33
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Univariat Analisis  univariat  merupakan  cara  analisis  dengan  mendeskripsikan  atau
menggambarkan  data  yang  telah  terkumpul  sebagaimana  adanya  tanpa  membuat kesimpulan  yang  berlaku  untuk  umum  atau  generalisasi.  Pada  umumnya  analisis
ini  hanya  menghasilkan  distribusi  dan  presentase  dari  tiap  variabel.  Analisis univariat pada penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan,
keadaan  ekonomi,  onset  skizofrenia,  jenis  skizofrenia,  pengetahuan  keluarga, peran keluarga, peran petugas kesehatan, faktor fisik, keteraturan minum obat, dan
jenis  pengobatan.  Jumlah  total  sampel  penelitian  di  Poli  Psikiatri  RSD  dr. Soebandi Jember adalah sebesar 109 responden.
Dalam  diagram  batang,  berikut  ini  adalah  distribusi  karakteristik responden penelitian:
a.  Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan  diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD  dr.  Soebandi  Jember  persebaran  karakteristik  berdasar  jenis  kelamin
menunjukkan  bahwa  sebanyak  66  pasien  60,6  berjenis  kelamin  laki-laki dan  43  pasien  39,4  berjenis  kelamin  perempuan.  Jadi,  terlihat  presentase
10 20
30 40
50 60
70
Laki-laki Perempuan
tertinggi adalah pasien dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 60,6  dan presentase  terendah  adalah  pasien  dengan  jenis  kelamin  perempuan  yaitu
sebesar 39,4. b.  Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Gambar 4.2 Karakteristik responden berdasarkan usia
Berdasarkan diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasar usia menunjukkan
tidak  ada  pasien  yang  berusia  0-11  tahun,  34  pasien  31,2  merupakan kelompok usia 12-25 tahun, 58 pasien 53,2 merupakan kelompok usia 26-
45  tahun,  15  pasien  13,8  merupakan  kelompok  umur  46-65  tahun,  dan  2 pasien  1,8  merupakan  kelompok  usia  65  tahun.  Jadi,  terlihat  presentase
tertinggi  adalah  pasien  dengan  kelompok  usia  26-45  tahun  yaitu  53,2  dan presentase terendah adalah pasien dengan kelompok umur 0-11 tahun.
c.  Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Gambar 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
10 20
30 40
Tidak Tamat Belajar
SD SMP
SMA DiplomaSarjana
10 20
30 40
50 60
70
1-11 th 12-25 th
26-45 th 46-65 th
65 th
Berdasarkan diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD  dr.  Soebandi  Jember  persebaran  karakteristik  berdasar  pendidikan
menunjukkan  bahwa  secara  berurutan  sebanyak  6  pasien  5,5  tidak  tamat belajar, 29 pasien 26,6 tamat SD, 31 pasien 28,4 tamat SMP, 34 pasien
31,2  tamat  SMA,  dan  9  pasien  8,3  diploma  atau  sarjana.  Jadi,  terlihat presentase tertinggi adalah pasien yang tamat SMA yaitu 31,2 dan presentase
terendah adalah pasien yang tidak tamat belajar yaitu sebesar 5,5. d.  Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 4.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Berdasarkan diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD  dr.  Soebandi  Jember  persebaran  karakteristik  berdasarkan  pekerjaan
menunjukkan bahwa secara berurutan sebanyak 26 pasien 23,9 merupakan pasien  yang  bekerja  dan  83  pasien  76,1  merupakan  pasien  yang  tidak
bekerja.  Jadi,  terlihat  presentase  tertinggi  adalah  pasien  yang  tidak  bekerja dengan prosentase 76,1  dan presentase terendah adalah pasien yang bekerja
yaitu  sebesar 23,9.
20 40
60 80
100
Bekerja Tidak Bekerja
e.  Karakteristik Responden Berdasarkan Keadaan Ekonomi
Gambar 4.5 Karakteristik responden berdasarkan keadaan ekonomi
Berdasarkan diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD  dr.  Soebandi  Jember  persebaran  karakteristik  berdasarkan  keadaan
ekonomi  menunjukkan  bahwa  sebanyak  40  pasien  36,7  merupakan  pasien dengan  keadaan  ekonomi  cukup  dan  69  pasien  63,3  merupakan  pasien
dengan  keadaan  ekonomi  kurang.  Jadi,  terlihat  presentase  tertinggi  adalah pasien  dengan  keadaan  ekonomi  kurang  yaitu  sebesar  63,3  dan  presentase
terendah adalah pasien dengan keadaan ekonomi cukup yaitu sebesar 36,7. f.  Karakteristik Responden Berdasarkan Onset Skizofrenia
Gambar 4.6 Karakteristik responden berdasarkan onset skizofrenia
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, dari total 109 responden di Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan  onset
skizofrenia  menunjukkan  bahwa  sebanyak  18  pasien  16,5  merupakan pasien dengan onset skizofrenia 1 tahun, 42 pasien 38,5 merupakan pasien
10 20
30 40
50 60
70 80
Cukup Kurang
10 20
30 40
50 60
1 tahun 1-5 tahun
5 tahun
dengan  onset  skizofrenia  1-5  tahun,  dan  49  pasien  45  merupakan  pasien dengan  onset  skizofrenia  5  tahun.  Jadi,  terlihat  presentase  tertinggi  adalah
pasien  dengan  onset  skizofrenia  5  tahun  yaitu  sebesar  45  dan  presentase terendah adalah pasien dengan onset skizofrenia 1 tahun yaitu sebesar 16,5.
