DEVELOPMENT PLANNING OF PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LEMPASING PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LEMPASING

ABSTRACT
DEVELOPMENT PLANNING OF
PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LEMPASING
By
Fernando Nainggolan
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing is a kind of semi-natural port which is
protected by some small islands so it does not need Breakwater to save the port from
deep sea waves. PPP is usually built around fisherman village area, around river or
seaside.
In this planning, data collected by observation to research area. Data collecting
started from development of the number of ships from year to year and port capacity
requirement. The conclusion of the research is current port capacity requirement is
not enough for the ships activities, therefore it needs port development by increase
the quay width.
Development planning includes quay type, foundation, floor sheet and quay beam,
fender and bolder. The planning of quay type is jetty type with the dimension 70 x 5
m2, for the foundation use pile cap foundation with the profile diameter 50 cm2. For
floor sheet and beam use reinforced concrete with concrete quality 30 MPa. Floor
sheet thickness is 15 cm and beam dimension is 30 x 40 cm2. Fender made of elastic
material i.e. HA 150H x 1000L (CV4) and bolder made of reinforced concrete with
concrete quality 30 MPa and profile diameter 20 cm and height 25 cm.

Keywords : port, PPP, quay.

ABSTRAK
PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN
PANTAI (PPP) LEMPASING
Oleh
FERNANDO NAINGGOLAN
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing merupakan salah satu jenis
pelabuhan semi alami yang terlindung oleh beberapa pulau kecil, sehingga
tidak memerlukan Breakwater untuk melindungi pelabuhan dari gelombang
laut dalam. PPP biasanya dibangun di sekitar daerah perkampungan nelayan,
bisa di sungai atau di tepi laut (pantai).
Pada perencanan ini proses pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi ke lokasi penelitian. pengumpulan data dimulai dari perkembangan
jumlah kapal dari tahun-ketahun dan kebutuhan kapasitas pelabuhan . Hasil
pengamatan mendapatkan kesimpulan bahwa kapasitas pelabuhan saat ini
tidak mencukupi aktivitas kapal-kapal yang ada, sehingga perlu dilakukan
pengembangan pelabuhan, dengan cara penambahan luas dermaga.
Perencanaan pengembangan meliputi tipe dermaga, pondasi, plat lantai dan
balok dermaga serta fender dan bolder. Tipe dermaga yang direncanakan

yaitu tipe jetty dengan ukuran 70x5 m2 , untuk pondasi menggunakan pondasi
tiang pancang dengan penampang berbentuk lingkaran berdiameter 50 cm2.
Untuk plat lantai dan balok menggunakan beton bertulang dengan mutu beton
30 Mpa. Untuk tebal plat lantai 15 cm dan ukuran balok 30x40 cm2.
Sedangkan untuk fender dari bahan yang terbuat dari bahan elastis, yaitu tipe
HA 150H x 1000L (CV4) dan bolder terbuat dari beton bertulang dengan
mutu beton 30 Mpa dan ukuran diameter 20 cm kemudian tinggi 25 cm.
Kata kunci: Pelabuhan, PPP, Dermaga.

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN
PERIKANAN PANTAI (PPP) LEMPASING

(Skripsi)

Oleh :
FERNANDO NAINGGOLAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG

2014

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Fernando Nainggolan lahir di Pringsewu, Lampung, pada
tanggal 20 Juni 1991, merupakan anak pertama dari pasangan
Antonius Nainggolan dan Rismawati Situmorang.
Penulis memiliki satu orang saudara laki-laki yaitu Francisco
Nainggolan dan satu adik perempuan yaitu Marcella Lorencia Nainggolan.
Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang diselesaikan di SDN 1
Sukamenanti pada tahun 2003, kemudian Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) diselesaikan di SLTPN 3 Bukit Kemuning pada tahun 2006 dan
selanjutnya Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 1 Bukit
Kemuning pada tahun 2009.
Pada tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Unila
melalui jalur SNMPTN. Dan pada tahun 2013 penulis mengikuti kegiatan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Sriminosari, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di kegiatan
UKM Judo Unila dan pernah mendapatkan beberapa prestasi tingkat nasional dan
tingkat daerah antara lain, Juara 2 kejurnas Trisakti Judo Open Championship

tahun 2011 di kelas -60 kg dan Juara 2 Porprov Lampung VII tahun 2014 di
Kalianda, cabang olahraga Judo di kelas -55kg.

MOTTO

Matius 21 : 22
“Dan apa saja yang kau minta dalam Doa dan Kepercayaan,
kamu akan menerimanya “

Efesus 3 : 20
“Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari
pada yang kita Doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari
kuasa yang bekerja di dalam kita”

“Setiap orang punya jatah gagal, habiskan jatah gagalmu ketika
kamu masih muda.” -Dahlan Iskan.

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah

melimpahkan berkat dan anugrah-Nya, kupersembahkan karya sederhana ini
kepada:
1. Ayah dan Ibu tersayang yang tak pernah berhenti memberikan Doa yang
senantiasa

mengiringi

setiap

langkahku

untuk

kebahagiaan

dan

kesusksesanku.
2. Adik-adiku tersayang, Francisco Nainggolan dan Marcella Lorencia
Nainggolan.

3. Christina Natalia Dabukke Amd., terkasih yang telah mendukung dalam
keadaan suka dan duka.
4. Almamater Universitas Lampung yang telah mendewasakan penulis dalam
bertindak dan berpikir.

SANWACANA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah
melimpahkan berkat dan anugrah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan

skripsi

PENGEMBANGAN

ini

dengan

PELABUHAN


berjudul

PERIKANAN

“PERENCANAAN
(PPP)

PANTAI

LEMPASING” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Sipil di Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis memohon maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph. D., selaku Pembimbing Utama terima kasih atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
2. Ir. Surya Sebayang, M.T., selaku Pembimbing Kedua terima kasih atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini.

