Pengaruh Penggunaan Tingkat Intensitas Cahaya Lampu Bawah Air terhadap Hasil Tangkapan Ikan Hias Laut dengan Alat Tangkap Bagan Rakit di Perairan Citeureup, Pandeglang, Jawa Barat

\'It''.

i ;

AS CAHAYA LAMPtb
GARUH PENGGUNAAN TINGKAT INTE
BAWAH AIR TERHADAP HASIL TAMGKAPAN IKAN HIAS LAUT
DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN RAKlT
Dl PERAIR AN CITEUREUP, PANIIEGLANG, J AWA BAR AT

Oleh :
T A R M I Z I
C 25.1173

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana

PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS


PERIKANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1993

Judu 1 Skripsi

:

Pengaruh Penggunaan Tingkat Intensitas
Cahaya Lampu Bawah Air Terhadap Hasil
Tangkapan Ikan Hias Laut Dengan Alat
Tangkap
Bagan Rakit
Di
Perairan
Citeureup, Pandeglang, Jawa Barat

Nama Mahasiswa


:

T A R M I Z I

NRP

:

C 25.1173

Program Studi

:

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Menyetujui :
I.

Komisi Pembimbing


/'

Ir.

Totok Hestirianoto, M.Sc.

Ketua

Anggota

r. Ir. Kadarwan Soewardi
Ketua Program Studi PSP
Tanggal Ujian

: 11 Agustus 1993

Pembantu Dekan I

TARMIZI (C 25. 1173). PENGARUH PENGGUNAAN TINGKAT INTENSITAS CAHAYA LAMPU BAWAH AIR TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN
HIAS LAUT DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN RAKIT DI PERAIRAN

CITEUREUP, PANDEGLANG, JAWA BARAT. DIBAWAH BIMBINGAN
TOTOK HESTIRIANOTO DAN SULAEMAN MARTASUGANDA.

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, mulai dari
bulan September sampai Oktober 1992 di perairan Citeureup,
Pandeglang, Jawa Barat.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan uji coba bagan
rakit dengan menggunakan alat bantu lampu bawah air sebagai alat tangkap ikan hias dan menentukan kedalaman beberapa jenis ikan hias di perairan terumbu karang dengan
melihat ketertarikannya pada besarnya intensitas cahaya
yang digunakan.
Metode yang digunakan adalah "Experimental Fishing"
dimana perbedaan intensitas cahaya dianggap sebagai perlakuan yang diteliti pengaruhnya.
Bagan rakit yang termasuk jenis Lift Net, disainnya
menyerupai alat tangkap bagan umumnya, menggunakan bahan
utama berupa bambu dengan bentuk bangun limas dan bentuk
dasar bujur sangkar berukuran 5 x 5 m2 dan tinggi kerucut
7 m

.


Jaring yang digunakan sejenis Polietilen (PE) mesh

size 2 mm dengan panjang dan lebarnya masing-masing 4 m
(sesuai dengan panjang dan lebar kerangkanya) dan dalam
lengkungan jaring 2 m.

Bagan ini dilengkapi penggulung

tali jaring yang terbuat dari bambu dengan diameter

15 cm

dan takle yang berguna untuk membantu menaik dan menurunkan jaring, untuk mempertahankan posisi bagan di suatu
perairan maka bagan tersebut dilengkapi pula dengan

2

buah

jangkar berkait 4 mata serta 4 buah tali arus dengan pemberat batu pada masing-masing tali seberat 10 kg.

Bagan rakit dilihat dari segi pembuatannya relatif
lebih mudah dan praktis tidak memerlukan alat-alat berat
dan canggih, biaya pembuatannya dapat dikatakan relatif
murah, pengoperasiannya tidak begitu sulit, tidak merusak
terumbu karang dan hasil tangkapannya masih dalam keadaan
hidup, tidak cacat/stress.
Pada penelitian ini digunakan lampu bawah air yang
bersumber dari tenaga listrik (generator) yang penetrasi
cahayanya dapat terbias secara sempurna, mudah dioperasikan, efektif dan efisien dipandang dari segi waktu, penempatannya dapat diatur sesuai kebutuhan dan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan ikan relatif lebih cepat

.

