Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Subsektor Pendukungnya Terhadap Perekonomian Kabupaten Sintang

(1)

GIALDY PUTRA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN SUBSEKTOR

PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Subsektor Pendukungnya Terhadap Perekonomian Kabuapten Sintang adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 20 Juni 2014

Gialdy Putra

NIM H14100108


(4)

ABSTRAK

GIALDY PUTRA. Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Subsektor Pendukungnya Terhadap Perekonomian Kabupaten Sintang. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perkembangan kondisi sektor pertanian dan subsektor pendukungnya di Kabupaten Sintang dengan menganalisis keterkaitan, penyebaran, efek pengganda, dan sektor prioritas. Metode yang digunakan adalah Analisis Input Output Kabupaten Sintang Tahun 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor pendukungnya memiliki nilai keterkaitan dan pengganda yang cukup besar dengan sektor lainnya. Akan tetapi nilai penyebaran sektor pertanian kurang mampu mendorong sektor hulu dan hilirnya. Berdasarkan analisis sektor prioritas berdasarkan klasifikasi 50 sektor dengan menggunakan Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran, subsektor unggas dan hasilnya merupakan satu-satunya sektor pertanian yang termasuk sektor prioritas (Kuadran I) dimana subsektor industri, jasa, dan restaurant juga menempati posisi yang sama. Sedangkan berdasarkan analisis sektor prioritas berdasarkan klasifikasi 16 sektor dengan melihat Total Rangking Multiplier keseluruhan, sektor industri menempati nilai rangking terendah yang kemudian disusul oleh sektor bangunan dan pertenakan. Kata kunci: Analisis Input Output, Kabupaten Sintang, sektor pertanian

ABSTRACT

GIALDY PUTRA. Role of Agricultural Sector and Supporters Subsector on the Sintang Regency Economy Analysis. Supervised by ARIEF DARYANTO

The purpose of this study is to analyze the development of the agricultural sector and supporters subsector in Sintang Regency by analyzing the relationship, deployment, multiplier effect, and priority sectors. The method uses the Input Output Analysis Sintang Regency in 2010. The results of this study indicate that the agricultural sector and supporting sector linkages and multiplier values are quite large with other sectors. However, the value of the spread of the agricultural sector is less able to push the upstream and downstream sectors. Based on analysis of priority sectors for the classification of 50 sectors by using the coefficient Deployment and Spread Sensitivity, poultry subsector is the only agricultural sector that includes priority sectors (Quadrant I) in which sub-sectors, services, and restaurants also occupy the same position. While based on the analysis of priority sector for the classification of 16 sectors by looking at the overall total rank multiplier, industrial sector occupies the lowest rank value which is then followed by the construction sector and exerting.


(5)

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN

SINTANG

GIALDY PUTRA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

(7)

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa ta‟ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 sampai Mei 2014 ini ialah Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Sintang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Arief Daryanto, Ph.D selaku dosen pembimbing selama proses penyelesaian skripsi dan dosen penguji dalam proses sidang sikripsi, pihak BPS Pusat yang telah menyediakan dan melayani penulis saat proses pengumpulan data. Kepada Annisa, Rouf, dan Nicco yang telah banyak membantu selama proses pengumpulan dan pengolahan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak tercinta Ferry Yulmarino, Ibu tercinta Elyza Damarita, dan adik tercinta Harsyanda Putra serta seluruh keluarga terutama Riska Anggraeni yang telah memberi dukungan secara moril. Kepada seluruh teman dan sahabat Departemen Ilmu Ekonomi 47, TPB A16, Asrama Putra C3 dan kelompok PKM yaitu Nicco, Meli, dan Fitria atas dukungannya selama menjalani pendidikan di Bogor, serta seluruh pihak yang telah menyemangati dan selalu mendoakan yang terbaik bagi penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, 20 Juni 2014

Gialdy Putra


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Konsep Pembangunan Ekonomi 6

Tahapan Pembangunan Ekonomi 7

Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi 8

Tabel Input – Output 9

Penelitian Terdahulu 12

Kerangka Pemikiran Penelitian 13

METODE PENELITIAN 14

Jenis dan Sumber Data 14

Metode Analisis 15

Analisis Keterkaitan 15

Analisis Dampak Penyebaran 16

Analisis Pengganda 17

Analisis Sektor Prioritas 18

Definisi Operasional Data 18

Gambaran Umum 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 27

Peranan Sektor Pertanian terhadap Perekonomian

Kabupaten Sintang 27

Analisis Keterkaitan 30

Analisis Penyebaran 34


(10)

Sektor Prioritas dengan Klasifikasi 50 Sektor 42

Sektor Prioritas dengan Klasifikasi 16 Sektor 43

SIMPULAN DAN SARAN 44

Simpulan 44

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 48

RIWAYAT HIDUP 79

DAFTAR TABEL

1. Produk domestik regional bruto (PDRB) atas harga konstan 2000

Kabupaten Sintang menurut tahun 2009 – 2012 (Juta Rupiah) 3

2. Tabel Input - Output 11

3. Rumus multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja menurut

tipe dampak 17

4. Persentase penduduk bekerja menurut kelompok umur dan tingkat

pendidikan di Kabupaten Sintang, Agustus 2012 23

5. Produk domestik regional bruto(PDRB) atas harga berlaku

Kabupaten Sintang menurut tahun 2009 – 2012 (JutaRupiah) 24 6. Produk domestik regional bruto (PDRB) atas harga konstan 2000

Kabupaten Sintang menurut tahun 2009 – 2012 (Juta Rupiah) 24 7. Keterkaitan output ke depan sektor – sektor perekonomian

Kabupaten Sintang tahun 2010 (agregasi 9 sektor) 31 8. Keterkaitan output ke depan subsektor pertanian

Kabupaten Sintang tahun 2010 (agregasi 50 sektor) 32 9. Keterkaitan output ke belakang sektor – sektor perekonomian

Kabupaten Sintang tahun 2010 (agregasi 9 sektor) 33 10.Keterkaitan output ke belakang subsektor pertanian

Kabupaten Sintang tahun 2010 (agregasi 50 sektor) 34 11.Koefisien penyebaran sektor – sektor perekonomian

Kabupaten Sintang 35

12. Koefisien penyebaran subsektor perekonomian Kabupaten Sintang 35 13. Kepekaan penyebaran sektor – sektor perekonomian

Kabupaten Sintang 36

14. Kepekaan penyebaran subsektor pertanian Kabupaten Sintang 37 15. Pengganda output sektor – sektor perekonomian Kabupaten Sintang 38 16. Pengganda output subsektor pertanian Kabupaten Sintang 38 17. Pengganda pendapatan sektor – sektor perekonomian

Kabupaten Sintang 39

18.Pengganda pendapatan subsektor pertanian Kabupaten Sintang 40 19.Pengganda tenaga kerja sektor – sektor perekonomian

Kabupaten Sintang 40


(11)

21. Peringkat total multiplier klasifikasi 16 sektor 43

DAFTAR GAMBAR

1. Jumlah tenaga kerja antar sektor per agustus 2012 1 2. Laju pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Sintang 4

3. From comparative to competitive advantage 7

4. Alur kerangka pemikiran 14

5. Peta kabupaten Sintang 20

6. Persentase tenaga kerja Kabupaten Sintang menurut lapangan

usaha tahun 2012 22

7. Persentase tingkat pengangguran Kabupaten Sintang 22 8. Volume produksi komoditi pada sektor pertanian di Kabupaten

Sintang pada tahun 2012 (ton) 26

9. Pertumbuhan setiap sektor Kabupaten Sintang 26

10. Diagram sektor prioritas (50 sektor) 42

DAFTAR LAMPIRAN

1. Agregasi 16 sektor dan 9 sektor dari klasifikasi 50 sektor Tabel

Input output Kabupaten Sintang tahun 2010 55

2. Struktur permintaan antara dan permintaan akhir perekonomian

Kabupaten Sintang tahun 2010 50

3. Struktur konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah terhadap

Perekonomian Kabupaten Sintang tahun 2010 52

4. Struktur investasi sektor – sektor perekonomian Kabupaten Sintang

tahun 2010 54

5. Struktur nilai dan persentase ekspor bersih Kabupaten Sintang

tahun 2010 56

6. Struktur persentase nilai tambah bruto Kabupaten Sintang

tahun 2010 (%) 58

7. Struktur output sektor – sektor perekonomian Kabupaten Sintang

tahun 2010 60

8. Matriks koefisien teknis klasifikasi 50 sektor 62

9. Matriks koefisien teknis klasifikasi 9 sektor 67

10. Matriks koefisien teknis klasifikasi 16 sektor 68 11. Matriks kebalikan loentif klasifikasi 50 sektor 69 12. Matriks kebalikan loentif klasifikasi 9 sektor 74 13. Matriks kebalikan loentif klasifikasi 16 sektor 75

14. Multiplier output klasifikasi 9 sektor dan 16 sektor 76

15. Multiplier income klasifikasi 9 sektor dan 16 sektor 77


(12)

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor perekonomian Indonesia terdiri dari beberapa sektor di antaranya yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri hingga sektor jasa. Dari beberapa sektor tersebut terdapat dua sektor besar yang mendominasi yaitu sektor pertanian dan sektor industri. Dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berdasarkan harga konstan, sektor industri menempati urutan pertama tertinggi yaitu sebesar Rp633 781.9 miliar pada tahun 2011 dan sebesar Rp670 190.6 miliar pada tahun 2012. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia yaitu sebesar Rp315 036.8 miliar pada tahun 2011 dan meningkat menjadi Rp 328 279.7 miliar pada tahun 2012 (BPS 2013). Dapat dikatakan kedua sektor tersebut masing-masing mengalami peningkatan sebesar 5.8 % dan 4.2 %. Pada tahun 2012 nilai sektor pertanian terhadap PDB sebesar 12.5 % atau dibawah sektor industri yang berada pada urutan pertama yaitu sebesar 25.6 %.

Sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat diukur dari pangsa sektor pertanian dalam pembentukan PDB, penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, pengentasan kemiskinan, perolehan devisa melalui ekspor non migas, penciptaan ketahanan pangan nasional, penyedia bahan baku, pasar yang potensial serta penciptaan kondisi yang kondusif bagi pembangunan sektor lainnya (Budiman 2013).

Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian merupakan prestasi karena masuknya tenaga kerja ke sektor pertanian tidak memiliki kriteria atau standar minimum. Hal ini dikarenakan sektor pertanian merupakan sektor yang tidak memerlukan keterampilan dan keahlian khusus sebagaimana di sektor-sektor ekonomi yang lain. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian menempati posisi teratas yang diikuti oleh sektor lainnya, yaitu sektor perdagangan, sektor jasa dan sektor industri yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : BPS, 2014 (diolah)

Gambar 1 Jumlah tenaga kerja di Indonesia antar sektor per Agustus 2012 35.09%

1.45% 13.87%

0.23% 6.13%

20.90% 4.51%

2.40% 14.43%

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik, Gas dan Air

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi

Lembaga Keuangan


(14)

Sektor pertanian juga memiliki karakteristik yang spesifik khususnya dalam hal ketahanan terhadap guncangan struktural dari perekonomian makro. Fenomena tersebut menunjukan bahwa sektor ini tetap mampu tumbuh positif pada saat puncak krisis ekonomi ketika sektor lainnya mengalami kontraksi.

Sektor pertanian sudah seharusnya dijadikan suatu sektor ekonomi yang sejajar dengan sektor lainnya. Sektor ini tidak lagi hanya berperan sebagai faktor pembantu bagi pembangunan nasional, tetapi harus menjadi pemeran utama yang sejajar dengan sektor industri dimana kebijakan ekonomi selama ini mengusung industri sebagai mainstream. Kenyataan sebenarnya bahwa keberhasilan seperti sektor industri sangat bergantung dari pembangunan sektor pertanian yang dapat menjadi landasan pertumbuhan ekonomi. Dua alasan penting sektor pertanian harus dibangun terlebih dahulu yaitu: pertama, barang-barang hasil olahan atau seperti sektor industri memerlukan dukungan daya beli masyarakat petani yang merupakan mayoritas seperti penduduk Indonesia, maka pendapatan petani sudah semestinya ditingkatkan melalui pembangunan pertanian. Alasan kedua, sektor industri membutuhkan bahan mentah yang berasal dari sektor pertanian, sehingga produksi hasil pertanian ini menjadi basis bagi pertumbuhan sektor industri itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhan disektor pertanian diyakini memiliki efek pengganda (multiplier effects) yang tinggi karena pertumbuhan di sektor ini mendorong pertumbuhan yang pesat di sektor-sektor perekonomian lain, misalnya sektor industri pengolahan dan jasa pertanian.

Kabupaten Sintang merupakan salah satu daerah perbatasan Indonesia di Kalimantan Barat yang dapat digolongkan sebagai daerah agraris. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Kabupaten Sintang berupaya meningkatkan peran sektor pertanian atau sistem agribisnis. Kabupaten Sintang memiliki banyak jenis subsektor pertanian yang menjadi andalan dalam menopang pertumbuhan ekonominya. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sintang sebesar 5.82 % atau hampir setara dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar 5.83 % (BPS Kabupaten Sintang 2013). Keadaan geografis Kabupaten Sintang juga mendukung dalam pengelolahan sektor pertaniannya seperti iklim, letak, serta struktur tanah yang dimilikinya. Selain itu keadaan sumberdaya manusianya yang memiliki pendidikan rendah pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani. `

Tabel 1 menjelaskan kontribusi setiap sektor terhadap PDRB Kabupaten Sintang. Sektor pertanian berada pada urutan pertama dalam memberikan sumbangsih terhadap PDRB. Setiap tahunnya sektor pertanian mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Pada tahun 2009 nilai sektor pertanian sebesar Rp771.14 miliar dan terus meningkat hingga tahun 2012 menjadi sebesar Rp854.13 miliar. Dari data tersebut menunjukan bahwa sektor pertanian merupakan sektor potensial dan andalan bagi Kabupaten Sintang. Pada sektor pertanian, padi merupakan komoditas andalan di Sintang. Selain itu, komoditas andalan lainnya adalah palawija berupa jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. Pada sektor perkebunan yang diutamakan untuk menunjang keperluan industri yaitu tanaman karet dan kelapa sawit (BKPM 2014).


(15)

Tabel 1 Produk domestik regional bruto (PDRB) atas harga konstan 2000 di Kabupaten Sintang menurut tahun 2009-2012 (juta rupiah)

No Sektor

PDRB

2009 2010 2011 2012 1 Pertanian 771143.48

(40.97) 798441.51 (38.28) 825880.01 (37.55) 854130.85 (36.69) 2 Pertambangan dan

Penggalian 63471.64 (3.37) 66669.88 (3.19) 70073.21 (3.19) 74270.16 (3.19) 3 Industri Pengolahan 199019.31

(10.58) 205166.85 (9.84) 213217.97 (9.69) 223730.07 (9.61) 4 Listrik, Gas dan Air

Bersih 5529.84 (0.29) 5722.26 (0.27) 5999.99 (0.27) 6353.08 (0.27) 5 Bangunan 139270.68

(7.40) 150867.8 (7.23) 164563.78 (7.48) 183066.37 (7.86) 6 Perdagangan, Hotel dan

Restaurant 463733.13 (24.64) 494492.05 (23.70) 528454.07 (24.02) 565766.11 (24.30) 7 Pengangkutan dan

Komunikasi 62961.86 (3.35) 68721.36 (3.29) 75135.33 (3.42) 82901.41 (3.56) 8 Keuangan, Persewaan,

dan Jasa Perusahaan

73571.31 (3.91) 78541.05 (3.77) 84369.26 (3.84) 90828.48 (3.90) 9 Jasa-Jasa 204380.59

(10.86) 217451.65 (10.42) 231982.59 (10.55) 246721.29 10.59 PDRB 1881764.67 (100) 2086074.43 (100) 2199676.2 (100) 2327767.83 (100) Sumber : BPS Kabupaten Sintang, 2013

Sektor pertanian dapat dijadikan dasar untuk mewujudkan sebuah pembangunan berkelanjutan dan mengurangi kemiskinan. Pertumbuhan PDRB yang berbasis sektor pertanian empat kali lebih efektif dalam mengurangi kemiskinan jika dibandingkan pertumbuhan PDRB yang berbasis sektor lainnya (Bank Dunia 2008). Hal ini mengingat bahwa Kabupaten Sintang merupakan kabupaten tertinggal dengan jumlah kemiskinan yang cukup besar, yaitu sebesar 8.55 % atau diatas persentase kemiskinan Provinsi Kalimantan Barat yang sebesar 8.15 % (BPS Kalimantan Barat 2013)

Pengembangan pada sektor pertanian diharapkan dapat menimbulkan

multiplier effect terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya. Hal tersebut akan sangat berpengaruh dalam peningkatan laju pertumbuhan perekonomian yang dapat bersifat inklusif, atau pertumbuhan yang memberikan manfaat kepada banyak pihak. Oleh karena itu diperlukan analisis terhadap keterkaitan sektor pertanian dengan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Rumusan Masalah

Jika dilihat dari segi PDRB, kontribusi setiap sektor di Kabupaten Sintang didominasi oleh sektor pertanian. Daryanto dan Hafizrianda (2010) menyatakan bahwa dalam perekonomian regional, kontribusi suatu sektor dalam menciptakan PDRB belum cukup untuk menggambarkan perekonomian wilayah secara keseluruhan karena hanya melihat pada efek langsung saja. Akan tetapi dampak


(16)

pembangunan suatu sektor ekonomi tidak bisa dilihat sebatas pada kemampuannya menciptakan PDRB semata. Namun yang lebih penting adalah bagaimana sektor tersebut mampu menggerakkan seluruh roda perekonomian wilayah. Dengan kata lain bagaimana pembangunan sektor tersebut dapat memberikan efek lanjut kepada aktivitas pembangunan sektor lainnya atau disebut sebagai Leading Sector. Merujuk pada Tabel 1, sektor pertanian memberikan kontribusi lebih dari 35 % setiap tahunnya. Pada tahun 2009 sektor pertanian menyumbang sebesar 40.97 % dan mengalami penurunan sebesar 36.69 % pada tahun 2012 dalam pembentukan PDRB Kabupaten Sintang.

Selain itu pada Gambar 2 memperlihatkan pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Sintang terhadap PDRB yang juga setiap tahunnya mengalami penurunan sebesar 4.91 % pada tahun 2009 dan 3.42 % pada tahun 2012. Menurut BPS Kabupaten Sintang (2013) lambatnya laju sektor pertanian dikarenakan salah satunya terjadi penurunan luas panen dan tanaman produksi pertanian di daerah tersebut.

Sumber : BPS Kabupaten Sintang, 2013

Gambar 2 Laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Sintang Secara umum struktur sektor pertanian Kabupaten Sintang masih menunjukan pola tradisional. Seharusnya sumbangan produksi pertanian memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang besar keterkaitannya baik ke depan maupun ke belakang (forward and backward lingkages) dengan sektor-sektor lainnya, terutama sektor industri pengolahan dan sektor jasa. Struktur tersebut menunjukan bahwa Kabupaten Sintang hanya mampu menghasilkan barang-barang mentah (raw material) sehingga manfaat ekonominya tidak meluas kepada sektor-sektor lainnya (BPS Kabupaten Sintang 2012). Selain itu isu konflik penggunaan fungsi lahan sering terjadi dalam perluasan areal dari salah satu subsektor pertanian, yaitu subsektor perkebunan seperti kelapa sawit dan karet yang dianggap sebagai sektor unggulan. Hal ini seringkali mengakibatkan berkurangnya areal lahan subsektor pertanian lainnya sehingga berdampak pada turunnya produktivitas dan ketersediaan akan subsektor tersebut yang berada di Kabupaten Sintang.

