Peran Pekerja Sosial Masyarakat Pendamping Kelompok Usaha Bersama (KUBE)Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013

AhlanFahriadi

ABSTRAK
PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT PENDAMPING
KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DALAM PEMBERDAYAAN
KELUARGA MISKIN DI DESA TOTO MULYO KECAMATAN
WAY BUNGUR KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2013

Oleh
AHLAN FAHRIADI

Hasil pra riset menunjukkan indikasi peran PSM secara normatif berjalan baik,
namun KUBE binaanya tidak berjalan baik. Hasil penelitian sejenis sebelumnya
tidak membedakan peran PSM secara normatif dan yang diharapkan sehingga
memunculkan pro dan kontra. Hipotesis dirumuskan peran PSM secara normatif
berjalan baik namun peran yang diharapkan tidak berjalan baik. Adapun tujuan
penelitian ini adalah menguji hipotesis tersebut. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan peran normatif PSM tidak berjalan baik. Pada tahap

persiapan, PSM tidak menetapkan jenis usaha UEP sesuai potensi lokal dan PSM
tidak konsisten memberikan motivasi kepada anggota KUBE. Tahap pelaksanaan,
PSM memberikan buku administrasi KUBE. Tahap Perkembangan KUBE, PSM
tidak melaksanakan bimbingan menabung, IKS dan LKM. Tahap Kemitraan

AhlanFahriadi

usaha, PSM tidak mempromosikan hasil produksi KUBE binaanya. Tahap
evaluator PSM tidak membuat laporan perkembngan KUBE.
Hasil penelitian menunjukkan peran PSM yang diharapkan tidak berjalan baik.
Tahap perencanaan, PSM tidak berhasil mengembangkan jenis usaha UEP dan
tidak berhasil meningkatkan motivasi anggota KUBE. Tahap pelaksanaan,
pengisian buku administrasi tidak lengkap. Tahap perkembangan KUBE, PSM
tidak berhasil melaksanakan bimbingan menabung, IKS dan LKM. Tahap
kemitraan usaha, PSM tidak mempromosikan hasil produksi KUBE binaanya.
Tahap evaluator PSM tidak berhasil mengevaluasi keseluruhan kegiatan KUBE.
Berdasarkan hipotesis penelitian diatas, peran PSM secara normatif dan yang
diharapkan tidak berjalan baik.
Kata kunci: anggota KUBE, bidang pelayanan bantuan sosial, PSM
\


AhlanFahriadi

ABSTRACT
THE ROLE OF SOCIAL WORKER COMMUNITY GUIDE OF JOINT
VENTURES GROUP (KUBE) IN EMPOWERING POOR FAMILY IN
TOTO MULYO VILLAGE WAY BUNGUR SUB DISTRICT EAST
LAMPUNG DISTRICT YEAR 2013

By
AHLAN FAHRIADI

The results of pre-research showed the indications the role of PSM normatively
goes well, but KUBE under its assistance is not going well. The results of
previous similar studies did not distinguish the role of PSM normatively and the
expected role, so brings up the pros and cons. The hypothesis formulated that
PSM as a normative role worked but expected role is not going well. The
purpose of this study was to test the hypothesis. This research is a descriptive
study with qualitative approach.
The results showed normative role of PSM is not running well. In the preparation

phase, PSM does not specify the type of business UEP as appropriate to local
potency

and PSM is not consistent to motivate KUBE members. In

implementation phase, PSM provides KUBE administration books. In KUBE
development phase, PSM does not implement guidance in saving, IKS and LKM.
In business partnership phase, PSM does not promote the production of KUBE

AhlanFahriadi

under its assistance. In evaluating phase, PSM

does not make KUBE

development report.
The results showed the expected role of PSM is not running well. In planning
phase, PSM does not successfully develop business type of UEP and increase the
KUBE members’ motivation. Implementation phase, filling the administration
book was incomplete. KUBE developmental phase, PSM does not successfully

implement the guidance for saving, IKS and LKM. Business partnerships phase,
PSM does not promote the production of KUBE under its assistance. Phase of
evaluating, PSM unsuccessfully evaluates the overall activities of KUBE. Based
on the above research hypothesis, both roles of PSM as normative and as expected
is not going well.
Keywords: KUBE members, social assistance services field, PSM

PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT PENDAMPING
KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DALAM PEMBERDAYAAN
KELUARGA MISIKN DI DESA TOTO MULYO KECAMATAN
WAY BUNGUR KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2013

Oleh
AHLAN FAHRIADI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Taman Negeri, Lampung Timur pada
tanggal 05 April 1992. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara pasangan Bapak Ratiban, S.Pd dan Ibu Rusminah,
S.Pd. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri 2
Taman Negeri pada tahun 1998 dan menyelesaikan studinya pada tahun 2004.
Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah SMP Negeri 1
Purbolinggo yang diselesaikan pada tahun 2007 dan melanjutkan pendidikan ke
SMA Negeri 1 Purbolinggo yang selesai pada tahun 2010.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu pemerintahan,

Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, Universitas Lampung melalui jalur
Mandiri. Pada awal tahun 2013 penulis mengikuti pengabdian kepada masyarakat
melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Tegineneng, Kabupaten
Tanggamus.

Selama menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung, penulis pernah mengikuti organisasi internal kampus antara lain
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Pemerintahan. Penulis dapat
dihubungi melalui email fahryady@rocketmail.com atau kontak 085768405666.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada

Allah SWT yang telah begitu banyak memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya
Ayah dan Ibu Tercinta, serta keluarga besar yang telah
mendoakan dan menyayangiku sepenuh hati serta
mendukung dengan penuh keikhlasan
Mbak dan adikku tersayang, Puji Hartati, S,Pd dan

Resti Utami
Sahabat-sahabatku, terimakasih atas doa dan
dukungan yang diberikan.
Almamater tercinta tempatku menimba ilmu
UNIVERSITAS LAMPUNG

MOTO

Wahai orang-orang yang beriman!
Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Al Baqarah ayat 153)

Tidak ada niat Tuhan untuk mempersulit kita.
Masalah dan hambatan adalah penguat dan pengingat.
Jika kita tidak menguatkan diri,kita dilemahkan.
Jika kita tidak meluruskan diri, kita tersesat.
(Mario Teguh)

Jika ada yang lebih baik itu mungkin, maka baik saja tidak cukup

(Ahlan Fahriadi)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peran Pekerja Sosial
Pendamping Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam Pemberdayaan
Keluarga Miskin di desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2013” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas lampung.
2. Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
3. Robi Cahyadi K, S.IP., M.A selaku dosen Pembimbing Akademik.
4. Drs. Piping Setia Priangga, M.Si selaku dosen pembimbing utama, atas
motivasi, saran, dan masukannya.
5. Maulana Mukhlis, S.Sos. M.I.P selaku dosen Pembahas atas saran dan

masukannya.

