Studi Pembiakan Vegetatif pada Agathis loranthifolia R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA Agathis loranthifolia
R.A. Salisbury MELALUI STEK PUCUK

RINALDO
E14202064

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA Agathis loranthifolia
R.A. Salisbury MELALUI STEK PUCUK

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

RINALDO
E14202064


PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

Rinaldo, E14202064. Studi Pembiakan Vegetatif pada Agathis loranthifolia R.A. Salisbury Melalui Stek
Pucuk. Dibawah bimbingan Ir. Andi Sukendro, M.Si
RINGKASAN
Agathis loranthifolia salisb. dengan nama perdagangan damar atau Agathis merupakan salah
satu jenis pohon yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Agathis memiliki banyak kegunaan
baik dari kayunya maupun dari kopal atau getah yang dihasilkannya. Melihat banyaknya manfaat dari
pohon Agathis, seiring semakin kompleksnya kebutuhan manusia, bukan tidak mungkin untuk ke
depannya permintaan akan kayu dan kopal Agathis akan semakin meningkat juga. Untuk itu, penanaman
pohon jenis Agathis dalam pembangunan hutan tanaman harus dijadikan sebagai salah satu prioritas.
Dalam pembangunan hutan tanaman untuk jenis Agathis dibutuhkan bahan tanaman yang
berkualitas dengan kuantitas yang memadai. Selama ini penggunaan benih sebagai bahan tanaman
merupakan cara yang lebih sering dilakukan untuk mendapatkan tanaman Agathis. Dengan kata lain,
perbanyakan tanaman Agathis lebih banyak dilakukan secara generatif. Dengan mengandalkan
perbanyakan tanaman Agathis hanya dengan pembiakan generatif, maka kuantitas dan kualitas tanaman

yang diinginkan pada waktu yang dibutuhkan akan sulit dicapai. Hal ini dikarenakan jenis Agathis baru
bisa memproduksi benih pada umur 25 tahun. Selain itu periode berbuah dari jenis ini hanya dua kali
dalam setahun yaitu periode Februari-April dan periode Agustus-Oktober. Buah yang dihasilkan pun
tidak menentu jumlahnya.
Selain faktor produksi benih dan periodenya, faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah
faktor genetik. Genetik tanaman yang dihasilkan dari benih masih dipertanyakan kualitasnya, karena bisa
saja genetik tanaman hasil dari benih tidak sama dengan pohon induknya. Menurut Direktorat Perbenihan
Tanaman Hutan (2001), penyerbukan untuk pembuahan jenis ini dilakukan dengan perantara angin. Jadi
polen (sel jantan) yang membuahi sel telur pohon induk tidak diketahui genetiknya. Akibatnya, keturunan
yang dihasilkan dari pohon induk juga tidak diketahui kesamaan sifat dan penampakan dengan pohon
induknya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pembiakan vegetatif melalui stek pucuk merupakan salah
satu alternatif pemecahan masalah. Dengan stek pucuk, maka akan dihasilkan anakan yang merupakan
duplikasi dari pohon induk. Apabila pohon induk memiliki keunggulan dari sifat-sifatnya seperti dalam
hal produksi getah dan dalam bentuk batang, maka anakan yang dihasilkan melalui stek pucuk juga akan
akan memiliki keunggulan serupa. Selain itu, metode pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dapat
menghasilkan anakan Agathis dalam jumlah besar dan dengan sifat serta penampakan yang lebih
seragam. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mencari alternatif perbanyakan tanaman Agathis
dengan pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dan mengetahui keberhasilan pembiakan vegetatif melaui
stek pucuk pada Agathis dengan perlakuan jenis media dan zat pengatur tumbuh yang digunakan.

Penelitian ini dilaksanakan di Persemaian Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor selama lebih kurang empat bulan, mulai dari September 2006 sampai dengan Januari
2007. Bahan yang digunakan adalah pucuk Agathis loranthifolia Salisb. yang bersifat dorman, arang
sekam, pasir, tanah, fungisida jenis Dithane M 45, Aquades dan Zat Pengatur Tumbuh IBA (Indole
Butyric Acid). Alat yang digunakan meliputi gunting stek, cutter, kantong plastik, polybag, ayakan, seng,
alat penyiram, ember, handsprayer, gelas ukur, termometer maksimum minimum, kalkulator, kamera dan
alat tulis.
Metode penelitian meliputi, Rancangan percobaan, rancangan percobaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 4 x 4 dengan 3 ulangan yang masingmasing kombinasi perlakuan terdapat 10 stek. Jadi secara keseluruhan terdapat 480 stek. Selanjutnya
untuk pelaksanaan penelitian dimulai dengan penyiapan rumah stek, penyiapan media perakaran,
penyiapan Zat Pengatur Tumbuh, pengambilan, pengepakan dan transportasi bahan stek, penyiapan bahan
stek, pemberian Zat Pengatur Tumbuh, penanaman stek, pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan
data. Adapun parameter yang diamati dan diukur pada penelitian ini adalah persentase stek hidup,
persentase stek berkalus dan persentase stek berakar. Untuk data tentang kualitas akar (jumlah dan
panjang akar primer), tidak dilakukan uji sidik ragam karena persen berakar stek yang kecil, dan ada
beberapa perlakuan yang tidak mempunyai akar, dengan kata lain persen berakarnya 0 %.
Dari hasil analisis data dengan menggunakan program aplikasi komputer SAS Release version
6.12 menunjukkan bahwa faktor tunggal konsentrasi ZPT IBA pada parameter Persen Hidup Stek dan
Persen Berkalus Stek mempunyai pengaruh yang nyata. Sedangkan untuk faktor tunggal jenis media
perakaran serta interaksi antara faktor jenis media dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA

menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata pada ketiga parameter yang diukur. Untuk mengetahui

