PRINSIP FUNGSI SOSIAL TANAH DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI KABUPATEN KENDAL

(1)

i

PRINSIP FUNGSI SOSIAL TANAH DALAM

PENGADAAN TANAH UNTUK KAWASAN INDUSTRI

DI KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Oleh Ezar Maulana

8111412287

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“The More You Learn, The More You Earn”

“ Frist They Ignore You, Then They Laugh At You, Then You Win”

(Mahatma Gandhi)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada

Allah SWT. Skripsi ini kupersembahkan untuk : 1. Ibu dan Ayah tercinta atas segala doa dan

kasih sayangnya.

2. Sahabat-sahabatku terima kasih atas semangatnya dan segala godaanya


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Ramat-Nya dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Prinsip Fungsi Sosial Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kawasan Industri Di Kabupaten Kendal”

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran beberapa pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan pengarahan. Oleh karena itu dengan segala ketulusan hati penyusun menyampaikan terimakasih kepada:

1. Kedua Orangtuaku Djasmo Wiranto Dan Djumrotun yang telah membesarkan dengan tulus, yang tiada henti-hentinya memotivasi dan membimbing penulis dengan segala ketulusan dan kasih sayang nya serta memberikan doa dan dukungan baik moral maupun material.

2. Prof.Dr.Fathur Rokhman.,M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang.

3. Dr.Rodiyah.S.Pd.,S.H.,M.Si, Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Suhadi, S.H.,M.Si dan Aprila Niravita, S.H., M.Kn. Sebagai Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran, ketelitian dan


(8)

viii

kebijaksanaannya telah memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Dosen yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan dan arahan yang sangat bermanfaat bagi Penulis. Pegawai/ Staf Akademik Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang atas bantuan dan keramahannya.

6. Bapak Suharto, S.H selaku Kasie Hak Atas Tanah Dan Pendaftaran Tanah dan Bapak Ali Hamzah, S.H. Selaku Kasie Pengaturan Dan Penataan Ruang Kantor Pertanahan Kabupaten Kendal yang telah yang memberikan arahan penulis dan membantu dalam pengambilan data.

7. Ibu Safiah selaku Kepala Bidang Penanaman Badan Penanaman Modal Dan Perijinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Kendal yang telah berkenan mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian terkait izin lokasi.

8. Bapak Ir. Suharji selaku kasie pemanfaatan ruang dinas cipta karya dan tata ruang (CIPKATARU) kabupaten kendal yang telah dengan sabar membimbing serta memberikan data dalam penelitian.


(9)

ix

9. Bpk Djasmo, Bpk. Hj. Nastain, Dan Bpk Muslih serta seluruh masyarakat desa wonorejo kec.kaliwungu yang telah membantu


(10)

x ABSTRAK

Ezar Maulana. 2016, Prinsip Fungsi Sosial Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kawasan Industri Di Kabupaten Kendal. Skripsi. Ilmu Hukum. Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Drs. Suhadi, S.H.,M.Si, Aprila Niravita, S.H., M.Kn.

Kata kunci: Fungsi Sosial, Pengadaan Tanah, Kawasan Industri Kendal.

Pembangunan merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang sedang gencar dilakukan belakangan ini termasuk pembangunan kawasan industri Kendal. Pembangunan yang sedang terlaksana memerlukan lahan yang tidak sedikit pula, hal ini sangat kontras dengan terbatasnya lahan yang tersedia. Negara melalui pemerintah dalam melakukan pembangunan mempunyai dasar yuridis yaitu fungsi sosial dimana pemerintah dapat mengambil alih atau mencabut hak atas tanah yang dimiliki rakyat untuk kepentingan umum. Permasalahan dalam penelitian ini adalah; bagaimanakah prinsip fungsi sosial mendasari pengadaan tanah dalam pembangunan kawasan industri Kabupaten Kendal? dan bagaimanakah perlindungan hukum pemegang hak atas tanah yang menolak pengadaan tanah untuk pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal?.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prinsip fungsi sosial untuk mendasari pengadaan tanah serta perlindungan hukum bagi pemilik tanah yang menolak pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal. Penelitian ini mengunakan metode pendekatan yuridis empiris dengan metode analisis data deskriptif analisis yaitu menganalisis dan mengolah data mengunakan data primer dan data sekunder yang dikumpulkan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengadaan tanah untuk pembangunan kawasan industri bisa didasari dengan prinsip fungsi social sesuai dengan pasal 6 UUPA. Namun fungsi sosial bersifat sukarela/kesadaran. Fungsi sosial disini tidak dapat dipaksakan karena pembangunan kawasan industri bukan merupakan pembangunan untuk kepentingan umum. Sedangkan pemilik tanah yang menolak pembangunan kawasan industri akan tetap dihargai/dihormati hak keperdataanya serta tanah miliknya akan tetap diberikan aksesbilitas untuk fasilitas umum.

