Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP
PEREKONOMIAN KABUPATEN GARUT DAN POTENSI
DAYA SAINGNYA

RINA CIPTA NOVITA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Sektor
Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Rina Cipta Novita
NIM H14062701

ABSTRAK
RINA CIPTA NOVITA. Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian
Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya. Dibimbing oleh DEWI ULFAH
WARDANI.
Pariwisata merupakan salah satu industri yang bisa meningkatkan
pendapatan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi
tentang peranan dan potensi daya saing sektor pariwisata yang ada di Kabupaten
Garut. Untuk mengetahui peranannya terhadap perekonomian digunakan alat
analisis Input-Output dan untuk mengetahui potensi daya saingnya digunakan
analisis Porter’s Diamond. Analisis Input-Output menunjukkan bahwa sektor
pariwisata di Kabupaten Garut cukup berperan dalam perekonomian terutama
dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Berdasarkan
pendekatan Porter’s Diamond menunjukkan bahwa yang menjadi keunggulannya
adalah sumberdaya alam yang indah, letak yang strategis, kondisi permintaan

wisatawan nusantara, beragam bisnis hotel, restoran dan souvenir, sistem
koordinasi dan struktur persaingan yang sehat, promosi ke dalam negeri yang
baik, akses informasi yang mudah dan dukungan pemerintah yang baik sedangkan
kelemahannya adalah sumberdaya manusia yang belum handal, faktor sosial dan
budaya yang belum mendukung, modal yang belum mencukupi, infrastruktur
jalan kurang baik, biro perjalanan wisata yang masih kurang, promosi ke luar
negeri yang masih kurang dan kurangnya permintaan wisatawan mancanegara.
Kata kunci: pariwisata, Input-Output, Porter’s Diamond
ABSTRACT
RINA CIPTA NOVITA. The Role of Tourism Sector on the Economy and
Potential Garut competitiveness. supervised by DEWI ULFAH WARDANI.
Tourism is one industry that can increase the income of the people. The
purpose of this study was to obtain information about the role and potential of the
tourism sector competitiveness in Garut regency. To determine its role in the
economy analysis tools used Input-Output and to determine the potential
competitiveness used Porter's Diamond analysis. Input-Output Analysis shows
that the tourism sector in Garut regency quite a role in the economy, especially in
increasing the income of the people in the area. Based on the approach of Porter's
Diamond suggests that a lead is a natural resource that is beautiful, a strategic
location, demand conditions tourists, diverse business hotel, restaurant and

souvenir, system coordination and structure of healthy competition, promotion
into the good land, access to information easy and good government support while
the weakness is not a reliable human resource, social and cultural factors that have
not been supportive, inadequate capital, poor road infrastructure, travel agents are
still lacking, promotion abroad is still lacking and the lack of demand foreign
tourists.
Keywords: tourism, Input-Output, Porter's Diamond

PERANAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP
PEREKONOMIAN KABUPATEN GARUT DAN POTENSI
DAYA SAINGNYA

RINA CIPTA NOVITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi


DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten
Garut dan Potensi Daya Saingnya
Nama
: Rina Cipta Novita
NIM
: H14062701

Disetujui oleh

Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si.
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan Sektor
Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi umat manusia.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Ibu Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi atas
segala masukannya yang membangun dan kesabarannya hingga penulis bisa
menyelesaikan penelitian ini.
2.
Ibu Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama dan Ibu Laily Dwi
Arsyianti, M.Sc. selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah banyak
memberikan saran.
3.

Staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut dan Staf Badan
Pusat Statistik Kabupaten Garut yang telah membantu dalam penyediaan
data selama di lokasi penelitian.
4.
Kedua orang tua yang luar biasa, Ibu Iis Suropah dan Bapak Harun Harosid
atas segala do‟a, dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga. Suami
penulis Bapak Debi dan Anak penulis Rafa serta keluarga besar tercinta atas
segala do‟a dan dukungannya kepada penulis.
5.
Seluruh dosen yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat berharga
dan segenap Tata Usaha Departemen Ilmu Ekonomi atas bantuannya selama
ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013
Rina Cipta Novita

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Kepariwisataan
Tabel Input-Output
Daya Saing Porter’s Diamond
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis
GAMBARAN UMUM
Keadaan Wilayah, Topografi, dan Demografi Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Sektor Pariwisata dalam Strukur Perekonomian
Kabupaten Garut
Struktur Permintaan
Struktur Ekspor dan Impor
Struktur Konsumsi Rumah Tangga
Struktur Nilai Tambah Bruto
Analisis Keterkaitan
Analisis Dampak Penyebaran
Analisis Multiplier
Potensi dan Kondisi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Daya Saing Pariwisata Kabupaten Garut
Kondisi Faktor
Kondisi Permintaan
Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan
Industri Terkait dan Industri Pendukung
Dukungan Pemerintah

vi
vi
vi

1
1
2
4
5
5
5
5
8
9
10
11
12
12
13
13
21
21
23
23

23
24
25
26
27
29
30
32
32
35
35
36
37

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


38
38
39
40
41
46

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Perkembangan wisatawan nusantara tahun 2004-2010
Perbandingan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara
Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Garut
Kontribusi penciptaan Nilai Tambah Bruto (NTB) terhadap
perekonomian Kabupaten Garut tahun 2004-2009
Ilustrasi tabel input output
Rumus multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja
Permintaan antara dan permintaan akhir sektor-sektor
perekonomian di Kabupaten Garut tahun 2006
Ekspor dan impor sektor-sektor perekonomian
Kabupaten Garut tahun 2006
Pengeluaran konsumsi rumah tangga Kabupaten Garut tahun 2006
Struktur Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor-sektor perekonomian
Kabupaten Garut tahun 2006
Keterkaitan output ke depan dan ke belakang
sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Garut tahun 2006
Koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran
sektor-sektor perekonomian Kabupaten Garut
Multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja
sektor-sektor perekonomian Kabupaten Garut
Data objek wisata Kabupaten Garut tahun 2009

