MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN BIJI PADA ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK AL-AZHAR 2 WAY HALIM BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN
MELALUI PERMAINAN BIJI PADA ANAK USIA DINI
DI TAMAN KANAK-KANAK AL-AZHAR 2 WAY HALIM
BANDAR LAMPUNG

Oleh

FERA EPIYANA

Masalah yang ditemukan saat proses pembelajaran di TK Al-Azhar 2 Way Halim
adalah masih rendah perkembangan kemampuan kognitif pada anak, khususnya
mengenal konsep bilangan. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
meningkatkan perkembangan kemampuan anak untuk mengenal konsep bilangan
melalui permainan biji. Metode penelitian tindakan kelas yang dilakukan terdiri
dari tiga siklus, siklus pertama dengan mengadakan permainan biji tersembunyi,
siklus kedua mengadakan permainan rangkai biji, dan siklus ketiga mengadakan
permainan tanam biji. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model bermain dapat meningkatkan perkembangan kemampuan
mengenal konsep bilangan pada anak. Hal ini dapat dilihat dari persentase ratarata siklus pertama 70,67% meningkat pada siklus kedua 79,18% dan meningkat
lagi pada siklus ketiga menjadi 88,82%.

Kata kunci : model pembelajaran, permainan biji, kemampuan kognitif.

ii

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP
BILANGAN MELALUI PERMAINAN BIJI
PADA ANAK USIA DINI
DI TAMAN KANAK-KANAK AL-AZHAR 2
WAY HALIM BANDAR LAMPUNG
OLEH :

FERA EPIYANA
Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Guru-PAUD
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fera Epiyana lahir di Bandar Lampung pada hari kamis tanggal
20 september 1990, putri kedua dari Ibu Endang Sulastri.

Awal studi penulis menempuh pendidikan pada Sekolah Taman Kanak-kanak
Muhamadiyah, pada tahun 1995, selanjutnya penulis menempuh pendidikan dasar
di SD 3 Gunung Terang kecamatan Tanjung Karang Timur, dan tamat pada tahun
2002. Sekolah menengah pertama (SMP) di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang
tamat pada tahun 2005, dan sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA YP UNILA
yang tamat pada tahun 2008.


Pada tahun 2008 penulis melanjutkan DII pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidik Anak Usia Dini Universitas
Lampung dan selesai pada tahun 2011. Penulis melanjutkan Pendidikan S1 di
Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program
Studi S1 PG PAUD Konversi Universitas Lampung. Tahun 2011 awal mengajar
di Taman Kanak-kanak Al-Azhar 2 Way Halim sebagai tenaga pendidik hingga
sekarang.

vii

MOTO

RIDHO ROBBI FII RIDHO WALIDAIN
Artinya :
Ridho Allah itu tergantung pada Ridho Orang Tua

viii

PERSEMBAHAN


Kupersembahkan karya sederhanaku ini, kepada :
Mama yang selalu mendoakan dan memberi nasehat kepada ananda
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
(Ma, ini kado ulang tahun untuk mama,,terima kasih doanya ma,,)
Kakak dan keluargaku yang telah menjadi tempat mencurahkan perasaan
hati dan selalu memberi semangat serta dukungannya.
Suamiku tersayang yang selalu meluangkan waktunya guna terselesaikannya
skripsi ini.
Sahabat-sahabatku yang senantiasa memberi dukungan serta semangat.
Almamaterku UNILA yang telah membantuku dewasa dalam berfikir dan
bertindak.

ix

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN
MELALUI PERMAINAN BIJI


PADA ANAK USIA DINI DI TAMAN

KANAK-KANAK AL-AZHAR 2 WAY HALIM BANDAR LAMPUNG”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Ibu Ari Sofia, S.Psi, M.Psi, selaku Ketua Program Studi S1 PG PAUD.
4. Ibu Dr. Een Y. Haenilah, M.Pd, selaku Dosen pembimbing yang banyak
meluangkan waktu untuk memberikan saran, kritik, dan masukan dalam
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Devi Nawang Sasi, M.Pd, selaku Dosen pembahas yang juga banyak
memberikan saran, kritik, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen program studi Pendidikan Guru Pendidik Anak Usia
Dini yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
7. Ibu Hj. Nursyamsiyah, SPd.AUD selaku Kepala TK Al-Azhar 2 yang telah
memberikan izin penelitian.


x

8. Teman-teman seperjuangan angkatan pertama Konversi guru PAUD,
terima kasih atas bantuan dan motivasi kalian.
9. Seluruh dewan guru, dan staf tata usaha TK Al-Azhar 2 yang telah
memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulisan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini masih jauh dari sempurna.
Hal ini karena adanya keterbatasan yang ada pada penulis. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada para pembaca
pada

umumnya,

serta

dapat

memberikan


sumbangan

pemikiran

perkembangan pendidikan selanjutnya.

Bandar Lampung, April 2015
Penulis,

Fera Epiyana
NPM. 1213254015

xi

pada

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………….
ABSTRAK…………………………………………………………….
HALAMAN MENYETUJUI…………………………………………
HALAMAN PENGERSAHAN………………………………………
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………..
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………..
MOTTO……………………………………………………………….
PERSEMBAHAN…………………………………………………….
SANWACANA……………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………….
DAFTAR TABEL……………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….

i
ii
iv
v
vi
vii

viii
ix
x
xii
xiv
xv
xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………
B. Identifikasi Masalah………………………………………...
C. Pembatasan Masalah………………………………………..
D. Rumusan Masalah…………………………………………..
E. Tujuan Penelitian……………………………………………
F. Manfaat Hasil Penelitian…………………………………….

1
4
4
4

5
5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anak dan Taman Kanak-kanak………………….
B. Model Pembelajaran Anak di Taman Kanak-kanak…………
C. Pengertian Bermain…………………………………………..
D. Perkembangan Kognitif Anak……………………………….
E. Pengertian Media Pembelajaran……………………………...
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan……………………….…
G. Kerangka Pikir……………………………………………….
H. Hipotesis……………………………………………………..

