Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro Terhadap Pelanggaran Pemilu Legislatif Tahun 2014

ABSTRAK

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN FUNGSI PANITIA PENGAWAS
PEMILIHAN UMUM KOTA METRO TERHADAP
PELANGGARAN PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014

Oleh
YOSITA MANARA

Pemilu pada dasarnya harus langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil agar
terwujud pemilu yang demokratis. Namun pada kenyataannya masih banyak
praktik kecurangan yang menyebabkan maraknya praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme. Hal yang dianggap menarik oleh peneliti adalah apa yang telah
dilakukan oleh pengawas pemilu, polisi dan kejaksaan dalam menangani
pelanggaran yang terjadi dalam pemilu legislatif tahun 2014.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara serta dengan
teknik observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan proses
reduksi dan interpretasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa panitia pelaksana pemilu telah secara

efektif menjalankan tugas dan fungsinya terhadap proses penyelenggaraan Pemilu
Legislatif Kota Metro Tahun 2014 sesuai dengan fungsi dan tugas yang telah

diberikan. Sehingga membuat proses pelaksanaan pemilu legislatif di Kota Metro
berjalan dengan baik karena fungsi pengawasan dari Panitia Pengawas Pemilu
telah berjalan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

Kata kunci : Efektifitas, Panwaslu dan Pemilu

ABSTRAK

THE IMPLEMENTATION EFFECTIVENESS OF FUNCTION
CARE COMMITTEE TO GENERAL ELECTION AT METRO
CITY, TOWARD INFRACTION GENERAL ELECTION
LEGISLATIVE IN 2014 YEARS

Oleh
YOSITA MANARA

Basically general election must be directly, general, free, secret, honest and fair to

make democration in general election but in fact so many dishonest which it can
causes corruption, collusion, nepotism, those the interesting part for the researcher
for was general election supervisor do, police and direction in solving the
collision that happened in legislative general election 2014.
Methode of this research using qualitative descriptive. Technique collective data
in this research are doing with the interview technique, observation technique and
documentation. The data are getting will be analysis with reduction process and
interpretation.
The result of this research show that committee of general elections already
effectivedo their assignment and the function toward process of organizer general
legislative at metro city at 2014 appropriate with function and assigment who had

been giving. So it can make the implementation of legislative organizer general at
metro city has done with well becaude function of committee of general elections
appropriate with law are behave.

Keyword : Effectiviness, Suvervisior commite election, Election

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Kalirejo, pada tanggal 21 Juli 1992, anak
pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Herman S.E dan Ibu
Mutiara S.E
Jenjang Akademik Penulis dimulai dengan menyelesaikan
pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Teladan Metro pada tahun 1998,
Sekolah Dasar (SD) Pertiwi Teladan Metro diselesaikan tahun 2004, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) 3 Metro pada Tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di SMA Negeri 1 Metro yang diselesaikan pada tahun 2010.
Tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan
FISIP Universitas Lampung (Unila).

Persembahan
Bismillahirrohmanirrohim.... atas izin
Allah Swt, kupersembahkan karya tulis ku
ini untuk ke dua orang tua ku
Untuk ibu, terimakasih telah menjadi
semangat didalam diriku untuk selalu
berjuang dan tidak pernah lelah dalam
berdoa untuk kelancaran anakmu
Untuk Ayah, terimakasih telah memotivasi

dalam segala urusanku dan selalu
memberikan apa yang di butuhkan
anaknya

MOTO

“ Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan dan tidak ada perjuangan tanpa
pengorbanan ”

“ Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin
kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik ”

“ Saya datang, saya bimbingan, saya revisi, saya ujian dan saya MENANG”

( YOSITA MANARA)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidah-Nya skripsi yang berjudul “Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Panitia

Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro Terhadap Pelanggaran Pemilu Legislatif
Tahun 2014” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga
penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari
berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak
masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Himawan selaku Pembimbing Akademik.
4. Bapak Drs. Sigit Krisbintoro, MIP selaku Pembimbing Utama yang telah
banyak membantu, membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, saran,

dan motivasi kehidupan. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga Allah

SWT melindungi Bapak. Amin
5. Bapak Drs. Budi harjo, MIPselaku Pembimbing Kedua yang telah banyak
memberikan masukan, saran, semangat dan motivasi dalam penyelesaian
skripsi ini. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga Allah SWT
melindungi Bapak. Amin
6. Bapak Dr. Suwondo, MA selaku penguji dan pembahas yang telah
memberikan kritik dan saran kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga Allah SWT melindungi
Bapak. Amin
7. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang
diberikan kepada

penulis selama menuntut

ilmu di Jurusan Ilmu

Pemerintahan.
8. Staf Akademik, StafKemahasiswaan, mba Nurma (pengawas ruang baca) yang
telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi.
9. Seluruh informan Ketua KPU Bapak Rahmatul Ummah Spd, Ketua Panwaslu

Bapak Giono S,Ag, Gakkumdu Bapak Lilik Irawadi, LSM Bapak Anton S.H.
Terimakasih atas bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Terkhusus kepada orang tuaku, Ayahanda Herman S.Eterimakasih atas doa
dan dorongan yang selalu engkau berikan, terimakasih atas amarah atas
peraturan yang kau buat sehingga mengingatkan kepada hidup yang harus
memiliki aturan dan tujuan yangjelas. Ibu Mutiara S.E yang tidak kenal lelah
memberikan arahan untuk menjadi seorang ibu yang baik. InsyaAllah mulut

ku tidak akan pernah kering untuk terus mendoakan kalian. Sehat terus kalian
berdua.
11. Teruntuk Adik-Adik ku terkasih Filano Manara dan Mega Meilisa Manara, yai
oci berharap kelak kalian bisa menjadi anak yang berguna dan membanggakan
untuk keluarga. Aminnn...
12. Keluarga Harmara untuk Papah Hardiyus, Mama Asmara terimakasih telah
memberikan tempat untuk berteduh dan selalu mensuport apa yang telah
kulakukan. Buat Iyay Febriano Harmara S.E , Aja Julian Harmara Sip,
M.Ferianta Harmara dan Sevira Harmara terimakasih telah menemani
bercanda gurau setiap harinya. Tanpa kalian semua hidup terasa hampa,hhe
13. Terimakasih juga kepada Edward Rifai S.I yang telah membantu, selalu
menemani, selalu mensuport pengerjaan skripsi ini dari awal sampai akhir.