3. Geleng Perangin-Angin, S.T., M.T., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi.
Terima kasih untuk masukan dan saran untuk penelitian ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini..
4. Ir. Idharmahadi, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Lampung.
5. Prof. Drs. Suharno. M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lampung
6. Hadi Ali, S.T., M.T., selaku Pembimbing Akademik, yang selalu memberi
masukan dan saran terhadap mata kuliah yang harus di selesaikan.
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah membimbing dan memberikan
ilmu yang bermanfaat.
8. Yang tersayang dan yang tercinta Ayah dan Ibu yang telah menyayangi,
mencintai dan mendukung penulis secara menyeluruh semenjak penulis di
dalam kandungan sampai dengan tumbuh dewasa dengan tubuh yang sehat
dan jiwa yang kuat seperti saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
jenjang pendidikan perguruan tinggi tanpa kekurangan sesuatu apapun.
9. Adik-adiku Francisco Nainggolan dan Marcella lorencia Nainggolan yang

tersayang.
10. Keluarga besar oppung, bapatua, mamatua, tulang, nantulang, Bapauda,
inanguda, tante dan semua sepupu yang membantu memberi semangat.
11. Special and romantic sayings to Christina Natalia Dabukke Amd., yang telah
mendukung dalam keadaan suka maupun duka.  I Love You.
12. Terimakasih atas keramaian di kost-kostan yang diciptakan oleh teman-teman
kostan ; Julianto, Ari syaputra, Bayu, Frans, Andry, dan Mifta.

13. Seluruh teman seperjuangan Teknik Sipil 2010 dan Himpunan Mahasiswa
Teknik Sipil Unila (Himateks Unila).
14. Teman-teman UKM Judo Unila, Sensei Sri Rezaki, Brigpol. Bayu Ogara,
Bripda. Sigit Haryo Kuncoro, Angga Hardiansyah, S.Pd., Brigpol Dimas W.P.
dll.
15. Semua pihak terkait dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Amin.

Bandar Lampung,


Juni 2014

Penulis,

Fernando Nainggolan

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
1.

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang.........................................................................................1

1.2


Rumusan Masalah ...................................................................................2

1.3

Tujuan Penelitian .....................................................................................3

1.4

Batasan Masalah .....................................................................................3

1.5

Manfaat Penelitian ...................................................................................4

1.6

Metode Penelitian ....................................................................................4

2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Umum .......................................................................................6

2.2

Pengertian pelabuhan Perikanan ..............................................................6

2.3

Dasar-Dasar Perencanaan Pelabuhan Perikanan ...................................15

2.4

Perencanaan fasilitas Dasar ...................................................................19

3.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Tahap Persiapan .....................................................................................31

3.2

Lokasi Penelitian ...................................................................................31

3.3

Pengumpulan Data .................................................................................32

3.4

Analisis Data .........................................................................................33

i

4.

3.5

Perencanaan Lay Out ............................................................................34

3.6

Perencanaan Bangunan ..........................................................................35

3.7

Gambar Konstruksi ...............................................................................35

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinjauan Umum .......................................................................................37
4.2. Faktor-Faktor perencanaan ......................................................................38
4.2.1. Kondisi Lapangan ........................................................................38
4.2.2. Kondisi kapal ...............................................................................38
4.3. Perencanaan pelabuhan ............................................................................39
4.3.1. Data Kapal ....................................................................................39
4.3.2. Kedalaman Alur Pelayaran ...........................................................40
4.3.3. Lebar Alur Pelayaran ....................................................................40
4.3.4. Kolam Pelabuhan ..........................................................................41
4.4. Perhitungan konstruksi Dermaga .............................................................41
4.4.1. Perencanaan Elevasi Dermaga......................................................41
4.4.2. Panjang Dermaga ..........................................................................43
4.4.3. Lebar Dermaga .............................................................................43
4.4.4. Perhitungan Plat Lantai ................................................................43
4.4.5. Perhitungan Balok ........................................................................54
4.4.6. Pondasi tiang Pancang ..................................................................71
4.4.7. Fender ...........................................................................................76
4.4.8. Bolder ...........................................................................................80

ii

5.

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..............................................................................................82
5.2. Saran ........................................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

2.1 Lebar Alur Pelayaran Menurut OCDI ...........................................................21
2.2 Kecepatan Kapal Pada Dermaga ...................................................................28
4.1

Jumlah Perkembangan Armada Laut PPP Lempasing ............................37

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kedalaman Alur Pelayaran ...........................................................................20
2.2

Grafik Nilai r.................................................................................................30

3.1

Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian ...............................................................36

4.1

Kapal Nelayan Ukuran 30 GT ......................................................................39

4.2

Dimensi Alur Pelayaran ................................................................................40

4.3

Rencana Elevasi Dermaga ............................................................................42

4.4

Kondisi Kapal Berlabuh Saat Keadaan Pasang ............................................42

4.5

Kondisi Kapal Berlabuh Saat Keadaan Surut ...............................................42

4.6

Denah Pelat Lantai ........................................................................................44

4.7

Skema Tumpuan Plat ...................................................................................44

4.8

Skema Tumpuan Plat A ................................................................................46

4.9

Skema Tumpuan Plat B ................................................................................47

4.10 Skema Tumpuan Plat C ................................................................................47
4.11 Tinggi Plat Efektif ........................................................................................48
4.12 Perencanaan Penulangan Plat A ...................................................................54
4.13 Distribusi Beban Pada Balok ........................................................................55
4.14 Wilayah Gempa Indonesia Periode 500 tahun..............................................61
4.15 Respon Spektrum Gempa Wilayah 5 ............................................................61
4.16 Gambar Panjang Total Dermaga ..................................................................62

v

4.17 Analisis Beban Segitiga ................................................................................65
4.18 Skema Tumpuan Balok.................................................................................66
4.19 Gambar penulangan Balok ...........................................................................69
4.20 Potongan Melintang Penulangan Balok........................................................71
4.21 Sampel Data Tanah .......................................................................................72
4.22 Gaya Yang Bekerja Pada Fender ..................................................................79
4.23 Gaya Yang bekerja pada Bolder ...................................................................80
4.24 Penulangan Bolder ........................................................................................82

vi

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung
kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan
maupun aspek pemasarannya. Berbeda dengan pelabuhan niaga umumnya.
Pelabuhan perikanan memiliki ciri-ciri kusus selain memiliki fasilitas pada
umumnya pelabuhan, pelabuhan ikan haruslah dilengkapi dengan fasilitasfasilitas yang mutlak dibutuhkan untuk kelancaran aktivitas usaha perikanan
seperti misalnya tempat pelelangan ikan, pabrik es, cold storage dan lain
sebagainya.
Keberadaan pelabuhan perikanan sangat menunjang usaha nelayan, pengelola
hasil perikanan dan pedagang ikan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi
dan menghemat biaya usaha, selain itu juga pelabuhan ikan juga dapat
menjadi sebagai tempat beristirahat para nelayan.
Pelabuhan Pantai perikanan (PPP Lempasing) di wilayah pesisir Bandar
Lampung yang dikenal sebagai basis perikanan di kota Bandar Lampung
bahkan sebagian besar produksi ikan dari pelabuhan perikanan pantai
Lempasing ini telah dipasarkan ke seluruh daerah di provinsi Lampung.
pelabuhan ini telah berfungsi dengan fasilitas-fasilitas yang tersedia seperti :
Dermaga, TPI (Tempat pelelangan ikan), Stasiun pengisian bahan bakar