Peningkatan sektor pertanian diharapkan dapat menjadi sektor kunci bagi perkembangan sektor ekonomi lainnya yang akan meningkatkan PDRB dan laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Sintang. Berdasarkan penjelasan diatas,

0 1 2 3 4 5 6

2008 2009 2010 2011 2012

P

er

sen

Tahun

Pertumbuhan Sektor Pertanian (%)


(17)

maka timbul permasalahan yang akan menjadi fokus utama dalam penelitian ini, di antaranya:

1. Bagaimana peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sintang dalam pembentukan permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto, dan output sektoral ?

2. Bagaimana keterkaitan sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Sintang dengan sektor-sektor lainnya ?

3. Bagaimana dampak penyebaran dari sektor pertanian di Kabupaten Sintang terhadap sektor-sektor lainnya ?

4. Bagaimana besarnya efek multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sintang ?

5. Bagaimana kedudukan sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Sintang ditinjau dari sektor prioritas?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sintang ditinjau dari pembentukan permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto, dan output sektoral.

2. Menganalisis keterkaitan sektor pertanian dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Kabupaten Sintang.

3. Menganalisis dampak penyebaran dari sektor pertanian dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Kabupaten Sintang.

4. Menganalisis efek multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor pertaniandalam perekonomian Kabupaten Sintang.

5. Menganalisis kedudukan sektor pertanian di Kabupaten Sintang ditinjau dari sektor prioritasnya.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan mengenai sektor pertanian baik secara regional maupun nasional.

2. Bagi para pelaku usaha penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan maupun referensi dalam mengembangkan sektor pertaniandi Kabupaten Sintang secara khusus dan dalam lingkup nasional secara umum. 3. Bagi para kalangan akademisi dan masyarakat umum, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai peranan sektor pertaniandi Kabupaten Sintang.


(18)

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai peran sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sintang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis Input-Output. Data yang digunakan berupa data Tabel Input Output Kabupaten Sintang tahun 2010 berdasarkan transaksi domestik dengan menggunakan harga produsen terdiri dari klasifikasi 50 serta 16 sektor dan 9 sektor yang diagregasikan. Pengolahan data menggunakan Input-Output Analysis For Practitioners (IOAP) dan Microsoft Excel.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Pembangunan Ekonomi

Secara tradisional, pembangunan dapat dikatakan sebagian kapasitas dari sebuah perekonomian nasional, yang dimana kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional bruto atau GNI (gross national income). Indeks ekonomi lainnya yang digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) atau GNI per kapita. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan GNI, baik secara keseluruhan maupun per kapita dan akan menetes dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lain yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata atau dapat dikatakan sebagai prinsip „efek penetasan ke bawah‟ (trickle down effect) (Todaro dan Smith 2006).

Todaro dan Smith (2006) juga mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditujukan tiga nilai pokok, yaitu: (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom for servitude). Dalam perkembangannya, pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi mendorong pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara atau wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional ataupun secara regional. Pertumbuhan ekonomi yang baik merupakan indikasi keberhasilan suatu pembangunan ekonomi.


(19)

Tahapan Pembangunan Ekonomi

Porter (1990) mendefinisikan dayasaing sesuai dengan tahapan perkembangan negara tersebut.

Sumber : World Economic Forum, 2009

Gambar 3 From comparative to competitive advantage

Berdasarkan Gambar 3 menunjukan tiga tahapan perkembangan dayasaing negara menjadi, yaitu :

1. Factor Driven Economy:

a) Kondisi faktor standar (upah rendah, sumberdaya alam, lokasi geografi) merupakan sumber keunggulan kompetitif dominan

b) Teknologi diasimilasi melalui impor, FDI, dan imitasi

c) Perusahaan bersaing dalam harga dan kurang akses langsung kepada konsumen

d) Perusahaan mempunyai peran terbatas dalam rantai nilai, fokus pada perakitan, industri padat karya, dan eksploitasi sumberdaya alam

e) Perekonomian sangat sensitif terhadap siklus perekonomian dunia, harga komoditi dan nilai tukar

2. Investment Driven Economy:

a) Efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa standar adalah sumber dominan keunggulan kompetitif

b) Teknologi diakses melalui lisensi, joint-venture, FDI, dan imitasi

c) Negara tidak hanya mengasimilasi teknologi asing, tetapi mempunyai kapasitas untuk meningkatkannya

d) Diamond nasional mendukung investasi besar dalam infrastruktur yang efisien dan proses produksi moderen

e) Perusahaan meningkatkan kapabilitas dalam rantai nilai

f) Perekonomian terkonsentrasi pada pabrikasi dan ekspor dengan pelayanan yang dioutsource


(20)

a) Barang-barang dan jasa inovatif pada tingkat teknologi dunia mutakhir merupakan sumber keunggulan kompetitif

b) Diamond nasional dicirikan oleh kekuatan pada semua area bersamaan dengan keberadaan cluster yang baik

c) Perusahaan bersaing dengan strategi yang unik dan cakupan yang seringkali global

d) Perekonomian mempunyai porsi jasa yang tinggi dan tahan terhadap

external shocks

Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor pembangunan yang telah mendapatkan prioritas utama dalam pembangunan nasional di negara-negara sedang berkembang. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya negara-negara sedang berkembang adalah negara agraris, dan sebagian besar ahli ekonomi memandang sektor pertanian sebagai penunjang yang positif terhadap pembangunan ekonomi.

Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya dipandang pasif dan sebagai unsur penunjang semata (Todaro dan Smith, 2006). Padahal proses pembangunan ekonomi merupakan salah satu redefenisi terus menerus atas peran-peran sektor pertanian, manufaktur, dan jasa (World Bank 2008). Jika suatu wilayah menghendaki pembangunan yang lancar dan berkesinambungan, maka wilayah harus memulainya dari pedesaan pada umumnya, dan sektor pertanian pada khususnya (Todaro dan Smith 2006).

Peran pertanian menurut World Bank (2008) berkontribusi pada pembangunan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, mata pencaharian dan sebagai cara untuk melestarikan lingkungan, sehingga sektor ini sebuah intrumen yang unik bagi pembangunan. Sebagai aktivitas ekonomi, pertanian dapat sebagai sumber pertumbuhan bagi perekonomian wilayah, penyedia investasi bagi sektor swasta dan sebagai penggerak utama industri-industri yang terkait bidang pertanian. Johnston dan Mellor (1961) dalam Putri (2008) menyebutkan bahwa peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi adalah:

1. Sumber utama penyediaan bahan makanan 2. Sumber penghasilan dana atau pajak

3. Sumber penghasilan devisa yang diperlukan untuk mengimpor modal, bahan baku, dan lain-lain.

4. Pasar dalam negeri untuk menampung hasil produksi industri pengolahan dan sektor bahan pertanian lainnya.

Pertanian dipandang sebagai suatu sektor yang memiliki kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth with equity) atau pertumbuhan yang berkualitas (Daryanto, 2009). Menurut Byerlee dan Alain de Janvry (2009), pertanian memiliki lima fungsi essensial yang membuatnya menjadi pemegang pondasi fundamental pembangunan, Pertama, pertanian sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional. Kedua, pertanian sebagai instrumen untuk mengurangi kemiskinan. Ketiga, mengurangi dipasritas pendapatan. Keempat, pertanian sebagai penyedia jasa lingkungan. Kelima, pertanian sebagai sumber ketahanan pangan.


(21)

Peranan baru sektor pertanian sekarang ini dapat diletakan dalam kerangka “3 F contribution in the economy”, yaitu food (pangan), feed (pakan), dan fuel (bahan bakar). Peranan pertanian terkait dengan “food” adalah sektor pertanian

sebagai leading sector dalam pembangunan ketahanan pangan, yang artinya sektor pertanian sangat menentukan terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas. Kaitannya dengan “feed”, sektor pertanian memiliki peranan sebagai

pemasok terbesar bahan baku utama seperti pakan ternak. Sedangankan pada “fuel” sebagai penghasil sumber energi terbaharukan (renewable) untuk keperluan bahan bakar (Daryanto 2009).

Menurut Bank Dunia (2008) sektor pertanian dapat dijadikan dasar untuk mewujudkan sebuah pembangunan berkelanjutan dan mengurangi kemiskinan. Pertumbuhan PDB yang berbasis sektor pertanian empat kali lebih efektif dalam mengurangi kemiskinan jika dibandingkan pertumbuhan PDB berbasis sektor lain. Hal tersebut didasarkan pada kemampuan sektor pertanian dalam menyerap dan menciptakan tenaga kerja. Akan tetapi pertumbuhan sektor pertanian di beberapa negara berkembang melambat antara lain akibat underinvestment, misinvestment, dan berkurangnya ODA (Overseas Development Assistance).

Tabel Input-Output

Menurut Leontief (1986), analisis I-O merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks. Pengertian dari tabel input-output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antarsektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks. Sepanjang baris tabel IO menunjukkan pengaloksian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Selain itu, pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangan sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer (Priyarsono, et al. 2008).

Konsep dasar model I-O Leontief didasarkan atas: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, (4) hubungan input-output bersifat linier, (5) dalam suatu kurun waktu analisis, biasanya satu tahun, total input sama dengan total output, dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan. Beberapa kegunaan dari analisis I-O sebagai berikut: 1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai

tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi.

2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.