Simpulan, pambangunan kawasan industri bisa didasari dengan perinsip fungsi sosial namun sifatnya secara sukarela dan tidak dapat dipaksakan. Sedangkan pemilik tanah yang menolak melepaskan hak atas tanahnya akan tetap dilindungi hak keperdataanya. Saran, pembangunan kawasan industri kedepanya bisa dikelola, dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah agar kawasan industri dapat dimasukan dalam pembangunan untuk kepentingan umum. Pengelola kawsan industri juga harus meghargai hak keperdataan pemilik tanah serta turut melibatkan pemilik tanah dalam pembangunan meski mereka menolak melepaskan hak atas tanahnya.


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

PERNYATAAN PUBLIKASI ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

TABEL ... xv

BAGAN ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Rumusan Masalah ... 12

1.5 Tujuan Penulisan ... 12

1.5.1 Tujuan Obyektif ... 12


(12)

xii

1.6 Manfaat Penelitian ... 13

1.6.1 Secara Teoritis ... 13

1.6.2 Secara Praktis ... 13

1.7 Sistematika Penulisan ... 14

1.8 Kerangka Berpikir ... 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 19

2.1 Tinjauan Umum Tanah ... 19

2.1.1 Pengertian Tanah ... 19

2.1.2 Jenis-Jenis Hak Penguasaan Atas Tanah (Hierarki) ... 21

2.1.2.1 Hak Bangsa Indonesia ... 21

2.1.2.2 Hak Menguasai Negara Atas Tanah ... 24

2.1.2.3 Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat ... 28

2.1.2.4 Hak-Hak Perseorangan Atas Tanah ... 29

2.1.3 Macam-Macam Hak Atas Tanah Perorangan ... 30

2.1.3.1 Hak Milik Atas Tanah ... 30

2.1.3.2 Hak Guna Usaha ... 31

2.1.3.3 Hak Guna Bangunan ... 31

2.1.3.4 Hak Pakai ... 32

2.1.3.5 Hak Sewa ... 32

2.1.3.5 Hak Membuka Lahan Dan Memungut Hasil Hutan ... 33


(13)

xiii

2.2 Fungsi Sosial Tanah ... 34

2.3 Tinjauan Umum Pembangunan ... 38

2.4 Tinjauan Umum Kepentingan Umum ... 39

2.5 Tinjauan Umum Kawasan Industri ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Pendekatan Penelitian ... 48

3.2 Jenis Penelitian ... 48

3.3 Fokus Penelitian ... 49

3.4 Lokasi Penelitian ... 49

3.5 Sumber Data ... 49

3.5.1 Sumber Data Primer ... 50

3.5.2 Sumber Data Skunder ... 50

3.6 Alat Dan Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.7 Validitas Data ... 55

3.8 Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Hasil Penelitian ... 57

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Kendal ... 57

4.1.1.1 Gambaran Umum Kawasan Industri Kendal ... 61


(14)

xiv

4.1.2 Fungsi Sosial Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kawasan Industri

Di Kabupaten Kendal ... 70

4.1.3 Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Tanah Yang Menolak ... 79

4.2 Pembahasan ... 85

42.1Fungsi Sosial Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kawasan Industri Di Kabupaten Kendal ... 85

4.2.2 Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Tanah Yang Menolak ... 94

BAB V PENUTUP ... 100

5.1 Simpulan ... 100

5.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(15)

xv TABEL


(16)