g.  Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Skizofrenia
Gambar 4.7 Karakteristik responden berdasarkan jenis skizofrenia
Berdasarkan diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD  dr.  Soebandi  Jember  persebaran  karakteristik  berdasarkan  jenis
skizofrenia  menunjukkan  bahwa  sebanyak  30  pasien  27,5  merupakan pasien dengan tipe skizofrenia paranoid, 56 pasien 51,4 merupakan pasien
dengan tipe skizofrenia hebrefenik, 12 pasien 11 merupakan pasien dengan tipe  skizofrenia  katatonik,  9  pasien  8,3  merupakan  pasien  dengan  tipe
skizofrenia  tidak  terinci,  2  pasien  1,8  merupakan  pasien  dengan  tipe skizofrenia residual, dan tidak ada pasien dengan tipe depresi pasca skizofrenia
dan  skizofrenia  simpleks.  Jadi,  terlihat  presentase  tertinggi  adalah  pasien dengan  tipe  skizofrenia  hebrefenik  yaitu  sebesar  51,4    dan  presentase
terendah  adalah  pasien  dengan  tipe  depresi  pasca  skizofrenia  dan  skizofrenia simpleks.
10 20
30 40
50 60
Paranoid Hebrefenik Katatonik
Tidak Terinci
Depresi Pasca
Skizofrenia Residual
Simpleks
h.  Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Keluarga
Gambar 4.8 Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan keluarga
Berdasarkan diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD  dr.  Soebandi  Jember  persebaran  karakteristik  berdasarkan  pengetahuan
keluarga  menunjukkan  bahwa  sebanyak  72  responden  66,1  memiliki pengetahuan  dan  37  responden  33,9  tidak  memiliki  pengetahuan  tentang
kekambuhan  skizofrenia.  Jadi,  terlihat  presentase  tertinggi  adalah  responden yang  memiliki  pengetahuan  tentang  kekambuhan  skizofrenia  yaitu  sebesar
66,1  dan  presentase  terendah  adalah  responden  yang  tidak  memiliki pengetahuan tentang kekambuhan skizofrenia yaitu sebesar 33,9.
i.  Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Keluarga
Gambar 4.9 Karakteristik responden berdasarkan peran keluarga
Berdasarkan diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember persebaran karakteristik berdasarkan peran keluarga
menunjukkan  bahwa  sebanyak  92  responden  51,4  berperan  dan  17
10 20
30 40
50 60
70 80
Tahu Tidak Tahu
20 40
60 80
100
Berperan Tidak Berperan
responden  9,5  tidak  berperan  dalam  kehidupan  sehari-hari  pasien skizofrenia.  Jadi,  terlihat  presentase  tertinggi  adalah  responden  yang  berperan
yaitu  sebesar  51,4  dan  presentase  terendah  adalah  responden  yang  tidak berperan yaitu sebesar 9,5.
j.  Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Petugas Kesehatan
Gambar 4.10 Karakteristik responden berdasarkan peran petugas kesehatan
Berdasarkan diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD  dr.  Soebandi  Jember  persebaran  karakteristik  berdasarkan  peran  petugas
kesehatan  menunjukkan  bahwa  sebanyak  104  responden  95,4  menyatakan berperan  dan  5  responden  4,6  menyatakan  tidak  berperan.  Jadi,  terlihat
presentase  tertinggi  adalah  petugas  kesehatan  yang  berperan  yaitu  sebesar 95,4  dan  presentase  terendah  adalah  petugas  kesehatan  yang  tidak  berperan
yaitu sebesar 4,6. k.  Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Fisik
Gambar 4.11 karakteristik responden berdasarkan faktor fisik
20 40
60 80
100 120
Berperan Tidak Berperan
20 40
60 80
100 120
Ada Tidak Ada
Berdasarkan diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD  dr.  Soebandi  Jember  persebaran  karakteristik  berdasarkan  faktor  fisik
menunjukkan bahwa sebanyak 10 pasien 9,2 mempunyai  faktor fisik yang terdiri dari penyakit gouth, retardasi mental, diabetes, hipertensi, dan hipotensi.
Sedangkan  99  pasien  90,8  tidak  mempunyai  faktor  fisik.  Jadi,  terlihat presentase  tertinggi  adalah  pasien  yang  tidak  mempunyai  faktor  fisik  yaitu
sebesar  90,8  dan  presentase  terendah  adalah  pasien  yang  mempunyai  faktor fisik yaitu sebesar 9,2.
l.  Karakteristik Responden Berdasarkan Keteraturan Minum Obat
Gambar 4.12 karakteristik responden berdasarkan keteraturan minum obat
Berdasarkan diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD  dr.  Soebandi  Jember  persebaran  karakteristik  berdasarkan  keteraturan
minum  obat  menunjukkan  bahwa  sebanyak  67  pasien  61,5  teratur  dan  42 pasien  38,5  tidak  teratur.  Jadi,  terlihat  presentase  tertinggi  adalah  pasien
yang  teratur  yaitu  sebesar  61,5  dan  presentase  terendah  adalah  pasien  yang tidak teratur yaitu sebesar 38,5.