2

nelayan (SPBN), gudang es, bengkel (docking) dan fasilitas-fasilitas lainnya,
meskipun kapasitas dan intensitasnya belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa masalah yang terjadi di pelabuhan seperti ; antrian kapal-kapal
nelayan yang kerap kali terjadi di sepanjang dermaga dalam melaksanakan
bongkar muat hasil tangkapan, antrian ini terjadi dikarnakan kapasitas atau
panjang dermaga yang telah tersedia di pelabuhan tidak dapat melayani
seluruh kapal yang beroprasi selain itu juga antrian kapal nelayan terjadi pada
saat pengisian bahan bakar kapal nelayan, penyebabnya adalah kapasitas dan
jumlah SPBN yang telah tersedia di pelabuhan tidak dapat melayani aktivitas
pengisian bahan bakar kapal yang beroprasi di pelabuhan, dan minimnya
pencahayaan di daerah sekitar pelabuhan pada malam hari sangat menggangu
aktivitas nelayan, sedangkan seperti yang diketahui aktivitas pendaratan hasil
tangkapan nelayan sebagian besar terjadi pada malam hari yaitu sekitar pukul
01.00 - 05.00 WIB. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan pelabuhan
untuk mengoptimalkan produksi hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) Lempasing ini, seperti penambahan panjang dermaga dengan
cara pembangunan konstruksi jetty, hal ini dilakukan karena sudah tidak
tersedia lagi areal pelabuhan untuk memperpanjang ke arah samping
dermaga.

1.2. Rumusan Masalah
Dalam kajian ini akan dibahas mengenai kinerja pelabuhan perikanan
Lempasing yang terhalang oleh beberapa masalah yaitu:

3

1. Terjadinya antrian dari kapal-kapal nelayan saat aktivitas pengisian bahan
bakar kapal dan saat hendak mendaratkan hasil tangkapannya ke darat.
2. Sistem pencahayaan pada waktu malam hari yang tidak baik, sehingga
perlu penambahan lampu dengan ukuran yang lebih besar.
3. Tata letak bangunan-bangunan seperti ruko dan lapak-lapak pedangang di
sekitar pelabuhan masih sangat kurang baik.

1.3. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang ada di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Merencanakan jenis konstruksi jetty dan menghitung kebutuhan total
penambahan panjang dermaganya.
2. Menghitung dan merencanakan struktur dermaga jetty sesuai dengan
SKSNI 03-2847-2002.
3. Untuk menghitung tinggi elevasi lantai dermaga dan juga lebar dermaga
yang akan direncanakan.

1.4. Batasan Masalah
Pada kajian ini batasan masalah menitikberatkan pada segi perencanaan
konstruksi dermaga, antara lain adalah :
1. Menghitung dan menganalisis perencanaan struktur dermaga.
2. Membuat gambar konstruksi struktur dermaga.
3. Membuat lay out pelabuhan setelah terjadi pengembangan.
4. Perencanaan jumlah Fender dan Bolder.
5. Analisis anggaran biaya tidak diperhitungkan.

4

1.5. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai

bahan

mengembangkan

pertimbangan
pelabuhan

bagi

perikanan

pemerintah
pantai

daerah

Lempasing

untuk
dimasa

mendatang.
2. Menanggulangi antrian-antrian kapal nelayan saat hendak melaksanakan
aktivitas bongkar muat di pelabuhan.
3. Dapat memberikan alternatif bagi kapal-kapal nelayan untuk mendaratkan
hasil tangkapannya dan memperlancar proses pendaratannya.
4. Mengembangkan potensi nelayan untuk meningkatkan taraf ekonomi di
masyarakat daerah setempat.

1.6. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah studi kasus di pelabuhan perikanan Pantai (PPP)
Lempasing. Pengamatan dan penelitian terhadap pelabuhan perikanan
Lempasing dilakukan dengan cara :
a. Pengamatan langsung terhadap lokasi pelabuhan dengan melihat peta
lokasi pelabuhan, denah pelabuhan, keadaan fasilitas pelabuhan beserta
aktifitas di pelabuhan ikan.
b. Pengumpulan data primer, dilakukan dengan cara wawancara dan diskusi
langsung dengan kepala pelabuhan beserta staf, yakni

dengan

menggunakan drafter pertanyaan. Data primer juga di dapat melalui
wawancara dengan nelayan, untuk mengetahui sampai sejauh mana
manfaat pelabuhan perikanan lempasing terhadap aktifitas nelayan.

5

c. Pengumpulan data sekunder, yaitu dengan mengambil data yang telah ada
pada instansi yang terkait seperti dinas kelautan dan perikanan dan juga
dokumen dokumen serta laporan intern pelabuhan perikanan Lempasing.

6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum
Pada bagian ini yang akan dibahas adalah gambaran perencanaan suatu
pekerjaan konstruksi yang dibutuhkan untuk

dasar-dasar

perencanaan.

Pada perencanaan tersebut digunakan beberapa metode dan perhitungan
bersumber dari beberapa referensi yang terkait dengan jenis proyek ini dan
didasarkan pada kondisi riil di lapangan.
Dasar-dasar perencanaan dibutuhkan juga untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perencanaan tersebut, masalah-masalah yang akan
dihadapi dan cara penyelesaiannya. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dituntut adanya perencanaan yang
matang dengan dasar-dasar perencanaan yang baik.