xvi BAGAN


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

4.1 Peta Kabupaten Kendal ... 60 4.2 Rencana Pembangunan Kawasan Industri Kendal ... 64


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Kesbangpol Kab.Kendal

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian BAPPEDA Kab. Kendal

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian PT. KIK

Lampiran 4 : Surat Izin Kantor Pertanahan Kab. Kendal

Lampiran 5 : Instrumen Wawancara Kantor Pertanahan Kab. Kendal

Lampiran 6 : Instrumen Wawancara Dinas Cipkataru Kab. Kendal

Lampiran 7 : Instrumen Wawancara BPMPT Kab. Kendal

Lampiran 8 : Peta RTRW Kab. Kendal Tahun 2011-2031

Lampiran 9 : Sertifikat Tanah Milik Bpk. Djasmo Wiranto


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Tanah merupakan sumber daya alam yang menunjang kehidupan orang banyak karena merupakan tempat tinggal dan mata pencaharian setiap orang, hal ini menunjukan bahwa tanah mempunyai hubungan yang sangat erat antara manusia dengan tanah. Tanah juga merupakan kekayaan nasional yang dibutuhkan baik individu ataupun badan hukum yang penguasaanya diatur oleh negara untuk digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) yang mengatakan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Pengaturan tentang tanah sendiri telah diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang selanjutnya disebut UUPA. Sementara di Indonesia sendiri, setiap orang mempunyai hak penguasaan atas tanah baik warga negara Indonesia asli maupun warga negara asing. Di Indonesia sendiri terdapat hak yang dapat dimiliki perorangan (individual) yakni; 1. Hak-hak atas tanah (hak atas tanah


(20)

2

primer dan sekunder), wakaf, hak jaminan atas tanah (hak tanggungan) (Boedi Harsono, 1990: 246)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan pengertian mengenai tanah, yaitu permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali. Pengertian tanah diatur dalam Pasal 4 UUPA dinyatakan sebagai

berikut: “Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud

dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum”. Sementara dalam pengertian konteks agraria, tanah berarti permukaan bumi paling luar berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan mengatur tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya saja yaitu aspek yuridisnya yang disebut dengan hak-hak penguasaan atas tanah. Dalam hukum, tanah merupakan sesuatu yang nyata yaitu berupa permukaan fisik bumi serta apa yang ada di atasnya (bangunan dan tanaman). Walaupun demikian adalah bukan tanahnya itu, melainkan kepada aspek kepemilikan dan penguasaan tanah serta perkembangannya. Objek kajianya sendiri adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban berkenaan dengan tanah yang dimiliki dan dikuasai dalam berbagai bentuk hak penguasaan atas tanah. Dengan demikian, yang dimaksud istilah tanah menurut Pasal di atas ialah Permukaan Bumi (Supriadi, 2010: 3).


(21)

3

Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagiaan tertentu permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar, yang dimaksud dengan hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dihaki. “Sesuatu” yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriterium atau tolak pembeda di antara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum Tanah (Boedi Harsono, 2003: 24). Atas ketentuan Pasal 4 ayat (2) UUPA, kepada pemegang hak atas tanah diberikan wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang di atasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan langsung yang berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Penguasaan tanah di Indonesia sendiri dibatasi oleh pemerintah sesuai dengan UUPA, di mana hanya warga negara Indonesia asli yang dapat memiliki Hak Milik atas tanah yang merupakan hak terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Menurut A.P. Parlindungan (1993: 124), kata-kata terkuat dan terpenuh itu bermaksud untuk membedakannya dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, hak pakai dan hak-hak lainya, yaitu untuk menunjukan bahwa diantara hak-hak atas tanah yang dipunyai orang, Hak Miliklah yang “ter” (paling kuat dan penuh). Namun, di sisi lain adanya fungsi sosial Pasal 6 UUPA


(22)

4

menyebutkan “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial” yang

mengakibatkan seseorang harus melepaskan hak atas tanahnya (apapun jenis hak atas tanah) demi kepentingan umum. Hal ini juga didukung dengan adaanya hierarki di mana hak menguasai negara kedudukanya lebih tinggi dibandingkan hak individual. Oleh karena itu kepentingan umum sebagaimana yang dimaksud dalam prinsip fungsi sosial tanah merupakan bagian dari hak menguasai negara di mana negara mempunyai wewenang untuk memanfaatkan tanah guna mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat sehingga mengharuskan seseorang yang mempunyai hak penguasaan tanah (hak individual) harus melepaskan haknya.

Dewasa ini peranan pembangunan dalam masa-masa sekarang ini, sangatlah dirasakan adanya peningkatan kebutuhan akan tanah untuk keperluan berbagai macam aspek dalam menumbuhkan pembangunan yang merata bagi lapisan masyarakat, terutama pembangunan dibidang fisik baik desa maupun kota. Akan tetapi banyaknya tanah yang tersedia untuk keperluan pembangunan sangatlah terbatas. Kebutuhan akan tanah sebagai salah satu penunjang pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, mengharuskan pemerintah melakukan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum yang berupa kegiatan pembangunan gedung sekolah, rumah sakit, pasar, stasiun kereta api, tempat ibadah, jembatan, pengadaan berbagai proyek pembuatan dan pelebaran jalan serta pembangunan lainnya memerlukan tanah sebagai sarana utamanya. Hal ini dilakukan pemerintah untuk menunjang sektor ekonomi, sosial, budaya


(23)

5

serta kesejahteraan masyarakat. Namun di sisi lain kegiatan yang dilakukan pemerintah ini kurang memperhatikan masyarakat setempat yang terkena imbas dari pembangunan, yang terpaksa melepaskan Hak Milik atas tanah mereka kepada pemerintah demi program pemerintah yang mengatasnamakan kepentingan umum.