2
3
4
14
19
24
25
26
27
28
30
31
34

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Model Porter’s Diamond
Kerangka pemikiran
Analisis Porter’s Diamond

9
12
38

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Kode sektor perekonomian Kabupaten Garut
Klasifikasi 11 sektor perekonomian Kabupaten Garut
Matriks koefisien teknis
Matriks kebalikan leontief

42
43
44
45

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hakekat dari adanya pembangunan adalah terciptanya kualitas hidup dan
tingkat kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Indonesia merupakan
negara yang sedang berkembang yang membutuhkan pembangunan yang cepat.
Untuk meningkatkan pembangunan tersebut maka perlu pembangunan di setiap
wilayah. Pembangunan wilayah ditujukan pada pengembangan potensi dan
sumberdaya yang ada sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang indah dan melimpah bisa dijadikan
sebagai sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan negara salah satunya yaitu
dengan dikembangkannya sektor pariwisata. Selain Bali, Indonesia juga memiliki
tempat wisata yang sangat berpotensi. Ini terlihat dari keunikan budaya dan
karakteristik alam yang dimiliki oleh 34 provinsi yang ada di Indonesia. Sehingga
hampir setiap wilayah di Indonesia memiliki objek wisata terutama wisata alam
dan wisata budaya. Prospek pariwisata Indonesia memiliki peluang yang besar
dalam sektor ini dilihat dari terus meningkatnya jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Indonesia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menjadikan
jarak dan waktu bukan sebagai hambatan. Wisatawan dapat dengan mudah untuk
berkunjung ke suatu wilayah bahkan ke suatu negara. Pada tahun 2009, pariwisata
Indonesia menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi
minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Terdapat sebelas provinsi di
Indonesia yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara diantaranya Bali,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Lampung,
Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat. Jumlah
wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia yang berasal dari wilayah ASEAN
adalah Singapura dan Malaysia. Sementara dari wilayah ASIA (tidak termasuk
ASEAN) berasal dari negara Jepang dan dari wilayah Eropa berasal dari negara
Britania Raya, Perancis, Belanda dan Jerman. Pada tahun 2010, jumlah wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia mencapai tujuh juta lebih dan
menyumbangkan devisa bagi negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan perkembangan jumlah wisatawan
nusantara dari tahun 2004-2010 yang terus mengalami peningkatan. Wisatawan
nusantara merupakan wisatawan yang berasal dari dalam negeri. Peningkatan
kunjungan wisatawan tertinggi yaitu pada tahun 2010 sebanyak 122.312
mengalami peningkatan sebanyak 2.368 dari tahun 2009 yang berjumlah 119.944
wisatawan nusantara. Pengeluaran wisatawan nusantara saat melakukan kegiatan
wisata pada tahun 2010 mencapai Rp 150.49 triliun mengalami peningkatan
sebesar Rp 13 triliun dari tahun sebelumnya yang berjumlah Rp 137.91 triliun.
Meningkatnya jumlah kunjungan dan pengeluaran wisatawan nusantara tersebut
memiliki pengaruh yang besar terhadap pendapatan negara.

2

Tabel 1 Perkembangan Wisatawan Nusantara Tahun 2004-2010
Tahun

Wisatawan Nusantara
(ribuan orang)

Perjalanan
(ribuan orang)

2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010

111.352
112.701
114.270
115.335
117.213
119.944
122.312

202.763
198.359
204.553
222.389
225.041
229.731
234.377

Rata-rata
Perjalanan
(hari)
1.82
1.76
1.79
1.93
1.92
1.92
1.92

Total
Pengeluaran
(triliun)
71.70
74.72
88.21
108.96
123.17
137.91
150.49

Sumber: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia Tahun 2011

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
mempunyai beragam objek wisata. Jawa Barat termasuk tempat tujuan wisata ke
tiga setelah Bali dan Yogyakarta (Pendit, 2006). Selain keindahan alam yang
dimiliki, Jawa Barat juga memiliki letak geografis yang strategis untuk
pengembangan pariwisata karena daerah ini berbatasan langsung dengan ibu kota
negara yaitu Jakarta. Dengan adanya tol yang langsung menghubungkan antara
Jakarta dan Bandung serta dengan telah dibukanya penerbangan langsung dari
luar negeri di Bandara Husein Sastranegara memudahkan wisatawan untuk
berkunjung ke daerah Jawa Barat.
Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat. Daerah ini
dikenal sebagai daerah penyangga ibu kota karena letak geografisnya yang
memiliki jarak tempuh paling dekat dengan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten Garut memiliki prioritas utama dalam pembangunan insustri
pariwisata. Kabupaten ini terkenal dengan makanan khasnya yaitu dodol Garut,
sentra peternakan domba unggulan, dan keindahan alam yang indah yang dapat
dijadikan sebagai daya tarik dalam mengundang orang untuk datang ke Kabupaten
Garut. Selain itu, Kabupaten Garut juga memiliki keindahan alam dengan
beraneka ragam objek wisata yang dikenal dengan gurilaps (gunung, rimba, laut,
pantai dan situ), beraneka ragam kesenian tradisional dan kebudayaan, adat
istiadat setempat yang dapat dikemas menjadi komoditi pariwisata yang dapat
dijual baik secara lokal, nasional dan secara internasional. Walaupun Kabupaten
Garut mempunyai potensi pariwisata yang beragam, kabupaten ini harus tetap
memperhatikan persaingan pariwisata dengan wilayah lain sehingga dapat
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.

