UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN CONGKLAK PADA ANAK USIA DINI DI TK B DARMA BANGSA BANDAR LAMPUNG

(1)

ii ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN CONGKLAK

PADA ANAK USIA DINI

DI TK B DARMA BANGSA BANDAR LAMPUNG Oleh :

Ayu Nurpikasari

Permasalahan dalam penelitian ini adalah kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak usia dini yang belum berkembang secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui permainan congklak pada anak usia dini di kelompok B TK Darma Bangsa Bandar Lampung. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus yang setiap siklusnya ada dua kali pertemuan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian tindakan adalah observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B TK Darma Bangsa Bandar Lampung yang berjumlah 15 orang. Peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan ini terlihat dari rata-rata peningkatan yang semula pada siklus I hanya 32,00 persen, pada siklus II meningkat menjadi 52,00 persen dan pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 29,33 persen menjadi 81,33 persen.

Dengan demikian maka dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan permainan congklak ternyata mampu meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak usia dini di kelompok B TK Darma Bangsa Bandar Lampung.


(2)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL

LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN

CONGKLAK PADA ANAK USIA DINI

DI TK B DARMA BANGSA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

Ayu Nurpikasari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(3)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL

LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN

CONGKLAK PADA ANAK USIA DINI

DI TK B DARMA BANGSA

BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

AYU NURPIKASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

PERSEMBAHAN ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Anak Usia Dini ... 7

2.1.1 Perkembangan Kognitif... 7

2.1.2 Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini... 8


(5)

xiiii

2.2 Lambang Bilangan ... 10

2.2.1 Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan ... 11

2.3 Bermain dan Permainan ... 12

2.3.1 Pengertian Bermain ... 12

2.3.2 Manfaat Bermain ... 13

2.3.3 Ciri-ciri dan Jenis Bermain ... 14

2.3.4 Jenis Bermain ... 15

2.3.5 Permainan Congklak ... 17

2.3.6 Tahapan Bermain ... 18

2.4 Kerangka Pikir Penelitian ... 21

2.5 Hipotesis Tindakan ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 24

3.2 Setting Penelitian ... 24

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 24

3.3 Waktu Penelitian ... 25

3.4 Subjek Penelitian ... 25

3.5 Model PTK ... 26

3.6 Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 26

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.7.1 Tes ... 27

3.7.2 Observasi ... 27

3.8 Teknik Analisis Data ... 28

3.9 Indikator Keberhasilan ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Taman Kanak-kanak Darma Bangsa ... 30

4.1.1 Sejarah Berdirinya TK ... 30

4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan TK ... 31

4.2 Hasil Penelitian ... 33

4.2.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 33 xiv


(6)

xivi

4.2.2 Hasil Penelitian Siklus II ... 37 4.2.3 Hasil Penelitian Siklus III ... 43 4.3 Pembahasan ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 50 5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.2.1. Aktivitas Bermain Congklak Siklus I ...39 Tabel 4.2.2. Persentasi Pengenalan Lambang Bilangan I ...40 Tabel 4.3.1. Aktivitas Bermain Congklak Siklus II ...43 Tabel 4.3.2. Persentasi Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Siklus II ....44 Tabel 4.3.3. Hasil Obsevasi Peningkatan Lambang Bilangan Siklus I dan II ....45 Tabel 4.4.1. Aktivitas Bernain Congklak Siklus III ...49 Tabel 4.4.2. Persentasi Pengenlan Lambang Bilangan Siklus III ...49 Tabel 4.4.3. Hasil Obsevasi Peningkatan Lambang Bilangan Siklus II dan III ..50


(8)

(9)

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Melalui Permainan Congklak pada Anak Usia Dini di TK B Darma Bangsa Bandar Lampung“ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis telah berusaha secara maksimal untuk menyusun skripsi ini, namun sekiranya terdapat kekeliruan dan kekurangan penulis sangat mengharapkan keritik dan saran sehingga dapat memotivasi peneliti untuk dapat lebih baik lagi.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum selaku dosen Pembimbing dalam penyusunan Skripsi dan penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku dosen pembahas dalam penyusunan Skripsi dan penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas. 3. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku ketua jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(11)

ix

5. Ibu Ari Sofia, S.Psi., M.Psi selaku ketua program studi S.1 PGPAUD Universitas Lampung.

6. Bapak Ibu dosen program S.1 PG-PAUD yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Ms.Usnul Umi Miftahurrohmah, S.Pd selaku Kepala Sekolah TK Darma Bangsa Bandar Lampung yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan Skripsi dan Penelitian Tindakan Kelas ini.

Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua terutama adik tingkat S1 PAUD yang akan menyusun skripsi. Amin.

Bandar Lampung, November 2015 Penulis,

Ayu Nurpikasari NPM: 1213254004


(12)

vii MOTO

Keberhasilan adalah sebuah proses. Niatmu adalah awal keberhasilan. Peluh keringatmu adalah penyedapnya. Tetesan air matamu adalah pewarnanya. Doamu dan doa orang-orang disekitarmu adalah bara api yang mematangkannya.

Kegagalan di setiap langkahmu adalah pengawetnya. Maka dari itu, bersabarlah!

Allah selalu menyertai orang-orang yang penuh kesabaran dalam proses menuju keberhasilan. Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana


(13)

(14)

x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Yang Utama Dari Segalanya, sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.

2. Mamah, Papi, Bapak dan Mamak Tercinta. Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada mamaku tersayang (Siti Herlina), Papiku tercinta (M. Zubir Umar (Alm)), mertuaku tersayang (H.Salaman dan Hj. Sumiatun) yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat mama, papi, bapak dan mamak bahagia karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk mama, papi, bapak dan mamak yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik. Terima Kasih Mama dan Papi.... Terima Kasih Bapak dan Mamak...


(15)

xi

3. My Lovely Brother dan Sisters. Untuk kakak (Siska Meirita, M.Pd) dan adik-adikku (Riski Wibowo sakti, A.Md & Indah Permata Sari), tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian, walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku persembahkan. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aku akan selalu menjadi yang terbaik untuk kalian semua.

4. My Sweet Heart “Ahmad Farid Fajaruddin, S.E”. Sebagai tanda cinta kasihku, Ayu persembahkan karya kecil ini buatmu. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, semoga engkau pilihan yang terbaik buatku, anak kita dan masa depan kita. Terima kasih “Honey”.