2.2 Pelabuhan Perikanan

2.2.1

Pengertian Pelabuhan Perikanan
a) Menurut

Direktorat

Jenderal

Perikanan

Departemen

Pertanian RI (1981) Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan
yang secara khusus menampung kegiatan

masyarakat

7

perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan
maupun aspek pemasarannya.
b) Menurut

Departemem

Pertanian

dan

Departemen

Perhubungan (1996) Pelabuhan Perikanan adalah sebagai
tempat

pelayanan

usaha

perikanan,

umum

bagi masyarakat nelayan dan

sebagai

pusat

pembinaan

dan

peningkatan kegiatan ekonomi perikanan yang dilengkapi
dengan fasilitas di darat dan di perairan sekitarnya untuk
digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh,
bertambat, mendaratkan

hasil, penanganan,

pengolahan,

distribusi dan pemasaran hasil perikanan.
c) Pelabuhan

perikanan

adalah

pelabuhan

kusus

yang

merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan, baik
dilihat dari aspek peroduksi maupun aspek pemasarannya
(Ayodhyoa, 1975)

2.2.2

Klasifikasi Pelabuhan
Menurut Bambang Murdiyanto (2004), klasifikasi besar-kecil
usahanya pelabuhan

perikanan

dibedakan

menjadi

tiga tipe

(Pelabuhan

Perikanan

pelabuhan, yaitu :
a) Pelabuhan

Perikanan

Tipe

A

Samudera)
Pelabuhan
perikanan

perikanan

tipe

ini

adalah

pelabuhan

yang diperuntukkan terutama bagi kapal-kapal

8

perikanan yang beroperasi di perairan samudera yang lazim
digolongkan ke dalam armada perikanan jarak jauh sampai
ke perairan ZEEI (Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia) dan
perairan internasional, mempunyai

perlengkapan

untuk

menangani (handling) dan mengolah sumber daya ikan
sesuai dengan kapasitasnya yaitu jumlah hasil ikan yang
didaratkan. Adapun jumlah ikan yang didaratkan minimum
sebanyak 200 ton/hari atau 73.000 ton/tahun

baik

untuk

pemasaran di dalam maupun di luar negeri (ekspor).
Pelabuhan perikanan tipe A ini dirancang untuk bisa
menampung kapal berukuran lebih besar daripada 60 GT
(Gross Tonage) sebanyak sampai dengan 100 unit kapal
sekaligus. Mempunyai cadangan lahan untuk pengembangan
seluas 30 Ha.
b) Pelabuhan

Perikanan

tipe

B

(Pelabuhan

Perikanan

Nusantara)
Pelabuhan perikanan tipe ini adalah pelabuhan perikanan
yang diperuntukkan terutama bagi kapal-kapal perikanan
yang beroperasi di perairan nusantara yang lazim digolongkan
ke dalam armada perikanan jarak sedang ke perairan ZEEI,
mempunyai

perlengkapan

untuk

menangani

dan/atau

mengolah ikan sesuai dengan kapasitasnya yaitu jumlah
ikan yang didaratkan. Adapun jumlah ikan yang didaratkan
minimum sebanyak 50 ton/hari atau 18.250 ton/tahun untuk

9

pemasaan di dalam negeri. Pelabuhan perikanan tipe B ini
dirancang untuk bisa menampung kapal berukuran sampai
dengan 60 GT (Gross Tonage) sebanyak sampai dengan 50
unit kapal sekaligus. Mempunyai cadangan lahan untuk
pengembangan seluas 10 Ha.
c) Pelabuhan Perikanan Tipe C (Pelabuhan Perikanan Pantai)
Pelabuhan perikanan tipe ini adalah pelabuhan perikanan
yang dapat menampung kapal-kapal nelayan yang berukuran
15 GT (Gross Tonage) sebanyak 25 unit sekaligus, dengan
produksi

ikan sebanyak 20 ton/hari dan mempunyai

perlengkapan untuk mengolah hasil tangkapan. Untuk
pembangunan

PPP

di

rencanakan

cadangan

lahan

pengembangan seluas 5 Ha.
d) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dimaksudkan sebagai
prasarana pendaratan ikan yang dapat menangani produksi
ikan sampai dengan 5 ton/hari, dapat menampung kapal
perikanan sampai dengan ukuran 5 GT sejumlah 15 unit
sekaligus. Untuk pembangunan PPI ini diberikan lahan darat
untuk pengembangan seluas 1 Ha.

2.2.3 Fungsi Pelabuhan perikanan
Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi yang bersifat umum
(General Function). Fungsi umum merupakan fungsi yang terdapat

10

pula pada pelabuhan lain (pelabuhan umum atau pelabuhan niaga).
Yang dimaksud fungsi kusus adalah fungsi yang berkaitan dengan
masalah perikanan yang memerlukan pelayanan kusus pula yang
belum terlayani oeh adanya berbagai fasilitas fungsi umum
(Bambang Murdiyanto, 2004).
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1995), bahwa fungsi
pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut :
a) Pusat pengembangan masyarakat nelayan;
Sebagai sentra kegiatan masyarakat nelayan, pelabuhan
perikanan diarahkan dapat mengkomodir kegiatan nelayan
baik nelayan berdomisili maupun nelayan pendatang.
b) Tempat berlabuh kapal perikanan;
Pelabuhan perikanan yang dibangun sebagai tempat berlabuh
(landing)

dan

tambat/merapat

(mouring)

kapal-kapal

perikanan, berlabuh/merapatnya kapal perikanan tersebut
dapat

melakukan

berbagai

kegiatan

misalnya

untuk

mendaratkan ikan (unloading), memuat perbekalan (loading),
istirahat (berthing), parbaikan apung (floating repair) dan
naik dock (docking). Sehingga sarana dan fasilitas pokok
pelabuhan perikanan seperti dermaga bongkar, dermaga muat
dan

dock/spilway

menjadi

kebutuhan

utama

untuk

mendukung aktivitas berlabuhnya kapal perikanan tersebut.

11

c) Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan;
Sebagai tempat pendaratan ikan hasil tangkap (unloading
activities) pelabuhan perikanan selain memiliki fasilitas
dermaga bongkar dan lantai dermaga (apron) yang baik dan
bersih didukung pula oleh sarana/fasilitas sanitasi dan wadah
pengikat ikan.
d) Tempat memperlancar kegiatan kapal perikanan;
Pelabuhan perikanan dipersiapkan untuk mengakomodir
kegiatan kapal perikanan, baik kapal perikanan tradisional
maupun kapal motor besar untuk kepentingan pengurusan
administrasi

persiapan

ke

laut

dan

bongkar

ikan,

pemasaran/pelelangan dan pengolahan ikan hasil tangkap.
e) Pusat penanganan dan pengolahan mutu hasil perikanan;
Prinsip penaganan dan pengolahan produk hasil perikanan
adalah bersih, cepat dan dingin (clean, quick and cold).
Untuk memenuhi prinsip tersebut setiap pelabuhan perikanan
harus

memiliki

fasilitas-fasilitas

seperti

fasilitas

penyimpanan (cold storage) dan sarana/fasilitas sanitasi dan
hygien, yang berada di di kawasan industri dan lingkungan
kerja pelabuhan perikanan.
f) Pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan;
Dalam menjalankan fungsi, pangkalan pendaratan ikan
dilengkapi dengan tempat pelelangan ikan (TPI), pasar ikan
(Fish Market) untuk menampung dan mendistribusikan hasil