perlakuan terbaik pada faktor Zat Pengatur Tumbuh terhadap parameter persen hidup dan persen berkalus
stek, dilakukan uji lanjut (Uji Duncan). Hasil dari Uji Duncan menunjukkan konsentrasi ZPT IBA 500
ppm memberikan rata-rata persentase hidup dan persentase berkalus stek tertinggi yaitu sebesar 76,67 %
dan 43,33 %. Tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm (kontrol) yaitu sebesar
70,83 % untuk persen hidup dan 42,50 % untuk persen berkalus stek. Konsentrasi 500 ppm dan 0 ppm
(kontrol) berbeda nyata dengan konsentrasi 1000 ppm yang mempunyai persen hidup stek 50,00 % dan
persen berkalus stek 27,50 %. Konsentrasi 1000 ppm juga berbeda nyata dengan konsentrasi 1500 ppm
yang mempunyai persen hidup 30,00 % dan persen berkalus stek 9,17 %.
Walaupun interaksi jenis media perakaran dan konsentrasi ZPT IBA tidak berpengaruh nyata
terhadap ketiga parameter yang diukur, persentase hidup tertinggi berdasarkan kombinasi perlakuan
terdapat pada perlakuan A1B1 (kombinasi perlakuan media arang sekam dan konsentrasi ZPT IBA 0
ppm) yaitu sebesar 86,67 %, untuk persen hidup terendah diperoleh pada perlakuan A1B4 (kombinasi
perlakuan media arang sekam dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm) dan A2B4 (kombinasi perlakuan
media arang sekam tanah dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm) yaitu sebesar 23,33 %. Sedangkan untuk
persentase berkalus stek tertinggi terdapat pada perlakuan A1B1 (kombinasi perlakuan media arang
sekam dan konsentrasi ZPT IBA 0 ppm) yaitu sebesar 53,33 %. Sedangkan untuk persen berkalus
terendah diperoleh pada perlakuan A2B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam tanah dan konsentrasi
ZPT IBA 1500 ppm), yaitu 3,33 %. Untuk persentase berakar stek tertinggi terdapat pada perlakuan

A3B2 (kombinasi perlakuan media arang sekam pasir dan konsentrasi ZPT IBA 500 ppm) yaitu sebesar
16,67 % sedangkan untuk persen berakar terendah yaitu dengan nilai 0 %, diperoleh pada perlakuan
A1B4 (kombinasi perlakuan media arang sekam dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm), A2B4 (kombinasi
perlakuan media arang sekam tanah dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm), A3B4 (kombinasi perlakuan
media arang sekam pasir dan konsentrasi ZPT IBA 1500 ppm) dan A4B2 (kombinasi perlakuan media
pasir dan konsentrasi ZPT IBA 500 ppm).
Dari 480 stek yang ditanam pada awal penelitian, stek yang mampu bertahan hidup sampai akhir
penelitian (12 Minggu Setelah Tanam) sebanyak 273 stek (56,88% ), stek yang mengalami kematian
sebanyak 207 stek dengan laju kematian sebesar 17,25 stek per minggu, atau 3,59 % per minggu. Dari
273 stek Agathis yang hidup, terdapat 147 stek (30,63 %) yang berkalus, 27 stek (5,63 %) stek yang
berakar dan sebanyak 99 stek (20,63 %) stek hidup tetapi tidak mempunyai kalus atau akar dari jumlah
keseluruhan stek yang ditanam.
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis pada penelitian ini
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang diduga mempengaruhi keberhasilan stek
pucuk Agathis adalah umur pohon induk dan umur bahan stek, kandungan nutrisi dan ketersediaan air
dalam bahan stek. Faktor eksternal yang diduga mempengaruhi keberhasilan stek pucuk Agathis pada
penelitian ini adalah suhu, intensitas cahaya dan pelaksanaan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa : Pembiakan vegetatif melalui stek
pucuk dapat dijadikan suatu alternatif dalam perbanyakan tanaman Agathis loranthifolia Salisb.
Pemberian ZPT IBA dengan konsentrasi tinggi tidak efektif diberikan karena dapat menghambat

terbentuknya akar pada stek bahkan dapat mempercepat busuknya stek dan kematian pada stek.
Persentase stek berakar pada penelitian ini adalah 5,63 %. Konsentrasi yang optimum untuk stek pucuk
Agathis dari hasil penelitian ini adalah pada selang 0 ppm sampai 1000 ppm. Semua media memberikan
pengaruh yang sama dalam mendukung pertumbuhan stek pucuk Agathis. Interaksi antara perlakuan
perbedaan jenis media perakaran dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA memberikan pengaruh yang
tidak nyata terhadap keberhasilan stek pucuk Agathis.

Judul Penelitian

: Studi Pembiakan Vegetatif pada Agathis loranthifolia
R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk

Nama

: Rinaldo

Nomor Pokok

: E14202064


Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Andi Sukendro, M.Si
NIP. 131 671 607

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP. 131 430 799

Tanggal Lulus : 7 Februari 2007

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 16
September 1984. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Irjoni
dan Asnelli. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai pada tahun 1990
di SD Negeri 15 Belakang Balok, Bukittinggi dan lulus pada tahun 1996. Pendidikan
formal penulis kemudian dilanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bukittinggi, dan lulus pada tahun

1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMU Negeri 2 Bukittinggi dan lulus
pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa program studi
Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi,
diantaranya adalah kepala biro Sosial dan Lingkungan DKM ‘Ibaadurrahmaan 20032004, Staff Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia FMSC 2003-2004,
Penaggung Jawab Pendidikan dan Perpustakaan Asrama Sylvasari 2003-2005, Kepala
Departemen Kemahasiswaan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Kehutanan 2004-2005 dan anggota dari Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang
(IPMM). Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten praktikum pada beberapa mata
kuliah di Fakultas Kehutanan, diantaranya adalah asisten praktikum mata kuliah
Dendrologi semester ganjil 2004/2005 dan 2005/2006, asisten praktikum mata kuliah
Silvikultur semester genap 2005/2006 serta asisten praktikum mata kuliah Pembiakan
Vegetatif Tanaman Hutan semester genap 2005/2006 dan semester ganjil 2006/2007.
Pada semester ganjil 2006/2007 penulis dipercaya oleh Laboratorium Ekologi Hutan,
Fakultas Kehutanan sebagai koordinator praktikum mata kuliah Dendrologi.
Pada tahun 2005 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Hutan di Cagar Alam
dan Taman Wisata Alam Kamojang (Jawa Barat) dan Cagar Alam Leuweung Sancang
(Jawa Barat) serta Praktek Pengelolaan Hutan di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan
Banten, KPH Ciamis (Jawa Barat). Pada tahun 2006, penulis melaksanakan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) IPB gelombang 1 periode Februari-April, di Desa Benteng, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dalam bidang
pembiakan vegetatif tanaman hutan dengan judul : ”Studi Pembiakan Vegetatif pada
Agathis Loranthifolia R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk”, dibawah bimbingan Ir.
Andi Sukendro, M.Si.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa tercurahkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Shalawat beriring salam
semoga tetap terkirimkan kepada Rasulullah junjungan dan suri tauladan kita,
Nabi Muhammad SAW beserta seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah
sampai akhir zaman. Penelitian yang berjudul : ”Studi Pembiakan Vegetatif
pada Agathis Loranthifolia R.A. Salisbury Melalui Stek Pucuk” ini bertujuan
untuk Mencari alternatif perbanyakan tanaman Agathis dengan pembiakan
vegetatif melalui stek pucuk. Penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan suatu
metode dalam perbanyakan tanaman Agathis loranthifolia Salisb. guna
memproduksi bibit yang berkualitas dalam jumlah besar dan dalam waktu yang
relatif singkat.

Penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan informasi yang berguna
tentang perbanyakan pada jenis Agathis loranthifolia Salisb. melalui stek pucuk.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini perlu dikembangkan lagi untuk
kesempurnaannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi perkembangan penelitian selanjutnya. Akhirnya, penulis
berharap karya kecil ini tidak mengurangi hakikat kebenaran ilmiahnya dan
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amien.

Bogor, Februari 2007

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur senantiasa tercurahkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Shalawat beriring salam
semoga tetap terkirimkan kepada Rasulullah junjungan dan suri tauladan kita,
Nabi Muhammad SAW beserta seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah
sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
dan terima kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Mama, Papa dan saudara-saudara penulis tercinta atas segala curahan

kasih sayang yang tulus, do’a beserta dukungan moril maupun materil
yang tidak terhingga.
2. Bapak Ir. Andi Sukendro, M.Si selaku dosen pembimbing atas kesabaran
dan keikhlasan dalam memberikan ilmu, bimbingan dan nasehat kepada
penulis.
3. Bapak Ir. Sucahyo Sadiyo, MS. sebagai dosen penguji dari Departemen
Hasil Hutan dan Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si sebagai dosen penguji dari
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Keluarga Besar Asrama Mahasiswa IPB Sylvasari, khususnya saudarasaudara seperjuangan Angkatan 39 (Agus, Ambar, Asrori, Benu, Dea,
Dian, Edi, Eka, Ferry, Fian, Harra, Hery, Ilyas, Iman, Ikhsan, Khasbi,
Ma’ruf, Ulil, Wilin dan Yoga) atas kebersamaan dan kekeluargaannya.
5. Rekan-rekan Budidaya Hutan Angkatan 39, atas kebersamaan dan
persahabatannya.
6. Beserta semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu
per satu.
Semoga Allah SWT membalas semua amal dan kebaikannya. Amien

Bogor, Februari 2007

Penulis

i

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. v
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................. 3
Hipotesis............................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum tentang Agathis loranthifolia R.A. Salisbury ........... 4
Taksonomi dan Tata nama ............................................................. 4
Deskripsi Botani ............................................................................ 4
Penyebaran dan Habitat ................................................................. 5
Silvikultur ...................................................................................... 5
Kegunaan dan Manfaat .................................................................. 6
Tinjauan Umum Tentang Pembiakan Vegetatif ................................... 6
Definisi dan Macam Pembiakan Vegetatif .................................... 6
Alasan Dilakukannya Pembiakan Vegetatif .................................. 7
Pembiakan Vegetatif Stek .................................................................... 8
Pengertian Stek .............................................................................. 8
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek ............................ 8
Pembentukan Akar pada Stek ........................................................ 12
Media Perakaran pada Stek ........................................................... 13
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 14
Bahan dan Alat..................................................................................... 14
Metode Penelitian ................................................................................ 14
Rancangan Percobaan .................................................................... 14
Penyiapan Rumah Stek .................................................................. 15

ii

Penyiapan Media Perakaran .......................................................... 16
Penyiapan Zat Pengatur Tumbuh................................................... 17
Pengambilan, Pengepakan dan Transportasi Bahan Stek .............. 17
Penyiapan Bahan Stek ................................................................... 17
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh .................................................. 18
Penanaman Stek ............................................................................. 19
Pemeliharaan.................................................................................. 19
Pengamatan .................................................................................... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil..................................................................................................... 21
Pembahasan ......................................................................................... 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................... 39
Saran .................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40
LAMPIRAN ............................................................................................... 43

iii

DAFTAR GAMBAR
Teks

Halaman

Gambar 1. Desain rumah stek ....................................................................

16

Gambar 2. Pemberian ZPT IBA dengan cara perendaman ........................

18

Gambar 3. Kemampuan hidup stek pucuk Agathis sampai 12 MST .........

22

Gambar 4. Persentase hidup rata-rata stek pucuk Agathis
pada masing-masing perlakuan ................................................

24

Gambar 5. Persentase berkalus rata-rata stek pucuk Agathis
pada masing-masing perlakuan ................................................

24

Gambar 6. Persentase berakar rata-rata stek pucuk Agathis
pada masing-masing perlakuan ................................................

26

Gambar 7. Pengukuran suhu harian penelitian stek pucuk Agathis ...........

31

Gambar 8. Pengukuran kelembaban harian penelitian stek pucuk
Agathis ....................................................................................

32

Gambar 9. Stek hidup yang tidak berkalus dan tidak berakar ...................

35

Gambar 10. Stek berkalus ..........................................................................

36

Gambar 11. Stek berakar ............................................................................

36

iv

DAFTAR TABEL
Teks

Halaman

Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jenis media dan konsentrasi
ZPT IBA pada tiga parameter yang diukur ..................................

21

Tabel 2. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi
ZPT IBA terhadap persentase hidup stek pucuk Agathis ............

23

Tabel 3. Hasil Uji Duncan pengaruh konsentrasi ZPT IBA terhadap
persentase hidup stek pucuk Agathis ...........................................

