Perubahan Sosial Masyarakat Desa Bangunjaya Sejak Tahun 1980-an

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DESA BANGUNJAYA
SEJAK TAHUN 1980-AN

SITTI HADIJAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Sosial
Masyarakat Desa Bangunjaya Sejak Tahun 1980-an adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Sitti Hadijah
NIM I34090123

ABSTRAK
SITTI HADIJAH. Perubahan Sosial Masyarakat Desa Bangunjaya Sejak Tahun
1980-an. Dibimbing oleh RILUS A. KINSENG.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modernisasi yang diawali dengan
pembangunan yang terjadi pada tahun 1985 di Desa Bangunjaya memberikan
pengaruh pada kehidupan masyarakat. Pengaruh yang ditimbulkan adalah
perubahan pada aspek-aspek kehidupan masyarakat Desa Bangunjaya yaitu pada
aspek-aspek struktural dan kultural masyarakat serta tingkat kesejahteraan
masyarakat. Perubahan pada aspek-aspek struktural dan kultural masyarakat
adalah perubahan pada sistem pemerintahan, meningkatnya keberagaman mata
pencaharian, perubahan stratifikasi sosial, adanya kelompok-kelompok sosial
baru, serta pergeseran nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Disamping itu,
perubahan pada tingkat kesejahteraan adalah adanya perbedaan kondisi
pendidikan, kesehatan, dan pendapatan saat tahun 1980-an dan saat penelitian
dilakukan menurut persepsi masyarakat. Sikap masyarakat terhadap perubahan

sosial sebagian besar bernilai positif. Sikap masyarakat terhadap perubahan sosial
memiliki hubungan yang positif dengan karakteristik responden yang meliputi
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Hubungan yang negatif ditunjukkan
dari sikap masyarakat terhadap perubahan sosial dengan karakteristik responden
yang meliputi usia, jenis kelamin, dan status sosial.
Kata kunci: perubahan struktural dan kultural, perubahan tingkat kesejahteraan,
dan sikap masyarakat

ABSTRACT
SITTI HADIJAH. Social Change of Rural Community in the Village of
Bangunjaya since in 1980’s. Supervised by RILUS A. KINSENG.
The result showed that modernization that began with the construction
which going on in 1985 in the village of Bangunjaya an impact on people's lives.
The effect is the change in aspects of community life in the village Bangunjaya
the structural aspects and the cultural community and the public welfare. Changes
in aspects of structural and cultural changes in the society is the system of
government, the increasing diversity of livelihoods, changes in social
stratification, the new social groups, as well as a shift in values and norms that
exist in society. In addition, changes in the level of welfare is the difference in the
condition of education, health, and income in 1980’s and the time the study was

conducted according to public perception. Public attitudes towards social change
mostly positive value. Public attitudes towards social change has a positive
relationship with respondent characteristics including education level and income
level. A negative relationship was indicated from public attitudes toward social
change with respondent characteristics including age, gender, and social status.
Key words: structural and cultural changes, changes in the level of welfare, and
public attitudes

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DESA BANGUNJAYA
SEJAK TAHUN 1980-AN

SITTI HADIJAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Perubahan Sosial Masyarakat Desa Bangunjaya Sejak Tahun
1980-an
Nama
: Sitti Hadijah
NIM
: I34090123

Disetujui oleh

Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala limpahan hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Perubahan Sosial Masyarakat Desa Bangunjaya Sejak
Tahun 1980-an”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Muslimin, (Alm) Ibunda
Hj. Megawati, dan saudara-saudara saya yang telah memberikan semangat,
motivasi, doa, dukungan dan kasih sayang untuk kelancaran penulis dalam
menyelesaikan skripsi. Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Rilus
A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan
pikiran dalam memberikan masukan dan bimbingan hingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen beserta staf KPM
atas ilmu yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
masyarakat Desa Bangunjaya khususnya masyarakat Kampung Cimpag atas
kesediaan waktunya dalam memberikan informasi. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada teman-teman KPM 46 atas kebersamaannya selama di KPM.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman APD atas
kebersamaannya selama di asrama yang memberi warna berbeda di kehidupan
kampus.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan
bagi yang membacanya.

Bogor, Juli 2013
Sitti Hadijah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Masalah Penelitian

2

Tujuan Penelitian

3

Kegunaan Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

5

Konsep Perubahan Sosial


5

Level Perubahan Sosial

6

Sumber Perubahan Sosial

7

Identitas Perubahan Sosial

7

Pengertian Sikap

8

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap


8

Kerangka Pemikiran

8

Hipotesis Penelitian

9

Definisi Konseptual

10

Definisi Operasional

11

METODE PENELITIAN


15

Pendekatan Penelitian

15

Lokasi dan Waktu Penelitian

15

Teknik Pengumpulan Data

16

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

17

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


19

Kondisi Geografis Desa Bangunjaya

19

Kondisi Demografis Desa Bangunjaya

20

Infrastruktur Desa Bangunjaya

21

Gambaran Aktivitas Pertanian

22

Potensi Lokal Kampung Cimapag

24

PERUBAHAN STRUKTURAL DAN KULTURAL PADA
MASYARAKAT DESA SEJAK TAHUN 1980-AN
Sejarah Singkat Desa dan Dinamikanya

25
25

Dinamika Pemerintahan Desa

29

Ragam Mata Pencaharian

32

Stratifikasi Sosial

35

Kelompok-Kelompok Sosial

37

Norma dan Nilai

39

PERUBAHAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA
SEJAK TAHUN 1980-AN