(22)

3. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian

4. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

Model I-O didasarkan atas beberapa asumsi. Asumsi itu diantaranya adalah: 1. Homogenitas, yang berarti suatu komoditas hanya dihasilkan secara tunggal

oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada substitusi output diantara berbagai sektor

2. Linieritas, ialah prinsip dimana fungsi produksi bersifat linier dan homogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional, dan

3. Aditivitas ialah suatu prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi dipelbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel I-O sebagai model kuantitatif memiliki keterbasan, yakni bahwa koefisien input ataupun koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisis atau proyeksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.

Output yang diproduksi oleh suatu sektor ekonomi dapat didistribusikan kepada dua jenis pengguna, yaitu sektor produksi dan sektor konsumen akhir. Jenis pengguna pada sektor produksi, menggunakan output dari suatu sektor dijadikan input pada sektor lain dalam proses produksinya. Jenis pengguna untuk konsumen akhir menggunakan output dari suatu sektor dijadikan sebagai permintaan akhirnya.

Input antara dapat terjadi arus perpindahan barang dan jasa antar sektor. Artinya, bahwa dari sektor i ke sektor j terjadi perpindahan atau sebaliknya. Sama halnya dalam sektor itu sendiri, perpindahan terjadi dari sektor i ke sektor j jika


(23)

Tabel 2 Tabel input-output

Output

Input

Production Sector Final

Demand Total

Output

1 2 ... N

Production Sector

1 z11 z12 ... z1n Y1 X1

2 z21 z22 ... z2n Y2 X2

. . . ... . . .

. . . ... . . .

n zn1 zn2 ... znn Yn Xn

Primary Input V V1 V2 ... Vn

Total Input X X1 X2 ... Xn

Sumber: Daryanto dan Hafizrianda, 2010

Jika dibaca menurut baris maka secara umum persamaannya adalah

i j 1

xij + Fi = Xi ; untuk i= 1,2,3 dan seterusnya

Jika dibaca menurut kolom maka secara umum persamaannya adalah

j i 1

xij + Vi = Xj; untuk j=1,2,3 dan seterusnya

Berdasarkan tabel di atas, empat kuadran yang terdapat dalam suatu tabel IO diberi nama kuadran yaitu kuadran I, II, III, IV. Pengertian dari masing-masing kuadran sebagai berikut:

1. Kuadran I

Kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antarsektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output kuadran ini sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.

2. Kuadran II

Kuadran II menunjukkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Total permintaan akhir merupakan penjumlahan total dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 3. Kuadran III

Kuadran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari


(24)

pendapatan rumah tangga (upah/gaji), surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV

Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

Penelitian Terdahulu

Farihin (2003) melakukan penelitian mengenai analisis input output Kabupaten Cirebon sebagai alat pengambilan keputusan dalam alokasi pembiayaan pembangunan pemerintah si sektor pertanian. Dalam penelitiannya sektor pertanian memiliki keterkaitan yang besar terhadap sektor industri, makanan, minuman dan tembakau serta sektor perdagangan. Dalam dampak penyebarannya sektor pertanian memiliki kemampuan yang kurang kuat dalam mendorong pertumbuhan output sektor-sektor penyedia input dan sektor-sektor pengguna output. Selain itu sektor pertanian juga memiliki nilai multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja yang relatif kecil. Akan tetapi jika dilihat dari sektor pertanian saja maka nilai subsektor perkebunan memiliki nilai multiplier paling tinggi.

Putri (2008) melakukan penelitian mengenai analisis peran sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Bangka Belitung dengan menggunakan analisis input output. Dalam penelitiannya menunjukan peran pertanian bukan

Leading Sector walaupun memiliki kontribusi yang besar terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilihat dari analisis keterkaitan, dampak penyebaran, dan multipliernya. Sektor yang dapat dijadikan Leading Sector adalah sektor industri pengolahan karena sektor tersebut merupakan sektor terbesar dalam keterkaitan dan multiplier. Dalam hal ini sebagian besar output sektor pertanian digunakan oleh sektor industri pengolahan tersebut

Febrina (2013) melakukan penelitian mengenai analisis peranan perkebunan dan industri minyak kelapa sawit terhadap perekonomian provinsi Kalimantan Selatan. Metode yang digunakan yaitu menggunakan analisis input output. Dalam penelitiannya menunjukan peranan sektor perkebunan kelapa sawit dalam perekonomian Kalimantan Selatan relatif besar. Hal ini dapat dilihat dari struktur permintaan antara dan permintaan akhir dimana permintaan antara lebih besar dibandingkan permintaan akhirnya karena komoditi perkebunan kelapa sawit tidak dapat dikonsumsi langsung. Sektor perkebunan kelapa sawit memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan lebih besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan langsung ke belakangnya, baik dalam analisis keterkaitan langsung maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung. Sektor perkebunan kelapa sawit dan sektor industri minyak makan memiliki dampak yang relatif besar terhadap output maupun pendapatan di sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Sektor kunci dalam pembangunan perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan adalah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau, sektor industri minyak makan, sektor industri pengolahan lainnya, sektor listrik dan air minum serta sektor bangunan/konstruksi.


(25)

Kerangka Pemikiran

Perekonomian Kabupaten Sintang terdiri dari banyak sektor dan beberapa diantaranya memiliki kontribusi yang besar, seperti sektor pertanian, sektor industri, sektor pertambangan dan sektor lainnya. Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi atau terdapat keterkaitan yang saling mempengaruhi. Keterkaitan tersebut dapat dijelaskan dimana pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi mendorong pembangunan ekonomi. Penelitian ini difokuskan untuk meneliti salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar untuk perekonomian Kabupaten Sintang, yaitu sektor pertanian. Pengembangan sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Sintang memiliki dampak positif khususnya pada penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.

Metode analisis input-output digunakan untuk menganalisis mengenai keterkaitan dan dampak dari sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Sintang. Analisis input-output dapat digunakan juga untuk menganalisis peran sektor pertanian terhadap pembentukan konsumsi pemerintah dan rumah tangga, permintaan dan penawaran, investasi, serta nilai tambah bruto Kabupaten Sintang. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis dampak penyebaran, analisis keterkaitan, analisis sektor prioritas dan analisis multiplier.


(26)

Gambar 4 Alur kerangka pemikiran

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS) Pusat serta instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang digunakan adalah data Tabel

Input-Sektor Pertanian dan Subsektor pendukungnya di Kabupaten Sintang

Perekonomian Kabupaten Sintang

Analisis Input-Output

Tabel Input-output Kabupten Sintang Tahun 2010

Analisis Keterkaitan

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis Multiplier

Peran sektor pertanian dan subsektor pendukungnyaterhadap Perekonomian

Kabupaten Sintang Sektor Prioritas


(27)

Output Kabupaten Sintang 2010 dengan klasifikasi 50 sektor serta 16 sektor dan 9 sektor yang diagregasikan. Klasifikasi 16 sektor merupakan perhitungan dalam menentukan sektor prioritas dengan memakai Total Rank Multiplier yang dikarenakan keterbatasan data. Selain itu digunakan pula data PDRB Kabupaten Sintang dan data-data pendukung lainnya. Referensi studi pustaka diperoleh dari buku panduan, jurnal, artikel, internet, skripsi, tesis serta sumber-sumber lainnya. Data tersebut diolah dengan Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP)

Complementary Version 1.0.1 dan Microsoft Excel 2010.

Metode Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk meneliti peranan sektor pertanian sterhadap perekonomian Kabupaten Sintang adalah model Input-Output. Tabel input-output yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen mencakup barang dan jasa produksi dalam negeri dan dinilai atas dasar harga produsen. Metode Input-Output digunakan untuk melihat peran sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sintang dengan melihat dari analisis keterkaitan, dampak penyebaran, analisis multiplier serta analisis sektor prioritas.

Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lainnya. Keterkaitan terdiri atas keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang.

1. Keterkaitan Langsung ke Depan

Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: FLi =

n j

ij

a

1

Keterangan:

FL = forward linkage

aij = unsur matriks koefisien teknis

2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut serta memasukan upah dan konsumsi rumah tangga secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus untuk mencari keterkaitan ini ialah sebagai berikut.

F(d+i)i =

n j

ij

g

1 *


(28)

Keterangan:

F(d+i)i = forward direct and indirect linkages

g*ij = unsur matriks kebalikan Leontief model tertutup

3. Keterkaitan Langsung ke Belakang

Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

BLi =

n j ij a 1 Keterangan:

BL = backward linkage

aij = unsur matriks koefisien teknis

4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara serta memasukan upah dan konsumsi rumah tangga bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus untuk keterkaitan ini ialah sebagai berikut: B(d+i)i =

n j ij g 1 * Keterangan:

B(d+i)i = backward direct and indirect linkages

g*ij = unsur matriks kebalikan Leontief model tertutup

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran terbagi menjadi dua, yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

1. Koefisien Penyebaran

Distribusi manfaat dari suatu pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input dapat diketahui melalui konsep ini. Sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj nilainya lebih besar dari 1, begitupun sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah

Pdj =



   n i n j ij n i ij g g n 1 1 1 * *


(29)

Keterangan:

Pdj = koefisien penyebaran sektor j

g*ij = unsur matriks kebalikan Leontief tertutup

2. Kepekaan Penyebaran

Digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih

besar dari 1, sebaliknya jika Sdi lebih kecil dari 1. Rumus yang digunakan

ialah:

Sdi =



 

n

i n

j ij n

i ij

g g n

1 1 1

* *

Keterangan:

Sdi = kepekaan penyebaran sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief tertutup

Analisis Pengganda

Menurut West dan Jensen (1980) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010), kategori dampak berganda dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut:

1. Dampak awal

2. Dampak imbasan kegiatan produksi yang terdiri atas, pengaruh putaran pertama dan pengaruh putaran kedua atau pengaruh dukungan industri

3. Dampak imbasan konsumsi.

Selain ketiga kategori diatas terdapat kategori lainnya yang disebut dampak luberan. Selengkapnya akan disajikan dalam tabel 3

