Potensi Tindak Pidana Penipuan Melalui Media Jejaring Sosial

(1)

POTENSI TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI MEDIA JEJARING SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Pengguna Smartphone di Universitas Lampung)

(Skripsi)

Oleh

BASKARA ABRIYANTO

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

POTENTIAL FRAUD CRIME THROUGH SOCIAL MEDIA NETWORK (Smartphone User Study On Students at the University of Lampung)

BY

BASKARA ABRIYANTO

This study aims to determine the potential for criminal fraud through social media on student views of smartphone users own a smartphone and a boost to digital divide happens. The research approach used in this study is a qualitative approach to data collection methods were performed with observation and in-depth interviews. Technical analysis is done by means of data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the study show that smartphone ownership is not only based on the communication needs, but also to keep up-to-date and as a tool to raise self-esteem in the community over the ownership of a smartphone. Although the students as a part of people who are aware of the changes in technology, the digital divide persists among students. Potential or possibility of a person to be a victim of fraud through social networking media is influenced by four things: the routine accessing of social networking media, information processing, behavior using social networking media, and response. Based on the research, the overall conclusion that the possibility of fraud through social media based on the urge to have a smartphone and the digital divide is happening, and is affected by the routines to access social media, information processing, using social networking media behavior and response.


(3)

ABSTRAK

POTENSI TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI MEDIA JEJARING SOSIAL

(Studi Pada Mahasiswa Pengguna Smartphone di Universitas Lampung) OLEH

BASKARA ABRIYANTO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tindak pidana penipuan melalui media jejaring sosial pada mahasiswa pengguna smartphone dilihat dari dorongan untuk memiliki smartphone dan digital divide yang terjadi. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam. Teknis analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan smartphone tidak hanya didasari oleh kebutuhan komunikasi, tetapi juga agar selalu up-to-date dan sebagai alat untuk menaikkan harga diri dimasyarakat atas kepemilikan smartphone. Meskipun mahasiswa sebagai bagian masyarakat yang paham terhadap perubahan teknologi, digital divide tetap terjadi pada kalangan mahasiswa. Potensi atau kemungkinan seseorang untuk menjadi korban penipuan melalui media jejaring sosial dipengaruhi oleh 4 hal, yaitu rutinitas mengakses media jejaring sosial, pengolahan informasi, prilaku dalam menggunakan media jejaring sosial, dan respon. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka kesimpulan secara keseluruhan yaitu kemungkinan terjadinya penipuan melalui media jejaring sosial didasari oleh dorongan untuk memiliki smartphone dan digital divide yang terjadi, serta rutinitas mengakses media jejaring sosial, pengolahan informasi, prilaku menggunakan media jejaring sosial dan respon. Kata Kunci : Potensi, Penipuan, Jejaring Sosial, Digital Divide


(4)

ABSTRACT

POTENTIAL FRAUD CRIME THROUGH SOCIAL MEDIA NETWORK (Smartphone User Study On Students at the University of Lampung)

BY

BASKARA ABRIYANTO

This study aims to determine the potential for criminal fraud through social media on student views of smartphone users own a smartphone and a boost to digital divide happens. The research approach used in this study is a qualitative approach to data collection methods were performed with observation and in-depth interviews. Technical analysis is done by means of data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the study show that smartphone ownership is not only based on the communication needs, but also to keep up-to-date and as a tool to raise self-esteem in the community over the ownership of a smartphone. Although the students as a part of people who are aware of the changes in technology, the digital divide persists among students. Potential or possibility of a person to be a victim of fraud through social networking media is influenced by four things: the routine accessing of social networking media, information processing, behavior using social networking media, and response. Based on the research, the overall conclusion that the possibility of fraud through social media based on the urge to have a smartphone and the digital divide is happening, and is affected by the routines to access social media, information processing, using social networking media behavior and response.


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Baskara Abriyanto, anak keempat dari empat bersaudara. Putra dari pasangan Bapak Sayoto. S.H. dan Ibu Yoeniar S.Pd. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 05 Oktober 1992.

Penulis menyelesaikan Taman Kanak-Kanak di TK Sriwijaya Bandar Lampung pada tahun 1998, dan menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD Kartika II-5 Bandar Lampung pada tahun 2004, dan menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 12 Bandar Lampung pada tahun 2007, setelah tamat SMP, penulis meneruskan pendidikan ke SMA YP Unila Bandar Lampung pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Universitas Lampung Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Sosiologi pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2014.


(10)

MOTO

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa

bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis, dan pada kematianmu

semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.

(Mahatma Gandhi)

Life is a choise, just choose you’r way and don’t ever look back!!

(Han – Fast and Furious Tokyo Drift)

Time stays long enough for anyone who will use it

(Leonardo Da Vinci)

If someone is strong enough to bring you down,

show them you are strong enough to get up.


(11)

Persembahan

Dengan mengucap Syukur kepada Allah SWT dan dengan segala ketulusan

serta kerendahan hati, kupersembahkan karya kecil ini kepada orang-orang yang

kusayangi :

Ayahanda Sayoto dan Ibunda Yoeniar

yang sangat aku cintai dan sayangi, terimakasih atas doa, nasihat,

pengorbanan, dan kasih sayang yang tiada henti demi keberhasilanku

Saudara-saudara ku dan keluarga besar

Terima kasih atas doa, nasihat serta motivasinya, karena kalian aku

bisa bersemangat belajar dan bercanda ria

Para Pendidik ku

Atas bimbingan dan ajarannya hingga aku dapat melihat

dunia dengan ilmu dan mempunyai keberanian untuk

menghadapi hidup

Sahabat-sahabat ku

Menemaniku saat suka dan duka, memberikan canda dan tawa,

pengalaman serta menjadikan hari-hari yang ku lalui lebih berwarna

dengan kebersamaan


(12)

SANWACANA

Bismilahirrahmanirrohim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah dan inayah-Nya di setiap perjalanan hidup dalam menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potensi Tindak Pidana Penipuan Melalui Media Jejaring Sosial” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan kepada penulis. Atas segala bantuan yang diterima, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, serta PD I, PD II dan PD III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Susetyo M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H., selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.


(13)

4. Bapak Drs. Bintang Wirawan, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberi pengarahan yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. I Gede Sidemen, M.Si., selaku Pembahas Dosen yang telah memberikan banyak masukan, kritikan dan arahan yang bapak berikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Pairul Syah, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam hal akademik selama proses penyelesaian skripsi ini. 7. Terimakasih banyak kepada seluruh dosen jurusan Sosiologi yang telah

banyak memberikan ilmu dan inspirasi besar dalam hidup penulis, Pak Susetyo, Bung Pay, Pak Gede, Pak Gunawan, Pak Syani, Pak Bintang, Pak hartoyo, Pak Ikram, Pak Suwarno, Pak Fahmi, Ibu Dewi, Ibu Yuni, Ibu Paraswati, Ibu Anita, Ibu Erna, Ibu Vivit, Ibu Endry dan seluruh Staf-staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, terimakasih untuk setiap pengetahuan dan motivasi baru yang penulis peroleh setiap harinya selama kuliah.

8. Kepada kedua orang tua ku, Ayahanda tercinta Sayoto, S.H terimakasih atas semua nasihat, motivasi dan doa yang telah diberikan dari kecil hingga saat ini, sehingga menjadikan anakmu ini sebagai pribadi yang kuat dalam menjalani setiap tantangan hidup. Ibunda tercinta Yoeniar.S.Pd. terimakasih atas semua pengorbanan, kesabaran, motivasi, dan doa yang tidak terputus untuk anakmu ini. Serta tidak pernah bosan-bosannya untuk terus menyemangati untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kuucapkan kepada kalian, sebuah anugrah yang indah menjadi anak dari kalian.


(14)

9. Kakak-kakakku Aditia Pandu W, Dini Windiasari, dan Ridho Adi Nugroho terimakasih atas dukungan, semangat, canda tawa dan doa yang tak kunjung henti dan tak terkira hingga penulis menyelesaikan studi ini. Terimakasih atas semuanya.

10.Keponakan-keponakanku tercinta Arkan, Faiz, dan Aqila terimakasih atas keceriaan yang kalian berikan. Cepat besar dan jadilah kebanggan keluarga.

11.Seluruh keluarga besar Sayoto S.H dan Yoeniar.S.Pd. yang tidak bisa di tuliskan satu per satu. Terimakasih atas semua motivasi dan doa yang telah diberikan.

12.Teman-teman The Last Wolf, Apri, Andy, Temon, Yogi, Oka, Bulan, Alin dan Tina. Terimakasih atas dukungan, semangat, canda dan tawa yang telah banyak kalian berikan. (one for all, all for one, hell yeah!!)

13.The Special One, Dina Septiana, terimakasih untuk semua perhatian, dukungan, dan doa yang telah diberikan selama ini.

14.Sosiologi 2010, untuk wanita-wanita tangguh : Euis, Desty, Adanthi, Nonna, Bundo, Anisia, Desi, Ega, Cintia, dll. Genk Naga Hitam : Ardi, Dani, Panca, Pandu, Adi, Zaqi, Cileng, Lanang, Kiyai, Bob, Aji, Ahau, Sule, Acong, Tomi, Rezika, Adri, Wawan, Reza, Oji, Aziz dan semua teman-teman Sosiologi 2010 yang tidak disebutkan, terimakasih atas kebersamaan, motivasi, canda tawa dan kenangan indah yang kalian berikan selama ini.