14. Semua teman-teman tercinta Jurusan Ilmu Pemerintahan 2010 Dita Purnama
S.IP, Eka Mala Sari S.IP, Yurike Pratiwi S.IP, Dinda Nindika S.IP, Ety Nur
S.IP, Novi Nurhana S.IP, Rike Prisina S.IP, Retno Mahdita S.IP, Antarizky
S.IP, Ryan Maulana S.IP, Dicky Renaldi S.IP, Dewi Astriya S.IP, Syintia Dwi
Utami S.IP, Aditya Darmawan S.IP, Aris Gunawansyah S.IP, Danni Setiawan
S.IP, Ricky Ardhian S.IP, Setya Aji S.IP, Yudha Satria Novandra S.IP,
Tiffany Anandhini Putri S.IP, Pebri Dwi S.IP, Ikhwan Efrial S.IP, Alam Patria
S.IP, Uli Kartika S.IP, Ayu Mira Asih S.IP, Maulana RendraYudha S.IP dan
lainnya,semoga kita semua sukses kedepannya kawan.
15. Temen-temen KKN Lalak, Fida, Ida, Dani, Rendi, Angga, Bang yo, Kak
Ganda, dan Aziz. Semoga bisa bertempur UNO lagi yeachh..Are you ready
Mameent..

16. Untuk peneliti sendiri, ingatlah selalu bahwa hidup harus dapat dikendalikan
dengan akal fikiran dan hati yang seimbang.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.

Bandar Lampung, November 2014

Penulis

Yosita Manara

i

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....i
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...…..iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 11
1.Kegunaan Teoritis Penelitian ................................................................. 11
2.Kegunaan Praktis Penelitian .................................................................. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektifitas .................................................................................................. 12

1. Definisi Efektiftas ................................................................................. 12
2. Indikator Pengukuran Efektifitas .......................................................... 13
3. Ukuran Efektifitas ................................................................................. 14
B. Pengawasan ............................................................................................... 16
1. Definisi Penggawasan ........................................................................... 16
2. Prinsip-Prinsip Pengawasan .................................................................. 19
3. Tujuan Pengawasan ............................................................................... 20
4. Jenis-Jenis Pengawasan ........................................................................ 20
5. Cara-Cara Mengawasi ........................................................................... 22
C. Pelanggaran…. .......................................................................................... 24
1. Definisi Pelanggaran ............................................................................ 25
2. Pelanggaran Administrasi .................................................................... 25
3. Pelanggaran Pidana ............................................................................... 26
D. Pemilihan Umum Legislatif…. ................................................................. 26
1. Definisi Pemilu ................................................................................... 26
2. Fungsi Pemilu ....................................................................................... 28
3. Pemilu Legislatif ................................................................................... 29
E. Kewenangan ............................................................................................. 29
1. Definisi Kewenangan ............................................................................ 29
2. Sifat Kewenangan ................................................................................. 31

Sumber Kewenangan ................................................................................ 31
4. Kewenangan Berdasarkan Undang-Undang ........................................ 32
F. Kerangka Pikir ........................................................................................... 36

i

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe Penelitian .......................................................................................... 39
B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 40
C. Informan .................................................................................................... 40
D. Jenis Data .................................................................................................. 42
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 42
F. Teknik Pengolaan Data ............................................................................. 43
1. Tahap Editing ...................................................................................... 43
2. Tahap Coding ...................................................................................... 43
G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 44
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Panwaslu ........................................................................ 46
B. Visi dan Misi Panwaslu ............................................................................. 49
C. Tujuan Panwaslu ....................................................................................... 49
D. Tugas dan Wewenang Panwaslu ............................................................... 50
E. Struktur Organisasi Panwaslu................................................................... 53
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelanggaran Pemilu Legislatif................... .............................................. .54
B. Efektifitas Pelaksanaan Pemilu Legislatif..... ....................................... .....67
C. Tindak Lanjut Pelanggaran Pemilu........ ............................................... ....84
VI. SIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan............ .................................................................. .................93
B. Saran............ ......................................................................................... .....94
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 1 Daftar Pelanggaran Pemilu Legislatif Kota Metro…………………………………….. 8
Tabel 2 Pelanggaran Pemilu Legislatif Kota Metro Tahun 2014………...............73
Tabel 3 Tindak Lanjut Pelanggaran Pemilu Legislatif Kota Metro……………... 79

ii

DAFTAR SINGKATAN

DPR

: Dewan Perwakilan Rakyat

DPD

: Dewan Perwakilan Daerah

DPRD

: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPT

: Daftar Pemilih Tetap

APK

: Alat Peraga Kampanye

TPS

: Tempat Pemungutan Suara

KPU

: Komisi Pemilihan Umum

KPPS

: Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara

LSM

: Lembaga Swadaya Masyarakat

PANWASLU : Panitia Pengawas Pemilihan Umum
GAKKUMDU : Penegakan Hukum Terpadu

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi
jabatan-jabatan politik baik di pemerintah maupun di legislatif. Pelaksanaan
pemilihan umum dinegara Indonesia dilaksanakan 5 tahun sekali. Di Indonesia
pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih anggota lembaga perwakilan
yaitu DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden.

Pemilu merupakan perwujudan keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan.
Rakyat memiliki hak untuk memilih dengan bebas wakil-wakilnya yang akan
ikut menyelenggarakan kegiatan pemerintahan. Pemilu bukan semata-mata alat
untuk merebut kekuasaan, tetapi sarana demokrasi guna mencapai kesepakatan
tentang siapa yang berhak menduduki tempat kekuasaan.

Partai politik merupakan aktor utama pemilu legislatif karena partai merupakan
peserta dalam kompetisi ini. Partai politik memiliki andil yang besar dalam
mendapatkan wakil rakyat yang berkualitas, sebab hal tersebut berkaitan
dengan salah satu fungsi partai politik yaitu sarana rekrutmen politik. Melalui

2

proses rekrutmen sekaligus proses seleksi ditingkat partai inilah nantinya akan
diperoleh calon-calon legislatif yang berkualitas.