Tabel 3 Rumus multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja menurut tipe dampak

Tipe Dampak Output Pendapatan Tenaga Kerja Efek awal 1 pi ei

Efek putaran

pertama

a

ij

a

ij pi

a

ij ei

Efek dukungan

industri

g

ij

1

a

ij

g

ij

p

i

p

i

a

ij

p

i

g

ij

e

i

e

i

a

ij

e

i

Efek induksi

konsumsi

(

g

*

ij

g

ij

)

(

g

*

ij

p

i

g

ij

p

i

)

(

g

*

ij

e

i

g

ij

e

i

)

Efek total

ij

g

*

g

*

ij pi

g

*

ij ei

Efek lanjutan

*

1

ij

g

g

*

ij

p

i

p

i

g

*

ij

e

i

e

i


(30)

Keterangan :

ij : Koefisien Output

pi : Koefisien Pendapatan

ei : Koefisien Tenaga Kerja

gij : Matrik Kebalikan Leontief Model Terbuka

g*ij : Matrik Kebalikan Leontief Model Tertutup

Analisis Sektor Prioritas

Analisis ini digunakan untuk mengetahui urutan sektor mana yang menjadi prioritas dalam pembangunan, agar alokasi dana dan sumber daya yang digunakan menjadi lebih efisien. Dalam menentukan urutan sektor prioritas dengan menggunakan Indeks Derajat Koefisien (IDK) dan Indeks Daya Penyebaran (IDP) yang didapat dari hasil koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran.

Selain itu dapat juga menentukan sektor prioritas dengan mengamati ranking dari Total Multiplier yang terdiri dari Total Multiplier Output (TOM), Total Multiplier Income (TIM) dan Total Employment Multiplier (TEM). Sehingga rangking terendah pada sektor tersebut yang didapat merupakan sektor prioritas.

Definisi Operasional Data

1. Pertanian

Pertanian yaitu dimana memproduksi dan menyediakan bahan baku yang akan digunakan oleh sektor lain sebagai input menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi.

2. Output

Output merupakan nilai produksi barang dan jasa (penerimaan penjualan) yang dihasilkan oleh seluruh se.ktor ekonomi pada suatu negara/wilayah. 3. Input antara

Input antara merupakan mencakup penggunaan berbagai barang dan jasa oleh suatu sektor dalam kegiatan produksi. Dalam model Input-Output, penggunaan input antara diterjemahkan sebagai keterkaitan antarsektor dan dinotasikan dengan Zij yang dapat dibaca untuk menghasilkan produksi sektor

j dibutuhkan input antara yang berasal dari sektor i sebanyak Zij.

4. Transaksi antara

Transaksi antara merupakan terjadinya suatu transaksi antar sektor yang berperan sebagai produsen dengan sektor yang berperan sebagai konsumen. Dalam tabel I-O, sektor produksi ditunjukan pada tiap barisnya sedangkan sektor konsumen ditunjukkan oleh sektor pada masing-masing kolom. Transaksi antara hanya mencakup transaksi barang dan jasa yang ada hubungannya dengan proses produksi.

5. Input primer

Input primer merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Komponen input primer terdiri dari:


(31)

a. Upah dan Gaji

Semua balas jasa yang diterima oleh tenaga kerja terlibat dalam proses produksi, baik berupa uang maupun barang dan jasa.

b. Surplus Usaha

Surplus usaha merupakan selisih dari nilai tambah bruto dengan upah, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Surplus usaha juga didefinisikan sebagai balas jasa atas kepemilikan modal.

c. Penyusutan

Penyusutan merupakan nilai dari penurunan nilai barang modal tetap yang dipakai dalam proses produksi.

d. Pajak Tak Langsung Neto

Merupakan selisih dari pajak tak langsung dengan subsidi. Komponen dari pajak tak langsung terdiri dari pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya.

6. Permintaan Akhir

Permintaan akhir adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan konsumsi bukan digunakan dalam proses produksi. Komponennya terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.

a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Pengeluaran konsumsi rumah tangga juga mencakup pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga swasta yang tidak mencari untung, seperti lembaga sosial.

b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Komponen dari pengeluaran konsumsi pemerintah adalah semua pengeluaran barang dan jasa untuk kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

c. Pembentukan Modal Tetap

Pembentukan modal tetap terdiri dari pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dalam negeri maupun impor, termasuk barang bekas dari luar negeri. Dalam tabel I-O, komponen pembentukan barang modal hanya menggambarkan komposisi barang modal yang dihasilkan oleh sektor produksi.

d. Perubahan Stok

Perubahan stok adalah selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok pada awal tahun. Stok biasanya diatur oleh produsen dan merupakan hasil produksi yang belum dijual ke konsumen.

e. Ekspor dan Impor

Transaksi barang dan jasa antar penduduk dalam suatu negara maupun antar penduduk negara lain merupakan suatu aktivitas dari ekspor dan impor. Beberapa transaksinya terdiri dari, pembelian langsung di dalam negeri oleh penduduk negara lain dan pembelian langsung diluar negeri oleh penduduk suatu negara.


(32)

GAMBARAN UMUM

Letak Astronomis dan Keadaan Geografis

Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Provinsi Kalimantan Barat atau berada di antara 1 05‟ Lintang Utara serta 0 46‟ Lintang Selatan dan 110 50‟ Bujur Timur serta 113 20‟ Bujur Timur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wilayah Kabupaten Sintang dilalui oleh garis Khatuliswa. Batas wilayah administartif Kabupaten Sintang yaitu :

 Utara :

Serawak (Malaysia Bagian Timur) dan Kabupaten Hulu;

 Selatan :

Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Melawi, dan Kabupaten Ketapang;

 Timur :

Provinsi Kalimantan Selatan Tengah, Kabupaten Melawi, dan Kabupaten Kapuas Hulu;

 Barat :

Kabupaten Sanggau, Kabupaten Melawi, dan Kabupaten Sekadau.

Gambar 5 Peta Kabupaten Sintang

Kabupaten Sintang merupakan Kabupaten yang memilki luas wilayah ketiga terbesar di Provinsi Kalimantan Barat setelah Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kapuas Hulu. Luas wilayah Kabupaten Sintang yaitu 21 635 km2 dengan wilayah terluas terdapat di Kecamatan Ambalau yaitu 6 386. 40 km2 atau 29.52 %, sedangkan Kecamatan Sintang merupakan kecamatan yang terkecil luas wilayahnya yaitu 277.05 km2 atau 1.28 %. Dari luas tersebut, sebagian besar wilayah Kabupaten Sintang merupakan wilayah perbukitan dengan luas sekitar 13 573.75 km2 atau 62.74 %.


(33)

Dilihat dari tekstur tanahnya, sebagaian besar daerah Kabupaten Sintang terdiri dari tanah latasol meliputi areal seluas 1.02 juta hektar atau sekitar 46,99 % dari luas daerah yaitu 2.16 juta, selanjutnya tanah podsolit sekitar 0.93 juta hektar atau 42.89 % yang terhampar hampir di seluruh kecamatan. Sedangkan jenis tanah yang paling sedikit ditemui di Kabupaten Sintang yaitu jenis tanah organosol hanya sekitar 0.05 juta hektar atau sebesar 2.08 %

Kabupaten Sintang dikenal sebagai daerah penghujan dengan intensitas yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten Sintang sebgaian besar wilayahnya merupakan perbukitan yaitu sebesar 53.50 %. Sepanjang tahun 2012, rata-rata curah hujan di Kabupaten Sintang sebesar 249.42 milimeter per bulan dengan rata-rata hari hujan sebanyak 17 hari per bulan. Menurut Stasiun Meteorogi Susilo Sintang, intensitas curah hujan yang cukup tinggi ini, terutama dipengaruhi oleh keadaan daerah yang berhutan tropis dan disertai dengan kelembaban udara yang cukup tinggi.

Penduduk Kabupaten Sintang merupakan multi etnis dengan mayoritas suku Dayak dan Melayu yang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Kabupaten Sintang memiliki jumlah berpenduduk kurang lebih 500 000 jiwa dengan kepadatan 16 jiwa/km. Kabupaten Sintang merupakan salah satu Daerah Tingkat II di Kalimantan Barat beribukota di Kota Sintang. Mata pencaharian utama penduduknya adalah petani Sawit dan Karet. Sebagian besar wilayah Sintang merupakan daerah perbukitan dengan luas sekitar 22.392 km2 atau sekitar 69,37% dari luas Kabupaten Sintang.

Kondisi Tenaga Kerja di Kabupaten Sintang

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting dalam perekonomian suatu wilayah. Indonesia yang merupakan negara berkembang memiliki jumlah penduduk yang besar sehingga berhubungan positif dengan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia merupakan negara yang penyerapan tenaga kerja tertingginya berada di sektor pertanian. Hal tersebut dikarenakan sektor pertanian tidak memerlukan keterampilan atau pendidikan minimun dibandingkan sektor lainnya.

Kabupaten Sintang merupakan daerah yang didominasi oleh sektor pertanian dalam sumbangan terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerjanya. Pada tahun 2012 penduduk yang bekerja di Kabupaten Sintang didominasi oleh pria dengan jumlah sebesar 11 1829 orang atau 56 % dari total seluruh tenaga kerja. Gambar 6 terlihat bahwa dari 198 331 orang di Kabupaten Sintang, 73 % diantaranya terserap di sektor pertanian. Sektor terendah dalam penyerapan tenaga kerjanya yaitu sektor listrik, gas dan air yang hampir sebesar 0 %.