6. Bapak dan ibu dosen pengajar Jurusan Ilmu Pemerintahan, atas segala ilmu
yang telah diberikan.
7. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan dan Petugas Ruang Baca.
8. Purwianto, S.Pd selaku TKSK Kecamatan Way Bungur yang telah membantu
selama penelitian.
9. Agus Imron selaku PSM Desa Toto Mulyo yang telah banyak memberikan
bantuan dan kemudahan selama penelitian.
10. Seluruh Informan yang telah bersedia memberikan informasi dan kemudahan
selama penelitian.
11. Teristimewa untuk Ayah, Ibu, Mbak dan Adikku tersayang, yang telah
mendoakan, mendukung dengan sepenuh hati.
12. Sahabat istimewa Yuliani S.Pd dan Luki Nugroho S.Pd atas saran dan
motivasinya.
13. Sahabat terbaik selama di kampus ini Edo Putra Fitriadi, Harizon, Yulius
Leonardo, Rini Wulandari S.I.P, Resti Agustina, Retno Mahdita Putri, S.I.P ,
Eka Mala Sari, S.I.P, Rike Prisina, S.I.P, Nur Astriani, Syarifudin, Agus
Priyadi, Ayu Mira Asih, S.I.P, Ikhwan Efrizal, S.I.P dan yang tak dapat
disebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan yang

terjalin. Semoga persahabatan ini tidak berakhir seiring berakhirnya masa
studi kita. Aamiin
14. Seluruh sejawat perjuangan mahasiswa Ilmu Pemerintahan 2010 atas
kesediaannya dalam membantu dalam kelancaran penelitian ini.
15. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis
dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, Aamiin.

Bandar Lampung,
Penulis

Ahlan Fahriadi

Mei 2015

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Peran .......................................................................... 11
B. Tinjauan Pekerja Sosial............................................................. 13
C. Tinjauan Pemberdayaan ............................................................ 25
D. Tinjauan Keluarga Miskin ........................................................ 27
E. Tinjauan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) .......................... 31
F. Kerangka Pikir .......................................................................... 34
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian .......................................................................... 38
B. Sumber Data.............................................................................. 38
C. Fokus Penelitian ........................................................................ 39
D. Lokasi Penelitian ....................................................................... 43
E. Informan .................................................................................... 43
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 44
G. Teknik Pengolahan data ............................................................ 44
H. Teknik Analisis Data................................................................. 45
IV. GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Desa Toto Mulyo ......................................................... 46
B. Kelompok Usaha Bersama Desa Toto Mulyo .......................... 49
C. Gambaran Umum Informan ...................................................... 53
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Peran normatif PSM sebagai Pendamping KUBE ................... 56

xiv

B. Peran PSM yang diharapkan sebagai Pendamping KUBE ....... 70
C. Pembahasan Peran PSM secara normatif dan yang diharapkan
sebagai Pendamping KUBE ...................................................... 79
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................... 84
B. Saran ......................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 88
LAMPIRAN
A. Panduan Wawancara Bidang Pelayanan dan BanSos ................. 91
B. Panduan Wawancara PSM .......................................................... 97
C. Panduan Wawancara Ketua KUBE UM 2 .................................. 102
D. Panduan Wawancara Ketua KUBE UM 3 .................................. 106
E. Panduan Wawancara Bendahara KUBE UM 6 .......................... 110
F. Panduan Wawancara Anggota KUBE UM 5 ............................. 114
G. Panduan Wawancara Anggota KUBE UM 7 ............................. 118

xv

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Nama-Nama Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
di Desa Toto Mulyo ........................................................................ 4
2. Nama-Nama Kepala Desa yang pernah menjabat
di Desa Toto Mulyo ........................................................................ 47
3. Hasil Wawancara Peran Perencana ................................................ 60
4. Hasil Wawancara Peran Motivator ................................................ 63
5. Hasil Wawancara Peran Fasilitator ................................................ 64
6. Hasil Wawancara Peran Pembimbing ............................................ 66
7. Hasil Wawancara Peran Pemberi Informasi .................................. 68
8. Hasil Wawancara Peran Evaluator................................................. 70
9. Laporan Hasil Kegiatan KUBE UM 6 ........................................... 122
10. Buku Tamu UM 2 .......................................................................... 123
11. Dana Bantuan KUBE Kab. Lam Tim Tahun 2013 ........................ 124

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Kerangka Pikir ................................................................................. 37
2. Struktur Organisasi KUBE .............................................................. 52
3. Kolam KUBE UM 7 ........................................................................ 72
4. Papan Nama KUBE ........................................................................ 78
5. Wawancara Dengan Agus Imron (PSM) ......................................... 126
6. Kondisi Kolam Kekurangan Air ...................................................... 126
7. Wawancara Dengan Bagian Bidang Pelayanan dan BanSos ........... 127
8. Wawancara Dengan Ketua KUBE UM 2 ........................................ 128
9. Papan Nama KUBE UM 6 ............................................................... 129
10. Lokasi Kolam Yang Tidak Dipasang Papan Nama KUBE .............. 129

xvii

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mewujudkan
kesejahteraan umum sebagai mana tercantum dalam Undang-Undang 1945
alinea ke 4. Kesejahteraan umum diwujudkan melalui program pembangunan
masyarakat yang berkelanjutan dan merata di segala bidang kehidupan
bernegara. Menurut Sukirno (dalam Widiastuti, 2008:1) menyatakan bahwa
kesejahteraaan bersifat subyektif dimana setiap orang mempunyai pedoman,
tujuan, dan cara hidup yang berbeda terhadap faktor- faktor yang menentukan
kesejahteraan. Seseorang dapat dikatakan hidup sejahtera jika orang tersebut
mampu mencukupi kebutuhan hidup, baik secara material maupun spiritual.

Kebutuhan material yaitu kebutuhan akan sandang, pangan, papan.
Sedangkan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, ibadah, keamanan,
dihormati

dan

dihargai

orang

lain

termasuk

kebutuhan

spiritual.