43

Tingkat Pendidikan

43

Tingkat Kesehatan

45

Tingkat Pendapatan

46

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL

49

Karakteristik Responden

49

Sikap Masyarakat terhadap Perubahan Sosial

51

Hubungan antar Sikap terhadap Perubahan Sosial dengan
karakteristik Individu

52

SIMPULAN DAN SARAN

57

Simpulan

57

Saran

58

DAFTAR PUSTAKA

59

LAMPIRAN

61

RIWAYAT HIDUP

97

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Tingkat analisis perubahan sosial
Definisi operasional
Luas pemanfaatan lahan di Desa Bangunjaya tahun 2012
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Bangunjaya
Jumlah penduduk yang sekolah dan yang tidak sekolah menurut
tingkat usia di Desa Bangunjaya
Mata pencaharian penduduk Desa Bangunjaya tahun 2012
Sarana peribadatan Desa Bangunjaya tahun 2012
Fasilitas perekonomian Desa Bangunjaya tahun 2012
Persentase jumlah responden menurut perubahan tingkat
pendidikan masyarakat
Persentase jumlah responden menurut perubahan tingkat
pendidikan keluarga
Persentase jumlah responden berdasarkan perbedaan tingkat
kesehatan keluarga
Persentase jumlah responden berdasarkan perbedaan tingkat
pendapatan keluarga
Jumlah responden menurut tingkat usia dan kelas sosial masyarakat
Jumlah responden menurut tingkat pendidikan dan kelas sosial
masyarakat
Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan
Jumlah responden menurut tingkat pendapatan dan kelas sosial
masyarakat
Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara usia
dengan sikap terhadap perubahan sosial
Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara jenis
kelamin dengan sikap terhadap perubahan sosial
Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara status
sosial dengan sikap terhadap perubahan sosial
Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat
pendidikan dengan sikap terhadap perubahan sosial
Jumlah dan persentase responden antara tingkat pendapatan dengan
sikap terhadap perubahan sosial

6
11
19
20
20
21
22
22
44
44
46
47
49
50
50
51
52
53
54
55
56

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kerangka pemikiran
Sejarah desa dan dinamikanya
Dinamika pemerintahan desa
Perubahan ragam mata pencaharian
Perubahan lapisan pada stratifikasi sosial masyarakat
Perubahan nilai dan norma pada masyarakat

9
28
31
35
37
42

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Peta Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor
Kuesioner
Kerangka sampling
Dokumentasi
Hasil uji korelasi Rank Spearman
Hasil uji perbedaan Chi-Square
Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa

61
62
64
86
89
92
95

1

PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan membahas landasan pemikiran dari penulisan skripsi
ini. Landasan pemikiran tersebut dipaparkan melalui latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Latar belakang
menggambarkan permasalahan umum dalam penelitian disertai dengan fakta-fakta
yang mendukung terhadap perubahan sosial masyarakat desa. Kemudian
permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian dipaparkan dalam
perumusan masalah. Tujuan penelitian merupakan jawaban yang diharapkan
terhadap permasalahan-permasalahan dalam penelitian. Sementara kegunaan
penelitian merupakan manfaat yang diharapkan oleh peneliti setelah penelitian ini
dilakukan.

Latar Belakang
Berbicara tentang desa maka gambarannya berupa komunitas kecil,
pertanian, dan lokalitas baik tempat tinggal maupun pemenuhan kebutuhan
(Rahardjo 2004). Desa-desa di manapun cenderung memiliki karakteristik tertentu
yang sama. Namun, jika ada ciri umum maka adapula ciri khusus. Oleh karena itu,
satu kebijakan atau penetapan keputusan yang bersifat seragam dan berlaku untuk
semua memiliki pengaruh dan hasil yang berbeda-beda pula menyesuaikan
dengan karakteristik atau ciri khusus tadi. Pengkajian secara spesifik terhadap
desa tertentu atas suatu peristiwa tertentu akan memberikan hasil yang berbedabeda.
Pembangunan merupakan salah satu unsur penting dari suatu tanda adanya
sebuah perubahan. Pembangunan Indonesia sejak tahun 1980-an hingga kini
mengalami perubahan yang baik, meskipun pembangunan Indonesia seringkali
mengalami pasang-surut. Pembangunan daerah di Indonesia sejak tahun 1969,
telah membawa banyak kemajuan dalam peningkatan kualitas hidup yang
ditunjukkan dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah pengukuran
perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup.
BPS menuliskan IPM di Jawa Barat pada tahun 1990 mencapai 41.8 dan pada
tahun 2012 mencapai 73.19. IPM Provinsi Jawa Barat tahun 2012 sebesar 73.19
poin tersebut dengan pencapaian indikator komposit pada indeks pendidikan
mencapai 82.75 poin, indeks kesehatan mencapai 72.67 persen dan indeks daya
beli 64.17 persen.1 Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas hidup
manusia khususnya di Jawa Barat. Hal yang lumrah bahwa tingkat pembangunan
dan perkembangan ekonomi satu daerah berbeda dengan daerah lain. perbedaan
ini antara lain karena perbedaan topografi, sumberdaya alam, kegiatan ekonomi
serta jumlah penduduk. Bagaimana dengan tingkat pembangunan dan
perkembangan ekonomi dalam satu lingkup daerah. Kondisi idealnya adalah data
secara makro di tingkat daerah ini juga diikuti dengan kondisi pembangunan di
tingkat desa.
1

Dikutip dari tulisan IPM Jabar Naik, Gubernur Mengaku Belum Puas, diterbitkan harian Antara
Jawa Barat, Jum’at 22 Maret 2013 http://www.antarajawabarat.com/lihat/berita/42742/ipm-jabarnaik-gubernur-mengaku-belum-puas [diunduh pada tanggal 17 Juni 2013]