23

Tabel 4. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi
ZPT IBA terhadap persentase berkalus stek pucuk Agathis ........

25

Tabel 5. Hasil Uji Duncan pengaruh konsentrasi ZPT IBA terhadap
persentase berkalus stek pucuk Agathis.......................................

25

Tabel 6. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media dan konsentrasi
ZPT IBA terhadap persentase berakar stek pucuk Agathis .........

26

v

DAFTAR LAMPIRAN
Teks

Halaman

Lampiran 1. Kemampuan Hidup Stek Pucuk Agathis Sampai 12 MST ...

43

Lampiran 2. Jumlah dan Persentase Stek yang Hidup, Berkalus dan
Berakar Pada 12 MST ...........................................................

44

Lampiran 3. Jumlah Total dan Persentase Total Stek Hidup, Berkalus,
Berakar, Tidak Berakar dan Tidak Berkalus serta Mati
12 MST...................................................................................

46

Lampiran 4. Persentase dan data Transformasi Persentase Stek
Berkalus dan berakar .............................................................

48

Lampiran 5. Persentase Hidup, Berkalus dan Berakar Stek
Pada Masing-masing Perlakuan .............................................

50

Lampiran 6. Persentase Berkalus dan Berakar pada
masing-masing Perlakuan ......................................................

52

Lampiran 7. Jumlah Stek Berakar Menurut Perlakuan
Konsentrasi IBA .....................................................................

53

Lampiran 8. Data Stek Berakar, Jumlah Akar Primer dan
Panjang Akar Primer ..............................................................

54

Lampiran 9. Hasil Rekapitulasi Data Sebelum Transformasi ....................

55

Lampiran 10. Hasil Rekapitulasi Data Setelah Transformasi ....................

57

Lampiran 11. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban
Selama 12 Minggu ..............................................................

59

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agathis loranthifolia salisb. dengan nama perdagangan damar atau
Agathis merupakan salah satu jenis pohon yang tersebar di hampir seluruh
wilayah Indonesia. Agathis memiliki banyak kegunaan baik dari kayunya maupun
dari getah yang dihasilkannya. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan korek api, perabot rumah tangga, vinir bermutu baik, kayu lapis, pulp
dan masih banyak lagi. Getah Agathis yang disebut juga dengan kopal, digunakan
sebagai bahan baku untuk industri cat, vernis, spiritus, plastik, bahan sizing,
pelapis tekstil, bahan water proofing, tinta cetak, dan sebagainya. Melihat
banyaknya manfaat dari pohon Agathis, seiring semakin kompleksnya kebutuhan
manusia, bukan tidak mungkin untuk ke depannya permintaan akan kayu dan
kopal Agathis akan semakin meningkat juga. Untuk itu, penanaman pohon jenis
Agathis dalam pembangunan hutan tanaman harus dijadikan sebagai salah satu
prioritas.
Dalam pembangunan hutan tanaman untuk jenis Agathis dibutuhkan bahan
tanaman yang berkualitas dengan kuantitas yang memadai. Selama ini
penggunaan benih sebagai bahan tanaman merupakan cara yang lebih sering
dilakukan untuk mendapatkan tanaman Agathis. Dengan kata lain, perbanyakan
tanaman Agathis lebih banyak dilakukan secara generatif. Dengan mengandalkan
perbanyakan tanaman Agathis hanya dengan pembiakan generatif, maka kuantitas
dan kualitas tanaman yang diinginkan pada waktu yang dibutuhkan akan sulit
dicapai. Hal ini dikarenakan jenis Agathis baru bisa memproduksi benih hidup
pada umur 25 tahun. Selain itu periode berbuah dari jenis ini hanya dua kali dalam
setahun yaitu periode Februari-April dan periode Agustus-Oktober. Buah yang
dihasilkan pun tidak menentu jumlahnya.
Selain faktor produksi benih dan periodenya, faktor lain yang tidak kalah
pentingnya adalah faktor genetik. Genetik tanaman yang dihasilkan dari benih
masih dipertanyakan kualitasnya, karena bisa saja genetik tanaman hasil dari
benih tidak sama dengan pohon induknya. Menurut Direktorat Perbenihan
Tanaman Hutan (2001), penyerbukan untuk pembuahan jenis Agathis dilakukan
dengan perantara angin. Jadi polen (sel jantan) yang membuahi sel telur pohon

2

induk tidak diketahui genetiknya. Akibatnya, keturunan yang dihasilkan dari
pohon induk juga tidak diketahui kesamaan sifat dan penampakan dengan pohon
induknya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pembiakan vegetatif merupakan suatu
alternatif pemecahan masalah dalam perbanyakan tanaman Agathis. Tanaman
dapat dikembangbiakkan secara vegetatif karena di dalam setiap sel tanaman
terdapat informasi genetik yang diperlukan sel untuk dapat tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang lengkap (totipotensi). Selain itu, bagian
vegetatif tanaman juga bersifat dediferensiasi, yaitu kemampuan sel dewasa untuk
kembali ke meristematik dan menghasilkan titik tumbuh baru (Hartmann dan
Kester, 1983).
Praktek pembiakan vegetatif telah banyak dilakukan di Indonesia. Secara
umum ada dua metode dalam pembiakan vegetatif. Metode yang pertama adalah
stimulasi pembentukan tunas atau akar adventif, contohnya stek, cangkok dan
kultur jaringan. Sedangkan metode yang lainnya adalah penggabungan bagianbagian vegetatif tanaman, contohnya sambungan (grafting) dan tempelan
(okulasi).
Salah satu metode pembiakan vegetatif yang sering dilakukan adalah
metode stek. Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian dari tanaman yang
dijadikan bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek daun, stek
umbi dan sebagainya. Pembiakan vegetatif dengan stek memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif. Di samping dapat
menghasilkan bibit dalam jumlah besar dengan sifat dan penampakan yang lebih
seragam, pembiakan vegetatif dengan stek juga akan menghasilkan tanaman yang
sifat dan penampakannya serupa dengan induknya. Selain itu, metode ini tidak
dibatasi oleh waktu, yang berarti pembiakan vegetatif melaui stek dapat dilakukan
kapan saja.
Khusus untuk tanaman Agathis, pembiakan vegetatif melalui stek pucuk
dapat menghasilkan anakan yang merupakan duplikasi dari pohon induk. Apabila
pohon induk memiliki keunggulan dari sifat-sifatnya seperti dalam hal produksi
getah dan dalam bentuk batang, maka anakan yang dihasilkan melalui stek pucuk
juga akan akan memiliki keunggulan serupa.