6
7
8
8
13
14
17

18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………………
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………….
C. Subjek Penelitian…………………………………………….
D. Sumber Data…………………………………………………

19
20
21
21

xii

E. Rancangan Penelitian Tindakan……………………………..
F. Definisi Konseptual dan Operasional……………………….
G. Instrumen Penelitian………………………………………...
H. Alat Pengumpulan Data…………………………………….
I. Teknik Analisis Data………………………………………..
J. Kriteria Keberhasilan………………………………………

21
25
26
26
27
28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan…………………………………….
b. Tahap Tindakan….…………………………………….
c. Observasi………………………………………………
d. Refleksi……………………………………………….
2. Siklus 2
a. Tahap Perencanaan…………………………………….
b. Tahap Tindakan….…………………………………….
c. Observasi………………………………………………
d. Refleksi………………………………………………..
3. Siklus 3
a. Tahap Perencanaan…………………………………….
b. Tahap Tindakan….…………………………………….
c. Observasi………………………………………………
d. Refleksi………………………………………………..
B. Pembahasan…………………………………………………..

41
41
43
45
48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………...
B. Saran………………………………………………………….

51
52

Daftar Pustaka…………………………………………………………...

53

Lampiran-lampiran

xiii

29
30
31
33
35
35
37
39

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Persentase Peningkatan Perkembangan Kognitif Anak siklus 1
Tabel 4.2 Penilaian Kemampuan Guru siklus 1…………………………..
Tabel 4.3 Persentase Peningkatan Perkembangan Kognitif Anak
siklus 1 dan 2…………………………………………………
Tabel 4.4 Penilaian Kemampuan Guru siklus 1 (SI) dan siklus 2 (SII)….
Tabel 4.5 Persentase Peningkatan Perkembangan Kognitif Anak
siklus 1, 2, 3…………………………………………………..
Tabel 4.6 Penilaian Kinerja Guru siklus 1 (SI), siklus 2 (SII)
dan siklus 3 (SIII)……………………………………………..
Tabel 4.7 Rekapitulasi Persentase siklus 1, siklus 2, dan siklus 3………

xiv

31
32
37
38
43
44
46

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir......................................................................... 17
Gambar 3.1 PTK (Model Penelitian Tindakan Kelas)…………………… 22
Gambar 3.2 Model Analisis Triangulasi…………………………………. 28
Gambar grafik 1. Peningkatan Perkembangan Kemampuan Kognitif…….. 47
Gambar grafik 2. Peningkatan Kinerja Guru………………………………. 47

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian…………………………………………
Lampiran 2 Surat Pernyataan…………………………………………….
Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian…..……………………………
Lampiran 4 Pedoman Observasi…………………………………………...
Lampiran 5 Pedoman Observasi…………………………………………...
Lampiran 6 Pedoman Observasi…………………………………………...
Lampiran 7 RKH Siklus 1…………………………………………………
Lampiran 8 Pedoman Oservasi Siklus 1…………………………………...
Lampiran 9 Penghitungan Peningkatan Perkembangan Kognitif…………
Lampiran 10 Refleksi Individu……………………………………………
Lampiran 11 IPKG 1………………………………………………………
Lampiran 12 IPKG 2………………………………………………………
Lampiran 13 Foto Kegiatan Siklus 1………………………………………
Lampiran 14 RKH Siklus 2………………………………………………..
Lampiran 15 Pedoman Oservasi Siklus 2…………………………………
Lampiran 16 Penghitungan Peningkatan Perkembangan Kognitif……….
Lampiran 17 Refleksi Individu……………………………………………
Lampiran 18 IPKG 1……………………………………………………...
Lampiran 19 IPKG 2………………………………………………………
Lampiran 20 Foto Kegiatan Siklus 2………………………………………
Lampiran 21 RKH Siklus 3……………………………………………….
Lampiran 22 Pedoman Oservasi Siklus 3…………………………………
Lampiran 23 Penghitungan Peningkatan Perkembangan Kognitif……….
Lampiran 24 IPKG 1………………………………………………………
Lampiran 25 IPKG 2………………………………………………………
Lampiran 26 Foto Kegiatan Siklus 3………………………………………

xvi

54
55
56
57
58
59
60
62
64
65
66
68
70
75
77
79
80
81
83
85
88
90
92
93
95
97

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan wahana pendidikan anak usia 0-6 tahun
atau usia prasekolah, melalui wahana tersebut dapat membantu mengembangkan
berbagai kemampuan baik bahasa, moral, kognitif, seni dan fisik motorik, sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan usia anak tersebut.
Berdasarkan UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.

Usia Taman Kanak-kanak (TK) adalah saat yang paling baik bagi orang tua dan
guru

untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan. Oleh sebab itu dalam

melaksanakan

pembelajaran

di

TK,

seorang

guru

seharusnya

sudah

mempersiapkan terlebih dahulu program TK dan juga harus memperhatikan
tujuan program kegiatan belajar anak TK serta ruang lingkup program kegiatan
anak TK. Tujuan program kegiatan belajar anak TK adalah untuk mempersiapkan
anak ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan untuk
pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Karena usia dini merupakan

2

periode awal yang paling penting dan mendasar dalam rentang pertumbuhan serta
perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini ditandai oleh berbagai
periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai
periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa
usia dini adalah the golden age atau periode keemasan. Banyak konsep dan fakta
yang ditemukan memberi penjelasan tentang periode keemasan pada masa usia
dini, di mana semua potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep
yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa
identifikasi, imitasi, masa peka, dan masa bermain. Menurut Vygotsky (dalam
Tedjasaputra, Mayke S, 2001) anak kecil tidak mampu berfikir abstrak, karena
bagi mereka makna dan objek berbaur menjadi satu. Akibatnya, anak tidak dapat
berfikir tentang kuda tanpa melihat kuda yang sesungguhnya.