2

Pembangunan di Era Orde Baru dengan kebijakan pembangunannya yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I-VI ternyata
mengalami ketimpangan pembangunan. Hal tersebut ditandai dengan tercetusnya
Undang-Undang No. 22/1999 tentang pemerintahan daerah. Dalam aplikasinya
otonomi daerah cukup banyak memberikan pengaruh positif terhadap
pembangunan, tetapi tidak sedikit pula pengaruh negatif yang ditimbulkan. Hasil
penelitian yang dilakukan Yulian (2008) mengenai kajian pembangunan daerah
dan kemiskinan pedesaan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 4 tahun
semenjak otonomi daerah dilaksanakan, jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Kutai Kartanegara dari data yang dihimpun secara makro menunjukkan penurunan.
Namun di tingkat mikro, program penanggulangan kemiskinan seperti Santunan
Warga Tidak Mampu (SWTM) yang digagas pemerintah daerah dan Bantuan
Langsung Tunai (BLT) yang digagas oleh pemerintah pusat justru saling tumpang
tindih dan belum berhasil membawa orang miskin untuk lebih sejahtera.
Otonomi daerah dimana pemerintah daerah mendapatkan mandat dalam
pengambilan keputusan terkait dengan pembangunan daerah berimplikasi pada
masuknya “orang luar” dengan tujuan memajukan masyarakat daerah. Fakta hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2011) mengenai dampak keberadaan
perusahaan pertambangan batubara pada aspek sosial-ekonomi dan ekologi
masyarakat menunjukkan bahwa keberadaan perusahaan memberikan pengaruh
positif pada pendapatan Kota Samarinda dan peluang berusaha masyarakat.
Namun, kondisi tersebut hanya dirasakan oleh segelintir orang saja.
Salah satu kegagalan pembangunan di tahun 1980-an yang masih
merupakan bagian dari era orde baru adalah keputusan yang terpusat pada
pemerintah pusat. Partisipasi atau peran aktif dari masyarakat kurang mendapat
tempat dalam proses pembangunan. Reformasi pun menjadi momentum
perubahan arah pembangunan yang tidak lagi hanya berasal dari pemerintah pusat
melainkan berasal juga dari masyarakat. Hal ini menunjukkan partisipasi
masyarakat menjadi bagian penting dalam pembangunan. Sikap masyarakat
terhadap adanya pembangunan sebagai wujud adanya perubahan dapat menjadi
tanda bahwa apakah pembangunan memang berjalan sebagaimana mestinya atau
tidak.
Fakta-fakta penelitian yang telah dipaparkan memperlihatkan bahwa dalam
kurun waktu 1980-an hingga kini terdapat sejumlah perubahan di masyarakat.
perubahan yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung dalam proses yang
panjang. Secara makro pembangunan tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah pembangunan secara makro di
tingkat daerah tersebut juga diikuti dengan pembangunan di tingkat mikro yakni
di tingkat pedesaan. Selanjutnya bagaimana dengan sikap masyarakat terhadap
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Oleh karena itu,
Perubahan sosial dan sikap masyarakat terhadap perubahan sosial tersebut
menjadi penting dan menarik untuk dikaji.

Masalah Penelitian
Perubahan yang terjadi di tingkat makro sejak tahun 1980-an idealnya juga
menggambarkan perubahan yang serupa pada tingkat mikro, dalam hal ini

3

setidaknya satu atau dua aspek yang serupa di tingkat pedesaan. Penelitian ini
mengkaji perubahan sosial pada masyarakat Desa Bangunjaya, Kecamatan
Cigudeg khususnya Dusun 04 dan Dusun 05. Berdasarkan hal ini muncul
beberapa pertanyaan penelitian yaitu:
1. Aspek-aspek apa pada kehidupan masyarakat Desa Bangunjaya yang
mengalami perubahan dan aspek-aspek apa pula yang relatif tidak
mengalami perubahan?
2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial atau sumber
perubahan sosial tersebut?
3. Bagaimana sikap masyarakat terhadap perubahan sosial tersebut dan
bagaimana hubungan sikap tersebut dengan karakteristik individu
masyarakat Desa Bangunjaya?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis aspek-aspek pada masyarakat yang mengalami perubahan
maupun aspek-aspek yang relatif tidak mengalami perubahan.
2. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial atau
sumber perubahan.
3. Menganalisis sikap masyarakat terhadap perubahan sosial tersebut dan
hubungan antara sikap tersebut dengan karakteristik individu masyarakat
Desa Bangunjaya.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak
yang memiliki minat dalam studi perubahan sosial di pedesaan, Adapun manfaat
yang dapat diperoleh yaitu:
1. Bagi Mahasiswa dan Peneliti
Dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai perubahan sosial
pada aspek-aspek kehidupan masyarakat di tingkat desa dengan
karakteristik tertentu dan sikap masyarakat terhadap perubahan sosial
tersebut.
2. Bagi masyarakat
Dapat memberikan gambaran kepada masyarakat untuk mengetahui aspekaspek kehidupan sosial masyarakat apa saja yang telah mengalami
perubahan maupun yang tidak mengalami perubahan.
3. Bagi pemerintah
Dapat menjadi gambaran bahwa peristiwa-peristiwa di tingkat daerah yang
menunjukkan perubahan dengan adanya pembangunan juga sebaiknya
diikuti atau dibuktikan di tingkat desa.

4

5

TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini menjelaskan acuan-acuan yang melandasi pemikiran terhadap
permasalahan dalam penelitian. Beberapa acuan diperoleh dari laporan hasil
penelitian, baik cetak maupun elektronik. Acuan tersebut memuat antara lain
konsep perubahan sosial, level perubahan sosial, sumber perubahan sosial,
identitas perubahan sosial, pengertian sikap, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap. Disamping itu, bagian ini juga memaparkan kerangka
pemikiran dari penelitian ini, hipotesis penelitian, definisi konseptual, dan definisi
operasional.