5. My Little Son “Syarafa Zelu Putra Ayfa- ZEZE”. Buat anak mama yang soleh, imut, tampan dan baik hati terima kasih atas pengertiannya ya sayang, demi skripsi ini mama terkadang sibuk dengan urusan mama dan tidak dapat bersama anak mama. Mama ingin, kelak Zeze dapat membanggakan Mama dan Papa dengan kebaikan hati serta semangat mencapai cita-cita yang diinginkan. “I Love You Nak…. Muacccchhhh…”

6. Dosen Pembimbing Tugas Akhirku. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum dan Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd selaku dosen pembimbing dan pembahas tugas akhir saya, terima kasih banyak pak...bu.., saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari bapak dan ibu. Terima kasih banyak pak..bu.., bapak ibu adalah dosen favorit saya.


(16)

xii

7. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Ilmu Pendidikan, terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang telah kalian berikan kepada kami.

8. Teman-teman angkatan 2008 (D2-PGTK) dan 2011(S1 Konversi PG-PAUD). Terima kasih banyak untuk bantuan dan kerja samanya selama ini teman, sukses untuk kita semua.

9. Terima kasih Sekolah Darma Bangsa yang menjadi tempat tugas dan tempat terbaik peneliti memperoleh ilmu yang banyak sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik.

10.Teman- teman Sekolah Darma Bangsa (Special for NTK TEAM). Terimakasih banyak untuk SEMANGAT yang slalu diberikan kepada saya demi terselesaikannya skripsi ini… (Ms. Umi, Kakak Evi, Kakak Ida, Kakak Dhede, Kakak Bertha, Kakak Mira, Kakak Irat and adek Kiki)

11. Almamater hijau tercinta Universitas Lampug, serta semua pihak yg sudah membantu selama penyelesaian Tugas Akhir ini.


(17)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bandar Lampung pada tanggal 30 Mei 1990 dari ayah yang bernama H. Muhammad Zubir Umar (alm) dan ibu bernama Siti Herlina. Penulis merupakan anak kedua dari empat ber- saudara.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di TK Diniyah Putri Bandar Lampung tahun 1994 dan lulus pada tahun1996, lalu pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri No.07 Gading Rejo pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Gedong Tataan pada tahun 2002 dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Gedong Tataan pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008. Setelah lulus SMA, penulis diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi D-II PGTK dan lulus pada tahun 2011. Pada akhirnya, penulis melanjutkan pendidikan dan diterima menjadi mahasiswa konversi SI PG-PAUD Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa D-II PGTK dan S1 PG-PAUD peneliti mengabdikan diri di PAUD Cempaka Taman Sari Kec. Gedong Tataan sebagai tenaga pengajar di PAUD dari tahun 2008-2011, kemudian pada tahun ajaran 2011-2012 sampai dengan sekarang, peneliti mencoba mencari pengalaman baru yaitu di Taman Kanak-kanak Darma Bangsa Bandar lampung sebagai tenaga pengajar.


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada jenjang pendidikan anak usia dini, salah satu aspek yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah kesiapan anak dini, baik jasmani maupun rohani dalam memasuki pendidikan, dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa pendidikan usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut (Permen No.58 Tahun 2009).

Anak usia dini adalah sekelompok individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosial emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut Hartati (2005: 8). Upaya pengembangan berbagai potensi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, guna meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak. Walaupun demikian kemampuan-kemampuan yang lain pun juga ikut berkembang seperti kesiapan


(19)

2

mental, sosial dan emosional. Oleh karena itu dalam pembelajaran harus dilakukan secara menarik dan bervariasi. Walaupun tidak jarang guru atau pendidik di TK merasa bangga bila anak-anaknya pandai membaca, menulis dan berhitung. Dan tidak jarang juga dalam kegiatan pembelajaran calistung tersebut dilakukan tanpa menggunakan permainan ataupun hal yang menyenangkan. Sehingga TK adalah sebuah logo, yang kenyataannya bukanlah taman, melainkan karantina yang membuat jenuh anak-anak. Alasan dari guru ialah tuntutan dari masyarakat yang menginginkan anak-anaknya jika lulus dari TK tersebut dapat membaca, menulis dan berhitung. Selain itu, para orangtua juga khwatir dengan adanya tes calistung saat masuk ke Sekolah Dasar. Sehingga para guru berlomba untuk mengajarkan calistung, akibatnya banyak guru yang mengabaikan pembelajaran melalui bermain. Padahal bermain adalah sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Sebab bermain adalah sebagai kekuatan pengaruh terhadap perkembangan, lewat bermain pula didapat pengalaman yang sangat penting dalam dunia yang dimiliki anak.

Singer dalam Kustanti (2004: 15) mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kopetensi dalam usaha mengatasi dunianya. Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa sedikitpun paksaan.

Sudono (1995:1), menyatakan bahwa,”Bermain adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberi informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi


(20)

3

Sejalan dengan pendapat di atas menurut Mulyadi (2004: 53) menyatakan bermain adalah suatu yang sangat penting bagi kehidupan anak dan terdapat unsur kegembiraan namun tidak dilakukan demi kesenangan saja, namun bermain juga adalah hal yang sangat serius karena itu adalah sebuah cara bagi anak untuk meniru dan menguasai prilaku orang dewasa untuk mencapai kematangan.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh anak didik PAUD adalah mampu mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kesiapan yang optimal sesuai dengan tuntutan yang berkembang dalam masyarakat. Kemampuan dasar yang di kembangkan di PAUD meliputi kemampuan bahasa, fisik motorik, seni dan kemampuan kognitif, pengembangan kemampuan kognitif bertujuan meningkatkan kemampuan berfikir anak, pada kemampuan kognitif tersebut anak diharapkan dapat mengenal lambang bilangan. Mengingat melalui bermain anak dapat menjelajahi dunianya dan bermain juga sangat penting karena bermain merupakan cara bagi anak untuk mengembangan segala potensi yang dimilikinya untuk mencapai kematangan salah satunya untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan.