(Ayodhyoa, 1984)

Kelemahan alat tangkap bagan rakit adalah pengoperasiannya yang mengandalkan cahaya sebagai pemikat, sehingga
hanya dapat dilakukan pada saat gelap bulan.
Citeureup hanya mampu bertahan sekitar 3

Di perairan


-

4 bulan di

perairan.
Kelemahan dari penggunaan lampu bawah air ini adalah
investasi yang besar, seperti halnya struktur lampu yang
kedap air menyebabkan harga lampu lebih mahal. Sumber

tenaga listrik diperlukan untuk mengaktifkan lampu sehingga kapal yang digunakan harus bermesin listrik atau menggunakan generator.
Besarnya kuat cahaya yang digunakan sebagai perlakuan
adalah 3360, 1440,1200,840 dan 480 lux yang diperoleh dari
lampu bawah air yang diberi penutup fibreglass sebanyak
0,5,10,15 dan 20 lembar yang diukur pada jarak 1 meter.

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa koefisien hambat
jenis air ( 6 ) sebesar 0,014.
Hasil tangkapan secara keseluruhan (total catch) dari
35 kali ulangan selama gelap bulan berjumlah 471 ekor de-


ngan komposisi 44 ekor ikan hias yang menjadi hasil tangkapan utama dan 427 ekor ikan hasil tangkapan sampingan.
Dari semua ikan hias tersebut 19 ekor didapat dengan
intensitas 3360 lux, 10 ekor didapat dengan intensitas
1440 lux, 6 ekor didapat dengan intensitas 1200 lux, 5

ekor didapat dengan 840 lux dan 4 ekor didapat dari
intensitas 480 lux.
Jenis ikan hias yang tertangkap sebanyak 11 jenis,
seperti: Betok belubur (Abudefduf oxyodon), Butana kasur
(Acanthurus achilles), Piso-piso (Aeoliscus strigatus),
Triger matahari (Balistapus aculeatus), Bulusan (Chaetoderma pinicigeral), Kepe-kepe kalung (Chaetodon lineolatus), Kepe-kepe Roti (Chaetodon melanotus), Buntal duren

(Diodon hystrix), Keling ban lima (Hemiqymnus fasciatus

),

Tangkur kuda (Hyppocampus hystrix), Sembilng karang
(Piotosus lineatus).
Dari keseluruhan hasil tangkapan yang diperoleh dapat
dikatakan bahwa bagan rakit dapat dijadikan sebagai alat

tangkap ikan hias karena mutu hasil tangkapannya masih
dalam keadaan hidup dan tidak cacat, namun jika dilihat
dari segi kuantitas masih belum memadai sehingga perlu
dilakukan penyempurnaan metode penangkapannya, misalnya
dengan penggunaan warna cahaya untuk menarik perhatian
ikan karang.
Dari hasil perhitungan jarak tempuh pembiasan cahaya
dalam air dengan nilai 13 = 0.014 ditambah dengan kedalaman
lampu dan hasil tangkapan ikan hias

dapat diduga bahwa

Piso-piso (Aeoliscus strigatus), Bulusan (Chaetoderma
piniciqeral), Kepe-kepe kalung (Chaetodon lineolatus) dan
Buntal duren (Diodon hystrix) memiliki kedalaman renang
antara 15.8 sampai 21.0 meter,

Jenis Tangkur kuda

(Hyppocampus hystrix) memiliki kedalaman renang antara

23.7

sampai 27.8 meter, untuk jenis Betok belubur

(Abudefduf oxyodon), Butana Kasur (Acanthurus achilles)
dan Keling ban lima (Hemigymnus fasciatus) memiliki
kedalaman renang antara 27.8 sampai 30.3 meter dan untuk
jenis Triger matahari (Balistapus aculeatus) , Kepe-kepe
roti (Chaetodon melanotus), Sembilang karang (Piotosius
lineatus) memiliki kedalaman renang 30.3 sampai 32.6
meter.