Konsep Perubahan Sosial
Teori Perubahan Sosial (Social Change Theory) Comte (1798-1857)
dikutip Salim (2002) menjelaskan konsep Social Static (bangunan struktural) dan
Social Dynamics (dinamika struktural). Social static berbicara tentang struktur
yang memuat pengelompokkan masyarakat berdasarkan kelas-kelas tertentu
sedangkan social dynamic membahas dinamika dari struktur yang berubah atau
proses perubahan kelas-kelas masyarakat dari satu masa ke masa yang lain.
Perubahan sosial ada pada dinamika struktural dimana isu perubahannya meliputi
bagaimana kecepatannya, arahnya, bentuknya, agennya (perantara) serta
hambatan-hambatannya. Horton dan Hunt (1984) menyatakan bahwa perubahan
sosial merupakan perubahan dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial.
Perubahan sosial antara lain meliputi perubahan dalam segi distribusi kelompok
usia, tingkat pendidikan rata-rata, tingkat kelahiran penduduk, penurunan kadar
rasa kekeluargaan dan informalitas antar tetangga karena adanya perpindahan
orang dari desa ke kota, dan perubahan peran suami sebagai atasan yang
kemudian menjadi mitra.
Menurut Vago (1989) perubahan sosial dikonseptualisasikan sebagai
proses terencana atau tidak terencana, perubahan kualitatif atau kuantitatif dalam
fenomena sosial yang dapat digambarkan dalam enam bagian secara kontinum
yang tersusun saling berhubungan sebagai komponen analisis. Perubahan sosial
oleh Vago (1989) juga dianggap sebagai proses modernisasi yang menjelaskan
bahwa modernisasi dimulai dari tiga cara, yaitu:
1. Modernisasi merupakan hasil dari industrialisasi pada sebuah negara, yang
membawa perubahan sistem nilai, tingkah laku, adat, orientasi baru pada
produksi, dengan motivasi untuk mendukung terealisasinya industrialisasi.
2. Modernisasi merupakan hasil spontan yang merupakan bentuk kontak
antara kebudayaan produk pembangunan dengan masyarakat yang kurang
membangun.
3. Modernisasi merupakan akibat perencanaan ekonomi pemerintah. Dengan
demikian proses modernisasi memerlukan waktu yang lama, yang
mengikuti proses pembangunan ekonomi dan industri. Pencapaian tingkat
ekonomi dan stabilitas ekonomi negara dan proses industrialisasi
merupakan prasyarat untuk menuju masyarakat yang modern.

6

Level Perubahan Sosial
Vago (1989) memandang bahwa perubahan sosial dapat dilihat dari
identitas perubahan, tingkatan, level, arah, besaran dan laju perubahan. Identitas
perubahan adalah fenomena sosial tertentu yang sedang mengalami transformasi
seperti perilaku, sikap, pola interaksi, struktur kewenangan, laju produktivitas.
Pada tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik. Pada tingkat mezo terjadi
perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi. Pada tingkat mikro terjadi
perubahan interaksi perilaku individual. Perubahan juga memiliki tingkatannya
masing-masing sesuai dengan bentuk dan proses perubahan yang terjadi. Secara
lebih terperinci level-level perubahan sosial dan bentuk perubahannya dijelaskan
dalam tabel berikut:
Tabel 1 Tingkat analisis perubahan sosial
Tingkat Analisis
Global

Wakil Kawasan Studi
Organisasi internasional,
ketimpangan internasional
Lingkaran kehidupan,
Peradaban

Wakil unit-unit studi
GNP, data perdagangan

Inovasi ilmiah, kesenian dan
inovasi lain-lain, institusi
social
Kebudayaan material dan
Teknologi, ideologi, nilaiKebudayaan
Kebudayaan non material
nilai
Sistem stratifikasi,
Pendapatan. kekuasaan,
Masyarakat
struktur, demografi, kejahatan gengsi, peranan, tingkat
migrasi, tingkat
pembunuhan
Sistem stratifikasi,
Pendapatan. kekuasaan,
Komunitas
struktur, demografi, kejahatan gengsi, peranan, tingkat
migrasi, tingkat
pembunuhan
Ekonomi, pemerintahan,
Pendapatan keluarga, pola
Institusi
agama, perkawinan, keluarga, pemilihan umum, jemaah
pendidikan
gereja dan masjid, tingkat
perceraian, proporsi
penduduk di perguruan
tinggi
Stuktur, pola interaksi, struktur Peranan, klik persahabatan,
Organisasi
kekuasaan, produktivitas
administrasi, tingkat
produksi
Tipe interaksi, komunikasi
Jumlah konflik, kompetisi
Interaksi
atau kedekatan, identitas
keseringan dan kejarangan
partisipasi interaksi
Sikap
Keyakinan mengenai
Individu
berbagai persoalan, aspirasi
Sumber: Lauer (1993)
Peradaban

7

Sumber Perubahan Sosial
Menurut Soekanto (2000), faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan sosial dan kebudayaan antara lain, yaitu:
1. Bertambahnya atau berkurangnya penduduk
2. Penemuan-penemuan baru (Inovasi)
3. Pertentangan atau konflik masyarakat
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi dalam masyarakat
5. Bencana alam
6. Peperangan
7. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Vago (1989) dalam tulisannya menganalisis beberapa faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan dalam masyarakat. Faktor-faktor perubahan meliputi
teknologi, ideologi, kompetisi, konflik, politik dan ekonomi, serta tegangan
struktur. Sumber-sumber perubahan ini dalam banyak hal saling berhubungan.
Soekanto (2000) memandang bahwa perubahan sosial sebagai sebuah
proses, perubahan sosial membutuhkan saluran-saluran perubahan, yaitu saluran
yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut
adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi,
pendidikan, agama, rekreasi dan seterusnya. Lembaga kemasyarakatan tersebut
menjadi titik tolak, bergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa
tertentu. Saluran pemerintahan tercermin dalam studi Hefner (1999) yang
memperlihatkan tentang dinamika kehidupan sosial masyarakat Tengger yang
sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan politik pada zaman kolonial hingga
era kemerdekaan. Kebijakan-kebijakan rezim yang berkuasa pada saat itu
menyebabkan perubahan pola budaya yang mengalami akulturasi akibat
terbukanya akses informasi dan transportasi. Sementara itu, perubahan yang
terjadi melalui saluran ekonomi telah nampak sejak era revolusi industri.