Kenyataan di lapangan, tidak semua guru melakukan pembelajaran melalui bermain. Hal ini juga terjadi di TK B Darma Bangsa, kondisi tersebut berdampak pada aspek perkembangan anak, terutama pada kognitif. Salah satu aspek perkembangan kognitif yang dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan di TK B Darma bangsa yaitu melalui bermain. Dari jumlah 15 peserta didik yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan, hanya 26,67% anak


(21)

4

yang mampu mengenal lambang bilangan, sebaliknya 63,33% belum mampu mengenal lambang bilangan.

Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran guru masih terlalu kaku ketika menyampaian kegiatan, penyajian yang kurang menarik, media yang digunakan guru kurang bervariasi dan kurangnya kreatifitas guru ketika membuat kegiatan sehingga anak cenderung bosan dengan tugas yang diberikan dan akhirnya menyepelekan pembelajaran akibatnya proses kegiatan tersebut terhambat dan kurang maksimal. Kegiatan yang diberikan tidak harus melalui paksaan melainkan menyenangkan bagi anak. Mengingat pembelajaran belum memberikan kegiatan yang menarik bagi anak, maka anak mengalami kesulitan dalam mengenal lambang bilangan. Mereka hanya menghafal angka-angka dan tidak memahami dimana muncul angka-angka tersebut. Hal ini belum seperti yang diharapkan yang pada akhirnya kemampuan mengenal lambang bilangan masih rendah.

Atas dasar hal tersebut maka perlu adanya upaya dalam kegiatan pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan kemampuan anak untuk mengenal lambang bilangan. Adapun salah satu pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan dalam mengenal lambang bilangan adalah melalui permainan congklak. Mengingat dengan bermain congklak dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan. Sehingga peneliti mengambil judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Melalui Permainan Congklak Pada Anak Usia Dini Di TK B Darma Bangsa Bandar Lampung.


(22)

5

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kemampuan mengenal lambang bilangan belum berkembang sesuai harapan. 2. Guru belum melakukan kegiatan pembelajaran melalui bermain.

3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik bagi anak.

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka masalah yang didapat penelitian adalah:

Kemampuan mengenal lambang bilangan belum berkembang sesuai harapan.

Adapun rumusan masalah penelitian adalah:

Apakah permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak di TK B Darma Bangsa?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui permainan congklak.

2. Untuk mendeskripsikan permainan congklak dalam upaya meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan.


(23)

6

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat bagi anak

Untuk membantu meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui permainan congklak.

1.5.2 Manfaat bagi guru

Untuk memperbaiki kualitas guru dalam pembelajaran, terutama dalam upaya meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui permainan congklak.

1.5.3 Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar, khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui permainan congklak.

1.5.4 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dalam upaya meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui permainan congklak.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Anak Usia Dini

2.1.1 Perkembangan Kognitif

Susanto (2011:12) berpendapat bahwa kognitif adalah suatu proses yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa , proses kognitif ini berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama kepada ide - ide dan belajar.

Selanjutnya Susanto (2011:13) mengemukakan bahwa inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih, lebih lanjut Susanto mengajukan konsep pluralistis dari intelegensi dan membedakannya kepada delapan jenis intelegensi dalam kehidupan sehari-hari, intelegensi itu tidak berfungsi dalam bentuk murni, tetapi setiap individu memiliki campuran yang unik dari sejumlah intelegensi yaitu intelegensi linguistik, logis, spasial, musik, kinestetika, intrapribadi dan antarpribadi, dan naturalistis.

Dengan demikian, melalui perkembangan kognitif fungsi fikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi situasi untuk memecahkan suatu masalah. Adapun teori dasar perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Mudjito (2007:15), anak pada rentang usia dini, masuk dalam perkembangan berfikir pra oprasional kongkrit. Pada saat ini sifat egosentris pada anak semakin nyata, anak mulai memiliki perspektif yang berbeda dengan orang lain disekitar orang tua


(25)

8

menganggap periode ini sebagai masa sulit karena anak menjadi susah diatur, suka membantah dan banyak bertanya. Piaget mengemukakan atau mengidentifikasikan tiga tahapan proses membangun pengetahuan yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrium.

1. Asimilasi

Proses asimilasi berupa proses aktif dalam menggunakan skema untuk merespons lingkungan. Proses asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke stuktur kognitif yang sudah ada dalam benak anak.

2. Akomodasi

Akomodasi merupakan penyesuaian aplikasi skema yang cocok dengan lingkungan yang direspons, atau penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.

3. Equilibrium

Equilibrium adalah keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan akomodasi, atau penyesuaian antara asimilasi dan akomodasinya

2.1.2 Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Adapun karakteristik perkembangan kognitif Anak Usia Dini:

1. Dapat memahami konsep makna yang berlawanan seperti kosong-penuh, ringan-berat suatu benda.

2. Dapat memadankan bentuk geometri (lingkaran, persegi dan segitiga) dengan obyek nyata atau melalui visualisasi gambar.

3. Dapat menumpuk balok atau gelang - gelang sesuai ukurannya secara berurutan.


(26)

9

4. Dapat mengelompokkan benda yang memiliki persamaan warna, bentuk, dan ukuran.

5. Dapat menyebutkan pasangan benda, mampu memahami sebab akibat. 6. Dapat merangkai kegiatan sehari-hari dan menunjukkan kapan setiap kegiatan

dilakukan.

7. Menceritakan kembali 3 gagasan utama dari suatu cerita.

8. Mengenali dan membaca tulisan melalui gambar yang sering dilihat di rumah atau di sekolah. Mengenali dan menyebutkan angka 1-10 (Mudjito,2007:20).

2.1.3 Klasifikasi Pengembangan Kognitif

Klasifikasi pengembangan kognitif menurut Mudjito (2007:23) dimaksudkan untuk mempermudah guru dan untuk menstimulasi kemampuan kognitif anak, sehingga akan tercapai optimalisasi potensi pada masing-masing anak, diantaranya Pengembangan Audiotory, Visual, Taktil, Kinestetik, Aritmatika, Geometri dan Sain Permulaan. Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Pengembangan Auditory

Perkembangan auditory yang berhubungan dengan bunyi atau indera pendengaran anak.

2) Pengembangan Visual

Pengembangan visual berhubungan dengan penglihatan, pengamatan, perhatian, tanggapan dan persepsi anak terhadap lingkungan sekitar.