15.Adik-adik tingkat Sosiologi 2011 Yoga, Aris, Meiga dan lainnya yang tidak disebutkan terimakasih.


(15)

16.Adik-adik tingkat Sosiologi 2012 Devi, Agnes, Rica, Safitri, Flo, Meng, dll terimakasih atas dukungan kalian.

17.Teman-teman KKN Pringsewu, Pekon Sriwungu, Chandra, Ditto, Sekar, Adot, Gita, Novita, Dina, Ricky, Karyo, Harun, Fisca dan Hana, terimakasih untuk kebersamaan dan kekompakan kita selama 40 hari. Berasa punya keluarga baru tinggal satu rumah bersama kalian.

18.Kepada para informan dalam penelitian ini, terimakasih atas waktunya dan memberikan informasi dalam penelitian ini.

19.Seluruh pihak yang berperan besar dalam perjalanan penulis mencapai semua ini, penulis ucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mohon maaf dan semoga skripsi ini dapat diterima di masyarakat. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk seluruh pihak. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa menjadi orang-orang yang istiqomah berjalan di jalan-Nya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

SURAT PERNYATAAN v

RIWAYAT HIDUP vi

MOTO vii

PERSEMBAHAN viii

SANWACANA ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Potensi ... 11

1. Pengertian Potensi ... 11

B. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Penipuan ... 12

1. Pengertian Penipuan ... 12

2. Dasar Hukum ... 12

C. Tinjauan Tentang Jejaring Sosial ... 14


(17)

2. Macam-macam Jejaring Sosial ... 15

D. Tinjauan Tentang Smartphone ... 17

1. Pengertian Smartphone ... 17

2. Sejarah Smartphone ... 18

3. Jenis-jenis Smartphone ... 19

E. Jejaring Sosial Sebagai Media Untuk Melakukan Tindak Pidana Penipuan ... 20

F. Kerangka Pikir ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 27

B. Fokus Penelitian ... 28

C. Setting Penelitian ... 29

D. Penentuan Informan ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Analisa Data ... 32

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Universitas Lampung ... 34

B. Mahasiswa Universitas Lampung ... 37

C. Mahasiswa Universitas Lampung dalam Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Penggunaan Smartphone ... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan ... 43

1. Informan Pertama ... 43

2. Informan Kedua ... 44

3. Informan Ketiga ... 46

4. Informan Keempat ... 47

5. Informan Kelima ... 49

B. Dorongan Untuk Memiliki Smartphone ... 50


(18)

D. Potensi Tindak Pidana Penipuan Dengan Menggunakan Media

Jejaring Sosial ... 58

1. Rutinitas Dalam Mengakses Media Jejaring Sosial ... 59

2. Pengolahan Informasi ... 61

3. Perilaku dalam Menggunakan Media Jejaring Sosial ... 66

4. Respon ... 71

E. Pembahasan ... 78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Mahasiswa Universitas Lampung Tahun 2010 sampai 2013 ... 37 2. Hasil Narasi Ringkasan Wawancara Tentang Penipuan dengan

Menggunakan Media Jejaring Sosial. ... ... 84 3. Hasil Narasi Ringkasan Wawancara Tentang Dorongan

Untuk Memiliki Smartphone ... 85 4. Hasil Narasi Ringkasan Wawancara Tentang Digital Divide ... 86 5. Hasil Narasi Ringkasan Wawancara Tentang Potensi Tindak


(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 26 2. Gambar 4.1 Lambang Universitas Lampung ... 34 3. Gambar 4.2 Peta Kampus Universitas Lampung ... 36


(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas komunikasi. Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya hidupnya akan sengsara apabila dikucilkan sama sekali jika ia tidak bisa melakukan komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi merupakan tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran, bahkan secara aktif manusia sengaja untuk berkomunikasi karena ada maksud atau tujuan tertentu.

Pengertian komunikasi menurut Shannon & Weaver (dalam Hafied Cangara 1998) adalah interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja, tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Menurut Rogers & D. Lawrence Kincaid (dalam Deddy Mulyana 2005:62), komunikasi adalah suatu proses saat dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.

Dalam prosesnya, bentuk dari komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi satu arah (simplex) dan komunikasi dua arah (duplex). Adapun yang dimaksud dengan komunikasi satu arah (simplex) adalah pengirim dan


(22)

2 penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama, contoh: pager, televisi, dan radio. Sedangkan dalam komunikasi dua arah (duplex), pengirim dan penerima informasi dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama, contoh: telepon dan VOIP (Voice Over Internet Protocol).

Dengan semakin berkembangnya teknologi, banyak alat-alat teknologi yang digunakan sebagai media dalam komunikasi, mulai media komunikasi satu arah seperti TV dan radio, serta media komunikasi dua arah seperti VOIP (Voice Over Internet Protocol) dan telephone. Media-media tersebut adalah alat yang dapat membantu manusia untuk menjalin hubungan komunikasi. Sehingga komunikasi tidak harus bertatap muka secara langsung, melainkan dengan media komunikasi masyarakat sudah bisa melakukan komunikasi antara satu dengan yang lainnya.

Pada zaman dahulu untuk memberikan informasi kepada orang lain yang berada di tempat yang jauh, masyarakat harus menggunakan surat dan dikirimkan lewat kantor pos. Surat yang dikirim akan membutuhkan waktu lama untuk dapat sampai ke alamat yang dituju. Lalu berkembang dengan telephone, dimana orang hanya perlu menekan nomor dari pengguna telephone yang akan dihubungi, dengan begitu orang tersebut akan secara langsung bisa terhubung dan bertukar informasi seperti yang diinginkan. Kemudian kembali berkembang dengan menggunakan pager; pager hanya dapat menerima pesan, tetapi tidak dapat mengirim pesan. Untuk mengirimkan pesan, masyarakat harus menghubungi operator lalu memberikan pesan yang akan dikirim atau sampaikan disertai dengan nomor


(23)

3 dari pengguna pager yang akan diberikan informasi, informasi yang disampaikan akan dengan segera dikirim kepada orang yang diinginkan. Selanjutnya berkembang dengan menggunakan telephone genggam (handphone). Perbedaan paling utama antara handphone dan telephone biasa adalah bentuknya, bentuk dari handphone lebih kecil dari telephone biasa, dan handphone juga sudah tidak memerlukan kabel-kabel yang menghubungkannya ke server pusat. Teknologi komunikasi dengan menggunakan handphone ini dikenal dengan nama 1G atau biasa disebut first generation. Dengan teknologi ini kita bisa melakukan panggilan ke pengguna telephone lain. Teknologi ini berkembang ke 2G, pada teknologi ini masyarakat sudah bisa melakukan panggilan dan mengirim pesan singkat atau yang sering disebut sebagai SMS (Short Message Service). Teknologi komunikasi terus berkembang, hingga sampai pada ditemukannya internet. Di masa awal ditemukannya internet, masyarakat memanfaatkannya untuk bertukar data atau informasi dan berkomunikasi melalui media e-mail atau surat elektronik. Hal ini terus berkembang sampai tersinkronisasinya telephone genggam atau handphone dengan layanan internet, teknologi ini lebih dikenal dengan 3G atau third generation. Pada generasi ketiga ini handphone sudah bisa digunakan untuk mengakses internet dan memungkinkan terjadinya pertukaran data hanya melalui telephone genggam atau handphone. Teknologi komunikasi ini terus berkembang, hingga saat ini sudah ditemukan dan menjadi trend di masyarakat luas, yaitu munculnya telephone pintar atau smartphone. Smartphone adalah teknologi lanjutan dari telephone genggam, perangkat ini sudah terintegrasi dengan layanan internet


(24)

4 dan memiliki fungsi-fungsi lain yang tidak dimiliki oleh perangkat telephone genggam sebelumnya.

Di era seperti saat ini ketika internet sudah masuk di masyarakat, semakin memudahkan manusia untuk bisa menjalin komunikasi antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya media internet, pertukaran informasi di masyarakat menjadi semakin cepat, masyarakat dapat mengetahui informasi dan hal-hal yang terjadi di tempat lain dengan mengakses internet.

Dengan munculnya internet di masyarakat dan berkembangnya teknologi maka muncul jejaring sosial. Yang disebut dengan jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukkan jalan di mana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga (Ridwan Nawawi, 2008:47).

Seiring dengan terus berkembangnya teknologi, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai peringkat ketiga di Asia. Dari data (pada Desember 2011), tercatat jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta orang atau menguasai Asia sebesar 22,4% setelah Jepang. Sementara itu, berdasarkan penelitian Nielsen tahun 2012, Indonesia juga masuk sebagai pengguna perangkat mobile tertinggi (sebanyak 48%), diikuti oleh Thailand dan Singapura. Bahkan dari segi usia, semakin banyak pengguna internet merupakan anak muda (usia 15-20 tahun dan 10-14 tahun) meningkat signifikan. Berdasarkan data Menkominfo April 2012, jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia juga besar, setidaknya tercatat sebanyak 44,6 juta


(25)

5 pengguna facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna twitter

Akses yang mudah bagi masyarakat untuk mengakses internet dan media jejaring sosial menyebabkan terus berkembangnya jumlah pengguna media jejaring sosial. Masyarakat semakin dimudahkan untuk mengakses internet dibantu oleh teknologi telephone genggam yang sudah diintegrasikan dengan layanan internet. Masyarakat dapat mengakses internet dan media jejaring sosial kapan saja dan di mana saja melalui telephone genggam.

