Hasil Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

33

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Univariat Analisis univariat merupakan cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Analisis univariat pada penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, keadaan ekonomi, onset skizofrenia, jenis skizofrenia, pengetahuan keluarga, peran keluarga, peran petugas kesehatan, faktor fisik, keteraturan minum obat, dan jenis pengobatan. Jumlah total sampel penelitian di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember adalah sebesar 109 responden. Dalam diagram batang, berikut ini adalah distribusi karakteristik responden penelitian: a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasar jenis kelamin menunjukkan bahwa sebanyak 66 pasien 60,6 berjenis kelamin laki-laki dan 43 pasien 39,4 berjenis kelamin perempuan. Jadi, terlihat presentase 10 20 30 40 50 60 70 Laki-laki Perempuan tertinggi adalah pasien dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 60,6 dan presentase terendah adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 39,4. b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Gambar 4.2 Karakteristik responden berdasarkan usia Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasar usia menunjukkan tidak ada pasien yang berusia 0-11 tahun, 34 pasien 31,2 merupakan kelompok usia 12-25 tahun, 58 pasien 53,2 merupakan kelompok usia 26- 45 tahun, 15 pasien 13,8 merupakan kelompok umur 46-65 tahun, dan 2 pasien 1,8 merupakan kelompok usia 65 tahun. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah pasien dengan kelompok usia 26-45 tahun yaitu 53,2 dan presentase terendah adalah pasien dengan kelompok umur 0-11 tahun. c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Gambar 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan 10 20 30 40 Tidak Tamat Belajar SD SMP SMA DiplomaSarjana 10 20 30 40 50 60 70 1-11 th 12-25 th 26-45 th 46-65 th 65 th Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasar pendidikan menunjukkan bahwa secara berurutan sebanyak 6 pasien 5,5 tidak tamat belajar, 29 pasien 26,6 tamat SD, 31 pasien 28,4 tamat SMP, 34 pasien 31,2 tamat SMA, dan 9 pasien 8,3 diploma atau sarjana. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah pasien yang tamat SMA yaitu 31,2 dan presentase terendah adalah pasien yang tidak tamat belajar yaitu sebesar 5,5. d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Gambar 4.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa secara berurutan sebanyak 26 pasien 23,9 merupakan pasien yang bekerja dan 83 pasien 76,1 merupakan pasien yang tidak bekerja. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah pasien yang tidak bekerja dengan prosentase 76,1 dan presentase terendah adalah pasien yang bekerja yaitu sebesar 23,9. 20 40 60 80 100 Bekerja Tidak Bekerja e. Karakteristik Responden Berdasarkan Keadaan Ekonomi Gambar 4.5 Karakteristik responden berdasarkan keadaan ekonomi Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan keadaan ekonomi menunjukkan bahwa sebanyak 40 pasien 36,7 merupakan pasien dengan keadaan ekonomi cukup dan 69 pasien 63,3 merupakan pasien dengan keadaan ekonomi kurang. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah pasien dengan keadaan ekonomi kurang yaitu sebesar 63,3 dan presentase terendah adalah pasien dengan keadaan ekonomi cukup yaitu sebesar 36,7. f. Karakteristik Responden Berdasarkan Onset Skizofrenia Gambar 4.6 Karakteristik responden berdasarkan onset skizofrenia Berdasarkan tabel dan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan onset skizofrenia menunjukkan bahwa sebanyak 18 pasien 16,5 merupakan pasien dengan onset skizofrenia 1 tahun, 42 pasien 38,5 merupakan pasien 10 20 30 40 50 60 70 80 Cukup Kurang 10 20 30 40 50 60 1 tahun 1-5 tahun 5 tahun dengan onset skizofrenia 1-5 tahun, dan 49 pasien 45 merupakan pasien dengan onset skizofrenia 5 tahun. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah pasien dengan onset skizofrenia 5 tahun yaitu sebesar 45 dan presentase terendah adalah pasien dengan onset skizofrenia 1 tahun yaitu sebesar 16,5. g. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Skizofrenia Gambar 4.7 Karakteristik responden berdasarkan jenis skizofrenia Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan jenis skizofrenia menunjukkan bahwa sebanyak 30 pasien 27,5 merupakan pasien dengan tipe skizofrenia paranoid, 56 pasien 51,4 merupakan pasien dengan tipe skizofrenia hebrefenik, 12 pasien 11 merupakan pasien dengan tipe skizofrenia katatonik, 9 pasien 8,3 merupakan pasien dengan tipe skizofrenia tidak terinci, 2 pasien 1,8 merupakan pasien dengan tipe skizofrenia residual, dan tidak ada pasien dengan tipe depresi pasca skizofrenia dan skizofrenia simpleks. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah pasien dengan tipe skizofrenia hebrefenik yaitu sebesar 51,4 dan presentase terendah adalah pasien dengan tipe depresi pasca skizofrenia dan skizofrenia simpleks. 10 20 30 40 50 60 Paranoid Hebrefenik Katatonik Tidak Terinci Depresi Pasca Skizofrenia Residual Simpleks h. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Keluarga Gambar 4.8 Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan keluarga Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan pengetahuan keluarga menunjukkan bahwa sebanyak 72 responden 66,1 memiliki pengetahuan dan 37 responden 33,9 tidak memiliki pengetahuan tentang kekambuhan skizofrenia. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah responden yang memiliki pengetahuan tentang kekambuhan skizofrenia yaitu sebesar 66,1 dan presentase terendah adalah responden yang tidak memiliki pengetahuan tentang kekambuhan skizofrenia yaitu sebesar 33,9. i. Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Keluarga Gambar 4.9 Karakteristik responden berdasarkan peran keluarga Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan peran keluarga menunjukkan bahwa sebanyak 92 responden 51,4 berperan dan 17 10 20 30 40 50 60 70 80 Tahu Tidak Tahu 20 40 60 80 100 Berperan Tidak Berperan responden 9,5 tidak berperan dalam kehidupan sehari-hari pasien skizofrenia. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah responden yang berperan yaitu sebesar 51,4 dan presentase terendah adalah responden yang tidak berperan yaitu sebesar 9,5. j. Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Petugas Kesehatan Gambar 4.10 Karakteristik responden berdasarkan peran petugas kesehatan Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan peran petugas kesehatan menunjukkan bahwa sebanyak 104 responden 95,4 menyatakan berperan dan 5 responden 4,6 menyatakan tidak berperan. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah petugas kesehatan yang berperan yaitu sebesar 95,4 dan presentase terendah adalah petugas kesehatan yang tidak berperan yaitu sebesar 4,6. k. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Fisik Gambar 4.11 karakteristik responden berdasarkan faktor fisik 20 40 60 80 100 120 Berperan Tidak Berperan 20 40 60 80 100 120 Ada Tidak Ada Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan faktor fisik menunjukkan bahwa sebanyak 10 pasien 9,2 mempunyai faktor fisik yang terdiri dari penyakit gouth, retardasi mental, diabetes, hipertensi, dan hipotensi. Sedangkan 99 pasien 90,8 tidak mempunyai faktor fisik. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah pasien yang tidak mempunyai faktor fisik yaitu sebesar 90,8 dan presentase terendah adalah pasien yang mempunyai faktor fisik yaitu sebesar 9,2. l. Karakteristik Responden Berdasarkan Keteraturan Minum Obat Gambar 4.12 karakteristik responden berdasarkan keteraturan minum obat Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan keteraturan minum obat menunjukkan bahwa sebanyak 67 pasien 61,5 teratur dan 42 pasien 38,5 tidak teratur. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah pasien yang teratur yaitu sebesar 61,5 dan presentase terendah adalah pasien yang tidak teratur yaitu sebesar 38,5. 10 20 30 40 50 60 70 80 Patuh Tidak Patuh m. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pengobatan Gambar 4.13 karakteristik responden berdasarkan jenis pengobatan Berdasarkan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan jenis pengobatan menunjukkan bahwa sebanyak 87 pasien 79,8 menjalani terapi oral, 5 pasien 4,6 menjalani terapi injeksi, dan 17 pasien 15,6 menjalani terapi oral dan injeksi. Jadi, terlihat presentase tertinggi adalah pasien yang menjalani terapi oral yaitu sebesar 79,8 dan presentase terendah adalah pasien yang menjalani terapi injeksi yaitu sebesar 4,6. 4.1.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk menghubungkan masing-masing variabel independen dengan variabel dependen dengan tingkat kemaknaan alpha 0,05. Dalam penelitian ini, analisis bivariat yang dilakukan adalah analisis dengan metode chi-square. 20 40 60 80 100 Oral Injeksi Oral dan Injeksi Berikut ini adalah hasil analisis uji bivariat chi-square : a. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.1 Hubungan jenis kelamin dengan kekambuhan skizofrenia Jenis Kelamin Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N Laki-laki 43 39,4 23 21,1 66 60,6 0,448 0,724 0,313-1,671 Perempuan 31 28,4 12 11,0 43 39,4 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa pasien dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami kekambuhan sebanyak 43 pasien 39,4 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 23 pasien 21,1. Sedangkan pasien dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 31 responden 28,4 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 12 pasien 11,0. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai P=0,448 dan nilai OR=0,724 CI 95=0,313-1,671 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dan kekambuhan skizofrenia. b. Analisis Hubungan Usia dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.2 Hubungan usia dengan kekambuhan skizofrenia Usia tahun Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N ≤25 28 25,7 6 5,5 34 31,2 0,029 2,942 1,086-7,971 25 46 42,2 29 26,6 75 68,8 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa pasien dengan usia ≤25 tahun yang mengalami kekambuhan sebanyak 28 pasien 25,7 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 6 pasien 5,5. Sedangkan pasien dengan usia 25 tahun yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 46 pasien 42,2 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 29 pasien 26,6. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai P=0,029 dan OR=2,942 CI 95=1,086-7,971 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara usia dan kekambuhan skizofrenia. c. Analisis Hubungan Pendidikan dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.3 Hubungan pendidikan dengan kekambuhan skizofrenia Pendidikan Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N Tuntas 51 46,8 23 21,1 74 67,9 0,738 1,157 0,492-2,718 Tidak Tuntas 23 21,1 12 11,0 35 32,1 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa pasien dengan pendidikan tuntas yang mengalami kekambuhan sebanyak 51 pasien 46,8 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 23 pasien 21,1. Sedangkan pasien dengan pendidikan tidak tuntas yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 23 pasien 21,1 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 12 pasien 11,0. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai P=0,738 dan OR=1,157 CI 95=0,492-2,718 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan dan kekambuhan skizofrenia. d. Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.4 Hubungan pekerjaan dengan kekambuhan skizofrenia Pekerjaan Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N Bekerja 18 16,5 8 7,3 26 23,9 0,867 1,085 0,419-2,808 Tidak Bekerja 56 51,4 27 24,8 83 76,1 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa pasien dengan status bekerja yang mengalami kekambuhan sebanyak 18 pasien 16,5 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 8 pasien 7,3. Sedangkan pasien dengan status tidak bekerja yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 56 pasien 51,4 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 27 pasien 24,8. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai P=0,867 dan OR=1,085 CI 95=0,419-2,808 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan dan kekambuhan skizofrenia. e. Analisis Hubungan Keadaan Ekonomi dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.5 Hubungan keadaan ekonomi dengan kekambuhan skizofrenia Keadaan Ekonomi Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N Cukup 27 24,8 13 11,9 40 36,7 0,947 0,972 0,423-2,237 Kurang 47 43,1 22 20,2 69 63,3 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa pasien dengan keadaan ekonomi cukup yang mengalami kekambuhan sebanyak 27 pasien 24,8 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 13 pasien 11,9. Sedangkan pasien dengan keadaan ekonomi kurang yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 47 pasien 43,1 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 22 pasien 20,2. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai P=0,947 dan OR=0,972 CI 95=0,423-2,237, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara keadaan ekonomi dan kekambuhan skizofrenia. f. Analisis Hubungan Onset Skizofrenia dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.6 Hubungan onset skizofrenia dengan kekambuhan skizofrenia Onset Skizofrenia Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N ≤1 tahun 16 14,7 2 1,8 18 16,5 0,037 4,552 0,985-21,038 1 tahun 58 53,2 33 30,3 91 83,5 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa pasien dengan onset skizofrenia ≤1 tahun yang mengalami kekambuhan sebanyak 16 pasien 14,7 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 2 pasien 1,8. Sedangkan pasien dengan onset skizofrenia 1 tahun yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 58 pasien 53,2 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 33 pasien 30,3. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai P=0,037 dan OR=4,552 CI 95=0,985-21,038, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara onset skizofrenia dan kekambuhan skizofrenia. g. Analisis Hubungan Jenis Skizofrenia dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.7 Hubungan jenis skizofrenia dengan kekambuhan skizofrenia Jenis Skizofrenia Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N Paranoid 15 13,8 15 13,8 30 27,5 1,000 1,000 0,057-17, 509 Hebrefenik 42 38,5 14 12,8 56 51,4 1,000 3,000 0,176-51,195 Katatonik 9 8,3 3 2,8 12 11,0 0,469 3,000 0,140-64,262 Tidak Terinci 7 6,4 2 1,8 9 8,3 0,425 3,500 0,145-84,694 Residual 1 0,9 1 0,9 2 1,8 Pembanding Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa pasien dengan jenis skizofrenia paranoid yang mengalami kekambuhan sebanyak 15 pasien 13,8 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 15 pasien 13,8. Responden dengan jenis skizofrenia hebrefenik yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 42 pasien 38,5 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 14 pasien 12,8. Untuk jenis skizofrenia katatonik yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 9 pasien 8,3 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 3 pasien 2,8. Jenis skizofrenia residual yang mengalami dan yang tidak mengalami kekambuhan masing- masing sebanyak 1 pasien 0,9. Sedangkan jenis skizofrenia tidak terinci yang mengalami kekambuhan sebanyak 7 pasien 6,4 dan yang tidak mengalami kekambuhan sebanyak 2 pasien 1,8. Dari hasil uji statistik, tabel hubungan kelompok jenis skizofrenia 1 yang merupakan perbandingan antara skizofrenia paranoid dan skizofrenia residual terhadap kekambuhan skizofrenia tidak layak untuk diuji dengan uji chi-square karena ada sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 50 jumlah sel. Karena tidak memenuhi syarat uji chi-square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikasi menunjukkan angka 1,000 untuk 2-sided two tail dan 0,758 untuk 1-sided one-tail. Didapatkan P=1,000 dan OR=1,000 CI 95=0,057-17,509. Tabel hubungan kelompok jenis skizofrenia 2 yang merupakan perbandingan antara skizofrenia hebrefenik dengan skizofrenia residual tidak layak untuk diuji