Peran Elite Lokal Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar Di Kabupaten Padang Lawas)

(1)

PERAN ELITE LOKAL DALAM PEMILU

LEGISLATIF TAHUN 2014

(Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten

Padang Lawas)

Disusun Oleh:

Syarif Hidayatulah

100906008

Dosen Pembimbing: Dra. T. Irmayani, M. Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

SYARIF HIDAYATULAH (1009060080)

PERAN ELITE LOKAL DALAMA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten Padang Lawas)

Rincian Skripsi: 93 Halaman, 5 Tabel, 16 Buku, 1 Internet. (Kisaran Buku dari Tahun: 1982-2013)

Kata Kunci : Elite, Partai Golkar, Padang Lawas

ABSTRAK

Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran elite golkar dalam pemilu yang dilaksanakan 9 April 2014 di Kabupaten Padang Lawas, serta apa yang menjadi suksesnya partai golkar dalam pemilu, dengan kekuatan dalam partai sehinggah memberikan pengaruh besar kepada masyarakat dan memperoleh suara yang maksimal dalam pemilu.

Teori yang digunakan dalam menjelaskan penelitian ini adalah: pertama, Teori Elit seperti yang ungkapkan oleh Vilfredo Pareto dalam hal ini melihat Elit Golkar adalah sekelompok kecil orang berkualitas yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat khususnya di Kabupaten Padang Lawas. kedua, Teori kekuasaan seperti yang di ungkapkan Max Weber elit Golkar dapat mempengaruhi dan menguasai masyarakat padang lawas dalam Pemerintahan. Dan terakhir teori strategi menurut Arnold Steinberg adalah menjelaskan bagaimana Strategi dan rencana Elit Golkar dalam mempengaruhi suksesnya menduduki kursi pemerintahan di Kabupaten Padang Lawas. Dengan menggunakan studi deskriptif dan wawancara sebagai teknik utama dalam pengumpulan data. Penelitian ini mengandalkan analisis dari data wawancara yang diperoleh dan relefansinya dengan teori yang digunakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa peran elite golkar sangat penting terutama sosok figur Bupati Padang Lawas yang notabene adalah ketua partai golkar serta dukungan kader-kader partai. Partai golkar mendapatkan dukungan dari sayap partai, Soksi (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia), dan beberapa Ormas yaitu: IPK dan LMP. Beberapa dukungan penuh dengan kemenangan partai golkar yang turun langsung ke masyarakat dan melakukan sosialisasi serta menerima aspirasi masyarakat. Selain itu menawarkan program yang membangun mulai dari pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi, budaya, dan sosial politik yang menjadi tujuan utama untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat dan menjadikan partai yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan sumber daya manusia.


(3)

UNIVERSITY OF NORT SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

SYARIF HIDAYATULLAH (100906008)

THE ROLE OF LOCAL ELITE IN LEGISLATIVE ELECTIONS 2014 (Descriptive Study : Elite Golkar in Padang Lawas)

Details of Thesis Thesis : 93 pages, 5 tables, 16 Books, 1 Internet. (Book Of The Year Range : 1982 to 2013)

Keywords : Elite, Golkar, Padang Lawas

ABSTRACT

This study describes how the role of the elite Golkar in the elections held 9 April 2014 in Padang Lawas , and what the success of the Golkar party in the elections, with the party's strength in making a major impact to the community and to obtain maximum sound in elections.

The theory is used to explain this study are: The first, elite theory as expressed by Vilfredo Pareto in this view Golkar Elite is a small group of qualified people who are able to occupy high positions in society, especially in Padang Lawas. second, theory of power as dictated Max Weber Golkar elite can influence and control of the old desert community in the Government. And lastly by Arnold Steinberg strategy theory is to explain how the strategy and plan of Golkar elite in influencing the success of the seat of government in Padang Lawas. By using descriptive studies and interviews as the primary data gathering techniques . This study relied on the analysis of the information obtained and relefansinya interview with the theory used.

Based on the research conducted, it can be concluded the role of the elite is especially important Golkar Regent Padang Lawas a figure which incidentally is the chairman of Golkar party and support the party cadres. Golkar Party received support from the wing of the party, Soksi (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia) and several community organizations, namely: IPK and LMP. Some full support to win Golkar party to go straight to the community and to disseminate and receive public aspirations. In addition it offers a program that builds ranging from education, health, infrastructure, economic, cultural, social and political are the main objectives to gain legitimacy from the people and make the party very influential in improving human resources .


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh

Nama : Syarif Hidayatullah Hasibuan

Nim : 100906008

Judul :PERAN ELITE LOKAL DALAM PEMILU LEGISLATIF

TAHUN 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten Padang Lawas)

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

Dra. T. Irmayani, M.Si Dra. T. Irmayani, M.Si

(NIP. 19680630199403200) (NIP. 19680630199403200)

Mengetahui, Dekan FISIP USU

NIP. 196805251992031002 (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)


(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, oleh:

Nama : Syarif Hidayatullah Hasibuan

Nim : 100906008

Judul :PERAN ELITE LOKAL DALAM PEMILU LEGISLATIF

TAHUN 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten Padang Lawas)

Dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Tim Penguji:

Ketua :

NIP. ( )

Penguji Utama :

NIP. ( )

Penguji Tamu :


(6)

Karya ini dipersembahkan untuk


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul PERAN ELITE LOKAL DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten Padang Lawas) dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik dari Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada, Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik sekaligus sebagai dosen pembimbing penulis yang selama ini telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan dan kritik yang membangun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Poitik.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dekan Prof. Dr. Badaruddin, M.Si serta seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah meluangkan waktu untuk mendidik penulis selama menjalani masa perkuliahan. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Kak Ema, Pak Burhan dan Kak Siti yang membantu penulis dalam urusan administratif kampus.

Kepada seluaruh keluarga tercinta, ibunda dan ayahanda dan seluaruh saudara- saudara beserta kerabat yang anyak membantu dan memberikan perhatian besar kepada penulis. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan Ilmu Politik angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis banyak memperoleh pengalaman kehidupan perkuliahan yang diartikan sebagai persahabatan

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dari semua pihak dalam penyelesaian skripsi ini dan berharap skripsi ini memberikan manfaat bagi kita.

Medan, Maret 2015

Syarif Hidayatullah 100906004


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... I

Abstrak ... i

Abstrack ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Lembar Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 7

E.Manfaat Penelitian ... 8

FKerangka Teori ... 9

F.1 Teori Elit ... 9

F.2 Teori Kekuasaan ... 16

F.3 Teori Strategi Politik ... 22

G.Metodologi Penelitian ... 26

G.1 Jenis Penelitian ... 26

G.2 Lokasi Penelitian ... 27

G.3 Teknik Pengumpulan Data ... 27

G.4 Teknik Analisa Data ... 29


(9)

BAB II : DESKRIPSI LOKASI DAN ELIT DI KAB. PADANG LAWAS ... 31

2.1 Profil Kabupaten Padang Lawas ... 31

2.1.1 Sejarah Kabupaten Padang Lawas ... 31

2.1.2 Letak Wilayah ... 36

2.1.3 Penduduk ... 37

2.2 Partai Golkar ... 40

2.2.1 Sejarah Berdirinya Partai Golkar ... 40

2.2.2 Hegemoni Golkar dan Kebijakan Kristalisasi Partai Politik ... 43

2.2.3 Platform Partai Golkar ... 47

2.2.4 Visi dan Misi Partai Golkar ... 49

2.2.5 Perkembangan Partai Golkar di Padang Lawas ... 50

2.2.4 Struktur Pengurus DPD Partai Golkar ... 53

2.2.3Profil Elit Politik dan Non politik ... 55

BAB III PEMBAHASAN ... 65

3.1 Aktivitas Elite Lokal dalam Pemilu Legislatif ... 65

3.2 Pandangan Masyarakat Terhadap Paratai Golkar dalam Pemilu Legislatif 2014 di Kab. Padang Lawas ... 74

3.3 Kemenagan Partai Golkar dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Padang Lawas ... 81

BAB IV PENUTUP ... 89

4.1 Kesimpulan ... 89

4.2 Saran ... 91


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bupati Padang lawas periode ... 34 Tabel 2. Kecamatan dan Luas wilayah di Kabupaten padang Lawas ... 35 Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin ... 39 Tabel 4. komposisi dan personalia dewan pinpinan daearah partai golkar di

Kabupaten Tapanuli Selatan dan Padang Lawas ... 53 Tabel 5. Perolehan Suara Partai Golkar tahun 2009 dan 2014 ... 86 Peta Kabupaten Padang Lawas ... 37


(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul PERAN ELITE LOKAL DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 (Studi Deskriptif: Elite Partai Golkar di Kabupaten Padang Lawas) dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik dari Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada, Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik sekaligus sebagai dosen pembimbing penulis yang selama ini telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan dan kritik yang membangun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Poitik.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dekan Prof. Dr. Badaruddin, M.Si serta seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah meluangkan waktu untuk mendidik penulis selama menjalani masa perkuliahan. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Kak Ema, Pak Burhan dan Kak Siti yang membantu penulis dalam urusan administratif kampus.

Kepada seluaruh keluarga tercinta, ibunda dan ayahanda dan seluaruh saudara- saudara beserta kerabat yang anyak membantu dan memberikan perhatian besar kepada penulis. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan Ilmu Politik angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis banyak memperoleh pengalaman kehidupan perkuliahan yang diartikan sebagai persahabatan

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dari semua pihak dalam penyelesaian skripsi ini dan berharap skripsi ini memberikan manfaat bagi kita.

Medan, Maret 2015

Syarif Hidayatullah 100906004


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pemilihan umum ialah salah satu syarat dalam era demokrasi, dimana pemilihan umum merupakan ajang partai politik bertarung serta memberi kesempatan atau peluang untuk menduduki Eksekutif dan Legislatif. Bagi suatu negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi maupun yang membangun proses demokrasi, partai politik menjadi sarana demokrasi yang bisa berperan sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah. Pembentukan partai politik berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi, yakni pemerintahan yang dipimpin oleh mayoritas melalui pemilihan umum. Untuk menciptakan pemerintahan yang mayoritas, diperlukan partai-partai yang dapat digunakan sebagai kendaraan politik untuk ikut dalam pemilihan umum. Menurut J Kristiadi, pemilu demokratis adalah perebutan kekuasaan yang dilakukan dengan regulasi, norma, dan etika sehingga sirkulasi elit atau pergantian kekuasaan dapat dilakukan secara damai dan beradab.1

Pemilihan umum yang berlangsung di Kab.Padang Lawas semenjak tahun 2009 banyak sekali dipengaruhi oleh elit yang sedang berkuasa. Pada tahun 2009 pemilihan umum untuk memilih anggota legislatif banyak dimenangkan oleh partai Demokrat pada saat itu, dikarenakan pada tahun 2009

1


(13)

banyak elit lokal menetapkan pilihannya pada partai yang incumbent dari tahun 2004 tersebut. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kebiasaan yang terjadi membentuk perilaku masyarakat di daerah tersebut. Begitu pula pada pemilihan umum untuk memilih calon anggota legislatif di Kab.Padang Lawas yang berlangsung pada tanggal 9 April 2014 lalu juga banyak dipengaruhi oleh elit lokal yang juga turut serta berkompetisi di dalam pemilihan umum tersebut.