Teknologi yang terus berkembang dengan cepat dalam hal ini teknologi komunikasi, tidak diimbangi oleh kemampuan manusia sebagai pengguna teknologi tersebut, sampai saat ini masih banyak orang yang kebingungan menerima teknologi baru yang masuk ke dalam masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadinya digital divide di masyarakat.

Eszter Hargittai (2003) menyatakan, yang dimaksud dengan digital divide adalah the gap between those who have access to digital technologies and those who do not; or the gap between those who use digital technologies and those who do not understood in binary terms distinguishing the “haves” from the “havenots”, yang artinya kesenjangan antara mereka yang memiliki akses ke teknologi digital dan mereka yang tidak, atau kesenjangan antara mereka yang bisa menggunakan teknologi digital dan mereka yang tidak bisa (dalam istilah yang membedakan "bisa" dari "tidak bisa").


(26)

6 Ketika berbicara tentang digital divide, maka tidak terlepas dengan yang disebut cultural lag, hal ini dikarenakan terjadinya digital divide karena berawal dari cultural lag itu sendiri. Cultural lag sendiri adalah tertinggalnya perkembangan salah satu unsur kebudayaan dari unsur-unsur lainnya. Adanya unsur-unsur dalam masyarakat yang berubah secara cepat, tapi beberapa unsur-unsur yang berkaitan erat dengan unsur tersebut berubah dengan sangat lambat. Dalam pengertian lain yaitu, selang waktu antara saat benda itu diperkenalkan pertamakali dan saat benda itu diterima secara umum, sampai masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap benda itu (R.W. Smolens Jr : 2012).

Ketertinggalan tersebut akhirnya menghasilkan kesenjangan digital di masyarakat, hal ini karena ada masyarakat yang dapat mengejar ketertinggalan tersebut dan ada juga masyarakat yang tidak bisa mengikuti ketertinggalannya. Itulah mengapa cultural lag merupakan awal dari terjadinya digital divide di masyarakat.

Kesenjangan digital atau digital divide pada setiap orang sudah tentu berbeda-beda, ada orang yang kesenjangannya banyak dan ada juga yang sedikit. Yang dimaksud dengan kesenjangan digital yang banyak dan sedikit adalah dalam hal kesiapan seseorang dalam menerima perubahan-perubahan yang terjadi, khususnya dalam hal teknologi komunikasi yang semakin berkembang. Individu yang kesenjangan digitalnya sedikit adalah yang mampu mengakses serta menerima perkembangan teknologi, sedangkan individu yang kesenjangan digitalnya banyak adalah individu yang tidak dapat mengakses serta kurang siap dalam menerima perubahan teknologi


(27)

7 komunikasi. Hal inilah yang mendasari mengapa banyak terjadi tindak penipuan melalui media jejaring sosial, dikarenakan adanya peluang atau kemungkinan. Individu yang kesenjangan digitalnya sedikit atau mampu menggunakan teknologi digital dan memiliki niat untuk melakukan tindak pidana penipuan memanfaatkan individu yang kesenjangan digitalnya banyak, yaitu masyarakat yang kurang siap untuk menggunakan teknologi digital. Individu yang kesenjangan digitalnya sedikit dan berusaha untuk melakukan tindak pidana penipuan memanfaatkan individu yang kesenjangan digitalnya banyak dengan cara memberikan informasi-informasi yang fiktif dan tidak benar kepada individu yang kesenjangan digitalnya banyak. Semua hal tersebut terjadi karena tidak seimbangnya perubahan yang terjadi dan teknologi komunikasi yang berkembang dengan sangat pesat tidak sebanding dengan perubahan yang terjadi pada masyarakat untuk dapat menerima perubahan yang terjadi. Hal inilah yang memberi peluang dan kesempatan kepada mereka yang kesenjangan digitalnya sedikit untuk melakukan tindak penipuan.

Media yang sering digunakan untuk melakukan penipuan adalah media jejaring sosial. Media jejaring sosial banyak digunakan untuk melaksanakan aksi penipuan karena sangat banyak masyarakat yang menggunakan media jejaring sosial, dan tidak semua pengguna tersebut adalah individu yang siap akan perubahan teknologi komunikasi serta siap untuk menyaring semua informasi yang masuk ke dalam diri mereka dan menafsirkannya dengan baik. Mudahnya masyarakat untuk mengakses internet hanya dengan menggunakan smartphone dan ditambah oleh smartphone yang sudah menjadi salah satu


(28)

8 trend di masyarakat sudah jelas memiliki dampak negatif, salah satu dampak negatif tersebut adalah memunculkan berbagai motif baru dalam melakukan tindak pidana penipuan. Dengan smartphone yang sudah terintegrasikan dengan internet dan media jejaring sosial, pelaku kejahatan hanya perlu memberikan informasi-informasi yang diperlukan untuk melakukan tindak kejahatannya dan memanfaatkan kelengahan dari para pengguna media sosial untuk terjebak dalam tindak penipuan yang dilakukannya.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan maka yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah, potensi tindak pidana penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana potensi tindak kejahatan penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tindak kejahatan penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial.


(29)

9 D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan:

1. Secara praktis, dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang potensi tindak kejahatan penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial.

2. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan perkembangan kajian Sosiologi terutama pada kajian Sosiologi Hukum dan Sosiologi Kriminal.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Interaksi dan komunikasi merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas manusia, manusia senantiasa melakukan interaksi dan komunikasi dikarenakan manusia membutuhkannya. Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi wajah, lukisan, seni, dan teknologi (Shannon dan Weaver, dalam Hafied Cangara, 1998:20). Berdasarkan pernyataan dan Weaver, dalam Hafied Cangara, 1998:20 tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi dengan menggunakan perangkat teknologi merupakan salah satu bentuk dari kegiatan komunikasi. Dengan masuknya teknologi sebagai alat bantu dalam komunikasi, jelas membantu manusia untuk bisa melakukan komunikasi antara satu individu dengan individu yang lainnya, khususnya membantu manusia untuk tetap berkomunikasi meskipun terpisahkan oleh jarak yang jauh. Meskipun begitu, perkembangan komunikasi dengan perangkat teknologi seperti saat ini tidak terlepas dari efek negatif atas perkembangan perangkat komunikasi tersebut. Dengan berkembangnya teknologi dalam berkomunikasi, hal ini membuat masyarakat yang kesenjangan digitalnya “banyak” menjadi sasaran utama dalam melakukan tindak pidana penipuan,


(31)

11 hal tersebut dikarenakan mereka tidak dapat memproses informasi-informasi yang masuk ke dalam diri mereka dengan baik, dan dengan terhubungnya perangkat komunikasi antara satu dengan yang lainnya melalui internet, semakin memudahkan pelaku penipuan melakukan aksinya dengan menggunakan jejaring sosial sebagai media untuk memberikan informasi-informasi fiktif yang membuat masyarakat menjadi korban penipuan.

A. Tinjauan tentang Potensi 1. Pengertian Potensi

Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to potent yang berarti keras atau kuat. Dalam pemahaman lain, kata potensi mengandung arti kesempatan, kemampuan, dan daya, baik yang belum maupun yang sudah terwujud, tetapi belum optimal.

Sementara itu, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud potensi adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang, namun belum digunakan secara maksimal. Akan tetapi potensi juga bisa diartikan sebagai peluang dan kemungkinan yang dapat terjadi atas suatu hal, potensi di tulisan ini diartikan sebagai peluang yang dapat terjadi terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Potensi sebagai peluang dan kemungkinan inilah yang dimaksudkan dalam penelitian ini, yaitu bagaimana potensi atau peluang terjadinya tindak pidana penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial atau bagaimana kemungkinan-kemungkinan yang dapat menyebabkan sesorang menjadi korban penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial.


(32)

12 B. Tinjauan tentang Tindak Pidana Penipuan

1. Pengertian Penipuan

Penipuan berasal dari kata tipu yang berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu, dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari keuntungan. Tindakan penipuan merupakan suatu tindakan yang merugikan orang lain sehingga termasuk ke dalam tindakan yang dapat dikenakan hukuman pidana.

Pengertian penipuan di atas memberikan gambaran bahwa tindakan penipuan memiliki beberapa bentuk, baik berupa perkataan bohong atau berupa perbuatan yang dengan maksud untuk mencari keuntungan sendiri dari orang lain. Keuntungan yang dimaksud baik berupa keuntungan materil maupun keuntungan yang sifatnya abstrak, misalnya menjatuhkan sesorang dari jabatannya.

Di dalam KUHP, tepatnya pada Pasal 378 KUHP, ditetapkan kejahatan penipuan (oplichthing) dalam bentuk umum, sedangkan yang tercantum dalam Bab XXV Buku II KUHP, dijelaskan berbagai macam bentuk penipuan terhadap harta benda yang dirumuskan dalam 20 pasal, yang masing-masing pasal mempunyai nama-nama khusus (penipuan dalam bentuk khusus). Keseluruhan pasal pada Bab XXV ini dikenal dengan nama bedrog atau perbuatan curang.

2. Dasar Hukum

Penipuan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penipuan yang menggunakan media jejaring sosial atau secara luas dengan menggunakan


(33)

13 internet sebagai media untuk menjalankan aksi penipuan. Salah satu Undang-undang yang mengatur tentang tindak pidana tersebut adalah Undang-Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) tidak secara khusus mengatur mengenai tindak pidana penipuan. Selama ini, tindak pidana penipuan sendiri diatur dalam Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dengan rumusannya sebagai berikut:

Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan menggunakan nama palsu atau martabat (hoedaningheid) palsu; dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Walaupun UU ITE tidak secara khusus mengatur mengenai tindak pidana penipuan, namun terkait dengan timbulnya kerugian konsumen dalam transaksi elektronik terdapat ketentuan Pasal 28 ayat (1) UU ITE yang menyatakan:

Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

Terhadap pelanggaran Pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar, sesuai pengaturan Pasal 45 ayat (2) UU ITE.