Perumusan Masalah
Pada tahun 2010 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT)
menetapkan Kabupaten Garut sebagai daerah tertinggal bersama 182 daerah lain
se-Indonesia. Posisi Kabupaten Garut yang berdekatan dengan Ibu Kota Provinsi
Jawa Barat tidak hanya memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
daerah, akan tetapi juga memberikan dampak negatif yaitu banyak terserapnya
sumberdaya manusia oleh pemerintah pusat. Adanya penetapan 85% wilayah di

3

Kabupaten Garut yang dijadikan sebagai kawasan konservasi lindung sehingga
kurang menarik investor untuk berinvestasi di daerah ini. Hal tersebut menjadi
pemicu adanya permasalahan pembangunan seperti kemiskinan, kesehatan,
pendidikan serta pembangunan sarana dan prasarana daerah. Oleh karenanya
mengakibatkan Kabupaten Garut relatif tertinggal dan tidak dapat tumbuh secara
mandiri dan maksimal.
Selain itu, di Kabupaten Garut masih banyak sumberdaya manusia yang
belum terlatih. Salah satu indikator untuk melihat kondisi tersebut adalah dengan
melihat pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Nilai IPM ini dihitung
berdasarkan tiga indikator yaitu indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks
daya beli. Berdasarkan Tabel 2 dapat terlihat bahwa pembangunan manusia di
Kabupaten Garut mengalami peningkatan periode tahun 2008-2011, akan tetapi
pencapaian IPM Kabupaten Garut masih berada di bawah IPM Provinsi Jawa
Barat.
Tabel 2 Perbandingan Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara Provinsi
Jawa Barat dan Kabupaten Garut
Tahun
2008
2009
2010
2011

IPM Jawa Barat
71.12
71.64
72.08
72.82

IPM Kabupaten Garut
70.52
70.98
71.36
72.00

Sumber : BPS Kabupaten Garut Tahun 2011

Kabupaten Garut membutuhkan suatu sektor yang bisa meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dengan cepat. Berdasarkan Tabel 3, tahun 2009 sektor
pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam
penciptaan Nilai Tambah Bruto (NTB) yaitu sebesar 45.96 persen terhadap PDRB
Kabupaten Garut. Ini dapat dipahami karena sebagian besar masyarakat
Kabupaten Garut bekerja pada sektor pertanian yang masih dikelola secara
tradisional dan juga menggunakan teknologi sederhana.
Kontribusi penciptaan NTB sektor pertanian mengalami penurunan dari
tahun ke tahun selama periode 2004-2008. Artinya, jika dilihat dari sisi penciptaan
NTB sektor ini lebih lambat dibandingkan sektor-sektor lainnya. Ini terjadi akibat
luas pertanian yang terus mengalami penurunan karena jumlah penduduk yang
semakin meningkat dan adanya pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Garut
dari primer ke arah sekunder dan tersier yang menggambarkan semakin
modernnya perekonomian di Kabupaten Garut.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang cukup
dominan karena kontribusi penciptaan NTB sektor ini mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun selama periode 2004-2008. Sektor hotel dan restoran di
Kabupaten Garut masih bisa dikembangkan dengan baik karena didukung oleh
banyaknya objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Garut yang masih dapat
dikembangkan sampai pada skala nasional bahkan internasional. Oleh karena itu
sektor hotel dan restoran dalam penelitian ini termasuk ke dalam subsektor
pariwisata bersama dengan sektor komunikasi, angkutan dan jasa rekreasi,
kebudayaan dan olahraga. Meskipun sektor pariwisata di Kabupaten Garut sangat

4
berpotensi untuk dikembangkan tetapi masih belum mendapat perhatian yang
khusus dari pemerintah.
Tabel 3 Kontribusi Penciptaan Nilai Tambah Bruto (NTB)
Perekonomian Kabupaten Garut Tahun 2004-2009 (persen)
KELOMPOK SEKTOR
2004
Primer
50.83
Pertanian
50.70
Pertambangan & Penggalian
0.13
Sekunder
9.48
Industri pengolahan
6.65
Listrik, Gas dan Air Bersih
0.47
Bangunan
2.36
Tersier
39.69
Perdagangan, Hotel dan
24.64
Restoran
Angkutan dan Komunikasi
2.93
Keuangan, Persewaan dan Jasa
3.74
Perusahaan
Jasa-jasa
8.38
Total
100.00
Sumber : BPS Kabupaten Garut Tahun 2010