Pada tahun 2009 Partai Golkar dalam mengikuti pemilihan umum legislatif memperoleh suara secara keseluruhan 9.134 Suara dan menempatkan Golkar di urutan kedua, sementara yang memperolehan suara terbanyak dimenangkan oleh Partai Demokrat dengan perolehansuara 12.010.2

Partai Golkar berhasil memperoleh suara terbanyak pada Pemilihan Umum Legislatif tahunn 2014 tingkat Kab. Padang Lawas, dengan perolehan suara 20.515. Rincian perolehan Partai Golkar, yakni di Dapil Padang Lawas I Partai Golkar terus berusaha untuk menaikkan elektabitasnya dalam Pemilu selanjutnya dengan beberapa tokoh elit yang dianggap sangat berpengaruh dalam partai dan siap untuk menang pada pemilu legislaif 2014. Hal ini sangat memberikan pengaruh yang sangat signifikan pada Pemilu yang dilaksanakan pada tanggal 09 April 2014, dimana partai Golkar kembali bangkit untuk memperoleh suara terbanyak dalam pemihan umum yang telah berlangsung tahun ini.

2


(14)

meraih 5.393 suara, Dapil Padang Lawas II 2.870 suara, Dapil Padang Lawas III 2.944 suara, Dapil Padang Lawas IV 5.725 suara dan di Dapil Padang Lawas V memperoleh 3.583 suara. Kemudian, posisi kedua yakni Partai Hanura meraih 16.577 suara, Partai Demokrat memperoleh 13.512 suara, PKB 13.184 suara, PPP 11.837 suara, PDIP 9.950 suara, Gerindra 9.914 suara, PAN 7.960 suara, PKS 7.032 suara, PKPI 6.189 suara, PBB 4.489 suara, dan posisi terkahir adalah NasDem dengan perolehan sebanyak 4.141 suara3

Dari data di atas dapat kita lihat bagaimana kondisi pemilihan umum untuk memilih anggota legislatif di Kab.Padang Lawas dari tahun 2009 sampai dengan 2014. Pergantian pemenang jumlah perolehan suara banyak dimotori oleh elit yang juga turut serta berkompetisi ataupun elit yang tidak

. Hasil ini tidak hanya menempatkan Partai Golkar sebagai peraih suara terbanyak di Kab.Padang Lawas, namun memperoleh sebanyak 5 kursi legislatif di DPRD Kab. Padang Lawas, dari total 30 kursi legislatif yang diperebutkan. Keadaan tersebut sangat dapat dirasakan masyarakat karena dilihat dari hasil dari pemenangan partai Golkar, yang didalamnya terdapat beberapa tokoh masyarakat yang dikategorikan sebagai elit partai, dengan memperoleh suara tertinggi di daerah padang lawas. Masyarakat banyak menggunakan hak pilihnya untuk memilih sosok yang mereka anggap sudah mengerti bagaimana kondisi yang terjadi di daerah pemilihannya dan bagaimana mengatasi kondisi keadaan yang terjadi di daerah itu pula.

3


(15)

ikut berkompetisi namun mempunyai andil yang penting untuk kemenangan suatu calon dari partai tertentu. Isu kepemimpinan nasional menjadi penting guna mengukur posisi elit partai yang akan maju atau elit di luar partai politik yang dijagokan oleh partai. Walau demikian, elit di luar partai juga termasuk elit dalam tingkatan kelas sosial dalam strata masyarakat. Elit dapat memotori suatu partai ataupun perilaku masyarakat untuk menetapkan pilihannya, untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam suatu pemilihan umum. Pemilu juga mendorong beberapa patronase dengan tujuan untuk menjalin hubungan dengan beberapa kelompok yang mempunyai kepentingan tertentu untuk mendapatkan tujuan.4

4

Henk Schulte dan Gerry Van Klinken. 2007. Politik Lokal di Indonesia. Jakarta: Yayasan obor Indonesia, Hal. 52

Teori elit dibangun di atas pandangan bahwa keberadaan elit baik elit politik tidak dapat dielakkan dari aspek-aspek kehidupan modern yang serba kompleks. Dalam sejarahnya, jumlah elit cenderung lebih sedikit akibat legitimasi dari masyarakat demikian berat. Ada dua tradisi akademik tentang elit, yakni dalam tradisi yang lebih tua elit diperlukan sebagai sosok khusus yang menjalankan misi historis, memenuhi kebutuhan mendesak, melahirkan bakat-bakat unggul dan elit dipandang sebagai kelompok pencipta tatanan yang kemudian dianut oleh semua pihak. Dalam pendekatan yang lebih baru, elit dipandang sebagai suatu kelompok yang menghimpun para petinggi pemerintahan.


(16)

Elit politik merupakan individu-individu yang memiliki keistimewaan dalam pemahaman, pemaparan, dan pengalaman mengenai sistem kekuasaan selain itu, elit politik juga merupakan individu yang telah mendapat pengakuan dari masyarakat sebagai suatu minoritas yang memiliki status sosial dalam peran dan fungsinya di tengah masyarakat. Kedudukan elit dalam masyarakat dapat dianalisis melalui konsep kekuasaan. Hal ini disadari bahwa elit dan kekuasaan merupakan dua variabel yang tidak dapat dipisahkan, karena elit merupakan sekelompok orang yang memiliki sumber-sumber kekuasaan dan sebaliknya, Kekuasaan merupakan salah satu unsur terbentuknya elit.

Adapun yang mendorong elite politik atau kelompok-kelompok elite untuk memainkan peranan aktif dalam politik adalah Karena ada dorongan kemanusiaan yang tidak dapat dihindarkan atau diabaikan untuk meraih kekuasaan. Politik merupakan permainan kekuasaan dan para individu menerima keharusan untuk melakukan sosialisasi serta penanaman nilai-nilai guna menemukan ekspresi bagi pencapaian kekuasaan tersebut. Keinginan berebut kekuasaan dan berusaha memperbesar kekuasaan yang menyebabkan terjadinya pergumulan politik antar elite di dunia politik.

Alasan penelitian ini berkonsentrasi terhadap partai Golkar dikarenakan partai Golkar dapat membuktikan bahwa dirinya suatu partai yang dapat berdiri tegak dan mampu menjaga eksistensinya sebagai partai besar yang patut diperhitungkan oleh lawan-lawan politiknya. Kemudian partai


(17)

Golkar bukanlah partai yang menang di pemilu tahun 2009 namun pada pemilu tahun 2014 partai ini memperoleh suara tertinggi, kemenangan ini kemudian apakah ada pengaruh dari elit partai yang duduk sebagai Bupati, ketua DPRD dan elit-elit partai tersebut di Kab. Padang Lawas. Penelitian difokuskan di daerah Kab.Padang Lawas karena daerah ini merupakan hasil dari pemisahan diri dari Kab. Tapanuli Selatan sehinggah penelitian ini menunjukkan bagaimana suatu kabupaten baru dalam menghadapi pemilihan umum legislatif di daerahnya dalam rangka menempatkan perwakilan masyarakatnya dalam kursi legislatif.

Pengaruh yang sangat besar terhadap elite partai golkar dalam memenangkan perolehan suara dalam pemilihan umum, sehinggah hal ini sangat berpengaruh terhadap perilaku pemilih didaerah Padang Lawas. Beranjak dari yang dikemukakan sebelumnya maka dalam penelitian ini, mengkaji bagaimana peran yang diberikan elit terhadap kemenangan partai Golkar yang ada di kabupaten Padang Lawas.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain, perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup


(18)

masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah.5

C.Batasan Masalah

Sejalan dengan latar belakang dan persoalan yang telah diuraikan di atas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran Elit lokal dalam pemenangan partai Golkar pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kab. Padang Lawas?

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian tersebut. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji pendekatan yang dilakukan elit politik dan elit non politik dalam pemenangan pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kab. Padang Lawas.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah pernyataan mengenai apa yang hendak kita capai. Tujuan peneitian dicantumkan agar pihak lain yang membaca laporan penelitian dapat mengetahui dengan pasti tentang apa tujuan dari

5

Huasaini Usman & Purnomo Setiady Akbar.2009. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:Bumi Aksara, hal.27


(19)

penelitian kita sesungguhnya.6

E. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitan ini secara umum ialah untuk mengetahui pengaruh dan pendekatan yang digunakan elit Golkar dalam memberikan pengaruhnya di masyarakat dalam usaha memenangkan partai Golkar pada pemilu legislatif di Kab.Padang Lawas.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan yang bermanfaat yaitu:

1. Secara akademis penelitian dapat menjadi bahan acuan ataupun referensi dalam konteks ilmu politik terkait dengan elite politik. 2. Secara teoritis maupun metodologis studi ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman studi pengaruh elit lokal dalam suatu partai politik, khususnya di Indonesia.

3. Secara pribadi penelitian mampu mengasah kemampuan peneliti dalam melakukan sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan memberikan pengetahuan yang baru bagi peneliti sendiri.