Identitas Perubahan Sosial
Vago (1989) dengan pemahamannya mengemukakan bahwa perubahan
memiliki identitasnya sendiri. Identitas menurut Vago adalah “apa yang berubah”
dari suatu masyarakat, seperti stratifikasi sosial, kelompok-kelompok sosial,
sistem pemerintahan, dan lain sebagainya. Dimensi-dimensi identitas yang
mengalami perubahan sosial dapat dikategorikan menjadi perubahan struktural
dan kultural. Polak (1966) yang dikutip Rahardjo (2004) berpendapat bahwa
antara kebudayaan dan struktur terdapat korelasi fungsional. Artinya, antara
kebudayaan dan struktur dalam suatu masyarakat terjadi keadaan saling
mendukung dan membenarkan.
Perubahan struktur sosial dan kultur juga dipaparkan dalam hasil studi
yang dilakukan oleh Yulianto (2010) yang menunjukkan bahwa perkembangan
industri perkebunan kelapa sawit memberikan pengaruh terhadap perubahan
masyarakat lokal. Penulis membahas hasil dari penelitian dengan mendeskripsikan
perubahan struktur sosial meliputi stratifikasi sosial, sistem kepemimpinan,
diferensiasi sosial; perubahan nilai budaya dan kelembagaan meliputi kohesivitas
masyarakat desa, sistem kelembagaan, norma/nilai adat masyarakat; perubahan

8

tingkat kesejahteraan: tingkat pendapatan, konsumsi penduduk, kondisi
perumahan; dan hubungan tingkat kesejahteraan dengan perubahan sosial meliputi
hubungan perubahan sistem kepemimpinan dengan tingkat kesehatan, hubungan
perubahan mata pencaharian dengan peningkatan pendidikan, hubungan
peningkatan pendapatan terhadap melemahnya nilai budaya tradisional.

Pengertian Sikap
Menurut Sarwono (1999) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kecenderungan
merespon (secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Ketika
sikap telah terbentuk maka sikap tersebut akan sulit diubah. Psikolog sosial
memandang sikap sebagai hal yang penting bukan hanya karena sikap itu sulit
untuk diubah, tetapi karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial individu
meskipun sikap tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku yang tampak dan
juga karena sikap seringkali mempengaruhi tingkah laku individu terutama terjadi
saat sikap yang dimiliki kuat dan mantap (Baron dan Byrne 2004).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Walgito (2002) yang dikutip Mulyandari (2006) mengatakan bahwa
pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
a. Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara dalam menanggapi dunia
luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima
atau ditolak. Faktor internal itu merupakan faktor-faktor yang terdapat
dalam diri orang yang bersangkutan.
b. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang
merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Faktorfaktor tersebut yaitu sifat objek yang dijadikan sasaran, kewibawaan orang
yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau sekelompok
orang yang mendukung sifat tersebut, media komunikasi yang digunakan
dalam menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap itu dibentuk.

Kerangka Pemikiran
Perubahan pasti terjadi baik dalam level tertentu, jangka waktu tertentu,
dan besaran tertentu. Kurun waktu 1980-an hingga kini, secara makro yakni di
tingkat daerah terlihat banyak perubahan. Bagaimana dengan perubahan secara
mikro di tingkat desa. Secara kualitatif, penelitian ini menganalis aspek-aspek
pada masyarakat yang mengalami perubahan disertai aspek-aspek yang relatif
tidak mengalami perubahan. Penelitian juga menganalisis sumber atau faktorfaktor penyebab perubahan sosial. Analisis terhadap perubahan sosial dimulai
sejak tahun 1980-an hingga saat penelitian berlangsung.
Penelitian ini juga menguji hubungan antara karakteristik individu yang
meliputi usia, jenis kelamin, status sosial, tingkat pendidikan, dan tingkat

9

pendapatan dengan sikap individu terhadap perubahan sosial melalui pendekatan
kuantitatif. Pengujian sikap dilakukan karena sikap merupakan bagian dari respon
terhadap perubahan sosial di tingkat individu dengan memungkinkan adanya
hubungan. Disamping itu, pendekatan kuantitatif juga dilakukan dalam mengukur
kesejahteraan masyarakat, meliputi tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan
tingkat pendapatan masyarakat sebagai identitas perubahan yang dihimpun
berdasarkan opini masyarakat.
Pembangunan,
interaksi dengan
pihak luar
Masyarakat Desa

Perubahan Sosial

Sumber Perubahan
Kebijakan/Program
Teknologi baru

Identitas
Perubahan

Obyektif
Perubahan struktur dan
kultur:
Mata pencaharian
Stratifikasi sosial
Kelompok sosial
Sistem pemerintahan
Nilai-nilai
Norma

Sikap terhadap
Perubahan
Sosial

Subyektif
Perubahan Kesejahteraan
Masyarakat:
Tingkat pendidikan
Tingkat kesehatan
Tingkat Pendapatan

Karakteristik
Individu:
Usia
Jenis Kelamin
Status Sosial
Tingkat
Pendidikan
Tingkat
Pendapatan

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Keterangan:
Hubungan

Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini meliputi hipotesis pengarah dan hipotesis uji.
Hipotesis pengarah dalam penelitian ini adalah sejak era orde hingga kini terdapat
perubahan sosial yang cukup signifikan pada masyarakat Desa Bangunjaya.

10

Perubahan sosial ini terutama bersumber dari kegiatan pembangunan dan interaksi
dengan pihak luar. Sementara hipotesis uji dalam penelitian ini antara lain:
1. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap perubahan sosial dengan
usia individu
2. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap perubahan sosial dengan
jenis kelamin individu
3. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap perubahan sosial dengan
status sosial individu
4. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap perubahan sosial dengan
tingkat pendidikan individu
5. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap perubahan sosial dengan
tingkat pendapatan individu
6. Terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pendidikan di tahun 1980-an
dan saat penelitian berlangsung
7. Terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kesehatan di tahun 1980-an
dan saat penelitian berlangsung
8. Terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pendapatan di tahun 1980-an
dan saat penelitian berlangsung

Definisi Konseptual

1.
2.

3.
4.

5.
6.

7.
8.