Berdasarkan rumusan-rumusan Pasal 28 ayat (1) UU ITE dan Pasal 378 KUHP tersebut dapat kita ketahui bahwa keduanya mengatur hal yang


(34)

14 berbeda. Pasal 378 KUHP mengatur penipuan, sementara Pasal 28 ayat (1) UU ITE mengatur mengenai berita bohong yang menyebabkan kerugian dalam transaksi elektronik.

Untuk menentukan apakah pelaku tindak pidana terjerat Pasal 378 KUHP atau Pasal 28 UU ITE, hal ini disesuaikan berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam kasus yang terjadi. Meskipun begitu hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa dalam kasus penipuan dengan menggunakan internet dan media jejaring sosial dikenakan pasal berlapis apabila semua unsur dalam Pasal 378 KUHP dan Pasal 28 UU ITE terpenuhi.

C. Tinjauan tentang Jejaring Sosial 1. Pengertian Jejaring Sosial

Jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

Analisis jaringan sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan. Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/ 2010/01/jejaring-sosial-social-networking-bab-4/

Layanan jejaring sosial biasanya berbasis web, dilengkapi dengan beragam fitur bagi penggunanya agar dapat saling berkomunikasi serta berinteraksi dan tentunya harus terhubung dengan internet.


(35)

15 Sejak komputer dapat dihubungkan satu dengan lainnya dengan adanya internet, banyak upaya awal untuk mendukung jejaring sosial melalui komunikasi antara komputer. Situs jejaring sosial diawali oleh Classmates.com pada tahun 1995 yang berfokus pada hubungan antara mantan teman sekolah dan SixDegrees.com pada tahun 1997 yang membuat ikatan tidak langsung. Dua model berbeda dari jejaring sosial yang lahir sekitar pada tahun 1999 adalah berbasiskan kepercayaan yang dikembangkan oleh Epinions.com, dan jejaring sosial yang berbasiskan pertemanan seperti yang dikembangkan oleh Uskup Jonathan yang kemudian dipakai pada beberapa situs UK regional di antara 1999 dan 2001. Inovasi meliputi tidak hanya memperlihatkan siapa berteman dengan siapa, tetapi memberikan pengguna kontrol yang lebih akan isi dan hubungan. Pada tahun 2005, suatu layanan jejaring sosial MySpace, dilaporkan lebih banyak diakses dibandingkan Google dan Facebook, pesaing yang tumbuh dengan cepat. Jejaring sosial mulai menjadi bagian dari strategi internet bisnis sekitar tahun 2005 ketika Yahoo meluncurkan Yahoo! 360°. Pada bulan Juli 2005 News Corporation membeli MySpace, diikuti oleh ITV (UK) membeli Friends Reunited pada Desember 2005. Diperkirakan lebih dari 200 situs jejaring sosial menggunakan model jejaring sosial ini


(36)

16 2. Macam-macam Jejaring Sosial

Dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengakses layanan internet, maka hal ini menjadi lahan subur bagi para penyedia layanan jejaring sosial. Sampai saat ini sudah sangat banyak jejaring sosial yang ada, namun terdapat beberapa jejaring sosial cukup dikenal oleh masyarakat. Jejaring sosial tersebut adalah:

1. Facebook

Facebook adalah sebuah website yang bertemakan social networking (pencari teman di dunia maya). Facebook merupakan situs web jaringan sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg.

2. Twitter

Twitter berfokus pada layanan blogging mikro (microblogging) dan RSS (Really Simple Sindication) untuk pesebaran informasi. Twitter sering disebut-sebut sebagai “SMS-nya internet”. Twitter dibangun oleh Jack Dorsey, Noah Glass, Evan Williams, dan Biz Stone pada 15 Juli 2006. 3. LinkedIn

Situs jejaring sosial ini fokus pada relasi profesional. Situs ini dibangun oleh Reid Hoffman, dkk di tahun 2003. Sebagai situs yang melayani bidang profesionalitas, kita bisa juga mencari relasi atau bahkan pekerjaan pada LinkedIn.


(37)

17 4. Myspace

MySpace adalah situs jaringan sosial populer yang menawarkan jaringan antar teman, profil pribadi, blog, grup, foto, musik dan video untuk remaja dan dewasa di seluruh dunia.

5. Google+

Google+ merupakan jejaring sosial paling baru. Google+ banyak digemari orang karena fitur barunya yaitu, circle dan hangout yang memudahkan orang mengatur komunikasi dan berinteraksi dengan video. 6. Pinterest

Pinterest adalah jejaring sosial yang bertindak seperti papan pengumuman online (online pin board). Di papan pengumuman ini, kita dapat menaruh pin pada artikel dan foto menarik yang kita suka dari berbagai belahan web. Papan pengumuman ini, disebut pinboard, bisa ditemakan dengan kategori tertentu agar mudah ditata dan diperhatikan oleh pengguna lain

D. Tinjauan Tentang Smartphone 1. Pengertian Smartphone

Smartphone (telepon cerdas) adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi, kadang-kadang dengan fungsi yang menyerupai komputer. Belum ada standar pabrik yang menentukan arti telepon cerdas. Pengertian paling umum tentang telepon cerdas merupakan sebuah telepon yang menyajikan fitur canggih seperti e-mail (surat elektronik), internet dan


(38)

18 kemampuan membaca buku elektronik (e-book) atau terdapat papan ketik dan penyambung VGA. Dengan kata lain, telepon cerdas merupakan komputer kecil yang mempunyai kemampuan sebuah telepon.

2. Sejarah Smartphone

Smartphone pertama yang diperkenalkan adalah IBM Simon. Smartphone ini diciptakan pada tahun 1992 dan dijual ke publik pada 1993. Ponsel ini mempunyai aplikasi tambahan seperti kalender, buku alamat, jam dunia, kalkulator, notepad, email client, mengirim dan menerima fax, serta games. Smartphone ini didesain tanpa tombol fisik dan menggunakan layar sentuh. Untuk menggunakan layar sentuh, bisa menggunakan stylus ataupun jari. Setelah kemunculan smartphone IBM Simon, Nokia meluncurkan smartphone pertamanya, yakni Nokia Communicator 9000 yang diluncurkan pada 1996. Jenis ini merupakan kombinasi antara PDA (Personal Digital Assistance) dari HP dengan telepon seluler milik Nokia. Communicator memiliki desain clamshell yang dilengkapi dengan keyboard QWERTY dan memiliki layar resolusi 640x200 piksel. Tahun 2000 adalah awal dari penggunaan kata smartphone atau telepon seluler pintar. Ericsson R380 Smartphone adalah ponsel pertama yang menggunakan kata tersebut dalam merk dagangnya. Seperti smartphone pendahulunya, R380 ini menggabungkan fungsi sebuah telepon seluler dengan PDA. Majalah popular science pada Desember 1999 menobatkan R380 sebagai salah satu The Most Important Advances in Science and Technology. Selanjutnya setelah kemunculan smartphone R380, smartphone lain pun diproduksi berbagai


(39)

19 merek untuk memenuhi pasaran. Dari Sony Ericsson P800, Nokia Communicator 9210, BlackBerry, hingga iPhone. Seiring dengan kemajuan smartphone, berbagai jenis OS (Oprating System) mobile pun berkembang. Antara lain adalah Symbian dari Nokia, iOS dari Apple, BlackBerry OS dari RIM, Bada dari Samsung dan lain-lain

).

3. Jenis – Jenis Smartphone

Untuk memisahkan jenis-jenis dari smartprone, hal yang mendasari perbedaan tersebut biasanya terdapat pada sistem operasinya. Berdasarkan sistem operasi yang digunakan oleh smartphone, maka smartphone dapat terbagi dalam beberapa jenis:

1. Sistem Operasi Symbian.

Smartphone yang menggunakan sistem operasi symbian umumnya adalah smartphone dari merek Nokia, seperti Nokia 700, Nokia 701, dan Nokia 603.

2. Sistem Operasi iPhone.

Sistem operasi iPhone dikembangkan oleh perusahaan Apple Inc. dan khusus dipergunakan untuk peranti genggam iPhone.

3. Sistem Operasi RIM Blackberry.

Sistem operasi RIM Blackberry dikembangkan oleh perusahaan Research In Motion (RIM), dan khusus dipergunakan untuk peranti genggam Blackberry.


(40)

20 4. Sistem Operasi Windows Mobile.

Sistem operasi windows mobile dikembangkan oleh perusahaan Microsoft. Sistem operasi ini tidak dikhususkan untuk satu jenis peranti genggam. Beberapa smartphone yang menggunakan sistem operasi windows mobile diantaranya HTC, Samsung & Nokia.

5. Sistem Operasi Android.

Sistem operasi android pada mulanya dibuat oleh perusahaan Android Inc. namun pada tahun 2005 sistem operasi tersebut dibeli oleh Google. Sistem operasi android tidak dikhususkan kepada satu jenis perangkat genggam. Jenis smartphone yang menggunakan sistem operasi android diantaranya adalah HTC, LG, Motorola, Samsung, dan Sony-Ericsson.