Pemilu yang berdasarkan azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
hanya dapat terwujud apabila penyelenggara pemilu mempunyai integritas
yang tinggi serta memahami dan menghormati hak-hak sipil dan politik dari
warga negara. Penyelenggara pemilu yang lemah akan berpotensi menghambat
terwujudnya pemilu yang berkualitas. Salah satu faktor penting bagi
keberhasilan

penyelenggaraan

pemilu

terletak

pada

kesiapan

dan

profesionalitas penyelenggara pemilu itu sendiri, yaitu Komisi Pemilihan
Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggaraan
Pemilu sebagai satu kesatuan penyelenggaraan pemilu.

Pemilu 2014 dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang No 8 tahun 2012
tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ada lima hal yang
secara prinsip sangat berbeda antara Pemilu 2009 dengan Pemilu 2014, yaitu
meliputi sistem pendaftaran pemilih, peserta pemilu, pembentukan daerah
pemilihan, sistem pemungutan suara dan sistem penghitungan suara.

1. Sistem pendaftaran pemilih pada Pemilu 2009, DPT dibuat berdasarkan
pendekatan de jure

( berbasis KTP). Sedangkan proses pendaftaran

pemilih pada Pemilu 2014 menggunakan sistem de facto (setiap warga
negara). Berdasarkan perbedaan tersebut Pasal 40 UU No 8 Tahun 2012
menyatakan bahwa bagi warga negara yang sudah memenuhi syarat tetapi

3

tidak memiliki identitas apapun, maka KPU wajib mendaftar, yaitu
dimasukkan kepemilih khusus.
2. Teknis pemberian suara pada pemilu 2009 dengan sistem contreng hingga
diperbolehkan juga menggunakan sistem coblos yang dianggap tetap sah.
Sedangkan teknis pemberian suara pada pemilu 2014 teknisnya kembali ke
mencoblos.
3. Peserta pemilihan umum tahun 2009 tidak perlu diverifikasi ulang untuk
dapat mengikuti pemilu tahun 2014 sebagaimana partai politik baru.
Sedangkan peserta pemilihan umum tahun 2014 partai politik yang tidak
memenuhi parliamentary threshold (ambang batas) harus mengikuti
verifikasi dengan syarat yang lebih berat.
4. Perhitungan suara pada tahun 2009 parliamentary threshold (ambang
batas) hanya diberlakukan untuk DPR RI. Untuk DPRD tidak
menggunakan parliamentary threshold (ambang batas). Sedangkan pada
pemilu tahun 2014 parliamentary threshold (ambang batas) berlaku secara
nasional untuk pemilu DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
5. Pembentukan daerah pemilihan pada tahun 2009 jika ada sisa suara DPR
RI, diakumulasi ditingkat provinsi dari dapil masing-masing. Sedangkan
pada tahun 2014 setelah dilihat partai politik memenuhi PT 3,5% dari suara
sah nasional maka parpol diikutkan dalam perhitungan kursi dipusat dan
daerah.

Perubahan aturan dalam penyelenggaraan pemilu yang selalu berubah-ubah ini,
menjadi tantangan bagi KPU untuk mensosialisasikannya. Selain terdapat
perbedaan aturan dalam pelaksanaan pemilu, KPU juga dihadapkan oleh

4

beberapa titik kritis yang potensial terjadi pelanggaran, titik kritis pelanggaran
yaitu :
1. Pada saat pendaftaran pemilih
2. Pada saat pendaftaran calon peserta pemilu
3. Pada saat kampanye
4. Pada saat hari tenang
5. Pada saat pemungutan dan perhitungan suara
Pemilihan umum dari masa kemasa selalu memunculkan persoalan baru pada
pelaksanaannya baik sisi peraturan perundang-undangan yang selalu berubahubah maupun persoalan terhadap integritas penyelenggara pemilu. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya gugatan yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi,
maupun pada masa akhir jabatan komisioner, selalu ada beberapa orang yang
tersangkut masalah hukum. (http://www.lampost.co/berita/kpud-tekan-angkagolput, diakses pada 20 April 2014)

Pelaksanaan pengawasan pemilihan umum sebagaimana diatur dalam UndangUndang 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum pasal 77 ayat
1, bahwa tugas dan wewenang Panwaslu Kabupaten/Kota yaitu mengawasi
tahapan penyelenggaraan pemilu di wilayah Kabupaten/Kota, menerima
laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan mengenai pemilu, dan menyelesaikan temuan dan laporan sengketa
penyelenggaraan pemilu yang tidak mengandung unsur tindak pidana.

5

Pengawasan penyelenggaraan pemilu tersebut diberikan kepada Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan jajaran dibawahnya yaitu Panitia Pengawas
Pemilihan Umum (Panwaslu). Panwaslu adalah suatu kepanitiaan yang
dibentuk berdasarkan undang-undang yang bersifat independen yang bertugas
mengawasi tahapan-tahapan Pemilu. Pengawas pemilihan umum (Panwaslu)
berkaitan dalam Pemilu untuk mengawasi jalannya tahapan-tahapan pemilu
dari pemutakhiran data pemilih sampai dengan pengucapan sumpah janji
Anggota DPR, DPD, dan DPRD agar proses pemilihan umum berjalan
langsung umum bebas rahasia jujur dan adil.