Adapun definisi konseptual dalam penelitian ini antara lain:
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial
masyarakat sejak tahun 1980-an.
Perubahan struktur dan kultur adalah perubahan pola-pola hubungan dan
kebiasaan masyarakat meliputi perubahan mata pencaharian, stratifikasi
sosial, kelompok sosial, sistem pemerintahan, nilai-nilai, dan norma.
Mata pencaharian adalah pekerjaan yang saat ini banyak atau umumnya
dilakukan oleh masyarakat.
Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat. Dasar kriteria yang umumnya dipakai untuk
menggolongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan dalam
masyarakat yaitu kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan.
Kelompok sosial adalah gabungan sejumlah individu dengan membentuk
sejumlah aturan untuk mencapai tujuan bersama.
Sistem pemerintahan adalah tata aturan dalam mengatur dan menjalankan
kebijakan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Nilai-nilai adalah konsepsi-konsepsi yang terdapat dalam fikiran sebagian
besar warga masyarakat yang dijadikan orientasi dalam bertindak.
Norma adalah peraturan yang disertai sanksi sebagai faktor pendorong
untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu.

11

Definisi Operasional
Definisi operasional untuk masing-masing variabel dijelaskan dalam
Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Definisi operasional
Kategori
Variabel
Uraian
Sikap terhadap
Kecenderungan individu dalam
perubahan sosial
memberikan respon atau menanggapi
perubahan sosial di masyarakat pada tahun
1980-an.
Sikap ini akan diukur dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari
empat tingkatan jawaban yaitu:
a. sangat setuju (skor 4)
b. setuju (skor 3)
c. tidak setuju (skor 2)
d. sangat tidak setuju (skor 1)
Dalam mengukur indikator sikap,
responden diminta untuk memilih atau
menjawab pilihan pada setiap pernyataan
tentang sikap masyarakat terhadap
Sikap
perubahan sosial yang terjadi di desa.
Pilihan jawaban tersebut
merepresentasikan suatu skala yang
mempunyai nilai dari positif sampai
negatif.
Hasil dari pengambilan data
kemudian akan dilakukan pemberian skor
sebagai berikut:
Skor minimum = 9
Skor maksimum = 36
Sikap negatif jika nilai skor berada pada
interval 93 tingkat (kode 1)
b. Signifikan: perubahan skala
sebesar ≤3 tingkat (kode 2)
c. Tidak signifikan: tidak ada
perubahan skala (kode 3)
Perubahan kondisi kesehatan dari segi
kemudahan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan, yang diukur berdasarkan
lingkup keluarga responden sejak tahun
1980-an hingga kini.
Ukuran perubahan diketahui dengan
cara responden memilih skala 1-10 pada
pertanyaan yang akan diberikan kepada
responden. Skala tersebut
merepresentasikan kondisi sebenarnya
yang bertingkat dari yang paling baik
hingga yang paling buruk. Kemudian akan
dilakukan penggolongan sebagai berikut:
a. Sangat signifikan: perubahan skala
sebesar >3 tingkat (kode 1)
b. Signifikan: perubahan skala
sebesar ≤3 tingkat (kode 2)
c. Tidak signifikan: tidak ada
perubahan skala (kode 3)
Perubahan kondisi peningkatan
pendapatan yang diukur berdasarkan
lingkup keluarga responden sejak tahun
1980-an hingga kini.
Ukuran perubahan diketahui dengan
cara responden memilih skala 1-10 pada
pertanyaan yang akan diberikan kepada
responden. Skala tersebut
merepresentasikan kondisi sebenarnya
yang bertingkat dari yang paling baik
hingga yang paling buruk. Kemudian akan
dilakukan penggolongan sebagai berikut:
a. Sangat signifikan: perubahan skala
sebesar >3 tingkat (kode 1)
b. Signifikan: perubahan skala
sebesar ≤3 tingkat (kode 2)
c. Tidak signifikan: tidak ada
perubahan skala (kode 3)

14

15

METODE PENELITIAN
Metode penelitian menggambarkan pendekatan penelitian yang diterapkan
di lapangan. Pendekatan lapangan meliputi pendekatan penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis
data. Pendekatan penelitian merupakan pendekatan yang dilakukan dalam
melakukan penelitian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lokasi dan waktu
penelitian menggambarkan mengenai pemilihan lokasi dan waktu yang diperlukan
untuk penelitian mulai penyusunan proposal hingga laporan penelitian. Teknik
pengumpulan data memaparkan cara yang digunakan dalam menggali data dan
informasi kepada responden dan informan. Teknik pengolahan dan analisis data
merupakan pemaparan cara mengolah data yang diperoleh dari hasil pengambilan
data dan informasi yang kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan dan hipotesis
yang diajukan.

Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif untuk pengambilan data yang bersifat
deskriptif berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya,
seperti foto, dokumen, dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian. Tujuan
pendekatan ini adalah untuk mengetahui informasi yang lebih dalam mengenai
bagaimana proses perubahan sosial yang terjadi sejak tahun 1980-an hingga
penelitian dilakukan, bagaimana faktor-faktor atau sumber perubahannya, aspekaspek apa saja yang mengalami perubahan dan aspek-aspek apa pula yang tidak
mengalami perubahan, serta bagaimana sikap masyarakat terhadap perubahan
sosial yang terjadi. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam,
observasi lapang secara partisipatif, dan penelusuran dokumen.
Pendekatan kuantitatif diperlukan untuk pengambilan data berupa angka.
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap
perubahan sosial berdasarkan karakteristik individu, meliputi usia, jenis kelamin,
status sosial, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Disamping itu,
pendekatan kuantitatif juga digunakan dalam mengukur perbedaan kondisi sejak
tahun 1980-an hingga kini pada aspek kesejahteraan responden yang meliputi
tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pendapatan. Data kuantitatif
diperoleh melalui metode survei, yaitu pengambilan data dari responden yang
merupakan sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner
(Singarimbun 1989).