Konsep tersebut diperkuat oleh fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli neurologi
yang menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200
milyar sel otak (Tyler,1977 dalam Uno,H.Hamzah dan Masri Kuadrat, 2009) siap
untuk dikembangkan dan diaktualisasikan mencapai tingkat perkembangan
potensi tertinggi. Sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika
usia 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun, dan mencapai titik
kulminasi 100% ketika anak berusia 8 sampai 18 tahun.

Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan berbagai situasi
pendidikan yang mendukung, baik dalam situasi pendidikan keluarga, masyarakat
maupun sekolah. Para ahli pendidikan sepakat bahwa periode keemasan tersebut
hanya berlangsung satu kali sepanjang rentang kehidupan manusia. Hal ini

3

menunjukkan bahwa betapa meruginya suatu keluarga, masyarakat dan bangsa
jika mengabaikan masa-masa penting yang berlangsung pada anak usia dini.

Anak menggunakan energi sepenuhnya untuk melaksanakan suatu kegiatan yang
disukainya. Oleh sebab itu, pelaksanaan program yang bersifat monoton kurang
baik dilakukan dalam kegiatan pembelajaran karena hanya akan membuat anak
menjadi bosan, malas, selalu ingin cepat keluar, tidak memperhatikan guru pada
saat menerangkan materi, selalu bermain dan mengganggu temannya. Terutama
apabila guru ingin meningkatkan perkembangan kemampuan mengenal konsep
bilangan pada anak, karena hal itu sangat berkaitan dengan perkembangan
kemampuan berfikir sistematis dan logis.

Pada umumnya anak menunjukkan suatu peningkatan dalam memahami konsep
yang kompleks seperti angka dan waktu meskipun pemahamannya belum matang
benar, sementara pada anak TK Al-Azhar 2 kemampuan mengenal konsep
bilangan tersebut masih belum ada peningkatan yang signifikan dari dimulainya
tahun ajaran baru 2014/2015, pada kelompok A yang peserta didiknya berjumlah
15 anak, terdiri dari sembilan anak perempuan dan enam anak laki-laki, masih
terdapat anak yang belum mengenal konsep bilangan, belum mengenal lambang
bilangan secara acak dan belum mengenal lambang bilangan yang disusun secara
berurutan.

Untuk mengembangkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak TK
Al-Azhar tersebut, guru dapat melakukan dengan cara membuat suatu permainan
yang dapat memacu semangat anak untuk melakukan suatu kegiatan, sehingga
pelaksanaan program kegiatan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

4

Salah satu permainan untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan
pada anak TK adalah melalui “Permainan Biji”. Dengan demikian guru dapat
menentukan dan memilih metode apa yang baik dalam melaksanakan suatu
program kegiatan di TK agar dapat berjalan lancar dan sesuai dengan kebutuhan
serta perkembangan anak TK Al-Azhar 2 tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang terindentifikasi berdasarkan latar belakang di atas sebagai berikut :
a. Sebagian besar anak belum mengenal konsep bilangan
b. Sebagian anak belum bisa mengenal angka secara berurutan
c. Anak sulit mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan secara acak
d. Anak mudah merasa bosan saat kegiatan berhitung

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka dilakukan pembatasan
masalah sebagai berikut : anak di kelas A belum mengenal konsep bilangan,
sehingga anak tersebut sulit untuk mengenal lambang bilangan secara berurutan
maupun diacak.

D. Rumusan Masalah
Maka rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut : “ Bagaimana
meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak
melalui permainan biji “ ?.

TK

5

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas dan hasil pengamatan
penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan perkembangan
kemampuan anak untuk mengenal konsep bilangan melalui permainan biji.

F. Manfat Hasil Penelitian

Manfaat hasil penelitian yang dapat diperoleh adalah :
1. Bagi Guru
a. Guru dapat lebih mudah mengenalkan konsep bilangan melalui
permainan yang menarik, dan akan lebih memudahkan guru melihat
perkembangan kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak, salah
satunya kemampuan berhitung.
b. Dapat memperbaiki kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Bagi Anak

Anak dapat memperoleh suatu kesempatan memilih kegiatan yang
disukainya, bereksperiment dengan menggunakan bermacam alat dan
bahan, berimajinasi, memecahkan masalah dan bercakap-cakap secara
bebas, berperan dalam kelompok, bekerjasama dalam kelompok dan
memperoleh pengalaman yang menyenangkan dalam mengenal konsep
bilangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anak dan Taman Kanak-kanak
Anak adalah generasi masa depan yang memiliki pribadi unik, zaman yang akan
datang adalah milik anak-anak kita. Masa kanak-kanak adalah bagian yang
teramat penting dalam perjalanan hidup manusia. Pada masa tersebut anak masih
sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya, sebab anak sedang mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat (H.Isjoni.2010).

Sedangkan Taman Kanak-kanak adalah salah satu lembaga pendidikan yang dapat
membantu perkembangan kemampuan dasar pada anak dan membantu untuk
mempersiapkan anak menempuh pembelajaran ketingkat selanjutnya (Peraturan
Menteri nomor 58 tahun 2009). Hal ini terealisasi melalui sistem bermain melalui
belajar atau belajar melalui bermain, karena perkembangan secara alami
dirangsang tanpa adanya paksaan, semua yang datang dari dalam diri anak itu
sendiri, maka melalui bermain tanpa disadari anak sudah belajar banyak hal.