6


(20)

F. Kerangka Teori F.1 Teori Elite

Elite Politik adalah sekelompok kecil orang berkualitas yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Menurut Pareto, masyarakat terbagi dalam dua kategori yaitu: lapisan elite yang jumlahnya kecil dan mempunyai kemampuan memerintah (governing elite), dan lapisan non elite yang jumlahnya besar yang ditakdirkan untuk diperintah (non elite).7

Elit merupakan orang-orang yang berhasil, yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Disamping itu bahwa elit yang ada dalam lapisan masyarakat pada umumnya datang dari kelas yang sama yaitu orang-orang yang kaya dan juga pandai, yang mempunyai kelebihan dalam matematika, bidang musik, karakter moral dan sebagainya.. Vilfredo Pareto sendiri lebih memusatkan perhatiannya pada elit yang memerintah, yang menurut dia berkuasa karena bisa menggabungkan kekuasaan dan kelicikan yang dilihatnya sebagai hal yang penting.8

Gaetano Mosca dan Vilfredo Pareto membagi strtifikasi dalam tiga kategori yaitu elit yang memerintah (governing elit), elit yang tidak memerintah (non-governing elite) dan massa umum (non-elite). Kajian ini membagi dua katagori elit yaitu:9

1. Elit Politik Lokal merupakan seseorang yang menduduki jabatan-jabatan politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih

7 SP. Varma. 2010.Teori Politik Modern. .Jakarta: PT. Rajawali Pers. Hal 199

8

Ibid. Hal 200

9


(21)

melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki jabatan politik tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elit politiknya seperti: Gubenur, Bupati, Walikota, Ketua DPRD, dan pimpinan-pimpinan partai politik. dalam konteks lokal yaitu elit politik lokal dan elit non politik lokal.

2. Elit Non Politik Lokal adalah seseorang yang menduduki jabatan-jabatan strategis dan mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup masyarakat. Elit non politik ini seperti: elit keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan lain sebagainya. Perbedaan tipe elit lokal ini diharapkan selain dapat membedakan ruang lingkup mereka, juga dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan antar-elit politik maupun elit mesyarakat dalam proses pemilihan kepala daerah di tingkat lokal.

Dalam sirkulasi elit, konflik bisa muncul dari dalam kelompok itu sendiri maupun antar kelompok pengusaha maupun kelompok tandingan. Sirkulasi elit menurut Pareto terjadi dalam dua kategori yaitu: Pertama, pergantian terjadi antara kelompok-kelompok yang memerintah sendiri, dan Kedua, pergantian terjadi di antara elite dengan penduduk lainya. Pergantian model kedua ini bisa berupa pemasukan yang terdiri atas dua hal yaitu Individu-individu dari lapisan yang berbeda kedalam kelompok elit yang sudah ada, dan Individu-individu dari


(22)

lapisan bawah yang membentuk kelompok elit baru dan masuk kedalam kancah perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada.10

Sementara Gaetano Mosca melihat bahwa pergantian elit terjadi apabila elit yang memerintah dianggap kehilangan kemampuanya dan orang luar di kelas tersebut menunjukan kemampuan yang lebih baik, maka terdapat segala kemungkinan bahwa kelas yang berkuasa akan dijatuhkan dan digantikan oleh kelas penguasa yang baru11. Dalam sirkulasi elit yang disebutkan oleh Mosca, terutama karena terjadinya penjatuhan rejim, konflik pasti tidak terhindarkan, karena masing-masing pihak akan menggunakan berbagai macam cara. menurut Maurice Duverger, dalam konflik politik, sejumlah alat digunakan seperti organisasi dan jumlah uang (kekayaan), sistem, militer, kekerasan fisik, dan lain sebagainya.12

Elit merupakan seseorang yang menduduki jabatan-jabatan politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki Tata cara mekanisme sirkulasi elit ini akan sangat menentukan sejauh mana sistem politik memberikan karangka bagi terujutnya pergantian kekuasaan di suatu Negara. Dalam konteks pergantian seperti itu, kenyataannya perosesnya tidak selalu mulus, apalagi dalam konteks politik Internasional yang menunjukan sifat-sifat ketidak normalan. tetapi masing-masing DPRD mempunyai tata cara dan mekanisme masing-masing dalam pergantian elit.

10 SP. Varma. Op.Cit. Hal. 201 11

Ibid. Hal. 203 12


(23)

jabatan politik tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elit politiknya seperti Gubenur, Bupati, Walikota, DPRD, dan pimpinan-pimpinan partai politik.

Dalam menganalisa kedudukan elit dalam masyarakat, elemen yang perlu di perhatikan adalah konsep kekuasaan. Hal ini disadari bahwa elit dan kekuasaan merupakan dua variable yang tidak dapat dipisahkan, karena elit adalah merupakan sekelompok orang yang memiliki sumber-sumber kekuasaan dan sebaliknya. Kekuasaan merupakan salah satu unsur terbentuknya elit. Elit politik adalah sekelompok orang yang memiliki kekuasaan politik. Bahwa jumlah penguasa selalu lebih sedikit daripada yang dikuasai.13

Secara umum, elit merupakan sekelompok orang yang menempati kedudukan-kedudukan tinggi. Dalam arti yang lebih khusus, elit juga ditunjukkan oleh sekelompok orang terkemuka dalam bidang-bidang tertentu dan khususnya kelompok kecil yang memegang pemerintahan serta lingkungan dimana kekuasaan itu diambil. Dengan demikian, konsep tentang elit cenderung lebih menekankan kepada elit politik dengan merujuk pada pembagian elit penguasa Teori elit dibangun di atas pandangan atau persepsi bahwa keberadaan elit baik elit politik maupun elit agama tidak dapat dielakkan dari aspek-aspek kehidupan modern yang serba kompleks. Dalam sejarahnya, jumlah elit cenderung lebih sedikit akibat legitimasi dari masyarakat demikian berat.

13

Mochtar Mas’ud dan Colin MacAndrews.2001. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.hal. 77


(24)

dan elit yang tidak berkuasa yang mengarah kepada adanya kepentingan yang berbeda.

Elit politik merupakan individu-individu yang memiliki keistimewaan dalam pemahaman, pemaparan, dan pengalaman mengenai sistem kekuasaan selain itu, elit politik juga merupakan individu yang telah mendapat pengakuan dari masyarakat sebagai suatu minoritas yang memiliki status sosial dalam peran dan fungsinya di tengah masyarakat. Sehingga dengan kedudukan yang istimewa inilah kemudian elit menjadi faktor penentu yang berperan dalam mendorong dan mempengaruhi partisipasi politik masyarakat.

Dalam masyarakat yang menganut paham demokrasi, maka keberadaan elit tidak bisa dilepaskan dari adanya proses sosial yang berkembang. Keller mengemukakan empat proses sosial utama yang mendorong perkembangan elit yakni pertumbuhan penduduk, pertumbuhan spesialisasi jabatan, pertumbuhan organisasi formal atau birokrasi dan perkembangan keagamaan moral. Konsekuensinya, kaum elitpun semakin banyak, semakin beragam, dan lebih bersifat otonom.14

Huky membagi elit ke dalam tiga kategoriyaitu :15 1. Elit karena kekayaan.

Kekayaan menjadi suatu sumber kekuasaan. Orang-orang kaya tergabung ke dalam group tertentu baik bersifat konkrit maupun

14Ibid. hal. 44


(25)

abstrak dan mengontrol masyarakat di sekitarnya, seperti majikan dengan posisi elit dalam mengontrol bawahannya.

2. Elit karena eksekutif.

Group ini terdiri dari orang-orang yang mempunyai posisi strategis dalam strategi di bidang tertentu. Dengan posisi yang strategis ini, ia memperoleh kekuasaan mengontrol dan mempengaruhi orang lain. Misalnya pejabat-pejabat pemerintah pada kedudukan yang strategis.

3. Elit komunitas.

Orang-orang tertentu dalam suatu komunitas dipandang sebagai kelompok yang dapat mempengaruhi kelompok lain.

Untuk melancarkan mekanisme sistem politik maka para elit politik atau elit penguasa harus mampu mengakomodasi berbagai tuntutan masyarakat atau warga Negara. Kemudian tuntutan itu diolah menurut mekaisme sistem politik yang bisa menghasilkan berbagai kebijakan atau keputusan yang dapat menjawab berbagai tuntutan masyarakat. Keputusan atau kebijakan ini juga memberi kesejahteraan pada anggota masyarakat. Elit politik bertindak secara demokratis untuk menghargai hak-hak warganegara dan terbuka terhadap berbagai golongan. Adapun cara elit mempertahankan kekuasaan yaitu:16

1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang politik yang merugikan kedudukannya

16


(26)

penguasa, peraturan-peraturan tersebut akan digantikan dengan peraturan-peraturan baru yang akan menguntungkan penguasa. Keadaan tersebut biasanya terjadi pada waktu ada pergantian kekuasaan dari seseorang penguasa kepada penguasa lain (yang baru). 2. Mengadakan sistim-sistim kepercayaan (belief - system) yang akan

dapat memperkokoh kedudukan penguasa atau golongan. Sistem sistem kepercayaan tersebut meliputi agama ideologi dan seterusnya. 3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik

4. Mengadakan konsolidasi secara horisontal dan secara pertikal.

F.2 Teori Kekuasaan

Kekuasaan merupakan suatu konsep politik yang paling sering di bahas dan dipelajari oleh para akademisi dalam mempelajari ilmu politik. Khususnya dalam hal ini politik beranggapan bahwa Kekuasaan merupakan inti dari politik yaitu semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan. Kekusaan sangat erat kaitannya dengan pengaruh dan mempengaruhi. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam artian bahwa ada satu pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Atau satu pihak memberi perintah dan satu pihak lagi yang mematuhi perintah.

Max Weber juga mengatakan bahwa kekuasaan adalah kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan


(27)

perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.17

Kekuasaan diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan.Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah dan juga untuk memberi keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan pihak-pihak lainnya. Meriam budiardjo dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Ilmu Politik” menyebutkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau sekelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mmpunyai kekuasaan itu.

Dengan demikian kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain, sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya orang itu enggan melakukannya. Yang terpenting dari kekuasaan adalah adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang memengaruhi.

18

Konsep kekuasaan (politik) diupayakan sebagai suatu elaborasi dengan menjadikan kekuasaan itu sebagi fenomena politik kekuasaan. Untuk memahami Sehingga dapat mempengaruhi seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan.

17

Soerjono Soekanto. Op.Cit.262

18


(28)

fenomena kekuasaan politik. Charles F Andrain dan Ramlan Surbakti seperti yang dikutip oleh P. Antonius Sitepu dapat ditinjau dari (6) dimensi yaitu:19

1. Dimensi Potensial dan Aktual

Seseorang yang dipandang mempunyai kekuasaan potensial apabila mempunyai atau memiliki sumbr-sumber kekuasaan seperti kekayaan tanah, senjata, pengetahuan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa yag terorganisir dan jabatan. Sebaliknya seseorang yang dipandang memiliki kekuasaan aktual apabila telah menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya kedalam kegiatan-kegiatan politik secara efektif.