Pengawasan terhadap pelaksanaan pemilu sebagaimana diatur dalam UndangUndang 15 tahun 2011 pasal 77 ayat 1, dilaksanakan mulai dari tahap
pemutakhiran data sampai dengan pengucapan sumpah janji anggota legislatif
terpilih. Dari tahapan-tahapan pemilu tersebut, hampir semua tahapan rawan
terhadap pelanggaran. Beberapa catatan pelanggaran yang terjadi dalam
pelaksanaan pemilu terdapat pelanggaran berupa pemilih ganda, APK (alat
peraga kampanye), money politik yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Untuk periode Desember 2013 – Januari 2014 panwaslu dan jajaran
kebawah melakukan pendataaan dengan cara turun kelapangan untuk
memastikan bahwa atribut atau alat peraga kampanye benar-benar telah
sesuai dengan undang-undang dan peraturan KPU serta zona yang telah di
tetapkan oleh KPU Kota Metro. Adapun hasil pendataan dilapangan
ditemukan alat peraga kampanye yang melanggar atau tidak sesuai peraturan
yang berlaku berdasarkan sebaran wilayah Metro Pusat 28 alat peraga
kampanye, Metro Utara 54 alat peraga kampanye, Metro Timur 412 alat

6

peraga kampanye, Metro Barat 70 alat peraga kampanye dan Metro Selatan
23 alat peraga kampanye. (sumber: Panwaslu Kota Metro)

Hasil pengawasan dilapangan berupa pemasangan alat peraga yang tidak
sesuai penempatannya sebanyak 587 APK (alat peraga kampanye). Panwaslu
Kota Metro dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya melakukan
pemanggilan terhadap peserta pemilu yang melanggar untuk melakukan
penertiban sendiri, hanya saja setelah diberi waktu sesuai dengan kesepakatan
ternyata masih banyak yang melanggar sehingga dibuat surat rekomendasi
kepada Pemerintah Daerah dan KPU Kota Metro untuk melakukan penertiban
APK (alat peraga kampanye) bersama dengan tim gabungan yang dipimpin
oleh Kasat POLPP. (sumber: Panwaslu Kota Metro)

Selain itu ditemukan pelanggaran lainnya seperti pemilih ganda juga
mengakibatkan hasil yang tidak akurat sehingga pemilih fiktif terhitung di
Daftar Pemilih Sementara dan DPT selalu bermasalah di tingkat PPS, PPK,
Kota bahkan provinsi. Pemilih yang diragukan dan bisa jadi data tersebut
ganda di dasari dengan perbedaan dengan jumlah pendudukyang berdasarkan
dengan E-KTP dan DP4 yang berasal dari Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil.

Pada tahapan masa kampanye, panitia pengawas pemilihan Kecamatan Metro
Selatan menemukan beberapa pelanggaran administrasi seperti pemasangan
bendera dan atribut caleg tidak pada tempatnya sehingga mengganggu lalu
lintas jalan raya. Pemasangan baliho dan stiker caleg juga disembarang
tempat tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Bentuk penanganan

7

pelanggaran administrasi tersebut panitia pengawas pemilihan kecamatan
memberi peringatan pada peserta pemilu melalui teguran lisan dan
merekomendasikan Pemkot setempat untuk menertibkannya. (sumber :
Panwascam Metro Selatan Tahun 2009)

Selain itu Panwaslu juga menangani kasus yang di tindak lanjuti yaitu
Supriadi Darma Caleg dari Partai Golkar Daerah Pemilihan III menggunakan
Kendaraan Dinas saat Kampanye Terbuka melanggar Pasal 84 Huruf H,
menggunakan Fasilitas Pemerintah di kenakan hukum oleh Pengadilan Negeri
Kota Metro 3 bulan penjara dengan masa percobaan 6 bulan dan denda Rp
6.000.000. Yang bersangkutan menggunakan mobil dinas pada saat
kampanye partai golkar di lapangan Rejomulyo Metro Selatan. ( sumber :
Panwascam Metro Selatan Tahun 2009)

Mengenai perhitungan dan rekapitulasi hasil penghitungan suara masih
banyak celah terjadinya manipulasi pada pembuatan berita acara dan sertifikat
penghitungan suara yang tidak sama dengan hasil perhitungan suara yang
disaksikan oleh masyarakat, karena tidak semua peserta pemilu menempatkan
saksi di setiap TPS dan keterbatasan jangkauan Panwaslu mengawasi
perhitungan suara di setiap TPS. Pengumuman hasil perhitungan suara yang
dipasang di TPS hanya selama TPS ada (tidak lebih dari sehari), sehingga
para saksi peserta pemilu kesulitan untuk mengakses hasil perhitungan suara
di setiap TPS. Panwaslu menggunakan kewenangannya dengan cara
mengawasi melalui masyarakat atau saksi calon untuk mengakses hasil

8

perhitungan suara di TPS maupun hasil rekapitulasi hasil perhitungan suara di
setiap tingkatan. (sumber : http//www.Radar Lampung.com)
Panwaslu juga telah menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh
Caleg Partai Golkar yang telah melakukan politik uang saat perayaan Hut
Golkar Metro. Caleg Partai Golkar membagi-bagikan uang, sembako, dan
hadiah kepada masyarakat. Panwaslu langsung menindaklanjuti dengan
memeriksa caleg yang terindikasi melakukan politik uang tersebut. Praktik
bagi-bagi uang dan pembagian sembako menjadi satu bentuk politik uang
yang dilarang. Dalam UU No 8 tahun 2012 tentang pemilihan umum DPR,
DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Pelaku akan dipidana dan
di lanjutkan ke Gakkumdu (Sentra Penegakan Hukum Terpadu) (sumber :
Panwaslu Kota Metro Tahun 2009)
Berikut data mengenai Jenis Pelanggaran, Sanksi dan Tindakan Panwaslu
terhadap pelanggaran pemilu :
Tabel 1. Data Pelanggaran Pemilu Legislatif Kota Metro
No
Jenis Pelanggaran
Sanksi
Tindakan
1 Pemasangan bendera UU No 15 Tahun
Memberi peringatan
dan atribut caleg di
2013 Pasal 17
pada peserta pemilu
lintas jalan raya
menyebutkan bahwa melalui teguran lisan
alat peraga
dan
kampanye tidak di
merekomendasikan
pasang di jalan
Pemkot untuk
protokol, jalan bebas menertibkannya
hambatan sarana,
dan prasarana
publik, taman, dan
pepohonan
2 Menggunakan
Pasal 84 Ayat 1 UU Dikenakan hukuman
kendaraan dinas saat Pemilu Legislatif
oleh Pengadilan
kampanye terbuka
merumuskan secara
Negeri 3 bulan
tegas pelaksana,
penjara dengan masa
peserta dan petugas
percobaan 6
kampanye di larang
bulandan denda Rp
menggunakan
6.000.000