Terhadap

2005
50.17
50.05
0.12
9.19
6.46
0.45
2.28
40.65

2006
48.03
47.91
0.12
9.42
6.65
0.45
2.32
42.53

2007
48.03
47.90
0.13
9.86
6.90
0.45
2.51
42.11

2008
45.77
45.64
0.13
10.56
7.51
0.42
2.63
43.68

2009
46.09
45.96
0.13
10.86
7.78
0.44
2.64
43.04

25.29

25.89

25.96

26.74

26.66

3.21

3.69

3.54

3.69

3.51

3.86

3.66

3.29

3.37

3.29

8.29
100.00

9.29
100.00

9.32
100.00

9.88
100.00

9.58
100.00

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas adalah:
1.
Bagaimana peranan sektor pariwisata dalam struktur perekonomian
Kabupaten Garut?
2.
Bagaimana keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di
Kabupaten Garut?
3.
Bagaimana dampak penyebaran sektor pariwisata di Kabupaten Garut?
4.
Bagaimana efek multiplier sektor pariwisata terhadap output, pendapatan
dan tenaga kerja di Kabupaten Garut?
5.
Bagaimana potensi dan kondisi faktor yang mempengaruhi daya saing
pariwisata Kabupaten Garut.

Tujuan Penelitian

1.
2.
3.
4.
5.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
Menganalisis peranan sektor pariwisata dalam struktur perekonomian di
Kabupaten Garut.
Menganalisis keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di
Kabupaten Garut.
Menganalisis dampak penyebaran sektor pariwisata di Kabupaten Garut.
Menganalisis efek multiplier sektor pariwisata terhadap output, pendapatan
dan tenaga kerja di Kabupaten Garut.
Menganalisis potensi dan kondisi faktor yang mempengaruhi daya saing
pariwisata Kabupaten Garut.

5

Manfaat Penelitian

1.

2.
3.

Hasil penelitian ini berharap berguna:
Bagi peneliti, sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan analisis mengenai peranan dan potensi sektor pariwisata
terhadap perekonomian Kabupaten Garut.
Bagi pihak-pihak lain, dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan skripsi ini.
Bagi pemerintah, dapat menjadi bahan masukan dalam mengelola dan
mengembangkan wilayahnya berdasakan potensi yang ada.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang berjudul Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian
Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya menggunakan analisis input output
dan pendekatan Porter’s Diamond. Data yang dibutuhkan yaitu data primer dan
sekunder. Penelitian ini fokus ke sektor pariwisata di Kabupaten Garut saja.
Sektor pariwisata disini merupakan sektor perekonomian yang bersifat lintas
sektor yang mencakup sektor angkutan, restoran, komunikasi, hotel dan jasa
rekreasi, kebudayaan dan olahraga.

TINJAUAN PUSTAKA
Kepariwisataan
Dalam arti luas, pariwisata menurut Damanik et al (2006) adalah kegiatan
rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari
suasana lain. Sebagai suatu aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari
kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara
berkembang. Pariwisata semakin berkembang sejalan dengan perubahanperubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan politik. Unsur-unsur penting
dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang
menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah
ketersediaan waktu dan uang pada kelompok tersebut. Beberapa pertimbangan
penting yang dilakukan orang sebelum mengambil keputusan untuk melakukan
perjalanan yaitu biaya, daerah tujuan wisata, bentuk perjalanan waktu dan lama
berwisata, akomodasi yang digunakan, moda transportasi dan lainnya.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan terdiri atas
sembilan bab dan empat puluh pasal yang mengandung ketentuan meliputi
delapan hal (Pendit, 2006) , yaitu:
a.
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek
dan daya tarik wisata,
b.
Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata,

6

c.

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut,
d.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata,
e.
Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik
wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang
tersebut,
f.
Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran
wisata,
g.
Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun
atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata,
h.
Menteri pariwisata adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang
kepariwisataan.
Secara khusus kepariwisataan dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk
memperkecil kesenjangan saling pengertian di antara negara-negara yang sudah
berkembang, yang biasanya adalah negara-negara sumber wisatawan atau negara
pengirim wisatawan dengan negara-negara yang sedang berkembang yakni
negara-negara kunjungan wisatawan atau negara penerima wisatawan. Sebenarnya
pariwisata menurut Wahab (2003) merupakan salah satu dari industri gaya baru
yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal
kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor
produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.
Kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal. Istilah ini umum
sifatnya yang menggambarkan beberapa bentuk perjalanan dan penginapan sesuai
dengan motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan
untuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam keinginan.
Adapun bentuk-bentuk pariwisata, antara lain :
1. Menurut jumlah orang yang bepergian
a. Pariwisata individu yakni hanya seorang atau satu keluarga yang
bepergian,
b. Pariwisata rombongan yakni sekelompok orang yang biasanya terikat
oleh hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan
bersama-sama.
2. Menurut maksud bepergian
a. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, maksud kepergian untuk
memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan
memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan
keletihan kerja selama di tempat rekreasi,
b. Pariwisata budaya maksudnya untuk memperkaya informasi dan
pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan
hiburan,
c. Pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis
di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan,
d. Pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti
mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain
ski, bertanding dan mendaki gunung,