7

Adapun pengajaran di TK berdasarkan kepada tugas perkembangan anak yang
disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Hal itu disederhanakan dalam
lingkup program-program kegiatan di Taman Kanak-kanak yang mencakup :
1. Program kegiatan belajar dalam rangka membentuk prilaku melalui
pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari yang meliputi
moral, agama, disiplin, emosi dan kemampuan bersosialisasi.
2. Program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar
melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi kemampuan
berbahasa, daya pikir, daya cipta, dan keterampilan serta jasmani.
Program kegiatan di TK berisikan materi pembelajaran yang dapat dicapai melalui
beberapa tema yang tentunya harus disesuaikan dengan lingkungan dan kondisi
anak dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang kemampuan yang
dikembangkan.

B. Model Pembelajaran Anak di Taman Kanak-kanak

Pembelajaran anak usia dini hendaknya memberikan kesempatan pada anak untuk
berekspresi, menemukan hal-hal yang baru dan menyalurkan emosi mereka.
Semua itu bisa terwujud apabila dilakukan dengan bermain. Melalui bermain anak
mampu berimajinasi serta menemukan hal yang baru oleh anak (H.Isjoni.2010).

Anak akan terlibat dalam belajar secara lebih intensif jika ia membangun sesuatu
daripada sekedar melakukan atau menirukan sesuatu yang dibangun oleh orang
lain. Ia melukiskan bahwa pembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar
melalui bekerja, bermain dan hidup bersama dengan lingkungannya.

8

Pembelajaran

melalui

bermain

diharapkan

ada

kondisi

positif

ketika

berlangsungnya pembelajaran, sehingga proses perolehan pengalaman akan
menjadi pengetahuan anak, berlangsung lebih kondusif dan bermakna, serta
informasi tersebut lebih tahan lama tertanam di dalam otak anak.

C. Pengertian Bermain

Bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara
sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat untuk mencapai tujuan
tertentu. Bermain ada yang dapat dilakukan secara sendirian dan ada pula yang
dilakukan secara berkelompok. Setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan
secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar.

Bermain merupakan jalan bagi anak dari belajar secara informal menjadi formal.
Sebagai contoh, awalnya anak bermain dengan balok-balok, anak mempelajari
berbagai bentuk geometri – mengetahui namanya – mengenali bentuknya, belajar
berkonsentrasi dan menekuni tugasnya. Pengenalan terhadap bentuk ini menjadi
dasar bagi anak untuk pengenalan terhadap huruf dan angka (Tedjasaputra, Mayke
S. 2001).

D. Perkembangan kognitif anak

Perkembangan kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu
untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa (Sujiono,Yuliani N, dkk. 2004). Salah satu periode yang menjadi penciri

9

masa usia dini adalah the golden age atau periode keemasan. Banyak konsep dan
fakta yang ditemukan memberi penjelasan tentang periode keemasan pada masa
usia dini, di mana semua potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep
yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa
identifikasi/imitasi, masa peka, dan masa bermain. Menurut Vygotsky (dalam
Tedjasaputra, Mayke S, 2001) anak kecil tidak mampu berfikir abstrak, karena
bagi mereka makna dan objek berbaur menjadi satu. Akibatnya, anak tidak dapat
berfikir tentang kuda tanpa melihat kuda yang sesungguhnya.

Konsep tersebut diperkuat oleh fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli neurologi
yang menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200
milyar sel otak (Tyler,1977 dalam Uno,H.Hamzah dan Masri Kuadrat, 2009) siap
untuk dikembangkan dan diaktualisasikan mencapai tingkat perkembangan
potensi tertinggi. Konsep tersebut pula didukung dengan adanya tahapan
perkembangan kognitif bagi anak

menurut piaget melalui empat tahapan

penting,yaitu :

1. Tahap sensori-motorik (0-18 atau 24 bulan)

Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif selama stadium sensori
motorik ini, inteligensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai
reaksi simulasi sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan konkrit
dan bukan tindakan imaginer atau hanya dibayangan saja. Piaget menamakan
proses ini sebagai proses desentrasi, artinya anak dapat memandang dirinya
sendiri dan lingkungan sebagai dua entitas yang berbeda. Sebelum usia 18 bulan,

10

anak belum mengenal object permanence. Artinya, benda apapun yang tidak ia
lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun
sesungguhnya benda itu ada. Dalam rentang 18 – 24 bulan barulah kemampuan
object permanence anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis.

2. Tahap pra-operasional (18 bulan—7 tahun)

Stadium pra-operasional dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis,
permainan simbolis, imitasi (tidak langsung) serta bayangan dalam mental. Semua
proses ini menunjukkan bahwa anak sudah mampu untuk melakukan tingkah laku
simbolis. Anak sudah memiliki penguasaan sempurna tentang object permanence.
Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda
yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau
sudah tak dilihat, didengar atau disentuh lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi
benda tersebut berbeda dengan pandangan pada periode sensori motor, yakni tidak
bergantung lagi pada pengamatannya belaka. Pada periode ditandai oleh adanya
egosentris serta pada periode ini memungkinkan anak untuk mengembangkan
diferred-imitation,

insight

learning

dan

kemampuan

berbahasa,

dengan

menggunakan kata-kata yang benar serta mampu mengekspresikan kalimatkalimat pendek tetapi efektif.

a.

Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum mampu
(secara perseptual, emosional-motivational, dan konsepsual) untuk
mengambil perspektif orang lain.

b.

Cara berpikir pra-operasional sangat memusat (centralized). Bila anak
dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia akan

11

memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan
dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga mengabaikan hubungannya
antara dimensi-dimensi ini.
c.

Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik (irreversable). Anak
belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan memikirkan
tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya.

d.

Berpikir pra-operasional adalah terarah statis. Bila situasi A beralih ke
situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A, kemudian B. Ia tidak
memperhatikan transformasi perpindahannya A ke B.

e.

Berpikir pra-operasional adalah transductive (pemikiran yang meloncatloncat). Tidak dapat melakukan pekerjaan secara berurutan. Dari total
perintah hanya satu/ beberapa yang dapat dilakukan.

f.

