Motivasi menjadi Pelatih Harapan orang dari seorang Pelatih

mencerminkan falsafah pelatih. Perilaku para atlet juga dapat mencerminkan apakah pelatih menganggap disiplin dan perilaku moral yang baik. Mementingkan perilaku moral yang baik tidak dengan sendirinya berarti mengurangi arti pentingnya kemenangan. Suatu tim atau atlet yang tidak mempunyai motivasi untuk menang, atau kurang percaya diri akan bias menang, sebaiknya jangan bertanding saja. Setiap pertandingan senantiasa akan menghasilkan kemenangan pada salah satu regu dan kekalahan pada regu yang lain. Yang diharapkan adalah bahwa atlet menangnya terhormat dan kalahnya pun demikian. Hampir sama dengan falsafah, kode etik adalah juga suatu perangkat peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip yang menuntun orang dalam perilakunya sehari-hari. Etik adalah suatu disiplin yang biasanya mengacu kepada masalah-masalah yang berhubungan dengan baik dan buruk , suatu perangkat prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral yang mengatur perilaku soerang individu. Dengan demikian bahwa aspek-aspek falsafah dan etik coaching adalah saling berhubungan. Kedua-duanya mengacu kepada sistem nilai-nilai seseorang, sikap, kepercayaan belief, dan prinsip-prinsip yang menuntun guide perilaku orang sebagai pelatih.

1. Motivasi menjadi Pelatih

Motivasi seseorang memilih karier sebagai pelatih bermacam- macam. Ada yang memilih karier tersebut karena dengan menjadi pelatih dapat mengamalkan pengetahuan dan keterampilannya kepada orang lain, ada yang senang karena menolong atlet dan memperoleh kepuasan batin kalau atletnya memperlihatkan peningkatan dalam prestasi. Ada pula orang-orang yang merasa bahwa dengan menjadi pelatih akan memperoleh semacam kekuasaan power yang tidak akan bisa diperolehnya di bidang lain, ada juga yang maksudnya untuk memperoleh status dan pengakuan di masayarakat social recognition agar kemudian dapat menanamkan pengaruhnya di bidang lain atau untuk memperlancar urusan-urusan di bidang lain. Ada juga yang memang senang mengasuh anak-anak muda dan senang akan keterlibatan yang terus menerus dalam sensasi stress dan sensasi pertandingan. Dan tidak sedikit juga yang menjadikan keahlian melatihnya semata-mata sebagai sumber hidupnya. Masih banyak motivasi lain mengapa orang memilih melatih sebagai profesinya. Apapun motivasinya, pelatih tidak boleh memandang tugasnya sebagai tugas yang ringan. Tugasnya bukan semata-mata datang di lapangan, melatih, kemudian pulang dan tidak lagi berurusan dengan para atlet asuhannya. Tugas pelatih yang ingin benar-benar menjadi pelatih yang baik jauh lebih luas dan lebih kompleks dari sekedar melatih di lapangan saja.

2. Harapan orang dari seorang Pelatih

Sebelum seseorang ingin terjun dalam dunia coaching, sebelum ingin berhubungan dengan orang lain dan mempunyai pengaruh terhadap orang lain, sebaiknya orang tersebut mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa ingin menjadi pelatih, apa yang diharapkan dari melatih, apakah betul siap untuk berkorban dan menekuni bidang itu, apakah kekuatan-kekuatan yang dimiliki, apa pula kelemahan-kelemahan dan apakah bisa menanamkan pengaruh-pengaruh positif pada atlet-atlet kelak. Merenungkan pertanyaan-pertanyaan demikian adalah penting bagi seorang pelatih untuk mengenal dirinya sendiri lebih baik,sebab dapat memberikan arah kepada pelatih ke mana pelatih akan pergi dan apa yang dilakukan. Dalam setiap profesi seharusnya ada kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh para anggotanya. Demikian pula dalam profesi melatih. Kalau memasuki bidang coaching, kita terikat oleh seperangkat ketentuan dan kewajiban moral yang harus ditaati, yaitu berperilaku dan berkiprah sesuai dengan norma, tujuan, dan cita-cita tinggi dari profesi tersebut. Perangkat ketentuan-ketentuan tersebut biasanya dituangkan di dalam kode etik pelatih. Falsafah seorang pelatih harus tercermin dari pendapat dan tingkah laku dalam melaksanakan tugas sebagai coach dan dalam membina atlet untuk berkembang secara optimal baik kesehatan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Di samping itu tugas pelatih adalah juga untuk mengembangkan keterampilan motorik dan prestasi atlet, perilaku etis, moral yang baik, kepribadian, dan respek terhadap orang lain. Falasafah seorang pelatih harus tercermin di dalam watak luhurnya pertimbangan-pertimbangan intelektualnya, sportivitasnya, dan sifat-sifat demokratisnya. Coach harus dapat memberikan bimbingan agar atlet dapat berdikari dalam hidupnya kelak dan menjadi warga negara yang baik. Itu semua merupakan tanggung jawab seorang pemimpin olahraga, dan dengan sendirinya juga yang diharapkan dari seorang pelatih.

3. Dilema Pelatih