7

e. Pariwisata temu wicara, pariwisata konvensi mencakup pertemuanpertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik.
3. Menurut alat transportasi
a. Pariwisata darat (bis, mobil pribadi dan kereta api),
b. Pariwisata tirta (laut, danau dan sungai)
c. Pariwisata dirgantara
4. Menurut letak geografis
a. Pariwisata domestik nasional, menunjukan arus wisata yang dilakukan
oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang terbatas
dalam suatu negara tertentu,
b. Pariwisata regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa
negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata,
c. Pariwisata internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari satu
negara ke negara lain di dunia.
5. Menurut umur (umur membedakan kebutuhan dan kebiasaan)
a. Pariwisata remaja,
b. Pariwisata dewasa.
6. Menurut jenis kelamin
a. Pariwisata pria,
b. Pariwisata wanita.
7. Menurut tingkat harga dan tingkat sosial
a. Pariwisata taraf mewah,
b. Pariwisata taraf menengah,
c. Pariwisata taraf jelata.
Adapun beberapa manfaat dari sektor pariwisata bagi negara-negara
penerima wisatawan:
a. Bahwa pariwisata menjadi sumber pendapatan valuta asing dengan
menjual jasa-jasa dan barang-barang yang berkaitan dengan pariwisata;
b. Bahwa pendapatan ini mengalir cepat dan langsung terbagi-bagi secara
meluas ke dalam perekonomian nasional, sehingga mampu membagi-bagi
laju pendapatan secara meluas, bertambah banyak dan berputar-putar ke
segala lapisan pedagang besar dan pengecer, transportasi, beragam
komponen pariwisata, kebutuhan-kebutuhan dan usaha-usaha yang
berdasarkan tingkat pengeluaran konsumen;
c. Bahwa pariwisata adalah suatu pasaran lanjutan yang searah dengan
meningkatnya tingkat pendapatan keluarga yang tidak habis terpakai,
khususnya pada negara-negara yang industrinya sudah maju;
d. Bahwa industri pariwisata jika dibandingkan dengan industri lain termasuk
industri yang investasi modalnya kecil sebanding dengan arus pendapatan
yang mungkin;
e. Bahwa pariwisata menyediakan suatu pasaran ekspor tempat konsumen
datang untuk meneliti produk tersebut;
f. Bahwa produk yang dijual terutama berupa jasa-jasa dan tidak dapat
dijamah, udara yang sejuk, alam yang indah, terdapat tempat-tempat
bersejarah, yang kelihatannnya secara potensial tidak akan ada habisnya
dan hanya tunduk pada keterbatasan upaya promosi dan penjualan;
g. Bahwa pariwisata adalah sarana yang ampuh dan efektif bagi kebijakan
umum untuk menciptakan perpaduan sosial dan budaya pada tingkat

8

nasional maupun inetrnasional, untuk mengembangkan industri-industri
lain dan sarana pemupukan tenggang rasa dan saling pengertian dengan
negara-negara tetangga dan dunia pada umumnya.
Wisatawan yang tiba di suatu negara asing, baik secara individu maupun
kelompok apapun tujuan perjalanannya tentu akan membelanjakan uangnya
selama menetap disana yaitu untuk membayar jasa-jasa atau barang-barang wisata
dan juga untuk membeli jasa-jasa atau barang yang tidak berkaitan dengan wisata.
Seluruh jumlah uang yang dibelanjakan ini merupakan jumlah penerimaan negara
dari sektor pariwisata dan menjadi pola konsumsi wisatawan di negara tersebut.
Semakin bertambah konsumsi wisatawan, semakin banyak pula jasa-jasa wisata
yang diproduksi dan begitu pula sebaliknya.
Dampak utama kegiatan pariwisata dari segi ekonomi terhadap level
nasional (makro) dapat ditinjau dari segi:
A.
Akibat langsung yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap bidang
ekonomi meliputi:
Akibatnya terhadap neraca pembayaran;
Akibatnya untuk kesempatan kerja;
Akibatnya dalam mendistribusikan pendapatan lagi.
B.
Akibat tidak langsung yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata
mancakup;
Hasil ganda (multiplier);
Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu;
Hasilnya untuk sektor pemerintah (pajak);
Hasil „tiruan‟ yang mempengaruhi masyarakat.
Teori Input-Output
Analisis Input-output (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas
perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan
antarsektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian,
apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya
terhadap sektor lain dapat dilihat. Selain itu sektor ini juga terkait dengan tingkat
kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut melalui input primer (nilai tambah)
(Tarigan, 2007).
Menurut Priyarsono et al (2007) Tabel Input-output menyajikan informasi
tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antarsektor ekonomi dengan bentuk
penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris tabel Input-output menunjukkan
pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi
permintaan antara dan permintaan akhir. Di samping itu, isian pada baris nilai
tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan
isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh
masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara
maupun input primer. Tabel Input-output memberikan gambaran menyeluruh
tentang hal-hal berikut ini :
1.
Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai
tambah masing-masing sektor.

9

2.

Strukur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antarsektorsektor produksi.
3.
Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri
maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.
4.
Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai
sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.
Beberapa kegunaan dari analisis ini adalah sebagai berikut ;
1.
Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai
tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai
sektor produksi.
2.
Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa
terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan
substitusinya.
3.
Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan
perekonomian.
4.
Untuk
menggambarkan
perekonomian
suatu
wilayah
dan
mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.
Daya Saing Porter’s Diamond
Daya saing didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan dalam
industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi (Porter dalam
Maulida, 2009). Dalam ilmu ekonomi, daya saing merupakan konsep yang
bersifat relatif (Relatif Concept). Dalam pemahaman tersebut, konsep daya saing
identik dengan konsep efisiensi. Dengan menggunakan kriteria atau melihat
indikator tertentu sebagai acuan, maka dapat diukur tingkat kuat lemahnya daya
saing. Adapun elemen dari Diamond Model tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Strategi
Perusahaan,
Struktur dan
Persaingan

Dukungan
Pemerintah

.

