Pembelajaran Matematika Desain dan Prosedur Penelitian

82 Endang Setia Permana, 2014 IDENTIFIKASI DAN ASESMEN HAMBATAN BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS VII DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF SMP BPPI BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pembelajaran Matematika

Abdurrahman menjelaskan bahwa banyak hal yang menjadi alasan mengapa peserta didik perlu mempelajari matematika, seperti yang dikemukakan oleh Cornelis 1982:38 dalam Abdurrahman , bahwa terdapat lima alasan mengapa kita perlu belajar matematikia, yaitu ; 1. matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis; 2. matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari; 3. matematika merupakan sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman; 4. matematika merupakan sarana untuk mengembangkan kreatifitas; 5.matematika merupakan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Sedangkan menurut Cockroft 1982:1-5 bahwa matematika perlu diajarkan kepada peserta didik karena ; 1. matematika selalu digunakan dlam segi kehidupan; 2. semua mata pelajaran memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; 3. matematika merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; 4. matematika dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5. matematika meningkatkan kemampuan berpikir logis ,ketelitian , dan kesadaran keruangan; 6. matematika memberikan kepuasan terhadap memacahkan masalah yang menantang. Materi matematika pada kurikulum menempatkan kompetensi-kompetensi yang dirancang dalam spriral kurikulum, atau dengan kata lain pembelajaran 83 Endang Setia Permana, 2014 IDENTIFIKASI DAN ASESMEN HAMBATAN BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS VII DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF SMP BPPI BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu matematika secara bertahap akan bertambah tingkat kompleksitasnya dan tingkat kedalamannya. Menurut Purwoto 1998:14, ”Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil ”. Sesuai dengan Standar Isi pada Kurikulum 2006 jenjang SMP maka mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu beru Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SMP meliputi aspek- aspek : Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran, Statistika dan Peluang. Menurut Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh peserta didik, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung berupa fakta, skills, konsep dan prosedur. Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti lambang bilangan, sudut, dan notasi-notasi matematika lainnya. Skills berupa kemampuan memberikan jawaban dengan tepat dan cepat. Konsep adalah ide abstraks yang memungkinkan kita dapat objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Prosedure adalah objek yang paling abstrak yang berupa sifat atau teorema. Sedangkan objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika , dan tahu bagaimana semestinya belajar. 84 Endang Setia Permana, 2014 IDENTIFIKASI DAN ASESMEN HAMBATAN BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS VII DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF SMP BPPI BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tujuan dari mata pelajaran matematika diajarkan pada peserta didik agar mereka memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 3. Pendidikan Inklusif Dalam memahami pendidikan inklusif maka sebaiknya kita memaknai pendidikan dalam arti luas , hal ini sebagaimana ditulis Alimin dalam blognya “ Ilmu pendidikan berpendirian bahwa semua anak memiliki perbedaan dalam perkembangan yang dialami, kemampuan yang dimiliki, dan hambatan yang dihadapi. Akan tetapi ilmu pendidikan juga berpendirian bahwa meskipun setiap anak mempunyai perpedaan- 85 Endang Setia Permana, 2014 IDENTIFIKASI DAN ASESMEN HAMBATAN BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS VII DI SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF SMP BPPI BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu perbedaan, mereka tetap sama yaitu sebagai seorang anak. Oleh karena itu jika kita berhadapan dengan seorang arang anak, yang pertama harus dilihat, ia adalah seorang anak, bukan label kesulitannya semata-mata yang dilihat. Dengan kata lain pendidikan melihat anak dari sudut pandang yang positif, dan selalu melihat adanya harapan bahwa anak akan dapat berkembang sec ara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya”. http:www.z-alimin.blogspot.com Hadirnya pendidikan inklusif pada pembelajaran matematika di sekolah umum akan memberi nuansa pada kepekaan guru matematika dalam membangun nilai inklusivitas, yang mampu memahami keberagaman peserta didik dalam belajar matematika. Kepekaannya tersebut akan mendorong dirinya dalam mencarikan solusi jika bertemu dengan kondisi munculnya hambatan belajar matematika pada peserta didik.

4. Hambatan Belajar Matematika