10 20
30 40
50 60
70 80
Patuh Tidak Patuh
m. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pengobatan
Gambar 4.13 karakteristik responden berdasarkan jenis pengobatan
Berdasarkan diagram  di  atas, dari total  109 responden di  Poli Psikiatri RSD  dr.  Soebandi  Jember  persebaran  karakteristik  berdasarkan  jenis
pengobatan menunjukkan bahwa sebanyak 87 pasien 79,8 menjalani terapi oral, 5 pasien 4,6 menjalani terapi injeksi, dan 17 pasien 15,6 menjalani
terapi  oral  dan  injeksi.  Jadi,  terlihat  presentase  tertinggi  adalah  pasien  yang menjalani  terapi  oral  yaitu  sebesar  79,8  dan  presentase  terendah  adalah
pasien yang menjalani terapi injeksi yaitu sebesar 4,6.
4.1.2 Analisis Bivariat Analisis
bivariat merupakan
analisis yang
dilakukan untuk
menghubungkan  masing-masing  variabel  independen  dengan  variabel  dependen dengan  tingkat  kemaknaan  alpha  0,05.  Dalam  penelitian  ini,  analisis  bivariat
yang dilakukan adalah analisis dengan metode chi-square.
20 40
60 80
100
Oral Injeksi
Oral dan Injeksi
Berikut ini adalah hasil analisis uji bivariat chi-square : a.  Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.1 Hubungan jenis kelamin dengan kekambuhan skizofrenia
Jenis Kelamin
Kekambuhan Total
P Value
OR CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
Laki-laki 43
39,4 23
21,1 66
60,6 0,448
0,724 0,313-1,671
Perempuan 31
28,4 12
11,0 43
39,4
Jumlah 74
67,9 35
32,1 109
100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  pasien  dengan  jenis kelamin  laki-laki  yang  mengalami  kekambuhan  sebanyak  43  pasien  39,4
dan  yang  tidak  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  23  pasien  21,1. Sedangkan  pasien  dengan  jenis  kelamin  perempuan  yang  mengalami
kekambuhan adalah sebanyak 31 responden 28,4 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 12 pasien 11,0. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai
P=0,448  dan  nilai  OR=0,724  CI  95=0,313-1,671  sehingga  dapat disimpulkan  bahwa  tidak  ada  hubungan  bermakna  antara  jenis  kelamin  dan
kekambuhan skizofrenia. b.  Analisis Hubungan Usia dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.2 Hubungan usia dengan kekambuhan skizofrenia
Usia tahun
Kekambuhan Total
P Value
OR CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
≤25
28 25,7
6 5,5
34 31,2
0,029 2,942
1,086-7,971 25
46 42,2
29 26,6
75 68,8
Jumlah 74
67,9 35
32,1 109
100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  pasien  dengan  usia ≤25
tahun  yang  mengalami  kekambuhan  sebanyak  28  pasien  25,7  dan  yang tidak  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  6  pasien  5,5.  Sedangkan
pasien  dengan  usia  25  tahun  yang  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak 46  pasien  42,2  dan  yang  tidak  mengalami  kekambuhan  adalah  29  pasien
26,6.  Dari  hasil  uji  statistik,  didapatkan  nilai  P=0,029  dan  OR=2,942  CI 95=1,086-7,971
sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  ada  hubungan bermakna antara usia dan kekambuhan skizofrenia.
c.  Analisis Hubungan Pendidikan dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.3 Hubungan pendidikan dengan kekambuhan skizofrenia
Pendidikan Kekambuhan
Total P
Value OR
CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
Tuntas 51
46,8 23
21,1 74
67,9 0,738
1,157 0,492-2,718
Tidak Tuntas
23 21,1
12 11,0
35 32,1
Jumlah 74
67,9 35
32,1 109
100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  pasien  dengan  pendidikan tuntas  yang  mengalami  kekambuhan  sebanyak  51  pasien  46,8  dan  yang
tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 23 pasien 21,1. Sedangkan pasien  dengan  pendidikan  tidak  tuntas  yang  mengalami  kekambuhan  adalah
sebanyak 23 pasien 21,1 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 12 pasien 11,0. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai P=0,738 dan OR=1,157
CI 95=0,492-2,718 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
bermakna antara pendidikan dan kekambuhan skizofrenia.
d.  Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.4 Hubungan pekerjaan dengan kekambuhan skizofrenia
Pekerjaan Kekambuhan
Total P
Value OR
CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
Bekerja 18
16,5 8
7,3 26
23,9 0,867
1,085 0,419-2,808
Tidak Bekerja
56 51,4
27 24,8
83 76,1
Jumlah 74
67,9 35
32,1 109
100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  pasien  dengan  status bekerja  yang  mengalami  kekambuhan  sebanyak  18  pasien  16,5  dan  yang
tidak  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  8  pasien  7,3.  Sedangkan pasien  dengan  status  tidak  bekerja  yang  mengalami  kekambuhan  adalah
sebanyak 56 pasien 51,4 dan yang tidak mengalami kekambuhan adalah 27 pasien 24,8. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai P=0,867 dan OR=1,085
CI 95=0,419-2,808 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan dan kekambuhan skizofrenia.