Kondisi
Permintaan

Kondisi Faktor

Industri Pendukung Dan
Industri Terkait
Gambar 1 Model Porter’s Diamond
Sumber : Porter dalam Maulida (2009)

Dukungan
Pemerintah

10

Kondisi Faktor dalam analisis Porter adalah variabel-variabel yang sudah
ada dan dimiliki oleh suatu industri seperti sumber daya manusia (human
resource), modal (capital resource), infrastruktur fisik (physical infrastructure),
infrastruktur informasi (information infrastructure), infrastruktur administrasi
(administrative infrastructure) serta sumberdaya alam. Semakin tinggi kualitas
faktor input, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya saing
dan produktivitas.
Kondisi permintaan merupakan sifat asal untuk barang dan jasa. Semakin
maju suatu masyarakat dan semakin demanding pelanggan dalam negeri, maka
industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk atau
melakukan inovasi guna memenuhi keinginan pelanggan lokal (sophisticated and
demanding local customer). Namun dengan adanya perdagangan internasional,
kondisi permintaan tidak hanya berasal dari lokal tetapi juga bersumber dari luar
negeri.
Adanya industri pendukung dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan
sinergi dalam suatu industri. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama
transaction cost, sharing teknologi, informasi maupun keahlian tertentu yang
dapat dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya. Manfaat lain industri
pemasok dan terkait adalah akan terciptanya daya saing dan produktivitas yang
meningkat.
Strategi perusahaan dan pesaing dalam Diamond Model juga penting karena
kondisi ini akan memotivasi perusahaan atau industri untuk meningkatkan
kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru. Dengan adanya
persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu mencari strategi baru yang cocok
dan berupaya untuk selalu meningkatkan efisiensi.

Penelitian Terdahulu
Hertanto (2006) menganalisis peranan sektor pariwisata dalam
perekonomian provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan alat analisis InputOutput Provinsi Banten Tahun 2000-2004. Pada tahun 2000, struktur permintaan
akhir sektor-sektor pariwisata lebih besar jika dibandingkan dengan struktur
permintaan antaranya, hal ini disebabkan output sektor pariwisata bersifat dapat
langsung dikonsumsi oleh rumah tangga. Sebaliknya pada tahun 2004, kondisi
struktur permintaan anatara lebih besar daripada struktur permintaan akhirnya. Ini
menunjukan pentingnya output sektor-sektor pariwisata yang digunakan sebagai
input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya. Konsumsi rumah tangga untuk
sektor pariwisata memiliki konribusi terbesar terhadap pembentukan permintaan
akhir dibandingkan dengan investasi, ekspor dan impor. Sektor angkutan jalan,
keuangan, persewaan dan jasa memiliki kemampuan yang kuat untuk mendorong
pertumbuhan sektor-sektor lainya
Rahayu (2006) melakukan penelitian mengenai sektor pariwisata terhadap
perekonomian Kota Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah tabel InputOutput Tahun 2002. Penelitian ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata
mempunyai peranan yang cukup penting terhadap Nilai Tambah Bruto,
penyerapan tenaga kerja serta struktur permintaan antara dan permintaan akhir.
Sektor ini juga mempunyai kemampuan untuk menarik lebih besar pertumbuhan

11

output sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuanya dalam mendorong
pertumbuhan hilirnya..
Santri (2009) menganalisis Potensi Pariwisata Untuk Meningkatkan
Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Provinsi Bali. Alat analisis yang
digunakan pada penelitian ini adalah tabel Input-Output tahun 2007. Berdasarkan
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata memiliki peranan
penting terhadap permintaan antara, permintaan akhir, struktur konsumsi rumah
tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor. Namun, diantara seluruh
sektor perekonomian yang ada di Provinsi Bali sektor pariwisata memiliki nilai
impor terbesar. Artinya, sektor ini masih memiliki ketergantungan terhadap
daerah atau negara lain karena tidak dapat mencukupinya sumberdaya yang dapat
digunakan untuk memproduksi kebutuhan output sektor tersebut. Tetapi sektor ini
tetap memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menarik pertumbuhan output
sektor lainnya dibandingkan mendorong pertumbuhan output sektor hilirnya.
Maulida (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis Sektor Basis dan
Potensi Daya Saing Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya Pasca Otonomi Daerah.
Alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Shift Share, dan
Porter’s Diamond. Berdasarkan hasil analisis dengan pendekatan Porter’s
Diamond adalah faktor yang menjadi keunggulan pariwisata Kabupaten
Tasikmalaya adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kondisi permintaan
domestik, peranan pemerintah, persaingan dan bisnis souvenir. Sedangkan
kelemahannya adalah sumberdaya modal, infrastruktur industri pendukung dan
terkait dan strategi pemasaran.
Kencana (2011) melakukan penelitian mengenai peranan sektor pariwisata
dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Alat analsis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan analisis Input-Output tahun 2006. Penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa peranan sektor pariwisata dalam perekonomian DKI
Jakarta relatif besar. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pariwisata untuk
struktur permintaan sebesar 15,23 persen dari total permintaan Provinsi DKI
Jakarta, kontribusi terhadap konsumsi rumah tangga sebesar 22,46 persen dari
total konsumsi rumah tangga. Sektor pariwisata DKI Jakarta mempunyai
kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan output sektor
hulunya dibandingkan dengan kemampuan sektor pariwisata untuk mendorong
pertumbuhan sektor hilirnya.