3) Pengembangan Taktil

Pengembangan taktil berhubungan dengan pengembangan indra peraba. 4) Pengembangan Kinestetik


(27)

10

Pengembangan kinestetik yang berhubungan dengan kelancaran gerak tangan/ keterampilan tangan atau motorik halus yang mempengaruhi perkembangan kognitif.

5) Pengembangan Aritmatika

Pengembangan aritmatika berhubungan dengan kemampuan yang diarahkan untuk kemampuan berhitung atau konsep berhitung permulaan.

6) Pengembangan Geometri

Pengembangan geometri berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk dan ukuran.

7) Pengembangan Sains Permulaan

Pengembangan sains permulaan berhubungan dengan berbagai percobaan atau demonstrasi.

2.2 Lambang Bilangan

Pengenalan lambang bilangan pada anak perlu diberikan sedini mungkin dengan menggunakan cara yang tepat dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

Menurut Sriningsih (2009:48) Bilangan atau yang disebut dengan lambang bilangan adalah suatu alat bantu untuk menyatakan bilangan suatu lambang atau simbol yang disebut dengan angka. Menurut pengertiannya, antara bilangan dengan lambang bilangan sangat berbeda. Bilangan menyatakan suatu kuantitas, sedangkan angka adalah notasi dari bilangan tersebut.

Pengertian yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menyatakan suatu bilangan diperlukan lambang bilangan. Bilangan merupakan gambaran banyaknya anggota suatu himpunan. Bilangan menyatakan suatu kuantitas, sedangkan lambang bilangan (angka) adalah notasi dari bilangan tersebut.


(28)

11

2.2.1 Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan

Kemampuan mengenal lambang bilangan merupakan bagian di aspek perkembangan kognitif dalam hal yang tertera sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, kemampuan mengenal lambang bilangan merupakan bagian dari perkembangan kognitif anak, yaitu Pengetahuan umum, dan sains; Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola; Konsep bilangan; lambang bilangan dan huruf.

Kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak sangat penting dikembangkan guna memperoleh kesiapan dalam mengikuti pembelajaran ditingkat yang lebih tinggi khususnya dalam penguasaan konsep matematika.

Menurut Susanto (2011: 97) bahwa kemampuan adalah merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan ini ialah potensi seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir serta dikembangkan dengan adanya pembiasaan dan latihan, sehingga ia mampu melakukan sesuatu.

Dengan demikian kemampuan mengenal lambang bilangan telah ada pada anak dan untuk mengembangkannya maka guru memberikan stimulus dan rangsangan pada anak agar kemampuan mengenal lambang bilangan dapat berkembang dengan baik dan optimal.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan anak dalam mengenal lambang bilangan berada pada tahap menyebut urutan bilangan dari 1-10, membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 1-10, menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda hingga 10


(29)

12

(anak tidak disuruh menulis). Oleh karena itu pemberian stimulus dan rangsangan perlu diberikan kepada anak diantaranya dengan menggunakan metode, strategi, serta media yang tepat sehingga dapat mendorong anak untuk dapat mengenal lambang bilangan dengan lebih baik dan optimal.

Menurut Slamet (2005: 156) langkah pengenalan angka pada anak yaitu anak harus dilatih terlebih dahulu memahami dengan bahasa simbol yang disebut sebagai abstraksi sederhana yang dikenal pula dengan istilah abstraksi empiris.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengenalan lambang bilangan pada anak dapat dimulai dari pengenalan bilangan kemudian mengajarkan anak tentang pengertian lambang bilangan atau angka. Hal tersebut dapat dakukan dengan menggunakan berbagai macam benda yang menarik yang ada disekitar anak dan melalui sebuah permainan untuk mendorong anak memahami lambang bilangan dengan baik.

2.3 Bermain dan Permainan

2.3.1 Pengertian Bermain

Bermain merupakan cara belajar yang sangat penting bagi anak usia dini dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki anak, akan tetapi seringkali guru dan orang tua memperlakukan mereka sesuai dengan keinginan orang dewasa, bahkan sering melarang anak untuk bermain. Akibatnya, pesan-pesan yang akan diajarkan orang tua sulit diterima anak, karena banyak hal yang disukai orang tua sulit diterima anak karena banyak hal yang disukai oleh anak dilarang orang tua, sebaliknya banyak hal yang disukai orang tua , tetapi tidak disukai oleh anak.


(30)

13

Menurut Sudono dalam Kamtini (2005:47) mengatakan, bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.

.

Jhonson et Al dalam Kamtini (2005:47) mengemukakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan. Jadi apapun kegiatannya, apabila dilakukan dengan senang bisa dikatakan bermain.

Froebel mengemukakan bahwa bermain sebagai bentuk kegiatan belajar di TK adalah bermain yang kreatif, anak dapat mengembangkan serta mengintegrasikan semua kemampuannya anak lebih banyak belajar melalui bermain dan melakukan eksplorasi terhadap objek-objek dan pengalaman, anak juga dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi sosial dengan orang dewasa pada saat mereka memahaminya dengan bahasa dan gerakan sehingga tumbuh secara kognitif ke arah berfikir verbal (Masitoh,2007:1.20).

Piaget dalam Kamtini (2005:40) memandang bermain sebagai suatu media yang mampu meningkatkan perkembangan kognitif anak. Pada saat yang sama kemampuan kognitif juga akan mempengaruhi bagaimana cara anak bermain. Bermain memungkinkan anak melatih kompetensinya, dan memungkinkannya menguasai keterampilan baru dengan cara yang menyenangkan. Piaget percaya bahwa struktur kognitif perlu diasah dan bermain merupakan sarana yang sempurna untuk itu.

2.3.2 Manfaat Bermain

Bermain pasti menyenangkan bagi anak, dan sejak bayi pun anak sudah senang bermain. Kegiatan bermain sehari-hari anak, merupakan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, sekaligus memupuk dan mengembang sikap kerjasama, sportifitas, sosialisasi, menahan diri, imaginasi, intelegensi, responsif, dan emosional. Namun apapun kegiatan yang dilakukan oleh anak apabila dapat menimbulkan kesenangan dapat dikatakan itu adalah bermain.


(31)

14

Adapun manfaat bermain menurut Santrock dalam Kamtini (2005: 33) bermain sangat berguna sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri, membantu anak menguasai kecemasan dan konflik-konfliknya. Permainan mampu meredakan ketegangan sehingga anak dapat melakukan penyesuaian diri dengan permasalahan-permasalahan hidupnya. Bermain memungkinkan anak menyalurkan energi fisiknya dan meredam ketegangannya.