Kesejahteraan tidak dapat dipisahkan dengan kemiskinan. Kemiskinan adalah
masalah pembangunan yang bersifat multidimensi yang hadir ditengah
masyarakat, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kemiskinan
yang terjadi pada masyarakat ditandai oleh keterbelakangan sumber daya
manusia, keterisolasinya tempat tinggal dan pengangguran yang terus

2

meningkat menjadi ketimpangan antar daerah, antar sektor dan antar
penduduk.

Pendapat ini didukung oleh Chambers (dalam Suyanto 2013:12) mengatakan
bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang memiliki lima
dimensi, yaitu : 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3)
kerentanan terhadap situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan
(dependence), 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun
sosiologis. Menurut Suharto (2005:135) kemiskinan merujuk pada kurangnya
jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan
kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Definisi kemiskinan ini
juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktorfaktor penghambat seperti faktor internal dan eksternal.

Oleh karena itu, Kementerian Sosial sebagai lembaga yang berfokus pada
program pembangunan kesejahteraan sosial melaksanakan kegiatan yang
bertujuan untuk memberdayakan kelompok masyarakat miskin di Indonesia.
Salah satu program yang dilaksanakan adalah menyelenggarakan Program
Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) dengan pendekatan Kelompok Usaha
Bersama (KUBE). Adapun bentuk program yang dilaksanakan adalah
Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) dengan penguatan modal
usaha untuk memfasilitasi kelompok fakir miskin yang telah diwadahi dalam
KUBE untuk mengelola Usaha Ekonomi Produktif (UEP)
Peningkatan kesejahteraan rakyat di Indonesia dirasakan sudah sangat
mendesak khususnya bagi keluarga miskin. Salah satu daerah di Provinsi

3

Lampung yang mendapat bantuan program P2FM adalah Kabupaten
Lampung Timur. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2013 mencatat jumlah Rumah Tangga Miskin
(RTM) sebanyak 25.156 KK. Dari data dapat dilihat masih ada keluarga
miskin di Kabupaten Lampung Timur yang perlu mendapat bantuan dari
pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.

Melalui program pemberdayaan keluarga miskin dirancang untuk mengurangi
terjadi

peningkatan

kemiskinan

yang

lebih

besar,

dalam

konteks

pembangunan kesejahteraan sosial berarti peningkatan kapasitas (capacity
building) agar para penerima pelayanan sosial memiliki kemampuan dan
kepercayaan diri dalam memenuhi kebutuhan dasar. Usaha penanggulangan
kemiskinan melalui pemberdayaan keluarga miskin yang dilaksanakan
pemerintah salah satunya adalah program pengembangan Usaha Ekonomi
Produktif (UEP) Program ini ditujukan untuk memotivasi keluarga miskin
agar lebih maju, mampu bekerjasama dalam kelompok, mendayagunakan
potensi sumber sosial lokal dan memperkuat budaya kewirausahaan.

Kegiatan UEP yang dikembangkan meliputi jenis usaha peternakan,
perikanan, pertanian, industri rumah tangga, jasa dan usaha ekonomi lainnya.
Pemerintah memberikan bantuan modal usaha, sarana dan prasarana,
santunan hidup yang disalurkan langsung melalui mekanisme perbankan.
Pembinaan usaha ekonomi produktif diarahkan pada kesinambungan usaha,
yang dapat meningkatkan volume usaha sehingga dalam skala besar dapat
diarahkan menjalin kemitraan dengan pengusaha.

4

Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Sosial

RI

Nomor

84/HUK/1997

(Departemen Sosial RI 2009:3) tentang pelaksanaan pemberian bantuan sosial
keluarga miskin dan penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) lintas kabupaten/kota yang mengacu pada pasal 10 UU No.32 tahun
2004, maka pemberdayaan untuk keluarga miskin dapat dilaksanakan oleh
pemerintah. Pelaksanaan program pemberdayaan fakir miskin melalui KUBE
pemerintah mempunyai mekanisme pelaksanaan program yaitu adanya
pembina teknis wilayah dengan dukungan anggaran APBD atau sering
disebut Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dengan fungsi melakukan
pendampingan terhadap keluarga miskin dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial.

Pada tahun 2013 Kabupaten Lampung Timur mendapat bantuan program
KUBE yang pelaksanaanya di lakukan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur. Departemen Sosial RI (2005:39)
menyatakan PSM dibentuk dan ditentukan oleh ketua Tim Pembina
(Bupati/Walikota).

PSM

berguna

untuk

memecahkan

masalah,

mengembangkan KUBE agar tumbuh, berkembang dan mandiri. Adapun
nama-nama KUBE yang ada di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur
Kabupaten Lampung Timur sebagai berikut:

Tabel 1. NAMA-NAMA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI
DESA TOTO MULYO KECAMATAN WAY BUNGUR KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR

NO
1
2

Nama KUBE
Usaha Mandiri 2
Usaha Mandiri 3

Nama desa
Toto Mulyo
Toto Mulyo

5

3
4
5

Usaha Mandiri 5
Usaha Mandiri 6
Usaha Mandiri 7

Toto Mulyo
Toto Mulyo
Toto Mulyo

Sumber : Kecamatan Way Bungur tahun 2013

KUBE diatas merupakan kelompok usaha binaan dari Dinas Sosial Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur tahun 2013. KUBE ini
dibentuk bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi
keluarga miskin. Pemerintah Kabupaten Lampung Timur merespon adanya
keluarga miskin dengan memberikan bantuan modal usaha agar kelompok
miskin dapat menggali dan mengembangkan potensi alam setempat yaitu di
bidang perikanan. Berdasarkan atas proposal KUBE yang diajukan
menyatakan alasan memilih usaha bidang perikanan karena ketersedian pakan
alami ikan , adanya sumber air, mudahnya akses trasportasi dan tingginya
permintaan pasar.

Oleh karena itu, KUBE yang ada di Desa Toto Mulyo akan mengelola
pembesaran ikan gurame, dengan jumlah anggota 10 orang per kelompok.
Akan tetapi, kondisi masyarakat yang minim pengetahuan, keterbatasan
modal usaha serta pengalaman yang kurang memadai menyebabkan keluarga
miskin tersebut kesulitan mengembangkan dan memanfaatkan sumber lokal
yang ada. Oleh karena itu, PSM harus mendampingi keluarga miskin tersebut
agar berkembang lebih baik.. PSM harus memahami etika serta wajib
menjalankan tahapan-tahapan norma yang berlaku.