e.  Analisis Hubungan Keadaan Ekonomi dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.5 Hubungan keadaan ekonomi dengan kekambuhan skizofrenia
Keadaan Ekonomi
Kekambuhan Total
P Value
OR CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
Cukup
27 24,8
13 11,9
40 36,7
0,947 0,972
0,423-2,237
Kurang
47 43,1
22 20,2
69 63,3
Jumlah
74 67,9
35 32,1
109 100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  pasien  dengan  keadaan ekonomi cukup yang mengalami kekambuhan sebanyak 27 pasien 24,8 dan
yang  tidak  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  13  pasien  11,9. Sedangkan  pasien  dengan  keadaan  ekonomi  kurang  yang  mengalami
kekambuhan  adalah  sebanyak  47  pasien  43,1  dan  yang  tidak  mengalami kekambuhan adalah 22 pasien 20,2. Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai
P=0,947  dan  OR=0,972  CI  95=0,423-2,237,  sehingga  dapat  disimpulkan bahwa  tidak  ada  hubungan  bermakna  antara  keadaan  ekonomi  dan
kekambuhan skizofrenia. f.  Analisis Hubungan Onset Skizofrenia dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.6 Hubungan onset skizofrenia dengan kekambuhan skizofrenia
Onset Skizofrenia
Kekambuhan Total
P Value
OR CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
≤1 tahun
16 14,7
2 1,8
18 16,5
0,037 4,552
0,985-21,038
1 tahun
58 53,2
33 30,3
91 83,5
Jumlah 74
67,9 35
32,1 109
100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  pasien  dengan  onset skizofrenia  ≤1  tahun  yang  mengalami  kekambuhan  sebanyak  16  pasien
14,7  dan  yang  tidak  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  2  pasien 1,8. Sedangkan pasien dengan onset skizofrenia 1 tahun yang mengalami
kekambuhan  adalah  sebanyak  58  pasien  53,2  dan  yang  tidak  mengalami kekambuhan  adalah  sebanyak  33  pasien  30,3.  Dari  hasil  uji  statistik,
didapatkan  nilai  P=0,037  dan  OR=4,552  CI  95=0,985-21,038,  sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara onset skizofrenia dan
kekambuhan skizofrenia.
g.  Analisis Hubungan Jenis Skizofrenia dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.7 Hubungan jenis skizofrenia dengan kekambuhan skizofrenia
Jenis Skizofrenia
Kekambuhan Total
P Value
OR CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
Paranoid
15 13,8
15 13,8
30 27,5
1,000 1,000
0,057-17, 509
Hebrefenik
42 38,5
14 12,8
56 51,4
1,000 3,000
0,176-51,195
Katatonik
9 8,3
3 2,8
12 11,0
0,469 3,000
0,140-64,262
Tidak Terinci
7 6,4
2 1,8
9 8,3
0,425 3,500
0,145-84,694
Residual 1
0,9 1
0,9 2
1,8 Pembanding
Jumlah
74 67,9
35 32,1
109 100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  pasien  dengan  jenis skizofrenia  paranoid  yang  mengalami  kekambuhan  sebanyak  15  pasien
13,8  dan  yang  tidak  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  15  pasien 13,8.  Responden  dengan  jenis  skizofrenia  hebrefenik  yang  mengalami
kekambuhan  adalah  sebanyak  42  pasien  38,5  dan  yang  tidak  mengalami kekambuhan adalah 14 pasien 12,8. Untuk jenis skizofrenia katatonik yang
mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  9  pasien  8,3  dan  yang  tidak mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  3  pasien  2,8.  Jenis  skizofrenia
residual  yang  mengalami  dan  yang  tidak  mengalami  kekambuhan  masing- masing  sebanyak  1  pasien  0,9.  Sedangkan  jenis  skizofrenia  tidak  terinci
yang  mengalami  kekambuhan  sebanyak  7  pasien  6,4  dan  yang  tidak mengalami kekambuhan sebanyak 2 pasien 1,8.
Dari  hasil  uji  statistik,  tabel  hubungan  kelompok  jenis  skizofrenia  1 yang  merupakan  perbandingan  antara  skizofrenia  paranoid  dan  skizofrenia
residual  terhadap  kekambuhan  skizofrenia  tidak  layak  untuk  diuji  dengan  uji chi-square  karena  ada  sel  yang  nilai  expected-nya  kurang  dari  lima  ada  50
jumlah  sel.  Karena  tidak  memenuhi  syarat  uji  chi-square,  maka  uji  yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikasi
menunjukkan  angka  1,000  untuk  2-sided  two  tail  dan  0,758  untuk  1-sided one-tail. Didapatkan P=1,000 dan OR=1,000 CI 95=0,057-17,509.
Tabel  hubungan  kelompok  jenis  skizofrenia  2  yang  merupakan perbandingan  antara  skizofrenia  hebrefenik  dengan  skizofrenia  residual  tidak
layak untuk diuji dengan uji chi-square karena ada sel yang nilai expected-nya kurang dari lima ada 50  jumlah sel. Karena tidak memenuhi syarat uji  chi-
square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikansi menunjukkan angka 0,454 untuk 2-sided two tail dan
0,454  untuk  1-sided  one-tail.  Didapatkan  P=1,000  dan  OR=3,000  CI 95=0,176-51,195.
Tabel  hubungan  kelompok  jenis  skizofrenia  3  yang  merupakan perbandingan  antara  skizofrenia  katatonik  dengan  skizofrenia  residual  tidak
layak untuk diuji dengan uji chi-square karena ada sel yang nilai expected-nya kurang  dari  lima  ada  75  jumlah  sel.  Karena  tidak  memenuhi  syarat  uji  chi-
square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikansi menunjukkan angka 0,505 untuk 2-sided two tail dan
0,505  untuk  1-sided  one-tail.  Didapatkan  P=0,469  dan  OR=3,000  CI 95=0,140-64,262.
Tabel  hubungan  kelompok  jenis  skizofrenia  4  yang  merupakan perbandingan antara skizofrenia tidak terinci dengan skizofrenia residual tidak
layak untuk diuji dengan uji chi-square karena ada sel yang nilai expected-nya kurang  dari  lima  ada  75  jumlah  sel.  Karena  tidak  memenuhi  syarat  uji  chi-
square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji fisher. Pada uji fisher, nilai signifikasi menunjukkan angka 0,491 untuk 2-sided two tail dan
0,491  untuk  1-sided  one-tail.  Didapatkan  P=0,425  dan  OR=3,500  CI 95=0,145-84,694  sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  tidak  ada  hubungan
bermakna antara jenis skizofrenia dan kekambuhan skizofrenia.
h.  Analisis Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.8 Hubungan pengetahuan keluarga dengan kekambuhan skizofrenia
Pengetahuan Keluarga
Kekambuhan Total
P Value
OR CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
Tahu
46 42,2
26 23,9
72 66,1
0,212 0,569
0,233-1,387
Tidak Tahu 28
25,7 9
8,3 37
33,9
Jumlah
74 67,9
35 32,1
109 100
Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan dari pasien yang mengalami kekambuhan sebanyak 46 responden
42,2  dan  dari  pasien  yang  tidak  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak 26 responden 23,9. Sedangkan responden yang tidak memiliki pengetahuan
dari  pasien  yang  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  28  responden 25,7  dan  dari  pasien  yang  tidak  mengalami  kekambuhan  adalah  9
responden  8,3.  Dari  hasil  uji  statistik,  didapatkan  nilai  P=0,212  dan OR=0,569  CI  95=0,233-1,387,  sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  tidak
ada  hubungan  bermakna  antara  pengetahuan  keluarga  dengan  kekambuhan skizofrenia.
i.  Analisis Hubungan Peran Keluarga dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.9 Hubungan peran keluarga dengan kekambuhan skizofrenia
Peran Keluarga
Kekambuhan Total
P Value
OR CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
Berperan
65 59,62
27 24,8
92 84,4
0,151 2,140
0,747-6,132
Tidak Berperan
9 8,3
8 7,3
17 15,6
Jumlah
74 67,9
35 32,1
109 100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  responden  dengan  keluarga yang  berperan  dari  pasien  yang  mengalami  kekambuhan  sebanyak  65
responden 59,62 dan dari pasien yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak  27  responden  24,8.  Sedangkan  responden  dengan  keluarga  yang
tidak  berperan  dari  pasien  yang  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  9 responden 8,3 dan dari pasien yang tidak mengalami kekambuhan adalah 8
responden  7,3.  Dari  hasil  uji  statistik,  didapatkan  nilai  P=0,151  dan OR=2,140  CI  95=0,747-6,132,  sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  tidak
ada  hubungan  bermakna  antara  peran  keluarga  dengan  kekambuhan skizofrenia.
j.  Analisis Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.10 Hubungan peran petugas kesehatan dengan kekambuhan skizofrenia
Peran Petugas
Kesehatan Kekambuhan
Total P
Value OR
CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
Berperan
69 63,3
35 32,1
104 95,4
0,115 -
Tidak Berperan
5 4,6
5 4,6
Jumlah 74
67,9 35
32,1 109
100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  responden  dengan  petugas kesehatan  yang  berperan  dari  pasien  yang  mengalami  kekambuhan  sebanyak
69  responden  63,3  dan  dari  pasien  yang  tidak  mengalami  kekambuhan adalah sebanyak 35 responden 32,1. Sedangkan responden dengan petugas
kesehatan yang tidak berperan dari pasien yang mengalami kekambuhan adalah sebanyak 5 responden 4,6.
Dari hasil uji statistik, tabel hubungan peran petugas kesehatan dengan kekambuhan  skizofrenia  tidak  layak  untuk  diuji  dengan  uji  chi-square  karena
ada sel  yang nilai  expected-nya kurang dari lima ada 50 jumlah sel.  Karena tidak  memenuhi  syarat  uji  chi-square,  maka  uji  yang  dipakai  adalah  uji
alternatifnya,  yaitu  uji  fisher.  Pada  uji  fisher,  nilai  signifikansi  menunjukkan angka 0,174 untuk 2-sided two tail dan 0,138 untuk 1-sided one-tail. Karena
nilai  P=0,115,  sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  tidak  ada  hubungan bermakna antara peran petugas kesehatan dan kekambuhan skizofrenia.
k.  Analisis Hubungan Faktor Fisik dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.11 Hubungan faktor fisik dengan kekambuhan skizofrenia
Faktor Fisik Kekambuhan
Total P
Value OR
CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
Ada 10
9,2 10
9,2 0,022
-
Tidak Ada 64
58,7 35
32,1 99
90,8
Jumlah 74
67,9 35
32,1 109
100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  pasien  yang  mempunyai faktor  fisik  dan  mengalami  kekambuhan  sebanyak  10  pasien  9,2.