Manfaat bermain menurut Freud dan Erikson dalam Kamtini (2005:34) menjelaskan beberapa fungsi bermain yaitu pada saat sekarang ini anak terus menerus menerima pengalaman yang sangat menekan dalam hidupnya. Bermain menjadi semakin penting dengan kondisi tersebut.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat bermain mampu meningkatkan afiliasi anak dengan sebayanya, meredam ketegangan, meningkatkan kemampuan kognitif, meningkatkan eksplorasi anak akan perilaku tertentu. Kesemuanya ini akan sangat berguna untuk kehidupannya pada usia selanjutnya. Maka dengan demikian manfaat bermain sangat dibutuhkan bagi anak, melalui bermain anak akan mengalami sendiri.

2.3.3 Ciri-ciri dan Jenis Bermain a. Ciri-ciri Bermain

Sudono dalam Kamtini (2005:23) Bermain memiliki ciri-ciri menyenangkan dan menikmatkan atau menggembiarakan. Bahkan ketika tidak disertai oleh tanda-tanda keriangan bermain tetaplah bernilai positif bagi para pemainnya. Jadi suatu kegiatan dapat dikategorikan bermain ketika anak-anak merasa senang melakukan kegiatan tersebut. Bermain juga bersifat spontan dan sukarela, serta nonliteral.

1. Bermain bersifat spontan dan sukarela. Kegiatan bermain dilakukan bukan karena terpaksa. Bermain tidak bersifat wajib melainkan dipilih sendiri oleh anak. Ini berarti, saat bermain ditentukan seketika anak menginginkan dan


(32)

15

dilakukan dengan suka hati tanpa ada keterpaksaan. Anak sendirilah yang menentukan suatu kegiatan itu akan dilakukan. Apabila ada unsur keterpaksaan atau ditentukan oleh orang lain, maka kegiatan tersebut cenderung menjadi bekerja. Karena ditentukan dan diputuskan sendiri, anak yang bermain menjadi bersemangat.

2. Bermain bersifat nonliteral, pura-pura, atau tidak senyatanya. Kegiatan bermain mempunyai kerangka tersendiri yang memisahkannya dari kehidupan nyata (realitas) sehari-hari.

2.3.4. Jenis Bermain

Menurut Soegeng dalam Kamtini (2005:59) pada umumnya bermain ada tiga jenis yaitu bermain sosial, bermain dengan benda, dan bermain sosiodramatik. Untuk itu dibawah ini adalah penjelasan dari ketiga jenis bermain.

1. Bermain Sosial

Bermain sosial dapat dilakukan sendiri dengan alat bermain, atau bersama orang lain dengan menggunakan alat bermain. Bentuk ini dibedakan menjadi: a. Bermain sendiri. Disini anak bermain dengan menggunakan alat yang ada,

namun tidak memperhatikan kegiatan anak yang lain di ruangan yang sama.

b. Bermain sebagai penonton. Anak bermain sambil melihat temannya bermain dalam satu ruangan. Anak mungkin berbicara dengan temannya, mengamati temannya lalu bermain sendiri. Ada pula yang duduk, ada yang aktif bermain.

c. Bermain paralel. Kegiatan ini dilakukan oleh sekelompok anak dengan menggunakan alat bermain yang sama, tetapi anak bermain sendiri-sendiri.


(33)

16

d. Bermain asosiatif. Anak bermain bersama tetapi tidak ada aturannya. Tiap anak memilih perannya sendiri.

e. Bermain kooperatif (bersama). Dalam permainan ini setiap anak bermain sesuai dengan perannya. Tiap anak sesuai dengan perannya menampilkan kebolehannya dan keterampilannya. Anak bertanggung jawab atas tindakannya.

2. Bermain Dengan Benda

Bentuk bermain ini bersifat praktis, sebab semua anak dapat menggunakan alat bermain secara bebas. Mereka senang, dapat berimajinasi dan kerja sama. Alat bermain yang ada dapat digunakan sendiri atau oleh beberapa anak sekaligus. Beberapa persyaratan dalam penyediaan alat bermain yaitu :

a. Tidak berbahaya b. Mudah diperoleh

c. Sebaiknya dibuat sendiri d. Berwarna dominan e. Tidak mudah rusak

f. Ringan atau yang berat tetapi tidak dapat dipindahkan oleh anak. 3. Bermain Sosiodramatik

Sosiodramatik merupakan kegiatan bermain yang banyak disukai anak usia dini, dan banyak diminati oleh para peneliti. Smilansky dalam Mulyasa (2012:181) bermain sosiodramatik memiliki beberapa elemen, yaitu bermain dengan melakukan imitasi, bermain pura-pura, bermain peran, persisten, interaksi, dan komunikasi verbal.


(34)

17

Dari beberapa pendapat diatas, maka permainan congklak merupakan jenis bermain dengan benda. Ini berarti congklak merupakan salah satu permainan yang dapat digunakan ketika melakukan pembelajaran dalam rangka upaya meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan.

2.3.5. Permainan Congklak

Menurut Kurniati (2006:123) bahwa permainan tradisional congklak merupakan permainan yang menitik-beratkan pada penguasaan berhitung.

Permainan ini memiliki beberapa peranan, diantaranya adalah untuk melatih keterampilan berhitung anak dan motorik halus. Dengan permainan tradisional congklak, anak dapat sambil belajar berhitung dengan menghitung biji-biji congklak, selain itu juga ketika anak meletakkan biji-biji congklak satu persatu dipapan congklak hal ini dapat melatih motorik halus anak. Melatih kemampuan manipulasi motorik halus sehingga anak siap menulis. Selain itu juga peranan dari permainan tradisional congklak adalah anak dituntut untuk bersabar ketika menunggu giliran temannya bermain.

Dengan kata lain dapat dikatakan congklak adalah suatu permainan tradisional yang dilakukan oleh dua orang bahkan lebih. Permainan ini menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan biji yang dinamakan biji congklak. Umumnya papan congklak terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan.