3

Dengan penggunaan metode pembiakan vegetatif melalui stek pucuk
sebagai alternatif perbanyakan tanaman pada tanaman Agathis loranthifolia
Salisb., diharapkan kebutuhan akan tanaman Agathis yang berkualitas dan jumlah
yang mencukupi dalam rangka pembangunan hutan tanaman dapat terpenuhi
dalam waktu yang cepat.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mencari alternatif perbanyakan tanaman Agathis dengan pembiakan vegetatif
melalui stek pucuk.
2. Mengetahui keberhasilan pembiakan vegetatif melaui stek pucuk pada Agathis
dengan perlakuan jenis media dan zat pengatur tumbuh yang digunakan.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Konsentrasi ZPT pada dosis yang tepat akan berpengaruh pada keberhasilan
pembiakan vegetatif Agathis loranthifolia Salisb. melalui stek pucuk
2. Interaksi Konsentrasi ZPT dengan media perakaran pada stek akan
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan stek
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu metode dalam
perbanyakan tanaman Agathis loranthifolia Salisb. guna memproduksi bibit yang
berkualitas dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum tentang Agathis loranthifolia R.A. Salisbury
Taksonomi dan Tata nama
Agathis loranthifolia R.A. Salisbury atau Agathis loranthifolia Salisb.
termasuk kedalam famili Araucariaceae yang merupakan satu-satunya keluarga
dari suku Araucariales (Whitmore, 1977). Di Indonesia jenis ini mempunyai nama
lokal damar atau Agathis, sedangkan untuk Philipina sering disebut dengan
Dayungon, Kauri untuk negara Inggris dan Kauri pine untuk nama lokal di Papua
New Guinea (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2001). Nama dagang dari
jenis ini adalah Damar minyak.
Berikut tata nama dari jenis Agathis loranthifolia salisb. :
Klasifikasi
Divisi

:

Spermatophyta

Sub Divisi

:

Angiospermae

Kelas

:

Dicotyledoneae

Bangsa

:

Araucariales

Famili

:

Araucariaceae

Genus

:

Agathis

Jenis

:

Agathis loranthifolia Salisb.

Menurut Burger (1972), Agathis loranthifolia Salisb., Agathis dammara
(lamb.) dan Agathis alba Foxw. adalah sinonim.
Deskripsi Botani
Agathis loranthifolia Salisb. dapat mencapai tinggi 55 m dengan panjang
batang bebas cabang 12-25 m, diameter dapat mencapai 150 cm atau lebih serta
bentuk batang silindris dan lurus. Tajuk berbentuk kerucut dan hijau dengan
percabangan mendatar dan melingkari batang. Kulit luar berwarna kelabu sampai
coklat tua, mengelupas kecil-kecil berbentuk bundar atau bulat telur. Pohon tidak
berbanir, mengeluarkan getah yang disebut kopal (Martawidjaya et al, 1981).
Kayu gubal jenis ini berwarna keputih-putihan hingga kecoklatan, kadang
bersemu merah jambu tanpa teras yang jelas. Daun dewasa berhadapan (opposite),
bundar telur, panjang dengan panjang 6 cm sampai 8 cm dan lebar 2 cm sampai 3

5

cm, pangkal daun membaji, ujung runcing, banyak tulang daun sejajar (Direktorat
Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).
Penyebaran dan Habitat
Daerah penyebaran alami Agathis loranthifolia Salisb. meliputi Papua
New Guinea, New Britain, Indonesia (Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera,
Irian Jaya, Philipina dan Malaya). Menurut Samingan (1982), Daerah penyebaran
Agathis di Indonesia meliputi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya.
Jenis ini umumnya tumbuh pada dataran tinggi (300 – 1.200 m dpl)
dengan temperatur rata-rata tahunan 25 – 300 C. Pada dataran rendah, jenis ini
ditemukan pada tanah berbatu, seperti pasir podzolik (pada hutan kerangas), ultra
basa, tanah kapur, dan batuan endapan. Pohon Agathis loranthifolia Salisb.
tumbuh dalam hutan primer pada tanah berpasir, berbatu-batu atau liat yang
selamanya tidak digenangi air, pada ketinggian 2- 1750 mdpl (Martawidjaya et al,
1981). Agathis loranthifolia salisb. tidak terikat pada formasi tanah tertentu,
sehingga tidak membutuhkan tanah terlalu subur, tetapi harus memiliki drainase
yang baik. Di Jawa tumbuh optimal pada ketinggian 200-2500 mdpl, diatas itu
tumbuhnya sudah tidak baik lagi. Iklim di daerah-daerah penyebaran jenis ini
adalah tipe iklim basah (hutan hujan Tropis). Tanaman Agathis loranthifolia
Salisb. membutuhkan iklim basah pada curah hujan antara 3000 – 4000 mm/
tahun yang terbagi merata.
Anakan jenis ini memerlukan naungan dan memperlihatkan pertumbuhan
yang lambat selama tahun pertama. Setelah bebas dari kompetisi dengan semak
belukar, pertumbuhannya menjadi cepat, seperti terlihat pada sebagian besar hutan
hujan primer. Sistem perakaran sensitif terhadap kekurangan oksigen dan pohon
tidak tahan genangan air (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).
Silvikultur
Menurut Rudjiman (1997), daur Agathis loranthifolia Salisb. tergantung
kepada tujuan produksinya. Bila tujuan untuk menghasilkan pulp maka daur
Agathis bisa 20 tahun, sedangkan bila tujuan pruduksinya untuk menghasilkan
kayu, maka daurnya bisa lebih lama lagi misalnya 30 tahun atau 40 tahun. Bila

