MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK MELALUI PENGGUNAAN BONEKA JARI.

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK

USIATAMAN KANAK-KANAK MELALUI PENGGUNAAN

BONEKA JARI

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Puspita Asih Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung

Tahun Pelajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh :

RUSWATI SURYANI 0805418

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-Kanak Melalui Penggunaan Boneka Jari” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2012

Yang membuat pernyataan


(3)

RUSWATI SURYANI 0805418

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK MELALUI

PENGGUNAAN BONEKA JARI

Penelitian ini didorong oleh adanya kenyataan bahwa perkembangan kemampuan berbicara anak di TK sasaran belum optimal. Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian.yaitu; a). memperoleh gambaran mengenai kemampuan berbicara anak di TK sasaran sebelum menggunakan boneka jari, b) mengetahui implementasi penggunaan boneka jari untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak di TK sasaran, dan c) memperoleh gambaran mengenai kemampuan berbicara anak di TK sasaran setelah menggunakan boneka jari. Kemampuan berbicara banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pajanan (exposure) yang dimilki anak di masa awal perkembangan hidupnya. Pemajanan yang tepat untuk menstimulasi kemampuan berbicara merupakan salah satu upaya mengoptimalkan kemampuan berbicara anak.

Subjek penelitian diambil dari sekelompok anak usia dini kelompok B di sebuah Taman Kanak-kanak (TK), dengan 20 anak sebagai subjek. Desain penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung terhadap subjek yang diminta melakukan penggunaan boneka jari yang telah dimodifikasi sesuai dengan tema pembelajaran yang ada.

Analisis difokuskan pada aspek sintaksis, dan pragmatik yang dihasilkan anak. Kemampuan berbicara semua anak mengalami peningkatan. Pada Siklus I belum terlihat adanya peningkatan, pada Siklus II sudah terlihat adanya peningkatan ke dalam kategori berkembang sesuai harapan yaitu mencapai 20%, pada Siklus III terjadi peningkatan lagi menjadi 85%. Perbaikan tersebut, ditunjukkan dalam pengucapan dan pengungkapan pendapat mereka yang menggunakan kata-kata dan kalimat yang lebih jelas, lebih tersusun, serta pembicaraan lebih lancar dan terarah. Dari data itu disimpulkan bahwa penggunaan boneka jari yang memuat tema yang sesuai dengan minat anak dapat membantu perkembangan kemampuan berbicara anak. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan agar guru dapat membuat media sejenis boneka jari yang benar-benar sesuai agar bisa menunjang aspek-asapek perkembangan bahasa anak secara wajar.

Kata kunci: kemampuan berbicara, penggunaan boneka jari.


(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………... i

KATA PENGANTAR………..... ii

UCAPAN TERIMA KASIH………... iii

ABSTRAK……… iv

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR LAMPIRAN………... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Identifikasi Masalah……… 8

C. Rumusan Masalah……… 10

D. Tujuan Penelitian………. 11

E. Manfaat Penelitian………... 12

F. Struktur Organisasi Laporan……… 13

BAB II : LANDASAN TEORITIS KEMAMPUAN BERBICARA DAN PENGGUNAAN BONEKA JARI A. Konsep Perkembangan Bahasa……… 14

B. Konsep Kemampuan Berbicara………... 21

C. Konsep Media Pembelajaran………... 27

D. Media Boneka……….. 35

E. Kerangka Pemikiran……… 42

BAB III : METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian……….. 43


(5)

D. Definisi Operasional……… 50

E. Instrumen Penelitian……… 52

F. Teknik Pengumpulan data………... 56

G. Analisis Data………... 58

BAB IV : HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……… 65

1. Kondisi Objektif Kemampuan Berbicara……….. 65

2. Proses Pelaksanaan Tindakan……… 69

3. Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak setelah Menggunakan Media Boneka Jari………. 116

B. Pembahasan………. 118

1. Kondisi Kemampuan Berbicara Anak sebelum Diterapkan Media Boneka Jari ……… 118

2. Implementasi Penggunaan Boneka Jari untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak……….... 122

3. Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak setelah Menggunakan Boneka Jari……… 127

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan……….. 133

B. Rekomendasi………... 135

PUSTAKA RUJUKAN………... 138


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Anak Usia Taman Kanak-Kanak Melalui Penggunaan Boneka Jari… 53 3.2. Distribusi frekwensi meningkatkan kemampuan berbicara anak……. 59 4.1. Kemampuan Berbicara Anak TK Puspita Asih Kelompok B

Prasiklus ………... 65

4.2. Persentase Kategori Prasiklus………... 66

4.3. Kemampuan Berbicara Anak TK Puspita Asih Kelompok B Siklus I. 79 4.4. Persentase Kategori Siklus I... 80 4.5. Kemampuan Berbicara Anak TK Puspita Asih Kelompok B Siklus II 95

4.6. Persentase Kategori Siklus II……….... 95

4.7. Kemampuan Berbicara Anak TK Puspita Asih Kelompok B Siklus

III………... 110

4.8. Persentase Kategori Siklus III………... 110 4.9. Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak TK Puspita Asih Dengan

Penggunaan Boneka Jari (Prasiklus, Siklus I, Siklus II, Siklus III)…. 116 4.10 Persentase Kategori Siklus I... 122 4.11 Persentase Kategori Siklus II... 123 4.12 Persentase Kategori Siklus III………... 125


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Desain PTK Elliot ... 46

3.2 Boneka Jari yang digunakan dalam Siklus I ... 53

3.3 Boneka Jari yang digunakan dalam Siklus II ... 53

3.4 Boneka Jari yang digunakan dalam Siklus III... 53

4.1 Kondisi Awal (Prasiklus) ... 69

4.2 Guru memberi motivasi pada anak ... 69

4.3 Media Boneka yang digunakan dalam siklus I ... 75

4.4 Formasi duduk anak Siklus I ... 76

4.5 Guru memperkenalkan boneka yang digunakan dalam Siklus I ... 76

4.6 Media Boneka yang digunakan dalam Siklus II ... 90

4.7 Formasi duduk anak ... 91

4.8 Guru memperkenalakan boneka Siklus II ... 92

4.9 Media boneka yang digunakan dalam Siklus III ... 106

4.10 Formasi duduk anak ... 106


(8)

4.13 Hampir semua anak mengacungkan tangannya ... 116

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 140

2 Data hasil wawancara dengan kepala sekolah TK Puspita Asih……….. 144

Data hasil wawancara dengan guru TK Puspita Asih……….. 146

3 Pedoman observasi aktivitas guru……… 147

Pedoman observasi aktivitas anak……… 148

4 Rencana Kegiatan Harian Siklus I……… 149

Rencana Kegiatan Harian Siklus II……….. 151

Rencana Kegiatan Harian Siklus III……… . 153

5 Tabel distribusi frekuensi kondisi awal ( Prasiklus)……… 155

Peningkatan kemampuan berbicara setiap anak (Prasiklus)………. 156

Tabel distribusi frekuensi Siklus I……… 158

Peningkatan kemampuan berbicara setiap anak Siklus I……….. 159

Tabel distribusi frekuensi Siklus II………... 161

Peningkatan kemampuan berbicara setiap anak Siklus II……… 162

Tabel distribusi frekuensi Siklus III………. 164

Peningkatan kemampuan berbicara setiap anak Siklus III………... 165 6 Surat Keterangan