Berpikir pra-operasional adalah imaginatif, yaitu menempatkan suatu
objek tidak berdasarkan realitas tetapi hanya yang ada dalam pikirannya
saja.

3. Tahap operasional konkrit (7—11 tahun)

Cara berpikir anak yang operasional konkrit kurang egosentris. Ditandai oleh
desentrasi yang besar, artinya anak sekarang misalnya sudah mampu untuk
memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk menghubungkan
dimensi-dimensi ini satu sama lain. Anak sekarang juga memperhatikan aspek
dinamisnya dalam perubahan situasi. Akhirnya ia juga sudah mampu untuk
mengerti operasi logis dari reversibilitas. Pada dasarnya perkembangan kognitif
anak ditinjau dari karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan kognitif orang

12

dewasa. Namun masih ada keterbatasan kapasitas dalam mengkoordinasikan
pemikirannya. Pada periode ini anak baru mampu berfikir sistematis mengenai
benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

Ada juga kekurangan dalam cara berpikir operasional konkrit. Artinya anak
mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang
konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah (misalnya
masalah klasifikasi) secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia
belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.

4. Tahap operasional formal (mulai 11 tahun)

Pada periode ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan
baik secara simultan maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu :

Kapasitas menggunakan hipotesis; kemampuan berfikir mengenai sesuatu
khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar
yang relevan dengan lingkungan yang dia respons dan kapasitas menggunakan
prinsip-prinsip abstrak.

Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak; kemampuan untuk mempelajari
materi-materi pelajaran yang abstrak secara luas dan mendalam.

a. Sifat deduktif-hipotetis:

Dalam menghadapi masalah, anak akan menganalisis masalahnya dengan
penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisisnya ini,

13

ia lalu membuat suatu strategi penyelesaian. Maka dari itulah berpikir
operasional formal juga disebut berpikir proporsional.

b. Berpikir operasional formal juga berpikir kombinatoris.

Berpikir operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah
laku problem solving yang betul-betul ilmiah, serta memungkinkan untuk
mengadakan pengujian hipotesis dengan variabel-variabel tergantung.

Berdasarkan pendapat dari berbagai pihak di atas yang mempertegas bahwa anak
usia dini belum dapat berfikir secara abstrak dalam mengenal konsep bilangan,
dan memerlukan rangsangan untuk menstimulus perkembangannya pada
kemampuan kognitif tersebut. Maka dilakukan rangsangan pembelajaran melalui
permainan yang menyenangkan yaitu permainan biji.

E. Pengertian Media Pembelajaran

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat
serta perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjadi sesuai dengan yang
diharapkan ( Sadiman, Arief S. 2011).

Secara umum media pendidikan dalam proses belajar mengajar mempunyai
kegunaan-kegunaan sebagai berikut :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas
2. Mengatasi keterbatasan ruang
3. Menimbulkan kegairahan belajar

14

4. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan
5. Mempersamakan pengalaman dalam belajar
6. Menimbulkan persepsi yang sama

Sifat unik yang dimiliki oleh siswa dalam proses pembelajaran akan
diseragamkan jika didalam proses belajar digunakan media pembejaran yang
dapat menimbulkan minat belajar pada anak. Sehingga setiap anak akan
mendapatkan pengalaman yang sama dan persepsi yang sama pada suatu kegiatan
belajar.

Pada penelitian ini media yang digunakan yaitu biji, dimainkan dalam permainan
biji agar menarik minat anak dalam mengikuti pembelajaran, dan diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan anak khususnya perkembangan kemampuan
kognitif. Adapun langkah-langkah permainan biji pada penelitian ini dibagi
menjadi tiga tahapan, yaitu :
1. permainan biji tersembunyi,
2. permainan rangkai biji,
3. permainan menanam biji,

F. Penelitian Terdahulu yang relevan

1. Jawati, Ramaikis (2013), Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Permainan Ludo Geometri di PAUD Habibul Ummi II, menyatakan bahwa
dalam peningkatan kognitif yang dialami oleh anak erat kaitannya dengan

15

ketertarikan, keberanian serta percaya diri anak dalam permainan ludo
geometri. Oleh karena itu keberhasilan dalam meningkatkan kognitif anak
dipicu oleh suasana bermain sambil belajar yang menyenangkan bagi anak
ini didasarkan dari beberapa alasan. Pertama, suasana belajar yang
menyenangkan telah memberikan stimulus yang sangat baik terhadap
fungsi otak dalam memproses informasi sehingga dapat meningkatkan
kognitif anak. Kedua, keberhasilan dalam memberikan ransangan kepada
anak dalam proses pembelajaran agar kemampuan kognitif anak melalui
permainan ludo geometri ini dapat meningkatkan dengan memberikan
penguatan serta pujian kepada anak supaya anak lebih bersemangat dalam
bermain sambil belajar.

2. Sutarmanto, Nazilah, Fadillah, (2008), Peningkatan kemampuan kognitif
melalui penggunaan media balok pada anak usia 4 -5 tahun, menyatakan
bahwa berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh
peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan
penggunaan media balok dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak
usia 4 – 5 tahun pada TK Negeri Pembina 05 Ketapang. Perencanaan
pembelajaran yang dilakukan guru antara lain : (1) Menentukan tema dan
sub tema, (2) Menentukan tujuan pembelajaran, (3) Membuat Rencana
Kegiatan Harian yakni dengan tema kebutuhanku dan tema pekerjaan, (4)
Membuat media pembelajaran yakni balok dengan berbagai ukuran, dan
(5) Membuat pedoman observasi. Pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan guru antara lain: (1) melaksanakan pijakan lingkungan , (2)

16

melaksanakan pijakan sebelum main, (3) melaksanakan pijakan saat main,
(4) melaksanakan setelah main. Respon anak dalam pembelajaran antara
lain, anak sudah dapat menyusun balok dari yang terkecil hingga yang
terbesar, anak juga sudah dapat mengelompokan balok sesuai dengan
ukuran dan bentuknya.

