Pendekatan yang digunakan Layanan Konseling

melalui pendekatan ini memandang konseli mampu melakukan pilihan-pilihan yang berakar pada kesanggupan pribadi, kesadaran, dan tanggung jawab.

D. Diagnosis

Masalah yang sebenarnya sedang dihadapi oleh beberapa siswi tersebut yaitu kesibukan orangtua di pagi hari untuk bekerja sehingg menghambat keberangkatan mereka kesekolah walaupun sebenarnya bisa diatasi dengan semangat mereka untuk berangkat ke sekolah. Selain itu permasalahannya adalah sulit bangun pagi karena sering begadang. E. Prognosis Permasalahan tiga konseli tersebut dapat diselesaikan dengan cara membantu konseli untuk mendapatkan kesadarannya sendiri atas segala bentuk perilaku dan pemikirannya sendiri. Sehingga apapun yang diperbuat konseli merupakan hal yang menurutnya benar dan pantas untuk didapatkan dan ia lakukan. Dalam hal ini melalui pendekatan Person Centered, semua konseli diajak untuk merefleksi dirinya apakah tingkah lakunya maupun perilakunya saat ini sudah merupakan hal yang memang selayaknya ia lakukan. Selain itu Konseli juga diajak untuk dapat mengintrospeksi diri kaitannya dengan pilihannya dalam memprioritaskan kepentingan seperti sekolah dan mengusahakannya untuk tetap berangkat walaupun orangtua tidak mampu mengantar. Serta kesadaran konseli akan akibat begadang yang sering ia lakukan.

F. Tujuan Konseling

Secara ideal tujuan konseling berpusat pada person tidak terbatas oleh tercapainya pribadi yang kongruensi saja. Bagi Rogers tujuan konseling pada dasarnya sama dengan tujuan kehidupan ini, yaitu apa yang disebut dengan fully functioning person, yaitu pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Rogers beranggapan bahwa fully functioning person merupakan hasil dari proses dan karena itu lebih bersifat becoming, sedangkan aktualisasi diri sebagaimana yang dikemukakan Maslow merupakan keadaan akhir dari kematangan mental dan emosional, karena itu lebih merupakan self-being Cottone, 1991.