12

penangkapan baik yang dibawa melalui laut maupun jalan
darat.
g) Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan;
Pengendalian mutu hasil perikanan dimulai pada saat
penangkapan sampai kedatanagn konsumen. Pelabuhan
perikanan

sebagai

pusat

kegiatan

perikanan

tangkap

selayaknya dilengkapi unit pengawasan mutu hasil perikanan
seperti laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil
perikanan (LPPMHP) dan perangkat pendukungnya, agar
nelayan dalam melaksanakan kegiatannya lebih terarah dan
terkontrol mutu produk yang dihasilkan.
h) Pusat penyuluhan dan pengumpulan data;
Untuk meningkatkan produktivitas, nelayan memerlukan
bimbingan

melalui

penyulahan

baik

secara

teknis

penagkapan maupun manajemen usaha yang efektif dan
efesien, sebaliknya untuk membuat langkah kebijaksaan
dalam pembinaan masyarakat nelayan dan pemanfaatan
sumber daya ikan selain data primer melalui penelitian data
sekunder diperlukan untuk itu, maka untuk kebutuhan
tersebut dalam kawasan pelabuhan perikanan merupakan
tempat terdapat unit kerja yang bertugas melakukan
penyuluhan dan pengumpulan data.

13

2.2.4 Fasilitas Pelabuhan
Dalam perencanaan pelabuhan perikanan harus diperhatikan
pengadaan beberapa fasilitas sebagai berikut :
a) Fasilitas dasar
Fasilitas dasar merupakan fasilitas pokok yang harus ada dan
berfungsi

untuk

melindungi

pelabuhan perikanan dari

gangguan alam, tempat bongkar ikan hasil tangkapan, dan
memuat perbekalan serta tempat labuh kapal-kapal penangkap
ikan. Fasilitas dasar ini meliputi :
 Pemecah gelombang dan kolam pelabuhan perikanan
 Dermaga bongkar, dermaga muat, dan dermaga tambat
 Areal daratan pelabuhan perikanan
 Jaringan jalan
 Jaringan drainase
b) Fasilitas fungsional
Fasilitas ini berfungsi untuk memberikan pelayanan yang
diperlukan untuk kegiatan operasional pelabuhan perikanan,
yang meliputi fasilitas-fasilitas sebagai berikut ini :
 Fasilitas produksi
Tempat pelelangan ikan
Toilet umum
 Fasilitas perbekalan
Pabrik es
Tangki BBM

14

Instalasi air bersih
Kios KUD/Toserba
 Fasilitas pemeliharaan/perbaikan
Gudang/garasi alat berat
Bengkel
Pelataran perbaikan dan penjemuran
tangkap (jaring)
 Fasilitas pengolahan
Cold storage
Balai pengolahan ikan
 Kantor administrasi pelabuhan perikanan
 Instalasi listrik
 Sarana komunikasi
 Fasilitas pendukung yang meliputi
Rumah jaga
Gudang perlengkapan
Gudang genset
Pagar keliling
c) Fasilitas penunjang
Merupakan fasilitas tambahan yang diperlukan untuk
mendukung kegiatan pelabuhan perikanan. Fasilitas ini terdiri
dari :
 Perumahan

untuk

kepala

pelabuhan

syahbandar, staf, dan mess operator

perikanan,

15

 Penginapan nelayan
 Tempat ibadah
 Kantin
 Pertokoan
 Pasar
 Sarana kebersihan
 Laboratorium bina mutu
 Pusat pelatihan nelayan
d) Lahan pengembangan industri perikanan
Berupa lahan yang disediakan untuk investor yang akan
membangun industri perikanan seperti cold storage, pabrik es,
pengalengan, pembekuan, pengasapan, dan sebagainya.
e) Lahan pengembangan
Berupa lahan yang disediakan untuk para nelayan, pengusaha
kecil yang akan mendirikan industri kecil/tradisional seperti
pemindangan, penggaraman, pengasapan, dan sebagainya.

2.3 Dasar-Dasar Perencanaan Pelabuhan Perikanan
Dalam perencanaan pembangunan pelabuhan ada beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan sehubungan dengan kondisi lapangan yang ada,
antara lain :
2.3.1 Topografi dan situasi
Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan
untuk

membangunsuatu

pelabuhan

dan

kemungkinan

untuk

16

pengembangan di masa datang. Daerah daratan harus cukup luas
untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan,
gudang dan juga daerah industri. Apabila daerah daratan sempit
maka pantai harus cukup luas dan dangkal untuk memungkinkan
perluasan daratan dengan melakuka penimbunan pantai tersebut.
Daerah yang akan digunakan untuk perairan pelabuhan harus
mempunyai kedalaman yang cukup sehingga kapal-kapal dapat
masuk ke pelabuhan.
2.3.2 Angin
Angin adalah sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan
permukaan bumi. Gerkan udara ini disebabkan oleh perubahan
temperatur atmosfer.
Dalam perencanaan pelabuhan angin sangat berpengaruh karena :
a) Memberikan Pergerakan tambahan kapal saat hendak
merapat ke dermaga.
b) Memberikan gaya horizontal terhadap bangunan pelabuhan
c) Mengakibatkan

terjadinya

gelombang

laut

yang

menimbulkan gaya pada bagunan pelabuhan.
d) Mempengaruhi kecepatan arus, di mana kecepatan arus yang
rendah dapat menimbulkan sendimentasi.
2.3.3 Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu
karena adanya gaya tarik benda-benda bumi di langit. Terutama
matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa

17

bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya
terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan
terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari.
pengetahuan tentang pasang surut sangat penting dalam perencanaan
pelabuhan. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut)
sangat penting untuk merencanakan bangunan-bangunan pelabuhan.
Sebagai contoh, elevasi puncak bangunan pemecah gelombang,
dernaga, dsb. Ditentukan oleh elevasi muka air pasang, sementara
kedalaman alur pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.
2.3.4 Gelombang
Gelombang merupakan faktor terpenting dalam perencanaan
pelabuhan. Gelombang di laur bisa dibangkitkan oleh angin
(gelombang angin), gaya tarik matahari dan bulan (pasang surut),
letusan gunung berapi atau gempa di laut (tsunami) kapal bergeran
dan sebagainya.
Gelombang digunakan untuk merencanakan bagunan-bangunan
pelabuhan sperti

pemecah gelombang, studi

ketenangan

di

pelabuhan dan fasilita-fasilitas pelabuhan lainnya.
Gelombang tersebut akan menimbulkan gaya-gaya yang bekerja
pada banguna pelabuhan. Selain itu

gelombang juga bias

menimbulkan arus dan transport sendimentasi di daerah pantai.
2.3.5 Kondisi Tanah
Kondisi tanah ini juga sangat penting karena akan sangat
menentukan jenis dan ukuran dimensi pondasi yang akan dipilih

18

dalam perencanaan pembangunan pelabuhan berdasarkan daya
dukung tanah di sekitar lokasi pembangunan.
2.3.6 Karakterisrik kapal
Karakteristik kapal yang dimaksud adalah ukuran-ukuran kapal dan
jumlah kapal

yang sangat mempengaruhi ukuran dermaga,

kedalaman kolam pelabuhan dan gelombang yang ditimbulkan dari
kapal tersebut.
Luas minimum pelabuhan adalah ruang yang diperlukan untuk
dermaga ditambah dengan kolam putar (turning basin) yang terletak
di depannya. Ukuran kolam putar tergantung pada pada ukuran
kapal dan kemudahan gerak berputar kapal yang dapat dibedakan
dalam empat macam :
a) Ukuran ruang optimum untuk dapat berputar dengan mudah
memerlukan diameter empat kali panjang kapal.
b) Ruang putaran kecil yang mempunyai diameter kurang dari
dua kali panjang kapal.
c) Ukuran menengah ruang putar dengan sedikit kesulitan
dalam berputar mempunyai diameter dua kali panjang kapal.
d) Ukuran minimum ruang putaran harus mempunyai diameter
20% lebih panjang dari panjang kapal terbesar yang
menggunakannya.

19

2.4 Perencanaan Fasilitas Dasar
Yang dimaksud dengan fasiltas dasar dalam perencanaan pelabuhan
peikanan pantai adalah bangunan-bangunan utama yang harus dimiliki
sebagai pendukung pangkalan pendaratan ikan sehingga dapat digunakan
sebgai tempat bersandarnya kapal dari pengaruh gelombang dan angin.

2.4.1 Alur Pelayaran
Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan
masuk dan merapat ke dermaga. Alur pelayaran dan kolam
pelabuhan harus cukup tenang terhadap pengaruh gelombang dan
arus. Perencanaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan ditentukan
oleh kapal terbesar yang akan masuk ke dalam pelabuhan dan
kondisi meteorologi dan oseanografi.
Dalam perjalanan masuk ke pelabuhan melalui alur pelayaran, kapal
mengarungi kecepatannya samapi kemudian berhenti di dermaga.
a) Kedalaman alur
Untuk mendapatkan kondisi oprasi yang ideal kedalaman air
di alur masuk harus cukup besar untuk memungkinkan
pelayaran pada muka air terendah dengan kapal bermuatan
penuh. Kedalaman air ini ditentukan oleh perhitungan
dengan formula (Triadmodjo,1996):
+G+R+P+S+K
Dengan :
d : draft kapal

(1)

20

G : gerak vertical kapal karena gelombang dan squat.
R : ruang kebebasan bersih
P : ketelitian pengukuran
S : pengendapan sendimen antara dua pengerukan
K : toleransi pengerukan

Gambar 2.1 kedalaman Alur Pelayaran
b) Lebar alur pelayaran
Lebar alur biasanya diukur pada kaki-kaki sisi-sisi miring
saluran atau pada kedalaman yang direncanakan. Lebar alur
tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
 Lebar, kecepatan dan gerkan kapal.
 Trafik kapal, apakah alur direncakan untuk satu atau
dua jalur
 Kedalaman alur.
 Apakah alur sempit atau lebar.
 Angin, gelombang, arus dengan air.
 Stabilitas tebing alur.

21

Lebar alur menurut OCDI :
Tabel 2.1 lebar alur menurut OCDI (Triadmodjo, 1996)
Kondisi pelayaran

Panjang alur

Kapal sering bersimpangan

Lebar
2Loa

Relatif panjang

Selain dari alur di
atas

Kapal tidak sering bersimpangan

1,5Loa

Kapal sering bersimpangan

1,5Loa

Kapal tidak sering bersimpangan

Loa

c) Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan merupakan daerah peraiaran di mana kapal
berlabuh untuk melakukan bongkar muat, melakukan gerkan
memutar (di dalam kolam), dsb. Kolam pelabuhan harus
terlindung dari gangguan gelombang mempunyai kedalaman
yang cukup. Di laut yang dangkal diperlukan pengerukan
untuk mendapatkan kedalaman yang direncanakan.
Pada umumnya kedalaman kolam dasar pelabuhan di
tetapkan berdasarkan syarat maksimum (max. draft) kapal
yang bertambat ditambah dengan jarak aman (clearance)
sebesar (0.8-1.0) m di bawah lunas kapal. (Soedjono
Krambadibrata, 2002).

2.4.2 Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat
merapat dan sandar kapal dalam melakukan aktivitas bongkar muat.

22

Dalam merencanakan dermaga pelabuhan harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
 Letak kedalaman perairan yang direncanakan.
 Beban muatan yang harus dipikul dermaga, baik beban merata
maupun beban terpusat.
 Karakteristik tanah, terutama yang bersangkutan dengan daya
dukung tanah, stabilitas bangunan dan lingkungan maupun
kemungkinan

penurunan

bangunan

sebagai

akibat

dari

konsolidasi tanah.
 Sistem angkutan dan sistem penanganan muatan.
Dalam

merencanakan

sebuah

dermaga

pelabuhan

perikanan

harusnya dilakukan perhitungan terhadap beberapa ukuran arau
dimensi dermaga, perhitungan ukuran atau dimensi yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a) Panjang Dermaga.
Dalam menentukan panjang dermaga disesuaikan dengan
pelabuhannya dan frekuensi aktivitas kapal yang beroprasi.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan panjang
dermaga yang di dapat adi Dinas Kelautan Dan Perikanan
Provinsi Lampung adalah :
(2)
Dimana :
LD

= panjang dermaga (meter)

M

= frekuensi pendaratan kapal/hari

23

W

= waktu atau periode penggunaan dermaga

B

= lebar kapal.

b) Lebar Dermaga.
Lebar dermaga yang disediakan untuk bongkar muat barang
disesuaikan dengan kebutuhan ruang dengan perhitungan
yang cukup untuk penggunaan alat-alat yang digunakan Lalu
lintas alat angkut ikan di dermaga direncanakan dengan
gerobak dan dipikul dari kapal. Kemudian diangkut kealat
angkut yang lebih besar (mobil/truck).
c) Konstruksi Dermaga
Perhitungan konstruksi dermaga meliputi perhitungan plat
dan balok dermaga. Pembebanan yang terjadi pada plat dan
balok meliputi beban mati (dead load) berupa beban sendiri,
beban hidup (life load) berupa beban orang dan barang,
beban tarikan kapal, beban akibat benturan kapal dan beban
akibat

gaya

horizontal

gempa.