- SK Pembimbing - Surat Izin Penelitian


(9)


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik. Masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa dalam semua aspek perkembangannya, baik dari segi sosial, emosional, bahasa, fisik motorik, kognitif dan seni. Semua aspek perkembangan tersebut dapat berkembang dengan optimal apabila anak diberi stimulasi yang baik. Hal tersebut tentu saja perlu bantuan dari orang-orang yang berada di lingkungan sekitar anak, seperti orang tua dan guru. Masitoh dkk. (2007) mengungkapkan bahwa “anak memperoleh pengetahuan dan kemampuan tidak hanya dari kematangan, tetapi justru lingkunganlah yang memberi kontribusi yang berarti dan sangat

mendukung proses belajar anak.” Dengan demikian lingkungan harus

menyediakan input yang cukup untuk memfasilitasi perkembangan berbicara anak. Mengingat beragamnya potensi yang dimiliki oleh anak tersebut, maka stimulasi harus diberikan secara tepat, sehingga akan berkembang secara optimal. Salah satu aspek yang perlu dikembangkan pada anak usia dini yaitu aspek bahasa. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka. Bahasa sebagai alat komunikasi memungkinkan dua individu atau lebih mengekspresikan berbagai ide, arti,


(11)

perasaan dan pengalaman. Badudu dalam Dhieni (2005: 8) mengemukakan

bahwa „Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran,

perasaan, dan keinginannya.‟ Hal tersebut berarti bahwa bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh individu-individu dalam masyarakat untuk berinteraksi dan bekerja sama. Dengan bahasa, manusia dapat menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain sehingga terjalin hubungan sosial yang sempurna.

Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan anak, sebab melalui bahasa, anak dapat berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya dan mengungkapkan gagasan atau pikirannya kepada orang lain. Bahasa juga memberikan pengaruh yang besar dalam perkembangan anak. Dengan bahasa, anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang mampu bergaul di tengah-tengah masyarakat. Akhadiah dalam Suhartono (2005:8)

menyatakan bahwa „… dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari organisme

biologis menjadi pribadi dalam kelompok. Pribadi itu berpikir, bersikap, berbuat serta memandang dunia dan kehidupan seperti masyarakat di sekitarnya‟.

Perkembangan bahasa anak sebagai alat atau media komunikasi dimulai dengan bentuk bahasa yang paling sederhana digunakan pada masa bayi dengan

cara “menangis” dalam mengungkapkan perasaan dirinya kepada orang lain,

kemudian berkembang dalam bentuk “celoteh” atau “ocehan” dengan cara mengeluarkan bunyi yang belum jelas. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan isyarat melalui gerakan anggota badan yang berfungsi sebagai


(12)

pengganti atau pelengkap bicara. Pada masa ini lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak, sehingga anak mampu menggunakan bahasa dengan baik dan benar.

Sejalan dengan pendapat di atas, Bromley dalam Dhieni, dkk. (2006: 19)

menyebutkan bahwa „Ada empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis‟. Keempat bentuk bahasa tersebut perlu dilatih pada anak usia taman kanak-kanak karena dengan kemampuan berbahasa anak

akan belajar berkomunikasi dengan orang lain”. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan yang tertuang dalam kurikulum 2004 bahwa kompetensi dasar dari perkembangan bahasa anak usia taman kanak-kanak yaitu anak mampu berkomunikasi secara lisan, memperkaya perbendaharaan kata dan menulis simbol-simbol yang melambangkannya.

Aisyah, dkk. (2008:1) mengatakan bahwa “Masa perkembangan bicara dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada tiga tahun pertama dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang dalam proses

mencapai kematangan”. Perkembangan bahasa anak dapat berkembang dengan

baik dan benar apabila mendapatkan rangsangan dari lingkungan. Santrock dalam

Dhieni, dkk. (2006:1) mengemukakan bahwa „Bahasa adalah suatu sistem simbol

untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan

pragmatik bahasa‟. Oleh karena itu melalui bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran maupun perasaannya kepada orang lain.


(13)

Anak usia taman kanak-kanak (4-6 tahun ), kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif dilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini selaras dengan karakteristik umum kemampuan berbahasa anak pada usia tersebut yang meliputi: kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi; menggunakan kata tanya seperti: bagaimana, apa, mengapa, kapan; membandingkan dua hal; memahami konsep timbal balik; menyusun kalimat; mengucapkan lebih dari tiga kalimat; dan mengenal tulisan sederhana (Dhieni, dkk. (2006: 3.8).

Berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud dalam Suhartono, 2005: 20).

Menurut Tarigan (1983: 15) dalam Solchan (2008: 9) “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan

perasaan”. Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan dari orang

dewasa melalui percakapan, sehingga anak akan menemukan pengalaman dan meningkatkan pengetahuan bahasanya.


(14)

Dhieni, dkk. (2006:6) menyebutkan bahwa “Berbicara bukanlah sekedar

pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun

perasaan”. Anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah atau pujian), stimulasi dan model yang baik dari orang dewasa agar kemampuannya dalam berbahasa dapat berkembang secara maksimal.

Hurlock dalam Dhieni, dkk. (2006 ) menyatakan bahwa:

„Usia taman kanak-kanak merupakan saat berkembang pesatnya penguasaan tugas pokok dalam berbicara yaitu, menambah kosa kata, menguasai pengucapan kata dan menggabungkan kata menjadi kalimat. Lebih jauh lagi kemampuan berbicara anak meningkat ketika anak dapat mengartikan kata-kata baru, menggabungkan kata-kata-kata-kata baru dan memberikan pernyataan dan

pertanyaan‟.

Umumnya perkembangan bahasa anak usia taman kanak- kanak sering mengalami hambatan dalam kemampuan berbicaranya. Hal ini disebabkan karena terbatasnya perbendaharaan kata yang dimiliki oleh anak, dimana biasanya anak hanya mampu melakukan kegiatan percakapan dengan menggunakan kalimat pendek. Selain itu, gejala yang paling jelas terlihat pada anak usia taman kanak-kanak adalah kegagalan menetap dalam mengembangkan artikulasi dari bunyi bahasa yang dipelajari, misalnya r, sy, l, f, c. Gangguan ini meliputi ketidak mampuan dalam artikulasi pengucapan satu huruf, misalnya l atau r.

Penguasaan bahasa khususnya penguasaan keterampilan berbicara anak usia taman kanak-kanak dapat diperoleh melalui pembelajaran. Pembelajaran bahasa mengacu pada pengumpulan pengetahuan bahasa melalui sesuatu yang disadari, yaitu merupakan kemampuan yang dipelajari. Kemampuan bahasa yang diperoleh melalui pembelajaran ini disebut pemerolehan bahasa kedua.