E. Jejaring Sosial sebagai Media untuk Melakukan Tindak Pidana Penipuan

Dengan semakin banyaknya jejaring sosial yang ada seperti saat ini maka akan membuka peluang dan modus baru dalam melakukan tindak kejahatan penipuan dengan memanfaatkan jejaring sosial sebagai medianya. Berikut beberapa bentuk-bentuk penipuan dengan menggunakan jejaring sosial sebagai medianya.

1. Phising

Phising adalah tindakan mencuri data diri/biodata korban, mulai dari nama lengkap, nama ibu kandung, alamat, hingga nomor KTP. Bahkan password akun situs-situs pentingpun bisa dicuri. Tujuan phising ini adalah untuk membobol rekening bank korban, atau menyampaikan pesan


(41)

21 yang berisi fitnah atas nama korban. Phising biasanya berdampingan dengan SPAM, dengan artian SPAMMER melancarkan serangan ke ribuan hingga jutaan calon korban melalui e-mail maupun telepon yang mengaku sebagai pegawai asuransi, petugas bank, dan berbagai pihak yang menurut korban berhak meminta data diri korban.

2. E-Bay SCAM

E-Bay SCAM ini mencoba untuk menjual barang dengan harga yang jauh di bawah standar. Barang yang dijual biasanya adalah barang dengan harga yang tinggi seperti TV, laptop, komputer, dll. Setelah korban selesai mentransfer, biasanya barang yang dikirim adalah barang palsu/rusak, kadang cuma tumpukan kertas, atau bahkan tidak dikirim sama sekali.

3. Nigeria Letter

Sebagian besar jenis penipuan ini berasal dari Nigeria. Pelaku mengirim e-mail berisi ajakan membantu pencucian uang, di mana kita akan dilibatkan dan diberi komisi dengan nilai yang sungguh luar biasa. Atau seorang pengacara yang memegang harta kliennya yang telah tewas sekeluarga sehingga bingung harta warisannya jatuh ke tangan siapa. Kesamaan dari jenis penipuan ini adalah keharusan korban membayar pajak terlebih dahulu sebesar sekian persen dari uang yang korban dapatkan. Ketika pajak sudah dibayar, mereka akan hilang bersama uang si korban.


(42)

22 4. Online Lottery

Online Lottery dan Nigeria Letter mempunyai skema yang sama dengan trik yang sama pula, namun dengan chase yang berbeda. Untuk online lottery si korban dibuat tergiur bukan karena harta warisan, tetapi karena uang menang lotre online yang tidak pernah diikuti korban sama sekali. 5. Ponzi Scheme

Skema dari ponzi adalah menawarkan bunga investasi dengan bunga atau Return of Investment (ROI) yang sangat menggiurkan. Si korban akan mendapatkan hasil dari korban berikutnya. Ketika sudah tidak ada member baru/korban baru, maka jenis penipuan ini akan terungkap.

6. Human trafficking

Kasus penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial yang berakhir pada human trafficking merupakan salah satu tindak penipuan yang sering terjadi. Ada banyak cara yang digunakan pelaku, salah satu cara yang sering digunakan adalah menyebarkan informasi bahwa ia membutuhkan tenaga kerja untuk dipekerjakan pada suatu tempat. Informasi tersebut diperluas penyebarannya dengan menggunakan media jejaring sosial yang ada, ketika korban percaya dengan informasi yang diberikan dengan anggapan akan mendapatkan pekerjaan, maka mereka akan dikarantina pada suatu tempat yang akhirnya menjadi korban atas penipuan ini dengan dijual sebagai pekerja seks komersial lintas daerah bahkan lintas negara.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sudah sangat banyak masyarakat yang menjadi korban penipuan dengan modus yang telah disebutkan di atas,


(43)

23 sehingga dibutuhkan kehati-hatian dari pengguna jejaring sosial untuk terhindar dari penipuan-penipuan yang semakin marak menyebar di jejaring sosial. Masyarakat pengguna jejaring sosial harus tetap menggunakan akal sehat dan logika agar terhindar menjadi korban penipuan melalui jejaring sosial.

F. Kerangka Pikir

Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manusia, karena manusia selalu berkomunikasi setiap harinya. Untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitar, memang sangat mudah, akan tetapi akan terjadi hambatan apabila masyarakat ingin berkomunikasi dengan orang yang berada jauh darinya.

Dahulu untuk berkomunikasi dengan orang yang jauh, masyarakat biasa menggunakan surat dan menggunakan layanan kantor pos, akan tetapi dengan berkembangnya teknologi dari waktu ke waktu, semakin memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi dengan orang yang berada jauh. Hal tersebut terwujud dengan ditemukannya telephone genggam (handphone).

Handphone pun terus berkembang dari masa ke masa, hingga saat ini handphone telah terhubung dengan internet dan memiliki fungsi-fungsi yang dapat membantu para penggunanya yang tidak dimiliki oleh handphone pada generasi sebelumnya atau yang disebut sebagai smartphone.

Maraknya penggunaan smartphone memicu munculnya berbagai media jejaring sosial di masyarkat, dan dengan smartphone yang sudah


(44)

24 tersinkronisasi dengan internet, masyarakat bisa dengan mudah mengakses jejaring sosial melalui perangkat smartphone yang dimilikinya. Akan tetapi hal tersebut memunculkan dampak negatif berupa munculnya modus-modus baru dalam melakukan penipuan, penipuan dengan menggunakan jejaring sosial sebagai medianya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana potensi tindak pidana penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial. Untuk memenuhi tujuan tersebut kiranya akan tepat apabila dikaitkan dengan teori konsumerisme. Featherstone (dalam Alfitri: 2007) menyatakan bahwa konsumerisme adalah:

Sebuah keinginan dan tindakan seseorang mengkonsumsi suatu barang bukan dikarenakan barang tersebut dibutuhkan akan tetapi karena ada suatu bentuk kepuasan yang terpenuhi dan bertambahnya nilai seseorang di masyarakat ketika barang tersebut dikonsumsi.

Dengan demikan dapat diketahui bahwa munculnya permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berawal dari budaya konsumsi yang ada di masyarakat, jika mengkaitkan hal tersebut dengan penelitian ini, dapat diketahui bahwa pembelian smartphone yang ada pada sebagian masyarakat bukan dikarenakan masyarakat butuh akan smartphone tersebut, tetapi untuk mencapai kepuasan tertentu dan menaikkan nilai dari dirinya.

Akan tetapi ada hal lain yang tidak diperhatikan, hal tersebut adalah bagaimana dengan kesiapan masyarakat dalam penggunaan teknologi smartphone yang sudah canggih tersebut. Masyarakat yang penggunaan smartphone dikarenakan atas dasar keinginan kepemilikan smartphone dan


(45)

25 bukan kebutuhan untuk berkomunikasi akhirnya mengabaikan kemampuan masyarakat dalam menggunakan perangkat smartphone, dan ketika kecanggihan smartphone yang ada seperti saat ini tidak diimbangi oleh manusia sebagai pengguna perangkat smartphone tersebut maka munculah digital divide di masyarakat. Kesenjangan digital atau digital divide yang terjadi pada masyarakat inilah yang menyebabkan adanya potensi bagi seseorang yang kesenjangan digitalnya “sedikit” (dalam artian mampu mengikuti perkembangan teknologi) dan berusaha untuk melakukan tindak pidana penipuan memanfaatkan mereka yang kesenjangan digitalnya “banyak” (atau diartikan sebagai mereka yang tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi).

Untuk memahami lebih jelas tentang kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka peneliti menampilkan bagan kerangka pikir sebagai berikut:


(46)

26 Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

Dorongan Masyarakat Untuk Memiliki

Smartphone

Digital divide

Potensi Tindak Pidana Penipuan

dengan Menggunakan Media


(47)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Lexy J. Moleong (2000:3) mendefinisikan bahwa pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010:9). Penelitian kualitaif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur, atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono, 2010:1).

Tipe penelitian ini adalah eksploratif. Yang dimaksud dengan penelitian eksploratif yaitu penelitian yang dilaksanakan untuk menggali data dan informasi tentang topik atau isu baru yang ditujukan untuk kepentingan pendalaman atau penelitian lanjutan. Penelitian eksploratif ini biasanya digunakan untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup dalam penyusunan desain dan pelaksanaan kajian lanjutan yang lebih sistematis (Lexy J.


(48)

28 Moleong, 2000:54). Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Moleong, tipe penelitian eksploratif menurut Irawan (2007:101) adalah penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data awal tentang sesuatu. Tipe penelitian eksploratif adalah tipe atau jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat berupa pengelompokan suatu gejala, fakta, dan fenomena sosial tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian dan eksploratif sebagai tipe penelitian, maka penelitian ini akan menghasilkan temuan-temuan baru terkait topik dan isu-isu yang ada di masyarakat dan digambarkan secara deskriptif yang hasilnya berupa kata-kata, tulisan, atau lisan dari masyarakat yang diteliti.

B. Fokus Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat penting adanya fokus penelitian. Fokus penelitian memberikan batasan dalam pengumpulan data. Sehingga dalam pembatasan ini akan lebih terarah dan fokus terhadap masalah-masalah yang ingin diteliti. Miles dan Huberman (1999:30) mengemukakan bahwa memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dipandang kemanfaatannya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi dan ini merupakan bentuk analisis yang mengesampingkan variabel-variabel yang tidak berkaitan dan untuk menghindari pengumpulan data yang berlimpah.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menfokuskan penelitian ini adalah : 1. Apa yang menjadi pendorong seseorang untuk memiliki smartphone.