Perencanaan

beban

berdasarkan pada peraturan pembebanan yang berlaku pada
peraturan perencanaan beton bertulang menggunakan SKSNI
03-2847-2002.
d) Pondasi Dermaga.
Pada umumnya pondasi tang pancang dipancang tegak lurus
ke dasar laut, tetapi apabila konstruksi dermaga memerlukan
gaya horizontal yang cukup besar maka tiang pancang akan
dipancang miring. Agar dapat merencanakan pondasi tiang

24

pancang yang baik, maka sangat perlu mengetahui bebanbeban yang bekerja pada konstruksi di atas bangunan
tersebut.
I.

Perhitungan daya dukung tiang pancang
i.

Terhadap kekuatan bahan
(3)
Dimana :
σb

= 0,33 (f’c)

Di mana :
Pall

= Kekuatan tiang yang diizinkan.

σb

= Tegangan tiang terhadap permukaan.

A tiang = Luas penampang tiang pancang
f’c
ii.

= Mutu beton (N/mm2)

Terhadap pemancangan
Dengan rumus pancang A. Hiley dengan tipe
single acting drop hammer.
(4)

Dimana :
Ef

= efesiaensi alat pancang

Wp = Berat sendiri tiang pancang
W

= Berat hammer

E

= Koefisien pengganti beton

H

= Tinggi jatuh hammer

25

δ = Penurunan tiang akibat pukulan terakhir
C1 = Tekanan izin sementara pada kepala
tiang dan penutup
C2 = simpangan tiang akibat tekanan izin
sementara
C3

= Tekanan izin semntara

Ru

= Batas maksimal beban (ton)

Maka Pa = 1/n x Ru
Pa = batas beban izin yang di terima tiang
n = Angka keamanan
iii.

Terhadap kekuatan tanah
Dengan rumus daya dukung pondasi tiang
pancang Mayerhoff (1956) :
(5)
Dimana :
Pult

= daya dukung batas pondasi tiang

pancang (ton)
Nb = Nilai N-SPT pada elevasi tiang dasar
Ab = Luas penampang tiang dasar (m 2)
N = Nilai SPT rata-rata
As = Luas selimut tiang (m 2)
Dari perhitungan daya dukung tiang di atas
diambil daya dukung tiang pancang terkecil.

26

II.

Perhitungan Efesiensi Tiang
Formula efesiensi grup tiang pancang menurut
Sardjono pada buku rekayasa pondasi adalah :
(6)

Dimana :
m

= jumlah baris

n

= jumlah tiang dalam satu baris

θ

= arc tan (d/s)

d

= diameter tiang

s

= jarak antar tinag (as ke as).

Dengan memperhitungkan efesiensi, maka daya
dukung tiang pancang tunggal menjadi :
Pall = Eff x P tiang
III.

Perhitungan

tekanan

pada

kelompok

tiang

(Vertikal)
Menurut Buku yang ditulis dalam buku rekayasa
Pondasi

milik

Sardjono,

perhitungan

tekanan

kelompok tiang dapat dihitung dengan formula
sebagai berikut :
(7)

Dimana :
n = banyaknya tiang pancang
X max = jarak terjauh d tinjau dari sumbu x

27

Y max = jarak terjau ditinjau dari sumbu y
Ʃ (x2) = jumlah kuadrat absis tiang pancang
Ʃ (y2) = jumlah kuadrat ordinat tiang pancang
nx = jumlah tiang pancang tiap baris pada arah x
ny = jumlah tiang pancang tiap baris pada arah y

2.4.3 Fender
Fender adalah salah satu konstruksi bangunan dermaga yang
berfungsi untuk meredam benturan kapal dengan dermaga sehingga
kerusakan pada pinggir dermaga dapat dihindari.
Gaya yang dapat diserap oleh fernder adalah (0,5E) dan sisanya
ditahan oleh dermaga.
Besarnya energi yang terjadi akibat benturan kapal dapat dihitung
dengan Formula yang ditulis dalam buku Pelabuhan Bambang
Triadmodjo, yaitu sebagai berikut :
(8)

Dimana :
E = energi kinetik yang timbul akibat benturan kapal (ton meter)
W = berat kapal (ton/m/detik2)
V = kecepatan kapal saat merapat (m/d)
g = Percepatan gravitasi bumi
Cm = koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas

28

Cs = koefisien kekerasan
Cc = koefisien dari tambatan
untuk kecepatan kapal dapat ditentukan pada table dibawah ini :
Tabel 2.2 Kecepatan merapat kapal pada dermaga

Ukuran Kapal (DWT)

Kecepatan Merapat (m/det)
Pelabuhan

Laut terbuka

Sampai 500

0,25

0,30

500-10.000

0,15

0,20

10.000-30.000

0,15

0,15

Lebih dari 30.000

0,12

0,15

Sumber : Pelabuhan,1996

Koefisien massa tergantung dari gerakan air di sekeliling kapal yang
ada, dan persamaan yang digunakan adalah persamaan yang didapat
pada buku Pelabuhan Bambang Triadmodjo sebagai berikut:
(9)

Dimana :
d = Draft Kapal (m)
Cb = koefisien blok kapal
B = Lebar kapal (m)
Sementara itu nilai Cb didapat dari buku Pelabuhan Bambang
Triadmodjo, persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
(10)

29

Dimana :
W

= bobot kapal

Lpp = Panjang garis air
γ0

= berat jenis air (1000 Kg/m2).

Sedangkan koefisien eksentrisitas adalah perbandingan antara energi
sisa dengan energi kapal dan dihitung dengan persamaan yang
didapat pula dari buku Pelabuhan Bambang Triadmodjo :
(11)

Dimana :
l

= jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal
sampai titik sandar kapal ¼ Loa.