6

tujuannya adalah untuk dijadikan areal produksi benih, maka daurnya lebih lama
lagi karena mengikuti daur biologis. Umur biologis jenis ini bisa mencapai 100
tahun.
Di Jawa, mulai berbuah setelah berumur 15 tahun, tetapi benih hidup
biasanya dihasilkan setelah pohon berumur 25 tahun. Berbuah sepanjang tahun
dengan musim buah bulan Februari sampai April dan Agustus sampai Oktober.
Penyerbukan untuk pembuahan dilakukan dengan perantara angin (Direktorat
Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).
Kegunaan dan Manfaat
Kayu diklasifikasikan agak kuat namun tidak awet dan tidak tahan
terhadap pembusukan. Kayunya terutama digunakan untuk korek api, perabot
rumah tangga, vinir bermutu baik, kayu lapis dan pulp. Sedangkan getahnya atau
yang disebut dengan kopal dapat digunakan dalam berbagai industri seperti
industri cat, tekstil dan lainnya (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).
Kayunya bernilai tinggi terutama digunakan untuk pertukangan, pulp dan
kayu lapis termasuk kelas awet IV dan kelas kuat III, berat jenis kayu ± 0,49.
Selain itu pohon Agathis loranthifolia Salisb. menghasilkan damar (kopal). Kopal
tersebut digunakan untuk cat, vernis spiritus, plastik, bahan sizing, pelapis tekstil,
bahan water proofing, tinta cetak, dan sebagainya (Departemen Kehutanan, 1990).
Tinjauan Umum tentang Pembiakan Vegetatif
Definisi dan Macam Pembiakan Vegetatif
Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan
proses perkawinan dan dengan cara ini sifat-sifat tanaman dapat dipertahankan
(Darmawan dan Baharsjah, 1983). Sedangkan menurut Hartmann dan Kester
(1983), menyebutkan bahwa pembiakan vegetatif atau asexual propagation adalah
perbanyakan dari bagian-bagian vegetatif tanaman, dimungkinkan terjadinya
setiap sel tanaman mempunyai informasi genetik yang diperlukan untuk
membentuk individu tanaman yang lengkap. Perbanyakan dapat terjadi melalui
bakal akar dan tunas atau melalui bakal akar, batang, daun dan tunas atau melaui
penyatuan bagian vegetatif seperti pada grafting dan okulasi.

7

Harahap (1972) menyatakan bahwa secara garis besar, pembiakan
vegetatif dibagi dua, yaitu :
a. Allovegetative propagation, yaitu pembiakan vegetatif dari dua jenis genotip
yang berbeda seperti pada sambungan dan okulasi.
b. Autovegetative propagation, yaitu pembiakan vegetatif dari genotip yang
sama seperti pada stek dan cangkok.
Pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek (cutting), cangkok
(layering), tempelan (budding) dan sambungan (grafting) (Soerianegara dan
Djamhuri, 1979).
Alasan dilakukannya Pembiakan Vegetatif
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), sebab utama dilakukannya
pembiakan vegetatif adalah banyak tanaman yang tidak akan menyerupai
induknya bila dibiakkan dengan biji. Penyebab lainnya adalah :
a. Tanaman tidak atau sedikit menghasilkan biji
b. Tanaman menghasilkan biji tetapi sukar untuk berkecambah
c. Beberapa tanaman lebih resisten terhadap hama dam penyakit bila mereka
timbul pada akar-akar yang berhubungan dengan tanaman tersebut
d. Beberapa tanaman lebih tahan terhadap suhu dingin (hard) bila
disambungakan pada batang lain jenis
e. Tanaman akan lebih kuat bila disambungkan
f. Tanaman akan lebih ekonomis bila dibiakkan secara vegetatif
Dalam rangka pemuliaan pohon hutan, wright (1962) mengemukakan
tujuan dilakukannya pembiakan vegetatif, yaitu:
a. Untuk tujuan pembiakan secara besar-besaran
b. Mempermudah dan memperlancar pelaksanaan penyerbukan terkendali
(control pollination)
c. Untuk mempercepat produksi buah
d. Untuk memperoleh jenis-jenis hibrid
e. Untuk menentukan variasi genetik melalui klonal test
f. Untuk menyimpan germplasma yang unggul
g. Untuk meperoleh tanaman baru yang mempunyai genotipa yang identik
dengan induknya

8

Supriyanto (1997) menyatakan bahwa pembiakan vegetatif memiliki
beberapa keuntungan, antara lain :
a. Secara genetik bibit yang dihasilkan memiliki sifat keturunan yang sama
dengan induknya
b. Tidak tergantung musim
c. Cepat berbuah
d. Dapat diperbanyak dalam jumlah besar
e. Dapat dilakukan berbagai kombinasi
Pembiakan Vegetatif Stek
Pengertian Stek
Penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan,
pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas
dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar (Rochiman dan
Harjadi, 1973).
Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian dari tanaman yang
dijadikan bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek daun, stek
umbi dan sebagainya. Stek yang dilakukan pada bagian atas tanaman seperti stek
pucuk, stek batang dan lain-lain, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan
sistem perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah
tanaman seperti stek akar bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem
bagian atas tanaman. Sementara stek daun bertujuan untuk pembentukan sistem
perakaran dan batang tanaman (Rochiman dan Harjadi, 1973 ; Hartmann dan
Kester, 1983)
Menurut Hartmann dan Kester (1983), keuntungan pembiakan melaui stek
adalah murah, dapat dilakukan dengan cepat, sederhana dan tidak memerlukan
tenaga terlatih. Selain itu pembiakan vegetatif melalui stek dapat menghasilkan
tanaman yang sempurna dengan akar, daun dan batang dalam waktu relatif singkat
serta bersifat serupa dengan induknya (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
Berhasilnya pembiakan vegetatif dengan stek ditandai dengan munculnya
akar pada stek (Djamhuri et al, 1986). Secara umum faktor-faktor yang