2. Dimensi Konsensus dan paksaan

Dalam menganalisis hubungan kekuasaan harus membedakan kekuasaan yang berdasarkan paksaan dan kekuasaan yang berdasarkan konsensus. Para analisis politik yang lebih menekankan aspek konsensus dari kekuasaan akan cenderung melihat elite politik sebagai orang yang tengah berusaha menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan masyarakat secara keseluruhan. Sementara itu, apabila menekankan pada aspek paksaan dari kekuasaan akan cenderung memandang politik sebagai perjuangan, pertarungan, dominasi, dan konflik.

19


(29)

3. Dimensi Positif dan Negatif.

Tujuan umum pemengang kekuasaan adalah untuk mendapatkan ketaatan atau penyesuaian diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan umum itu dapat dikelompokkan menjadi dua aspek yang berbeda yakni: tujuan positif dan negatif. Kekuasaan positif adalah penggunaaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang dianggap penting dan diharuskan, sedangkan kekuasaan negatif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencegah orang lain untuk mencapai tujuannya yang tidak hanya dipandang tidak perlu akan tetapi juga merugikan pihaknya.

4. Dimensi jabatan dan pribadi

Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan kekuasaan terkandung erat dalam jabatan-jabatan. Penggunaan kekuasaan yang terkandung dalam jabatan secara efektif tergantung kepada kuaitas pribadi yang dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan. Dalam masyarakat yang masih sederhana, struktur kekuasaan didasarkan atas realitas pribadi lebih menonjol daripada kekuasaan yang terkandung didalaam jabatan itu. Dalam hal ini, pemimpin yang melaksanakan kekuasaan efektifitas kekuasaannnya terutama berasal dari kualitas pribadi.


(30)

5. Dimensi implisit dan eksplisit

kekuasaan implisit adalah kekuasaan yang tidak terlihat dengan kasat mata akan tetapi dapat dirasakan sedangkan kekuasaan eksplisit adalah pengaruh yang terlihat dan dapat dirasakan. Adanya kekuasaan dimensi eksplisit menimbulkan perhatian orang pada segi rumit hubungan kekuasaan yang disebut dengan azaz memperkirakan reaksi dari pihak lain.

6. Dimensi langsung dan tidak langsung

Kekuasaan langsung adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mempengaruhi pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik dengan melakukan hubungan secara langsung tanpa melakukan perantara. Yang termasuk dalam kategori sumber-sumber kekuasaan adalah sarana paksaan fisik, kekayaan dan harta benda (ekonomi) normatif, jabatan, keahlian, status sosial, popularitas pribadi. Massa yang terorganisir, senjata, penjara, kerja paksa, teknologi, aparat yang menggunakan senjata. Sedangkan kekuasaan yang tidak langsung penggunaan sumber-sumber kekuasaaan untuk mempegaruhi pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik dengan melalui perantara politik lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih besar pembuat dan pelaksana keputusan politik.


(31)

Adapun Unsur – unsur kekuasaan yang didapat dijumpai dalam masyarakat mempunyai beberapa unsur pokok yaitu.20

1. Rasa Takut

Perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan orang ynag ditakuti tadi. rasa takut merupakan perasaan negatif karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang mempunyai rasa takut akan berbuat segala sesesuatu yang sesuai dengan keinginan orang yang ditakutinya agar terhindar dari kesukaran-kesukaran yang akan menimpa dirinya, seandainya dia tidak patuh.

2. Rasa Cinta

Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. Orang-orang lain bertindak seseuai dengan kehendak pihak yang berkuasa untuk menyenangkan semua pihak. Rasa cinta biasanya telah mendarah daging dalam diri seseorang atau sekelompok orang. Rasa cinta yang efisien seharusnya dimulai dari pihak penguasa.

3. Kepercayaan

Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih yang bersifat asosiatif.

20


(32)

4. Pemujaan

Di dalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang yang memegang kekuasaan mempunyai dasar pemujaan dari orang-orang lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-tidaknya dianggap benar.

F.3 Teori Strategi Politik

Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan kelompok atau pribadi secara keseluruhan. Melalui serangkaian aktifitas yang unik atau berbeda dari yang lain dan terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang ingin dicapai ditopang dengan sarana dan prasarana. Dikendalikan oleh seorang pemimpin.Pemimpin sejati bukanlah orang yang yang cuma bisa memimpin, tetapi pemimpin sejati adalah orang yang bisa membuat orang-orang yang di pimpinnya menjadi pemimpin pula.

Strategi menurut Arnold Steinberg adalah rencana untuk tindakan penyusunan dan pelaksanaan strategi mempengaruhi suskses atau gagalnya strategi pada akhirnya.21

21

Toni Adrianus Pito, at.all. 2006. Mengenal teori-Teori Politik: Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: Nuansa. Hal 196

Dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.


(33)

Pada dasarnya strategi politik menurut Peter Schroder ada dua strategi yaitu strategi Ofensif (menyerang) dan strategi defensif (bertahan). Strategi ofensif merupakan strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang diterapkan saat kampanye pemilu harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan partai-partai pesaing yang ingin kita ambil alih pemilihnya. Sedangkan strategi defensif merupakan strategi untuk mempertahankan pasar dan strategi untuk menutup atau menyerahkan pasar.22

Sebagaimana yang dikutip dari buku Toni Andrianus Pito at all “Mengenal Teori- Teori Politik” Ada empat macam startegi politik yaitu:23

1. Strategi penguatan yaitu strategi yang digunakan untuk sebuah kontestan yang telah dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik selama mengemban jabatan publik tertentu. 2. Startegi rasionalisasi yaitu dilakukan kepada kelompok pemilih yang

sebelumnya telah memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengembangkan citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut. Strategi rasionalisasi ini dilakukan untuk mengubah sikap pemilih dan harus dilakukan untuk mengubah sikap pemilih dan harus dilakukan dengan hati-hati.

22

Ibid.Hal. 198 23


(34)

3. Strategi bujukan yaitu strategi yang diterapkan oleh kandidat yang dipersiapkan memiliki citra tertentu tapi juga memiliki atribut-atribut yang cocok dengan citra lainnya.

4. Strategi konfrontasi yaitu strategi yang diterapkan kepada para pemilih yang telah memilih kontestan dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian kontestan tersebut tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih. Biasa saja pada suatu pemilu, sebagaian pemilih menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang jelek, tapi kemudian kandidat tersebut ternyata tidak menghasikan kinerja yang diharapkan.

Salah satu perwujudan dari strategi politik itu ialah kampanye politik dan

marketing Politik yang dilakukan untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu dari suatu kompetisi yang sedang berlangsung. Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu.

Kampanye merupakan sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Sehingga dalam praktek pemilu, Strategi kampanye yang telah dibentuk dan dilaksanakan akan


(35)

dianggap efektif jika calon legislatif atau suatu partai itu mendapat kemenangan suara dalam pemilu nantinya.

Marketing politik adalah seperangkat metode yang memfasilitasi kontestan (individu atau partai poilitik) dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan politik, isu politik, idiologi politik, dan karakteristik pemimpin partai dan program kerja partai kepada masyarakat. Pada dasarnya political marketing menurut Adam Nursal yakni sebagai strategi kampanye politik untuk membentuk serangkain makna politis tertentu didalam pikiran para pemilih. Serangkain makna politis yang terbentuk didalam pikiran para pemilih untuk memilih para kontestan tertentu. Makna politis inilah yang menjadi output penting marketing politik yang menentukan pihak mana yang akan dipilih oleh pemilih.24

Dalam kajian ilmu politik political marketing menurut firmanzah merupakan penerapan-penerapan marketing dalam kehidupan politik. Dalam

political marketing, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode

marketing dalam menyusun produk politik, distribusi produk politik kepada masyarakat serta meyakinkan bahwa produk politiknya lebih unggul dibandingkan dengan pesaing. Sehingga membantu politikus dan partai politik untuk membangun hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat.25

Marketing menjadi salah satu cara yang diperlukan dalam strategi politik. Dalam konsep marketing mengenal adanya persaingan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Dalam hal ini bagaiamana seorang kandidat

24

Rudi Sakam Sinaga. 201, Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 41 25


(36)

mengkomunikasikannya kepada masyarakat dengan mengemas strategi-strategi kampanye yang akan mudah diterima masyarakat.

G. Metodologi Penelitian G.1 Jenis Penelitian

Berdasaran dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka dasar di atas, penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif. Dengan metode kualitatif, penelitian sama-sama mempersoalkan realibitas, validitas, pengukuran dan alat ukur juga berbeda.26 Penelitian dekriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data-data yang ada. Menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi dan juga bersifat komperatif dan korelatif.27

26

Burhan Bungin. 2001. Metodologi penelitian Sosial. Surabaya: Air langga Press. Hal 71

27

Colid Narbukodan Abu Achmadi. 1997.metodologi Penelitian.Jakarta: Bumi Aksara. Hal 44

Secara khusus penelitian deskriptif yang penulis gunakan dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Fakta atau data yang ada dikumpulkan, diklarifikasi dan kemudian akan dianalisa.

G. 2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian pada Kab.Padang Lawas yang merupakan daerah kemenangan partai Golkar pada pemilu Legislatif yang dilaksanakan pada 9 April 2014 lalu.


(37)

G. 3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan sebuah penelitian, ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data antara lain wawancara (interview), observasi (observation), dan dokumentasi (documentation). Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data Primer, yaitu data yang diambil dari data primer atau sumber pertama dilapangan.28

28

Burhan Bungin. 2001.Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif.

Surabaya: Air Langga University Press. Hal 128

Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan informan yang mengetahui benar masalah yang diteliti, atau yang terlibat langsung dengan masalah yang diteliti. Adapun informan kunci yang akan di wawancarai dalam penelitian ini yaitu Bapak Sahwil Nasution sebagai salah satu elit partai Golkar dan saat ini meduduki jabatan sebagai Ketua DPRD di Kab. Padang Lawas, Bapak H. Ir. Syarifuddin Hasibuan M.Si, Sebagai Wakil Ketua bidang pemengan pemilu II partai golkar, Bapak Amran Fikal S.Sos.I sebagai anggota DPRD Kab.Padang Lawas, Bapak Darman Mt Hasibuan sebagai ketua Soksi Kab.Padang Lawas, Bapak Sahrul dalimunte yang menjabat sebagai Ketua organisasi kepemudaan IPK (Ikatan Pemuda Karya), dan Bapak


(38)

Sutan Harahap sebagai ketua LMP (Laskar Merah Putih) Kab.Padang Lawas. Alasan saya memilih narasumber ini karena mereka merupakan motor massa dalam pemilihan anggota legislatif di Kab.Padang Lawas pada tahun 2014 yang baru saja dilaksanakan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber skunder.29

G. 4 Teknik Analisa Data

Data diperoleh dari literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, jurnal, artikel, peraturan-peraturan, laporan-laporan serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

Adapun teknik analisa data yang digunaka dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis data kualitatif. Dalam analisis data kualitatif memberikan hasil penelitian untuk memperoleh gambaran terhadap proses yang diteliti dan juga menganalisis makna yang dibalik informan, data dan proses tersebut.30

29

Ibid. Hal. 128 30

Burhan Bungin. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. Hal. 153

Disamping itu, penelitian ini bersifat deskripsi yang bertujuan memberikan gambaran mengenai situasi atau kejadian yang terjadi. Data-data yang terkumpul melalui wawancara dan dokumentasi kemudian disusun, dianalisa dan disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis tentang kondisi dan situasi yang ada. Data-data


(39)

tersebut diolah dan dieksplorasi secara mendalam yang selanjutnya akan menghasilkan kesimpulan yang menjelaskan masalah yang akan diteliti.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci maka penulis menjabarkan penelitian ini ke dalam IV Bab. Untuk itu sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, , batasan masalah, tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI MENGENAI LOKASI DAN PROFIL ELIT LOKAL

YANG BERPENGARUH DI KAB. PADANG LAWAS

Bab ini akan diuraikan gambaran umum tentang deskripsi lokasi penelitian, profil Golkar dan Elit yang yang berpengaruh di Kab. Padang Lawas.