KATA PENGANTAR

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pemanfaatan
Sumber Daya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil peneli-


tian di lapang dan studi literatur mengenai Pengaruh Penggunaan Tingkat Intensitas Cahaya Lampu Bawah Air Terhadap
Hasil Tangkapan Ikan Hias Laut Dengan Alat Tangkap Bagan
~ a k i tDi Perairan citeureup, Pandeglang, Jawa Barat.
Pada Kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
(1) Ir. Edi Muljadi Amin selaku Kepala Sub Balai

Penelitian Perikanan Laut beserta seluruh staf
yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian;
(2)

Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc. dan Sulaeman
Martasuganda, M.Sc.

(3)

selaku Dosen Pembimbing;

Ayah, Umi dan Adik-adikku serta Nenek tersayang
yang tak pernah putus berdoa dan memberikan
dorongan serta semangat kepada penulis;

(4) Keluarga Bapak H. Masrik dan keluarga Bapak

Komaruddin yang telah membantu dan menyediakan
fasilitas tempat tinggal selama penulis melakukan penelitian;

(5) Teman-teman PSP '25 yang selalu bersama dalam

suka dan duka, Khususnya Luluk teman senasib
selama penelitian dan warga nWisma-nganN
(Anthon, Marindro, Dedi, Asep, Dwi jo, Edi,
Azbas, Refdi dan Safrior) atas suasana kekeluargaan dan kritiknya;
(6) Elfa, Chaerudin, Suryawan atas suasana ke-

akraban dan kebersamaan;
(7) Sohib Iik Alhikmat beserta keluarga yang telah

membantu dan menyediakan fasilitas dalam penyusunan skripsi ini;
(8) Semua pihak yang telah membantu baik secara

langsung ataupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat penulis harapkan dan semoga tulisan
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bogor, A ~ U S ~ U1993
S

Penulis

\'It''.

i ;

AS CAHAYA LAMPtb
GARUH PENGGUNAAN TINGKAT INTE
BAWAH AIR TERHADAP HASIL TAMGKAPAN IKAN HIAS LAUT
DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN RAKlT
Dl PERAIR AN CITEUREUP, PANIIEGLANG, J AWA BAR AT

Oleh :
T A R M I Z I
C 25.1173

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana

PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS

PERIKANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1993

Judu 1 Skripsi

:

Pengaruh Penggunaan Tingkat Intensitas
Cahaya Lampu Bawah Air Terhadap Hasil
Tangkapan Ikan Hias Laut Dengan Alat
Tangkap
Bagan Rakit
Di
Perairan
Citeureup, Pandeglang, Jawa Barat

Nama Mahasiswa

:

T A R M I Z I

NRP

:

C 25.1173

Program Studi

:

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Menyetujui :
I.

Komisi Pembimbing

/'

Ir.

Totok Hestirianoto, M.Sc.

Ketua

Anggota

r. Ir. Kadarwan Soewardi
Ketua Program Studi PSP
Tanggal Ujian

: 11 Agustus 1993

Pembantu Dekan I

TARMIZI (C 25. 1173). PENGARUH PENGGUNAAN TINGKAT INTENSITAS CAHAYA LAMPU BAWAH AIR TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN
HIAS LAUT DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN RAKIT DI PERAIRAN
CITEUREUP, PANDEGLANG, JAWA BARAT. DIBAWAH BIMBINGAN
TOTOK HESTIRIANOTO DAN SULAEMAN MARTASUGANDA.