(34)

Sumber : Kemenstrans, 2014 (diolah)

Gambar 6 Persentase tenaga kerja di Kabupaten Sintang menurut lapangan usaha Tahun 2012

Persentase tingkat pengangguran Kabupaten Sintang relatif rendah. Pada Gambar 7 menjelaskan dari tahun 2006 hingga tahun 2012 terlihat terjadinya penurunan tingkat pengangguran yang cukup signifikan. Tingkat pengagguran tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 7.03 % dan terendah adalah tahun 2012 dengan sebesar 2.09 %. Hal tersebut membuktikan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sintang meningkat setiap tahunnya. Walaupun demikian, masih ditemukan jumlah penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam (setengah pengangguran) di Kabupaten Sintang yaitu sebesar 60.26 % (BPS Kabupaten Sintang 2012).

Sumber : BPS Kabuapten Sintang, 2013

Gambar 7 Persentase tingkat pengangguran di Kabupaten Sintang 73%

10.66% 0.09%

0% 2.09% 7.82%

0.95% 0.19% 4.15%

Pertanian

Pertambangan

Industri

LGA

Bangunan

PHR

Angkut & Kom

Keuangan

Jasa-jasa

0 1 2 3 4 5 6 7 8

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

%

Tahun

Tingkat Pengangguran (%)


(35)

Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sintang termasuk kategori menengah atas dimana setiap tahunnya memiliki nilai di antara 66 % hingga 80 %. Nilai IPM Kabupaten Sintang dari tahun 2010 hingga 2012 mengalami peningkatan, yaitu masing-masing sebesar 68.31 % pada tahun 2010, kemudian 68.77 % pada tahun 2011 dan 69.32 % pada tahun 2012 (RPJMD Kalimantan Barat 2013).

Jika dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat pada Tabel 4, sebagian besar merupakan tamatan SD dimana sebesar 65.03 % dan terkecil adalah sebesar 1.75 % dengan tamatan perguruan tinggi. Mayoritas penduduk Kabupaten Sintang bermatapencaharian sebagai petani kebun. Kondisi tersebut menunjukkan masih rendahnya kualitas Sumber Daya Masyarakat di Kabupaten Sintang. Penyerapan tenaga kerja terbesar di Kabupaten Sintang berada di perdesaan sebesar 84.78 % dan di perkotaan 15.22 % (Sakernas 2012).

Tabel 4 Persentase penduduk bekerja menurut kelompok umur dan tingkat pendidikan di Kabupaten Sintang, agustus 2012

Kelompok Umur

Tingkat Pendidikan

Jumlah

<= SD SLTP SLTA >SLTA

15-24 39.33 38.24 22.03 0.40 100.00

25-34 61.62 23.56 11.66 3.16 100.00

35-44 70.45 16.74 11.87 0.94 100.00

45-54 19.01 10.62 8.16 2.21 100.00

55+ 94.82 1.72 2.13 1.33 100.00

Jumlah 65.03 20.87 12.35 1.75 100.00

Sumber : Sakernas, 2012

Kondisi Perekonomian di Kabupaten Sintang

Pertumbuhan ekonomi regional merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Perkembangan perekonomian Kabupaten Sintang yang digambarkan dengan PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk periode 2009 sampai dengan 2012 menurut lapangan usaha (sektor perekonomian) pada Tabel 5 berikut.


(36)

Tabel 5 Produk domestik regional bruto (PDRB) atas harga berlaku di Kabupaten Sintang menurut tahun 2009-2012 (juta rupiah)

No Sektor

PDRB

2009 2010 2011 2012 1 Pertanian 1404756.23 1529984.76 1666883.06 1765195.5

0 2 Pertambangan dan

Penggalian

119487.69 135054.09 152495.83 174814.59

3 Industri Pengolahan 333798.47 369559.73 408438.57 472592.45 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 12082.70 13470.40 15155.08 16498.58 5 Bangunan 233525.73 273679.57 323505.40 399436.47 6 Perdagangan, Hotel dan

Restaurant

844435.93 977404.38 1131654.17 1314558.5 1 7 Pengangkutan dan

Komunikasi

112855.85 132158.76 153872.57 183661.26

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

110549.34 126348.37 144976.03 169388.07

9 Jasa-Jasa 311609.27 356915.46 411032.94 471488.13 PDRB 3483101.21 3914575.51 4408013.64 4967633.56 Sumber : BPS Kabupaten Sintang, 2013

Tabel 5 menjelaskan bahwa telah terjadi kenaikan PDRB atas dasar harga berlaku dengan rata-rata sebesar 12.57 % dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Sementara itu pada Tabel 6 PDRB Kabupaten Sintang tahun 2009-2012 atas dasar harga konstan telah meningkat dengan rata-rata sebesar 5.49 %. Dari tabel dapat dilihat bahwa sektor yang paling tinggi memberikan kontribusi terhadap PDRB ialah sektor pertanian kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restaurant serta industri pengolahan yang terus menunjukkan tren peningkatan positif dari tahun ke tahunnya. Peningkatan ini merupakan pertumbuhan perekonomian secara riil dimana pengaruh inflasi sudah dihilangkan.

Tabel 6 Produk domestik regional bruto (PDRB) atas harga konstan

2000 di Kabupaten Sintang menurut tahun 2009-2012 (juta rupiah)

No Sektor

PDRB

2009 2010 2011 2012 1 Pertanian 771143.48 798441.51 825880.01 854130.85 2 Pertambangan dan Penggalian 63471.64 66669.88 70073.21 74270.16 3 Industri Pengolahan 199019.31 205166.85 213217.97 223730.07 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5529.84 5722.26 5999.99 6353.08 5 Bangunan 139270.68 150867.8 164563.78 183066.37 6 Perdagangan, Hotel dan

Restaurant

463733.13 494492.05 528454.07 565766.11

7 Pengangkutan dan Komunikasi 62961.86 68721.36 75135.33 82901.41 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan

73571.31 78541.05 84369.26 90828.48

9 Jasa-Jasa 204380.59 217451.65 231982.59 246721.29 PDRB 1881764.67 2086074.43 2199676.2 2327767.83 Sumber : BPS Kabupaten Sintang, 2013


(37)

Pada tahun 2012 PDRB per kapita Kabupaten Sintang sebesar Rp13.170 juta atau sebesar Rp1.09 juta per bulan. Jika dibandingkan dengan daerah lain yang berada di Kalimantan Barat, PDRB per kapita Kota Pontianak berada diurutan pertama sebesar Rp27.93 juta dan disusul Kabupaten Kubu Raya yaitu sebesar Rp22.06 juta. Dengan demikian, jika dilihat dari PDRB per kapita, tingkat kemakmuran Kabupaten Sintang masih relatif rendah dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota lain di Provinsi Kalimantan Barat (BPS Kabupaten Sintang 2012).

Kabupaten Sintang termasuk dalam kategori salah satu daerah tertinggal di provinsi Kalimantan Barat (Kemenegpdt 2010). Proporsi penduduk miskin di Kabupaten Sintang berdasarkan data BPS Provinsi Kalimantan Barat (2013) berjumlah 31.6 ribu jiwa atau 8.55 % dari total jumlah penduduk Kabupaten Sintang dengan tingkat garis kemiskinan sebesar Rp 327 ribu pada tahun 2011. Dibandingkan dengan kabupaten dan kota yang lain, tingkat persentase kemiskinan di Kabupaten Sintang berada diurutan ketujuh dari empat belas Kabupaten dan Kota di Kalimantan Barat, atau diatas rata-rata %tase kemiskinan Kalimantan Barat yang sebesar 8.15 %.

Kondisi Pertanian di Kabupaten Sintang

Struktur perekonomian Indonesia telah bergeser dari sektor pertanian ke sektor industri. Walaupun demikian sektor pertanian masih meiliki peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat, sektor pertanian juga merupakan bahan baku bagi sektor industri. Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan produksi pertanian karena diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan akan memacu pertumbuhan daerah (BPS Kabupaten Sintang 2013).

Sektor pertanian dan perkebunan merupakan sektor andalan di Kabupaten Sintang. Sektor perkebunan memiliki komoditi unggulan yaitu terdiri dari kelapa sawit, kakao, karet, tebu, kopi, kelapa, aren, cengkeh, pisang, durian, lada dan Pinang. Sedangkan pada sub sektor pertanian komoditi yang diunggulkan berupa padi, jagung, kedelai, nanas, ubi jalar, pisang dan ubi kayu (BKPM 2014). Jika dilihat dari besarnya volume produksi beberapa hasil pertanian yang cukup mendominasi dihasilkan, sub sektor perkebunan seperti komoditi kelapa sawit pada tahun 2012 menghasilkan lebih dari 50 0000 Ton atau lebih besar dari komoditi lainnya seperti karet dan padi yang juga merupakan komoditi andalan. Hal tersebut dapat dilihat sesuai pada Gambar 8.


(38)

Sumber : BPS, 2013 (diolah)

Gambar 8 Volume produksi komoditi pada sektor pertanian di Kabupaten Sintang pada tahun 2012 (Ton)

Penyumbang PDRB terbesar terhadap Kabupaten Sintang dalam empat tahun terakhir yaitu dari tahun 2009 hingga 2012 masih dipegang oleh sektor pertanian. Bila dilihat dari pertumbuhan semua sektor terlihat sektor pertanian yang memiliki pertumbuhan yang paling kecil dibandingkan sektor-sektor lainnya. Pada gambar 8 terlihat pertumbuhan paling tinggi di tahun 2012 yaitu sektor bangunan dengan nilai sebesar 11.42 % yang lalu diikuti oleh sektor angkutan dan komunikasi yaitu sebesar 10.34 %. Sedangkan sektor pertanian hanya memiliki pertumbuhan sebesar 3.42 %. Menurut BPS Kabupaten Sintang di tahun sebelumnya atau dari tahun 2009 hingga tahun 2011, sektor angkutan dan komunikasi selalu mendominasi dalam hal pertumbuhan.