Program pemberdayaan KUBE akan berjalan dengan baik apabila PSM
menjalankan perannya secara konsisten dan tepat sasaran. Pemberdayaan
harus dilakukan berkesinambungan yang mengacu pada aturan yang ada.

6

PSM dalam pemberdayaan keluarga miskin dapat dikatakan berhasil jika
telah menjalankan kegiatan-kegiatan pemberdayaan sesuai aturan normatif
dan masyarakat miskin menjadi mandiri dan nantinya dapat lepas dari
bantuan pemerintah. Meskipun, proses pelaksanaan pendampingan fakir
miskin terkadang antara teori dengan pelaksanaan PSM di lapangan tidak
berjalan sesuai yang diharapkan.

Berdasarkan hasil pra-riset penulis pada tanggal 25 Februari 2014 di KUBE
Usaha Mandiri 6 Desa Toto Mulyo menunjukkan adanya indikasi
ketidaksesuaian antara pemilihan jenis usaha yang dikembangkan anggota
KUBE dengan potensi alam yang ada. Adapun beberapa penelitian
sebelumnya terkait peran PSM dalam pendampingan KUBE diantaranya
sebagai berikut:

1.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Hidayat (2009) tentang
bagaimana peranan pendamping Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di
Desa Tangsi duren dan Kelurahan Tangsi Baru Kecamatan Kabawean
Kabupaten Kepahiang. Hasil penelitian menyatakan bahwa pendamping
KUBE

di

Tangsi

Duren

memiliki

peranan

penting

dalam

memberdayakan kelompok untuk dapat mencapai keberhasilan KUBE
berprestasi tingkat Provinsi. Peran dari pendamping yang berjalan aktif
berkesinambungan dengan waktu fleksibel yaitu pemberi informasi,
perencana, pembimbing, motivator, fasilitator, penghubung, mobilisator,
advokator, dan evaluator. Untuk peran sebagai pembimbing dan
motivator terus dilakukan aktif berkesinambungan sampai saat ini.

7

Sedangkan peran pendamping pada KUBE Tangsi Baru hanya berjalan
pada awal bantuan BLPS diterima dan peran yang dilakukan tidak
berkesinambungan. Adapun peran yang dilaksanakan pendamping KUBE
”Bina Tani” yakni sebagai pemberi informasi, motivator, fasilitator, dan
pembimbing.
2.

Penelitian yang dilakukan Untung Basuki (1997:173) tentang peranan
pembina kelompok dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) di kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta yang
diukur dari kondisi kehidupan keluarga miskin, efektivitas peranan
pembina kelompok dalam pengembangan KUBE serta hubungan antara
pelaksanaan peranan pembina kelompok tersebut terhadap kinerja KUBE
binaan mereka.
Hasil penelitian menyatakan pertama; kondisi kehidupan keluarga miskin
di daerah ini umumnya dicirikan dengan pemilikan tanah pertanian yang
kecil (dibawah 0,50 ha). Kedua; program BKS yang ditunjukkan untuk
mengatasai masalah kemiskinan melalui pendekatan KUBE masih
dihadapkan pada kinerja para pembina kelompok yang belom semua
dapat berperan secara efektif. Ketiga; intensitas pembinaan yang tinggi
oleh pembina kelompok KUBE akan diikuti dengan prestasi KUBE
binaan yang tinggi. Sebaliknya intensitas pembinaan yang rendah oleh
pembina kelompok KUBE akan diikuti kinerja yang rendah pula.

3.

Penelitian yang dilakukan oleh Fazra Raissa Wulandari (2011:63) di
Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang tentang
bagaimana peran PSM dalam pemberdayaan KUBE. Hasil penelitian

8

menyatakan
miskin

pelaksanaan peran PSM dalam pemberdayaan keluarga

dilakukan

enam

tahap

pendampingan

yaitu

perencana,

pembimbing, pemberi informasi, motivator, fasilitator, evaluator.

Dari beberapa penelitian diatas, semuanya melakukan penelitian dengan
pembahasan yang sama yaitu mengenai peran pendamping KUBE dalam
pemberdayaan keluarga miskin. Namun beberapa penelitian diatas belum ada
yang secara khusus membahas atau membagi peran pendamping KUBE
dalam pemberdayaan keluarga miskin dilihat dari aspek normatif dan yang
diharapkan dengan berdasarkan buku pedoman umum pendampingan KUBE.
Perbedaan penelitian dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan
sebelumnya yaitu selain penelitian ini membagi peran pendamping KUBE
secara normatif dan yang diharapkan, lokasi penelitiannya pun berbeda. Yaitu
di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur
tahun 2013.

Pada hasil penilitian Rahmat Hidayat menyatakan peran PSM di Desa Tangsi
duren dan Kelurahan Tangsi Baru menunjukkan perbedaan yaitu peran PSM
di Desa Tangsi Duren sudah berjalan baik sedangkan peran PSM di
Kelurahan Tangsi baru belum berjalan baik. Hasil penelitian Untung Basuki
menunjukkan peran PSM dalam pengembangan KUBE belum efektif.
Sedangkan hasil penelitian Fazra Raissa Wulandari menyatakan peran PSM
dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Lebak Wangi sudah berjalan
baik.

9

Berdasarkan Perbedaan hasil penelitian diatas menarik peneliti untuk
mengkaji kembali peran PSM dalam pemberdayaan keluarga miskin namun
di ukur dari sisi aturan (normatif) dan peran yang diharapkan (keberhasilan
PSM) sesuai buku pedoman umum pemberdayaan KUBE yang berlaku.
Adapun pendamping KUBE yang dimaksud adalah PSM Desa Toto Mulyo
yang menjalankan fungsi sosialnya sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
subyek diatas dengan judul :
“Peran Pekerja Sosial Pendamping Kelompok Usaha bersama (KUBE) dalam
Pemberdayaan Fakir Miskin di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur,
Kabupaten Lampung Timur tahun 2013”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
a.

Bagaimana peran normatif PSM dalam memberdayakan keluarga miskin
di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung
Timur dapat dinyatakan berjalan baik ?

b.

Bagaimana peran PSM yang diharapkan dalam memberdayakan keluarga
miskin di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten
Lampung Timur dinyatakan tidak berjalan baik ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian untuk menguji hipotesis yang menyatakan :
a.