3. Ilma,

Lok

(2013),

Upaya

Meningkatkan

Kemampuan

Kognitif

Mengklasifikasi Melalui Media Bola Pada Anak Usia Dini Kelompok B
Usia 4 Tahun Di Paud bhakti Pertiwi Boja Kecamatan Boja Kabupaten
Kendal, menyatakan bahwa dengan kegiatan mengklasifikasikan bola
sesuai dengan warna dan ukuran dpat meningkatkan kemampuan kognitif
mengklasifikasikan pada anak kelompok B usia 4 tahun PAUD Bhakti
Pertiwi Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini disebabkan karena adanya
perubahan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dan
menarik

bagi

anak

karena

pemelajaran

tersebut

sesuai

dengan

perkembangan dan kemampuan anak, sehingga hasil belajar anak
meningkat. Dari setiap pembelajaran yang telah dilakukan anak, ternyata
anak leih bersemangat dan aktif dalam kegiatan mengklasifikasikan bola.
Upaya peningkatan kemampuan kognitif klasifikasi benda melalui media
bola pada anak usia dini kelompok b usia 4 tahun di PAUD Bhakti Pertiwi
Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2012/2013.

17

G. Kerangka Pikir
Kondisi awal di TK Al-Azhar 2 Way Halim, para guru atau peneliti belum
memanfaatkan model permainan yang menyenangkan sehingga kemampuan anak
dalam mengenal konsep bilangan masih rendah. Kemudian dilakukan kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan dan memanfaatkan model Pembelajaran
melalui permainan biji. Dilakukan kegiatan pembelajaran tersebut melalui tahapan
siklus perbaikan. Pada siklus I Mengadakan pembelajaran melalui permainan biji
tersembunyi, pada siklus II Mengadakan pembelajaran melalui permainan rangkai
biji, pada siklus III Mengadakan pembelajaran melalui permainan menanam biji.
Apabila siklus I belum mencapai hasil yang diharapkan maka dilanjutkan pada
siklus II, jika siklus II belum memberikan perubahan yang nyata, bisa dilanjutkan
ke siklus berikutnya. Diharapkan melalui pemanfaatan model permainan batu dan
biji dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan, untuk
mempermudah memahami tujuan dari penelitian tindakan kelas ini, dapat
digambarkan dalam kerangka konsep dibawah ini.

Gambar 2.1 kerangka pikir
Kondisi awal

Tindakan di kelas

Kondisi akhir

Diharapkan melalui
pemanfaatan model
permainan biji dapat
meningkatkan kemampuan
mengenal konsep bilangan

Guru / peneliti: Belum
memanfaatkan model
permainan yang
menyenangkan

Siswa / yang diteliti:
Kemampuan mengenal
konsep bilangan
rendah

Memanfaatkan model Pembelajaran melalui permainan biji

SIKLUS I : Mengadakan pembelajaran melalui permainan
biji tersembunyi

SIKLUS II : Mengadakan pembelajaran melalui permainan
rangkai biji

SIKLUS III: Mengadakan pembelajaran melalui permainan
tanam biji

18

H. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, diajukan hipotesis tindakan
sebagai berikut : jika dilakukan Permainan Biji maka kemampuan mengenal
konsep bilangan pada anak di TK Al-Azhar 2 Kec. Way Halim Bandar Lampung
akan meningkat.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri sehingga hasil belajar
anak didiknya menjadi meningkat (Wardani, IGAK, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, penjelasan tentang
peningkatan, kemajuan atau kemunduran dari pelaksaan tindakan. Disamping itu,
penelitian tindakan juga bertujan untuk mengembangkan diri dan pemahaman dalam
pelaksanaan pembelajaran dan mencoba memperbaikinya serta berlanjut pada upaya
memahami dampaknya.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
4. Refleksi

20

B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Azhar 2 Way Halim
Bandar Lampung. TK Al - Azhar 2 tersebut berdiri pada tahun 1984 dengan
bangunan yang dibangun di atas tanas seluas ± 524 m². Pada priode 1984 - 1990 TK
Al - Azhar 2 dipimpin oleh kepala TK yang bernam ibu Zulidar, kemudian priode
1990 – 2010 digantikan oleh ibu Dra.Verina, dan pada tahun ajaran 2010 - sekarang
TK Al-Azhar 2 Kimaja Wayhalim Bandar Lampung berganti kembali, dipimpin oleh
ibu Hj. Nursyamsiyah.SPd.AUD. Taman Kanak-kanak (TK) Al - Azhar 2 yang
dibangun oleh Yayasan Al-Azhar Lampung memiliki tujuan untuk mewujudkan
generasi maju, cerdas, kreatif, berdasarkan iman dan taqwa.

Lokasi penelitian tersebut dipilih karena melihat pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
1. Lokasi sekolah dekat dengan tempat tinggal dan menjadi tempat mengajar.
2. TK tersebut sudah lama berdirinya.
3. Kondisi ekonomi para siswa beragam.

Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah awal semester II tahun
ajaran 2014/2015, dipilihnya waktu-waktu tersebut karena pada bulan tersebut, anak
sudah mulai aktif mengikuti pembelajaran di sekolah dan tidak terpotong libur
sekolah.

21

C. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di TK Al – Azhar 2, Bandar Lampung. Pada kelas A, yang
mempunyai kapasitas anak sebanyak 15 anak, yang terdiri dari sembilan anak
perempuan dan enam anak laki-laki. Penelitian dilakukan berguna untuk mengetahui
perkembangan serta kemampuan anak dalam proses pembelajaran.