Sedangkan  pasien  yang  tidak  mempunyai  faktor  fisik  dan  mengalami kekambuhan adalah sebanyak 64 responden 58,7 dan yang tidak mengalami
kekambuhan adalah 35 pasien 32,1. Dari  hasil  uji  statistik,  tabel  hubungan  faktor  fisik  dengan  kekambuhan
skizofrenia  tidak  layak  untuk  diuji  dengan  uji  chi-square  karena  ada  sel  yang nilai  expected-nya  kurang  dari  lima  ada  25  jumlah  sel.  Karena  tidak
memenuhi syarat uji chi-square, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu  uji  fisher.  Pada  uji  fisher,  nilai  signifikasi  menunjukkan  angka  0,029
untuk  2-sided  two  tail  dan  0,017  untuk  1-sided  one-tail.  Karena  nilai P=0,022,  sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  ada  hubungan  bermakna  antara
faktor fisik dan kekambuhan skizofrenia. l.  Analisis Hubungan Keteraturan Minum Obat dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.12 Hubungan keteraturan minum obat dengan kekambuhan skizofrenia
Keteraturan Minum Obat
Kekambuhan Total
P Value
OR CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
Teratur 40
36,7 27
24,8 67
61,5 0,021
0,349 0,140-0,868
Tidak Teratur
34 31,2
8 7,3
42 38,5
Jumlah 74
67,9 35
32,1 109
100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  pasien  yang  teratur  minum obat dan mengalami kekambuhan sebanyak 40 pasien 36,7 dan  yang  tidak
mengalami kekambuhan adalah sebanyak 27 pasien 24,8. Sedangkan pasien yang  tidak  teratur  minum  obat  dan  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak
34  pasien  31,2  dan  yang  tidak  mengalami  kekambuhan  adalah  8  pasien 7,3.  Dari  hasil  uji  statistik,  didapatkan  nilai  P=0,021  dan  OR=0,349  CI
95=0,140-0,868 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara keteraturan minum obat dan kekambuhan skizofrenia.
m. Analisis Hubungan Jenis Pengobatan dengan Kekambuhan Skizofrenia
Tabel 4.13 Hubungan jenis pengobatan dengan kekambuhan skizofrenia
Jenis Pengobatan
Kekambuhan Total
P Value
OR CI 95
Kambuh Tidak
Kambuh N
N N
Oral 58
53,2 29
26,6 87
79,8 0,759
1,333 0,21
– 8,43
Injeksi 3
2,8 2
1,8 5
4,6 Pembanding
Oral Injeksi
13 11,9
4 3,7
17 15,6
0,467 0,462
0,06 – 3,81
Jumlah 74
67,9 35
32,1 109
100
Dari  tabel  di  atas,  dapat  ditunjukkan  bahwa  pasien  dengan  jenis pengobatan oral yang mengalami kekambuhan sebanyak 58 pasien 53,2 dan
yang tidak mengalami kekambuhan adalah sebanyak 29 pasien 26,6. Pasien dengan  jenis  pengobatan  injeksi  yang  mengalami  kekambuhan  sebanyak  3
pasien  2,8  dan  yang  tidak  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  2 pasien  1,8.  Sedangkan  pasien  dengan  jenis  pengobatan  oral  dan  injeksi
yang  mengalami  kekambuhan  adalah  sebanyak  13  pasien  11,9  dan  yang tidak mengalami kekambuhan adalah 4 pasien 3,7.
Dari  hasil  uji  statistik,  tabel  hubungan  kelompok  jenis  pengobatan  1 yang merupakan perbandingan antara pengobatan secara oral dan secara injeksi
terhadap kekambuhan skizofrenia tidak layak untuk diuji dengan uji chi-square karena  ada  sel  yang  nilai  expected-nya  kurang  dari  lima  ada  50  jumlah  sel.
Karena tidak memenuhi syarat uji chi-square, maka uji yang dipakai adalah uji
alternatifnya,  yaitu  uji  fisher.  Pada  uji  fisher,  nilai  signifikasi  menunjukkan angka  1,000  untuk  2-sided  two  tail  dan  0,550  untuk  1-sided  one-tail.
Didapatkan P=0,759 dan OR=1,333 CI 95=0,211-8,428. Sedangkan  nilai  kelompok  jenis  pengobatan  2  yang  merupakan
perbandingan  antara  pengobatan  secara  injeksi  dan  secara  oral  dan  injeksi terhadap kekambuhan skizofrenia tidak layak untuk diuji dengan uji chi-square
karena  ada  sel  yang  nilai  expected-nya  kurang  dari  lima  ada  75  jumlah  sel. Karena tidak memenuhi syarat uji chi-square, maka uji yang dipakai adalah uji
alternatifnya,  yaitu  uji  fisher.  Pada  uji  fisher,  nilai  signifikasi  menunjukkan angka  0,585  untuk  2-sided  two  tail  dan  0,419  untuk  1-sided  one-tail.
Didapatkan  P=0,467  dan  OR=0,462  CI  95=0,056-3,811  sehingga  dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jenis pengobatan dan
kekambuhan skizofrenia.
4.1.3 Analisis Multivariat Metode analisis multivariat merupakan metode pengolahan variabel dalam
jumlah banyak untuk mencari pengaruhnya terhadap suatu objek secara simultan. Dalam  penelitian  ini  digunakan  analisis  multivariat  dengan  metode  regresi
logistik.  Suatu  data  memenuhi  kriteria  untuk  dilakukan  uji  regresi  logistik  jika p≤0,25.
Berikut ini adalah nilai alpha masing-masing variablel bebas independen terhadap variabel terikat dependen:
Tabel 4. 14 Nilai p masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat
Variabel Nilai P
P Value CI 95
Jenis Kelamin 0,448
0,724 0,313-1,671
Usia 0,029
2,942 1,086-7,971
Pendidikan 0,738
1,157 0,492-2,718
Pekerjaan 0,867
1,085 0,419-2,808
Keadaan Ekonomi 0,947
0,972 0,423-2,237
Onset Skizofrenia 0,037
4,552 0,985-21,038
Jenis Skizofrenia 1 1,000
1,000 0,057-17,509
Jenis Skizofrenia 2 1,000
3,000 0,140-64,262
Jenis Skizofrenia 3 0,469
3,000 0,140-64,262
Jenis Skizofrenia 4 0,425
3,500 0,145-84,694
Pengetahuan Keluarga 0,212
0,569 0,233-1,387
Peran Keluarga 0,151
2,140 0,747-6,132
Peran Petugas Kesehatan 0,115
0,000 -
Faktor Fisik 0,022
0,000 -
Keteraturan Minum Obat 0,021
0,349 0,140-0,868
Jenis Pengobatan 1 0,759
0,333 0,21-8,43
Jenis Pengobatan 2 0,467
0,462 0,06-3,81
Dari tabel  di  atas, diketahui  bahwa variabel  yang memenuhi  syarat  untuk dilakukan uji regresi logistik adalah usia, onset skizofrenia, pengetahuan keluarga,
peran keluarga, peran petugas kesehatan, faktor fisik, dan keteraturan minum obat dengan  nilai  p  masing-masing  adalah  0,029;  0,037;  0,212;  0,151;  0,115;  0,022;
dan 0,021.
Berikut  ini  adalah  hasil  uji  regresi  logistik  untuk  variabel  usia,  onset skizofrenia,  pengetahuan  keluarga,  peran  keluarga,  peran  petugas  kesehatan,
faktor  fisik,  dan  keteraturan  minum  obat  terhadap  kekambuhan  pada  pasien skizofrenia:
Tabel  4.15    Analisis  multivariat  uji  regresi  logistik usia,  onset  skizofrenia,  pengetahuan
keluarga,  peran  keluarga,  peran  petugas  kesehatan,  faktor  fisik,  dan keteraturan minum obat terhadap kekambuhan pasien skizofrenia
Variabel Sig. P
Exp B  OR CI 95
Usia
0,019 0,279
0,096 – 0,812
Onset Skizofrenia
0,068 0,224
0,045 – 1,119
Peran Keluarga
0,035 0,214
0,051 – 0,901
Faktor Fisik
0,999 0,000
0,000
Keteraturan Minum Obat
0,013 4,064
1,346 – 12,271
Variabel  dianggap  bermakna  apabila  p0,05.  Dari  tabel  di  atas,  variabel yang bermakna adalah usia P=0,019, peran keluarga P=0,035, dan keteraturan
minum obat P=0,013. Diantara ketiga variabel tersebut yang paling berpengaruh adalah  keteraturan  minum  obat  yang  mempunyai  P=0,013  CI  95=1,346-
12,271  dan  dengan  nilai  OR=4,064.  Maka  dari  hasil  uji  regresi  logistik,  pasien yang tidak teratur minum obat tingkat kekambuhannya 4,064 kali lebih berpotensi
dibandingkan dengan pasien yang teratur minum obat.
4.1.4 Kekambuhan Pasien Skizofrenia Kekambuhan  pasien  skizofrenia  pada  penelitian  ini  didapatkan  dari  hasil
heteroanamnesis  terhadap  responden  mulai  kapan  gejala  muncul  kembali  setelah mengalami  perbaikan.  Pada  penelitian  ini,  penyajian  data  mengenai  hubungan
frekuensi kekambuhan dengan keteraturan minum obat, usia, dan peran keluarga.
Berikut  ini  adalah  grafik  diagram  batang  dari  hubungan  frekuensi kekambuhan dan keteraturan minum obat:
Gambar 4. 14 Diagram frekuensi kekambuhan pasien dan keteraturan minum obat
Total  data  yang  terkumpul  adalah  sejumlah  109,  dengan  74  pasien  yang kambuh  dan  35  pasien  tidak  kambuh.  Bagi  pasien  yang  teratur  minum  obat,
frekuensi  kekambuhan  dalam  satu  bulan  terakhir,  didapatkan  hasil  bahwa  26 pasien  23,9  tidak  pernah  mengalami  kekambuhan,  10  pasien  9,2
mengalami  kekambuhan  selama  1-7  hari,  14  pasien  12,8  mengalami kekambuhan 8-14 hari,  2 pasien  1,8 mengalami kekambuhan 15-21 hari, dan
15  pasien  13,8  mengalami  kekambuhan  21  hari.  Dari  data  frekuensi kekambuhan  pasien  yang  teratur  minum  obat  tersebut,  modus  data  yang  paling
banyak keluar pada data yang ditampilkan di atas adalah tidak pernah mengalami kekambuhan yaitu sebesar 23,9.