(49)

29 2. Bagaimana kesenjangan digital atau digital divide yang terjadi pada

mahasiswa Universitas Lampung.

3. Seperti apa rutinitas mahasiswa dalam mengakses media jejaring sosial. 4. Bagaimana cara yang dilakukan untuk mengolah informasi yang

didapatkan melalui media jejaring sosial.

5. Bagaimana prilaku mahasiswa dalam menggunakan media jejaring sosial. 6. Respon seperti apa yang diberikan terhadap bentuk penipuan melalui

media jejaring sosial.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Universitas Lampung. Alasan peneliti memilih setting ini sebagai setting penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari masyarakat. Perkembangan teknologi, khususnya perkembangan teknologi komunikasi sangat cepat menyebar di kalangan mahasiswa. Meskipun mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang paham terhadap perkembangan teknologi, kesenjangan digital atau digital divide tetap terjadi pada pada mahasiswa, tetapi tidak semua mahasiswa memiliki kesenjangan digital yang tinggi, namun terdapat beberapa yang kesenjangan digitalnya tinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya mahasiswa yang menjadi korban penipuan melalui media jejaring sosial.

2. Universitas Lampung yang merupakan salah satu universitas yang jumlah mahasiswanya cukup banyak dan latar belakang mahasiswa yang sangat bervariasi, sehingga dengan banyaknya jumlah dan variasi yang ada pada


(50)

30 mahasiswa memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak.

D. Penentuan Informan

Penentuan informan penelitian ini dilakukan dengan teknik snowball samping, yakni proses penentuan informan berdasarkan informan atau responden sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi terkait topik penelitian yang diperlukan. Pencarian informan akan dihentikan setelah informasi penelitian dianggap sudah memadai (Sugiono, 2008:218). Dalam penelitian ini kriteria dalam pemilihan informan yang akan diteliti yaitu:

1. Informan memiliki perangkat smartphone sebagai alat untuk mengakses media jejaring sosial.

2. Informan memiliki dan menggunakan media jejaring sosial dalam kurun waktu lebih dari satu tahun.

3. Informan pernah menjadi korban tindak pidana penipuan melalui media jejaring sosial.

4. Informan memiliki lebih dari satu jenis media jejaring sosial (Facebook, Twitter, Path, Instagram, LinkedIn, MySpace, Google+, dan Pinterest).

Informan dalam penelitian ini didapatkan dengan cara mencari informasi terlebih dahulu mengenai calon informan, informasi mengenai calon informan tersebut didapatkan dari orang-orang yang berada dalam


(51)

31 lingkungan calon informan. Setelah calon informan tersebut memenuhi kriteria dan dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, barulah kemudian peneliti menjadikan calon informan tersebut sebagai informan. Informasi mengenai calon informan juga didapatkan melalui informasi yang diberikan oleh informan sebelumnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Burhan Bungin (2003:42), menjelaskan metode pengumpulan data adalah, cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable.

Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Antar alat pengumpulan data tersebut berfungsi saling melengkapi data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni: (1) wawancara mendalam (indepth interview), (2) dokumentasi.

1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara melalui informan kunci yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian. Teknik wawancara yang dipergunakan adalah wawancara tidak berstruktur, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung. Lokasi wawancara dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan informan. Proses wawancara dilakukan dalam dua tahapan atau dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah


(52)

32 sesi perkenalan, hal ini dilakukan untuk lebih mengenal informan dan memastikan bahwa informan tersebut dapat memberikan informasi yang peneliti butuhkan. Pertemuan kedua adalah sesi wawancara, pada sesi ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan berhubungan dengan apa yang menjadi topik penelitian. Waktu yang digunakan dalam setiap sesi pertemuan antara peneliti dan informan bervariatif antara 90 menit sampai 120 menit tergantung situasi, kondisi, dan informasi yang diberikan oleh informan.

2. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:206), dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelaah dokumen, arsip, maupun referensi yang mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan.

F. Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir penelitian. Analisis dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilahan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk


(53)

33 analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data.

2. Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, atau penyederhanaan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif yang mudah dipahami.

3. Menarik kesimpulan, yaitu tinjauan ulang terhadap catatan lapangan dengan menguji kebenaran dan validitasnya. Setelah memiliki landasan yang kuat dan lebih rinci, maka akan menghasilkan simpulan akhir (Milles, 1992: 16-19).


(54)

34 IV. SETTING PENELITIAN

A. Universitas Lampung

Gambar 4.1 : Lambang Universitas Lampung

Usaha untuk mendirikan perguruan tinggi di daerah Keresidenan Lampung timbul dari dua panitia yang lahir tahun 1959, yaitu panitia pendirian dan perluasan sekolah lanjutan (P3SL) di Tanjung Karang, yang diketuai oleh Zainal Abidin Pagar Alam, sekretarisnya Tjan Djiit Soe, dan Panitia Persiapan Pembentukan Yayasan Perguruan Tinggi Lampung (P3YPTL) yang dibentuk di Jakarta pada tanggal 20 Agustus 1959 dengan Ketua Nadirsjah Zaini, M.A. dan Sekretaris Hilman Hadikusuma.

Pada tanggal 19 Januari 1960 P3SL mengadakan musyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat Lampung untuk mempersiapkan berdirinya suatu


(55)

35 perguruan tinggi. Pada waktu itu P3SL dirubah namanya menjadi Panitia Pendirian Perluasan Sekolah Lanjutan Dan Fakultas (P3SLF).

Pada Tanggal 19 Juli 1960 Sekretariat Fakultas Ekonomi Hukum Sosial (FEHS) Lampung Dibuka di aula gedung sekolah bekas Hak Haw di jalan Hasanudin No.34 Teluk Betung. Pada tanggal 7 September 1960 setelah diadakan pertemuan antara P3SLF dan P3YPTL, maka kedua panitia tersebut dilebur menjadi satu Yayasan dengan nama Yayasan Pembina Perguruan Tinggi Lampung (YPPLT)

Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Universitas Sriwijaya (dr.M.Isa) Nomor D-40-7-61 tanggal 14 Februari 1961, terhitung tanggal 1 Februari 1961 ditetapkan jurusan FEHS Lampung menjadi cabang Fakultas Hukum Unsri.

Harapan masyarakat Lampung untuk memiliki sebuah Universitas negeri yang berdiri sendiri dapat terkabul. Hal ini terbukti dengan diterbitkanya Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) nomor 195 tahun 1965 yang menyatakan bahwa sejak tanggal 23 September 1965 berdiri Universitas Lampung (Unila), yang saat itu memiliki dua Fakultas yaitu Fakultas Hukum dan Ekonomi. Kemudian dikukuhkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 tahun 1966 tentang pendirian Universitas Lampung.

Pada awalnya, Unila berada di 3 (tiga) lokasi, yaitu Jalan Hasanudin Nomor 34; kompleks jalan Jendral Suprapto Nomor 61 Tanjung Karang; dan


(56)

36 kompleks Jalan Sorong Cimeng Teluk Betung. Sejak Tahun 1973/1974 telah dibuka kampus Unila di Gedong Meneng dan saat ini semua Fakultas sudah berada di dalam kampus tersebut.

(sumber : http://twicsy.com/i/Yo5oYb)


(57)

37 B. Mahasiswa Universitas Lampung

Berikut data mengenai jumlah mahasiswa yang ada di Universitas Lampung, tahun 2011 dan 2013:

Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Universitas Lampung Tahun 2010 sampai 2013 Tahun Jumlah Mahasiswa

2010 22.663

2011 25.679

2012 29.401

2013 31.101

(Sumber: Baak.Unila.ac.id)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa peningkatan jumlah mahasiswa terbesar terjadi pada tahun 2012, yaitu meningkat 3.722 mahasiswa atau 7,89% dari tahun sebelumnya.

Sesuai dengan setting penelitian, maka penelitian dilakukan di Universitas Lampung yang beralamat di jalan Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung.

C. Mahasiswa Universitas Lampung dalam Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Penggunaan Smartphone

Universitas lampung merupakan salah satu dari 61 Perguruan Tinggi (PT) yang ada di Lampung, dan merupakan salah satu Universitas paling terkenal di Lampung, karena selain merupakan salah satu Universitas Negeri,


(58)

38 Universitas Lampung juga dikenal dengan hasil wisudawan dan wisudawati serta alumni yang dapat bersaing di masyarakat. Dikarenakan oleh kepopuleran tersebut, minat untuk masuk ke Universitas Lampung sangat besar, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pendaftar calon mahasiswa ke Universitas Lampung.

Universitas Lampung berada di Kota Bandar lampung, meskipun berada di Kota Bandar lampung, mahasiswa Universitas Lampung tidak semuanya merupakan masyarakat Kota Bandar lampung, banyak mahasiswa Universitas Lampung yang merupakan masyarakat di luar Kota Bandar Lampung, ada mahasiswa yang merupakan masyarakat kabupaten yang merupakan bagian dari Lampung dan ada juga mahasiswa yang merupakan masyarakat diluar Lampung.

Banyaknya latar belakang geografis yang ada pada mahasiswa Universitas Lampung membuat mahasisawa Universitas Lampung menjadi heterogen, dengan mahasiswa yang heterogen, secara tidak langsung membuat mahasiswa Universitas Lampung lebih terbuka terhadap perubahan, perubahan yang dimaksud adalah perubahan teknologi, khususnya teknologi komunikasi.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa mahasiswa di Universitas Lampung tidak hanya berasal dari masyarakat kota, terdapat juga mahasiswa yang berasal dari dari kabupaten dan desa, dengan asumsi bahwa mahasiswa yang berasal dari kota lebih banyak mengetahui tentang perkembangan teknologi khususnya teknologi komunikasi, menyebabkan adanya


(59)

39 kemungkinan terjadinya penipuan melalui media jejaring sosial bagi mahasiswa yang tidak mengetahui banyak perkembangan tentang teknologi komunikasi dan penipuan-penipuan yang ada didalamnya.