Loa = panjang kapal yang di tambat.
r

= jari-jari putaran di sekeliling pusat gerak kapal pada
permukaan air

untuk nilai r diperoleh dari grafik yang didapat dilihat pada buku
Pelabuhan Bambang Triadmodjo, grafik tersebut dapat dilihat pada
gambar di berikut ini ini :

Gambar 2.2 Grafik Nilai r

30

2.4.4 Bolder
Fungsi bolder / penambat adalah untuk menambatkan kapal agar tidak
mengalami pergerakan yang dapat mengganggu baik pada aktivitas
bongkar maupun lalu lintas kapal yang lainnya.
Bolder yang digunakan pada dermaga ini direncanakan dari beton
bertulang. Penggunaan jumlah tambatan serta jarak masing-masing
bolder dapat dihitung dengan menyesuaikan berat kapal.

31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan kita sebelum memulai
tahapan pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun
hal-hal penting yang harus segera dilakukan dengan tujuan untuk
mengefektifkan waktu dan pekerjaan. Tahap persiapan ini meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut :
1. Perumusan dan identifikasi masalah
2. Observasi dan peninjauan langsung di lokasi masalah
3. Penentuan kebutuhan data, sumber data dan pengadaan administrasi
perencanaan data dilanjutkan pengumpulan data.
4. Perencanaan jadwal rencana desain perencanaan.
Persiapan diatas harus dilakukan secara cermat untuk menghindari pekerjaan
yang berulang. Sehingga tahap pengumpulan data menjadi optimal.

3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing
kota Bandar lampung dengan titik koordinat : 050 29’ 15” LS – 050 15’ 12.5”
BT. Tepatnya di jln. RE. Martadinata Km.6 Lempasing, Teluk Betung,
Bandar Lampung, Lampung.

32

3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan sarana pokok untuk menemukan penyelesaian
masalah secara ilmiah. Dalam pengumpulan data, peranan instansi yang
terkait sangat diperlukan sebagai pendukung dalam memperoleh data-data
yang diperlukan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan
data adalah :
1. Jenis-jenis datanya.
2. Tempat diperolehnya.
3. Jumlah data yang harus dikumpulkan agar diperoleh data yang memadai
(cukup, seimbang dan tepat atau akurat).
Dalam perencanaan pengembangan PPP lempasing ini metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan melalui cara-cara sebagai berikut :
a. Metode literatur
Yaitu mengumpulkan, mengidentifikasi dengan mengolah data tertulis dan
metode kerja yang dilakukan.
b. Metode observasi
Yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara survey
langsung ke lapangan agar diketahui kondisi riil di lapangan secara garis
besar, dan juga dengan cara pencarian data melalui internet untuk
mengetahui kondisi lokasi yang sebenarnya.
c. Metode wawancara
Yaitu

dengan

mewawancarai

memperoleh data yang diperlukan.

narasumber

yang

dipercaya

untuk

33

Berdasarkan beberapa metode pengumpulan data di atas makan data yang
diperoleh adalah data sekunder yaitu data yang diproleh dari instansi yang
terkait dalam perencanaan pengembangan PPP lempasing.
Data sekunder yang yang diperlukan adalah sebagai berikut :
 Data peta topografi dan peta situasi.
 Data angin, pasang surut dan gelombang.
 Data jumlah dan jenis kapal yang berlabuh serta volume ikan di PPP
Lempasing.

3.4 Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan proses pengolahan data-data yang telah diperoleh.
Analisis data ini meliputi :
1. Data Oceanografi
Terdiri dari data pasang surut, angin dan gelombang serta data
sedimentasi digunakan untuk menentukan elevasi muka air tertinggi /
banjir yang dipakai sebagai acuan dalam menetapkan tinggi elevasi
dermaga dan untuk merencanakan elevasi alur pelayaran, elevasi
bangunan/fasilitas pelabuhan pendaratan ikan dan perhitungan
kontruksi bangunan fasilitas pelabuhan.
2. Data tanah
Data ini diperlukan untuk perencanaan pondasi atau struktur bawah
dermaga yaitu dengan melihat daya dukung tanah yang ada terhadap
struktur dermaga sehingga dapat direncanakan model dan dimensi
pondasi dermaga.

34

3. Data jumlah kapal
Analisis ini dipakai untuk menentukan panjang dermaga dan
kebutuhan perencanaan ke depan, sehingga diharapkan dapat
mengoptimalkan pemakaian dermaga.
4. Data jumlah produksi ikan
Analisis ini diperlukan untuk menghitung perencanaan ke depan luas
ruang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sehingga dapat menampung
keseluruhan hasil produksi ikan. Jika data-data di atas yang sudah
dianalisa sudah cukup maka dapat dilakukan langkah selanjutnya,
tetapi jika masih kurang maka harus kembali melakukan metode
pengumpulan data.

3.5 Perencanaan Lay Out
Setelah didapatkan data-data yang cukup dan jelas serta sudah dianalisa maka
langkah selanjutnya yaitu membuat perencanaan lay out Pelabuhan Perikanan
Lempasing yang berupa peta situasi dan denah. Perencanaan lay out ini sangat
penting karena untuk mengetahui letak-letak bangunan yang direncanakan
seperti dermaga dan tempat pelelangan ikan (TPI) serta fasilitas-fasilitas
pendukung yang dibutuhkan pada perencanaan Pelabuhan Perikanan
Lempasing Dengan mengetahui letak-letak bangunan tersebut maka dapat
direncanakan dimensi dan ukuran serta bentuk dari bangunan-bangunan
tersebut sehingga dapat disesuaikan dengan lahan yang ada dan biaya yang
tersedia. Sesudah perencanaan lay out langkah selanjutnya yaitu perencanaan
bangunan-bangunan pada Pelabuhan Perikanan tersebut.

35

3.6 Perencanaan Bangunan
Perencanaan bangunan pada Pelabuhan ikan ini adalah perencanaan dermaga.
Pada perencanaan dermaga Pelabuhan ikan Lempasing ini, perencanaan
meliputi perencanaan tipe dermaga, panjang dan lebar dermaga, plat lantai dan
balok dermaga, pondasi, serta fender dan bolder.

3.7 Gambar Konstruksi
Setelah didapat dimensi, ukuran dan bentuk bangunan tersebut serta jenis
bahan yang digunakan maka perlu dibuat gambar konstruksi, dengan tujuan
untuk