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, mulai dari
bulan September sampai Oktober 1992 di perairan Citeureup,
Pandeglang, Jawa Barat.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan uji coba bagan
rakit dengan menggunakan alat bantu lampu bawah air sebagai alat tangkap ikan hias dan menentukan kedalaman beberapa jenis ikan hias di perairan terumbu karang dengan
melihat ketertarikannya pada besarnya intensitas cahaya
yang digunakan.
Metode yang digunakan adalah "Experimental Fishing"
dimana perbedaan intensitas cahaya dianggap sebagai perlakuan yang diteliti pengaruhnya.
Bagan rakit yang termasuk jenis Lift Net, disainnya
menyerupai alat tangkap bagan umumnya, menggunakan bahan
utama berupa bambu dengan bentuk bangun limas dan bentuk
dasar bujur sangkar berukuran 5 x 5 m2 dan tinggi kerucut
7 m

.

Jaring yang digunakan sejenis Polietilen (PE) mesh

size 2 mm dengan panjang dan lebarnya masing-masing 4 m
(sesuai dengan panjang dan lebar kerangkanya) dan dalam
lengkungan jaring 2 m.

Bagan ini dilengkapi penggulung

tali jaring yang terbuat dari bambu dengan diameter

15 cm

dan takle yang berguna untuk membantu menaik dan menurunkan jaring, untuk mempertahankan posisi bagan di suatu
perairan maka bagan tersebut dilengkapi pula dengan

2

buah

jangkar berkait 4 mata serta 4 buah tali arus dengan pemberat batu pada masing-masing tali seberat 10 kg.
Bagan rakit dilihat dari segi pembuatannya relatif
lebih mudah dan praktis tidak memerlukan alat-alat berat
dan canggih, biaya pembuatannya dapat dikatakan relatif
murah, pengoperasiannya tidak begitu sulit, tidak merusak
terumbu karang dan hasil tangkapannya masih dalam keadaan
hidup, tidak cacat/stress.
Pada penelitian ini digunakan lampu bawah air yang
bersumber dari tenaga listrik (generator) yang penetrasi
cahayanya dapat terbias secara sempurna, mudah dioperasikan, efektif dan efisien dipandang dari segi waktu, penempatannya dapat diatur sesuai kebutuhan dan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan ikan relatif lebih cepat

.

(Ayodhyoa, 1984)

Kelemahan alat tangkap bagan rakit adalah pengoperasiannya yang mengandalkan cahaya sebagai pemikat, sehingga
hanya dapat dilakukan pada saat gelap bulan.
Citeureup hanya mampu bertahan sekitar 3

Di perairan

-

4 bulan di

perairan.
Kelemahan dari penggunaan lampu bawah air ini adalah
investasi yang besar, seperti halnya struktur lampu yang
kedap air menyebabkan harga lampu lebih mahal. Sumber

tenaga listrik diperlukan untuk mengaktifkan lampu sehingga kapal yang digunakan harus bermesin listrik atau menggunakan generator.
Besarnya kuat cahaya yang digunakan sebagai perlakuan
adalah 3360, 1440,1200,840 dan 480 lux yang diperoleh dari
lampu bawah air yang diberi penutup fibreglass sebanyak
0,5,10,15 dan 20 lembar yang diukur pada jarak 1 meter.

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa koefisien hambat
jenis air ( 6 ) sebesar 0,014.
Hasil tangkapan secara keseluruhan (total catch) dari
35 kali ulangan selama gelap bulan berjumlah 471 ekor de-

ngan komposisi 44 ekor ikan hias yang menjadi hasil tangkapan utama dan 427 ekor ikan hasil tangkapan sampingan.
Dari semua ikan hias tersebut 19 ekor didapat dengan
intensitas 3360 lux, 10 ekor didapat dengan intensitas
1440 lux, 6 ekor didapat dengan intensitas 1200 lux, 5

ekor didapat dengan 840 lux dan 4 ekor didapat dari
intensitas 480 lux.
Jenis ikan hias yang tertangkap sebanyak 11 jenis,
seperti: Betok belubur (Abudefduf oxyodon), Butana kasur
(Acanthurus achilles), Piso-piso (Aeoliscus strigatus),
Triger matahari (Balistapus aculeatus), Bulusan (Chaetoderma pinicigeral), Kepe-kepe kalung (Chaetodon lineolatus), Kepe-kepe Roti (Chaetodon melanotus), Buntal duren