Perkembangan teknologi komunikasi sangat cepat berkembang dikalangan kampus Universitas Lampung, salah satu faktor penyebab cepatnya perkembangan teknologi komunikasi di Universitas Lampung adalah faktor pergaulan, pergaulan memiliki peran penting dalam penyebaran teknologi komunikasi dan penggunaan alat komunikasi. Pergaulan mahasiswa memberikan banyak kontribusi terhadap perangkat smartphone dan handphone yang digunakan oleh mahasiswa, apabila dalam pergaulannya banyak teman-temannya yang menggunakan perangkat smartphone maka mahasiswa tersebut akan lebih cenderung menggunakan perangkat smartphone yang harga dari smartphone tersebut juga mendapatkan pengaruh dari pergaulan yang dimiliki oleh mahasiswa, seperti, jika dalam lingkungan mahasiswa tersebut banyak yang menggunakan smartphone dengan harga yang mahal, maka mahasiswa tersebut akan cendrung menggunakan perangkat smartphone dengan harga yang mahal juga. Begitu juga dengan penggunaan handphone apabila dalam pergaulan mahasiswa itu terdapat banyak yang menggunakan perangkat handphone maka mahasiswa tersebut akan lebih cenderung menggunkan perangkat handphone.

Penggunaan perangkat komunikasi handphone dan smartphone juga tergantung dari penggunaan alat komunikasi tersebut digunakan sebagai kebutuhan atau sebuah lifestyle, apabila sebagai lifestyle maka hal-hal yang


(60)

40 sudah disebutkan diatas dapat terjadi, sedangkan apabila penggunaan alat komunikasi hanya sebagai kebutuhan untuk memperlancar komunikasi, maka hal-hal yang sudah disebutkan diatas kecil kemungkinan dapat terjadi.

Saat ini, alat komunikasi handphone, smartphone dan jejaring sosial sudah menjadi salah satu kebutuhan yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa Universitas Lampung, alat komunikasi handphone, smartphone dan media jejaring sosial dimiliki setiap mahasiswa untuk memudahkan mahasiswa untuk berkomunikasi antara mahasiswa dan orang-orang diluar dari lingkup Universitas Lampung seperti orang tua, kerabat, saudara, teman dan lain-lain.

Perbedaan yang ada pada mahasiswa Universitas Lampung tidak hanya terdapat pada latar belakang geografis mahasiswa, tetapi juga dalam hal ekonomi, mahasiswa Universitas Lampung berasal dari berbagai lapisan ekonomi, ada yang berasal dari lapisan menengah kebawah hingga lapisan menengah keatas, semua lapisan sosial tersebut bercampur di Universitas Lampung.

Meski tidak dapat dijadikan rujukan utama dalam melihat tingkatan ekonomi mahasiswa Universitas Lampung, indikasi yang dapat digunakan adalah dengan melihat kendaraan yang digunakan oleh mahasiswa tersebut, Universitas Lampung memperbolehkan mahasiswa untuk membawa kendaraan bermotor ke kempus, hal ini diperlukan untuk menunjang mobilas mahasiswa. Kendaraan yang digunakan mahasiswa dapat dijadikan tolak ukur dalam menentukan lapisan ekonomi mahasiswa. Contohnya adalah : mahasiswa yang menggunakan kendaraan mobil pribadi dapat dikategorikan


(61)

41 sebagai mahasiswa yang berada pada level ekonomi tingkat atas. Mahasiswa yang menggunakan kendaraan motor ke kampus, dapat dikategorikan sebagai mahasiswa yang berada pada level ekonomi tingkat menengah, dan mahasiswa yang tidak menggunakan kendaraan bermotor kekampus dapat dikategorikan sebagai mahasiswa yang berada pada level ekonomi rendah. Memang tidak semua mahasiswa yang tidak menggunakan kendaraan bermotor dapat dikategorikan sebagai mahasiswa yang berada pada level ekonomi bawah, hal ini dikarenakan ada banyak kemungkinan lain atau alasan seseorang yang berada pada level ekonomi atas, menengah dan bawah untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju kampus Universitas Lampung seperti lebih memilih untuk menggunakan angkutan kota untuk menuju kampus Universitas Lampung.

Beragamnya lapisan ekonomi yang ada pada mahasiswa Universitas Lampung menyebabkan perbedaan alat komunikasi handphone yang digunakan. Mahasiswa yang berasal dari lapisan ekonomi menengah ke bawah cendrung menggunakan handphone biasa atau smartphone dengan harga yang relatif murah, sedangkan untuk mahasiswa yang berasal dari lapisan ekonomi menengah ke atas cendrung menggunakan handphone atau smartphone dengan harga yang lebih mahal.

Perbedaan yang ada pada mahasiswa Universitas Lampung tidak hanya dalam hal latar belakang geografis dan lapisan ekonomi, kesenjangan digital atau digital divide yang ada pada mahasiswa Universitas Lampung juga berbeda antara satu dengan yang lainnya, harga serta jenis perangkat


(62)

42 komunikasi handphone dan smartphone yang digunakan oleh mahasiswa tidak dapat dijadikan acuan untuk mengetahui seberapa besar kesenjangan digital yang terjadi pada mahasiswa tersebut, hal ini dikarenakan tidak semua mahasiswa yang menggunakan perangkat handphone dan smartphone yang mahal mengetahui fungsi dan kegunaan perangkat handphone dan smartphone yang dimiliki secara keseluruhan. Begitu juga dengan mahasiswa yang menggunakan perangkat handphone dan smartphone yang relatif murah, tidak semua mengetahui fungsi perangkat yang digunakan secara menyeluruh.

Perbedaan kesenjangan digital yang ada pada mahasiswa Universitas Lampung ini menyebabkan terbukanya potensi tindak pidana penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial, dikatakan demikian karena digital divide merupakan salah satu hal yang mendasari terjadinya tindak pidana penipuan melalui media jejaring sosial.


(63)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan informasi yang telah diungkapkan dalam pembahasan, maka peneliti merumuskan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Dilihat dari hasil wawancara terhadap kelima informan mengenai dorongan mereka untuk memiliki smartphone, dapat disimpulkan bahwa dorongan untuk memiliki smartphone selain sebagai alat komunikasi juga agar dapat selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu up to date dalam hal teknologi komunikasi, selain itu alasan seseorang untuk memiliki smartphone adalah sebagai alat untuk menaikkan harga diri mereka di tengah-tengah masyarakat, dengan memiliki smartphone akan membuat mereka mendapat pandangan atau penghargaan lebih dari masyarakat dikarenakan kepemilikan smartphone tersebut.

2. Dilihat dari hasil wawancara terhadap kelima informan yang berkaitan dengan digital divide dapat disimpulkan bahwa kesenjangan digital atau digital divide juga terjadi pada sebagian mahasiswa yang merupakan salah satu elemen masyarakat yang dianggap melek teknologi atau paham terhadap teknologi. Hal ini dibuktikan dengan keterangan yang diberikan oleh seluruh informan yang menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui


(64)

91 fungsi secara keseluruhan smartphone yang dimiliki, dan fungsi yang diketahui hanya fungsi yang sering digunakan saja.

3. Dilihat dari hasil wawancara terhadap seluruh informan dalam hal rutinitas membuka media jejaring disimpulkan bahwa potensi atau kemungkinan terjadinya penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial di kalangan mahasiswa masih tinggi, hal ini dikarenakan media jejaring sosial merupakan media yang sering diakses oleh kalangan mahasiswa. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah dengan semakin sering seseorang mengakses media jejaring sosial, maka akan semakin besar kemungkinan seseorang tersebut menjadi korban penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial. Hal ini dikarenakan semakin sering seseorang mengakses media jejaring sosial maka akan semakin banyak informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial, dan apabila pengguna tersebut tidak dapat mengolah informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial dengan baik serta merespon informasi yang merupakan bentuk penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial, maka akan membuka kemungkinan seseorang tersebut untuk menjadi korban penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial.

4. Dilihat dari hasil wawancara kepada kelima orang informan mengenai

pengolahan informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial, disimpulkan bahwa potensi atau kemungkinan terjadinya tindak pidana penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial di kalangan mahasiswa rendah, hal ini dikarenakan informan memiliki cara


(65)

masing-92 masing untuk mengolah informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial, pengolahan informasi yang dilakukan oleh seseorang akan sangat berpengaruh terhadap potensi atau kemungkinan seseorang menjadi korban penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial. Terdapat begitu banyak informasi yang ada di media jejaring sosial, dan tidak semua informasi tersebut merupakan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.Untuk pengolahan informasi yang berasal dari media jejaring sosial dapat dilakukan dengan cara mencaritahu sumber dari informasi tersebut dan mencaritahu apakah sumber tersebut merupakan sumber yang dapat dipercaya kebenarannya atau tidak.

Pengolahan informasi yang dilakukan oleh seseorang akan dipengaruhi oleh kesenjangan digital atau digital divide yang ada pada seseorang. Orang yang kesenjangan digitalnya tinggi, hanya akan menerima semua informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial, sedangkan seseorang yang kesenjangan digitalnya rendah lebih teliti dalam menerima informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial.