Peran PSM secara normatif diindikasikan berjalan baik dalam
memberdayakan Keluarga Miskin di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way
Bungur Kabupaten Lampung Timur.

10

b.

Peran PSM yang diharapkan diindikasikan tidak berjalan baik dalam
pemberdayaan Keluaga Miskin di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way
Bungur Kabupaten Lampung Timur.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a.

Keterujian hipotesis pro dan kontra dari hasil penelitian sebelumnya yang
menyatakan :
1.

Peran

normatif

PSM

sudah

berjalan

dengan

baik

dalam

memberdayakan Keluarga Miskin di Desa Toto Mulyo Kecamatan
Way Bungur Kabupaten Lampung Timur.
2.

Peran PSM yang diharapkan dinyatakan tidak berjalan baik dalam
pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Toto Mulyo Kecamatan
Way Bungur Kabupaten Lampung Timur.

3.

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaksana kebijakan dalam
lingkup kesejahteraan sosial. Khususnya PSM di Desa Toto Mulyo
Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Peran
Peran adalah kata kerja yang merupakan kata dasar dari kata “ Peranan” Menurut
Kamus Bahasa Indonesia ( 1999: 751) Peran adalah perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Dalam
Terminologi ilmu sosial dan politik kata ini diartikan sebagai seperangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.
Menurut Taneko (1986: 23) menyatakan yang di maksud peran adalah kegiatan
organisasi yang berkaitan dengan menjalankan tujuan untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Jika peran dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat kolektif dalam
masyarakat seperti sekelompok orang atau organisasi berarti seperangkat tingkah
laku dari kelompok tertentu yang memiliki pengaruh terhadap masyarakat.

Menurut Sugiyono (2002:72) peranan lembaga mencakup sumber daya berupa
pengadaan dan pengelolaan masukan-masukan keuangan yang dapat membantu
pelaksanaan kegiatan lembaga. Menurut Syani (2007 : 94) peranan adalah suatu
perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan
kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya. Seseorang dikatakan telah
berperan apabila ia telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

12

status sosialnya dalam masyarakat. Menurut Soekanto (2002: 243) memberikan
arti peranan sebagai aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia
menjalankan suatu peranan. Peranan paling sedikit mencakup tiga hal:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.

Dalam skripsi ini, penulis ingin memaknai peran yang digunakan dalam
penelitian yaitu peran yang meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi tempat seseorang dalam masyarakat. Seseorang yang mempunyai
kedudukan dalam struktur masyarakat harus mampu mempertanggung jawabkan
tugas dan fungsinya dengan baik. Oleh karena itu, seseorang itu diharapkan dapat
menyesuaikan dirinya agar masyarakat melihat bahwa seseorang yang
mempunyai peran dapat membimbing masyarakat tanpa mencari keuntungan
semata dan imbalan. Seseorang yang mempunyai peran bekerja hanya untuk
memberikan pelayanan dan dapat membangun komunikasi dengan saling
menghormati harga diri masyarakat.

13

Berdasarkan Pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan yang dimaksud
dengan peran adalah kegiatan individu, elite, lembaga atau organisasi yang
memiliki tujuan tertentu, melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukan

atau

status

sosialnya

sehingga

memunculkan

kepercayaan

masyarakat.

B. Tinjauan Pekerja Sosial
Menurut Suharto (2005:93) Pekerja sosial merupakan satu strategi yang sangat
menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan
prinsip keberhasilan pekerja sosial, yaitu membantu orang agar mampu
membangun dirinya sendiri. Peran seorang pekerja sosial seringkali diwujudkan
dalam kapasitasnya sebagai pendamping bukan sebagai penyembuh atau
pemecah masalah (Problem solver) secara langsung, oleh karena itu pekerja
sosial sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan
dalam pemberdayaan.

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI (2009:6) yang
dimaksud pendamping adalah perorangan, kelompok atau lembaga yang
memiliki kompetensi untuk bekerja sama dengan KUBE fakir miskin dalam
mengembangkan berbagai gagasan dan aksi mencapai tujuan kelompok tersebut.
Departemen Sosial RI (2009:79) hakekat Pendampingan sosial merupakan kata
benda yang berasal dari damping, yang artinya dekat, karib, rapat. Jadi,
pendampingan dapat diartikan sebagai proses pendekatan sehingga menjadi karib
dan akrab.

14

Pendampingan sosial adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara
pendamping dengan KUBE, LKM- KUBE, dan masyarakat sekitarnya. Dalam
rangka memecahkan masalah, mempererat dukungan, mendayagunakan berbagai
sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan
akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas
pelayanan publik lainnya. KUBE sebagai kelompok dari keluarga-keluarga fakir
miskin membutuhkan pendampingan dari orang yang lebih tahu dan lebih
terampil daripada mereka. KUBE di dalam melaksanakan usaha sosialekonomisnya, sering dihadapkan pada berbagai kendala dan masalah, sehingga
membuthkan orang yang ahli, namun orang tersebut harus dekat secara fisik,
sosial, dan emosional dengan mereka.

Berdasarkan pendapat diatas maka penulis dapat menyimpulkan yang dimaksud
dengan pendamping sosial adalah seseorang atau kelompok yang memiliki
kemampuan (skill) khusus dibidangnya sendiri sehingga dapat bekerja sama
dengan KUBE fakir miskin karena kedekatan secara fisik, sosial dan emosional.

1. Tujuan Pendampingan Pekerja sosial

Tujuan umum pendampingan sosial adalah meningkatkan motivasi,
kemampuan, peran para anggota KUBE atau LKM-KUBE dalam mencapai
kualitas hidup dan kesejahteraan anggotanya. Adapun tujuan khususnya
adalah :

15

a. Meningkatnya kemampuan KUBE dalam menemukenali permasalahan,
potensi para anggota dan sumber daya sosial ekonomi yang ada di
lingkungannya.
b. Meningkatnya kemampuan KUBE dalam merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi kegiatan pemecahan masalah dan kesejahteraan sosial.
c. Meningkatnya akses para anggota KUBE terhadap lapangan kerja,
pelayanan sosial dasar, dan fasilitas pelayanan publik lainnya.
d. Terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga fakir miskin ( sandang, pangan,
papan, lapangan pekerjaan, pendidikan dasar, pelayanan kesehatan dasar,
pelayanan kesehatan dasar, air bersih dan sanitasi lingkungan, serta
kebutuhan dasar lainnya.
e. Meningkatnya kemampuan KUBE dalam mempertanggung-jawabkan
kegiatan usaha ekonomi dan usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan
secara bersama-sama.