Untuk terlaksananya peruntukan tanah bagi kepentingan masyarakat, dalam hal ini, negara memiliki landasan hukum yang kuat yang mengatur tentang peruntukan tanah bagi masyarakat dan kepentingan bangsa yang secara pasti dan cermat telah dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dan berlaku mengikat bagi seluruh Bangsa Indonesia. Pasal 6 Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria menyebutkan “Semua hak atas tanah

mempunyai fungsi sosial”. Seseorang tidak dibenarkan mempergunakan

atau tidak mempergunakan Hak Miliknya (atas tanah) semata hanya untuk kepentingan pribadinya, apalagi jika hal itu dapat merugikan kepentingan masyarakat karena sesuai dengan asas fungsi sosial ini Hak Milik dapat hapus jika kepentingan umum menghendakinya.

Prinsip "fungsi sosial" merupakan landasan yuridis negara untuk mengambilalih atau mencabut hak atas tanah yang dimiliki dan dikuasai

rakyat untuk “kepentingan umum”. Menurut ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia pemerintah memang di berikan wewenang untuk mengambil allih tanah penduduk guna keperluan pembangunan, tetapi


(24)

6

pengambilan itu tidak boleh di lakukan dengan sewenang-wenang tanpa memperdulikan masyarakat sekitar dan pemilik tanah. Dalam Pasal 18 UUPA disebutkan bahwa untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan Bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberiganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang.

Fungsi sosial Hak Milik atas tanah erat kaitanya, bahkan sering diidentikan dengan kepentingan umum, atau kepentingan pembangunan, bahkan kepentingan yang menunjang pembangunan nasional. Melalui berbagai penafsiran, ditemui berbagai peraturan pertanahan yang lebih berfungsi fasilitasi para pengusaha industri. Penafsiran, meliputi penafsiran tentang sifat fungsi sosial atas tanah yang sebenarnya baru merupakan konsepsi dengan asas-asas dan ketentuan-ketentuan pokok dalam UUPA dan beberapa undang-undang pokok lainya, sampai sekarang, belum cukup memasyarakat. Ketentuan-ketentuan yang merupakan penjabaran sifat fungsi sosial tampaknya belum dilaksanakan sebagaimana diharapkan pada waktu dibuatnya (Boedi Harsono, 1992: 291, David L. Callies, 1984).

Semakin pesatnya pembangunan disegala bidang termasuk di bidang ekonomi tak bisa terelakkan lagi yang mengakibatkan munculnya pembangunan sektor industri/industrialisasi guna menunjang pertumbuhan sektor ekonomi. Secara harfiah industrialisasi menunjuk pada


(25)

7

diperkenalkanya industri atau proses menuju industri, industrialisasi merupakan proses transformasi sosial dan ekonomi. Perubahan mencapai titik perubahan pandangan hidup yang semula agraris menjadi urban dan industrial (Mohammad Thoyibi, 1995: vii). Industrialisasi mendorong kebijakan negara untuk memberi kemudahan para investor dalam pengadaan tanah untuk industri. Pembebasan tanah di Indonesia sering ditemukan berbagai cara yang dilakukan agar seolah-olah untuk kepentingan umum. Kepentingan umum yang kenyataanya di dalam berbagai ketentuan perundang-undangan tidak didapati kriteria yang tegas tentang batasan kepentingan umum tersebut, yang ada hanyalah sebutan satu demi satu kegiatan yang termasuk dalam kategori kepentingan umum sebagaimana terdapat pada Pasal 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Seperti halnya pembangunan rumah sakit yeng menurut Pasal 10 merupakan salah satu kegiatan yang termasuk dengan kepentingan umum. Akah tetapi, apabila pembangunan rumah sakit yang dilakukan adalah untuk rumah sakit swasta apakah masih bisa di kategorikan sebagai kepentingan umum. Ketiadabatasan yang tegas ini sering menimbulkan kekaburan dalam pelaksanaanya karena apa yang oleh satu pihak anggap sebagai kepentingan umum dapat ditafsirkan lain oleh masyarakat, perbedaan persepsi inilah yang seringkali demikian tajam dan menimbulkan konflik pertanahan (Maria S.W.Sumardjono, 1990: 15). Oleh karena kepentingan umum yang berkaitan erat dengan fungsi sosial,


(26)

8

bahkan fungsi sosial Hak Milik atas tanah sering dijadikan cara untuk melegalkan pembebasan tanah oleh kelompok tertentu, yakni dengan dalih bahwa hak atas tanah bukan hak individualnya semata melainkan berfungsi sosial.