9

fasilitas pemerintah,
tempat ibadah dan
tempat pendidikan
3 Caleg melakukan
Pasal 301 Ayat 1
pelanggaran
menyebutkan setiap
membagi-bagikan
pelaksana kampanye
uang, sembako dan
pemilu yang
hadiah kepada
menjanjikan atau
masyarakat
memberikan uang
atau materi lainnya
sebagai imbalan
kepada peserta
kampanye pemilu
bisa dipenjara dan di
denda
4 Pemilih ganda
UU No 8 Tahun
mengakibatkan hasil 2012 Pasal 309
yang tidak akurat
menyebutkan setiap
sehingga pemilih
orang dengan
fiktif terhitung di
sengaja melakukan
Daftar Pemilih (DP)
perbuatan yang
menyebabkan
peserta pemilu
mendapat tambahan
suara lebih dari 1
TPS atau lebih di
pidana dengan
pidana penjara 1
tahun 6 bulan dan
denda Rp
18.000.000
5 Perhitungan dan
UU No 15 Tahun
rekapitulasi
2011 Pasal 45
menyebutkan tidak
mengumumkan
rekapitulasi hasil
perhitungan suara
diseluruh TPS di
wilayah kerjanya,
tidak membuat berita
acara serah terima
kotak suara dan tidak
menindaklanjuti
dengan segera
temuan dan laporan
yang disampaikan
PPL
Sumber : Panwaslu Kota Metro 2009

Memeriksa caleg
yang terindikasi
melakukan politik
uang serta pelaku
akan di pidana dan
di lanjutkan ke
Gakkumdu

Menindaklanjuti
masalah tersebut
serta melakukan
pemeriksaan
terhadap pihak-pihak
terkait

Mengawasi melalui
masyarakat atau
sanksi calon untuk
mengakses hasil
perhitungan suara
TPS maupun
rekapitulasi
perhitungan suara di
setiap tingkatan

10

Kelemahan-kelemahan yang dimiliki dalam penanganan pelanggaran yaitu
kurangnya pemahaman tentang apa itu pelanggaran pidana pemilu diantara
aparat yang menanganinya, yaitu pengawas pemilu, polisi dan kejaksaan,
serta para hakim yang menyidangkan perkara. Maupun tiadanya limitasi
waktu dalam penanganan kasus-kasus pelanggaran pemilu yang terjadwal
ketat.

Sehingga pada pemilu 1999, pengawas pemilu melaporkan 236 kasus
pelanggaran pidana ke kepolisian. Dari jumlah tersebut setelah diproses
kepolisian dan kejaksaan hanya 24 kasus yang dilimpahkan ke pengadilan.
Hingga tahapan pemilu 1999 selesai tidak ada satu pun perkara di pengadilan
yang menghasilkan vonis berkekuatan hukum tetap. Baru 2 tahun kemudian,
Mahkamah Agung memvonis 4 perkara pidana pemilu dan nasib 20 perkara
pidana lainnya tidak jelas kepastiannya. Untuk pemilu legislatif 2004 terdapat
1.022 vonis dan ternyata pengawas pemilu telah menyerahkan ke kepolisian
2.413 kasus pemilu legislatif. Itu artinya kurang dari separuh kasus yang
diserahkan pengawas kekepolisian yang berbuah vonis. Untuk pemilu
legislatif 2009 terdapat 624 laporan kasus pelanggaran, yaitu pelanggaran
administratif dan tindak pidana. Jumlah tindak pidana pemilu terbesar terjadi
di Provinsi Lampung sebesar 15 kasus.
(http:/www.reformasihukum.org/EN/file/buku/PanduanPemantauanPenangan
anPelanggaranPidanaPemilu 2009.pdf, diakses pada 8 Mei 2014)
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti Efektifitas
Pelaksanaan Fungsi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro terhadap
Pelanggaran Pemilu Legislatif Tahun 2014

11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimanakah Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Panitia
Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro terhadap Pelanggaran Pemilu
Legislatif Tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui Bagaimanakah Efektifitas Pelaksanaan Fungsi
Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro terhadap Pelanggaran Pemilu
Legislatif Tahun 2014?

D. Kegunaan Penelitian
Adanya hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat”
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan studi tentang ilmu
pemerintahan khususnya studi tentang pemilu.
2. Secara Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi panwaslu dalam
melaksanakan pengawasan pemilu.

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektifitas

1. Definisi Efektifitas

Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti sesuatu
yang

dilakukan

berhasil

dengan

baik.

Kamus

ilmiah

popular

mendefinisikan efektifitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna dan
menunjang tujuan.

Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan didalam setiap organisasi kegiatan ataupun program.
Bisa disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang
telah ditentukan.Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip
Soewarno Handayaningrat S. (1994:16) yang menyatakan bahwa
“Efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya”.
Menurut The Liang Gie (1997:108) dalam Abdul Halim (2004:166) yang
dimaksud dengan efektifitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai
akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan sesuatu perbuatan
dengan maksud tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu

13

dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud
sebagaimana yang dikehendakinya. Dengan demikian efektifitasadalah
ketercapaian tujuan yang diperoleh oleh seseorang sehinggaapa yang ingin
mereka capai dalam suatu kegiatan yang mereka lakukan telah mampu
mereka capai.

Menurut F. X Soedjadi dalam Teguh Prasetyo (2002:220) mengemukakan
bahwa efektifitas adalah berhasil guna (effective), bahwa kegiatan yang
telah dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Dengan demikian efektifitas yang dimaksud adalah apakah
mereka telah mampu melaksanakan kegiatan resmi sesuai dengan rencana
yang mereka miliki.

Dari beberapa pendapat diatas mengenai efektifitas dapat disimpulkan
bahwa efektifitas adalah suatu kegiatan yang menunjukkan tingkat
keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.Selain itu efektifitas dapat berarti suatu
pendekatan yang digunakan untuk melihat tercapainya atau tidak
tercapainya tujuan dalam rencana yang telah ditetapkan.