2. Unsur-Unsur Pendampingan
a. Tokoh lokal, yaitu pemimpin lokal yang bertindak untuk menggerakkan
dan mendayagunakan potensi KUBE. Pemimpin lokal ini bisa tokoh
agama,pekerja sosial, pemimpin formal maupun informal.
b. Kelompok swadaya masyarakat, dalam hal ini adalah KUBE yang akan
menjadi sasaran sekaligus pelaku.
c. Dana masyarakat (keswasembadaan)
d. Sarana dan prasarana yang tersedia di sekitar lingkungan.

16

e. Pengetahuan

dan

kearifan

lokal,

artinya

pendampingan

perlu

memperhatikan keunikan lokal.
f. Teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan, termasuk didalamnya
penggunaan teknologi tepat guna.
g. Mitra usaha nasional dan lokal/ setempat yang dapat diajak ikut serta
dalam memberikan jaminan lapangan kerja, pendampingan usaha
ekonomi, bimbingan teknis, akses pasar, jaminan sosial, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan tugas-tugas pendampingan sosial, pendamping sosial
senantiasa berinteraksi dan bermitra kerja (partnership) dengan berbagai pihak,
antara lain sebagai berikut :
1. Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat/LSM lokal, yang diutamakan
berasal dan hidup serta bekerja dari lingkungan tempat KUBE fakir
miskin berada.
2. Konsultan teknis, yaitu petugas, pengurus orsos, seseorang yang dengan
kemampuannya dapat dijadikan konsultasi teknis kepada pendamping
sosial KUBE.
3. Lembaga sosial kemasyarakatan, yaitu organisasi non pemerintah/
organisasi sosial/ swadaya masyarakat/ forum-forum masyarakat yang
dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi dan informasi antar KUBE,
sarana kerjasama, sarana untuk menjembatani antara KUBE dengan
pemilik sumber.

17

4. Pemilik sumber, yaitu berbagai jaringan kerja, yang berupa lembaga/
badan/ instansi/ perorangan yang diperkirakan dapat memberikan system
dukungan terhadap pelaksanaan pendampingan sosial KUBE fakir miskin.

3. Lingkup Pendampingan Pekerja Sosial
Lingkup pendampingan Sosial dikaitkan dengan proses pembentukan dan
pengembangan KUBE, yaitu :
1. Tahap persiapan, meliputi :
a. Orientasi dan observasi, yang ditujukan untuk mengetahui secara garis
besar suatu lingkungan (calon lokasi) penduduk dengan berbagai
permasalahan sosial, kebutuhannya dan sumber potensi desa yang
mungkin mendukung pelaksanaan kegiatan.
b. Registrasi dan identifikasi, tujuannya mengetahui gambaran nyata,
latar belakang daerah dan jenis kebutuhan masyarakat daerah tersebut.
c. Perencanaan program, yaitu menetapkan tujuan yang hendak dicapai
guna mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat dan
menemukan calon sasaran KBS.
d. Penyuluhan sosial umum ditujukan untuk memberikan penyadaran dan
pengertian

tentang

permasalahan

yang

mereka

hadapi

dan

memecahkan masalah mereka baik material, sosial, emosional,
spiritual, dan intelektual.

18

e. Bimbingan pengenalan masalah, ditujukan untuk menumbuhkan
kemampuan dan keterampilan calon keluarga KBS dalam menghadapi
masalah.
f. Bimbingan motivasi sosial, ditujukan untuk membangkitkan niat
berusaha dan mengatasi masalah sosial yang dihadapi serta memilih
pemecahan masalah.
g. Penilaian dan analisis, ditujukan untuk mengapresiasikan seluruh
rangkaian kegiatan pada tahap persiapan (prakondisi) sehingga hasil
penilaian ini dapat digunakan untuk tahap selanjutnya.

2. Tahap Pelaksanaan pemberi bantuan stimulan UEP, meliputi :
a. Seleksi Calon Keluarga Binaan (KBS), ditujukan untuk memperoleh
gambaran yang jelas tentang calon KBS kemudian di kualifikasi dan
kuantifikasi.
b. Diskusi penentuan jenis usaha, ditujukan untuk menggali harapan
calon KBS, sesuai kebutuhan nyata mereka untuk mengelola suatu
jenis usaha yang cocok dan sesuai kemampuan dan SDA disekitarnya.
c. Latihan keterampilan berusaha, yang ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, baik teori maupun praktek sehingga
dapat mengelola jenis usaha UEP.
d. Pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) untuk keluarga
miskin sesuai keterampilan usahanya.

19

e. Pemberian bantuan santunan hidup artinya keluarga anggota KUBE
agar memiliki kondisi fisik dan kesehatan baik selama mengikuti
pelatihan.
f. Pemberian modal usaha ekonomi produktif (UEP) berupa bantuan
stimulan modal usaha.
g. Pemberian bantuan bahan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni.
h. Peningkatan kemampuan KUBE dalam memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya.

3. Tahap bimbingan usaha Kelompok meliputi :
a. Bimbingan menabung dan mendapatkan kredit.
b. Bimbingan pemupukan modal usaha agar usahanya semakin
berkembang.
c. Bimbingan pemasaran, agar KUBE mampu memasarkan UEP nya.
d. Bimbingan kerjasama antar kelompok, ditujukan untuk pemecahan
masalah permodalan.
e. Evaluasi, ditujukan untuk mengetahui apakah program sudah
dilaksanakan sesuai rencana yang telah ditetapkan, hambatanhambatannya apa dan bentuk penyimpangan yang terjadi.