(15)

Iskandar Wassid (2008: 119) mengemukakan bahwa “anak akan mengalami proses pemerolehan bahasa kedua melalui pembelajaran.”

Pengembangan kemampuan berbahasa di Taman Kanak-kanak bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia (Depdikbud, 2004: 3). Senada dengan pendapat tersebut, secara khusus Suhartono (2005: 123) mengungkapkan bahwa “kegiatan pengembangan bicara anak yaitu agar anak mampu mengungkapkan isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat untuk kepentingan

berkomunikasi.” Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut belum dapat dicapai secara optimal.

Pembelajaran di Taman Kanak-kanak memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan keterampilan berbicara anak. Pengalaman belajar yang mengesankan bagi anak tentu saja harus didukung oleh keterampilan guru dan media pembelajaran yang tepat, karena media pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh

Moeslichatoen (2004: 10) bahwa “guru mengembangkan kemampuan bahasa

anak dengan menggunakan media yang dapat meningkatkan perkembangan

kemampuan berbicara, mendengar, membaca, dan menulis.” Guru memberi

kesempatan anak memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan berbicara.

Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis lakukan, umumnya pada anak usia taman kanak-kanak khususnya di Taman Kanak-kanak Puspita Asih


(16)

Kelompok B terungkap bahwa pengembangan kemampuan berbicara anak belum tercapai secara maksimal. Keadaan seperti ini dapat dilihat dari ketidakmampuan anak dalam menjawab pertanyaan seperti apa, siapa, mengapa, dimana, dan bagaimana serta ketidakmampuan anak dalam mengajukan pertanyaan seperti apa, siapa, mengapa, dimana, dan bagaimana. Selain ketidakmampuan dalam kegiatan tanya jawab, ketidakmampuan tersebut pun dapat dilihat pula dalam perihal mengungkapkan pendapat secara sederhana dan melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan guru.

Hal tersebut disebabkan pembelajaran yang dilakukan di Taman Kanak-kanak Puspita Asih Kelompok B pada umumnya masih bersifat konvensional, dimana guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dalam kegiatan bercerita dan bercakap-cakap jarang sekali guru menyediakan media pembelajaran yang menarik bagi anak, padahal media pembelajaran memegang peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran bahasa. Media pembelajaran dapat dijadikan sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar dari guru kepada anak. Sadiman (2003: 11) mengemukakan bahwa

“Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke

penerima pesan”.

Boneka sebagai media dalam kegiatan pembelajaran bahasa memiliki peranan yang sangat penting, karena media boneka dapat mendorong anak-anak untuk aktif, ekspresif, bahkan kreatif. Anak-anak pada umumnya menyukai boneka, sehingga materi pembelajaran yang disampaikan melalui boneka jelas akan


(17)

mengundang minat dan perhatian anak untuk mengikuti pembelajaran, seperti

yang dikemukakan oleh Gunawan (2010: 3) bahwa “Boneka dapat menjadi pengalih perhatian anak sekaligus media untuk berekspresi atau menyatakan perasaannya, bahkan boneka bisa mendorong tumbuhnya fantasi dan imajinasi anak-anak.”

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mencoba melakukan observasi untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak usia Taman Kanak-kanak di Taman Kanak-kanak Puspita Asih Kelompok B

dengan mengangkat judul “MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA

ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK MELALUI PENGGUNAAN

BONEKA JARI”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, ditemukan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan berbicara di Taman Kanak-kanak Puspita Asih kelompok B. Pengamatan yang dilakukan peneliti menemukan bahwa kemampuan berbicara anak-anak di Taman Kanak-kanak Puspita Asih kelompok B belum tercapai secara maksimal. Keadaan seperti ini dapat dilihat dari ketidakmampuan anak dalam menjawab pertanyaan seperti apa, siapa, mengapa, di mana, dan bagaimana serta ketidakmampuan anak dalam mengajukan pertanyaan seperti apa, siapa, mengapa, di mana, dan bagaimana. Selain ketidakmampuan dalam kegiatan tanya jawab, dapat dilihat pula dalam perihal mengungkapkan pendapat secara sederhana dan melanjutkan sebagian


(18)

cerita/dongeng yang telah diperdengarkan guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran pada umumnya masih bersifat konvensional, dimana guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru jarang sekali menyediakan media pembelajaran yang menarik bagi anak terutama dalam kegiatan bercerita dan bercakap-cakap sehingga anak cenderung pasif.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Lembaga Taman Kanak-kanak sekarang ini mempunyai beban yang lebih berat, orang tua pada umumnya mengharapkan anaknya setelah keluar dari sekolah Taman Kanak-kanak sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung dalam arti secara akademik anak tersebut harus sudah siap masuk SD. Kekhawatiran orang tua tersebut sebenarnya beralasan karena tuntutan sekolah dasar yang semakin tinggi dan kompetitif. Hal ini merupakan tantangan untuk guru agar dapat berinovasi baik di metode pembelajaran maupun media pembelajarannya.

Dalam kurikulum 2004 dan Permendiknas No. 58 tahun 2009 tidak secara langsung kemampuan berbicara di pendidikan anak usia dini menjadi tolak ukur untuk prasyarat kelulusan di Taman Kanak- kanak, namun para guru tidak dapat menutup mata dengan kondisi dan tuntutan di Sekolah Dasar. Untuk itulah guru harus menciptakan metode ataupun media yang relevan dengan kondisi sekarang yang tetap selaras dengan perkembangan dan pertumbuhan anak.

Kemampuan berbicara anak usia dini merupakan proses yang melibatkan aktivitas auditif (pendengaran), Visual (penglihatan) dan verbal (pelapalan/ pengucapan) agar anak dapat mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaannya agar semua aspek


(19)

perkembangan anak dapat berkembang secara optimal dan tidak mengalami hambatan.

Penelitian ini menggunakan boneka jari yang mana antara boneka yang satu dengan boneka yang lainnya saling berkaitan dan saling berhubungan, boneka jari ini disajikan dalam bentuk permainan yang masing-masing dari boneka tersebut menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu. Misalnya, ayah yang bijaksana, ibu yang peramah juga cerewet, anak laki-laki yang pemberani dan penyayang, anak perempuan yang manja, dan sebagainya.

Penelitian dengan menggunakan boneka jari ini menuntut anak-anak untuk menguraikan benda, mendorong mereka untuk mencari kata-kata dan membantu mereka berbicara dan berpikir dengan lebih jelas.

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara anak Usia Taman Kanak-kanak dengan menggunakan media boneka jari?

Rumusan masalah di atas dituangkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi awal kemampuan berbicara anak usia Taman Kanak-kanak pada Taman Kanak-Kanak-kanak Puspita Asih Kelompok B sebelum diterapkan media boneka jari?


(20)

2. Bagaimanakah langkah-langkah penggunaan media boneka jari dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia Taman Kanak-kanak pada Taman Kanak-kanak Puspita Asih Kelompok B?