BAB III : PENGARUH ELIT LOKAL TERHADAP KEMENANGAN

PARTAI GOLKAR PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014

Bab ini akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang dianalisis secara sistematis berdasarkan penelitian yang dilakukan.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(40)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI DAN ELIT KAB. PADANG LAWAS

2.1 Profil Kabupaten Padang Lawas

2.1.1 Sejarah Kabupaten Padang Lawas

Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut

AFDEELING PADANG SIDIMPUAN yang dikepalai oleh seorang Residen

yang berkedudukan di Padang Sidimpuan. Afdeeling Padang Sidimpuan dibagi atas 3 (tiga) onder afdeling, masing-masing dikepalai oleh seorang

Contreleur dibantu oleh masing-masing Demang, yaitu :

1. Onder Afdeeling Angkola dan Sipirok, berkedudukan di Padang

Sidimpuan. Onder ini dibagi atas 3 distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu :

a. Distrik Angkola berkedudukan di Padang Sidimpuan b. Distrik Batang Toru berkedudukan di Batang Toru c. Distrik Sipirok berkedudukan di Sipirok

2. Onder Afdeeling Padang Lawas, berkedudukan di Sibuhuan. Onder ini dibagi atas 3 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu :

a. Distrik Padang Bolak berkedudukan di Gunung Tua b. Distrik Barumun dan Sosa berkedudukan di Sibuhuan c. Distrik Dolok berkedudukan di Sipiongot


(41)

3. Onder Afdeeling Mandailing dan Natal, berkedudukan di Kota Nopan. Onder ini dibagi atas 5 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu :

a. Distrik Panyabungan berkedudukan di Panyabungan

b. Distrik Kota Nopan berkedudukan di Kota Nopan

c. Distrik Muara Sipongi berkedudukan di Muara Sipongi

d. Distrik Natal berkedudukan di Natal

e. Distrik Batang Natal berkedudukan di Muara Soma

Tiap-tiap onder distrik dibagi atas beberapa Luhat yang dikepalai olehseorang Kepala Luhat (Kepala Kuria) dan tiap-tiap Luhat dibagi atas beberapakampung yang dikepalai oleh seorang Kepala Hoofd dan dibantu oleh seorangKepala Ripo apabila kampung tersebut mempunyai penduduk yang besarjumlahnya.

Daerah Padang Lawas dijadikan suatu Kabupaten yang dikepalai oleeh seorang Bupati berkedudukan di Sibuhuan. Bupati pertamanya adalah Ir.H. Soripada Harahap dan kemudian Basyrah Lubis. Pada tahun 2002 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kecamatan Sayur Matinggi, Marancar, Aek Bilah, Ulu Barumun, Lubuk Barumun, Portibi, Huta Raja Tinggi, Batang Lubu Sutam, Simangambat dan Kecamatan Huristak.


(42)

Kecamatan-kecamatan yang dibentuk sebagaimana tersebut diatasberasal dari :

1. Kecamatan Sayur Matinggi dengan ibukotanya Sayur matinggi berasal dari sebagianKecamatan Batang Angkola.

2. Kecamatan Marancar dengan ibu kotanya Marancar berasal dari sebagian Kecamatan Batang Toru.

3. Kecamatan Aek Bilah dengan ibukotanya Biru berasal dari sebagian Kecamatan Saipar Dolok Hole.

4. Kecamatan Ulu Barumun dengan ibukotanya Pasar Paringgonan berasal dari sebagian Kecamatan Barumun.

5. Kecamatan Lubuk Barumun dengan ibukotanya Pasar Latong berasal dari sebagian Kecamatan Barumun. Kecamatan Portibi dengan ibukotanya Portibi berasal dari sebagian Kecamatan Padang Bolak.

6. Kecamatan Huta Raja Tinggi dengan ibukotanya Huta Raja Tinggi berasal dari sebagian Kecamatan Sosa.

7. Kecamatan Batang Lubu Sutam dengan ibu kotanya Pinarik berasal dari sebagian Kecamatan Sosa.

8. Kecamatan Simangambat dengan ibukotanya Langkimat berasal dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.

9. Kecamatan Huristak dengan ibukotanya Huristak berasal dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.


(43)

Dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 dan disyahkan pada tanggal 10 Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 dan disyahkan pada tanggal 10 Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas maka Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Padang Lawas Utara (Ibukotanya Gunung Tua) dengan jumlah daerah Administrasi 8 Kecamatan ditambah 10 desa dari Wilayah Kecamatan Padang Sidimpuan Timur dan Kabupaten Padang Lawas (Ibukotanya Sibuhuan) dengan jumlah daerah administrasi 12 Kecamatan sedangkan Kabupaten Tapanuli Selatan (ibukotanya Sipirok) dengan jumlah daerah administrasi 11 Kecamatan.

Tabel I

Bupati Padang Lawas Periode Ke Periode

No Nama Bupati Periode

1. Ir.H.Soripada Harahap 2007 – 2009

2. Basyrah Lubis 2009 – 2012

3. H. Ali Sutan Harahap 2012 – Sekarang


(44)

Tabel II

Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Padang Lawas

Kecamatan/District Luas/ Area (Km2) Distribusi Luas/

Distribution of Area (%)

Sosopan 407,52 9,63

Ulu Barumun 241,37 5,71

Barumun 119,50 2,83

Barumun selatan 122,60 2,90

Lubuk Barumun 300,23 7,10

Sosa 611,85 14,46

Batang Lubu Sutam 686,00 13,85

Hutaraja Tinggi 408,00 9,65

Huristak 357,65 8,46

Barumun Tengah 443,09 10,47

Aek Nabara Barumun 487,75 11,57

Sihapas Barumun 144,43 3,41

Jumlah Luas Kab. Padang Lawas

4229,99


(45)

2.1.2 Letak Wilayah

Kabupaten Padang Lawas terletak antara: 1o26’ ‐ 2o11’ Lintang Utara 91o01’ – 95o53’ Bujur Timur dengan luas wilayah 4.229,99 km2. Ketinggian Berkisar antara: 0 – 1.915 m2 di atas permukaan laut.31

Kemiringan Tanah:

a. Datar : 26.863 Ha ( 6,35 % )

b. Landai : 48.739 Ha ( 11,52 % ) c. Berbukit‐bukit : 67.664 Ha ( 16 % ) d. Bergunung : 279.733 Ha ( 66.13 % )

Wilayah Kabupaten Padang Lawas berbatasan dengan:

a. Utara :Kabupaten Padang Lawas Utara

b. Timur :Kabupaten Rokan Hulu (ProvinsiRiau)

c. Selatan :Kabupaten Pasaman (Provinsi Sumatera

Barat) dan Kecamatan Siabu (Kabupaten Mandailing Natal)

d. Barat :Kecamatan Gunung Malintang (Kabupaten

Mandailing Natal) Kecamatan Sayur

Matinggi dan Kecamatan Batang Angkola (Kabupaten Tapanuli Selatan).

31


(46)

Peta Kabupaten Padang Lawas

Sumber : BPS Kabupaten Padang Lawas 2014

2.1.3 Penduduk

Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2011, jumlah penduduk di Kabupaten Padang Lawas sebanyak 225.259 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 53 jiwa per km2 sedangkan Jumlah penduduk Padang Lawas pada tahun 2012 sebanyak 232.166 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 54 jiwa per km2. Jumlah penduduk laki-laki Padang lawas lebih banyak dari perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 100


(47)

persen yang artinya dari100 orang perempuan terdapat kira-kira 100 orang penduduk laki-laki.

Bila dilihat per Kecamatan maka kecamatan Barumun merupakan Kecamatan yang penduduknya terbesar dibanding kecamatan lainnya. Kecamatan Barumun juga merupakan kecamatan terpadat di Padang Lawas dengan kepadatan mencapai 376 jiwa per km2. Adapun kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Sihapas Barumun dan kepadatan penduduk terendah adalah Batang Lubu Sutam.

Berdasaarkan kelompok umur, penduduk Padang Lawas tergolong penduduk muda. Hal ini terlihat dari model piramida penduduk yang mengerucut keatas, atau dengan kata lain jumlah penduduk berumur muda lebih besar dibanding penduduk tua. Bila dibanding penduduk usia produktif( usua 15-64 tahun) dengan penduduk usia tidak produktif (0- 14 tahun dan 65 tahun ke atas). Maka rasio beban ketergantungan penduduk Padang Lawas tahun 2012 adalah sebesar 71 persen yang artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 71 orang penduduk usia tidak produktif.


(48)

Tabel III

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Kelompok Umur Jumlah Total Total

Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4)

0-4 17175 16509 33684

5-9 14575 13940 2828515

10-14 14094 13415 27509

15-19 11368 11160 22528

20-24 10061 10115 20176

30-34 8563 8606 17169

35-39 7619 7259 15148

40-44 6156 6370 12526

45-49 5336 5461 10797

50-54 4156 4265 8421

55-59 2991 3160 6151

60-64 1992 2285 4277

65-69 1259 4470 2729

70-74 806 1026 1832

75+ 789 1116 1905

Padang Lawas 116289 115877 232166


(49)

2.2 Partai Golkar

2.2.1 Sejarah Berdirinya Partai Golkar

Kelahiran Golkar dimulai dari proses pengorganisasian yang dilakukan secara teraratur sejak tahun 1960 yang dipelopori ABRI khususnya TNI-AD, dan secara eksplisit organisasi Golongan Karya lahir pada tanggal 20 Oktober1964 dengan nama Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), dengan tujuan semula untuk mengimbangi dominasi kekusaan politik PKI, dan perlawanan terhadap rongrongan dari PKI beserta ormasnya. Selanjutnya Sekber GOLKAR beranggotakan 61 organisasi fungsional yang kemudian berkembang menjadi 291 organisasi fungsional. Perkembangan yang cukup signifikan ini terjadi karena adanya kesamaan visi di antara masing-masing anggota.

Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR ini kemudiandikelompokkan berdasarkan kekaryaannya kedalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:

1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO) 2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) 3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) 4. Organisasi Profesi

5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM) 6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI) 7. Gerakan Pembangunan


(50)

Maka lahirnya Sekber Golkar yang merupakan wadah bagi golongan fungsional/golongan karya murni, yang tidak berada dibawah arus pengaruh kekuatan politik tertentu. Jumlah anggota Sekber Golkar ini bertambah dengan pesat, karena golongan fungsional lain yang menjadi anggota Sekber Golkar, dalam Front Nasional menyadari bahwa perjuangan dari organisasi fungsional serta untuk menjaga keutuhan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Perkembangan dari Golkar sendiri sangat ditunjang oleh keberadaan ABRI,yang menyatu kedalam tubuh Golkar,

Karena Golkar dipimpin ABRI aktif, dan faktanya tokoh ABRI begitu berpengaruh dalam terbentuknya Institusiini. Golongan Karya kemudian disebut juga sebagai masyarakat kekaryaan,yang terdiri dari golongan fungsional, selanjutnya ada penggolongan keanggotaan yang berasal dari warga Negara Indonesia sesuai dengan pekerjaannya dalam lapangan produksi yang ada yakni:

1. Angkatan Buruh/Petani 2. Angkatan Tani dan nelayan 3. Angkatan Pengusaha Nasional

4. Angkatan Bersenjata (Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut, Kepolisian, Veteran)


(51)

6. Angkatan Proklamasi

7. Angkatanjasa (cendikiawan, guru dan pendidik, seniman, wartawan, pemuda, wanita dan warga keturunan)

Dalam perjalanan selanjutnya, kegagalan G-30S PKI dan terbitnya SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret), kepada Jend.Soeharto untuk mengendalikan keamanan Negara, menjadikan posisi angkatan Darat yang telah mengkosolidasikan Sekber GOLKAR yang di dalamnya terdapat golongan fungsional di menjadi sangat stategis. Akhir dari kelumpuhan kekuatan PKI maka dimulailah dominasi GOLKAR dalam perpolitikan tanah air. Kondisi perpolitikan pada tahun1965,yakni setahun sesudah Sekber Golkar lahir, sangat diluar dugaan momentum politik saat itu telah ikut mendorong meroketnya eksistensi.

Sekber Golkar sebagai wadah alternatif atau pengimbang kekuatan front Nasionalis, menyusul kegagalan G30S/PKI. Maka Sekber Golkar bersama kekuatan Pancasila lainnya merapatkan barisan dan mencanangkan upaya pembaharuan, serta pembangunan di berbagai sektor kehidupan, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Maka pada saat dimulainya pemerintahan Orde Baru jadilah Golkar sebagai kekuatan terbesar dalam perpolitikan Indonesia, hingga akhirnya partai ini memenangkan secara mutlak seluruh PEMILU yang diadakan pada masa pemerintahan orde baru.


(52)

2.2.2 Hegemoni Golkar dan kebijakan Kristalisasi Partai Politik

Pemilu 1971 menampilkan Golkar sebagai pemenang dan menyapu bersih lawan-lawan politiknya secara nasional, maka hal ini dimanfaatkan oleh Soeharto untuk memperkuat posisi Golkar di parlemen dengan lebih menyederhanakan jumlah partai politik, dengan dalih bahwa Sistem politik dengan menjalankan multipartai, sangat mengganggu jalannya pembangunan diera orde baru. Maka pada 4 maret 1970 terbentuklah kelompok nasionalis yang merupakan gabungan PNI, IPKI, MURBA, PARKINDO dan partai katolik. Tanggal 14 Maret 1970 terbentuk kelompok spiritual yang terdiri dari NU, PARMUSI, PSII dan PERTI. Kemudian kelompok nasionalis diberi nama kelompok demokrasi pembangunan, sedangkan kelompok kedua diberi nama kelompok persatuan. Pengelompokan ini kemudian berlanjut dalam pembagian fraksi di DPR dan MPR hasil Pemilu 1971, dan keadaan seperti ini tentunya tidak memberi pilihan pada partai-partai politik lainnya untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan otoriter Orde baru, maka pada tahun 1973 partai nasionalis yang kemudian disebut kelompok demokrasi pembangunan menjadi partai demokrasi.

pada tanggal 10 januari 1973. Lalu kelompok spiritual yang kemudian menjadi kelompok persatuan, pada tanggal 19 Februari 1973 menggabungkan kegiatan politiknya kedalam wadah Partai Persatuan Pembangunan. Selanjutnya tindak lanjut dari isu peleburan partai ini, maka


(53)

pada tanggal 6 desember 1974 pemerintah orde baru menyampaikan rencana UU partai politik dan Golongan Karya kepada DPR, sebagai aturan hukum peleburan partai politik secara besar- besaran, yang terjadi pertamakalinya dalam sejarah kepartaian Indonesia. Implikasi dari kebijakan itu yakni fusi partai politik, Golkar kemudian menjelma menjadi organisasi politik dengan kekuatan yang tidak bias disaingi oleh dua kekuatan politik lainnya, sehingga dalam pemilu 1977 Golongan Karya adalah kekuatan politik yang sudah mempunyai identitas, sedangkan kedua partai lainya adalah dua partai baru yang mencoba mempertaruhkan identitasnya untuk menarik masa pendukung dalam pemilu.

PPP menangkap isu agama, sebagai satu-satunya pelekat utama bagi partainya. Sasaran utamanya adalah umat Islam dan organisasi-organisasi islam pendukungnya seperti NU, PSII, Muslimin Indonesia dan PERTI. Sasaran lain adalah pemilih rasional yang mengganggap PPP sebagai alternatif pilihan politik bagi masyarakat, serta perwacanaan yang dibangun, bahwa PPP adalah satu-satunya wadah bagi umat Islam.

Disisi lain Golkar sangat sadar dengan hal ini, dandengan kekuatan yang dimilikinya menetralisir isu yang menjadi senjata PPP itu, dengan menyatakan bahwa politik itu adalah urusan duniawi, maka umat islam berhak untuk memilih partai politik sesuai dengan keyakinannya, dan tidak berarti bahwa yang berada dalam barisan Golkar adalah umat islam yang tidak mementingkan Islam. Disisi lain, PDI adalah partai politik yang


(54)

sangat bersusah payah merumuskan identitas dirinya kepada massa pemilihnya sendiri. PDI yang bercirikan demokrasi Indonesia kebangsaan dan keadilan sosial, mencoba membangun citranya sebagai partai rakyat kecil, walaupun praktis tidak terlalu besar manfaatnya. Hal ini tentunya karena ketidakmampuan partai tersebut untuk merumuskan siapa dirinya, maka dia pun tidak mampu menumbuhkan proses identifikasi pemilih dengan dirinya. Golka rsebagai kekuatan politik tidak mampu disaingi oleh dua partai pesaingnya, Golkar dalam Pemilu menjual jargon “politik no

pembangunan yes” pada massa pemilihnya. Kemudian, Golkar

mengidentifikasi dirinya sebagai golongan yang terdiri dari manusia modern, yang mengusahakan modernisasi dan pembangunan bagi masyarakat. Disamping karena kuatnya pengaruh Golkar ditengah masyarakat, dan ditopang oleh birokrasi dan ABRI yang menjadi landasan kekuatan politik orde baru, maka tak pelak lagi, Golkar menjadi pemenang mutlak dalam setiap pemilu Orde Baru dan menjadi Absolute Majority di parlemen.

Kemudian dalam meraih dukungan dari pemilih diseluruh pelosok daerah, Orde Baru memberlakukan kebijakan bahwa partai-partai politik hanya bisa menjangkau masyarakat di tingkat kabupaten, yang tentu saja membatasi ruang gerak partai pesaingnya. Di sisi lain karena Golkar dianggap bukan partai, maka organisasi ini mampu dengan leluasa melakukan pengorganisiran massa hingga ke tingkat grassroot (akar


(55)

rumput), sampai ketingkat desa dan kelurahan. Kebijakan lain untuk strategi mendapatkan pemilih mengambang, dilakukan dengan mengasingkan para pemimpin partai (PPP dan PDI) dari pengikut mereka,yang memiliki akar-akar historis, dengan tokoh tersebut.

Selanjutnya, ada pembentukan keluarga besar Golongan Karya sebagai jaringan konstituen, yang dibina sejak awal Orde Baru melalui suatu pengaturan informal, yaitu jalur A untuk lingkungan militer, jalur B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G untuk lingkungan sipil di luar birokrasi. Pemuka ketiga jalur terebut melakukan fungsi pengendalian terhadap Golkar melalui Dewan Pembina yang mempunyai peran sangatstrategis.

Serangkaian peraturan pun dikeluarkan pemerintah, seperti peraturan Monoloyalitas yang mewajibkan semua pegawai negeri sipil (PNS) untuk menyalurkan aspirasi politiknya kepada Golongan Karya. Dengan iklim politik yang seperti ini, maka selama rezim Orde Baru jadilah Golkar dan ABRI, sebagai tulang punggung pemerintahan, dimana semua politik Orde Baru diciptakan, dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan Golkar, dimana selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa, jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir semuanya diduduki oleh kader-kader Golkar. Maka dapat dikatakan bahwa, selama periode pemerintahan orde baru dalam fakta politiknya terjadi proses demoktratisasi, tetapi dalam realitasnya hanya menjadi agenda seremonial


(56)

5 tahunan sekali, untuk melegitimasi pemerintahan Orde Baru. Dimana kondisinya, sebelum PEMILU itupun dilaksanakan therulling party’s, atau partai pemenangnya telah diketahui, karena begitu kuatnya cengkeraman kekuatan politik Golkar ke dalam seluruh sendi kehidupan masyarakat, dan ditunjang oleh kondisi pemerintahan yang otoriter (authoritharian bireucratic) selama rezim pemerintah Soeharto, maka tidak dipungkiri lagi dalam masa itu, Golkar menjadi kekuatan politik terbesar dengani nfrastruktrur politik yang sangat mumpuni sebagai partai penguasa, 32 tahun pemerintahan Orde Baru.