9

mempengaruhi keberhasilan stek dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu
faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) tanaman (Hartmann dan Kester, 1983).
Faktor Dalam
a. Jenis Tanaman
Beberapa jenis pohon kehutanan dapat dibiakkan dengan metode stek, baik
itu dengan stek akar, stek batang, stek pucuk ataupun stek daun, tetapi beberapa
pohon justru tidak bisa dibiakkan dengan metode stek.
b. Bahan Stek
Bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung dalam bahan stek,
ketersediaan air, kandungan hormon endogen dalam jaringan stek, tipe bahan stek,
kehadiran hama dan penyakit serta umur pohon induk dan umur bahan stek itu
sendiri.
Faktor Luar (lingkungan)
a. Suhu
Kisaran suhu yang baik untuk pembentukan perakaran adalah 21-270 C.
Setiap jenis akan mempunyai suhu yang berbeda-beda dalam kisaran 21-270 C
untuk merangsang pembentukan primordia masing-masing jenis.
b. Media Perakaran
Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat
mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk akar. Media perakaran
memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan stek agar tetap berada dalam
tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembababan yang dibutuhkan oleh stek
dan untuk membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari stek (Mahlstede dan
Haber, 1957).
Menurut Hartmann dan Kester (1978), kriteria media yang baik adalah
sebagai berikut :


Harus cukup kuat dan kompak sebagai pemegang stek atau benih selama
perkecambahan atau pertumbuhan.



Harus mampu mempertahankan kelembaban



Memiliki aerasi dan draenase yang baik



Bebas dari benih tumbuhan liar, nematoda dan berbagi organisme penyakit



Tidak memiliki salinitas yang tinggi

10



Dapat disterilkan dengan menggunakan panas tanpa menimbulkan efek
penggunaan terhadap unsur-unsur penting bagi pertumbuhan stek
Media yang sering digunakan untuk stek antara lain dapat terdiri dari atau

campuran dari tanah, pasir, gambut, sphagnum, vermiculite dan perlite. Perbedaan
macam media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat
memenuhi syarat-syarat pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Selain jenis media, temperatur media juga mempunyai pengaruh dalam
pembentukan akar. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), temperatur udara yang
optimum untuk pembentukan akar berbeda-beda menurut jenis tanaman. Tetapi
pada kebanyakan tanaman, temperatur udara optimum berkisar antara 290C,
sedangkan temperatur media perakaran sebaiknya berkisar sekitar 240C, karena
pada temperatur ini pembagian sel pada daerah perakaran akan distimulir.
Media stek harus selalu dijaga kelembabannya. Stek yang ditanam dalam
wadah, tingkat kelembaban medianya bisa dilihat dari titik-titik air yang
menempel pada plastik atau kaca penutupnya. Tidak adanya air pada tempat itu
menandakan bahwa media telah kering. Cara mengatasinya dengan menyirami
media (Wudianto, 1993).
c. Kelembaban udara
Kelembaban udara pada bahan stek sebaiknya di atas 90% terutama
sebelum stek mampu membentuk akar karena kelembaban yang tinggi akan
menghambat laju evapotranspirasi stek, mencegah stek dari kekeringan dan
kematian. Tetapi kelembaban stek dan lingkungannya sebaiknya jangan juga
terlalu tinggi, karena apabila media yang digunakan kurang steril, kelembaban
yang terlalu tinggi justru akan memacu perkembangan mikroba penggangu yang
dapat menyebabkan kegagalan stek.
Kelembaban udara termasuk salah satu faktor penting yang mempengaruhi
stek sebelum berakar. Bila kelembaban rendah, stek akan cepat mati karena
kandungan air dalam stek pada umumnya sangat rendah sehingga stek menjadi
kering sebelum membentuk akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
d. Intensitas cahaya
Cahaya dibutuhkan tanaman sebagai salah satu komponen dalam proses
fotosintesis, untuk itu intensitas cahaya yang sesuai untuk tanaman akan

11

menentukan keberhasilan stek. Pengaturan intensitas cahaya dapat dilakukan
dengan pengaturan intensitas naungan.
e. Pemberian Zat pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh adalah adalah salah satu bahan sintesis atau hormon
tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman
melalui pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel. Pengaturan
pertumbuhan sel ini dilaksanakan dengan cara pembentukan hormon-hormon,
mempengaruhi sistem hormon, perusakan translokasi atau dengan perubahan
tempat pembentukan hormon. Zat Pengatur Tumbuh mempunyai peran penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Hartmann dan Kester, 1983).
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh ini dimaksudkan untuk merangsang
pembentukan dan pertumbuhan akar dalam stek batang dan stek pucuk. Salah satu
Zat Pengatur Tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan
pertumbuhan akar adalah jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk
keperluan tersebut adalah IAA, IBA dan NAA. Sedangkan jenis auksin yang
dipergunakan secara luas dan merupakan bahan terbaik dibandingkan dengan jenis
auksin lainnya adalah IBA (Hartmann dan Kester, 1983).
Di dalam praktek pemakaian, IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya
dan mobilitasnya di dalam tanaman rendah. Sedangkan IAA dapat tersebar ke
tunas-tunas dan menghalangi perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas
tersebut. Kelemahan NAA yaitu kisaran konsentrasi yang sempit, sehingga
penggunaanya harus hati-hati agar konsentrasi optimum tidak terlampaui. IBA
bersifat lebih baik daripada IAA dan NAA, karena kandungan kimianya lebih
stabil, daya kerjanya lebih lama dan relatif lebih lambat ditranslokasikan di dalam
tanaman, sehingga memungkinkan memperoleh respon yang lebih baik terhadap
perakaran stek. (Kusumo,1984).
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), Penggunaan Zat Pengatur
Tumbuh ini efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat
merusak dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan
mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi dibawah
optimum tidak efektif.