3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berbicara anak usia Taman Kanak-kanak pada Taman Kanak-Kanak-kanak Puspita Asih Kelompok B setelah diterapkan media boneka jari?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan kemampuan berbicara anak usia Taman Kanak-kanak sebelum digunakan media boneka jari pada Taman Kanak-kanak Puspita Asih Kelompok B.

2. Mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan media boneka jari dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia Taman Kanak-kanak pada Taman Kanak-kanak Puspita Asih Kelompok B .

3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara anak usia Taman Kanak-kanak setelah digunakan media boneka jari pada Taman Kanak-kanak Puspita Asih Kelompok B.


(21)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi anak

a. Untuk membantu keaktifan anak dalam meningkatkan kemampuan berbicara supaya lebih meningkat. Untuk membantu keberanian anak dalam meningkatkan kemampuan berbicara dengan mengeluarkan ide atau gagasannya agar lebih terstimulasi.

b. Untuk membantu anak agar lebih mudah menerima pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berbicara melalui permainan boneka jari.

2. Manfaat bagi guru

a. Permainan boneka jari proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia Taman Kanak-kanak tidak lagi pasif sehingga ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.

b. Memperoleh wawasan dan pengalaman baru yang bermakna dalam membantu perkembangan anak secara optimal terutama dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia dini.

c. Metode yang digunakan tidak lagi bersifat konvensional tetapi bersifat variatif dan inovatif.

3. Manfaat bagi lembaga Taman Kanak-kanak

a. Melalui permainan boneka jari memberikan gambaran kepada pihak sekolah untuk selalu menyiapkan media-media yang lebih menarik, bermanfaat dan


(22)

lebih bermakna bagi anak, sehingga tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya akan tercapai dengan hasil yang memuaskan. b. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar.

c. Meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi belajar anak dan prestasi kinerja guru.

F. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Urutan penulisan dari skripsi ini terdiri dari Bab I yaitu pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi laporan; Bab II yaitu kajian pustaka, yang terdiri dari konsep perkembangan bahasa pada anak, konsep kemampuan berbicara, konsep media pembelajaran, media boneka dan kerangka pemikiran; Bab III yaitu metode penelitian, yang terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data; Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari hasil penelitian, dan pembahasan; Bab V yaitu kesimpulan dan saran yang terdiri dari kesimpulan dan saran; serta daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang penulis jadikan sebagai tempat penelitian adalah Taman Kanak-Kanak Puspita Asih (TK) yang beralamat di Jln Pagarsih, Gg Siti Mariah IV, Kel Jamika, Kec Bojongloa Kaler, Kab Bandung.

2. Subjek penelitian

Subjek Penelitian ini adalah anak di Taman Kanak-Kanak Puspita Asih di kelas B dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Penetapan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa penulis menemukan masalah di sekolah ini, disamping letaknya yang strategis dan juga memenuhi syarat untuk penelitian. Adapun waktu pelaksanaan penelitian tindakan ini adalah pada tahun 2012.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian penggunaan boneka jari untuk meningkatkan kemampuan berbicara ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK yang digunakan dalam desain penelitian ini bersifat partisipan yang berbentuk siklus. Dikatakan bersifat partisipan, karena dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti terlibat langsung dengan subjek peneliti yang dilihat dari segi interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti berperan


(24)

sebagai pelaksana mulai dari tahap perencanaan, persiapan-persiapan penelitian, pelaksanaan PTK Siklus I, menganalisis dan mensintesis setelah pelaksanaan tindakan, kemudian merefleksikan semua kegiatan yang telah berlangsung dalam Siklus I. Kemudian merencanakan tahap modifikasi, koreksi dan penyempurnaan pembelajaran untuk Siklus II dan berlanjut ke Siklus III. Kegiatan ini berlangsung hingga mendapatkan hasil yang signifikan. Hasil yang signifikan ini adalah setelah anak mengalami peningkatan minimal 50% dari aspek penilaian kemampuan berbicara yang digunakan.Penelitian Tidakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti langsung, didasari oleh pernyataan Mc Niff (2010: 16) yang memandang bahwa PTK sebagai bentuk penelitian yang reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri. Sejalan dengan pernyataan di atas, Chien (1990, dalam Muslihuddin, 2009:73) berpendapat bahwa PTK partisipan dilakukan oleh orang yang akan melaksanakan penelitian dan harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Peneliti berkolaboratif dengan pihak guru atau kepala sekolah.

Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh John Elliot. Riset aksi model John Elliot (Muslihuddin,2009: 71) menjelaskan bahwa prosedur penelitian tindakan kelas dipandang sebagai siklus yang terdiri dari komponen perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang selanjutnya akan diikuti dengan siklus berikutnya. Alur yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(25)

Gambar 3.1: Desain PTK Elliot (Sumber : Muslihuddin, 2009: 71)

PTK ini dilaksanakan melalui proses pengkajian bersiklus, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu:

1. Perencanaan

Tahap merencanakan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan. Pada tahap ini, peneliti akan menyusun rencana pembelajaran yang berhubungan dengan kemampuan berbicara anak melalui permainan boneka jari yang akan

Perencanaan

Pengamata

Refleksi

Pelaksanaan

Siklus 2

Refleksi

Perencanaan Pengamatan

Pelaksanaan

Siklus I

Pelaksanaan

Perencanaa Pengamatan

Siklus 3


(26)

dituangkan ke dalam bentuk Satuan Kegiatan Harian (SKH) beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan. Guru juga menyiapkan bahan belajar berupa media boneka jari. Boneka jari yang disiapkan disesuaikan dengan tema pada hari itu. Selain itu, guru juga menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. Guru menyusun instrumen non tes yaitu berupa pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selain itu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu mensimulasikan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, guru dapat bekerja sama dengan teman sejawat atau berkolaborasi dengan dosen LPTK.

2. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan implementasi dari perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan akan dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru mengkondisikan anak agar anak siap mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Pembelajaran dimulai dengan pembacaan do’a dan salam.

b. Setelah itu, guru bercakap-cakap dengan anak tentang tema pada hari itu. Guru melakukan tanya jawab dengan anak tentang segala hal yang diketahui anak mengenai tema yang sedang dibahas.

c. Kemudian guru memperlihatkan media boneka jari (sesuai dengan tema) kepada anak. Media boneka jari tersebut dilaksanakan melalui sebuah permainan yaitu guru bercerita dengan menggunakan boneka jari yang telah


(27)

disediakan. Setelah itu, anak secara bergiliran mencoba bercerita dengan menggunakan boneka jari tersebut.

d. Guru melakukan evaluasi yaitu dalam bentuk tanya jawab mengenai kegiatan yang sudah dilaksanakan.

3. Pengamatan/Observasi

Peneliti melakukan observasi (pengamatan) selama proses tindakan berlangsung. Hal-hal yang di observasi yaitu tentang kemampuan berbicara anak, apakah anak memiliki keberanian dan kemampuan dalam mengungkapkan ide/pikirannya tentang suatu hal. Berdasarkan pengamatan ini, guru akan dapat menentukan apakah ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

4. Refleksi

Peneliti mencoba melihat/merenungkan kembali apa yang telah dilakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa. Peneliti juga akan merenungkan alasan melakukan satu tindakan dikaitkan dengan dampaknya. Dengan cara ini, peneliti akan menemukan kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan cara observasi/ penelitian secara langsung,dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia TK. Arikunto, (2010: 130).