(35)

18

2.3.6. Tahapan Bermain

Tahapan bermain sebagaiman yang dikemukakan Piaget dalam Kamtini (2005:63), meliputi sensory motor play, symbolic, social play game with rules, games with rules and sport.

a. Sensory Motor Play (usia 3 bulan – 2 tahun). Pada tahapan ini, anak lebih

banyak bereksplorasi dengan kemampuan sensory motor yang dikuasainya untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Misalnya anak menarik mainan diatas tempat tidurnya, dan mainan itu bergerak atau berbunyi. Anak akan mengulang-ulang aktivitas ini dan menimbulkan rasa senang. Pada usia yang lebih tinggi, anak bukan semata-mata mengulang, namun sudah mulai muncul variasi kegiatan bermain. Baru pada usia 18 bulan tampak adanya percobaan-percobaan aktif pada kegiatan bermain anak.

b. Symbolic (Make Believe Play) usia 2 tahun – 7 tahun. Ditandai dengan

bermain dan berkhayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak juga lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaannya, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas, dan sebagainya.

c. Social Play Games With Rules (Usia 8 tahun – 11 tahun). Dalam aktivitas ini,

kegiatan bermain anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan yang mereka sepakati dengan teman-teman sebayanya.

d. Games With Rules & Sport (usia 11 tahun ke atas). Kegiatan bermain lain

yang memiliki aturan adalah olah raga. Kegiatan bermain ini masih menyenangkan dan dinikmati anak-anak, meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara lebih kaku dibandingkan permainan social tahapan


(36)

19

sebelumnya. Anak senang melakukannya berulang-ulang dan terpacu untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya.

Selanjutnya, Hurlock dalam Kamtini (2005:32) membagi tahapan bermain yang meliputi Exploratory Stage, Toy Stage, Play Stage and Daydream Stage.

1. Exploratory Stage. Ciri khasnya adalah berupa kegiatan mengenai obyek atau

orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya, lalu mengamatinya.

2. Toy Stage. Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara usia

2-3 tahun anak biasanya mengamati alat permainannya. Mereka pikir benda mainannya dapat makan, berbicara, merasa sakit, dan sebagainya. Anak bercakap-cakap dan bermain dengan bonekanya selayaknya teman bermain. Kadang anak suka meminta dibelikan mainan, hanya sekedar meminta saja tanpa mempedulikan kegunaannya.

3. Play Stage. Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuknya anak ke

sekolah dasar. Pada masa ini jenis permainan anak bertambah banyak, karena tahap ini dinamakan tahap bermain. Anak bermain dengan alat permainan, yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga, dan bentuk permainan lain yang juga dilakukan oleh orang dewasa.

4. Daydream Stage. Tahap ini diawali saat anak mendekati masa pubertas. Saat

ini anak sudah mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai banyak menghabiskan waktunya untuk melamun dan berkhayal. Biasanya lamunan atau khayalan mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa tidak dipahami orang lain.


(37)

20

Santrock, dalam Kamtini, dkk (2005:32), menerangkan barbagai pendapat para ahli membagi tahapan bermain menjadi lima bentuk, yaitu Sensorimotor, Preten (symbolic play), Social Play and games.

a. Sensorimotor (Practice Play). Sensorimotor play adalah ketika anak bayi bermain-main denga melatih kemampuan-kemampuan sensorimotor yang sudah mereka kuasai untuk mendapatkan kesenangan. Practice play adalah berupa kegiatan mengulang-ulang perilaku ketika suatu keterampilan baru telah mereka kuasai. Sensorimotor play yang biasanya juga melibatkan practice play biasanya muncul pada bayi, sedangkan practice play itu sendiri bisa saja tetap muncul samapi ketika seseorang sudah dewasa, misalnya ketika mereka mengulang-ulang latihan agar unggul dalam sebuah pertandingan olahraga.

b. Preten (symbolic play) hal ini muncul manakala seorang anak mengubah

suatu lingkungan fisik tertentu menjadi suatu simbol. Biasanya pada usia 9 sampai 30 bulan tahap bermain ini mencapai puncaknya. Misalnya anak berpura-pura menjadi montir dan menganggap kaki meja sebagai bagian dari mobil.

c. Social Play. Permainan ini mengkombinasikan kemampuan sensorimotor

dengan permainan simbolik. Dalam aktivitas ini, anak mengimajinasikan suatu bentuk dan bergerak untuk mewujudkan dengan alat-alat permainan yang ada.

d. Games. Adalah suatu aktivitas atau permainan dengan peraturan yang jelas dan seringkali memasukkan unsur kompetisi antar anak yang terlibat di dalamnya. Pada beberapa jenis, memasukkan unsur tantangan bagi anak.


(38)

21

Dari pendapat-pendapat tersebut diatas tahapan bermain memiliki banyak sekali devinisi. Tahapan bermain bisa dikatakan bahwa, bermain dapat diberikan dengan berbagai macam kegiatan atau aktifitas yang dimulai dengan mengeksplor kegiatan bermain, mengamati permainan, bermain dengan alat, serta berimajinasi begitu pula permainan congklak juga dapat menjadi salah satu alat yang dapat memicu perkembangan anak.

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak sangat penting dikembangkan guna memperoleh kesiapan dalam mengikuti pembelajaran ditingkat yang lebih tinggi khususnya dalam penguasaan konsep matematika. Kemampuan adalah merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan ini ialah potensi seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan adanya pembiasaan dan latihan, sehingga ia mampu melakukan sesuatu. kemampuan mengenal lambang bilangan telah ada pada anak dan untuk mengembangkannya maka guru memberikan stimulus dan rangsangan terhadap anak agar kemampuan mengenal lambang bilangan dapat berkembang dengan baik dan optimal.

Namun demikian, untuk memberikan stimulus kepada anak, salah satu cara yang tepat dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan yaitu dengan permainan congklak. Atas dasar hal tersebut maka kerangka pikir penelitian adalah sebagai berikut:


(39)

22

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah di uraikan diatas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :

KONDISI AWAL

TINDAKAN DI KELAS

Guru / Peneliti Belum memberikan kegiatan yang menarik untuk anak/belum melakukan pembelajaran melalui bermain

Pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan

permainan Congklak

Siswa / yang diteliti: Kemampuan anak dalam mengenal lambang bilangan masih rendah SIKLUS I Menerapkan permainan congkalak untuk mengenalkan lambang bilangan SIKLUS II Menerapkan permainan congkalak untuk mengenalkan lambang bilangan dengan variasi SIKLUS III Menerapkan permainan congkalak untuk mengenalkan lambang bilangan dengan variasi

KONDISI AKHIR

KEMAMPUAN DALAM MENGENAL LAMBANG BILANGAN MENJADI MENINGKAT


(40)

23

Pembelajaran yang dilakukan melalui permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak TK B Darma Bangsa di Bandar Lampung.