2. Indikator Pengukuran Efektifitas

Menurut Sutarto (1998:63) mengemukakan bahwa tujuan yang efektif
menambah semangat semua anggota organisasi untuk bekerja kearah
tujuan yang sama. Tujuan yang efektif memberikan tingkat pengukur yang
obyektif untuk mengukur, membanding dan menilai pelaksanaan. Tujuan

14

yang efektif juga dapat menjadi perangsang yang baik karena tujuan
mempermudah bagi anggota untuk menyempurnakan tujuan pribadinya
dalam bekerja untuk organisasi.
Menurut Siagian (1986:33) mengemukakan bahwa ukuran untuk
mengetahui efektifitas suatu organisasi mencakup tentang :
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan
3. Proses analisa dan perumusan kebijaksanaan yang mantap
4. Perencanaan yang matang
5. Penyusunan program yang tepat
Menurut Effendy (1989: 14) menjelaskan indicator efektifitas adalah
tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.
Berkaitan dengan penjelasan indikator-indikator efektifitas diatas, maka
tercapainya tujuan dan sasaran dapat mengetahui apakah pelaksanaan
rencana dapat dikatakan efektif atau sebaliknya.;
3. Ukuran Efektifitas
Efektifitas akan menjadi lebih jelas apabila memiliki arah dan tujuan untuk
mencapai sesuatu yang diharapkan. Pemahaman tentang efektifitas jika
dilaksanakan untuk mencapai tujuan secara kolektif seperti yang dilakukan
dalam suatu organisasi, maka penerapan efektifitas akan mewujudkan

15

tercapainya tujuan-tujuan organisasi sesuai dengan harapan yang telah
ditetapkan melalui kegiatan-kegiatan yang telah dijadwalkan.

Tingkat efektifitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana yang telah ditentukan dengan hasil yang telah diwujudkan.Jika
usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak dapat
sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang di
harapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.
Menurut Emerson dalam Handayaningrat (1996:16), Efektifitas adalah
pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan.
Jadi apabila tujuan tersebut telah tercapai baru dapat dikatakan efektif.
Sedangkan menurut Steers, Richarcd M (1985:206) mengatakan mengenai
ukuran efektifitas sebagai berikut :
1. Kemampuan menyesuaikan diri
Kemampuan

organisasi

untuk

mengubah

prosedur

standar

organisasinya jika lingkungan berubah, untuk mencegah kekacauan
terhadap rangsangan lingkungan.
2. Produktifitas
Kuantitas yang dihasilkan organisasi dapat diukur menurut 3 tingkatan,
yaitu tingkatan individu, kelompok dan keseluruhan organisasi.
3. Kepuasan Kerja
Tingkat

kesenangan

yang

dirasakan

seseorang

atas

peranan

pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa
mereka mendapat imbalan yang setimpal dari bermacam-macam aspek
situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada.

16

4. Pencarian Sumber Daya
Kemampuan

suatu

organisasi

untuk

mengintegrasikan

dan

mengkoordinasikan berbagai sub sistem memerlukan sumber daya
yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

Berkaitan dengan pengertian efektivitas yang telah diuraikan diatas, maka
efektifitas yang telah ditentukan dan direncanakan dapat berjalan dengan
baik atau sebaliknya.
B. Pengawasan

1. Definisi Pengawasan

Kata “pengawasan” secara etimologi terdiri dari suku kata, yaitu “awas”
yang berarti hati-hati (untuk peringatan), dengan imbuhan “pe” dan “an” di
awal dan akhir suku kata sehingga membentuk kata “pengawasan” yang
dapat diartikan sebagai “penilikan dan penjagaan serta pengarahan
kebijakan”.Sedangkan secara terminologi, kata “pengawasan” ini dalam
determinan

ilmu

administrasi,tidak

dapat

dipisahkan

dari

kata

perencanaan, sehinggaSondang P. Siagian mendefinisikannya sebagai
“proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi
untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”.
Pengawasanmemiliki relevansi dengan fungsi-fungsi manajemen dalam
ilmu administrasi,sehinggadapat disimpulkan bahwa “tanpa rencana tidak
mungkin dapat melakukan pengawasandan

rencana tanpa pengawasan

17

akan memberi peluang munculnya penyimpangan-penyimpangan tanpa
ada alat yang dapat dipergunakan untuk mencegahnya”.
Jika kata pemilu ini dikaitkan dengan kata “pengawasan” sebagaimana
telah didefinisikan sebelumnya akan membentuk frasa yang sangat fokus
dan signifikan, yaitu “penilikan, penjagaan dan pengarahan kebijakan
pelaksanaan pemilu” atau dapat diartikan pula “proses pengamatan
pelaksanaan seluruh kegiatan pemilu untuk menjamin agar semua
pekerjaan yang sedang dilakukan dalam pemilu berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan”.
Tidak dapat dihindari bahwa masing-masing fungsi pimpinan berhubungan
erat satu sama lain. Bahwa sesungguhnya fungsi pimpinan yakni
merencanakan, pengorganisasian, penyusunan, memberi perintah dan
pengawasan adalah prosedur atau urutan pelaksanaan dalam merealisasi
tujuan badan usaha. Walaupun terdapat kenyataan umumnyapara ahli
menonjolkan hubungan erat antara perencanaan,memberi perintah dan
pengawasan.
Perencanaan berhubungan erat dengan fungsi pengawasan karena dapat
dikatakan rencana itulah sebagai standar atau alat pengawasan bagi
pekerjaan yang sedang dikerjakan.Fungsi pemberian perintah berhubungan
erat dengan fungsi pengawasan karena sesungguhnya pengawasan
merupakan follow up dari perintah-perintah yang sudah dikeluarkan. Apa
yang sudah diperintah haruslah diawasi agar apa yang diperintahkan itu
benar-benar dilaksanakan.