(28)

mengatakan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.

Pendapat senada dikemukakan oleh Muslihuddin (2009) bahwa PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan keprofesionalan guru atau tenaga kependidikan lainnya. Ciri khas penelitian ini adalah adanya masalah pembelajaran dan tindakan untuk memecahkan masalah tersebut. Tahapan penelitian dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan dan evaluasi refleksi yang dapat diulang sebagai siklus. Refleksi merupakan pemaknaan dari hasil tindakan yang dilakukan dalam rangka memecahkan masalah.

Berdasarkan pendapat- pendapat tersebut, bahwa dilakukannya PTK dalam penelitian ini adalah dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran khususnya untuk meningkatkan kemampuan berbicara di Taman Kanak-kanak (TK) Puspita Asih melalui media boneka jari. Melalui PTK ini peneliti dan guru bersama-sama untuk mengintropesi, bercermin, merefleksi atau mengevaluasi diri sendiri sehingga tertjadi peningkatan kompetensi sebagai guru Taman Kanak- kanak yang dapat mempengaruhi peningkatan kualitas anak didik, baik dalam bidang domain kognitif, afektif maupun psikomotorik, khususnya dalam peningkatan kemampuan berbicara yang bermanfaat bagi anak didik, baik saat ini maupun di masa yang akan datang.


(29)

1. Langkah Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan pengambilan data anak yang kurang mampu dalam berbicara, sehingga jika penelitian telah selesai dilaksanakan dapat diketahui berapa besar peningkatan anak yang mampu berbicara.

a. Rencana Tindakan

Rencana tindakan yang selanjutnya akan dilakukan adalah:

1). Guru menyiapkan segala sarana yang akan menjadi objek dalam pelajaran. 2). Guru memperkenalkan boneka jari kepada anak.

3). Guru menganalisis hasil belajar

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan secara bertahap dengan rincian sebagai berikut: 1). Tahap Pelaksanaan Tindakan

Peneliti menyiapkan media yang diperlukan misalnya Boneka Jari 2). Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan dilakukan di Taman Kanak-kanak (TK) Puspita Asih Bandung.

c. Observasi

1). Melaksanakan pelajaran sesuai dengan materi RPP.

2). Menanyakan satu persatu kepada siswa mengenai boneka jari yang diperlihatkan oleh guru.

3). Memberikan tugas siswa


(30)

5) Menganalisis hasil yang di dapat.

D. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan suatu definisi dari variabel penelitian yang dapat dioperasionalkan atau dapat menjadi arahan untuk pelaksanaan di dalam penelitian. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Kemampuan Berbicara

Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan kita sehingga maksud pembicaraan dapat difahami oleh orang lain (Suhendar dan Supinah 1997:16).

Sejalan dengan pendapat di atas Suhartono (2005: 123) mengungkapkan

bahwa “kegiatan pengembangan bicara anak yaitu agar anak mampu

mengungkapkan isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat

untuk kepentingan berkomunikasi.” Aspek yang dinilai dalam keterampilan

berbahasa antara lain: pelafalan, tatabahasa, kosa kata, kefasihan, isi pembicaraan, dan pemahaman yang diturunkan dalam beberapa kriteria penilaian.

Kemampuan berbicara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi mengucapkan kata-kata atau kalimat sederhana melalui alat ucap yang dapat dikategorikan sebagai bahasa anak untuk menyatakan keinginan, permintaan, pendapat, pikiran dan perasaannya terhadap apa yang dilihat dan dialaminya kepada orang lain sebagai lawan bicara. Dengan berbicara, anak dapat berinteraksi dengan lingkungan, dapat menambah dan


(31)

meningkatkan pelafalan, kosa kata, struktur tata bahasa,dan kefasihan anak dalam berbicara. Hal ini merupakan aspek-aspek kemampuan berbicara yang dinilai dalam penelitian yang dimaksud.

2. Media Boneka Jari

Media Boneka adalah boneka yang bisa dipakai dalam kegiatan bercerita yang dapat digunakan sebagai pemeran tokoh dalam cerita bisa berupa boneka tangan, boneka wayang dan boneka jari Gunarti, W. dkk (2010:5.19).

Boneka Jari adalah suatu media boneka dalam bentuk boneka jari yang dibuat

dari bahan kain flanel warna warni, dengan menggunakan alat seperti: gunting, jarum dan benang sulam yang dibentuk sesuai dengan figur cerita, satu narasi cerita dapat beberapa boneka, potongan kain 4-6 cm, penyelesaian boneka dijahit dengan tusuk feston.

Yang dimaksud boneka jari dalam penelitian ini adalah boneka yang disajikan dalam bentuk permainan yang digunakan untuk membantu anak dalam meningkatkan kemampuan berbicaranya. Menurut pendapat Zaman (2007: 20) menyatakan bahwa: Boneka jari berfungsi untuk: 1) mengembangkan aspek bahasa, 2) mengembangkan aspek moral/menanamkan nilai-nilai kehidupan pada anak, 3) daya fantasi. Adapun media boneka yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa bentuk boneka jari yang dibuat oleh peneliti yang disesuaikan dengan tema yang dipilih. Boneka jari yang digunakan diantaranya:


(32)

Gambar: 3.2 Gambar: 3.3

Siklus I Siklus II

Tema : Keluarga Tema : Binatang Sub tema :Anggota Keluarga Sub tema : Binatang liar

Gambar: 3.4

Siklus III Tema: Binatang Sub tema : Binatang ternak

E. Instrumen Penelitian

Definisi instrumen menurut Arikunto (2010: 203) adalah “suatu alat/fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data, agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistimatis

sehingga lebih mudah diolah”. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan

adalah pedoman observasi yang di dalamnya terdiri dari aspek-aspek kemampuan berbicara yang harus diamati disertai dengan skala penilaian berupa kategori BB (berkembang baik), BSH (Berkembang Sesuai Harapan), BSB (Berkembang Sangat Baik) yang masing-masing mempunyai kriteria penilaian pada setiap


(33)

aspeknya. Hasil skala penilaian yang diperoleh dari hasil observasi terhadap kemampuan berbicara anak dijadikan dasar bagi keberhasilan penelitian.

Instrumen penelitian berasal dari kisi-kisi instrumen yang terdiri dari dua variabel dan tiga sub variabel yaitu aspek kemampuan berbicara. Aspek kemampuan berbicara dirumuskan dalam indikator yang dijabarkan ke dalam pernyataan (aspek penilaian kemampuan berbicara). Kisi-kisi instrumen penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-Kanak Melalui Penggunaan Boneka Jari

Variabel Sub Variabel Indikator Pernyataan

Teknik Pengum pulan Data Respon den A. Kemam puan Berbi cara 1.Dapat mendengarkan dan membedakan bunyi suara, bunyi bahasa serta mengucapkan nya. a.Mendengarkan bunyi suara/ bahasa. b.Membedakan bunyi suara/ bahasa

c.Mengucapkan bunyi suara/

bahasa.