dengan uji chi-square karena ada sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 50 jumlah sel. Karena tidak memenuhi syarat uji chi- square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikansi menunjukkan angka 0,454 untuk 2-sided two tail dan 0,454 untuk 1-sided one-tail. Didapatkan P=1,000 dan OR=3,000 CI 95=0,176-51,195. Tabel hubungan kelompok jenis skizofrenia 3 yang merupakan perbandingan antara skizofrenia katatonik dengan skizofrenia residual tidak layak untuk diuji dengan uji chi-square karena ada sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 75 jumlah sel. Karena tidak memenuhi syarat uji chi- square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikansi menunjukkan angka 0,505 untuk 2-sided two tail dan 0,505 untuk 1-sided one-tail. Didapatkan P=0,469 dan OR=3,000 CI 95=0,140-64,262. Tabel hubungan kelompok jenis skizofrenia 4 yang merupakan perbandingan antara skizofrenia tidak terinci dengan skizofrenia residual tidak layak untuk diuji dengan uji chi-square karena ada sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 75 jumlah sel. Karena tidak memenuhi syarat uji chi- square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikasi menunjukkan angka 0,491 untuk 2-sided two tail dan 0,491 untuk 1-sided one-tail. Didapatkan P=0,425 dan OR=3,500 CI 95=0,145-84,694 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jenis skizofrenia dan kekambuhan skizofrenia. h. Analisis Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.8 Hubungan pengetahuan keluarga dengan kekambuhan skizofrenia Pengetahuan Keluarga Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N Tahu 46 42,2 26 23,9 72 66,1 0,212 0,569 0,233-1,387 Tidak Tahu 28 25,7 9 8,3 37 33,9 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan dari pasien yang mengalami kekambuhan sebanyak 46 responden 42,2 dan dari pasien yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 26 responden 23,9. Sedangkan responden yang tidak memiliki pengetahuan dari pasien yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 28 responden 25,7 dan dari pasien yang tidak mengalami kekambuhan adalah 9 responden 8,3. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai P=0,212 dan OR=0,569 CI 95=0,233-1,387, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan keluarga dengan kekambuhan skizofrenia. i. Analisis Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.9 Hubungan peran keluarga dengan kekambuhan skizofrenia Peran Keluarga Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N Berperan 65 59,62 27 24,8 92 84,4 0,151 2,140 0,747-6,132 Tidak Berperan 9 8,3 8 7,3 17 15,6 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa responden dengan keluarga yang berperan dari pasien yang mengalami kekambuhan sebanyak 65 responden 59,62 dan dari pasien yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 27 responden 24,8. Sedangkan responden dengan keluarga yang tidak berperan dari pasien yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 9 responden 8,3 dan dari pasien yang tidak mengalami kekambuhan adalah 8 responden 7,3. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai P=0,151 dan OR=2,140 CI 95=0,747-6,132, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara peran keluarga dengan kekambuhan skizofrenia. j. Analisis Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.10 Hubungan peran petugas kesehatan dengan kekambuhan skizofrenia Peran Petugas Kesehatan Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N Berperan 69 63,3 35 32,1 104 95,4 0,115 - Tidak Berperan 5 4,6 5 4,6 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa responden dengan petugas kesehatan yang berperan dari pasien yang mengalami kekambuhan sebanyak 69 responden 63,3 dan dari pasien yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 35 responden 32,1. Sedangkan responden dengan petugas kesehatan yang tidak berperan dari pasien yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 5 responden 4,6. Dari hasil uji statistik, tabel hubungan peran petugas kesehatan dengan kekambuhan