5. Dilihat dari hasil wawancara kepada kelima informan mengenai prilaku dalam menggunakan media jejaring sosial dapat disimulkan bahwa, potensi atau kemungkinan dapat terjadinya penipuan dengan mengggunakan media jejaring sosial masih rendah, hal ini dikarenakan ada pertimbangan-pertimbangan tersendiri pada setiap orang untuk menerima atau menolak ajakan pertemanan di media jejaring sosial,


(66)

93 pertimbangan-pertimbangan tersebut diantaranya adalah siapakah yang mengirim permintaan pertemanan tersebut, apa hubungan antara orang yang mengirim permintaan dan orang yang dikirimi permintaan pertemanan tersebut, apabila tidak mengenal dan tidak memiliki hubungan dengan orang yang mengirimi permintaan pertemanan tersebut, maka permintaan pertemanan itu hanya akan dibiarkan atau tidak diperdulikan. Dengan tidak berteman di media jejaring sosial, maka pelaku penipuan tidak dapat memberikan informasi menyesatkan untuk seseorang, karena untuk dapat memberikan informasi kepada seseorang di media jejaring sosial dibutuhkan konfirmasi pertemanan terlebih dahulu oleh calon korban penipuan.

6. Dilihat dari hasil wawancara kepada kelima informan mengenai respon yang diberikan terhadap informasi-informasi mencurigakan yang merupakan bentuk-bentuk penipuan melalui media jejaring sosial disimpulkan bahwa potensi atau kemungkinan seorang mahasiswa menjadi korban penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial masih tinggi, hal ini dikarenakan hanya sedikit bentuk-bentuk penipuan melalui media jejaring sosial yang diketahui oleh mahasiswa. Respon atau timbal balik yang diberikan oleh seseorang akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang terhadap bentuk-bentuk penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial. Ketika seseorang sudah mengetahui bahwa informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial itu merupakan informasi bohong yang tidak benar, maka orang tersebut dapat menghindari informasi tersebut, hal ini bisa dilakukan dengan cara


(67)

94 melakukan block pada sumber yang memberikan informasi tersebut atau membiarkan dan tidak memperdulikan informasi tersebut.

7. Media jejaring sosial yang paling berpotensi atau berpeluang untuk terjadinya penipuan dengan menggunakan media jejaring sosial adalah media Facebook, Hal ini dikarenakan Facebook merupakan media jejaring sosial yang dimiliki oleh banyak orang, dan tidak semua pengguna Facebook merupakan orang yang dapat memproses dan merespon setiap informasi yang didapatkan dari media jejaring sosial tersebut dengan baik, hal ini dibuktikan dengan 3 dari 5 penipuan yang terjadi berasal dari media jejaring sosial Facebook

B. Saran

Berdasarkan informasi yang telah diungkapkan dalam pembahasan, maka peneliti merumuskan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan kepada pengguna media jejaring sosial untuk selalu memperhatikan setiap informasi yang didapatkan melalui media jejaring sosial, karena di jejaring sosial terdapat sangat banyak informasi, dan tidak semua informasi yang ada di jejaring sosial merupakan informasi yang benar dan sesuai dengan fakta.

2. Sebagai bahan masukan kepada pengguna smartphone dan jejaring sosial untuk memahami lebih jauh tentang smartphone yang dimiliki dan jejaring sosial yang digunakan, karena dengan secara keseluruhan mengenai smartphone yang dimiliki dan jejaring sosial yang digunakan


(68)

95 membuat pengguna smartphone dan jejaring sosial terhindar dari penipuan melalui media jejaring sosial.

3. Sebagai masukan kepada mahasiswa yang ingin melakukan penelitian tentang penipuan melalui media jejaring sosial agar dapat menggali lebih dalam lagi tentang penipuan melalui media jejaring sosial, hal ini karena bentuk dan modus penipuan melalui jejaring sosial semakin lama akan semakin berkembang, bersamaan dengan semakin berkembangnya teknologi.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Alfitri. 2007. “Budaya Konsumerisme Masyarakat Perkotaan”, Majalah Empirika. Volume XI, No.01. Halaman 02-03.

Arikunto, S. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara.

Bungin, Burhan. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers Grafindo.

Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hafied Cangara. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Hargittai, Eszter. 2003. Second-level digital divide Differences in people's online skills. San Diego CA: Academic Press.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Irawan, Prasetya. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu sosial. Jakarta: DIA FISIP UI.

Miles, M.B & A.M.Huberman, 1992. Analisa Data Kualitatif: (Penerjemah Tjetjep Rohendi R). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Ridwan Nawawi. 2008. Analisis dan Perancangan Aplikasi Jejaring Sosial Penjualan Berbasis Web. Salemba: Infotek.

R.W. Smolens Jr. 2012. Cultural Lag : Applying Time to Culture. New York: McGraw-Hill.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Zaki, Ali. 2008. Memanfaatkan Beragam Perangkat Teknologi Digital. Salemba: Infotek.


(70)

Sumber Internet

Sejarah Smartphone dari Masa ke-masa.

Internet Indonesia Tertinggi Ketiga di Asia.

Networking).


(71)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung

PEDOMAN WAWANCARA

IDENTITAS INFORMAN

Nama :

Usia :

Alamat :

Universitas :

Jurusan :

DAFTAR PERTANYAAN

1. Apakah anda pengguna smartphone? Smartphone apa yang anda gunakan? 2. Apa alasan anda memilih smartphone yang anda gunakan saat ini?

3. Sudah berapa kali anda mengganti smartphone anda?

4. Menurut anda apa alasan yang mendasari anda untuk memiliki smartphone? 5. Apakah anda selalu mengaktifkan data paket smartphone anda?

6. Apakah anda mengetahui dan menggunakan seluruh fungsi smartphone yang anda miliki?

7. Fungsi apa yang paling sering anda gunakan di smartphone?

8. Apakah anda memiliki jejaring sosial? jejaring sosial apa saja yang anda miliki dan gunakan?

9. Apakah anda mengakses jejaring sosial tersebut melalui smartphone yang anda miliki? 10.Seberapa sering anda mengakses jejaring sosial tersebut melalui smartphone anda? 11.Menurut anda informasi apa saja yang dapat anda dapatkan melalui media jejaring


(72)

12.Apakah anda selalu mempercayai semua informasi yang anda dapatkan melalui media jejaring sosial? apa yang menjadi pertimbangan anda untuk percaya atau tidak percaya terhadap informasi yang anda terima melalui media jejaring sosial?

13.Apakah media jejaring sosial yang anda gunakan membantu anda untuk memperluas lingkaran pertemanan anda? Lingkaran pertemanan seperti apa yang anda temukan melalui media jejaring sosial?

14.Apakah anda selalu menerima “Invite, Follow, Add dan Friend Request” yang ditujukan kepada anda? Apa yang menjadi pertimbangan anda untuk menerima “Invite, Follow, Add dan Friend Request” yang ditujukan kepada anda?

15.Pernahkah anda melihat atau mendapatkan informasi seperti berikut? (gambar terlampir)

16.Bardasarkan modus penipuan yang telah ditunjukan, modus mana yang pernah anda lihat atau dapatkan melalui media jejaring sosial?

17.Apa yang anda lakukan ketika anda melihat dan mendapatkan informasi seperti yang telah ditunjukan?

18.Pernahkah anda menjadi korban salah satu bentuk penipuan yang telah disebutkan tersebut? Bagaimana penipuan itu terjadi? Jelaskan.

19.Berdasarkan jenis-jenis penipuan lewat media jejaring sosial yang telah ditunjukan sebelumnya, menurut anda, jenis penipuan mana yang paling besar peluangnya untuk terjadi?

20.Menurut anda apa yang menjadi alasan seseorang bisa menjadi korban penipuan lewat media jejaring sosial?


(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(1)

12.Apakah anda selalu mempercayai semua informasi yang anda dapatkan melalui media jejaring sosial? apa yang menjadi pertimbangan anda untuk percaya atau tidak percaya terhadap informasi yang anda terima melalui media jejaring sosial?

13.Apakah media jejaring sosial yang anda gunakan membantu anda untuk memperluas lingkaran pertemanan anda? Lingkaran pertemanan seperti apa yang anda temukan melalui media jejaring sosial?

14.Apakah anda selalu menerima “Invite, Follow, Add dan Friend Request” yang ditujukan kepada anda? Apa yang menjadi pertimbangan anda untuk menerima “Invite, Follow, Add dan Friend Request” yang ditujukan kepada anda?

15.Pernahkah anda melihat atau mendapatkan informasi seperti berikut? (gambar terlampir)

16.Bardasarkan modus penipuan yang telah ditunjukan, modus mana yang pernah anda lihat atau dapatkan melalui media jejaring sosial?

17.Apa yang anda lakukan ketika anda melihat dan mendapatkan informasi seperti yang telah ditunjukan?

18.Pernahkah anda menjadi korban salah satu bentuk penipuan yang telah disebutkan tersebut? Bagaimana penipuan itu terjadi? Jelaskan.

19.Berdasarkan jenis-jenis penipuan lewat media jejaring sosial yang telah ditunjukan sebelumnya, menurut anda, jenis penipuan mana yang paling besar peluangnya untuk terjadi?

20.Menurut anda apa yang menjadi alasan seseorang bisa menjadi korban penipuan lewat media jejaring sosial?


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)