(41)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Peneliti ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang meliputi empat tahapan yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap oservasi dan tahap refleksi. Yang bertujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, dengan memberikan suatu penilaian kepada masing - masing anak dengan menggunakan suatu kriteria dari kemampuan anak untuk mengenal lambangan bilangan melalui permainan congklak. Guru pada saat melakukan PTK memiliki dua tugas yaitu sebagai pendidik dan peneliti, karena guru bukan hanya melaksanakan pembelajaran semata - mata melainkan berperan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap refleksi.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di tempat peneliti mengajar, yakni di TK Darma Bangsa Kecamatan Rajabasa Kabupaten Kota Bandar Lampung. Lokasi TK Darma Bangsa relatif strategis, di Jln. ZA. Pagar Alam NO. 93A Labuhan Ratu Bandar Lampung alasan pemilihan lokasi karena tempatPeneliti mengadakan penelitian


(42)

25

ini dengan pertimbangan sekolah ini belum memaksimalkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan (congklak) dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu kreativitas anak yang belum berkembang bisa lebih ditingkatkan guna untuk membantu meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak dan sekolah ini merupakan tempat mengajar peneliti.

3.3 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian direncanakan pada semester 2, Tahun Pelajaran 2014/2015 di TK B Darma Bangsa Kecamatan Rajabasa Kabupaten Kota Bandar Lampung. Peneliti merencanakan waktu tersebut karena kemampuan anak di semester ke pertama akan memudahkan proses perencanaan kegiatan pembelajaran yang akan memudahkan peneliti dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan anak di semester ke dua .

3.4 Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah anak TK B Darma Bangsa Kecamatan Rajabasa Kabupaten Kota Bandar Lampung, pada semester 2, Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 15 anak yang terdiri 7 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.


(43)

26

3.5 Model PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

PERENCANAAN

PENGAMATAN

Sumber Arikunto, ( 2006 :16)

Gambar 2. Model PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

3.6 Tahapan Penelitian Tindakan kelas

1. Tahap Perencanaan

Adapun tahap perencanaan tidakan sebagai berikut yaitu : a. Merancang jadwal penelitian

b. Merencankan TPP dan indikator yang akan dicapai c. Merencanakan tema yang akan di bahas

d. Merancang media yang akan digunakan

PERENCANAAN

PELAKSANAAN SIKLUS 1

PENGAMATAN REFLEKSI

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

PENGAMATAN SIKLUS II REFLEKSI

Diteruskan pada siklus selanjutnya


(44)

27

e. Merancang skenario pembelajaran

f. Menyusun instrumen penelitian baik untuk guru dan siswa.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan berdasarkan pada rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan.

3. Pengamatan dan pengumpulan data

Pengamatan dan pengumpulan data ini di lakukan oleh mitra dengan menggunakan intrumen penilaian.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi guru bersama mitra untuk mengobservasi jika indikator keberhasilan belum tercapai maka akan di perbaiki pada siklus 2 dan 3.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa alat teknik dalam pengumpulan data sebagai berikut :

3.7.1 Tes

Untuk mengumpulkan pengembangan data dalam pembelajaran kemapuan mengenal lambang bilangan dapat dilakukan dengan cara pengetesan terhadap anak misal dengan cara tanya jawab terhadap anak itu sendiri sehingga anak merespon pertanyaan yang di berikan.

3.7.2 Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk menilai hasil belajar anak berupa keterampilan nyata atau performa. Observasi atau pengamatan merupakan penelitian yang


(45)

28

dilakukan dengan mengamati prilaku dan aktivitas anak dalam suatu waktu dalam kegiatan pembelajaran mengenal lambang bilangan. Dalam hal ini melakukan observasi ini dapat dilengkapi dengan teknik daftar ceklis.

3.8 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh untuk mengukur keberhasilan dari suatu penelitian, peneliti

memberi tanda check list (√) pada kolom kriteria penilaian yang telah disediakan sebagai lembar pengamatan. Lembar daftar cek evaluasi dan hasil observasi penilaian proses atau produk dalam suatu penilaian digunakan untuk menghitung peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan anak usia dini. Pengamatan terhadap anak pada lembar penilaian dibagi menjadi empat kriteria penilaian diantaranya: (Dimyati,2013:106 )

1) Belum berkembang (BB) 2) Mulai berkembang (MB)

3) Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 4) Berkembang Sangat Baik (BSB)

Adapun peningkatan perolehan dapat dilakukan pada kemampuan teknik analisis data disesuaikan dengan datanya. Pada umumnya data yang berbentuk kuantitatif dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan data kuantitatif dari kondisi awal, siklus I, siklus II, dan siklus III, dengan rumus sebagai berikut :

NA = Skor yang diperoleh X 100% Total skor yang seharusnya


(46)

29

3.9 Indikator keberhasilan

Dalam penelitian ini di katakan berhasil apabila 75% anak sudah mampu mengenal lambang bilangan dalam semua aspek yang meliputi :

1) Mampu menyebutkan lambang bilangan. 2) Mampu menunjukan lambang bilangan. 3) Mampu membedakan lambang bilangan. 4) Mampu mengurutkan lambang bilangan.


(47)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan terhadap anak kelompok B Darma Bangsa Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan. Hal ini terbukti dengan adanya trend peningkatan kemampuan mengenalan lambang bilangan dalam proses kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya. Hal ini terlihat dari yang semula pada siklus I rata-rata persentase kemampuan mengenal lambang bilangan baru mencapai 32,00 persen dan meningkat menjadi 52,00 persen pada siklus II dan 81,33 persen pada siklus III. Dari hasil berikut maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak di kelompok B Darma Bangsa Bandar Lampung.