skizofrenia tidak layak untuk diuji dengan uji chi-square karena ada sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 50 jumlah sel. Karena tidak memenuhi syarat uji chi-square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikansi menunjukkan angka 0,174 untuk 2-sided two tail dan 0,138 untuk 1-sided one-tail. Karena nilai P=0,115, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara peran petugas kesehatan dan kekambuhan skizofrenia. k. Analisis Hubungan Faktor Fisik dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.11 Hubungan faktor fisik dengan kekambuhan skizofrenia Faktor Fisik Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N Ada 10 9,2 10 9,2 0,022 - Tidak Ada 64 58,7 35 32,1 99 90,8 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa pasien yang mempunyai faktor fisik dan mengalami kekambuhan sebanyak 10 pasien 9,2. Sedangkan pasien yang tidak mempunyai faktor fisik dan mengalami kekambuhan adalah sebanyak 64 responden 58,7 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 35 pasien 32,1. Dari hasil uji statistik, tabel hubungan faktor fisik dengan kekambuhan skizofrenia tidak layak untuk diuji dengan uji chi-square karena ada sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 25 jumlah sel. Karena tidak memenuhi syarat uji chi-square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikasi menunjukkan angka 0,029 untuk 2-sided two tail dan 0,017 untuk 1-sided one-tail. Karena nilai P=0,022, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara faktor fisik dan kekambuhan skizofrenia. l. Analisis Hubungan Keteraturan Minum Obat dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.12 Hubungan keteraturan minum obat dengan kekambuhan skizofrenia Keteraturan Minum Obat Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N Teratur 40 36,7 27 24,8 67 61,5 0,021 0,349 0,140-0,868 Tidak Teratur 34 31,2 8 7,3 42 38,5 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa pasien yang teratur minum obat dan mengalami kekambuhan sebanyak 40 pasien 36,7 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 27 pasien 24,8. Sedangkan pasien yang tidak teratur minum obat dan mengalami kekambuhan adalah sebanyak 34 pasien 31,2 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 8 pasien 7,3. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai P=0,021 dan OR=0,349 CI 95=0,140-0,868 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara keteraturan minum obat dan kekambuhan skizofrenia. m. Analisis Hubungan Jenis Pengobatan dengan Kekambuhan Skizofrenia Tabel 4.13 Hubungan jenis pengobatan dengan kekambuhan skizofrenia Jenis Pengobatan Kekambuhan Total P Value OR CI 95 Kambuh Tidak Kambuh N N N Oral 58 53,2 29 26,6 87 79,8 0,759 1,333 0,21 – 8,43 Injeksi 3 2,8 2 1,8 5 4,6 Pembanding Oral Injeksi 13 11,9 4 3,7 17 15,6 0,467 0,462 0,06 – 3,81 Jumlah 74 67,9 35 32,1 109 100 Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa pasien dengan jenis pengobatan oral yang mengalami kekambuhan sebanyak 58 pasien 53,2 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 29 pasien 26,6. Pasien dengan jenis pengobatan injeksi yang mengalami kekambuhan sebanyak 3 pasien 2,8 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 2 pasien 1,8. Sedangkan pasien dengan jenis pengobatan oral dan injeksi yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 13 pasien 11,9 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 4 pasien 3,7. Dari hasil uji statistik, tabel hubungan kelompok jenis pengobatan 1 yang merupakan perbandingan antara pengobatan secara oral dan secara injeksi terhadap kekambuhan skizofrenia tidak layak untuk diuji dengan uji chi-square karena ada sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 50 jumlah sel. Karena tidak memenuhi syarat uji chi-square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikasi menunjukkan angka 1,000 untuk 2-sided two tail dan 0,550 untuk 1-sided one-tail. Didapatkan P=0,759 dan OR=1,333 CI 95=0,211-8,428. Sedangkan nilai kelompok jenis pengobatan 2 yang merupakan perbandingan antara pengobatan secara injeksi dan secara oral dan injeksi terhadap kekambuhan skizofrenia tidak layak untuk diuji dengan uji chi-square karena ada sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 75 jumlah sel. Karena tidak memenuhi syarat uji chi-square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikasi menunjukkan angka 0,585 untuk 2-sided two tail dan 0,419 untuk 1-sided one-tail. Didapatkan P=0,467 dan OR=0,462 CI 95=0,056-3,811 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jenis pengobatan dan kekambuhan skizofrenia. 