4. Tahap Kemitraan Usaha, meliputi :
a. Inventarisasi/ registrasi, yang ditujukan untuk melakukan kegiatan
pencatatan/ inventarisasi berbagai potensi dan sumber yang dapat

20

mendukung kemitraan usaha baik sumber daya alam, sosial maupun
manusia.
b. Pendataan dan identifikasi, ditujukan untuk mengetahui keberhasilan
nyata KUBE yang akan diikuti mitra usaha.
c. Seleksi, menetapkan KUBE mana yang berhasil dan pantas mendapat
modal pengembangan usaha.
d. Bimbingan organisasi kemitraan usaha, yang ditujukan untuk
memotivasi anggota KUBE agar lebih mampu mengembangkan usaha
maupun meningkatkan penghasilan .
e. Pelaksanaan kemitraan usaha, ditujukan untuk persiapan administrasi
atau pembuatan proposal.
f. Perluasan

jaringan

kemitraan

usaha,

yang

ditujukan

untuk

ditujukan

untuk

mempermudah KUBE berkembang secara mandiri.
g. Pelaporan,

Monitoring

dan

Evaluasi,

yang

memperoleh keterangan bahan tentang tingkat pencapaian sasaran dan
tujuan, efektivitas, dan efisiensi, serta nilai-nilai dari pelaksanaan
kegiatan kemitraan usaha.

5. Tahap Monitoring dan evaluasi, meliputi :
a. Monitoring, yang ditujukan untuk mengetahui sedini mungkin
pelaksanaan pendampingan sosial KUBE.

21

b. Evaluasi, Ditujukan untuk memberikan penilaian apakah tujuan
pendampingan

telah

tercapai

dan

apakah

indikator-indikator

keberhasilan yang ditetapkan telah terpenuhi.

4. Jenis Pekerja Sosial
Menurut Herbert (BIMTEK,2012) pendamping sosial adalah Perorangan,
kelompok atau lembaga yang memiliki kompetensi untuk bekerjasama dengan
KUBE dan LKM KUBE Fakir Miskin dalam mengembangkan berbagai
gagasan dan aksi mencapai tujuan kelompok tersebut. Pendamping sosial
terdiri dari:
a.

Pendamping sosial Lokal adalah pendamping sosial hasil seleksi dari
warga masyarakat dimana Kube FM dilaksanakan.

b.

Pendamping Sosial Profesional adalah hasil seleksi pendamping sosial
dari masyarakat umum, baik dari unsur orsos/LSM maupun instansi social

5. Kriteria Integritas Pekerja Sosial :
a.

Berjiwa Sosial, mempunyai hasrat dan tekad yang kuat untuk membantu
fakir miskin.

b.

Bermotivasi tinggi,memiliki semangat dan dorongan yang tinggi untuk
menyelesaikan tugas yang diembannya.

c.

Bereputasi baik, orang yang dikenal baik oleh masyarakat dan
mempunyai perilaku yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.

22

6. Kriteria Kapasitas Pekerja Sosial Profesional :
a.

Tingkat Pendidikan S1 atau D.IV.

b.

Mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang pembangunan kesos.

c.

Mempunyai pengetahuan dan keterampilan pekerjaan sosial yang
diperoleh melalui pendidikan formal dan atau non formal.

d.

Mempunyai

kemampuan

manajerial,

baik

dalam

perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, kepemimpinan maupun pengontrolan (
Monitoring )

7. Fungsi dan Tugas Pekerja Sosial
a.

Fungsi Administrasi dan Kepemimpinan, dengan tugas – tugas :
1. Tugas Perencanaan yaitu mampu menyusun rencana kegiatan
pendampingan.
2. Tugas Pencatatan atau pendataan, yaitu mampu mencatat atau mendata
masalah dan kebutuhan serta kondisi obyektif yang dihadapi dalam
pendampingan.
3. Tugas Pelaporan dan Dokumentasi, yaitu mampu menyusun laporan
terhadap berbagai kegiatan pendampingan.
4. Tugas Monitoring dan Evaluasi, yaitu melaksanakan tugas pemantauan
dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan pendampingan.

23

b.

Fungsi Operasional
Pendampingan sosial menjalankan fungsi yang terkait dengan jalannya
kegiatan pendampingan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tugas – tugas yang harus dijalankan adalah :
1. Tugas Penyuluhan
2. Tugas Penguatan Kapasitas Fakir Miskin
3. Tugas Pelayanan, yaitu dalam memanfaatkan fasilitas umum dan
sosial bagi fakir miskin dan masyarakat sekitar.

c.

Fungsi Koordinasi dan Kerjasama
Pendamping sosial melakukan berbagai upaya untuk menjalin kerjasama
dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan fakir miskin.Tugas
yang harus dilaksanakan :
1. Tugas Kemitraan
yaitu menjalin kerjasama dengan pihak –pihak terkait.
2. Tugas Kemitraan ,
yaitu menjalin kerjasama dengan pihak –pihak terkait.
3. Tugas Aksessibilitas,
yaitu menciptakan suasana yang kondusif dan membuka informasi
atau peluang kepada warga FM dampingan.
4. Tugas Rujukan ,
yaitu melaksanakan tugas untuk mengaitkan masyarakat dampingan
dengan sistem sumber yang lebih luas.

24

8. Peran Pendampingan Pekerja sosial
Menurut Buku Pedoman Umum Program Pemberdayaan Fakir Miskin
(DEPSOS RI:93) dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan kegiatan
pendampingan sosial, para pendamping sosial dapat menjalankan berbagai
peran berikut ini :

a. Perencana. Perencanaan memerlukan visi yang berorientasi ke depan
sebagai kekuatan pendorong dalam mengembangkan potensi dan
peningkatan kemampuan. Pendamping sosial bertugas membantu KUBE
menetapkan tujuan yang efektif.

b. Pembimbing.

Sebagai

pembimbing,

pendamping

sosial

dituntut

kemampuan dan keterampilannya untuk mengajak, mengarahkan, dan
membina KUBE, sehingga mengerti, memahami, dan melaksanakan hasil
bimbingan secara aktif dan kreatif.

c. Pemberi informasi. Pendamping sosial memberikan penjelasan tentang
gambaran umum program pengentasan kemiskinan, manfaat melakukan
aktivitas dengan pendekatan KUBE, cara mengembangkan KUBE, cara
mengembangkan keuangan mikro, kerjasama dengan pendamping sosial,
menjalin kemitraan, dan sebagainya.

d. Motivator. Pendamping sosial memberikan rangsangan dan dorongan
semangat kepada KUBE, sehingga mereka dapat mengenali masalah dan
kekuatan yang dimilikinya. Pendamping sosial dapat memunculkan

25

partisipasi anggota KUBE, sehingga diharapkan dapat merubah pola pikir,
sikap, dan mengembangkan potensinya melalui upaya pemberdayaan.

e. Fasilitator. Pendamping sosial memberikan berbagai kemudahan, baik
berupa

barang,

peralatan,

maupun

ketentuan,

sihingga

KUBE

meningkatkan kemampuan melaksanakan berbagai aktivitas sosial,
ekonomi, dan kelembagaan, serta mengatasi berbagai kendala dan masalah.

f. Evaluator. Pendamping sosial dapat memberikan penilaian, saran, dan
masukan kepada KUBE tentang pilihan mana yang sesuai dengan
kebutuhan mereka. Disamping itu, pendamping sosial juga dapat
memberikan penilaian terhadap keseluruhan program guna meningkatkan
kualitas program pendampingan.