Kerangka Pemikiran Operasional
Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang
perekonomiannya memiliki banyak sektor. Salah satu sektor yang memiliki
potensi untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Garut adalah sektor
pariwisata, hal ini dikarenakan sektor ini memiliki hubungan yang saling terkait
antar sektor-sektor lainnya. Sektor pariwisata di Kabupaten Garut ini juga cukup
menjanjikan jika dilihat dari sumberdaya alam yang sangat indah dan terdiri dari
beraneka ragam objek wisata.
Penelitian ini mengalisis Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian
Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya dengan menggunakan alat analisis
Input Output dan Porter’s Diamond. Tujuan menggunakan alat analisis Input-

12

Output adalah untuk mengetahui dampak pertumbuhan output, dampak terhadap
pendapatan masyarakat dan dampak terhadap kesempatan kerja Kabupaten Garut.
Sedangkan tujuan menggunakan pendekatan Porter’s Diamond adalah untuk
mengetahui kondisi faktor dan potensi yang mempengaruhi daya daing pariwisata
Kabupaten Garut.
Kondisi perekonomian
Kabupaten Garut

Sektor
pariwisata

Sektor Ekonomi
Lainnya

Analisis Porter‟s
Diamond

Anlisis InputOutput

Analisis
Keterkaitan

Analisis Dampak
Penyebaran

Analisis
Multiplier

Peranan Sektor Pariwisata Terhadap
Perekonomian Kabupaten Garut dan
Potensi Daya Saingnya

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada sektor pariwisata di Kabupaten Garut.
Pemilihan daerah penelitian ini dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Garut
merupakan daerah tertinggal di Jawa Barat, tetapi wilayah ini memiliki potensi
pariwisata yang potensial sehingga menarik untuk diteliti. Pelaksanaan penelitian
ini dimulai pada bulan Mei tahun 2010.

13

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dengan melakukan wawancara terbuka dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
dan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Garut, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut serta instansi-instansi
yang terkait dengan penelitian ini. Data yang digunakan adalah kontribusi
penciptaan Nilai Tambah Bruto (NTB) Kabupaten Garut tahun 2004-2009, Tabel
Input-Output Kabupaten Garut Tahun 2006 dan data pendukung lainnya.

Metode Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis Peranan Sektor Pariwisata
Terhadap Perekonomian Kabupaten Garut dan Potensi Daya Saingnya yaitu
menggunakan alat analisis Input-Output tahun 2006 klasifikasi 46 sektor yang
diagregasi menjadi 11 sektor. Analisis Input-Output digunakan untuk melihat
kemampuan sektor tersebut dalam menciptakan output, pendapatan, tenaga kerja
dan keterkaitan antar sektor. Alat analisis Porter’s Diamond digunakan untuk
mengetahui potensi dan kondisi faktor yang mempengaruhi daya saing pariwisata
Kabupaten Garut. Perangkat lunak yang digunakan dalam analisis ini yaitu Grimp
dan Microsoft Excell.
Metode Analisis Input-Output
Berdasarkan model dari BPS Kabupaten Garut (2008) Format dari tabel
Input-output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang
dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan
tertentu.
1.
Kuadran 1 (intermediate Quadrant), merupakan transaksi antara, yaitu
transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi.
2.
Kuadran II (Final Demand Quadrant), menunjukkan penjualan barang dan
jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi
permintaan akhir.
3.
Kuadran III (Primary Input Quadrant), menunjukkan pembelian input yang
dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara.
Kaudran ini terdiri antara pendapatan rumah tangga (upah/gaji), surplus
usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto.
4.
Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant), merupakan kuadran
input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara
kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem
produksi atau kuadran antara.
Pada garis horozontal atau baris, isian-isian angka memperlihatkan
bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi
permintaan antara (intermediate demand), sebagian lagi dipakai untuk memenuhi
permintaan akhir (final demand). Isian angka menurut garis vertikal atau kolom,
menunjukan pemakaian input antara dan input primer yang disediakan oleh
sektor-sektor lain untuk pelaksanaan kegiatan produksi suatu sektor.

14

Tabel 4 Ilustrasi Tabel Input-Output
Alokasi Output
Susunan Input
Input
Sektor
Antara Produksi
Jumlah Input Primer
Jumlah Input

1
2
3

Permintaan Antara
Sektor Produksi
1
2
3
X11
X12
X13
X21
X22
X23
X31
X32
X33
V1
V2
V3
X1
X2
X3

Permintaan
Akhir

Jumlah
Output

F1
F2
F3

X1
X2
X3

Sumber: BPS Kabupaten Garut Tahun 2008

Koefisien Output
Jika konsumsi rumah tangga + konsumsi pemerintah + pembentukan modal
tetap + perubahan stok + ekspor = F, maka apabila dilihat secara horizontal (baris)
alokasi output itu secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan
aljabar sebagai berikut:
X11 + X12 +…+ X1n + F1 = X1
X21 + X22+ …+ X2n + F2 = X2
:
:
:
: :
Xn1 + Xn2 +…+ Xnn + Fn = Xn………..………………………………………..(3.1)
Secara umum persamaan diatas dapat dirumuskan kembali menjadi
; untuk i = 1, 2, 3 dan seterusnya
Dimana
adalah banyaknya output sektor ke i yang dipergunakan sebagai input
oleh sektor j, dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah
jumlah output sektor i.
Koefisien Input
Koefisien input secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk
persamaan aljabar sebagai berikut, jika upah dan gaji rumah tangga + surplus
usaha + input primer lainnya = V, maka apabila dilihat secara vertikal (kolom)
alokasi input itu secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan
aljabar sebagai berikut:
X11 + X21 + … + Xn1 + V1 = X1
X12 + X22 + … + Xn2 + V2 = X2
:
:
:
:
:
X1n + X2n + … + Xnn + Vn = Xn……………………………………………....(3.2)
Dan secara ringkas dapat ditulis menjadi
; untuk j = 1, 2, 3 dan seterusnya
Dimana Vj adalah input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j.