D. Sumber data

Dasar penelitian yang dilakukan tertuju pada anak, karena penelitian itu dilaksanakan
untuk mengetahui kemampuan yang ada pada anak. Sumber data yang dijadikan
bahan penelitian bersumber pada guru dan teman sejawat serta anak, yang sering juga
disebut data primer, berbentuk portofolio hasil berbagai pekerjaan anak, catatan guru
dan evaluasi diri anak serta catatan anecdot, daftar ceklis, skala penilaian.

E. Rancangan Penelitian Tindakan

Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang berarti penelitian
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri sehingga hasil belajar anak
didiknya menjadi meningkat, dengan melakukan pembelajaran yang menyenangkan
melalui tahapan siklus perbaikan yang nantinya direfleksi oleh peneliti tersebut, agar
dapat meningkatkan atau memperbaiki praktek pembelajaran di kelas secara lebih
professional. Prosedur penelitian ini di lakukan dalam bentuk siklus dengan empat
tahapan setiap siklusnya yaitu antara lain: Perencanaan tindakan, Pelaksanaan
tindakan, Observasi, Refleksi.

22

Gambar 3.1 PTK (Model Penelitian Tindakan Kelas)
PERENCANAAN

SIKLUS I

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PENGAMATAN

PERENCANAAN

REFLEKSI

SIKLUS II

PENGAMATAN

Diteruskan pad
siklus berikutnya

Sumber : ( Wardhani, IGAK. 2011 )

PELAKSANAAN

23

1. Perencanaan tindakan
Sebelum melaksanakan pembelajaran melalui permainan di kelas, yang
dipersiapkan adalah :
a. Membuat rencana kegiatan harian,
b. Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran,
c. Membuat lembar observasi peningkatan perkembangan anak,
d. Membuat lembar observasi kenerja guru.

2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang di lakukan adalah mengelola proses pembelajaran sehingga
mempermudah anak untuk mengenal konsep bilangan dengan permainan biji
tersembunyi, tahapan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam
rencana kegiatan harian (RKH), antara lain di uraikan sebagai berikut :
Kegiatan Pembukaan dengan alokasi waktu ± 30 menit
a. Menyiapkan anak agar siap dalam mengikuti proses pembelajaran
b. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya
tentang permainan biji
c. Menjelaskan semua aturan yang berlaku dalam permainan tersebut

Kegiatan inti dengan alokasi waktu ± 60 menit
a. Menunjukan perbedaan antara bermacam-macam biji
b. Mengajak anak bermain biji tersembunyi diluar kelas
c. Mencari biji yang disembunyikan dilingkungan sekolah

24

d. Menghitung jumlah biji yang didapat, dan menunjuk lambang bilangan
yang sesuai
e. Mengambil kertas gambar didalam kantong dengan mata tertutup dalam
perlombaan
f. Melengkapi gambar dengan aneka biji yang terdapat dari luar kelas

Kegiatan Penutup dengan alokasi waktu ± 30 menit
a. Menceritakan tentang gambar yang sudah dilengkapinya dengan bahasa
yang sederhana
b. Gambar masing-masing diwarnai dan dibawa pulang

3. Observasi
Observasi dilakukan pada saat dilaksanakan kegiatan pembelajaran, tindakan ini
dilakukan untuk melihat kekurangan maupun kelebihan yang kemudian dijadikan
bahan pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.

4. Refleksi
Selesai pembelajaran tersebut, peneliti bersama teman sejawat melakukan refleksi
atau perenungan diri melihat kinerja yang sudah dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung, mencatat semua kekurangan dan kelebihan dalam
proses pembelajaran. Hasil tersebut digunakan sebagai acuan untuk melakukan
tindakan selanjutnya dalam menyusun pembelajaran melalui permainan yang lebih
menyenangkan lagi untuk anak pada siklus berikutnya.

25

F. Definisi Konseptual dan Operasional
1. Definisi konseptual
Definisi konseptual perkembangan kognitif pada anak usia dini adalah suatu proses
berfikir,

yaitu

kemampuan

individu

untuk

menghubungkan,

menilai,

dan

mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa (Sujiono,Yuliani N, dkk. 2004).
Menurut Piaget anak usia prasekolah berada pada tahapan pra operasional, yaitu
tahapan dimana anak belum menguasai operasi mental secara logis, ditandai dengan
berkembangnya kemampuan untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan
simbol-simbol, diperkuat oleh Vygotsky (dalam Tedjasaputra, Mayke S. 2001) anak
kecil tidak mampu berfikir abstrak, karena bagi mereka makna dan objek berbaur
menjadi satu. Akibatnya, anak tidak dapat berfikir tentang kuda tanpa melihat kuda
yang sesungguhnya. Kemudian definisi konseptual Permainan anak usia dini yang
diambil dari kata bermain merupakan jalan bagi anak dari belajar secara informal
menjadi formal (Tedjasaputra, Mayke S. 2001), yang dilakukan oleh anak secara
sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau media untuk mencapai
tujuan tertentu.

2. Definisi operasional
Sementara perkembangan kognitif dalam penelitian ini dihubungkan pada hasil
belajar anak adalah dapat mengenal bilangan, yaitu menyebut urut bilangan,
membilang dengan menunjuk benda, dan memasangkan lambang dengan benda.
Sedangkan permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-

26

senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Dalam penelitian ini
digunakan permainan biji.

G. Instrumen penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran tingkat perkembangan kognitif pada anak usia dini dan pengembangan
permainan untuk meningkatkan perkembangan kognitif. Maka untuk itulah disusun
instrumen untuk mengungkapkan gambaran perkembangan kognitif anak usia dini.
Pengembangan instrumen penelitian dimaksudkan untuk
pengembangan permainan

yang ada di

menelaah kondisi

sekolah dan dimaksudkan untuk

pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini. Oleh karena itu dikemangkan
instrumen penelitian dengan mengacu pada kisi-kisi penelitian. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.