4.1.3 Analisis Multivariat Metode analisis multivariat merupakan metode pengolahan variabel dalam jumlah banyak untuk mencari pengaruhnya terhadap suatu objek secara simultan. Dalam penelitian ini digunakan analisis multivariat dengan metode regresi logistik. Suatu data memenuhi kriteria untuk dilakukan uji regresi logistik jika p≤0,25. Berikut ini adalah nilai alpha masing-masing variablel bebas independen terhadap variabel terikat dependen: Tabel 4. 14 Nilai p masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat Variabel Nilai P P Value CI 95 Jenis Kelamin 0,448 0,724 0,313-1,671 Usia 0,029 2,942 1,086-7,971 Pendidikan 0,738 1,157 0,492-2,718 Pekerjaan 0,867 1,085 0,419-2,808 Keadaan Ekonomi 0,947 0,972 0,423-2,237 Onset Skizofrenia 0,037 4,552 0,985-21,038 Jenis Skizofrenia 1 1,000 1,000 0,057-17,509 Jenis Skizofrenia 2 1,000 3,000 0,140-64,262 Jenis Skizofrenia 3 0,469 3,000 0,140-64,262 Jenis Skizofrenia 4 0,425 3,500 0,145-84,694 Pengetahuan Keluarga 0,212 0,569 0,233-1,387 Peran Keluarga 0,151 2,140 0,747-6,132 Peran Petugas Kesehatan 0,115 0,000 - Faktor Fisik 0,022 0,000 - Keteraturan Minum Obat 0,021 0,349 0,140-0,868 Jenis Pengobatan 1 0,759 0,333 0,21-8,43 Jenis Pengobatan 2 0,467 0,462 0,06-3,81 Dari tabel di atas, diketahui bahwa variabel yang memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi logistik adalah usia, onset skizofrenia, pengetahuan keluarga, peran keluarga, peran petugas kesehatan, faktor fisik, dan keteraturan minum obat dengan nilai p masing-masing adalah 0,029; 0,037; 0,212; 0,151; 0,115; 0,022; dan 0,021. Berikut ini adalah hasil uji regresi logistik untuk variabel usia, onset skizofrenia, pengetahuan keluarga, peran keluarga, peran petugas kesehatan, faktor fisik, dan keteraturan minum obat terhadap kekambuhan pada pasien skizofrenia: Tabel 4.15 Analisis multivariat uji regresi logistik usia, onset skizofrenia, pengetahuan keluarga, peran keluarga, peran petugas kesehatan, faktor fisik, dan keteraturan minum obat terhadap kekambuhan pasien skizofrenia Variabel Sig. P Exp B OR CI 95 Usia 0,019 0,279 0,096 – 0,812 Onset Skizofrenia 0,068 0,224 0,045 – 1,119 Peran Keluarga 0,035 0,214 0,051 – 0,901 Faktor Fisik 0,999 0,000 0,000 Keteraturan Minum Obat 0,013 4,064 1,346 – 12,271 Variabel dianggap bermakna apabila p0,05. Dari tabel di atas, variabel yang bermakna adalah usia P=0,019, peran keluarga P=0,035, dan keteraturan minum obat P=0,013. Diantara ketiga variabel tersebut yang paling berpengaruh adalah keteraturan minum obat yang mempunyai P=0,013 CI 95=1,346- 12,271 dan dengan nilai OR=4,064. Maka dari hasil uji regresi logistik, pasien yang tidak teratur minum obat tingkat kekambuhannya 4,064 kali lebih berpotensi dibandingkan dengan pasien yang teratur minum obat. 4.1.4 Kekambuhan Pasien Skizofrenia Kekambuhan pasien skizofrenia pada penelitian ini didapatkan dari hasil heteroanamnesis terhadap responden mulai kapan gejala muncul kembali setelah mengalami perbaikan. Pada penelitian ini, penyajian data mengenai hubungan frekuensi kekambuhan dengan keteraturan minum obat, usia, dan peran keluarga. Berikut ini adalah grafik diagram batang dari hubungan frekuensi kekambuhan dan keteraturan minum obat: Gambar 4. 