Sumber : BPS Kabupaten Sintang, 2013

Gambar 9 Pertumbuhan setiap sektor di Kabupaten Sintang (%)

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000

T

o

n

Komoditi

sektor

0 2 4 6 8 10 12

Per

sen

Tahun

Pertumbuhan Sektor Kabupaten Sintang (%)


(39)

Pada Gambar 2 sebelumnya telihat dari tahun ke tahun pertumbuhan sektor pertanian selalu menurun. Lambatnya pertumbuhan Kabupaten Sintang pada tahun 2010 juga dikarenakan salah satunya lambatnya sektor pertanian khususnya pada kelapa sawit. Produksi sektor pertanian terutama sub sektor tanaman bahan makanan perlu dipacu terutama pada padi sebagai penghasil beras yang mengalami penurunan. Pada tahun 2012 produksi padi di Kabupaten Sintang sebesar 85317 ton dan rata-rata produksi sebesar 28.61 kuintal/Ha. Apabila dibandingkan tahun 2011, produksi padi mengalami penurunan sebesar 9.66 %. Hal tersebut dikarenakan terjadinya penurunan luas panen dari 36566 Ha menjadi 29824 Ha atau turun sebesar 18.44 % (BPS Kabupaten Sintang 2013).

Untuk sub sektor perikanan pada tahun 2012 produksi perikanan mengalami peningkatan sebesar 32.36 % dibandingkan tahun sebelumnya. Sub sektor perikanan yang terbagi menjadi perairan umum menurun sebesar 0.10 % dan subsektor perikanan yang menjadi budidaya kolam dan keramba mengalami peningkatan sebesar 70.91 % (BPS Kabupaten Sintang 2013). Untuk sub sektor lainnya seperti perkebunan, pertenakan dan kehutanan juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Kabupaten Sintang

Berdasarkan Tabel Input-Output Kabupaten Sintang Tahun 2010 dihasilkan gambaran umum mengenai struktur perekonomian wilayah Kabupaten Sintang Tahun 2010. Penjelasan mengenai struktur perekonomian Kabupaten Kabupaten Sintang tersebut meliputi struktur permintaan, struktur konsumsi rumah tangga dan pemerintah, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, stuktur nilai tambah bruto (value added) serta struktur ouput sektoral..

Struktur Permintaan

Permintaan antara adalah jumlah permintaan output dari suatu sektor yang akan digunakan sebagai input dalam proses produksi sektor lain. Permintaan akhir merupakan permintaan output dari suatu sektor yang digunakan untuk konsumsi langsung, mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan konsumsi. Berdasarkan Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 klasifikasi 50 sektor memiliki permintaan antara sebesar Rp2.19 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp4.77 triliun.

Berdasarkan Lampiran 2 menunjukkan bahwa sektor yang memiliki nilai permintaan antara tertinggi adalah sektor pertanian sebesar Rp871 miliar atau sekitar 39.85 % dari total permintaan antara Kabupaten Sintang. Sektor perdagangan, hotel dan restaurant menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp532 miliar atau sekitar 24.34 % dari total permintaan antara Kabupaten Sintang. Urutan ketiga ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar Rp192 miliar atau sekitar 8.76 % dari total permintaan antara Kabupaten Sintang.

Pembentukan permintaan akhir Kabupaten Sintang dapat terlihat dalam Lampiran 2 dengan sektor pertanian menempati urutan pertama dengan nilai


(1)

Lampiran 12 Matriks Kebalikan Leontif Klasifikasi 9 Sektor

Sector

1

2

3

4

5

6

7

8

9

F1

Total

1

1.2073 0.16429 0.70363 0.16469 0.24459 0.15248 0.11632 0.15323 0.45287 0.57850 3.9379

2

0.00948 1.01291 0.01004 0.00747 0.20762 0.01258 0.00645 0.00849 0.03243 0.02398 1.33145

3

0.08147 0.07126 1.09994 0.07521 0.16897 0.08592 0.06295 0.07204 0.20977 0.24467 2.17221

4

0.00463 0.00498 0.01476 104392 0.01116 0.01327 0.00459 0.00636 0.02386 0.01637 1.14391

5

0.02803 0.01129 0.02334 0.01354 1.02353 0.04384 0.01650 0.02055 0.09477 0.03390 1.30927

6

0.20904 0.21409 0.29697 0.26939 0.40451 1.28788 0.16864 0.19960 0.59774 0.69966 4.34752

7

0.03698 0.08125 0.04840 0.04135 0.06999 0.07031 1.11384 0.04305 0.11333 0.10337 1.72186

8

0.02512 0.03483 0.02801 0.02317 0.05436 0.07402 0.02801 1.04272 0.05256 0.05672 1.41953

9

0.00329 0.00360 0.00360 0.00512 0.00378 0.00351 0.00262 0.00388 1.01397 0.01170 1.05506

F1

0.29204 0.36248 0.29815 0.35908 0.36482 0.29007 0.23760 0.33086 0.97833 1.29696 4.81038


(2)

Lampiran 13 Matriks Kebalikan Leontif Klasifikasi 16 Sektor

Sector

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

1

1.08763 0.01365 0.02026 0.04775 0.01453 0.01990 0.02186 0.20997 0.02254 0.03975 0.02274

2

0.02182 1.10031 0.03023 0.02910 0.02177 0.02140 0.03353 0.02930 0.03340 0.03392 0.02734

3

0.01847 0.01781 1.08642 0.06958 0.01896 0.02859 0.02828 0.36275 0.02960 0.05991 0.03196

4

0.04283 0.03898 0.05271 1.07232 0.03600 0.03537 0.05545 0.04797 0.05535 0.05617 0.04562

5

0.01033 0.00987 0.01537 0.01774 1.07902 0.01192 0.01674 0.04405 0.01589 0.04509 0.01443

6

0.00522 0.00487 0.00723 0.00676 0.00521 1.03048 0.00803 0.00662 0.00798 0.00807 0.00649

7

0.00432 0.00402 0.01240 0.00670 0.00824 0.00473 1.01253 0.00987 0.00711 0.20724 0.01235

8

0.04892 0.04739 0.07044 0.20186 0.05041 0.07977 0.07485 1.09109 0.07886 0.17066 0.08790

9

0.00310 0.00290 0.00489 0.00589 0.00323 0.00356 0.00482 0.01442 1.04395 0.01081 0.01153

10

0.00608 0.00561 0.04085 0.01260 0.02593 0.00735 0.00956 0.02278 0.01190 1.02193 0.04282

11

0.14424 0.12874 0.23336 0.22571 0.14824 0.14303 0.20617 0.28587 0.25796 0.39169 1.27099

12

0.00333 0.00313 0.00513 0.00487 0.00344 0.00334 0.00512 0.00672 0.00876 0.00872 0.01608

13

0.02426 0.04803 0.03199 0.02792 0.04158 0.02700 0.07573 0.04097 0.03584 0.06208 0.05620

14

0.00327 0.00322 0.00572 0.00534 0.00348 0.00350 0.00566 0.00630 0.00563 0.00817 0.01460

15

0.01731 0.01853 0.02995 0.02193 0.01584 0.02383 0.03443 0.02774 0.02265 0.05383 0.07469

16

0.00291 0.00204 0.00381 0.00290 0.00215 0.00212 0.00352 0.00363 0.00505 0.00368 0.00345

F1

0.23345 0.21778 0.32315 0.30080 0.23284 0.22840 0.35881 0.29449 0.35587 0.35994 0.28753

Total

1.67750 1.66690 1.97392 2.05978 1.71084 1.67432 1.95509 2.50451 1.99833 2.54167 2.02672

Sector

12

13

14

15

16

F1

Total

1

0.03103 0.01705 0.01913 0.02130 0.06255 0.07638 1.74802

2

0.06338 0.02125 0.02754 0.03084 0.09218 0.12006 1.73738

3

0.05331 0.02366 0.02550 0.02820 0.08276 0.09788 2.06364

4

0.13978 0.03528 0.04588 0.05112 0.15330 0.19849 2.16262

5

0.01552 0.01066 0.01359 0.01495 0.04500 0.05622 1.43638

6

0.01119 0.00506 0.00655 0.00736 0.02189 0.02874 1.17774

7

0.01008 0.00562 0.00952 0.00818 0.03142 0.02271 1.37706

8

0.12823 0.06479 0.06824 0.07545 0.22070 0.25782 2.81739

9

0.08432 0.00391 0.00983 0.00656 0.02592 0.01596 1.25561

10

0.03073 0.01305 0.02844 0.01911 0.09011 0.02809 1.41693

11

0.22206 0.15501 0.17714 0.18856 0.54263 0.67391 5.39532

12

1.01003 0.00727 0.01411 0.00863 0.04647 0.01659 1.17173

13

0.03044 1.10012 0.03602 0.03027 0.08793 0.08814 1.84454

14

0.02434 0.01298 1.08212 0.01289 0.02535 0.01583 1.23840

15

0.02832 0.02849 0.02222 1.04211 0.04983 0.05515 1.56684

16

0.00391 0.00238 0.00368 0.00382 1.01379 0.01145 1.07427

F1

0.29218 0.22556 0.29074 0.32832 0.97021 1.28558 6.58566

Total

2.17885 1.73215 1.88024 1.87768 3.56206 3.04899 36.06954


(3)

Lampiran 14 Multiplier output klasifikasi 9 sektor dan 16 sektor

Lampiran 14.1 Multiplier Output Klasifikasi 9 Sektor

Sector Initial

Firts

Round

Indust

Sup

Consumption

Total

Elasticity Type I Type II

1 1.00000 0.15055 0.05647 0.39830 1.60533 0.46085 1.20703 1.60533 2 1.00000 0.08618 0.01796 0.49437 1.59851 0.07259 1.10414 1.59851 3 1.00000 0.65749 0.16457 0.40663 2.22868 1.43625 1.82205 2.22868 4 1.00000 0.11929 0.03485 0.48973 1.64386 0.00000 1.15414 1.64386 5 1.00000 0.52470 0.16624 0.49756 2.18850 1.78955 1.69094 2.18850 6 1.00000 0.25772 0.09048 0.39562 1.74381 0.24716 1.34819 1.74381 7 1.00000 0.15053 0.04535 0.32405 1.51994 0.04323 1.19589 1.51994 8 1.00000 0.07457 0.02410 0.45124 1.54991 0.00000 1.09867 1.54991 9 1.00000 0.17403 0.08295 1.33431 2.59129 2.48145 1.25698 2.59129