2.2.3 Platform Partai Golkar

Platform yang dimaksud disini adalah landasan tempat berpijak, yaitu wawasan-wawasan yang menjadi acuan dan arah dari mana dan kemana perjuangan Partai GOLKAR hendak menuju. Platform merupakan sikap dasar yang merupakan kristalisasi dari pemahaman, pengalaman dan kesadaran historis Partai GOLKAR dalam menyertai bangsa membangun masa depan.

Adapun yang menjadi acuan Partai Golkar adalah:

1. Partai GOLKAR bepijak pada landasan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


(57)

2. Partai GOLKAR mengembangkan wawasan kemajemukan yang inklusif yang mendorong dinamika dan persaingan yang sehat serta berorientasi pada kemajuan serta senantiasa siap berkompetisi secara sehat.

3. Partai GOLKAR menjunjung tinggi ajaran agama

yang dalam gerak langkahnya senantiasa

mendasarkan pada nilai-nilai etika dan moralitas berdasarkan ajaranagama. Etika dan moralitas adalah saripati dari ajaran agama dan buah dari keberagaman itu sendiri.

4. Partai GOLKAR adalah Partai yang demokratis yang memiliki komitmen pada demokrasi.

5. Partai GOLKAR adalah Partai Moderat yang senantiasa mengambil posisi tengah dan menempuh garis moderasi.

6. Partai GOLKAR mengutamakan pembangunan

hukum untuk keadilan dan tegaknya Hak Asasi Manusia (HAM)


(58)

2.2.4 Visi Misi Partai GOLKAR

Adapun yang menjadi visi Partai Golkar adalah:

Partai GOLKAR berjuang demi terwujudnya Indonesia baru yang maju, modern, bersatu, damai, adil dan makmur dengan masyarakat yang beriman dan bertaqwa, berahlak baik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, cinta tanah air, demokratis, dan adil dalam tatanan masyarakat madani yang mandiri, terbuka, egaliter, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja dan semangat kekaryaan, serta disiplin yang tinggi.

Adapun yang menjadi misi Partai Golkar adalah, Dalam rangka mengaktualisasikan doktrin dan mewujudkan visi tersebut Partai GOLKAR dengan ini menegaskan misi perjuangannya, yakni: menegakkan, mengamalkan, dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara dan idiologi bangsa demi untuk memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan mewujudkan cita-cita Proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang untuk mewujudkan masyarakat

yang demokratis, menegakkan supremasi hukum, mewujudkan

kesejahteraan rakyat, dan hak-hak asasimanusia. Dalam rangka membawa misi mulia tersebut Partai GOLKAR melaksanakan fungsi-fungsi sebagai sebuah partai politik modern, yaitu:

1. mempertegas komitmen untuk menyerap, memadukan,


(59)

kepentingan rakyat sehingga menjadi kebijakan politik yang bersifat publik.

2. melakukan rekruitmen kader-kader yang berkualitas melalui sistem prestasi (merit system) untuk dapat dipilih oleh rakyat menduduki posisi - posisi politik atau jabatan-jabatan publik. Dengan posisi atau jabatan-jabatan politik ini maka para kader dapat mengontrol atau mempengaruhi jalannya pemerintahan untuk diabdikan sepenuhnya bagi kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

3. Meningkatkan proses pendidikan dan komunikasi politik yang dialogis dan partisipatif, yaitu membuka diri terhadap berbagai pikiran, aspirasi dan kritik dari masyarakat.

2.2.5 Perkembangan Partai GOLKAR di Padang Lawas

Sejarah dan perkembangan Partai Golkar di Kabupaten Padang Lawas mengalami proses yang hampir sama dengan di daerah-daerah lain khususnya di Sumatera Utara, yakni kekuatan Partai Golkar yang sangat mengakar dan masuk ke dalam pelosok desa di daerah Padang Lawas. Sejak tahun 1974 organisasi masyarakat Golkar mulai terbentuk. Pada masa awalnya di pimpin oleh Yasir Ahmad Nasution, beserta pengurus pengurus inti lainnya yakni, H. Azwar Lubis, Rahmad Daulay, Zulkaraen Hasibuan. Seiring perkembanganya Ormas Golkar bermetamorfosis menjadi organisasi


(60)

yag menaungi segala golongan lapisan masyarakat di Padang Lawas hingga pada era reformasi menjadi sebuah partai. Fenomena politik ini, tentu saja terjadi karena akses yang dimiliki partai Golkar begitu besar hingga ke masyarakat pelosok desa, akibat dari kuatnya cengkeraman pemerintahan Orde Baru sebagai pemegang kekuasaan dan tidak berdayanya partai politik yang lain yang merupakan pesaing Partai Golkar.

Sejak Kabupaten Padang Lawas masih menjadi satu kesatuan dengan daerah Tapanuli Selatan Hingga pada tahun 2007 Padang Lawas berpisah dengan Tapanuli Selatan, Partai Golkar adalah kekuatan politik yang sangat berpengaruh. Beberapa faktor yang menyebabkannya, termasuk karena banyak masyarakat yang meyakini bahwa pembangunan di daerah ini disebabkan oleh keberadaan Partai Golkar sejak Padang Lawas berdiri dan memisahkan diri dari Kabupaten Tapanuli Selatan, partai golkar tetap mempunyai pengaruh besar di daerah padang lawas. Hal ini membuktikan bahwa partai golkar mulai menunjukkan kekuatannya pada pemilu tahun 2009. Dan mencapai suara maksimal pada tahun 2014 dengan perolehan suara terbanyak.

Eksistensi Partai Golkar pun terpelihara dengan baik di daerah Padang Lawas ini, karena dipengaruhi oleh dukungan luas para pemimpin adat ataupun tokoh masyarakat setempat, karena para tokoh masyarakat ini memiliki kedekatan emosional dengan kekuasaan atau pun pemerintah saat itu. Mereka menjadi sangat memiliki pengaruh di setiap desa, karena


(61)

tokoh-tokoh ini yang dianggap sebagai raja-raja adat ini tentunya masih memiliki keterikatan budaya dan ekonomi dengan masyarakat serta memiliki kekuatan yang harus ditaati oleh masyarakatnya.

Kondisi politik pasca Reformasi, disadari memang mengalami perubahan yang sangat signifikan terhadap proses pemenangan suatu partai politik, dimana pertarungan politik lebih terbuka dapat terjadi bagi setiap partai kontestan Pemilu. Dimana setiap partai memiliki peluang untuk memenangkan Pemilu, tergantung bagaimana mesin partai berjuang untuk mendapatkan suara dari konstituen, hingga meraih kemenangan dalam Pemilu. Tidak ada lagi intervensi yang dilakukan untuk memaksakan pilihan politik tertentu dalam pemilu, ataupun pilihan partai yang sangat terbatas seperti yang terjadi semasa Orde Baru. Maka menyikapi hal itu, Partai Golkar pun melakukan metamorfosa melalui program pembaharuan yang dilakukannya, dengan memunculkan wajah baru Partai Golkar, dengan apa disebut sebagai “paradigma Golkar baru”. Penguatan Kader menjadi konsentrasi Partai Golkar, program kerja yang real bagi masyarakat menjadi karya nyata Partai Golkar untuk memperoleh simpatik konstituen. Hal yang sama pun dilakukan oleh seluruh fungsionaris Partai Golkar di Seluruh Padang Lawas, yang bahu-membahu sebagai mesin politik partai Golkar untuk memenangkan Pemilu di Padang Lawas.

Selanjutnya sebagai Partai yang memiliki mesin politik yang cukup kuat, karena sudah sejak lama dibangun, dan pengaruhnya yang masih


(62)

cukup sentral ditengah masyarakat. Maka dalam Pemilu 2004 Golkar kembali menjadi Partai pemenang Pemilu di Tapanuli bagian Selatan, sekaligus menjawab kekalahan Partai Golkar pada Pemilu 1999. pada Pemilu 2009 setelah Padang Lawas Memisahkan diri dari Tapanuli Selatan, secara keseluruhan Partai Golkar memperoleh suara 9.134 suara. Dan menempatkan Golkar di urutan kedua. Dan dilanjutkan pada Pemilu tahun 2014 partai Golkar kembali meraih kemenangan dengan perolehan suara terbanyak di Kabupaten Padang Lawas dengan perolehan suara sebanyak 20.515.

2.2.6 Struktur Pengurus DPD Partai Golkar

Adapun komposisi dan Personalia DPD Partai Golkar Kabupaten Tapsel dan Padang Lawas Masa Bakti 1999-2004, 2004-2009, dan 2009-2015

Tabel IV

Komposisi dan Personalia Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Tapanuli Selatan Masa Bakti 1999- 2004

No NAMA JABATAN

1 Drs. Bachrum Harahap KETUA

2 Dirman Siregar SEKJEN

3 H.Banuaran Daulay BENDAHARA


(63)

Tabel V

Komposisi dan Personalia Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Tapanuli Selatan Masa Bakti 2004-2009

No NAMA JABATAN

1 Bachrum Harahap KETUA

2 H.Ir.Syarifuddin Hasibuan SEKJEN

3 Ir. Rahmat Nasution BENDAHARA

Sumber :DPD Partai Golkar Padang Lawas

Tabel IV

Komposisi dan Personalia Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Padang Lawas Masa Bakti 2009- 2014

No NAMA JABATAN

1 H.Ali Sutan Harahap KETUA

2 H.Syahwil Nasution SEKJEN

3 H.Sujito BENDAHARA


(64)

2.2.7 Profil Elite Politik Maupun Elite Non Politik

1. Profil H. Syahwil Nasution (Ketua DPRD)

Nama : H. Syahwil Nasution

Tempat / Tanggal Lahir : Sigalapung, 23 Mei 1963

Jenis Kelamin : Laki-laki S

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Nama istri : Hj. Yulisma Hasibuan

Nama Anak : 1. Yulisyah Hazelina Nasution 2. Ilham Wahyudi Nasution 3. Rizaldi Kurnia Saleh Nasution Nama Orang Tua:

Ayah : Alm. Mangaraja Soaduon Nst

Ibu : Almh. Pimpin Hasibuan

Alamat tempat tinggal :Jln.Lintas Riau Kec. Hutaraja Tinggi Kab. Padang Lawas

Riwayat Pendidikan :

1. SD. Negeri Impres Kecamatan Hutaraja Tinggi

2. SMP Negeri 1 Pasar Uj Batu Kecamatan Sosa.


(65)