12

Selain faktor dalam dan faktor lingkungan, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan menurut Rochiman dan Harjadi (1973) adalah faktor pelaksanaan.
Faktor Pelaksanaan
Stek pada umumnya akan berakar bila ditanam pada musim dimana
kelembaban udara cukup tinggi dan pada saat tak terjadi pertumbuhan karena pada
masa ini tanaman banyak mengandung karbohidrat (Djamhuri et al, 1986).
Pelaksanaan penyetekan, mulai dari pemotongan bahan stek, penanaman
sampai pemeliharaan akan mempengaruhi keberhasilan stek. Selain itu dalam
penyetekan dibutuhkan peralatan yang bersih dan steril sehingga memperkecil
kemungkinan stek terserang oleh hama dan penyakit.
Menurut Wudianto (1993), saat pemotongan stek yang baik yaitu pada saat
kelembaban udara tinggi dan tanaman sedang tidak mengalami pertumbuhan. Saat
ini biasanya terjadi pada awal musim hujan. Sedangkan pemotongan stek
sebaiknya kita lakukan di dalam air. Tujuannya agar jaringan pembuluh pada stek
yang baru dipotong terisi oleh air, dengan demikian akan memudahkan
penyerapan zat makanan. Bila stek dipotong di tempat terbuka, udara tentu saja
akan masuk ke dalam jaringan pembuluh, sehingga penyerapan air dan zat-zat
makanan akan dipersulit atau dihalangi oleh adanya rongga udara itu.
Pembentukan Akar pada Stek
Perkembangan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari
auksin, karbohidrat dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin
yang mengakibatkan perakaran) baik dari tunas maupun dari daun. Zat-zat ini
akan mengumpul dan selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar stek. Akar
adventif dapat tumbuh dari dua macam sumber yaitu dari jaringan kalus dan dari
akar morfologi atau akar primordia (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Keterangan lain dari proses pembentukan akar dikemukakan oleh
Hartmann dan Kester (1983) yang terdiri dari empat tahap sebagai berikut :
a. Bergabungnya sel-sel yang mempunyai fungsi khusus yang sama.
b. Pembentukan bakal akar dari sel-sel tertentu dari jaringan vaskular (jaringan
pembuluh)
c. Tersusunnya akar-akar primordia

13

d. Pertumbuhan dan munculnya akar primordia keluar melalui jaringan batang
ditambah pembentukan sambungan pembuluh antara akar primordia dan
jaringan pembuluh dari stek.
Daya pembentukan akar pada suatu jenis tanaman yang distek dipengaruhi
antara lain oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon dalam bahan
stek yang digunakan (Mahlstede dan Haber, 1957).
Media Perakaran pada Stek
Arang Sekam Padi
Arang sekam padi merupakan media perakaran yang sering digunakan di
persemaian karena arang yang berwarna hitam akan meyerap panas lebih banyak
sehingga menaikan suhu tanah dan mempercepat pertumbuhan semai. Arang
sekam padi juga mempunyai porositas yang baik sehingga efektif dalam
menunjang pertumbuhan pohon. Sekam padi sangat baik digunakan sebagai
pendukung media atau sebagai pengganti tanah (Luh, 1980).
Tanah
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan penyedia unsur hara.
Berhasil tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah,
karena sifat-sifat tanah menentukan kesesuaian lingkungan akar tanaman. Tanah
lapisan atas banyak mengandung bahan organik yang mempunyai kemampuan
menghisap dan memegang air yang tinggi (Purwowidodo, 1998). Tanah yang
beraerasi baik, persentase pembentukan akar pada stek lebih tinggi dan
kualitasnya lebih baik (Hartmann dan Kester, 1983).
Pasir
Menurut Hartmann et al (1997), pasir telah digunakan secara luas sebagai
media perakaran stek karena media ini relatif murah dan mudah tersedia, bersih
serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga
membutuhkan frekwensi penyiraman yang lebih. Penggunaan tunggal tanpa
campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak akan
memberikan hasil yang baik. Yasman dan Smits (1987) menambahkan bahwa
kekasaran dan sistem aerasi pasir harus diperhatikan, supaya dapat memberikan
hasil yang baik.

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Persemaian Departemen Silvikultur,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama lebih
kurang empat bulan, mulai dari September 2006 sampai dengan Januari 2007.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah pucuk Agathis loranthifolia Salisb. yang
bersifat dorman, arang sekam, pasir, tanah, fungisida jenis Dithane M 45,
Aquades dan Zat Pengatur Tumbuh IBA (Indole Butyric Acid).
Peralatan yang digunakan meliputi gunting stek, cutter, kantong plastik,
polybag, ayakan, seng, alat penyiram, ember, handsprayer, gelas ukur,
termometer maksimum minimum, kalkulator, kamera dan alat tulis.
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 4 x 4 dengan 3 ulangan yang masingmasing kombinasi perlakuan terdapat 10 stek. Jadi secara keseluruhan terdapat
480 stek.
Dalam penelitian ini terdapat dua faktor perlakuan, yaitu :
Faktor A : Faktor jenis media
A1 = media arang sekam
A2 = media arang sekam dan tanah dengan perbandingan 1 : 1
A3 = media arang sekam dan pasir dengan perbandingan 1 : 1
A4 = media pasir
Faktor B : Faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA
B1 = 0 ppm (kontrol)
B2 = 500 ppm
B3 = 1000 ppm
B4 = 1500 ppm

15

Model umum rancangan faktorial yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk

= µ + Ai + Bj + (AB)ij + Σ ijk

Yijk

= Nilai pengamatan karena pengaruh bersama dari faktor jenis media
taraf ke-i dan faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf kej serta ulangan ke-k

µ

= Nilai rata-rata umum

Ai

= Pengaruh faktor jenis media taraf ke-i

Bj

= Pengaruh faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf ke-j

(AB)ij = Pengaruh interaksi antara faktor jenis media taraf ke-i dan faktor
konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf ke-j
Σ ijk = Pengaruh kesalahan percobaan dari faktor jenis media taraf ke-i dan
faktor konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA taraf ke-j serta
ulangan ke-k
Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada keberhasilan stek Agathis
loranthifolia Salisb. dengan adanya perlakuan, maka dilakukan analisa sidik
ragam terhadap peubah yang diamati. Jika terdapat pengaruh yang nyata, maka
dilakukan perbandingan Uji Wilayah Berganda (Uji Duncan).
Penyiapan Rumah Stek
Rumah stek dibuat dari bahan bambu dan papan untuk kerangka bangunan
dan plastik bening sebagai bahan atap dan sungkup. Di dalam rumah stek yang
berukuran panjang 280 cm x 135 cm dan tinggi total bangunan 210 cm terdapat
bak stek yang mempunyai panjang dan lebar sama dengan panjang dan lebar
bangunan. Bak stek ini terbuat dari papan, memilik