Fungsi sosial hak atas tanah, dapat juga ditafsirkan sebagai identik dengan fungsi pembangunan berbagai proyek pemerintah, bahkan juga dapat ditafsirkan sebagai fungsi-fungsi lain yang bersifat menunjang pembangunan, termasuk pembangunan kawasan industri (Yusriyadi, 2010: 43). Berlakunya fungsi sosial yang menjadikan seseorang harus melepaskan hak atas tanah untuk mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan individu. Termasuk kepentingan tanah untuk industri, maka kepentingan industrilah yang selalu dimenangkan. Adanya lembaga ganti rugi dalam pembebasan tanah yang menyebabkan terdesaknya kepentingan individu oleh kepentingan umum. Seperti pendapat Boedi Harsono yang mengatakan “bahwa meskipun kepentingan individu tidak boleh diabaikan, tetapi jika kepentingan umum menghendaki didesaknya kepentingan individu, hingga yang terakhir mengalami kerugian, maka kepadanya harus diberikan pengganti kerugian” (Boedi Harsono, 1999:287).

Menurut Yusriadi (2003), dari hasil pengamatan yang dilakukan dalam kasus-kasus pembangunan pendirian industri, ditemui hal-hal sebagai berikut; pertama, tidak semua pemilik tanah bersedia melepaskan


(27)

9

tanahnya. Sebagian dari mereka, bersedia dengan cara yang lain, sehingga disamping terjadi pelepasan hak melalui jual beli juga terjadi pelepasan hak melalui proses tukar menukar tanah. Dalam proses pembebasan tanah sering ditemui adanya berbagai “bujukan”, manipulasi, dan intimidasi. Bujukan misalnya dalam bentuk janji diterima sebagai pekerja industri yang didirikan. Manipulasi informasi dilakukan dengan menggunakan

istilah “proyek pembangunan”, sehingga berkesan bahwa industri yang

dibangun adalah untuk kepentingan pemerintah. Intimidasi misalnya dilakukan pada awal-awal pembangunan/pendirian industri, misalnya dengan cara pemanggilan oleh aparat desa atau kecamatan bagi pemilik tanah yang tidak atau belum bersedia melepaskan tanahnya. (Yusriyadi, 2010: 40)

Pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal yang sedang berlangsung saat ini perlu dilihat lebih lanjut apakah termasuk dalam kepentingan umum karena jika dilihat dari Pasal 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, bukanlah merupakan kegiatan yang termasuk dalam pembangunan bagi kepentingan umum. Namun di sisi lain, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya yang menambahkan arti kepentingan umum dengan kepentingan pembangunan yang berarti pembangunan kawasan industri termasuk dalam kategori pembangunan


(28)

10

menurut undang ini. Dengan demikian terdapat dualisme undang-undang yang bermakna berbeda tentang maksud dari kepentingan umum.

Pembebasan tanah untuk pembangunan industri/kepentingan swasta sebenarnya hanya bisa dilakukan dengan perjanjian jual beli antara pemegang hak atas tanah dengan pihak-pihak swasta yang memerlukan tanah yang secara khusus diatur seperti misalnya pengaturan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri selanjutnya disebut Permendagri Nomor 2 Tahun 1976 Tentang Penggunaan Acara Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Pemerintah Bagi Pembebasan Tanah Oleh Pihak Swasta yang telah digantikan dengan Keputusan Presiden selanjutnya disebut Keppres No. 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Pengaturan tersebut sering disalahgunakan dengan manipulasi tanah berkedok acara pembebasan tanah yang akhirnya tidak dapat ditolak masyarakat. Dalam UUPA terdapat ketentuan yang memungkinkan pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan umum yang diatur dalam Pasal 18, yang kemudian pelaksaanaanya diterbitkan Undang-Undang No. 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya. Dalam undang-undang ini menambahkan arti kepentingan umum dengan kepentingan pembangunan. Yang mengakibatkan Kebijakan negara di bidang pertanahan sangat dominan dan bahkan cenderung lebih berat ke kebijakan pembangunan, sehingga bisa bahkan rawan terjadi pembebasan tanah untuk industri yang merugikan pemegang hak atas


(29)

11

tanah. Dalam pembebasan tanah untuk industri, sering ditemui tekanan-tekanan dari pihak swasta maupun dari pihak pemerintah dengan mengatasnamakan kepentingan umum yang sangat erat kaitanya dengan fungsi sosial.