●Anak dapat menirukan kembali bunyi bahasa/suara tertentu ●Anak dapat menirukan

kembali 4-5 urutan kata.

●Anak dapat membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama ( mis: ayah – adik) dan suku kata akhir yang sama

(mis: nakal-kekal) ●Anak dapat mengulang

kembali kalimat sederhana yang diucapkan oleh guru.

Observasi Anak

2. Dapat berkomunikasi secara lisan dengan lafal yang benar a.Berbicara dengan lancar secara lisan tentang isi cerita.

●Anak dapat

menyebutkan jumlah tokoh dalam cerita. ●Anak dapat

menyebutkan nama-nama tokoh dalam cerita.

●Anak dapat menyebutkan


(34)

sifat-b.Mengajukan pertanyaan yang lebih kompleks

c.Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks.

b.Menceritakan kembali isi cerita dengan benar.

cerita. ●Anak dapat

menyebutkan sebab akibat prilaku tidak baik berdasarkan cerita.

●Anak dapat

menyebutkan prilaku yang bisa dicontoh berdasarkan cerita. ●Anak dapat

mengajukan

pertanyaan dari guru terkait dengan cerita yang sudah

disampaikan, seperti: apa, siapa, mengapa, diman, bagaimana. ●Anak dapat menjawab

pertanyaan dari guru terkait dengan cerita yang sudah

disampaikan, seperti: apa, siapa, mengapa, dimana, bagaimana. ●Anak dapat bercerita

di depan kelas dengan lafal yang benar. ●Anak dapat bercerita

di depan kelas dengan bahasa yang jelas. ●Anak dapat bercerita di

depan kelas dengan intonasi yang kuat sesuai karakter

Observasi A nak

3.Menyampaika n ide, pikiran atau gagasan a.Menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana dengan urut b.Memberikan keterangan /informasi tentang sesuatu hal ●Anak dapat menyampaikan pengalamannya sendiri secara sederhana sesuai dengan tema yang telah ditetapkan ●Anak dapat

memberikan informasi tentang peristiwa yang dilihatnya.

Observasi Anak

B.Penggunaan Media Boneka Jari

1.Persiapan a.Menetapkan tujuan dan tema yang dipilih.

b.Menetapkan cerita sesuai dengan tema/tujuan. c.Menetapkan

rancangan bahan dan


(35)

alat yang diperlukan untuk kegiatan bercerita. d.Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita.

2. Pelaksanaan a.Menyebutkan judul cerita untuk menarik minat anak.

b.Memasang boneka jari pada sejumlah jarinya.

c.Menggerakkan boneka jari sesuai dengan dialog. d.Menanggapi komentar anak selama bercerita. e.Menjawab pertanyaan anak tentang jalan cerita yang disampaikan. f.Mendorong anak

untuk berani menceritakan kembali cerita yang didengar.

Observasi Guru

3.Penilaian a.Memberikan kesempatan kepada anak untuk bercerita menggunakan boneka jari.

b.Memberi kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali cerita dengan menggunakan boneka jari secara individual.

Observasi Guru

Sumber : - Kurikulum 2004 tentang Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal, Jakarta

-Permendiknas, No 58. Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

-Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini, jakarta


(36)

F. Tehnik Pengumpulan Data

Setelah menentukan instrumen penelitian, maka langkah selanjutnya adalah teknik pengumpulan data. Data yang diperoleh adalah data jenis kualitatif, sehingga hasil penelitian harus dipaparkan melalui deskripsi khusus tentang data yang diperoleh. Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Arikunto (2010:199) mengemukakan bahwa ”observasi adalah kegiatan

pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah

mencapai sasaran”. Menurut Wiriatmaja (2005: 105 dalam Siska, 2011) observasi

harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya:

a. Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati apakah yang umum atau yang khusus.

b. Menentukan kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan.

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dan gambaran tentang kemampuan berbicara anak kelas B sebelum dan sesudah digunakan media boneka jari.

Alat pengumpul data yang digunakan pada saat observasi adalah lembar instrumen observasi yang berisi pernyataan yang menggambarkan komponen-komponen atau aspek-aspek kemampuan berbicara anak, dan pedoman observasi pada aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan boneka jari. Adapun pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat di lampiran.


(37)

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian yang pada pelaksanaannya dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual.

Wawancara dilakukan kepada responden seperti kepala sekolah dan guru untuk mengetahui kondisi guru, situasi sekolah, latar belakang siswa, bagaimana kemampuan berbicara anak, program yang digunakan dalam merangsang kemampuan berbicara anak, kendala dan upaya yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak. Adapun format wawancara yang digunakan oleh penulis dapat dilihat pada lampiran.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen tersebut dikumpulkan dan dianalisis sebagai bahan laporan penelitian.

Untuk memperkaya data pada saat penelitian tindakan kelas, peneliti menggunakan media lain seperti foto. Peneliti akan mendokumentasikan gambar-gambar foto ketika proses pembelajaran meningkatkan kemampuan berbicara anak dengan menggunakan boneka jari berlangsung. Media ini berfungsi sebagai dokumentasi suasana kelas, menggambarkan detail tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi ketika PTK dilakukan, serta sebagai alat untuk mengingatkan topik bahasan ketika membuat catatan lapangan.


(38)

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriftif kualitatif dan teknik analisis deskriftif persentase. Menurut Arikunto (2010: 132) analisis merupakan usaha memilih, memilah, membuang, menggolongkan serta menyusun ke dalam kategori, mengklasifikasikan data untuk menjawab pertanyaan pokok : (1) tema apa yang dapat ditemakan pada data, (2) seberapa jauh data dapat mendukung tema/arah/ tujuan penelitian, kegiatan yang saling terkait satu sama lainnya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menelaah seluruh sumber yang telah diperoleh untuk mendapatkan data tersebut. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis dalam kualitatif. Komponen tersebut yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan focus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan.

2. Display Data

Setelah direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya yang berbentuk teks bersifat naratif. Dengan display data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.