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai perubahan sosial masyarakat seak tahun 1980-an
dilakukan di Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor
(Lampiran 1). Penelitian difokuskan pada Dusun 04 dan Dusun 05. Penelitian ini
merupakan penelitian studi kasus pada lingkup dusun dalam desa. Pemilihan

16

lokasi penelitian yaitu Dusun 04 dan Dusun 05 dilakukan secara sengaja
(purposive). Lokasi ditentukan berdasarkan pertimbangan ketertarikan dalam
menganalisis sejauh mana pembangunan yang terjadi di tingkat daerah atau
perkotaan juga diikuti pembangunan di tingkat pedesaan. Pemilihan lokasi yang
lebih spesifik disebabkan oleh lokasi tersebut adalah dusun yang paling tertinggal
dibanding dusun-dusun lainnya. Kajian penelitian menjadi menarik bahwa di
tengah pembangunan yang terus meningkat, masih ada daerah-daerah yang
mengalami ketertinggalan pembangunan. Alasan ini yang menjadi landasan
penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja. Lokasi penelitian
selanjutnya disebut Kampung Cimapag yang meliputi Dusun 04 dan Dusun 05.
Pengumpulan data primer dan data sekunder dilakukan selama 1 bulan,
dimulai pada bulan Maret-bulan April 2013. Dalam kurun waktu tersebut peneliti
mengumpulkan semua data dan informasi yang dibutuhkan dan digunakan dalam
penyusunan skripsi.

Teknik Pengumpulan Data
Penentuan responden dilakukan dengan mengambil populasi dari
masyarakat Dusun 04 dan Dusun 05, Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg. Unit
analisis penelitian ini adalah individu dan masyarakat. Unit individu untuk
menganalisis sikap terhadap perubahan sosial dengan karakteristik individu.
Sedangkan unit masyarakat untuk menganalisis identitas perubahan baik obyektif
maupun subyektif. Teknik pengambilan sampel pada pendekatan kuantitatif
dilakukan melalui teknik pengambilan sampel acak distratifikasi (stratified
random sampling) dengan membuat kerangka sampling terlebih dulu. Metode
sampel acak distratifikasi dipilih untuk menggambarkan secara tepat mengenai
sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi
dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam, dan dari setiap lapisan dapat diambil
sampel secara acak (Singarimbun dan Effendi 2008). Populasi dalam penelitian ini
meliputi masyarakat Dusun 04 dan Dusun 05 berjumlah 915 yang dikelompokkan
ke dalam masyarakat kelas menengah keatas dan masyarakat kelas menengah ke
bawah (Lampiran 3). Sampel yang diambil secara acak berjumlah 40 responden
dengan masing-masing 20 responden untuk kelas menengah ke atas dan
menengah ke bawah. Dasar pelapisan sosial berdasarkan hasil wawancara adalah
unsur kekayaan. Umumnya masyarakat menilai pelapisan sosial berdasarkan
tingkat pendapatan dan kepemilikan harta-benda seperti rumah, pohon buahbuahan dan pohon kayu baik itu hasil tanam sendiri atau hasil gadai, serta lahan
sawah.
Pembuatan kerangka sampling dilakukan di awal sebelum memilih
responden. Sehubungan dengan proses pemilihan kepala desa yang baru saja
berlangsung maka daftar nama pemilih menjadi acuan dalam membuat kerangka
sampling. Penyeleksian responden yang dianggap sesuai kriteria dan
penggolongan responden berdasarkan kelas menengah atas dan menengah bawah
dibantu oleh RT dan Jaro. Pada awalnya kerangka sampling tersebut untuk
mengacak responden. Dalam penerapan di lapang, responden dipilih secara
accidental. Hal ini disebabkan responden yang bersangkutan sulit untuk ditemui,
jarak rumah responden yang berjauhan dan akses yang cukup sulit.

17

Responden ini bertindak sebagai bagian penting dalam mengumpulkan data
melalui pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan
kuesioner yang berisi sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan karakteristik
individu dan sikap terhadap perubahan sosial (Lampiran 2). Skala pengukuran
yang digunakan dalam mengukur sikap masyarakat terhadap perubahan sosial
dengan menggunakan skala likert. Selain itu, pendekatan kuantitatif juga
digunakan dalam menghimpun data perubahan identitas secara subyektif atau
melalui persepsi masyarakat desa setempat terkait perubahan tingkat kesejahteraan
meliputi tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pendapatan. Teknis
pelaksanaannya dengan membuat skala dengan rentang nilai 1-10 sebagai
representasi nilai yang menggambarkan kondisi sebenarnya. Effendi (1989) dalam
tulisannya prinsip-prinsip pengukuran dan penyusunan skala menyebut metode ini
sebagai prinsip isomorfisme atau persamaan bentuk yang artinya terdapat
kesamaan yang dekat antara realitas sosial yang diteliti dengan “nilai” yang
diperoleh dari pengukuran.
Informasi terkait aspek-aspek apa saja yang mengalami perubahan disertai
yang tidak mengalami perubahan dihimpun melalui pendekatan kualitatif dengan
observasi dan wawancara mendalam kepada informan. Informan dipilih melalui
teknik non-probability sampling. Informan yang dipilih adalah pihak-pihak yang
memiliki informasi mengenai dinamika kehidupan sosial masyarakat setempat
seperti kepala desa, tokoh agama, jaro dan pihak lainnya yang dianggap memiliki
informasi penting terkait dengan perubahan sosial di Kampung Cimapag meliputi
aspek mata pencaharian, stratifikasi sosial, kelompok sosial, sistem pemerintahan,
nilai-nilai, dan norma.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data hasil kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan program
microsoft excel dan SPSS 16.0 for Windows. Kemudian dilakukan analisis secara
statistik dengan menggunakan uji korelasi Rank spearman untuk data yang
bersifat ordinal (Lampiran 5). Langkah awal proses pengujian ini yaitu dengan
memberikan skor pada setiap pernyataan tentang sikap terhadap perubahan sosial
di dalam kuesioner, setelah itu hasil skor setiap pernyataan dirata-ratakan dan
dibuat pengkodean. Setelah pengkodean selesai, selanjutnya dilakukan uji Rank
Spearman dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows. Uji Rank Spearman
untuk menuji hubungan assosiatif/hubungan (korelasi) bila datanya berbentuk
ordinal (Sugiyono 2008). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara sikap masyarakat terhadap perubahan sosial dengan karakteristik individu
masyarakat meliputi usia, jenis kelamin, status sosial, tingkat pendidikan, dan
tingkat pendapatan.
Data hasil kuesioner juga diolah dengan menggunakan analisis statistik
dengan menggunakan uji Chi Square (Lampiran 6). Uji Chi Square untuk
menguji hipotesis komparatif sampel independen bila datanya berbentuk nominal
(Sugiyono 2008). Analisis data dengan pengujian ini untuk menguji perbedaan
kondisi aspek tingkat kesejahteraan responden meliputi tingkat pendidikan,
tingkat kesehatan, dan tingkat pendapatan di tahun 1980-an dan saat penelitian

18

dilakukan. Hasil pengukuran tingkat kesejahteraan responden yang diukur dengan
menggunakan skala 1-10 kemudian akan dibuat pengkodean dan dianalisis.
Teknik pengolahan data kualitatif dilakukan dengan empat tahap meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dalam bentuk deskriptif, dan
penarikan kesimpulan. Tahap pengumpulan data yaitu proses beradaptasi terhadap
masyarakat dan melakukan pengumpulan data penelitian. Tahap reduksi data,
yaitu proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Tahap penyajian
data yaitu penyajian informasi untuk memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Tahap penarikan kesimpulan yaitu
penarikan kesimpulan dari data yang dianalisis.

19

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Bagian ini membahas lokasi penelitian yang terdiri atas gambaran umum
mengenai kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi infrastruktur desa, dan
potensi lokal. Gambaran umum tersebut penting untuk diketahui sebagai
pengantar terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Gambaran umum
mengenai kondisi geografis merupakan gambaran mengenai lokasi penelitian
yang dilihat berdasarkan keadaan bentang alam. Kondisi demografis digunakan
sebagai bahan acuan untuk mengetahui karakteristik penduduk di lokasi penelitian
yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat usia, dan mata pencaharian.
Kondisi infrastruktur desa menggambarkan keadaan sarana dan prasarana
masyarakat desa, dan terakhir potensi lokal untuk menggambarkan sumberdaya
yang berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka mencapai kesejahteraan
masyarakat setempat.

Kondisi Geografis Desa Bangunjaya
Desa Bangunjaya terletak antara 20°-22° LS adalah salah satu desa di
wilayah Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Desa bangunjaya merupakan
wilayah hasil pemekaran dari Desa Rengasjajar dengan luas kawasan 1 420 732 ha.
Desa Bangunjaya terdiri atas 5 Dusun, 13 Rukun Warga (RW), dan 39 Rukun
Tetangga (RT). Kelima dusun tersebut antara lain Dusun 01 terdiri atas Kampung
Cibungur dan Kampung Cijujung; Dusun 02 terdiri atas Kampung Nanggung;
Dusun 03 terdiri atas Kampung Sentuk dan Kampung Gosali; Dusun 04 terdiri
atas Kampung Cimapag Barat; dan terakhir Dusun 05 terdiri atas Kampung
Cimapag Hilir, Cimapag Tengah, dan Cimapag Girang.
Desa Bangunjaya memiliki batas-batas administratif dengan masingmasing batas Desa Ciomas di sebelah utara, Desa Banyuresmi di sebelah selatan,
Desa Rengasjajar di sebelah timur, dan Desa Argapura di sebelah selatan. Desa
Bangunjaya memiliki letak yang jauh dari pemerintah Kecamatan Cigudeg.
Orbitasi jarak tempuh dari pemerintah Desa Bangunjaya ke Kecamatan Cigudeg
adalah 15 km, ke pemerintah Kota Bogor 175 km.
Kondisi topografi Desa Bangunjaya terletak pada ketinggian antara 100150 mdpl. Sebagian besar wilayah Desa Bangunjaya adalah hutan dengan
kemiringan 20°-35°. Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Bangunjaya
digunakan secara produktif. Pemanfaatan lahan atau penggunaan tanah
berdasarkan data monografi Desa Bangunjaya tahun 2012 sebagai berikut:

1
2
3
4
5

Tabel 3 Luas pemanfaatan lahan di Desa Bangunjaya tahun 2012
No.
Pemanfaatan lahan
Luas (ha)
Perkampungan
Hutan Negara
Sawah
Perkebunan/pertanian
Hutan rakyat
(Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012)

38
173
239
936
1247

20

Pertanahan di Desa Bangunjaya juga banyak digunakan untuk kepentingan
umum, seperti jalan raya, pemukiman, masjid, tempat penguburan dan lain
sebagainya.

Kondisi Demografis Desa Bangunjaya
Desa Bangunjaya memiliki keadaan demografis yang termasuk dataran
tinggi dan berpegunungan. Sepanjang perjalanan menelusuri Desa banyak terdapat
pohon-pohon kayu. Hutan yang lebat oleh pohon-pohon masih dapat dijumpai di
Desa Bangunjaya. Disamping itu sepanjang jalan Desa Bangunjaya terdapat
perkebunan sawit. Perkebunan sawit tersebut adalah milik PTPN VIII. Ada juga
sebuah perusahaan tambang batu yang letaknya di Kampung Cibungur Desa
Bangunjaya. Penduduk Desa Bangunjaya seluruhnya terdapat 8 731 jiwa yang
terdiri atas laki-laki sebanyak 4 608 jiwa dan perempuan sebanyak 4 123 jiwa.
Kepala Keluarga (KK) terdiri atas 2 209 yang tersebar di 39 Rukun Tetangga (RT).
Berikut jumlah penduduk Desa Bangunjaya menurut tingkat pendidikan.
Tabel 4 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Bangunjaya
tahun 2012
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
1
Tidak tamat SD
159
2
Tamat SD dan/atau SMP
1888
3
Tamat SMA
144
4
Tamat Akademi/PT
18
(Sumber: Data Monografi Desa Bangunjaya, 2012)
Bantuan Operasional Sekolah yang menjadi salah satu program pemerintah
dalam mencapai wajib belajar 9 tahun sudah sampai di tingkat dusun. Namun,
kondisi dilapang masih saja ditemukan anak-anak usia sekolah yang tidak
bersekolah. Adapun jumlah penduduk yang sekolah dan yang tidak sekolah