Sedangkan  bagi  pasien  yang  tidak  teratur  minum  obat,  frekuensi kekambuhan  dalam  satu  bulan  terakhir,  didapatkan  hasil  bahwa  9  pasien  8,3
tidak  pernah  mengalami  kekambuhan,  5  pasien  4,6  mengalami  kekambuhan selama  1-7  hari,  13  pasien  11,9  mengalami  kekambuhan  8-14  hari,  3  pasien
2,8  mengalami  kekambuhan  15-21  hari,  dan  12  pasien  11,0  mengalami kekambuhan 21 hari. Dari data frekuensi kekambuhan pasien yang tidak teratur
minum  obat  tersebut,  modus  data  yang  paling  banyak  keluar  pada  data  yang ditampilkan di atas adalah mengalami kekambuhan selama 8-14 hari yaitu sebesar
11,9.
5 10
15 20
25 30
Tidak Pernah 1-7 hari
8-14 hari 15-21 hari
21 hari Teratur
Tidak Teratur
Berikut  ini  adalah  grafik  diagram  batang  dari  frekuensi  kekambuhan pasien skizofrenia dan usia:
Gambar 4. 15 Diagram frekuensi kekambuhan pasien dan usia
Total  data  yang  terkumpul  adalah  sejumlah  109,  dengan  74  pasien  yang kambuh  dan  35  pasien  tidak  kambuh.  Bagi  pasien  yang  berusia  25  tahun,
frekuensi kekambuhan dalam satu bulan terakhir, didapatkan hasil bahwa 8 pasien 23,5  tidak  pernah  mengalami  kekambuhan,  5  pasien  14,7  mengalami
kekambuhan  selama  1-7  hari,  10  pasien  29,4  mengalami  kekambuhan  8-14 hari,  3  pasien  8,8  mengalami  kekambuhan  15-21  hari,  dan  8  pasien  23,5
mengalami  kekambuhan  21  hari.  Dari  data  frekuensi  kekambuhan  pasien  yang berusia  25  tahun  tersebut,  modus  data  yang  paling  banyak  keluar  pada  data
yang ditampilkan di atas adalah 8-14 hari yaitu sebesar 29,4. Sedangkan  bagi  pasien  yang  berusia
≥25  tahun,  frekuensi  kekambuhan dalam satu bulan terakhir, didapatkan hasil bahwa 27 pasien 36,0 tidak pernah
mengalami  kekambuhan,  10  pasien  13,3  mengalami  kekambuhan  selama  1-7 hari,  17  pasien  22,7  mengalami  kekambuhan  8-14  hari,  2  pasien  2,7
mengalami  kekambuhan  15-21  hari,  dan  19  pasien  25,3  mengalami kekambuhan 21 hari. Dari data  frekuensi  kekambuhan pasien  yang
berusia ≥25 tahun  tersebut,  modus  data  yang  paling  banyak  keluar  pada  data  yang
ditampilkan  di  atas  adalah  tidak  pernah  mengalami  kekambuhan  yaitu  sebesar 77,1.
5 10
15 20
25 30
Tidak Pernah 1-7 hari
8-14 hari 15-21 hari
21 hari 25 tahun
≥ 25 tahun
Berikut  ini  adalah  grafik  diagram  batang  dari  frekuensi  kekambuhan pasien skizofrenia dan peran keluarga:
Gambar 4. 16 Diagram frekuensi kekambuhan pasien dan peran keluarga
Total  data  yang  terkumpul  adalah  sejumlah  109,  dengan  74  pasien  yang kambuh  dan  35  pasien  tidak  kambuh.  Bagi  keluarga  yang  berperan,  frekuensi
kekambuhan pasien dalam satu bulan terakhir, didapatkan hasil bahwa 27 pasien 29,3  tidak  pernah  mengalami  kekambuhan,  13  pasien  14,1  mengalami
kekambuhan  selama  1-7  hari,  25  pasien  27,2  mengalami  kekambuhan  8-14 hari, 4 pasien 4,3 mengalami kekambuhan 15-21 hari, dan 23 pasien 25,0
mengalami  kekambuhan  21  hari.  Dari  data  frekuensi  kekambuhan  tersebut, modus data yang paling banyak keluar pada data yang ditampilkan di atas adalah
tidak pernah mengalami kekambuhan yaitu sebesar 29,3. Sedangkan  bagi  keluarga  yang  tidak  berperan,  frekuensi  kekambuhan
pasien dalam satu  bulan terakhir, didapatkan hasil  bahwa  8 pasien  47,1 tidak pernah  mengalami  kekambuhan,  2  pasien  11,8  mengalami  kekambuhan
selama  1-7  hari,  2  pasien  11,8  mengalami  kekambuhan  8-14  hari,  1  pasien 5,9  mengalami  kekambuhan  15-21  hari,  dan  4  pasien  23,5  mengalami
kekambuhan  21  hari.  Dari  data  frekuensi  kekambuhan  tersebut,  modus  data yang  paling  banyak  keluar  pada  data  yang  ditampilkan  di  atas  adalah  tidak
pernah mengalami kekambuhan yaitu sebesar 47,1.
5 10
15 20
25 30
Tidak Pernah 1-7 hari
8-14 hari 15-21 hari
21 hari Berperan
Tidak Berperan
4.2 Pembahasan