(39)

3. Verifikasi

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kuantitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Data utama yang dianalisis adalah hasil observasi aktivitas yang dilaksanakan anak selama kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil wawancara dianalisis secara deskriptif berdasarkan pada informasi yang disampaikan oleh guru. Data hasil observasi setiap butir aspek yang diamati selama tiga siklus dihitung dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, menurut Supranto (2000: 62) distribusi frekuensi adalah pengelompokan data kedalam beberapa kelompok (kelas) dan kemudian dihitung banyaknya data yang masuk kedalam tiap kelas. Adapun cara perhitungan kemampuan mengenal konsep bilangan menggunakan tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Distribusi Frekuensi

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Siklus I

No Kategori Interval Tally F %

1 BB 16 - 26 IIII IIII

III 13 65

2 BSH 27 – 37 IIIII II 7 35


(40)

Keterangan :

1) Mencari interval

a) Jumlah indikator/item x nilai tertinggi (keterangan pada pedoman observasi) 16 x 3 = 48

b) Hasil perkalian - jumlah indikator/item 48 – 16 = 32

c) Hasil pengurangan – jumlah kategori (keterangan pada pedoman observasi) 32 : 3 = 10.6 maka dibulatkan menjadi 11

Sehingga ditemukan jumlah interval adalah 11 yang akan ditetapkan pada kategori: BB = 16 – 26

BSH = 27 - 37 BSB = 38 - 48

2) Menggisi Tally dan Frekuensi (F)

Mengisi column tally dan frekuensi berdasarkan hasil skor kemampuan mengenal konsep bilangan pada lampiran IV

3) Mencari persentase

Mencari persentase dengan rumus : P =

n F

X 100%

Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi n : Jumlah anak


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “ Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-kanak Melalui Penggunaan Boneka Jari” di sebuah Taman Kanak-kanak (TK) Puspita Asih di Jalan Pagarsih, Gg. Siti Mariah IV No. 450/86 RT. 06 RW. 01 Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojongloa Kaler Bandung 40231, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kondisi awal kemampuan berbicara anak Taman Kanak-kanak Puspita Asih kelompok B sebelum diterapkan metode bercerita dengan menggunakan media boneka dinilai kurang berkembang. Hal ini tampak dari ketidakmampuan anak dalam menjawab pertanyaan (apa, siapa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana), mengajukan pertanyaan (apa, siapa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana), mengungkapkan pendapat secara sederhana, dan melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan guru. Kondisi tersebut disebabkan karena beberapa faktor diantaranya pemilihan metode yang kurang tepat serta kurangnya media dalam pembelajaran.

2. Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia taman kanak-kanak dengan menggunakan boneka jari sengaja dirancang dalam tiga Siklus yaitu Siklus I, Siklus II, dan Siklus III yang dari tiap siklusnya dilaksanakan dalam satu tindakan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan berbicara dini anak, sesuai dengan tujuan yang


(42)

ingin dicapai. Sebelumnya guru dan peneliti secara berkolaborasi membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan boneka jari yang berbeda dalam setiap siklusnya, disesuaikan dengan tema, sub tema dan topik yang sedang berjalan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Setiap siklus diawali dengan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan pengamatan serta diakhiri dengan refleksi. Media boneka yang digunakan dibuat sedemikian rupa, sehingga anak menjadi tertarik untuk mengikuti kegiatan bercerita, dan suasana pembelajaran terlihat menyenangkan.

3. Kemampuan berbicara anak TK Puspita Asih kelompok B setelah diterapkan metode bercerita dengan menggunakan media boneka mengalami peningkatan yang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan anak dalam: a) menjawab pertanyaan dengan suara yang jelas, b) menjawab pertanyaan dengan tepat, c) menjawab pertanyaan dengan pengucapan yang benar, d) mengajukan pertanyaan dengan sura yang jelas, e) mengajukan pertanyaan dengan suara yang jelas, f) mengajukan pertanyaan dengan tepat, g) mengungkapkan pendapat secara sederhana dengan suara yang jelas, h) mengungkapkan pendapat secara sederhana dengan tepat, i) mengungkapkan pendapat secara sederhana dengan pengucapan yang benar, j) bercerita di depan kelas dengan lafal yang benar, k) bercerita di depan kelas dengan suara yang jelas, l) bercerita di depan kelas sesuai karakter dalam cerita. Kemampuan anak tersebut menjadi lebih baik dan meningkat dibandingkan dengan hasil yang dicapai ketika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sebelum diterapkan metode bercerita dengan menggunakan media boneka.


(43)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis sampaikan saran berkenaan dengan penggunaan media boneka untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak, diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

a) Program pembelajaran berbahasa dalam aspek kemampuan berbicara anak lebih ditingkatkan lagi dengan menggunakan metode-metode dan media yang menarik dan bervariasi, sehingga kemampuan berbicara anak lebih terstimulasi dan berkembang secara optimal.

b) Mendukung upaya guru dalam menggunakan metode dan media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak.

c) Menjaga dan menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dengan guru supaya dalam pengembangan peningkatan kemampuan berbicara mendapatkan hasil yang optimal.

d) Memberikan pengarahan atau himbauan secara bertahap kepada orang tua akan pentingnya mengembangkan dan melatih kemampuan berbicara anak sejak dini melalui suatu kegiatan bercerita yang menarik dan bermakna bagi anak.

e) Memberikan dan menyediakan fasilitas yang mendukung terlaksananya metode bercerita dengan memfasilitasi media pembelajaran yang bermakna sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak usia dini.


(44)

2. Bagi Guru

a) Dalam merencanakan penggunaan boneka jari, sebaiknya direncanakan dengan seksama, baik dalam pemilihan tema atau sub tema yang akan digunakan dalam kegiatan bercerita, serta boneka yang akan digunakan dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian anak dan sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah penggunaannya.

b) Pembelajaran dilakukan berpusat pada anak (child-centered) bukan berpusat pada guru (teacher-centered). Guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan evaluator bagi anak, sehingga anak akan terlihat aktif dalam suatu kegiatan dan mereka dapat mengeksplor semua potensi yang ada pada dirinya.

c) Guru hendaknya dapat menciptakan suasana yang nyaman, kondusif, dan menyenangkan dengan memilih dan memilah metode dan media yang akan digunakan dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak.

d) Guru hendaknya tanggap kepada pembicaraan anak, sehingga dapat mengoreksi kesalahan yang dilkukan anak dalam berbicara yang tidak mengunakan bahasa yang benar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a) Kemampuan berbicara anak merupakan aspek yang sangat penting bagi perkembangan anak, oleh karena itu diharapkan ada penelitian selanjutnya mengenai kemampuan berbicara anak dengan menggunakan metode dan media yang lebih bermakna, dan menarik bagi anak.


(45)

b) Penggunaan boneka jari dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lain untuk dijadikan bahan penelitian dalam meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak selain kemampuan berbicara anak.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI: PT Rineka Cipta.

Aisyah, S. et al. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dhieni, Nurbiana. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dhieni, Nurbiana. (2006). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Departeman Pendidikan Nasional (2005), Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal, Jakarta

Eliyawati, Cucu. (2005). Pemilahan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta: DIKTI.

Feez, Susan. (2010). Child Language. Australia: Cambridge University Press. Gunawan, T. (2010). Mendongeng Dengan Boneka. Jakarta: Penerbit Sarana

Bobo.

Gunarti, W. dkk. (2010). Pengertian Media Boneka. [Online]. Tersedia: http://aaps10.blogspot.com/2012/10/media-boneka-tangan.html [18 Januari 2013]

Hendrikus, D.W. (1991). Retorika (Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosasi). Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, B, Elizabeth, (1990). Psikologi Perkembangan.Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Iskandarwassid dan Sunendar, D. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Masitoh. (2007). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Masitoh, (2008). Diklat Tenaga PAUD Non formal Tingkat Dasar. Bahan Ajar. Rintisan Konversi Hasil Diklat Pendidik dan Tenaga Kependiikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Nonformal: Direktorat PTK PNF


(47)

Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional Dengan Universitas Pendidikan Indonesia.