C. Tinjauan Pemberdayaan
Pengertian Pemberdayaan menurut Djohani dalam Anwas (2013:49) menyatakan
bahwa suatu proses untuk memberikan daya/kekuasaan (power) kepada pihak
yang lemah (powerless), dan mengurangi kekuasaan (disempowered) kepada
pihak yang yang terlalu berkuasa (powerful) sehingga terjadi keseimbangan.
Menurut Sumodiningrat dan Nugroho (2005:112) pemberdayaan adalah member
energi agar yang bersangkutan mampu untuk bergerak secara mandiri. Dalam hal
ini, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target mampu
untuk mandiri, dan kemudian di lepas untuk mandiri, meski dari jauh di jaga agar
tidak jatuh lagi.

26

Menurut Suharto (2010: 59-60) pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri,

mampu

menyampaikan

aspirasi,

mempunyai

mata

pencaharian,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam mengerjakan tugastugasnya.

Menurut Sumodiningrat dan Nugroho (2005:120-121) Dalam memberdayakan
masyarakat, ada tiga strategi yang dapt digunakan sebagai berikut :
1.

Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang. Sudut pandangnya adalah setiap masyarakat memiliki potensi
yang dapat dikembangkan, dalam arti tidak ada masyarakat tanpa potensi
atau tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu,
dengan mendorong (encourage), memotivasi dan membangkitkan kesadaran
(awareness).

2.

Memperkuat daya yang dimiliki masyarakat. Dalam hal ini diperlukan
penyediaan berbagai sarana dan pembukaan akses dalam berbagai peluang
yang akan membuat masyarakat lebih berdaya.

27

3.

Memberdayakan berarti melindungi. Perlindungan dan pemihakan kepada
yang lemah merupakan hal yang mendasar dalam upaya pemberdayaan
masyarakat.melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi interaksi,
karena ini akan memperlemah daya yang dimiliki masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan yang dimaksud
pemberdayaan adalah proses pemberian kekuasaan kepada masyarakat miskin
agar dapat memperbaiki kehidupan ekonomi, sosial, kesehatan dan lainnya
melalui pembinaan, pendampingan dari pemerintah menuju kearah kemandirian
masyarakat itu sendiri.

D. Tinjauan Keluarga Miskin
Dalam konsep Sosiologi menurut Tumanggor (dalam Wulandari 2004:26)
menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil yang menjadi pendukung dan
pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat. Selain itu keluarga adalah umat
terkecil yang memiliki pimpinan dan anggot, mempunyai pembagian tugas dan
kerja, seta memiliki hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya.
Sedangkan Levitan dalam Suyanto (2013:1) mendefinisikan kemiskinan sebagai
kekurangan barang-barang dan pelayanan- pelayanan yang dibutuhkan untuk
mencapai suatu standar hidup yang layak.

Kemiskinan menurut Sumodiningrat dan Nugroho (2005:78) adalah jika dilihat
dari propil masyarakat, maka kemiskinan bukan masalah kesejahteraan
melainkan

mengandung

berbagai

isian.

Pertama,

masalah

kerentanan

28

(vulnerability).kedua adalah masalah tertutupnya akses ke berbagai peluang
sumber daya produktif, termasuk modal, SDA, bahkan kesempatan kerja. Ketiga,
masalah ketidakpercayaan, perasaan impotensi emosional, dan sosial dalam
menghadapi kekuasaan dalam hal-hal yang menyangkut pembuatan keputusan
yang berhubungan dengan dirinya.

Keempat, kemiskinan juga berarti rendahnya ketahanan fisik dan intelektual
karena keterbatasan kandungan fisik dan non-fisik. Kelima, Kemiskinan
berbentuk ketergantungan, baik secara fisik, sosial, maupun ekonomi pada pihak
lain. Keenam, adanya sebuah system nilai “kemiskinan” yang diwariskan dari
suatu generasi ke generasi kemudian disebut sebagai kemiskinan kultural.
Menurut Departemen sosial RI (2009:14) Indikator kemiskinan yang menjadi
sumber data program pemberdayaan fakir miskin mengacu pada kriteria rumah
tangga Fakir miskin yang diterbitkan oleh BPS meliputi sebanyak 14 variabel,
yaitu :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per-orang.
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamboo/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa plester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama- sama dengan rumah tangga
lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

29

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindungi/sungai/air
hujan.
7. Bahan bakaruntuk memasak sehari-h

Dokumen yang terkait

Peran pekerja sosial masyarakat kelompok usaha bersama dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Labak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

0 3 108

PERANAN ANGGOTA KELOMPOK PETERNAK SAPI BRAHMAN CROSS DALAM PROGRAM BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) DI DESA TANJUNG TIRTO KECAMATAN WAY BUNGUR KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 13 79

Pemberdayaan Komunitas Petani Miskin Melalui Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Kasus KUBE Ternak Sapi di Desa Beji Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta)

0 9 10

Pemberdayaan Komunitas Eks Penderita Kusta Melalui Penguatan Individu dan Kelompok Keluarga Binaan Sosial – Kelompok Usaha Bersama (KBS – KUBE). Studi Kasus di Dusun Nganget Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur.

5 64 228

PEMBERDAYAAN DIFABEL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL MELALUI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA ( KUBE )

0 11 152

REKONSTRUKSI PEMODELAN KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Studi Kasus : Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial.

0 0 37

PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) SRIKANDI DI DUSUN GAMOL, DESA BALECATUR, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA.

0 3 184

PENGEMBANGAN MODEL PENDAMPING SOSIAL KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 241

PEMBERDAYAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KAMPUNG MACCINI BAJI KELURAHAN PUNDATA BAJI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

0 0 92

MANAJEMEN STRATEGI DINAS SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KABUPATEN SERANG - FISIP Untirta Repository

0 35 192