5.2 Saran

Dilihat dengan adanya trend peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui permainan congklak pada anak kelompok B TK Darma Bangsa Bandar Lampung, saran yang diajukan adalah sebagai berikut:


(48)

51

a. Anak hendaknya diberikan kesempatan dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan dengan aktivitas dan media pembelajaran yang menyenangkan yang dilakukan melalui bermain.

b. Guru hendaknya memberikan kegiatan yang kreatif dan mampu menciptakan permainan yang menarik bagi anak. anak agar aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang kondusif sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik, mencari strategi dan media, serta pendekatan yang lebih terarah secara individual, sehingga memberikan hasil optimal untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak melalui memvariasi media yang ada.

c. Kepada Sekolah, hendaknya memfasilitasi guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melengkapi media yang dibutuhkan oleh guru sehingga media tersebut dapat menunjang pengembangan kemampuan mengenal lambang bilangan.


(49)

52

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2007. Kerangka kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Pemerintah No.58. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas.

Dimyati, Jhoni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana

Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional.

Kamtini. 2005. Bermain Melalui Gerak dan Lagu. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta

Kurniati. 2006. Permainan Tradisional di Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya

Kustanti, D. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Masitoh. 2007. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka.

Menteri Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 58 Tahun 2009. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.

Mudjito. 2007. Bidang Pengembangan Kognitif. Jakarta: Tut Wuri Handayan Mulyadi, Seto. 2004. Bermain Kreatifitas. Jakarta : Papar Sinar Sinanti.

Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.


(50)

53

Sriningsih, N. 2009. Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia Dini. Pustaka Sebelas: Bandung.

Sudono, Anggani. 1995. Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Anak Usia

Dini. Jakarta PT.Grasindo.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Slamet, Suyanto. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas: Jakarta.

Undang – Undang RI No.20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional Dirjen


(1)

dilakukan dengan mengamati prilaku dan aktivitas anak dalam suatu waktu dalam kegiatan pembelajaran mengenal lambang bilangan. Dalam hal ini melakukan observasi ini dapat dilengkapi dengan teknik daftar ceklis.

3.8 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh untuk mengukur keberhasilan dari suatu penelitian, peneliti memberi tanda check list (√) pada kolom kriteria penilaian yang telah disediakan sebagai lembar pengamatan. Lembar daftar cek evaluasi dan hasil observasi penilaian proses atau produk dalam suatu penilaian digunakan untuk menghitung peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan anak usia dini. Pengamatan terhadap anak pada lembar penilaian dibagi menjadi empat kriteria penilaian diantaranya: (Dimyati,2013:106 )

1) Belum berkembang (BB) 2) Mulai berkembang (MB)

3) Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 4) Berkembang Sangat Baik (BSB)

Adapun peningkatan perolehan dapat dilakukan pada kemampuan teknik analisis data disesuaikan dengan datanya. Pada umumnya data yang berbentuk kuantitatif dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan data kuantitatif dari kondisi awal, siklus I, siklus II, dan siklus III, dengan rumus sebagai berikut :

NA = Skor yang diperoleh X 100% Total skor yang seharusnya


(2)

1) Mampu menyebutkan lambang bilangan. 2) Mampu menunjukan lambang bilangan. 3) Mampu membedakan lambang bilangan. 4) Mampu mengurutkan lambang bilangan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan terhadap anak kelompok B Darma Bangsa Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan. Hal ini terbukti dengan adanya trend peningkatan kemampuan mengenalan lambang bilangan dalam proses kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya. Hal ini terlihat dari yang semula pada siklus I rata-rata persentase kemampuan mengenal lambang bilangan baru mencapai 32,00 persen dan meningkat menjadi 52,00 persen pada siklus II dan 81,33 persen pada siklus III. Dari hasil berikut maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak di kelompok B Darma Bangsa Bandar Lampung.

5.2 Saran

Dilihat dengan adanya trend peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui permainan congklak pada anak kelompok B TK Darma Bangsa Bandar Lampung, saran yang diajukan adalah sebagai berikut:


(4)

b. Guru hendaknya memberikan kegiatan yang kreatif dan mampu menciptakan permainan yang menarik bagi anak. anak agar aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang kondusif sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik, mencari strategi dan media, serta pendekatan yang lebih terarah secara individual, sehingga memberikan hasil optimal untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak melalui memvariasi media yang ada.

c. Kepada Sekolah, hendaknya memfasilitasi guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melengkapi media yang dibutuhkan oleh guru sehingga media tersebut dapat menunjang pengembangan kemampuan mengenal lambang bilangan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2007. Kerangka kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Pemerintah No.58. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas.

Dimyati, Jhoni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana

Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional.

Kamtini. 2005. Bermain Melalui Gerak dan Lagu. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta

Kurniati. 2006. Permainan Tradisional di Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya

Kustanti, D. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Masitoh. 2007. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka.

Menteri Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI. Mudjito. 2007. Bidang Pengembangan Kognitif. Jakarta: Tut Wuri Handayan Mulyadi, Seto. 2004. Bermain Kreatifitas. Jakarta : Papar Sinar Sinanti.

Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.


(6)

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Slamet, Suyanto. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas: Jakarta.

Undang – Undang RI No.20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen. Jakarta : Bumi Aksara


Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Melalui Permainan Petak Umpet Pada Anak Usia Dini Di TK.El-Da’is Kids Bandar Lampung

0 12 37

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN BIJI PADA ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK AL-AZHAR 2 WAY HALIM BANDAR LAMPUNG

4 44 46

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DI PAUD TERATAI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016

1 9 59

HUBUNGAN BERMAIN PUZZLE DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AL-AZHAR 16 KEMILING BANDAR LAMPUNG

0 17 80

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN KELERENG PADA PAUD HARAPAN BUNDA KECAMAT SUKABUMI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016

0 14 64

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF

2 12 69

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN BALOK CUISENAIRE Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Melalui Permainan Balok Cuisenaire Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal 2 Kecamatan Sragenkabupaten

0 2 17

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Melalui Permainan Balok Pada Anak Kelompok B Di TK Pertiwi Bentak Sidoharjo Sragen Tahun 2013/2014.

0 2 14

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN KUDA BISIK DI TK B AISYIYAH PABELAN Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Pada Anak Usia Dini Melalui Permainan Kuda Bisik Di TK B Aisyiyah Pabelan Kartasura Sukoharjo Tahun Ajaran

2 8 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DETEKTIF PADA ANAK USIA KELOMPOK A DI TK ABA CANDI PURWOBINANGUN PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA.

0 5 172