Moeslichatoen, (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Muslihuddin.(2009). Kiat sukses melakukan peneltian tindakan kelas. Bandung: Rizgi Press.

McNiff. Jean & Whitehead Jack. (2010). Doing andWritingAction Research. London: SAGE.

Montolalu, (2007). Pengertian Sandiwara Boneka. [Online]. Tersedia:

http://aaps10.blogspot.com/2012/10/media-boneka-sandiwara.html [18 Januari 2013]

Permendiknas, No 58. (2009). Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kepala Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional. Solchan, T.W. et al. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Suhendar, M.E. dan Supinah, P. (1997). MKDU Bahasa Indonesia. Bandung: CV. PIONIR JAYA.

Saleh, C. (1988). Pedoman Guru (Bidang Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-kanak). Jakarta: Depdikbud.

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Sadiman, Arif. (2003). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sadiman, Arif. (2007). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Siska, Yulia. (2011). Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam

Meningkatkan Keterampilan Sosial Dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Thesis Magister pada Program Pasca Sarjana UPI. Bandung. Tidak dipublikasikan.

Sutadi, R.K. dan Deliana, S.R. (1994). Permasalahan Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Tarigan, H.G. (1994)). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


(48)

Yusuf, S. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung Remaja Rosdakarya.

Zaman, B. et al. (2007). Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zaman, Badru. (2006). Pengembangan Media Pembelajaran TK. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/AFIP/JUR.PGTK/197408062001121. BADRU ZAMAN/Compatibility Metode. Pdf.[26 Februari 2011].


(1)

135

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis sampaikan saran berkenaan dengan penggunaan media boneka untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak, diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

a) Program pembelajaran berbahasa dalam aspek kemampuan berbicara anak lebih ditingkatkan lagi dengan menggunakan metode-metode dan media yang menarik dan bervariasi, sehingga kemampuan berbicara anak lebih terstimulasi dan berkembang secara optimal.

b) Mendukung upaya guru dalam menggunakan metode dan media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak.

c) Menjaga dan menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dengan guru supaya dalam pengembangan peningkatan kemampuan berbicara mendapatkan hasil yang optimal.

d) Memberikan pengarahan atau himbauan secara bertahap kepada orang tua akan pentingnya mengembangkan dan melatih kemampuan berbicara anak sejak dini melalui suatu kegiatan bercerita yang menarik dan bermakna bagi anak.

e) Memberikan dan menyediakan fasilitas yang mendukung terlaksananya metode bercerita dengan memfasilitasi media pembelajaran yang bermakna sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak usia dini.


(2)

Ruswati Suryani, 2013

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-Kanak Melalui Penggunaan Boneka Jari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Bagi Guru

a) Dalam merencanakan penggunaan boneka jari, sebaiknya direncanakan dengan seksama, baik dalam pemilihan tema atau sub tema yang akan digunakan dalam kegiatan bercerita, serta boneka yang akan digunakan dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian anak dan sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah penggunaannya.

b) Pembelajaran dilakukan berpusat pada anak (child-centered) bukan berpusat pada guru (teacher-centered). Guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan evaluator bagi anak, sehingga anak akan terlihat aktif dalam suatu kegiatan dan mereka dapat mengeksplor semua potensi yang ada pada dirinya.

c) Guru hendaknya dapat menciptakan suasana yang nyaman, kondusif, dan menyenangkan dengan memilih dan memilah metode dan media yang akan digunakan dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak.

d) Guru hendaknya tanggap kepada pembicaraan anak, sehingga dapat mengoreksi kesalahan yang dilkukan anak dalam berbicara yang tidak mengunakan bahasa yang benar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a) Kemampuan berbicara anak merupakan aspek yang sangat penting bagi perkembangan anak, oleh karena itu diharapkan ada penelitian selanjutnya mengenai kemampuan berbicara anak dengan menggunakan metode dan media yang lebih bermakna, dan menarik bagi anak.


(3)

137

b) Penggunaan boneka jari dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lain untuk dijadikan bahan penelitian dalam meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak selain kemampuan berbicara anak.


(4)

Ruswati Suryani, 2013

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-Kanak Melalui Penggunaan Boneka Jari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI: PT Rineka Cipta.

Aisyah, S. et al. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak

Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dhieni, Nurbiana. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dhieni, Nurbiana. (2006). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Departeman Pendidikan Nasional (2005), Kurikulum 2004 Standar Kompetensi

Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal, Jakarta

Eliyawati, Cucu. (2005). Pemilahan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk

Anak Usia Dini. Jakarta: DIKTI.

Feez, Susan. (2010). Child Language. Australia: Cambridge University Press. Gunawan, T. (2010). Mendongeng Dengan Boneka. Jakarta: Penerbit Sarana

Bobo.

Gunarti, W. dkk. (2010). Pengertian Media Boneka. [Online]. Tersedia: http://aaps10.blogspot.com/2012/10/media-boneka-tangan.html [18 Januari 2013]

Hendrikus, D.W. (1991). Retorika (Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosasi). Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, B, Elizabeth, (1990). Psikologi Perkembangan.Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Iskandarwassid dan Sunendar, D. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Masitoh. (2007). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Masitoh, (2008). Diklat Tenaga PAUD Non formal Tingkat Dasar. Bahan Ajar. Rintisan Konversi Hasil Diklat Pendidik dan Tenaga Kependiikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Nonformal: Direktorat PTK PNF


(5)

139

Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional Dengan Universitas Pendidikan Indonesia.

Moeslichatoen, (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Muslihuddin.(2009). Kiat sukses melakukan peneltian tindakan kelas. Bandung: Rizgi Press.

McNiff. Jean & Whitehead Jack. (2010). Doing andWritingAction Research. London: SAGE.

Montolalu, (2007). Pengertian Sandiwara Boneka. [Online]. Tersedia:

http://aaps10.blogspot.com/2012/10/media-boneka-sandiwara.html [18 Januari 2013]

Permendiknas, No 58. (2009). Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kepala Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional. Solchan, T.W. et al. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Suhendar, M.E. dan Supinah, P. (1997). MKDU Bahasa Indonesia. Bandung: CV. PIONIR JAYA.

Saleh, C. (1988). Pedoman Guru (Bidang Pengembangan Kemampuan Berbahasa

di Taman Kanak-kanak). Jakarta: Depdikbud.

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Sadiman, Arif. (2003). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sadiman, Arif. (2007). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Siska, Yulia. (2011). Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam

Meningkatkan Keterampilan Sosial Dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Thesis Magister pada Program Pasca Sarjana UPI. Bandung. Tidak

dipublikasikan.

Sutadi, R.K. dan Deliana, S.R. (1994). Permasalahan Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Tarigan, H.G. (1994)). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


(6)

Yusuf, S. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung Remaja Rosdakarya.

Zaman, B. et al. (2007). Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zaman, Badru. (2006). Pengembangan Media Pembelajaran TK. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/AFIP/JUR.PGTK/197408062001121. BADRU ZAMAN/Compatibility Metode. Pdf.[26 Februari 2011].