Pengalaman Organisasi : 1. Ketua Pemuda Pancasila Kec Sosai Tahun

1988-1990

2. Ketua Penasehat Pemuda Pancasila di Kabupaten Tapsel 1990 – 2007

3. Ketua IPK kecamatan Sosa 1994-1995

4. Wakil Ketua KNPI Kecamatan Sosa 1992-1993 5. Ketua Dewan Penasehat KNPI Kab Padang Lawas

2008 – 20013

6. Ketua DPD Golkar Kab. Padanglawas Tahun 2008-2010

7. Sekretaris Partai Golkar 2009-2019 Pekerjaan Sekarang : Ketua DPRD Padang Lawas Pengalaman Pekerjaan:

1. Kepala Desa Sigalapung 1984-1992 2. Kepala Desa Sigalapung 1992-1998 3. Kepala Desa Sigalapung 1998- 2004 4. Anggoa DPRD Tapanuli Selatan 2006-2008 5. Wakil Ketua DPRD Padang Lawas 2009- 2014 6. Ketua DPRD Padang Lawas 2014-2019


(66)

2. Profil H. Syarifuddin Hasibuan M.Si (Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Golkar)

Nama : H. Syarifuddin Hasibuan M.Si

Tempat / Tanggal Lahir : Simangambat 11 Oktober 1965

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin Keluarga

- Nama istri : Hj. Nilawati Am.Keb - Nama Anak : 1. Arif Budiman Hasibuan

2. Rosari Damayanti Hasibuan - Nama Orang Tua

Ayah : Alm. Murat Hasibuan

Alamattempattinggal :Jl. Cendrawasih Pasar Sibuhuan Kab.Padang Lawas

Riwayat Pendidikan :

1. SD Simangambat

2. SMP N.1 Pasar Ujung batu 3. SMAN.1 Sosa.

Pengalaman Organisasi:

1. Sekretaris Golkar Kabupaten Tapanuli Selatan 2004-2009


(67)

2. Ketua Dewan Pertimbangna Golkar Kab Palas 2009- Sekarang

Pekerjaan Sekarang:

1.Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar sampai Sekarang

2.Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu II

Pengalaman Pekerjaan :

1. DPRD Tapanuli Selatan 1999-2004 2. Sekjen Paratai Golkar 1999-2004

3. Ketua Praksi Partai Golkar Kab. Tapsel 2004- 2008

4. Ketua DPRD Kab. Palas 2008-2009

5. Ketua Badan Kehormatan DPRD Kab.

Palas. 2009-2014

3. Profil Amrin Fikal Siregar (Ketua Fraksi Golkar)

Nama : Amrin Fikal Siregar

Tempat / Tanggal Lahir : 06 Agustus 1984

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin Keluarga


(68)

- Nama istri : Dinaria Syahfitri Am.Keb - Nama Anak : 1. Raja Muda Pelindung Siregar

- Nama Orang Tua

Ayah : Alm. Baginda Parlindungan Siregar

Alamat tempattinggal :Jln. Lintas Sumatera Desa Situhuan Kab.Padang Lawas Riwayat Pendidikan :

1. SD. Negeri Paran Najae Kab. Palas 2. MTS.s Purba Bangun Panyabungan

Kab. Madina

3. MA.s Purba Bangun Panyabungan Kab Madina

4. UIN Medan Sumatera Utara. Pengalaman Organisasi

1. Pengurus PMII Medan 2006-2007 2. Wakil sekretaris Jendral KNPI

Padang lawas 2009-2013 3. Sekretaris Jendral PB Imatapsel

Uin Medan 2008-2009 4. Wakil Sekretaris Bidang


(69)

Pekerjaan Sekarang : Anggota DPRD Padang Lawas 2014- 2019

Pengalaman Pekerjaan:

1. Jurnalis Metro Grup JPNN Surabaya 2012-2013

2. Sumut Pos Grup JPNN Poltabes medan 2013

3. Metro Tabagsel JPNN Padang Lawas 2014

4. DPRD Padang Lawas 2014-2019

4. Profil Sutan Harahap ( Ketua LMP Kab. Padang Lawas)

Nama : Sutan Harahap

Tempat / Tanggal Lahir : Simarancar, 05 Juni 1971

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin Keluarga

Nama istri : Siti Aisah Hasibuan Nama Anak

1. Husnul Hayani harahap 2. Fitri Diana harahap


(70)

3. Marhamah harahap

Pekerjaan : Ketua LMP Padang Lawas

Alamat tempat tinggal : Padang Rumbao Kec.Sosa Kab. Padang Lawas

Riwayat Pendidikan :

1. SD.Impres pasar Ujung Batu Kec. Sosa 2. SMP N 1. Pasar Ujung Batu Kec. Sosa 3. Mas. NU Paringgonan

Pengalaman Organisasi::

1. Ketua Ipk kecamatan Sosa 2006

2. Penasehat IpK Kabupaten Padang Lawas 3. Ketua naposo nauli bulung desa Lubuk

Bunut 2009-2010

4. Ketua LMP kecamatan Sosa 2011


(1)

BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan

1. Pemenangan partai Golkar banyak di pengaruhi oleh elit-elit yang berasal dari golkar itu sendiri maupun dari Ormas. Salah satu yang menunjukkan elektabilitas golkar adalah ketua partai golkar yang menjabat sebagai Bupati Padang Lawas, dan di ikuti oleh kader-kader partai golkar. Sementara dari non elit itu sendiri berasal dari sayap partai gokar itu sendiri yaitu Soksi (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia), dan di dukung oleh beberapa Ormas yaitu: IPK (Ikatan Pemuda Karya), dan LMP (Laskar Merah Putih).

2. Elit lokal yang mendukung partai Gokar sangat mempengaruhi masyarakat menjelang pemilu dengan mengadakan sosialisasi dan menerima aspirasi masyarakat yang menyangkut kebutuhan, semua kader dari tingkat desa sampai Kecamatan ikut dalam sosialisasi serta bergerak dalam strategi kemenangan untuk meraih hasil yang maksimal.

3. Salah satu yang paling kuat dalam tubuh partai golkar adalah elit yang ada dalam partai itu sendiri yang mempunyai kedudukan penting di Kabupaten Padang Lawas yang menjabat sebagai Bupati. Masyarakat sudah mengenal betul sosok figur bupati yang pro dengan masyarakat,


(2)

sehinggah ini salah satu yang menaikkan suara golkar dalam pemilu yang sudah berlangsung. Golkar mendapatkan tempat di tengah-tengah masyarakat sebagai partai yang mampu mewujudkan kesejahteraan dan memberikan pelayanan yang baik, serta menerima apirasi yang menjadi kebutuhan masyarakat.

4. Kemenangan partai Golkar membuktikan bahwa mereka salah satu partai yang besar, dengan terlaksana pemilu pada bulan april tahun 2014 menunjukkan hasil yang maksimal dengan memperoleh 20.515 suara dengan memperoleh 5 kursi di legislatif dari total 30 kursi legislatif yang diperebutkan. Pemilu yang telah berlangsung di Padang Lawas menjadi milik partai golkar dengan meraih kemenangan penuh yang menempatkan mereka di urutan pertama dengan suara yang paling banyak kemudian di ikuti oleh partai Hanura dan partai Demokrat.


(3)

4. 2. Saran

Saran peneliti terhadap peran elit lokal terhadap pemenangan partai Golkar di Kab.Padang Lawas ialah:

1. Elit yang mendukung partai golkar agar tetap menerima dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan harus mengetahui betul apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.

2. Elit yang telah duduk di legislatif agar mampu melaksanakan tugasnya dan tetap hadir di tengah-tengah masyarakat mulai dari lapisan bawah sampi keatas dengan harapan bisa mewujudkan keinginan/kebutuhan masyarkat.

3. Elit lokal harus dapat berkomunikasi dengan masyarakat sehingga kedekatan emosional yang selama ini sudah terbangun tetap terjalin, walaupun hasil untuk partai Golkar sangat memuaskan untuk daerah Kab. Padang Lawas, bukan berarti tugas telah usai, namun banyak langkah nyata yang harus dikerjakan demi kepentingan masyarakat yang sudah mendukung partai Golkar saat pemilu


(4)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Budiardjo, Miriam.2008. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif

dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press

Diamond, Larry. 1999. Developing Democracy Toward Consolidation. Yogyakarta: IRE Press

Firmansyah. 2007. Marketing Politik. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia

Harris, Peter dan Ben Reilly. 2000. Demokrasi dan konflik yang mengakar: Sejumlah Pilihan Untuk Negosiator. Jakarta: Internasional IDEA

Mas’oed, Mochtar. dkk.2001.Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Moloeng, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda karya.

Nordholt, Henk Schulte. dkk. 2007. Politik Lokal di Indonesia. Jakarta: Yayasan obor Indonesia

Pito, Toni Andrius. Dkk. 2006. Mengenal Teori-Teori Politik Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: Nuansa..

Prasteyo, Bambang. dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rudini, H. 1994. Atas Nama Demokrasi Indonesia. Jakarta: Rajawali press. Sinaga, Rudi Salam.2013. Pengantar Ilmu Politk. Yogyakarta: Graha Ilmu


(5)

Varma, S.P. 2010. Teori Politik Modern. Jakarta: PT. Raja Wali Perss Situs Internet :

Wawancara :

Wawancara dengan H. Syahwi Nasution Ketua DPRD Kab.Padang Lawas, pada tanggal 06 Desember 2014, bertempat di Kantor DPRD Kabupaten Padang Lawas Wawancara dengan Amrin Fikal. Ketua Fraksi Partai Golkar. Kab. Padang Lawas, tanggal 07 Desember 2014, bertempat di kantor DPRD Kabupaten Padang Lawas Wawancara dengan H. Syarifuddin.Wkl. Ketua Bidang Pemenangan Pemilu II Partai Golkar, tanggal 02 Desesmber 2014. Bertempat di kediamannya, di Jl Jendrawasih Kec.Barumun.

Wawancara dengan Darman MT HSB, Ketua Soksi Kab.Palas, pada tanggal 03 Desesmber 2014, bertempat di Kediamannya Sibuhuan Kec Barumun

Wawancara dengan Sahrul Daimunte. Ketua IPK Kec.Barumun, pada tanggal 05 Desember 2014, bertempat di Jalan Cendrawasih Lingkungan 6 padang luar Kec. Barumun

Wawancara dengan Sutan Harahap. Ketua LMP Padang Lawas, pada tanggal 10 Desember 2014, bertempat di Kediaman Beliau Desa Lubuk Bunut Kec. Sosa.


(6)