18

Mengingat hubungan-hubungan erat antara ketiga fungsi tersebut, maka
ahli dalam memberi arti atau batasan dari pengawasan selalu
menghubungkan fungsi-fungsi itu. George R. Terry mengemukakan
pengawasan sebagai proses untuk mendeterminir apa yang akan
dilaksanakan,mengevaluir pelaksanaan dan bilamana perlu menerapkan
tindakan-tindakankorektif sedemikian rupa hingga pelaksanaan sesuai
dengan rencana.
Menurut Sujamto (2001:19) bahwa pengawasan adalah segala usaha atau
kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya
mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan, apakah sesuai dengan yang
semestinya atau tidak. Dan keempat rumusan definisi pengawasan tersebut
di atas, dapat di ambil beberapa makna inti tentang pengawasan yakni
bahwa :
1. Pengawasan merupakan proses kegiatan pengamatan terhadap seluruh
kegiatan organisasi.
2. Melalui pengawasan, kegiatan-kegiatan di dalam organisasi akan dinilai
apakah berjalan sesuai dengan rencana atau tidak.
3. Pengawasan adalah salah satu fungsi dan wewenang pimpinan pada
berbagai tingkatan manajemen di dalam suatu organisasi.
4. Pengawasan harus dilakukan secara konsisten dan berlanjut sehingga
gerak organisasi dapat diarahkan kepada pencapaian tujuan secara efektif
dan efisien.

19

Menurut

Siagian

(2006:107)

bahwa

Pengawasan

adalah

proses

pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Untuk itu pengawasan mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi
kenyataan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan intruksi yang telah
dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan
yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuanpenemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya, baik
pada waktu itu ataupun waktu yang akan datang.

2. Prinsip-Prinsip Pengawasan

Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif maka perlu
dipenuhi beberapa prinsip pengawasan.Dua prinsip pokoknya yaitu adanya
rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi-instruksi serta wewenang
kepada bawahan.Rencana menjadi penunjuk apakah sesuatu pelaksanaan
pekerjaan berhasil atau tidak.Wewenang dan instruksi yang jelas harus
dapat diberikan agar dapat diketahui bawahan sudah menjalankan tugastugasnya dengan baik. Setelah kedua prinsip pokok diatas maka suatu
sistem pengawasan haruslah mengandung prinsip-prinsip yaitu:
a.

Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan yang harus
diawasi

b.

Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan

c.

Fleksibel

20

d.

Dapat mereflektir pla organisasi

e.

Ekonomis

f.

Dapat dimengerti

g.

Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif

3. Tujuan Pengawasan
Tujuan utama dari pengawasan yaitu mengusahakan agar apa yang
direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu gar system pengawasan
itu benar-benar efektif artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu
sistem

pengawasan

setidak-tidaknya

harus

dapat

dengan

segera

melaporkan adanya penyimpangan-penyimpangan dari rencana. Apa yang
telah terjadi dapat disetir ke tujuan tertentu. Oleh karena itu suatu sistem
pengawasan yang efektif harus dapat segera melaporkan penyimpanganpenyimpangan sehingga berdasarkan penyimpangan itu dapat diambil
tindakan untuk pelaksanaan selanjutnya agar pelaksanaan keseluruhan
benar-benar dapat sesuai apa yang direncanakan sebelumnya.
4. Jenis-Jenis Pengawasan

Berbagai macam pendapat tentang jenis-jenis pengawasan.Terjadinya
perbedaan-perbedaan pendapat tersebut, terutama karena perbedaan sudut
pandang atau dasar perbedaan jenis-jenis pengawasan itu. Ada empat
macam dasar penggolangan jenis pengawasan,yakni :

a. Waktu Pengawasan

21

Berdasarkan pengawasan yang telah dilakukan, maka macam-macam
pengawasan itu di bedakan atas pengawasan preventif dan
pengawasan repressif. Dengan pengawasan preventif dimaksudkan
pengawasan yang

dilakukan sebelum terjadinya penyelewengan,

kesalahan atau debiation. Jadi, diadakan tindakan pencegahan agar
jangan terjadi kesalahan-kesalahan di kemudian hari. Dengan
pengawasan repressif, dimaksudkan dengan kata lain diukur hasilhasil yang dicapai dengan alat pengukur standar yang telah ditentukan
terlebih dahulu.
b .Objek Pengawasan
Berdasarkan objek pengawasan, pengawasan dapat dibedakan atas
pengawasan di bidang-bidang sebagai berikut dalam bidang produksi,
maka pengawasan itu dapat ditujukan terhadap kuantitas hasil
produksi

ataupun terhadap kualitas. Pengawasan di bidang waktu

bermaksud untuk menentukan apakah dalam menghasilkan sesuatu
hasil produksi sesuai denganwaktu yang direncakan atau tidak.
Akhirnya, pegawai di bidang manusia dengan kegiatan-kegiatannya
bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan-kegiatan dijalankan
sesuai dengan instruksi, rencana tata kerja atau manual.
c. Subjek Pengawasan
Pengawasan

dibedakan

atas dasar

penggolongan siapa

yang

mengadakan pengawasan. Maka pengawasan itu dapat dibedakan
ataspengawasan intern dan pengawasan ekstern.Dengan pengawasan

22

intern dimaksud pengawasan yang dilakukan oleh atasan dari petugas
bersangkutan.Oleh karena itu, pengawasan semacam ini disebut juga
pengawasan vertikal atau formal. Disebutkan sebagai pengawasan
formal karena yang melakukan pengawasan itu adalah orang-orang
berwenang. Suatu pengawasan disebut pengawasan ekstern, bilamana
orang-orang yang melakukan pengawasan itu adalah orang-orang di
luar organisasi bersangkutan.Pengawasan jenis terakhir ini lazim pula
disebut pengawasan social atau pengawasan informal.
5. Cara-cara Mengawasi

Supaya pengawasan yang dilakukan seorang atasan efektif, maka haruslah
terkumpul fakta-fakta di tangan pemimpin yang bersangkutan. Guna
maksud pengawasan seperti ini ada beberapa cara untuk mengumpulkan
fakta-fakta yaitu :

a. Peninjauan pribadi
Peninjauan pribadi adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara
pribadi sehingga dapat dilihat pelaksanaan pekerjaan. Cara seperti ini
memberi kesan kepada bawahan bahwa mereka di amati secara keras
dan kuat sekali. Di pihak lain ada yang berpendapat bahwa cara inilah
yang terbaik. Sebagai alasan karena dengan cara ini kontak langsung
antara atasan dengan bawahan dapat dipererat. Tambahan lagi dengan
cara ini kesukaran dalam praktik dapat dilihat langsung. Kenyataan
sesungguhnya mudah didapat, tidak akan dikacaukan oleh pendapat