Oleh karena itu perlu adanya perlindungan bagi pemegang hak atas tanah yang dimiliki terhadap fugsi sosial hak atas tanahnya yang sering dijadikan sebagai upaya oleh oknum-oknum untuk melegalkan pembangunan. Khususnya kawasan industri yang termasuk dalam kepentingan pembangunan namun tidak termasuk dalam salah satu kegitan pembangunan kepentingan umum sesuai dengan undang-undang yang mengaturnya.

1.2

Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang permasalahan yang ada, maka penulis mengklasifikasikan masalah yang mungkin muncul yakni;

1 Fungsi sosial sebagai dasar dari pembebasan tanah untuk pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal.

2 Perlindungan hukum pemegang Hak Milik atas tanah terhadap fungsi sosial yang melekat atas tanahnya.


(30)

12

Agar dalam melakukan penelitian tidak menyimpang dari judul yang dibuat, maka penulis perlu melakukan pembatasan masalah untuk mempermudah masalah dan mempersempit ruang lingkup. Dalam hal ini, mengenai dasar pemberlakuan fungsi sosial terhadap pembangunan kawasan industri serta perlindungan hukum pemegang hak atas tanah yang melekat fungsi sosialnya.

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut;

1. Bagaimanakah prinsip Fungsi sosial mendasari pembebasan lahan dalam pembangunan kawasan industri Kabupaten Kendal?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum pemegang hak atas tanah yang menolak pembebasan tanah untuk pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal?

1.5

Tujuan Penulisan

Tujuan dimaksudkan untuk memberi arahan yang tepat dalam proses penulisan dan pelaksanaan agar penulis dalam melaksanakan penelitian berjalan lancar sesuai apa yang menjadi tujuan yang ingin dicapai, dalam penelitian ini penulis membagitujuan menjadi dua kelompok;


(31)

13

1. Untuk mengetahui apakah prinsip fungsi sosial dapat dijadikan sebagai dasar pembebasan lahan kawasan industri di Kabupaten Kendal.

2. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi masyarakat yang tidak setuju/menolak melepas tanah miliknya untuk pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal.

1.5.2 Tujuan Subyektif

1. Untuk memenuhi persyaratan formal bagi penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Strata 1 pada Program Studi Ilmu Hukum Universitas Negeri Semarang.

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta masukan pemikiran dalam ilmu hukum terutama dalam bidang hukum agraria yang dapat bermanfaat di kemudian hari.

1.6

Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat yang dapat diambil dari penelitian tersebut:

1.6.1 Secara Teoritis

Memiliki manfaat untuk memberikan informasi mengenai penggunaan dasar prinsip sosial serta perlindungan hukum bagi masyarakat terkait pembebasan lahan kawasan industri di Kabupaten Kendal.


(32)

14

Memiliki manfaat untuk memberi pengetahuan terkait pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal terkait dengan perinsip fungsi sosial.

1.7

Sistematika Penulisan

Pembahasan yang dilakukan dalam penulisan ini terbagi dalam bagian-bagian utama yang masing-masing berisikan sebagai berikut:

1. Bagian awal skripsi, memuat: sampul, lembar logo, judul, pengesahan kelulusan, pernyataan orisinalitas, pernyataan persetujuan publikasi ilmiah untuk kepentingan akademis, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, dan daftar isi.

2. Bagian pokok skripsi berisi:

1. BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat yang hendak dicapai, sistem penulisan serta kerangka berpikir dalam proses pencapaian hasil penelitian.

2. Bab II Tinjauan Pustaka berisi teori umum tentang dasar pemikiran yang akan digunakan penulis sebagai acuan menjawab permasalahan penelitian antara lain mengenai tinjauan umum tentang tanah dan hak atas tanah, pengertian dan penerapan Fungsi Sosial tanah, macam-macam hak atas tanah yang melekat fungsi sosial, tinjauan umum pembangunan dan klasifikasi sebuah


(33)

15

pembangunan agar termasuk dalam kategori pembangunan kepentingan umum.

3. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian yang dilakukan meliputi pendekatan penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitian, sumber data penelitian(primer dan skunder), alat dan teknik penguumpulan data, validitas data, serta analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan. Dalam bab ini akan membahas tentang hasil penelitian, yaitu mengenai gambaran umum Kabupaten Kendal, bagaimanakan prinsip fungsi sosial mendasari pengadaan untuk pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal dan perlindungan hukum bagi pemilik tanah yang menolak.