(Diodon hystrix), Keling ban lima (Hemiqymnus fasciatus

),

Tangkur kuda (Hyppocampus hystrix), Sembilng karang
(Piotosus lineatus).
Dari keseluruhan hasil tangkapan yang diperoleh dapat
dikatakan bahwa bagan rakit dapat dijadikan sebagai alat
tangkap ikan hias karena mutu hasil tangkapannya masih
dalam keadaan hidup dan tidak cacat, namun jika dilihat
dari segi kuantitas masih belum memadai sehingga perlu
dilakukan penyempurnaan metode penangkapannya, misalnya
dengan penggunaan warna cahaya untuk menarik perhatian
ikan karang.
Dari hasil perhitungan jarak tempuh pembiasan cahaya
dalam air dengan nilai 13 = 0.014 ditambah dengan kedalaman
lampu dan hasil tangkapan ikan hias

dapat diduga bahwa

Piso-piso (Aeoliscus strigatus), Bulusan (Chaetoderma
piniciqeral), Kepe-kepe kalung (Chaetodon lineolatus) dan
Buntal duren (Diodon hystrix) memiliki kedalaman renang
antara 15.8 sampai 21.0 meter,

Jenis Tangkur kuda

(Hyppocampus hystrix) memiliki kedalaman renang antara
23.7

sampai 27.8 meter, untuk jenis Betok belubur

(Abudefduf oxyodon), Butana Kasur (Acanthurus achilles)
dan Keling ban lima (Hemigymnus fasciatus) memiliki
kedalaman renang antara 27.8 sampai 30.3 meter dan untuk
jenis Triger matahari (Balistapus aculeatus) , Kepe-kepe
roti (Chaetodon melanotus), Sembilang karang (Piotosius
lineatus) memiliki kedalaman renang 30.3 sampai 32.6
meter.

KATA PENGANTAR

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pemanfaatan
Sumber Daya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil peneli-

tian di lapang dan studi literatur mengenai Pengaruh Penggunaan Tingkat Intensitas Cahaya Lampu Bawah Air Terhadap
Hasil Tangkapan Ikan Hias Laut Dengan Alat Tangkap Bagan
~ a k i tDi Perairan citeureup, Pandeglang, Jawa Barat.
Pada Kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
(1) Ir. Edi Muljadi Amin selaku Kepala Sub Balai

Penelitian Perikanan Laut beserta seluruh staf
yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian;
(2)

Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc. dan Sulaeman
Martasuganda, M.Sc.

(3)

selaku Dosen Pembimbing;

Ayah, Umi dan Adik-adikku serta Nenek tersayang
yang tak pernah putus berdoa dan memberikan
dorongan serta semangat kepada penulis;

(4) Keluarga Bapak H. Masrik dan keluarga Bapak

Komaruddin yang telah membantu dan menyediakan
fasilitas tempat tinggal selama penulis melakukan penelitian;

(5) Teman-teman PSP '25 yang selalu bersama dalam

suka dan duka, Khususnya Luluk teman senasib
selama penelitian dan warga nWisma-nganN
(Anthon, Marindro, Dedi, Asep, Dwi jo, Edi,
Azbas, Refdi dan Safrior) atas suasana kekeluargaan dan kritiknya;
(6) Elfa, Chaerudin, Suryawan atas suasana ke-

akraban dan kebersamaan;
(7) Sohib Iik Alhikmat beserta keluarga yang telah

membantu dan menyediakan fasilitas dalam penyusunan skripsi ini;
(8) Semua pihak yang telah membantu baik secara

langsung ataupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat penulis harapkan dan semoga tulisan
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bogor, A ~ U S ~ U1993
S

Penulis