar tempat peneliti melakukan penelitian, foto-foto wisatawan yang
sedang berwisata di pantai, foto masyarakat Lokal yang berada diwilayah
Pantai, foto infrastruktur yang mendukung objek wisata dan foto lainnya
yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif dengan beberapa tahapan analisis sebagai berikut:
a.

Pengeditan: adalah pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh
terutama dari kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta
relevansinya dengan kelompok data lain.29 Memeriksa kembali data-data,
yaitu dengan menggunakan sumber primer (observasi, wawancara, dan
dokumentasi) dan skunder (buku-buku penunjang) yang didapat untuk
kemudian dilakukan pengecekan mengenai validitas data yang telah
diperoleh dalam hal ini peneliti memeriksa pembahasan tentang kebijakan
pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata panatai dari buku dan
artikel-artikel yang kemudian terdapat data yang ditambah dan dihapus
untuk mencari data yang valid.

28

Suharsimi Arikunto,( 2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi VI. Cet
XIII Jakarta: Rineka Cipta, hlm 231.
29
Saifullah, "Buku Panduan Metodologi Penelitian," Buku Ajar, disajikan sebagai buku ajar pada mata
kuliah Metodologi Penelitian (Malang: Universitas Islam Negeri, 2006).

24

b.

Verivikasi: adalah langkah dan kegiatan yang dilakukan pada sebuah
penelitian untuk memperoleh data dan informasi dari lapangan dan harus
di-cross check kembali agar validitasnya dapat diakui oleh pembaca.30
Proses pengelompokan atau organizing data-data yang sesuai dan tidak
sesuai, kemudian dipaparkan dan disesuaikan dengan permasalahan yang
ada. Hal ini untuk mempermudah dan memberi fokus kepada obyek yang
akan diteliti. Kemudian peneliti mengumpulkan semua data-data yang
berkaitan dengan pembahasan yang diteliti kemudian mengelompokkan
sehingga diketahui data yang tidak sesuai dan yang sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti.

c.

Pengklasifikasian: yaitu menyusun dan mensistematisasikan data-data
yang diperoleh dari para informan ke dalam pola tertentu guna
mempermudah pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan.31 Setelah kita mengelompokkan data yang sudah sesuai
kemudian kita mengecek kebenarannya, dalam hal ini peneliti mengecek
keabsahan data tersebut melihat realita sosial tentang kebijakan
pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata pantai dan kendala
pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata pantai.

d.

Analisis data: yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat

30

Nana Sudjana dan Ahwal Kusumah, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi (Bandung: Sinar Baru
Algasindo, 2000), hlm 85.
31
Ibid. hlm. 85

25

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, terakhir
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.32 Di sini
peneliti mencoba menganalisis permasalahan yang terjadi di Kabupaten
Lombok

Utara

tentang

kebijakan

pemerintah

daerah

dalam

pengembangan pariwisata pantai, dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif.

32

Op cit., hlm 280.