15

Berdasarkan persamaan 3.1 di atas jika diketahui matriks koefisien
teknonolgi aij, maka:
……………………………………………………………………….(3.3)
Jika persamaan (3.3) disubstitusikan ke persamaan (3.1) maka didapat
persamaan sebagai berikut:
a11X1 + a12X2 + … + a1nXn + F1 = X1
a21X1 + a22X2 + … + a2nXn + F2 = X2
:
:
:
:
:
an1X1 + an2X2 + … + annXn + Fn = Xn…………………….……………………(3.4)
Apabila persamaan (3.4) ditulis dalam bentuk persamaan matriks maka akan
diperoleh persamaan berikut ini:

=
A
X
+ F = X
AX + F = X atau (I – A) X = F
X = (I – A)-1 F…………………………………………………………………(3.5)
Dimana :
I
= Matriks identitas
F
= Permintaan akhir
X
= Jumlah output
(I – A) = Matriks Leontief.
(I – A)-1= Matriks kebalikan Leontief.
Dari persamaan diatas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki
hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I–A)-1 sebagai koefisien
antaranya. Matriks kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis
ekonomi karena menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan
akhir terhadap tingkat produksi.
Analisis Keterkaitan
Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi
pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antarsektor dalam suatu sistem
perekonomian. Konsep ini meliputi:
a.
Keterkaitan ke Depan (forward linkage)
Keterkaitan
ke
depan
menunjukkan
hubungan
keterkaitan
antarindustri/sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang
dihasilkannya.
Keterkaitan Langsung ke Depan
Keterkaitan ini menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektorsektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per
unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

16

Dimana:
KDi
= keterkaitan langsung ke depan
= unsur matriks koefisien teknis
ij
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
Keterkaitan ini menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap
sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung
maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total, dirumuskan sebagai
berikut:

Dimana:
KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
= unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
ij
Keterkaitan ke Belakang (backward linkage)
Keterkaitan ini menunjukkan hubungan keterkaitan antarindustri/sektor
dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses
produksi.
Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung ke belakang ini menunjukkan akibat dari suatu sektor
tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut
secara lanagsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus untuk mencari
keterkaitan langsung ke belakang adalah:
b.

Dimana:
KBi = keterkaitan langsung ke belakang
= unsur matriks koefisen teknis.
ij
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Keterkaitan ini menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap
sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara
langsung maupun tidak langsung per unit permintaan total, ini dirumuskan
sebagai berikut:

Dimana:
KBLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i
= unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
ij

17

Analisis Dampak Penyebaran
Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke
belakang belum cukup memadai untuk dipakai sebagai landasan pemilihan sektor
kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antarsektor karena
peranan perrmintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu kedua indeks
tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang
ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis
dampak penyebaran ini terbagi menjadi:
1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik)
Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan
suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme
transaksi pasar input. Selain itu, konsep ini juga sering diartikan sebagai
kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya.
Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj
mempunyai nilai lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai
koefisien penyebaran adalah:

Dimana:
Pdj
= koefisien penyebaran sektor j.
αij
= unsur matriks kebalikan Leontief.
2.

Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Depan/Daya Mendorong)
Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor
terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering
juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan
produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan
mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari
satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah:

Dimana:
Sdi
= kepekaan penyebaran sektor i
αij
= unsur matriks kebalikan Leontief.
Analisis Multiplier
Multiplier output
Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek
awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan
moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers)
menunjukkan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari
sektor i yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor i
a.

18

sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matriks invers dirumuskan
dengan persamaan:
A)-1 =
Dengan demikian, matriks α mengandung informasi penting tentang struktur
perekonomian yang dipelajari dengan menentukkan tingkat keterkaitan
antarsektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisisen dari
menunjukkan besarnya perubahan aktivitas dari suatu
matriks invers ini
sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain.
Multiplier Pendapatan
Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya
perubahan output dalam perekonomian. Dalam tabel Input-Ouput yang dimaksud
dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga.
Pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang
umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga tetapi juga dividen
dan bunga bank.

b.

Multiplier Tenaga Kerja
Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang
disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Untuk memperoleh multiplier
tenaga kerja maka tabel Input-Output harus ditambahkan baris yang menunjukkan
jumlah tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu
wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga
kerja (ei). Cara untuk memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi
setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian di suatu negara
atau wilayah dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut.
Koeefisien tenaga kerja (ei) menunjukkan efek langsung ketenagakerjaan dari
setiap sektor akibat adanya perubahan output sektor i. Efek langsung dan tidak
untuk setiap sektor, dan
untuk semua
langsung ditunjukkan dengan
sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara sedangkan efek total
ditunjukkan dengan
c.

Multiplier Tipe I dan II
Multiplier Tipe I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output,
pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang
disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga
k