5. Bab V Penutup. Dalam Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan serta saran dari penulis berkaitan dengan prinsip fungsi sosial tanah dalam pengadaan tanah untuk kawasan industri di Kabupaten Kendal. 3. Bagian akhir skripsi, yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran. Isi

daftar pustaka memuat keterangan sumber literature yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Dan lampiran memuat sumber data dan keterangan yang melengkapi uraian skripsi.


(34)

16

1.8

Kerangka berpikir

Bagan 1.1: Kerangka Berpikir

UUPA

Fungsi Sosial (Pasal 6 UUPA)

Pembebasan Lahan

Setuju Tidak Setuju

Jual-Beli

(Pasal 2 ayat (3) Keppres No. 55 Tahun 1993)

? Izin Lokasi

Pembangunan Kawasan Industri

Tanah Masyarakat Pertanian

UUD I945

RTRW KAB. KENDAL PEMERINTAH


(35)

17 Deskripsi kerangka berfikir:

Dalam Pasal 6 UUPA semua hak atas tanah melekat fungsi sosial, yang berarti pemerintah dapat mengembil alih tanah tersebut guna untuk

“kepentingan umum”. Pemerintah Kabupaten Kendal saat ini sudah mengeluarkan izin pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal yang didasari dengan UU No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, Peraturan Pemerintah No. 142 Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri, Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Izin Lokasi, yang kemudian sudah masuk dalam Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Kendal. Namun, di sisi lain tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan kawasan industri juga sangat dibutuhkan warga atau masyarakat yang diperuntukan sebagai pertanian guna menunjang kehidupan sehari-hari. Pembangunan kawasan industri sendiri jika dilihat dari UU No. 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya, termasuk dalam pengertian yang dicantumkan tentang kepentingan umum. Namun, di sisi lain menurut Pasal 10 UU No. 2 tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum pembangunan kawasan industri tidak termasuk dalam kegiatan yang merupakan bagian dari pembangunan untuk kepentingan umum. Dengan perbedaan arti kepentingan umum dari kedua undang-undang tersebut maka perlu dicari tahu apakah pembangunan kawasan industri dapat didasari dengan prinsip fungsi sosial.


(36)

18

Pengadaan tanah dalam pembangunan kawasan industri menurut Permendagri No. 2 Tahun 1976 Tentang Penggunaan Acara Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Pemerintah Bagi Pembebasan Oleh Pihak Swasta yang telah digantikan dengan Keppres No. 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dalam Pasal 2 ayat (3), hanya dapat dilakukan dengan proses jual-beli bukan dengan ganti rugi. Proses jual jual-beli hanya dapat terjadi saat kedua belah pihak telah setuju dengan harga yang telah disepakati. Jika saat terjadinya jual beli kedua belah pihak setuju maka pembangunan kawasan industri dapat segera dilaksanakan. Namun, saat perjanjian jual beli tidak mendapati kata sepakat secara langsung dapat menghambat perolehan tanah untuk pembangunan kawasan industri mengingat pemilik tanah juga mempunyai wewenang untuk tidak melepaskan tanahnya. Padahal, perizinan pembangunan kawasan industri tersebut sudah dikeluarkan oleh pemerintah.


(1)

13

1. Untuk mengetahui apakah prinsip fungsi sosial dapat dijadikan sebagai dasar pembebasan lahan kawasan industri di Kabupaten Kendal.

2. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi masyarakat yang tidak setuju/menolak melepas tanah miliknya untuk pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal.

1.5.2 Tujuan Subyektif

1. Untuk memenuhi persyaratan formal bagi penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Strata 1 pada Program Studi Ilmu Hukum Universitas Negeri Semarang.

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta masukan pemikiran dalam ilmu hukum terutama dalam bidang hukum agraria yang dapat bermanfaat di kemudian hari.

1.6

Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat yang dapat diambil dari penelitian tersebut:

1.6.1 Secara Teoritis

Memiliki manfaat untuk memberikan informasi mengenai penggunaan dasar prinsip sosial serta perlindungan hukum bagi masyarakat terkait pembebasan lahan kawasan industri di Kabupaten Kendal.


(2)

14

Memiliki manfaat untuk memberi pengetahuan terkait pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal terkait dengan perinsip fungsi sosial.