H. Alat pengumpulan data
Beberapa alat dalam pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan penelitian yang dilakukan dengan
mengamati prilaku dan aktivitas anak dalam suatu waktu atau kegiatan. Dalam
melakukan observasi ini dapat dilengkapi dengan beberapa alat rekam data, antara
lain : catatan anecdot, daftar ceklis, dan skala penilaian.

27

2. Daftar Cek (check list)
Daftar cek dapat digunakan sebagai alat rekam data yang disesuaikan dengan suatu
kegiatan harian (SKH). Daftar cek yang telah diisi oleh guru harus dimaknai atau
diinterpretasi oleh guru sendiri memperoleh nilai. Menginterpretasikanya dengan
cara mengkonsultasikan data dengan kriteria yang telah ditetepkan. Hal ini
dilakukan dengan memberi kesimpulan apakah anak didik telah berhasil atau
belum dalam kegiatan belajar hari itu, dan dapat dilakukan dalam bentuk diskripsi.

3. Penilaian Diri Sendiri
Penilaian diri sendiri adalah penilaian tentang kemampuan yang dimiliki oleh diri
sendiri. Penilaian tersebut meliputi semua hasil kerja anak. Anak dimintai oleh
guru untuk menilai karya, baik berupa hasil ataupun saat proses.

4. Portofolio
Hasil berbagai pekerjaan anak, catatan guru dan evaluasi diri anak.

5. Analisis Dokumentasi
Dilakukan agar tidak terjadi perubahan dalam menganalisi ulang.

I. Teknik Analisis Data
Penelitian

ini

menggunakan

analisis

kualitatif,

yaitu

analisis

peningkatan

perkembangan kemampuan anak dalam proses pembelajaran, yang hasilnya direkam
dalam daftar ceklis untuk dianalisis agar dapat ditarik suatu kesimpulan, data
ditampilkan ke dalam tabel-tabel dan dilakukan pembahasan sebagai dasar untuk
mengambil kesimpulan.

28

Pada dasarnya data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik
triangulasi yang terdiri dari observasi, dokumentasi, wawancara seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 3.2 Model Analisis Triangulasi
observasi

Hasil yang sah

wawancara

dokument

J. Kriteria Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila :
Anak mengalami peningkatan perkembangan kemampuan kognitif. Persentase
peningkatan perkembangan kognitif pada anak menggunakan rumus sebagai berikut :

Persentase = jumlah nilai perkembangan yang diperoleh x 100%
Jumlah perkembangan yang dinilai
Kriteria peningkatan perkembangan kemampuan kognitif anak adalah :
0% - 25 % dinyatakan belum berkembang (BB)
26% - 50% dinyatakan mulai berkembang (MB)
51% - 75% dinyatakan sudah berkembang (SB)
76% - 100% dinyatakan berkembang sesuai harapan (BSH)

Sumber : ( Dimyati, Jhoni. 2013 )

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian disimpulkan, bahwa model
pembelajaran melalui bermain yang dilakukan menggunakan media pembelajaran
biji, yang terkemas dalam permainan biji tersembunyi, rangkai biji dan tanam biji,
dapat meningkatkan perkembangan kemampuan kognitif pada anak, karena semua
indikator yang ditetapkan seperti : (a) Menyebut bilangan dengan tepat, (b)
Menyebutkan bilangan 1-10 secara urut, (c) Menyebut bilangan 1-10 tanpa
tertukar urutannya, (d) Membilang bilangan dengan tepat, (e) Menyebutkan
bilangan dengan menunjukan benda, (f) Menyebut bilangan sesuai banyak benda,
(g) Membilang banyak benda sesuai lambang, (h) Menunjukan lambang bilangan
dgn benda, (i) Menunjuk banyak benda sesuai lambang bilangan, (j) Menunjuk
lambang bilangan sesuai banyak benda, dapat tercapai dengan kriteria
berkembang sesuai harapan.

Peningkatan perkembangan kognitif pada anak juga disebabkan karena adanya
perbaikan kinerja guru disetiap siklus pelaksanaan pembelajaran melalui bermain
tersebut.

52

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran untuk guru yang akan
melakukan penelitian tindakan kelas adalah siapkan ide permainan yang menarik
bagi anak, agar merangsang pikiran, perasaan, minat dan bakat anak untuk
menggali potensi yang ada didiri anak tersebut. Karena dengan ide permainan
yang menarik minat anak, dapat meningkatkan perkembangan kemampuan anak
tanpa adanya paksaan serta dapat menjadi penyalur emosi anak yang pada
dasarnya senang bermain.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Pemerintah no 58. Standart
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
Dimyati, Jhoni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana
Ilma, Lok. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Mengklasifikasi
Melalui Media Bola pada Anak Usia Dini Kelompok B Usia 4 Tahun di
Paud bhakti Pertiwi Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal
http://library.ikippgrismg.ac.id/docfiles/fulltext/cdd727cbee499bbb.pdf
diakses 26 Oktober 2014, 22 : 58
H.Isjoni. 2010. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung : Alfabeta
Jawati, Ramaikis. 2013. Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak melalui
Permainan Ludo Geometri di PAUD Habibul Ummi II
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pnfi/article/download/1537/pdf
diakses 23 Oktober 2014, 05 : 36
Sutarmanto, Nazilah, Fadillah. 2008. Peningkatan Kemampuan Kognitif melalui
Penggunaan Media Balok pada Anak Usia 4 -5 Tahun
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111922&val=2338
diakses 24 Oktober 2014, 01 : 54
Sujiono, Yuliani N, dk. 2004. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta :
Universitas Terbuka
Sadiman, Arief S. 2011. Media Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers
Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan dan Permainan untuk Anak Usia
Dini. Jakarta : Grasindo
Uno, H.Hamzah B. Masri Kudrat Umar. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam
Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Wardhani, IGAK. 1997. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka