Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

KAJIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001
DI PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

DEWA PERMATA RIZKY

TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Efektivitas
Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 26 Juni 2013
Dewa Permata Rizky
NIM F44090035

ABSTRAK
DEWA PERMATA RIZKY. Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001 di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. Dibimbing oleh
PRASTOWO.
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (PT Pusri Palembang) merupakan industri
petrokimia yang memproduksi pupuk urea sebagai produk utama dengan empat
pabrik berkapasitas 2.090.000 ton/tahun. PT Pusri Palembang bertekad untuk
meningkatkan konservasi lingkungan dengan mengadopsi Sistem Manajemen
Lingkungan (SML) ISO 14001. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT Pusri Palembang. Penelitian ini
dilakukan melalui telaah dokumen, observasi lapang dan kuisoner. Aspek
Lingkungan Penting (ALP) yang telah ditetapkan meliputi penampungan larutan
urea, bak penampung limbah (MPAL) dan penggunaan air sudah sepenuhnya
efektif ditinjau dari segi kesesuaian dengan standar SML ISO 14001, ketersediaan

prosedur dan rekaman, kesesuaian fasilitas dan teknologi yang digunakan serta
pencapaian kinerja lingkungan sesuai dengan tujuan dan sasaran. Aspek
penggunaan energi (gas alam dan listrik) belum sepenuhnya efektif karena
program yang dibuat belum dapat memenuhi tujuan dan sasaran.
Kata kunci:SML ISO 14001, aspek lingkungan penting, efektivitas penerapan

ABSTRACT
DEWA PERMATA RIZKY. Study on the effectiveness of implementation of ISO
14001 Environmental Management System of PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.
Supervised by PRASTOWO.
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (PT Pusri Palembang) is a petrochemical
industry that produces urea fertilizer as the main products with four plants with a
capacity of 2.09 million tons/year. PT Pusri Palembang is determined to
improvised the conservation of the environment by adopting an Environmental
Management System (EMS) ISO 14001. This study aims to determine the
effectiveness of implementation of ISO 14001 EMS of PT Pusri Palembang. This
study was conducted through document review, field observation and
questionnaire. Significant Environmental Aspects (SEA) which have been set
including urea solution shelter, waste tank (MPAL) and the use of water have
been fully effective in terms of compliance with the ISO 14001 EMS standard, the

availability of procedures and records, compliance of facility and technology used
and the achievement of environment performance accordance with the goals and
objectives. Aspect of use energy (natural gas and electricity) are not fully
effective because the program can not be made to meet goals and objectives yet.
Keywords: EMS ISO 14001, significant environmental aspect, effectiveness of
implementation

KAJIAN EFEKTIVITAS PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001
DI PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

DEWA PERMATA RIZKY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

セ@

ul Skripsi: Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001 di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
. ama
: Dewa Pennata Rizky
: F44090035
T\1

Disetujui oleh

Dr. Ir. Prastowo, MEng.
Pembimbing

MA .


TanggaJ Lulus: 26 Juni 2013

Judul Skripsi : Kajian Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001 di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Nama
: Dewa Permata Rizky
NIM
: F44090035

Disetujui oleh

Dr. Ir. Prastowo, MEng.
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan , MAgr.
Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan


Tanggal Lulus: 26 Juni 2013

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah
efektivitas SML ISO 14001, dengan judul Kajian Efektivitas Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001 di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Prastowo, M.Eng selaku
pembimbing akademik, Ibu Rahmawati, ST selaku pembimbing lapang, serta
Bapak Sigemas, Ssi yang telah banyak memberi saran selama penelitian; kepada
kak Anas, kak Zakky, kak Oki dan kak Anggi yang membantu selama proses
pengumpulan data, serta seluruh staf kantor Lingkungan Hidup PT Pupuk
Sriwidjaja Palembang. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
keluarga Bapak Arudji Kartawinata, SE atas seluruh bantuan selama penulis
melaksanakan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan untuk
keluarga besar Teknik Sipil dan Lingkungan IPB (SIL IPB), khususnya SIL 46
IPB atas semangat kebersamaannya selama penulis menimba ilmu. Terakhir,
kepada papa tercinta Imirlan Sarwino Efendi, mama Sismawati, kakak Dempo
Satriandu, adik Devira Wijaya Pasma, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih

sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, 26 Juni 2013
Dewa Permata Rizky

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian


2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001

3

Aspek Lingkungan Penting

5

1. Penampungan larutan urea

6

2. Bak penampung limbah (MPAL)


6

3. Penggunaan energi (Gas alam dan Listrik)

7

4. Penggunaan air

8

METODE

8

Alat dan Bahan

9

Prosedur Analisis Data


9

HASIL DAN PEMBAHASAN

12

Kebijakan Lingkungan

12

Penetapan Aspek Lingkungan Penting

12

1. Penampungan larutan urea

14

2. Bak penampung limbah (MPAL)

18

3. Penggunaan energi (Gas Alam dan Listrik)

20

4. Penggunaan air

24

SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Manfaat penerapan SML pada beberapa perusahaan
Kadar amoniak (NH3) pada kanal dari penampungan larutan urea
Pengurangan emisi gas CO2 di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Program, tujuan dan sasaran penanganan ALP penampungan larutan
urea
Hasil perhitungan beban pencemaran outlet kolam
Program, tujuan dan sasaran ALP bak penampung limbah (MPAL)
Program, tujuan dan sasaran konservasi energi
Kegiatan efisiensi energi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Kegiatan penghematan air PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

4
15
16
17
19
19
21
23
26

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Siklus SML ISO 14001
Diagram kesesuaian efektivitas
Kerangka pemikiran
Kutipan Kebijakan Lingkungan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Kutipan Kebijakan Konservasi Air PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Kutipan Kebijakan Pengurangan Pencemaran Udara PT Pupuk
Sriwidjaja Palembang
Kadar amoniak (NH3) dari penampungan larutan urea
Beban pencemaran amoniak (NH3) dari penampungan larutan urea
Hasil pengujian kualitas udara emisi PT Pupuk Sriwidjaja
Penurunan beban limbah dengan penyempurnaan IPAL
Konsumsi energi pabrik amoniak tahun 2012
Konsumsi energi pabrik urea tahun 2012
Efisiensi energi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Produksi dan penggunaan energi listrik PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang tahun 2012
Foto stiker penghematan air
Kegiatan penghematan air di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

5
9
11
12
14
14
15
16
16
20
22
22
23
24
25
26

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Kebijakan lingkungan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Prosedur penetapan aspek lingkungan PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang
Rekaman aspek lingkungan penting PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Kriteria evaluasi aspek lingkungan (Dokumen No. 4 PPL 017)
Skala dampak aspek lingkungan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Kriteria penilaian aspek lingkungan penting PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang
Kebijakan Konservasi Air PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Kebijakan Pengurangan Pencemaran Udara PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang

31
32
33
35
36
37
38
39

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Prosedur Pengendalian Operasional No. 2 SML 015
Instruksi Kerja Analisa Limbah Cair No. 3 PPL 001
Instruksi Kerja Analisa Limbah Gas No. 3 PPL 002
Instruksi Kerja Pemantauan dan Pengukuran Air Limbah, Udara
Emisi, Ambien dan Tingkat Kebisingan No. 3 PPL 034
Sertifikat pelatihan manajer pengendalian pencemaran air
Sertifikat pelatihan kualitas udara emisi
Diagram pengelolaan limbah PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Laporan hasil pengujian air limbah PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
periode Juli 2012
Sertifikat Pelatihan Teknologi Pengolahan Air Bersih dan Limbah
Cair
Sertifikat Pelatihan Industrial Training “Audit Energi Industri
Pupuk”

40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan industri yang semakin meningkat, menimbulkan dampak
negatif berupa krisis lingkungan dan energi. Para pelaku industri dituntut untuk
meningkatkan tanggung jawabnya terhadap konservasi lingkungan. Dalam sektor
industri, pengendalian pencemaran akibat limbah industri merupakan salah satu
masalah yang perlu ditanggulangi bagi setiap negara berkembang yang akan
masuk ke era industrialisasi (Kristanto 2009:2). Dalam kegiatan proses produksi
dan jasa, prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan terintegrasi dengan
menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML), 5R, efisiensi energi,
konservasi sumber daya dan pelaksanaan bisnis yang beretika serta bertanggung
jawab terhadap masyarakat melalui program pengembangan masyarakat.
Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT
Bumi (The Earth Summit) di Rio de Janeiro, Brazil, tahun 1992. Wujud nyata dari
pembangunan berkelanjutan adalah Ekonomi Hijau (Green Economy), yang
merupakan paradigma pembangunan yang berlandaskan efisiensi pemanfaatan
sumberdaya, pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan serta internalisasi
biaya-biaya lingkungan dan sosial. Untuk mewujudkan Ekonomi Hijau (Green
Economy) tersebut, diperlukan suatu panduan dasar agar kegiatan
bisnis−khususnya pada sektor industrisenantiasa akrab dengan lingkungan.
SML dikembangkan sebagai panduan dasar dalam pengelolaan lingkungan.
Program-program terkait dengan SML di perusahaan dirancang agar dapat
memenuhi keperluan masa kini, serta dapat dikembangkan untuk keperluan masa
depan. Untuk menjadikan pengelolaan lingkungan sebagai salah satu bidang
operasional yang penting dalam menciptakan suatu kondisi lingkungan yang
sesuai untuk kehidupan di muka bumi, maka dilakukan penggabungan standar
pengelolaan lingkungan ke dalam ISO (International Organization for
Standardization), yang selanjutnya dikenal dengan ISO 14001 (Kristanto
2009:331). Penerapan ISO 14001 memberikan banyak manfaat terhadap
perusahaan, diantaranya meningkatkan kinerja lingkungan, mengurangi biaya dan
meningkatkan akses pasar.
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (PT Pusri Palembang) merupakan pabrik
urea pertama di Indonesia yang telah memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen
Lingkungan (SML) ISO 14001:2004 dari Badan Sertifikasi PT SGS Indonesia
sejak tahun 1997 (Certificate No. LP-127-IDN); Sistem Manajemen Mutu (SMM)
ISO 9001:2008 dari Badan Sertifikasi PT SGS Indonesia sejak tahun 1995
(Certificate No. ID03/0303); Sertifikat Management Laboratory ISO 17025 dari
Badan Sertifikasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) tahun 2002, yang
sebelumnya dikeluarkan oleh NATA-Australia (Certificate No. LK-058-IDN,
Certificate No. LP-127-IDN); Sertifikat Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) dari Departemen Tenaga Kerja; Sertifikat untuk
Kapal Milik, 8 Kapal Milik sudah mendapat Sertifikat Permanen dari PT Biro
Klasifikasi Indonesia (BKI) sejak tahun 2005; Sertifikat Standar Nasional
Indonesia (SNI) untuk Produk Utama (NH3 & Urea butiran) dan Produk Samping
(CO2, N dan O) dari Badan Sertifikasi Ls-Pro Departemen Perindustrian.

2
Berdasarkan website Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia
(www.menlh.go.id, diakses tanggal 18 Februari 2013), terdapat lebih dari 230
sertifikat ISO 14001 yang diberikan oleh berbagai Lembaga Sertifikasi kepada
berbagai macam organisasi dan perusahaan di Indonesia. Dari sekian banyak
perusahaan yang telah memiliki sertifikat ISO 14001, ingin diketahui alasan PT
Pusri Palembang menerapkan ISO 14001, bagaimana manfaat, kendala yang
dihadapi, serta efektivitas penerapan ISO 14001 tersebut.

Perumusan Masalah
Setelah hampir enam belas tahun (1997-2013) PT Pusri Palembang
menerapkan SML ISO 14001, menjadi menarik untuk dikaji sejauh mana sistem
yang diadopsi mampu meningkatkan kinerja lingkungan dan efisiensi usaha
perusahaan. Dengan adanya peningkatan kinerja lingkungan dan efisiensi usaha,
maka perusahaan dapat lebih memiliki kemampuan untuk menghadapi perubahan
situasi internal dan eksternal perusahaan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka
muncul pertanyaan yang mendorong dilakukannya penelitian ini, yaitu sejauh
mana efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT Pusri Palembang.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan SML ISO
14001 di PT Pusri Palembang, khususnya kebijakan lingkungan dan pengelolaan
aspek lingkungan penting meliputi penampungan larutan urea, bak penampung
limbah: Minimisasi Pengelolaan Air Limbah (MPAL), penggunaan energi (gas
alam dan listrik) dan penggunaan air.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan evaluasi pelaksanaan
dan penerapan SML ISO 14001 serta kebijakan secara umum bagi PT Pusri
Palembang. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
sumber pengetahuan dan penyediaan informasi tentang pelaksanaan penerapan
SML ISO 14001 di PT Pusri Palembang dan secara umum berguna bagi
perkembangan pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh kalangan industri
pupuk.

Ruang Lingkup Penelitian
Kegiatan penelitian mengenai kajian efektivitas penerapan SML ISO 14001
di PT Pusri Palembang meliputi penelusuran elemen-elemen SML perusahaan
dalam mengendalikan aspek lingkungan penting, kajian komitmen pucuk
pimpinan perusahaan dan kepedulian karyawan, kajian efektivitas pengelolaan
lingkungan dan identifikasi permasalahan dalam penerapan SML ISO 14001.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
Bagi negara-negara yang sedang berkembang, peranan sektor pertanian
masih lebih unggul dan mendominasi seluruh kegiatan sektor ekonomi lainnya.
Sektor industri sering mendapat prioritas utama dalam rencana pembangunan
nasional bagi negara berkembang (Ginting 2007:11). Peningkatan sektor ekonomi
khususnya industri, secara tidak langsung akan meningkatkan masalah
pencemaran lingkungan.
Permasalahan pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri,
mewajibkan para pelaku industri untuk meninjau kembali sistem pengelolaan
lingkungan yang mereka terapkan demi keberlangsungan kegiatan industri
tersebut. Penanganan masalah pencemaran lingkungan harus dilakukan secara
komprehensif, mulai dari bahan baku hingga produk yang tidak digunakan lagi.
Seluruh kegiatan yang menimbulkan dampak dalam kegiatan industri tentunya
dapat cepat dicegah dengan adanya penanganan yang komprehensif. Hal ini
mendorong agar industri mengintegrasikan SML dalam kegiatan mereka.
Berdasarkan SNI 19-14001-2005 yang diadopsi dari ISO 14001:2004,
Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan bagian sistem manajemen
organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan
lingkungan dan mengelola aspek lingkungannya. Sistem manajemen mencakup
struktur organisasi, kegiatan perencanaan, pertanggungjawaban, praktek,
prosedur, proses dan sumberdaya. Dalam SML ISO 14001 terdapat lima prinsip
utama, yaitu (1) Kebijakan Lingkungan, (2) Perencanaan, (3) Penerapan dan
Pengoperasian, (4) Pemeriksaan dan Tindakan Koreksi, (5) Kaji Ulang
Manajemen. Model keterkaitan lima prinsip pokok SML ISO 14001 dapat dilihat
pada Gambar 1.
Pada dasarnya penerapan SML bersifat sukarela (voluntary), namun
digerakkan oleh pasar. Dalam penerapan SML akan dirasakan adanya
penambahan biaya, namun di sisi lain akan memberikan dampak positif terhadap
perusahaan. Sebagai contoh, dapat dilihat pada Tabel 1. mengenai manfaat yang
didapatkan oleh perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan SML.

4
Tabel 1. Manfaat penerapan SML ISO 14001 pada beberapa perusahaan
No.

Nama Perusahaan

Manfaat yang didapatkan dari penerapan SML

1

PT Medco E&P
Indonesia Rimau Asset

a. Peningkatan citra perusahaan, label sebagai
Green Company
b. Pengurangan Bahan Perusak Ozon (BPO)
dan pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
(GRK)
c. Penghematan energi

2

PT Holcim Indonesia
Tbk Cilacap Plant

a. Peningkatan citra perusahaan, salah satu dari
hanya dua badan usaha di Indonesia yang
meraih PROPER EMAS dari Kementerian
Lingkungan Hidup Indonesia
b. Penurunan emisi debu (emisi debu
25mg/Nm3, emisi NOx 330 mg/Nm3 dan SO2
46 mg/Nm3jauh dibawah Nilai Ambang
Batas (NAB) yang ditetapkan
c. Penghematan energi

3

PT Pertamina
Geothermal Energy
area Kamojang

a. Peningkatan citra perusahaan
b. Penurunan emisi udara
c. Penghematan energi

4

Chevron Geothermal
Salak, Ltd

a. Peningkatan citra perusahaan
b. Pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
c. Penghematan energi

5

PT Badak Natural Gas
Liquefaction

a. Peningkatan citra perusahaan, salah satu dari
hanya dua badan usaha di Indonesia yang
meraih PROPER EMAS dari Kementerian
Lingkungan Hidup Indonesia
b. Penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
c. Penghematan energi

Sumber: The Gold For Green, 2012
Dalam buku yang berjudul Pengantar Audit Operasional dan Audit
Lingkungan, Tunggal AW (2013:203) menyatakan:
“Sebagai bagian dari program audit, auditor harus menganalisis kesenjangan antara
persyaratan ISO 14001 dan operasi yang sesungguhnya dari sistem manajemen
lingkungan. Auditor harus mengklasifikasikan tingkatan implementasi sebagai
berikut:
0. Tidak ada implementasi sama sekali.
1. Ada program tetapi tidak ada implementasi.
2. Ada program, diimplementasikan sebagian tetapi tidak dikontrol.
3. Ada sistem dan diimplementasikan tetapi tidak memenuhi ketentuan dalam ISO
14001.
4. Sistem diimplementasikan dan memenuhi ketentuan dalam ISO 14001.”

5

Perbaikan
terus menerus
4.2 Kebijakan lingkungan

4.6 Kaji ulang manajemen

4.5 Pemeriksaan dan tindakan
koreksi
4.5.1
Pemantauan dan
pengukuran
4.5.2
Evaluasi Kesesuaian
4.5.3
Ketidaksesuaian,
tindakan koreksi dan
pencegahan
4.5.4
Rekaman
4.5.5
Internal Audit

4.3.1
4.3.2
4.3.3
4.3.4

4.4.1
4.4.2
4.4.3
4.4.4
4.4.5
4.4.6
4.4.7

4.3 Perencanaan
Aspek lingkungan
Peraturan dan perundang-undangan
Tujuan dan sasaran
Program manajemen lingkungan
4.4 Penerapan dan pengoperasian
Struktur, peran dan tangggung jawab
Pelatihan, kepedulian dan kompetensi
Komunikasi
Dokumentasi SML
Pengendalian dokumen
Pengendalian operasional
Kesiagaan dari tanggap darurat

Gambar 1. Siklus SML ISO 14001
Aspek Lingkungan Penting
Berdasarkan SNI 19-14001-2005 yang diadopsi dari ISO 14001:2004,
Aspek lingkungan adalah unsur kegiatan atau produk atau jasa organisasi yang
dapat berinteraksi dengan lingkungan. Aspek lingkungan penting mempunyai atau
dapat mempunyai dampak lingkungan penting. Dampak lingkungan adalah setiap
perubahan pada lingkungan, baik yang merugikan atau bermanfaat, yang
keseluruhannya ataupun sebagian disebabkan oleh aspek lingkungan organisasi.
Pada klausul 4.3.1 Aspek Lingkungan yang tertera dalam SNI 19-140012005 disebutkan bahwa:
“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:
1. Mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam lingkup
sistem manajemen lingkungan, yang dapat dikendalikan dan yang dapat
dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang direncanakan atau
baru; kegiatan, produk dan jasa yang baru atau yang diubah; dan
2. Menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan (yaitu aspek lingkungan penting)…”

Dalam menentukan evaluasi tingkat kepentingan pada aspek lingkungan,
dibutuhkan penerapan analisa teknik dan penilaian oleh organisasi. Penggunaan
kriteria dapat membantu organisasi dalam menetapkan aspek lingkungan dan
dampak terkait yang dianggap penting. Pada saat menetapkan kriteria untuk
tingkat kepentingan aspek lingkungan, organisasi sebaiknya mempertimbangkan
kriteria lingkungan (skala, jenis, lamanya dampak, ukuran dan frekuensi aspek
lingkungan), persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan pandangan dari
pihak-pihak yang berkepentingan.

6
1. Penampungan Larutan Urea
Proses pembuatan urea dibagi menjadi enam unit, yaitu: Sintesa Unit,
Purification Unit, Crystallization Unit, Prilling Unit, Recovery Unit dan
Condensat Processing Treatment Unit. Setelah melewati Purification Unit
(pada tahap kedua), larutan urea akan ditampung sementara pada tangki
karbamat sebelum akhirnya masuk ke Crystallization Unit dan seterusnya.
Penampungan larutan urea menjadi salah satu aspek lingkungan penting pada
PT Pusri Palembang, karena mengandung amoniak dan pada keadaan tidak
normal (trouble) dapat menyebabkan pencemaran air.
Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4 pada pH rendah.
Amoniak dalam air buangan industri berasal dari oksidasi bahan-bahan
organik oleh bakteri diubah menjadi CO2, H2O, NH3. Amoniak dalam air
limbah sering terbentuk karena adanya proses kimia secara alami (Ginting
2007:56).
Pemantauan terhadap penampungan larutan urea dilakukan dalam keadaan
tidak normal (trouble) dimana terjadi kelebihan larutan urea dibandingkan
kapasitas tanki, sehingga larutan urea tumpah dan mengalir ke kanal.
Pemantauan dilakukan dengan cara sampling larutan urea pada kanal,
kemudian dianalisa di laboratorium. Metode yang digunakan adalah metode
analisa limbah cair yang tertera pada SNI 06-6989 menggunakan
spektrofotometer. Sedangkan metode yang digunakan untuk perhitungan NH3
di udara menggunakan drager, impinger dan amoniak detector.
Berdasarkan Kepmen LH No. 122/2004 (3 PPL 082) tentang Perubahan
Kepmen LH No. 51/MENLH/1995, Baku Mutu Air Limbah bagi kegiatan
industri pupuk urea untuk NH3-N, beban pencemaran maksimum sebesar 0,75
kg/ton produksi, dan Pergub Sumatera Selatan No. 18 tahun 2005 tentang
Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan industri, pertambangan, domestik
untuk NH3-N, beban pencemaran maksimum sebesar 0,75 kg/ton produksi.

2. Bak Penampung Limbah (Minimasi Pemisah Air Limbah)
Pada umumnya dunia industri menghasilkan produk, limbah kimia dan hasil
samping. Limbah kimia dihasilkan oleh hampir seluruh cabang industri
modern, dan diantaranya merupakan limbah kimia bahan berbahaya dan
beracun (limbah kimia B3) yang memerlukan perlakuan sangat khusus
(Suharto 2011:62). Berdasarkan Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, limbah cair adalah wujud cair yang
dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga
dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Pemantauan beban pencemaran limbah cair oleh PT Pusri Palembang
dilakukan dengan cara sampling limbah cair sebanyak dua kali sehari pada dua
puluh titik di area pabrik. Sample limbah cair kemudian dibawa ke
laboratorium yang berada di kantor Lingkungan Hidup untuk dianalisa.
Parameter yang diuji adalah COD, TSS, minyak dan lemak, NH3-N, TKN, pH,
temperatur dan debit. Metode pengujian sample yang digunakan mengacu
pada SNI 06-6989 mengenai Air dan Air Limbah.

7
Berdasarkan Kepmen LH No. 122/2004 (3 PPL 082) tentang Perubahan
Kepmen LH No. 51/MENLH/1995, Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) bagi
kegiatan industri pupuk urea untuk COD= 3,0 kg/ton produksi, TSS= 1,5
kg/ton produksi, minyak dan lemak= 0,3 kg/ton produksi, NH3-N= 0,75 kg/ton
produksi, TKN= 1,5 kg/ton produksi, pH= 6,0-10, debit air limbah maksimum
15 m3/ton produksi, dan Pergub Sumatera Selatan No. 18 tahun 2005 tentang
2005 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan industri, pertambangan,
domestik untuk COD= 3,0 kg/ton produksi, TSS= 1,5 kg/ton produksi, minyak
dan lemak= 0,3 kg/ton produksi, NH3-N= 0,75 kg/ton produksi, TKN= 1,5
kg/ton produksi, pH= 6,0-9, debit air limbah maksimum 15 m3/ton produksi.
3. Penggunaan Energi (Gas Alam dan Listrik)
Saat ini, sekitar 44% dari total energi di Indonesia digunakan oleh sektor
industri. Oleh karena itu, efisiensi energi di sektor ini sangtlah penting dan
berdampak besar. Walaupun efisiensi energi pada sektor industri terus
mengalami perkembangan dan perbaikan dalam beberapa tahun terakhir,
namun masih terdapat banyak potensi penghematan energi yang dapat digali
(Karliansyah dan Reliantoro 2012:78).
Dalam Kebijakan Energi Nasional yang dituangkan dalam Peraturan
Presiden No. 5 tahun 2006 salah satu kebijakan utamanya adalah koservasi
energi. Menurut Fandeli et al. 2008:178 dalam buku Audit Lingkungan,
“Dalam hal sumberdaya energi, konservasi diartikan sebagai penyimpanan atau
kekekalan energi (conservation of energy).”

Penyediaan dan konservasi energi listrik untuk kebutuhan listrik PT Pusri
Palembang dilaksanakan dan dikelola oleh PT Pusri Palembang sendiri.
Energi listrik yang dihasilkan, digunakan sendiri untuk kebutuhan
pengoperasian pabrik, dan kelebihannya disalurkan ke Perusahaan Listrik
Negara (PLN).
Berbeda dengan energi listrik, penyediaan dan konservasi gas untuk
kebutuhan gas alam PT Pusri Palembang dikelola oleh Pertamina. Gas alam
ini diperoleh dari daerah pengeboran Pertamina wilayah II di lapangan
Prabumulih dan sekitarnya (dulu dari daerah pengeboran PT Stanvac
Indonesia di Pendopo, Rambutan dan sekitarnya), melalui pipa-pipa sepanjang
lebih dari 100 km, gas alam itu dialirkan ke pabrik PT Pusri Palembang.
Penggunaan SDA ini diatur dalam RKAP PT Pusri Palembang 2011/2012
tentang Rasio gas bumi per ton amoniak dan Rasio gas bumi per ton urea.
Gas alam dapat diukur dalam sejumlah cara. Sebagai gas, ia dapat diukur
melalui volume satuan m3 pada temperatur 15o C dan tekanan 750 mmHg,
atau dalam cubic feet (CF) dengan temperatur 60o F dan tekanan 14,73 lb/in2.
Satuan volume yang umumnya dipakai adalah dalam ribuan cubic feet (MCF),
jutaan cubic feet (MMCF), atau triliun cubic feet (TCF). Gas alam juga sering
diukur dan dinyatakan dalam British Thermal Unit (BTU). Satu BTU adalah
sejumlah gas alam yang akan menghasilkan energi yang cukup untuk
memanaskan satu pound air dengan satu derajat pada tekanan normal. Satu
cubic feet gas alam mengandung sekitar 1027 BTU (Sumahamijaya 2009).

8
4. Penggunaan Air
Potensi ketersediaan air bersih di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung
berkurang akibat rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan
yang diperkirakan sebesar 15-35% per kapita per tahun (Karliansyah dan
Reliantoro 2012: 96). Oleh sebab itu diperlukan konservasi air. Berdasarkan
hal tersebut, Sungai Musi sebagai sumber kebutuhan air baku PT Pusri
Palembang perlu dijaga kelestariannya.
Metode yang digunakan dalam konservasi air pada PT Pusri Palembang
adalah pengukuran back wash sand filter dan pemanfaatan treated water, yang
kemudian dibandingkan dengan besarnya produksi. Metode ini mengacu pada
SNI 06-6989 mengenai Air dan Air Limbah.
Berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sumatera Selatan No. 227/PTSPBPMD/III/2011 pemakaian air permukaan maksimal sebesar 2870 m 3/jam.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan di PT Pusri Palembang pada unit kerja
Lingkungan Hidup. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara menelaah
dokumen SML PT Pusri Palembang, mempelajari penerapan SML ISO 14001 di
lapang, kemudian mengkaji sejauh mana efektivitas penerapan SML ISO 14001 di
PT Pusri Palembang. Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
1. Mempelajari muatan setiap klausul atau elemen SML ISO 14001, dengan cara
memahami siklus SML.
2. Mempelajari implementasi klausul 4.2 Kebijakan Lingkungan di lapangan dan
membandingkan dengan SNI 19-14001-2005.
3. Mempelajari aspek lingkungan untuk mengetahui dampak lingkungan dari
suatu kegiatan, produk atau jasa.
4. Mempelajari implementasi sistem dengan cara menelaah elemen-elemen
manajemen untuk setiap aspek, seperti:
a. Prosedur,
b. Rekaman,
c. Kompetensi SDM,
d. Fasilitas,
e. Pedoman atau referensi perundangan,
f. Program,
g. Teknologi.
5. Mempelajari efektivitas implementasi SML dari proses, pencapaian dan hasil.
Untuk melihat efektivitas SML dapat menggunakan diagram kesesuaian
efektivitas yang dapat dilihat pada Gambar 2.

9
Mulai
Telaah dokumen

Efektivitas

Tidak

Cek ulang elemenelemen manajemen

Ya
Pemeliharaan
Selesai
Gambar 2. Diagram kesesuaian efektivitas

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Personal Computer (PC)
atau laptop ASUS 1015PW (EEE PC Series) yang dilengkapi Microsoft Excel
untuk mengolah data yang diperoleh serta penyusunan laporan hasil penelitian,
kamera digital, alat tulis kerja dan buku-buku referensi.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain Data Primer yang
didapat melalui observasi lapang dan kuisoner; dan Data Sekunder yaitu
Dokumen SML ISO 14001:2004, Peraturan Perundangan dan Persyaratan lain,
Dokumen Pengoperasian Pabrik dan Prosedur Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang telah ada sebelumnya, dan Dokumen AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL,
RKL, RPL) PT Pusri Palembang. Seluruh dokumen tersebut digunakan sebagai
petunjuk dalam mempelajari penerapan SML ISO 14001 di PT Pusri Palembang,
sedangkan observasi lapang dan kuisoner dilakukan untuk mengetahui efektivitas
penerapan SML ISO 14001 di PT Pusri Palembang.

Prosedur Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi, sehingga prosedur analisis data
dilakukan dengan cara mengkaji efektivitas dari penerapan SML ISO 14001 PT
Pusri Palembang, agar dapat diketahui kinerja SML ISO 14001 yang tengah
berjalan di PT Pusri Palembang.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap
pengumpulan data dan pengkajian efektivitas penerapan SML ISO 14001 yang
mengacu pada Gambar 3. Kerangka Pemikiran. Tahap pertama adalah
mempelajari muatan setiap klausul atau elemen SML ISO 14001. Tahap
berikutnya mempelajari penerapan klausul kebijakan lingkungan di lapangan dan

10
membandingkan dengan SNI 19-14004-2005. Selanjutnya mengkaji aspek
lingkungan serta penerapan sistem dengan cara menelaah elemen-elemen
manajemen untuk setiap aspek. Tahap terakhir adalah mengkaji efektivitas
penerapan SML ISO 14001. Jika efektivitas penerapan SML ISO 14001 telah
sesuai, maka dilakukan pemeliharaan; sedangkan jika efektivitas penerapan SML
ISO 14001 tidak sesuai, maka dilakukan pengkajian ulang terhadap elemenelemen manajemen serta rekomendasi tindakan koreksi.

Situasi eksternal
Kaji ulang manajemen

Kebijakan lingkungan

Kebijakan Lingkungan
Perencanaan
Penerapan & Pengoperasian
Pemeriksaan & Koreksi
Kaji Ulang Manajemen

Situasi internal
Aspek lingkungan

Bak Penampung
Limbah (MPAL)

Penggunaan Air

Penampungan Larutan
Urea

Penggunaan Energi (Gas
Alam dan Listrik)

Peraturan
perundang
-undangan

Pelatihan
kepedulian, dan
kompetensi

Audit SML
Tujuan dan sasaran
Ketidaksesuaian,
tindakan koreksi dan
pencegahan
Program manajemen lingkungan

Pemantauan dan
pengukuran

Pengendalian dan operasi

11

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Struktur peran dan
tanggung jawab

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kebijakan Lingkungan
Berdasarkan ISO 14001 pada Klausul 4.2 Kebijakan Lingkungan disebutkan
bahwa:

“Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan
memastikan bahwa kebijakan dalam ruang lingkup sistem manajemen
lingkungannya…”

Dari hasil pengkajian untuk Klausul 4.2 Kebijakan Lingkungan telah sesuai
dengan standar ISO 14001, dimana kebijakan lingkungan tersebut mencakup
komitmen pucuk pimpinan dan tiga komitmen fundamental ISO 14001. Hal ini
dapat dilihat dari kebijakan lingkungan PT Pusri Palembang yang berisi:

“…PT Pusri Palembang akan berusaha meminimalisir dampak yang ditimbulkan
dengan memenuhi semua peraturan dan perundang-undangan yang dibuat oleh
Pemerintah Pusat dan Daerah tentang Lingkungan Hidup. Untuk maksud itu diatas
PT Pusri Palembang bertekad melaksanakan pencegahan pencemaran dari
sumbernya dan melakukan perbaikan terus menerus untuk meningkatkan kinerja
lingkungan dan menghemat penggunaan Sumber Daya Alam…
…Kebijakan ini didokumentasikan, diterapkan, dipelihara, dikomunikasikan
kepada seluruh karyawan PT Pusri Palembang dan masyarakat yang memerlukan.”

Gambar 4. Kutipan Kebijakan Lingkungan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Seluruh poin yang disebutkan dalam ISO 14001 tercantum dalam kebijakan
lingkungan PT Pusri Palembang, yang dilihat pada Gambar 4. Kebijakan
lingkungan ini tentunya tidak terlepas dari komitmen pucuk pimpinan, hal ini
dapat dilihat pada Lampiran 1. Kebijakan lingkungan PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang, dimana kebijakan lingkungan tersebut ditandatangani langsung oleh
Direktur Utama, yaitu bapak Eko Sunarko. Hal ini menunjukkan komitmen pucuk
pimpinan perusahaan untuk pencegahan polusi, penaatan terhadap undang-undang
yang berlaku dan perbaikan berkesinambungan. Kebijakan lingkungan juga telah
didokumentasikan, diterapkan, dipelihara, dikomunikasikan kepada seluruh
karyawan PT Pusri Palembang dan terbuka untuk umum.

Penetapan Aspek Lingkungan Penting
Berdasarkan ISO 14001 pada klausul 4.3.1 Aspek Lingkungan disebutkan
bahwa:
“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:
a) mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam lingkup
sistem manajemen lingkungan, yang dapat dikendalikan dan yang dapat
dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang direncanakan atau baru;

13

kegiatan, produk dan jasa yang baru atau yang diubah; dan
b) menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan (yaitu aspek lingkungan penting).
Organisasi harus mendokumentasikan informasi ini dan memelihara
kemutakhirannya. Organisasi harus memastikan bahwa aspek lingkungan penting
diperhitungkan dalam penetapan, penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen
lingkungannya.”

Dari hasil pengkajian untuk penerapan klausul 4.3.1 Aspek Lingkungan
telah sesuai dengan standar ISO 14001. Hal ini dapat dilihat dari adanya dokumen
induk dan dokumen terkendali mengenai prosedur penetapan aspek lingkungan
dengan nomor dokumen No.2 SML 014. Dokumen tersebut memiliki judul,
nomor dokumen, penanggung jawab, tanggal penerbitan dan tanggal revisi yang
selalu diperbaharui sesuai dengan perubahan terakhir dan dapat diakses oleh
seluruh unit kerja penerap sesuai dengan kepentingannya. Selain itu, dokumen
yang diterbitkan juga telah disetujui pada tanggal 5 Juli 2011 oleh Manajer
K3&LH selaku penanggung jawab. Salinan asli prosedur penetapan aspek
lingkungan PT Pusri Palembang dapat dilihat pada Lampiran 2.
Prosedur penetapan Aspek Lingkungan Penting (ALP) juga telah dijelaskan
secara rinci, dimana penetapannya memiliki ketentuan umum, yaitu:
1. Setiap unit bekerja sama dengan Departemen K3&LH mengidentifikasi aspek
lingkungan dari kegiatan produk dan jasa, dan dicatat dalam dokumen 4 PPL
068.
2. Identifikasi aspek lingkungan yang dibuat harus mencakup kegiatan operasi
yang bersifat:
a. Normal, apabila kegiatan/operasi sedang berjalan normal.
b. Tidak normal, apabila kegiatan/operasi pada kondisi tidak normal atau
kegiatan khusus (TA/Shutdown) yang berbeda dengan kegiatan normal.
c. Darurat, apabila terjadi kondisi yang tidak terduga yang memerlukan
penanggulangan khusus dan berdampak luas. Identifikasi aspek darurat
yang berkaitan dengan potensi kecelakaan (kebakaran, ledakan, bocoran,
tumpahan, banjir, dan sebagainya) mengacu pada 2 SMK3-009.
3. Setiap Departemen/Bagian/Unit kerja mengumpulkan data tentang semua
kondisi peralatan/operasi/kegiatan yang sedang berlangsung maupun yang
berpotensi untuk berinteraksi dengan lingkungan yang mencakup:
a. Emisi/buangan gas ke udara
b. Buangan cair dan padat
c. Pencemaran tanah
d. Penggunaan Sumber Daya Alam
e. Pembuangan air
f. Penggunaan energi
g. Limbah dan produk samping
Prosedur mengenai penetapan ALP ini mengacu kepada peraturan dan
perundang-undangan, yaitu:
1. ISO 14001:2004
2. Kep. Men. LH No.122 tahun 2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/10/1995
3. Kep. Men. LH No. 133 tahun 2004 tentang Baku Mutu Industri Pupuk

14

4. PP 18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
5. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
6. Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan
7. Kepdal No.01 s/d 05/BAPEDAL/09/1995
8. PP RI No.41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Berdasarkan prosedur penetapan ALP yang ada, diketahui bahwa terdapat
empat ALP pada PT Pusri Palembang, yaitu penampungan larutan urea, bak
penampung limbah (Minimasi Pemisah Air Limbah), penggunaan energi (gas
alam dan listrik) dan penggunaan air. Rekaman penetapan ALP, kriteria evaluasi,
skala dampak dan kriteria penilaian ALP PT Pusri Palembang dapat dilihat pada
Lampiran 3-Lampiran 6.
1. Penampungan larutan urea
Penampungan larutan urea berasal dari kegiatan produksi pada tahap kedua;
dimana pada tahap produksi terdapat enam tahapan, yaitu Sintesa Unit,
Purification Unit, Crystallization Unit, Prilling Unit, Recovery Unit dan
Condensat Processing Treatment Unit. Penampungan larutan urea
menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran air dan pencemaran udara.
Berdasarkan hal tersebut, maka PT Pusri Palembang mengeluarkan Kebijakan
Konservasi Air dan Kebijakan Pengurangan Pencemaran Udara yang dapat
dilihat pada Lampiran 7. dan Lampiran 8.

Gambar 5. Kutipan Kebijakan Konservasi Air PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang

Gambar 6. Kutipan Kebijakan Pengurangan Pencemaran Udara PT Pupuk
Sriwidjaja Palembang
Prosedur kegiatan penampungan larutan urea tertuang pada Prosedur
Pengendalian Operasional No. 2 SML 015 (Lampiran 9), Instruksi Kerja
Analisa Limbah Cair No. 3 PPL 001 (Lampiran 10), Instruksi Kerja Analisa
Limbah Gas No. 3 PPL 002 (Lampiran 11) dan Instruksi Kerja Pemantauan
dan Pengukuran Air Limbah, Udara Emisi, Ambien dan Tingkat Kebisingan
No. 3 PPL 034 (Lampiran 12).
Pengukuran kadar NH3 pada Outlet Kolam Limbah (OKL) dilakukan
dengan cara menganalisa sample air limbah di laboratorium, sedangkan
pengukuran kadar NH3 di udara dilakukan dengan tiga alat serta metode yang

15

berbeda, yaitu drager, impinger dan amoniak detector. Pengukuran
menggunakan impinger dilakukan rutin satu minggu sekali, sedangkan
pengukuran menggunakan drager dilakukan sebagai pembanding. Dalam
keadaan darurat dimana terjadi indikasi kebauan, pengukuran kadar NH3
dilakukan menggunakan drager dan amoniak detector karena lebih cepat
untuk mendapatkan hasil kadar NH3 tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran
dan analisa limbah cair, nilai NH3 yang berada pada penampungan larutan
urea masih dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) dan Baku Mutu Limbah Cair
(BMLC), KepMen LH No. 122/2004 dan Pergub Sumatera Selatan No.
18/2005.
Tabel 2. Kadar amoniak (NH3) pada kanal dari penampungan larutan urea
Standar

Hasil Analisa Laboratorium
Inlet

706,5 mg/L 25 mg/L

Kadar amoniak (NH3)
(mg/L)

50 mg/L

Outlet

ST-1

17,6 mg/L

Baku Mutu
Beban
Pencemaran

Beban
Pencemaran
Outlet
Kolam

Maks. 0,75
kg/ton

0,037 kg/ton

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Baku mutu limbah
cair amoniak (NH3)
(mg/L)

Hasil analisa
laboratorium

Outlet
ST-1
Penampungan larutan urea
Gambar 7. Kadar amoniak (NH3) dari penampungan larutan urea

Beban Pencemaran NH3
(kg/ton)

16

0.8

Baku mutu beban
pencemaran NH3 (kg/ton)

0.6

0.4
Hasil analisa
laboratorium

0.2
0
Outlet
Penampungan larutan urea

Kualitas udara
(mg/Nm3)

Gambar 8. Beban pencemaran amoniak (NH3) dari penampungan larutan urea

1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Baku mutu NO2
Baku mutu SO2
Baku mutu debu urea
Baku mutu NH3
Baku mutu partikel
SO2
NO2
CO
Partikel
NH3
Debu urea

Lokasi pengujian kualitas udara emisi
Gambar 9. Hasil pengujian kualitas udara emisi PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang
Tabel 3. Pengurangan emisi gas CO2 di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
No.
1
2
3
4
5
6

Kegiatan Pengurangan
Satuan
Emisi
2009
Penanaman pohon
Ton/tahun 46.028
Uji emisi kendaraan
Kendaraan (solar)
Uji emisi kendaraan
Kendaraan (bensin)
Purge Gas Recovery Unit Kg/tahun 42.634
Pabrik dry ice
m3/tahun 10.000.000
Penggantian sponge iron
m3/tahun 2000

Tahun
2010
82.525
-

2011
90.635
61,02

-

74,07

41.253
11.000.000
3000

28.802
11.880.000
4000

17

Tabel 4. Program, tujuan dan sasaran penanganan ALP penampungan larutan urea
No

Program

Tujuan

Sasaran

Melakukan
penyempurnaan IPAL

Menurunkan kualitas
dan kuantitas limbah
cair di outlet kolam
limbah sehingga
sesuai dengan
PergubSumatera
Selatan No. 18 tahun
2005

Memenuhi standar untuk
amoniak= 500 ppm dan di
outlet kolam limbah sehingga
sesuai dengan Pergub
Sumatera Selatan No. 18 tahun
2005

Menjual larutan urea
cair dari Dissolving
Tank ke pihak ke-3

Menurunkan kualitas
dan kuantitas limbah
cair di bak MPAL dan
tanki penampungan
larutan urea di
masing-masing pabrik
sesuai standar dan
baku mutu

Memenuhi standar untuk
amoniak= 500 ppm dan untuk
urea= 1500 ppm, yang akan
diolah di IPAL, dan keluaran
kolam limbah sesuai dengan
Baku Mutu Limbah Cair,
Kepmen LH No. 122/2004 dan
Pergub Sumatera Selatan
No.18/2005

Membuat saluran pipa
dari Tanki Karbamat
(FA-402) ke mobil
tanki

Menurunkan kualitas
dan kuantitas limbah
cair di bak MPAL dan
Tanki Penampungan
Larutan Urea di
masing-masing pabrik
sesuai standar dan
baku mutu

Memenuhi standar untuk
amoniak= 500 ppm dan untuk
urea= 1500 ppm, yang akan
diolah di IPAL, dan keluaran
kolam limbah sesuai dengan
Baku Mutu Limbah Cair,
Kepmen LH No. 122/2004 dan
Pergub Sumatera Selatan
No.18/2005

4

Pemasangan
Continuous Emission
Monitoring System
(CEMs)

Mengukur emisi
secara terus menerus

Memenuhi standar untuk
menyediakan cerobong emisi
dan sarana pendukung, alat
ukur pemantauan (CEM)
sesuai Kepmen LH No.
133/2004

5

Mengganti bahan
penyerap gas H2S di
D-201, dari sponge
iron menjadi unicat

Menurunkan
konsentrasi H2S dan
CO2 yang terbuang ke
udara

Menurunkan emisi udara 1015% dari NAB

6

Pemasangan flare di
area pabrik

Mengatasi venting gas
amoniak dari pabrik

Menurunkan kadar gas emisi
dari cerobong

7

Penanaman pohon

Mengurangi CO2 di
udara

Penurunan kadar CO2 di udara

1

2

3

18

Berdasarkan hasil pengujian kualitas udara emisi, diketahui bahwa:
1. Konsentrasi (kadar) gas (NO2 dan SO2) dan partikel dari sumber (emisi)
Waste Heat Boiler, Package Boiler dan Primary Reformer Pusri IB dan
Pusri II masih di bawah Baku Mutu Emisi (Kep. 133/MENLH/2004
lampiran II A)
2. Konsentrasi (kadar) amoniak dan debu urea dari sumber emisi Prilling
Tower Pusri IB dan Pusri II masih di bawah Baku Mutu Emisi (Kep.
133/MENLH/2004 lampiran II A)
3. Konsentrasi (kadar) gas (NO2 dan SO2) dan partkel dari sumber (emisi)
Waste Heat Boiler, Package Boiler dan Primary Reformer Pusri III dan
Pusri IV masih di bawah Baku Mutu Emisi (Kep. 133/MENLH/2004
lampiran II A)
4. Konsentrasi (kadar) amoniak dan debu urea dari sumber emisi Prilling
Tower Pusri III dan Pusri IV masih di bawah Baku Mutu Emisi (Kep.
133/MENLH/2004 lampiran II A)
Kompetensi SDM dalam menangani ALP penampungan larutan urea
dibuktikan dengan adanya sertifikat pelatihan pengendalian pencemaran air
dan kualitas udara emisi yang dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran
14.
Setelah dilakukan kajian melalui telaah dokumen, dapat disimpulkan bahwa
penerapan SML ISO 14001 pada ALP penampungan larutan urea sudah
sepenuhnya efektif karena telah sesuai dengan standar SML ISO 14001,
dimana tersedia prosedur serta rekaman kegiatan dengan ALP tersebut.
Program yang dibuat dengan menggunakan fasilitas dan teknologi yang
sesuai, membuat tujuan dan sasaran tercapai, sehingga memenuhi peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku. Kondisi yang telah baik dan sesuai
dengan standar ISO SML 14001 ini harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi.
2. Bak penampung limbah (MPAL)
Bak penampung limbah (MPAL) menimbulkan dampak negatif berupa
pencemaran air. Prosedur kegiatan bak penampung limbah tertuang pada
Prosedur Pengendalian Operasional No. 2 SML 015, Instruksi Kerja Analisa
Limbah Cair No. 3 PPL 001 dan Instruksi Kerja Pemantauan dan Pengukuran
Air Limbah, Udara Emisi, Ambien dan Tingkat Kebisingan No. 3 PPL 034.
Pengolahan limbah cair pada PT Pusri Palembang dilakukan dengan
mengoperasikan beberapa unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),
mendaur ulang atau mengolah agar memenuhi Baku Mutu Limbah Cair yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Keputusan Menteri N0.122/2004.
Sistem pengolahan limbah cair secara terpadu terdiri dari Unit Pemisah
Minyak, Unit Daur Ulang Limbah Amoniak dan Urea, Unit Pengolah Limbah
Cair dan Unit Pengolahan Limbah Aerasi. Diagram pengolahan limbah PT
Pusri Palembang dapat dilihat pada Lampiran 15.
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa limbah cair, seluruh parameter
beban pencemaran outlet kolam masih dibawah NAB dan Baku Mutu Limbah
Cair (BMLC), KepMen LH No. 122/2004 dan Pergub Sumatera Selatan No.
18/2005. Hasil pengukuran dan analisa limbah cair menunjukkan kadar COD=
106,9 mg/L, TSS= 21 mg/L, minyak dan lemak= 15,6 mg/L, temperatur=

19

38.4o C dan debit= 114,3 L/detik. Kelima parameter yang masuk ke inlet
tersebut berada dibawah NAB dan BMLC. Selain lima parameter tersebut,
terdapat tiga parameter yang berada di atas NAB dan BMLC. Kadar NH3-N
yang masuk ke inlet sebesar 706,5 mg/L, TKN 852 mg/L dan pH 8. Setelah
melalui pengolahan limbah cair, ketiga parameter tersebut berada dibawah
NAB dan BMLC, yaitu NH3-N 25 mg/L, TKN 86,9 mg/L dan pH 6,8. Data
hasil pengujian air limbah dapat dilihat pada Lampiran 16.
Tabel 5. Hasil perhitungan beban pencemaran outlet kolam
No. Parameter Uji

Satuan

Beban Pencemaran Outlet
Kolam

Baku Mutu Beban
Pencemaran

1

COD

kg/ton

0,056

Maks. 3,0

2

TSS a)

kg/ton

0,007

Maks. 1,5

3

Minyak dan
Lemak a)

kg/ton

0,001

Maks. 0,3

4

NH3-N

kg/ton

0,037

Maks. 0,75

5

TKN

a)

kg/ton

0,127

Maks. 1,5

6

pH (Lapangan) -

-

6-9

a)

7

Temperatur
(Lapangan)

o

-

-

8

Debit
(Lapangan)

L/det

-

-

C

Tabel 6. Program, tujuan dan sasaran ALP bak penampung limbah (MPAL)
No.

Program

Tujuan

Sasaran

1

Melakukan
penyempurnaan
Instalasi
Pengolahan Air
Limbah (IPAL)

Menurunkan kualitas dan
kuantitas limbah cair di
outlet kolam limbah
sehingga sesuai dengan
Pergub Sumatera Selatan
No. 18 tahun 2005

Memenuhi standar
untuk amoniak= 500
ppm dan urea= 1500
ppm yang akan diolah
di IPAL, dan keluaran
kolam limbah sesuai
dengan Baku Mutu
Limbah Cair, Pergub
Sumatera Selatan
No.18 tahun 2005

Beban pencemaran limbah cair
(kg/ton)

20

0.8
0.7
0.6
0.5
Penurunan beban
limbah dengan
penyempurnaan
IPAL

0.4
0.3
0.2
0.1
0
2009

2010
Tahun

2011

Gambar 10. Penurunan beban limbah dengan penyempurnaan IPAL
Berdasarkan hasil pengujian kualitas limbah cair, diketahui bahwa kadar
seluruh parameter air limbah yang diuji masih berada dibawah NAB dan
BMLC sehingga sesuai dengan Pergub Sumatera Selatan No. 18 tahun 2005.
Kompetensi SDM dalam menangani ALP bak penampung limbah (MPAL)
dibuktikan dengan adanya sertifikat Pelatihan Teknologi Pengolahan Air
Bersih dan Limbah Cair yang dapat dilihat pada Lampiran 17.
Setelah dilakukan kajian melalui telaah dokumen, dapat disimpulkan bahwa
penerapan SML ISO 14001 pada ALP bak penampung limbah (MPAL) sudah
sepenuhnya efektif karena telah sesuai dengan standar SML ISO 14001,
dimana tersedia prosedur serta rekaman kegiatan dengan ALP tersebut.
Program yang dibuat dengan menggunakan fasilitas dan teknologi yang
sesuai, membuat tujuan dan sasaran tercapai, sehingga memenuhi peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku. Kondisi yang telah baik dan sesuai
dengan standar SML ISO 14001 ini dapat ditingkatkan lagi apabila wetland
yang tidak berfungsi sejak 2011 dapat difungsikan kembali. Selain itu, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman penyerap limbah yang
lebih baik dari eceng gondok untuk digunakan pada wetland.
3. Penggunaan energi (Gas Alam dan Listrik)
Pemakaian gas alam menimbulkan dampak negatif berupa pengurangan
Sumber Daya Alam (SDA). Prosedur kegiatan pemakaian gas alam tertuang
pada Prosedur Pengendalian Operasional No. 2 SML 015. Dalam Kebijakan
Energi Nasional yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006,
salah satu kebijakan utamanya adalah konservasi energi. Berdasarkan hal
tersebut, maka PT Pusri Palembang melakukan audit energi (internal dan
eksternal) sebagai langkah awal, yang dilanjutkan dengan membuat program,
tujuan dan sasaran konservasi energi.

21

Tabel 7. Program, tujuan dan sasaran konservasi energi
No. Program

Tujuan

Sasaran

1

Penggantian PGRU
P IV (Purge Gas
Recovery Unit)

Mengganti PGRU P
IV untuk
meningkatkan
produksi dan efisiensi
pemanfaatan purge
gas dari pabrik P II/ P
III/ P IV

Meningkatkan
produksi dan efisiensi
sebesar 3,5% dan
menurunkan konsumsi
gas bumi sebesar 5%

2

Revitalisasi pabrik P Merevitalisasi P II
II
dengan teknologi
yang lebih efisien dan
ramah lingkungan

Menurunkan konsumsi
pemakaian gas bumi
dari 33,98
MMBTU/ton urea
menjadi 26
MMBTU/ton urea

3

Perbaikan steam
trap dan isolasi
yang rusak

Mengganti steam
trap dan isolasi yang
sudah rusak

Menghemat steam
sebesar 2,07 ton per
jam atau setara dengan
6,42 MMBTU/jam

4

Optimalisasi
pemanfaatan tail gas
dan Heavy Hydro
Carbon (HHC)

Optimalisasi
pemanfaatan tail gas
dan Heavy Hydro
Carbon sebagai
tambahan fuel di
reformer

Menghemat
penggunaan gas alam
sebesar 1393,34
MMBTU/hari

Realisasi konsumsi energi pada Pusri IB 35,13 MMBTU/ton amoniak dan
Pusri II 45,31 MMBTU/ton amoniak dapat dikatakan cukup baik bila
dibandingkan dengan RKAP 2012 yaitu Pusri IB 35,93 MMBTU/ton amoniak
dan Pusri II 45,35 MMBTU/ton amoniak. Namun bila dibandingkan dengan
des