23

bawahan yang mungkin terselip pada cara pengawasan dengan
menerima laporan tertulis.
b. Pengawasan Melalui Laporan Lisan
Hampir mendekati cara pertama ialah pengawasan melalui oral report.
Dengan cara ini, pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan faktafakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan. Wawancara yang
diberikan ditujukan kepada orang-orang atau segolongan orang
tertentu yang dapat memberi gambaran dari hal-hal yang ingin
diketahui, terutama tentang hasil sesungguhnya yang dicapai oleh
bawahannya. Dengan cara ini kedua pihak aktif, bawahan memberikan
laporan

lisan

tentang

hasil

pekerjaannya

dan

atasan

dapat

menanyakannya lebih lanjut untuk memperoleh fakta-fakta yang
diperlukannya. Pengawasan dengan cara ini dapat mempercepat
hubungan pejabat karena adanya kontak wawancara antara mereka.
c. Pengawasan Melalui Laporan Tertulis
Laporan tertulis merupakan suatu pertanggungjawaban kepada atasan
mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai dengan instruksi
dan tugas-tugas yang diberikan atasannya kepadanya. Dengan laporan
tertulis yang diberikan oleh bawahan, maka atasan dapat membaca
apakah bawahan-bawahan tersebut melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya dengan penggunaan hak-hak atau kekuasaan
yang

didelegasikan

kepadanya.Kesukaran

dari

pemberian

pertanggungjawaban seperti ini bawahan tidak dapat menggambarkan

24

semua kejadian dari aktivitas seluruhnya. Dengan laporan tertulis,
sulit pimpinan menentukan mana yang berupa kenyataan dan apa yang
berupa pendapat. Keuntungan laporan tertulis ialah dapat di ambil
manfaatnya oleh banyak pihak, yakni oleh pimpinan guna pengawasan
dan pihak lain, yaitu untuk penyusunan rencana berikutnya.

C. Pelanggaran

1. Definisi Pelanggaran

Pelanggaran Pemilu adalah suatu pelanggaran terhadap Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2008 yang dilakukan oleh Peserta Pemilu dan Pelaksana
Pemilu.Peserta Pemilu untuk anggota DPR, DPRD Provinsi adalah Partai
Politik sedangkan untuk anggota DPD adalah perseorangan.

Panwaslu Kabupaten/Kota mempunyai tenggang waktu paling lama 5 hari
untuk mempelajari serta melanjutkan laporan dari warga negara yang
mempunyai hak pilih serta Pemantau Pemilu dan Peserta Pemilu apakah
laporan atau temuan tersebut merupakan pelanggaran pidana atau
pelanggaran administrasi pemilu.

2. Pelanggaran Administrasi

PelanggaranPemilu terhadap ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2008 yang bukan merupakan ketentuan Pidana Pemilu. Pelanggaran
Administrasi antara lain berbentuk, pemasangan baliho ataupun bendera
partai yang tidak pada tempatnya, tidak lengkapnya persyaratan sebagai

25

peserta pemilu dari parpol ataupun perseorangan, tidak lengkapnya
persyaratan sebagai caleg sebagaimana yang ditegaskan dalam UndangUndang 10 Tahun 2008.

3. Pelanggaran Pidana

Tindak Pidana Pemilu Pasal 252 UU No 10 Tahun 2008 tentang Pemilu
mengatur tentang tindak pidana pemilu sebagai pelanggaran pemilu yang
mengandung unsur pidana.Pelanggaran ini merupakan tindakan yang
dalam UU Pemilu diancam dengan sanksi pidana. Sebagai contoh tindak
pidana pemilu antara lain adalah sengaja menghilangkan hak pilih orang
lain, menghalangi orang lain memberikan hak suara dan merubah hasil
suara. Seperti tindak pidana pada umumnya, maka proses penyelesaian
tindak pidana pemilu dilakukan oleh lembaga penegak hukum yang ada
yaitu kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.

D. Pemilu Legislatif

1. Definisi Pemilu

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008
Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dinyatakan
bahwa pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

26

Pemilihan umum perlu diselenggarakan secara lebih berkualitas dengan
partisipasi rakyat seluas-luasnya dan dilaksanakan berdasarkan asas
langsung umum bebas rahasia jujur dan adil.Pemilu untuk memilih
anggota

lembaga

perwakilan

harus

mampu

menjamin

prinsip

keterwakilan, akuntabilitas, dan legitimasi.
Menurut Rudy (2007:87) pemilihan umum adalah sesuatu hal yang
penting dalam

kehidupan

kenegaraan.

Pemilihan

umum

adalah

pengejawantahan sistem demokrasi.Melalui pemilihan umum rakyat
memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen dan dalam struktur
pemerintahan.
Menurut Haryanto (1998:82) :
“ Pemilihan umum adalah sarana demokrasi yang penting. Hal itu
merupakan perwujudan nyata keikutsertaan rakyat dalam
kehidupan kenegaraan.Dengan melakukan pemilihan terhadap
wakil-wakilnya secara bebas, maka berarti bahwa rakyat sudah
ikut terlibat dalam kehidupan kenegaraan secara tidak langsung.”

Pemilihan merupakan sarana legitimasi masyarakat kepada penguasa.
Dalam hal ini pemilu dipersepsikan sebagai jantung dari proses politik
dan merupakan penjelmaan dari demokrasi. Meskipun demikian
penyelenggaraan pemilu pada suatu negara bukan secara absolut
menandakan bahwa negara tersebut adalah negara demokratis, karena
pada negara otoriter dan totaliter sekalipun, tidak jarang pemilu
diselenggarakan sebagai ritual guna memperkuat posisi elit politik dan
penguasa dalam pemerintahan.

27

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa
yang dimaksud dengan pemilu adalah partisipasi warga negara yang
dilaksanakan dengan prinsip kebebasan untuk memilih para wakilnya
yang akan bertindak sebagai penyelenggara negara, sebagai cerminan
kehidupan demokrasi.
2. Fungsi Pemilu

Menurut Hikam (2002: 41) ada empat fungsi terpenting pemilu, yaitu
sebagai berikut :
a. Legitimasi politik
Melalui pemilu, legimitasi pemerintah atau pen