Lampiran 14.2 Multiplier Output Klasifikasi 16 Sektor

Sector Initial

Firts

Round

Indust

Sup

Consumption

Total

Elasticity Type I Type II

1 1.00000 0.10491 0.01893 0.32022 1.44405 0.00587 1.12384 1.44405 2 1.00000 0.12628 0.02410 0.29873 1.44911 0.00134 1.15038 1.44911 3 1.00000 0.15519 0.05231 0.44327 1.65076 0.87288 1.20750 1.65076 4 1.00000 0.21341 0.13296 0.41261 1.75898 0.03090 1.34637 1.75898 5 1.00000 0.12474 0.03387 0.31939 1.47800 0.13013 1.15861 1.47800 6 1.00000 0.09487 0.03776 0.31329 1.44592 0.00042 1.13263 1.44592 7 1.00000 0.08618 0.01791 0.49218 1.59628 0.07249 1.10410 1.59628 8 1.00000 0.65773 0.14833 0.40396 2.21002 1.42425 1.80606 2.21002 9 1.00000 0.11930 0.03502 0.48814 1.64246 0.00000 1.15432 1,64246 10 1.00000 0.52470 0.16329 0.49373 2.18173 1.78402 1.68799 2.18173 11 1.00000 0.25445 0.09034 0.39440 1.73919 0.25443 1.34479 1.73919 12 1.00000 0.35969 0.12621 0.40078 1.88667 0.00000 1.48589 1.88667 13 1.00000 0.15147 0.04571 0.30941 1.50658 0.05090 1.19718 1.50658 14 1.00000 0.14556 0.04514 0.39881 1.58950 0.00000 1.19070 1.58950 15 1.00000 0.07457 0.02444 0.45035 1.54936 0.00000 1.09901 1.54936 16 1.00000 0.17403 0.08699 1.33083 2.59185 2.48199 1.26101 2.59185


(4)

Lampiran 15 Multiplier income klasifikasi 9 sektor dan 16 sektor

Lampiran 15.1 Multiplier Income Klasifikasi 16 Sektor

Sector Initial

Firts

Round

Indust

Sup

Consumption

Total

Elasticity Type I Type II

1 0.16068 0.01775 0.00317 0.05186 0.23345 0.00591 1.13016 1.45290 2 0.14620 0.01935 0.00385 0.04838 0.21778 0.00138 1.15869 1.48958 3 0.21292 0.02901 0.00944 0.07178 0.32315 0.80254 1.18059 1.51774 4 0.18530 0.02485 0.02383 0.06682 0.30080 0.02851 1.26271 1.62330 5 0.15578 0.01949 0.00585 0.05172 0.23284 0.13160 1.16266 1.49468 6 0.15742 0.01352 0.00672 0.05074 0.22840 0.00042 1.12861 1.45091 7 0.26105 0.01505 0.00301 0.07971 0.35881 0.06242 1.06916 1.37449 8 0.08137 0.12117 0.02654 0.06542 0.29449 2.33235 2.81518 3.61913 9 0.24741 0.02320 0.00621 0.07905 0.35587 0.00000 1.11886 1.43838 10 0.15183 0.09915 0.02900 0.07996 0.35994 1.93850 1.84404 2.37065 11 0.16388 0.04364 0.01613 0.06387 0.28753 0.25667 1.36475 1.75449 12 0.14155 0.06417 0.02156 0.06490 0.29218 0.00000 1.60566 2.06420 13 0.14420 0.02335 0.00791 0.05011 0.22556 0.05285 1.21678 1.56426 14 0.19192 0.02611 0.00812 0.06458 0.29074 0.00000 1.17839 1.51491 15 0.23697 0.01399 0.00442 0.07293 0.32832 0.00000 1.07771 1.38548 16 0.70930 0.02956 0.01583 0.21552 0.97021 1.30986 1.06399 1.36784

Lampiran 15.2 Multiplier Income Klasifikasi 9 Sektor

Sector Initial

Firts

Round

Indust

Sup

Consumption

Total

Elasticity Type I Type II

1 0.19011 0.02504 0.01002 0.06687 0.29204 0.44099 1.18443 1.53616 2 0.26105 0.01540 0.00303 0.08300 0.36248 0.06306 1.0706 1.38852 3 0.08143 0.12017 0.02828 0.06827 0.29815 2.35953 2.82303 3.66137 4 0.24741 0.02327 0.00617 0.08222 0.35908 0.00000 1.11902 1.45133 5 0.15183 0.09999 0.02946 0.08353 0.36482 1.96472 1.85258 2.40272 6 0.16319 0.04436 0.01611 0.06642 0.29007 0.25194 1.37055 1.77755 7 0.15174 0.02363 0.00783 0.05440 0.23760 0.04454 1.2073 1.56583 8 0.23697 0.01381 0.00432 0.07576 0.33086 0.00000 1.0765 1.39619 9 0.70930 0.02995 0.01508 0.22401 0.97833 1.32083 1.06348 1.37930


(5)

Lampiran 16 Multiplier employment klasifikasi 9 sektor dan 16 sektor

Lampiran 16.1 Multiplier Employment Klasifikasi 16 Sektor

Sector Initial

Firts

Round

Indust

Sup

Consumption

Total

Elasticity

Type I

Type II

1 0.13404 0.00943 0.00088 0.00551 0.14986 0.00455 1.07696 1.11804 2 0.01310 0.00143 0.00041 0.00514 0.02008 0.00142 1.14030 1.53235 3 0.08834 0.00568 0.00120 0.00762 0.10284 0.61559 1.07789 1.16418 4 0.00219 0.00096 0.00813 0.00710 0.01838 0.14734 5.14998 8.38861 5 0.00231 0.00065 0.00058 0.00549 0.00903 0.34473 1.53450 3.91550 6 0.01681 0.00073 0.00200 0.00539 0.02493 0.00043 1.16222 1.48270 7 0.05047 0.00104 0.00030 0.00846 0.06027 0.05423 1.02652 1.19421 8 0.00054 0.05187 0.00591 0.00695 0.06527 77.88055 107.98681 120.84782 9 0.00402 0.00084 0.00065 0.00839 0.01390 0.00000 1.37127 3.46064 10 0.00534 0.01171 0.00630 0.00849 0.03183 4.87219 4.36918 5.95834 11 0.00796 0.00171 0.00245 0.00678 0.01891 0.34759 1.52368 2.37601 12 0.01159 0.00250 0.00460 0.00689 0.02559 0.00000 1.61330 2.20800 13 0.01197 0.00134 0.00139 0.00532 0.02002 0.05652 1.22856 1.67312 14 0.00868 0.00118 0.00101 0.00686 0.01773 0.00000 1.25206 2.04198 15 0.00373 0.00046 0.00075 0.00774 0.01269 0.00000 1.32497 3.40082 16 0.03208 0.00138 0.00249 0.02289 0.05884 1.75642 1.12072 1.83417

Lampiran 16.2 Multiplier Employment Klasifikasi 9 Sektor

Sector Initial

Firts

Round

Indust

Sup

Consumption

Total

Elasticity

Type I

Type II

1 0.06802 0.00451 0.00170 0.01089 0.08512 0.35924 1.09133 1.25141 2 0.05047 0.00107 0.00026 0.01351 0.06532 0.05877 1.02644 1.29422 3 0.00054 0.03598 0.00468 0.01112 0.05232 62.42111 76.28037 96.86095 4 0.00402 0.00083 0.00055 0.01339 0.01878 0.00000 1.34331 4.67562 5 0.00534 0.01330 0.00486 0.01360 0.03711 5.67972 4.40002 6.94591 6 0.00807 0.00197 0.00208 0.01082 0.02293 0.40269 1.50096 2.84111 7 0.01145 0.00132 0.00105 0.00886 0.02268 0.05635 1.20726 1.98100 8 0.00373 0.00046 0.00061 0.01234 0.01714 0.00000 1.28878 4.59527 9 0.03208 0.00132 0.00212 0.03648 0.07200 2.14942 1.10742 2.24456


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Agustus 1990 dari ayah Ferry

Yulmarino dan ibu Elyza Damarita. Penulis adalah putra pertama dari dua

bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Aisyah Muhammadiyah dan

melanjutkan pendidikan di SD Muhammadiyah 5 Jakarta. Pada tahun 2002

penulis duduk di bangku SMP yaitu bersekolah di SMPN 11 Jakarta. Kemudian

tahun 2008 penulis lulus dari SMA Bakti Mulya 400 Jakarta dan pada tahun 2010

penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalu jalur Ujian

Talenta Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen.

Selama Perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Profesi

Peminat Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) Tahun 2012 menjadi

staf Research and Development (RED). Pada tahun 2013 penulis menjadi Ketuta

Badan Pengawas Himpro HIPOTESA. Penulis aktif ikut berbagai kepanitiaan

yang diselenggarakan fakultas maupun departemen, yaitu panitia acara

Sportakuler 2011, Komisi Kedisiplinan Masa Perkenalan Departemen Ilmu

Ekonomi 2012, staf divisi

Liasion Organizer pada the 8th HIPOTEX-R dan staf

divisi

Sponsorship pada the 9th HIPOTEX-R. Penulis juga mengikuti Pekan

Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian dengan judul “

Efektifitas dan

Dampak Eksternalitas Pengoperasian Bus APTB Terhadap Bus-Bus Terminal

Baranangsiang Bogor

pada tahun 2014.