14 Diagram frekuensi kekambuhan pasien dan keteraturan minum obat Total data yang terkumpul adalah sejumlah 109, dengan 74 pasien yang kambuh dan 35 pasien tidak kambuh. Bagi pasien yang teratur minum obat, frekuensi kekambuhan dalam satu bulan terakhir, didapatkan hasil bahwa 26 pasien 23,9 tidak pernah mengalami kekambuhan, 10 pasien 9,2 mengalami kekambuhan selama 1-7 hari, 14 pasien 12,8 mengalami kekambuhan 8-14 hari, 2 pasien 1,8 mengalami kekambuhan 15-21 hari, dan 15 pasien 13,8 mengalami kekambuhan 21 hari. Dari data frekuensi kekambuhan pasien yang teratur minum obat tersebut, modus data yang paling banyak keluar pada data yang ditampilkan di atas adalah tidak pernah mengalami kekambuhan yaitu sebesar 23,9. Sedangkan bagi pasien yang tidak teratur minum obat, frekuensi kekambuhan dalam satu bulan terakhir, didapatkan hasil bahwa 9 pasien 8,3 tidak pernah mengalami kekambuhan, 5 pasien 4,6 mengalami kekambuhan selama 1-7 hari, 13 pasien 11,9 mengalami kekambuhan 8-14 hari, 3 pasien 2,8 mengalami kekambuhan 15-21 hari, dan 12 pasien 11,0 mengalami kekambuhan 21 hari. Dari data frekuensi kekambuhan pasien yang tidak teratur minum obat tersebut, modus data yang paling banyak keluar pada data yang ditampilkan di atas adalah mengalami kekambuhan selama 8-14 hari yaitu sebesar 11,9. 5 10 15 20 25 30 Tidak Pernah 1-7 hari 8-14 hari 15-21 hari 21 hari Teratur Tidak Teratur Berikut ini adalah grafik diagram batang dari frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia dan usia: Gambar 4. 15 Diagram frekuensi kekambuhan pasien dan usia Total data yang terkumpul adalah sejumlah 109, dengan 74 pasien yang kambuh dan 35 pasien tidak kambuh. Bagi pasien yang berusia 25 tahun, frekuensi kekambuhan dalam satu bulan terakhir, didapatkan hasil bahwa 8 pasien 23,5 tidak pernah mengalami kekambuhan, 5 pasien 14,7 mengalami kekambuhan selama 1-7 hari, 10 pasien 29,4 mengalami kekambuhan 8-14 hari, 3 pasien 8,8 mengalami kekambuhan 15-21 hari, dan 8 pasien 23,5 mengalami kekambuhan 21 hari. Dari data frekuensi kekambuhan pasien yang berusia 25 tahun tersebut, modus data yang paling banyak keluar pada data yang ditampilkan di atas adalah 8-14 hari yaitu sebesar 29,4. Sedangkan bagi pasien yang berusia ≥25 tahun, frekuensi kekambuhan dalam satu bulan terakhir, didapatkan hasil bahwa 27 pasien 36,0 tidak pernah mengalami kekambuhan, 10 pasien 13,3 mengalami kekambuhan selama 1-7 hari, 17 pasien 22,7 mengalami kekambuhan 8-14 hari, 2 pasien 2,7 mengalami kekambuhan 15-21 hari, dan 19 pasien 25,3 mengalami kekambuhan 21 hari. Dari data frekuensi kekambuhan pasien yang berusia ≥25 tahun tersebut, modus data yang paling banyak keluar pada data yang ditampilkan di atas adalah tidak pernah mengalami kekambuhan yaitu sebesar 77,1. 5 10 15 20 25 30 Tidak Pernah 1-7 hari 8-14 hari 15-21 hari 21 hari 25 tahun ≥ 25 tahun Berikut ini adalah grafik diagram batang dari frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia dan peran keluarga: Gambar 4. 16 Diagram frekuensi kekambuhan pasien dan peran keluarga Total data yang terkumpul adalah sejumlah 109, dengan 74 pasien yang kambuh dan 35 pasien tidak kambuh. Bagi keluarga yang berperan, frekuensi kekambuhan pasien dalam satu bulan terakhir, didapatkan hasil bahwa 27 pasien 29,3 tidak pernah mengalami kekambuhan, 13 pasien 14,1 mengalami kekambuhan selama 1-7 hari, 25 pasien 27,2 mengalami kekambuhan 8-14 hari, 4 pasien 4,3 mengalami kekambuhan 15-21 hari, dan 23 pasien 25,0 mengalami kekambuhan 21 hari. Dari data frekuensi kekambuhan tersebut, modus data yang paling banyak keluar pada data yang ditampilkan di atas adalah tidak pernah mengalami kekambuhan yaitu sebesar 29,3. Sedangkan bagi keluarga yang tidak berperan, frekuensi kekambuhan pasien dalam satu bulan terakhir, didapatkan hasil bahwa 8 pasien 47,1 tidak pernah mengalami kekambuhan, 2 pasien 11,8 mengalami kekambuhan selama 1-7 hari, 2 pasien 11,8 mengalami kekambuhan 8-14 hari, 1 pasien 5,9 mengalami kekambuhan 15-21 hari, dan 4 pasien 23,5 mengalami kekambuhan 21 hari. Dari data frekuensi kekambuhan tersebut, modus data yang paling banyak keluar pada data yang ditampilkan di atas adalah tidak pernah mengalami kekambuhan yaitu sebesar 47,1. 5 10 15 20 25 30 Tidak Pernah 1-7 hari 8-14 hari 15-21 hari 21 hari Berperan Tidak Berperan

4.2 Pembahasan