1.7

Sistematika Penulisan

Pembahasan yang dilakukan dalam penulisan ini terbagi dalam bagian-bagian utama yang masing-masing berisikan sebagai berikut:

1. Bagian awal skripsi, memuat: sampul, lembar logo, judul, pengesahan kelulusan, pernyataan orisinalitas, pernyataan persetujuan publikasi ilmiah untuk kepentingan akademis, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, dan daftar isi.

2. Bagian pokok skripsi berisi:

1. BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat yang hendak dicapai, sistem penulisan serta kerangka berpikir dalam proses pencapaian hasil penelitian.

2. Bab II Tinjauan Pustaka berisi teori umum tentang dasar pemikiran yang akan digunakan penulis sebagai acuan menjawab permasalahan penelitian antara lain mengenai tinjauan umum tentang tanah dan hak atas tanah, pengertian dan penerapan Fungsi Sosial tanah, macam-macam hak atas tanah yang melekat fungsi sosial, tinjauan umum pembangunan dan klasifikasi sebuah


(3)

15

pembangunan agar termasuk dalam kategori pembangunan kepentingan umum.

3. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian yang dilakukan meliputi pendekatan penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitian, sumber data penelitian(primer dan skunder), alat dan teknik penguumpulan data, validitas data, serta analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan. Dalam bab ini akan membahas tentang hasil penelitian, yaitu mengenai gambaran umum Kabupaten Kendal, bagaimanakan prinsip fungsi sosial mendasari pengadaan untuk pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal dan perlindungan hukum bagi pemilik tanah yang menolak.

5. Bab V Penutup. Dalam Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan serta saran dari penulis berkaitan dengan prinsip fungsi sosial tanah dalam pengadaan tanah untuk kawasan industri di Kabupaten Kendal. 3. Bagian akhir skripsi, yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran. Isi

daftar pustaka memuat keterangan sumber literature yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Dan lampiran memuat sumber data dan keterangan yang melengkapi uraian skripsi.


(4)

16

1.8

Kerangka berpikir

Bagan1.1: Kerangka Berpikir

UUPA

Fungsi Sosial (Pasal 6 UUPA)

Pembebasan Lahan

Setuju Tidak Setuju

Jual-Beli

(Pasal 2 ayat (3) Keppres No. 55 Tahun 1993)

? Izin Lokasi

Pembangunan Kawasan Industri Tanah Masyarakat Pertanian UUD I945

RTRW KAB. KENDAL


(5)

17

Deskripsi kerangka berfikir:

Dalam Pasal 6 UUPA semua hak atas tanah melekat fungsi sosial, yang berarti pemerintah dapat mengembil alih tanah tersebut guna untuk “kepentingan umum”. Pemerintah Kabupaten Kendal saat ini sudah mengeluarkan izin pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kendal yang didasari dengan UU No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, Peraturan Pemerintah No. 142 Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri, Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Izin Lokasi, yang kemudian sudah masuk dalam Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Kendal. Namun, di sisi lain tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan kawasan industri juga sangat dibutuhkan warga atau masyarakat yang diperuntukan sebagai pertanian guna menunjang kehidupan sehari-hari. Pembangunan kawasan industri sendiri jika dilihat dari UU No. 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya, termasuk dalam pengertian yang dicantumkan tentang kepentingan umum. Namun, di sisi lain menurut Pasal 10 UU No. 2 tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum pembangunan kawasan industri tidak termasuk dalam kegiatan yang merupakan bagian dari pembangunan untuk kepentingan umum. Dengan perbedaan arti kepentingan umum dari kedua undang-undang tersebut maka perlu dicari tahu apakah pembangunan kawasan industri dapat didasari dengan prinsip fungsi sosial.


(6)

18

Pengadaan tanah dalam pembangunan kawasan industri menurut Permendagri No. 2 Tahun 1976 Tentang Penggunaan Acara Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Pemerintah Bagi Pembebasan Oleh Pihak Swasta yang telah digantikan dengan Keppres No. 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dalam Pasal 2 ayat (3), hanya dapat dilakukan dengan proses jual-beli bukan dengan ganti rugi. Proses jual jual-beli hanya dapat terjadi saat kedua belah pihak telah setuju dengan harga yang telah disepakati. Jika saat terjadinya jual beli kedua belah pihak setuju maka pembangunan kawasan industri dapat segera dilaksanakan. Namun, saat perjanjian jual beli tidak mendapati kata sepakat secara langsung dapat menghambat perolehan tanah untuk pembangunan kawasan industri mengingat pemilik tanah juga mempunyai wewenang untuk tidak melepaskan tanahnya. Padahal, perizinan pembangunan kawasan industri tersebut sudah dikeluarkan oleh pemerintah.