Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Benuang Laki (Duabanga Moluccana Blume) Pada Berbagai Konsentrasi Hormon Tumbuh Dan

PEMBIAKAN VEGETATIF STEK PUCUK BENUANG LAKI
(Duabanga moluccana Blume) PADA BERBAGAI
KONSENTRASI HORMON TUMBUH DAN MEDIA

YOGA ALFA MARENDI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pembiakan Vegetatif
Stek Pucuk Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume) pada Berbagai
Konsentrasi Hormon Tumbuh dan Media benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015
Yoga Alfa Marendi
NIM E44110023

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB
harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ABSTRAK
YOGA ALFA MARENDI Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Benuang Laki
(Duabanga moluccana Blume) pada Berbagai Konsentrasi Hormon Tumbuh dan
Media Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR.
Benuang laki (Duabanga moluccana Blume) merupakan salah satu jenis
tanaman yang memiliki kemampuan pertumbuhan yang baik dan cepat (fast
growing). Benuang laki memiliki karakteristik yang baik untuk bahan baku industri.
Perbanyakan vegetatif melalui stek pucuk dilakukan sebagai alternatif budidaya
benuang laki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas
pemberian zat pengatur tumbuh Rapid Root dan media tanam terhadap keberhasilan

stek pucuk benuang laki. Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu
faktor konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) dan faktor kedua yaitu media. Pada
penelitian ini persentase hidup sebesar 84.4% dan persentase berakar sebesar
78.97%. Hasil penelitian menunjukkan persentase berakar pada media arang sekam
dan pasir serta cocopeat dan pasir tidak berbeda nyata yaitu 78.28% dan 78.97%.
Pemberian perlakuan ZPT terbaik yaitu pada konsentrasi 15 000 ppm karena pada
konsentrasi tersebut didapatkan jumlah akar, panjang akar dan berat kering akar
terbaik yaitu 9.30, 7.47 cm dan 0.091 gram.
Kata kunci: media, benuang laki, zat pengatur tumbuh

ABSTRACT
YOGA ALFA MARENDI Vegetative Propagation of Shoot Cuttings of Benuang
Laki (Duabanga moluccana Blume) on Various Concentration of Plant Growth
Hormone and Media. Supervised by IRDIKA MANSUR.
Benuang laki (Duabanga moluccana Blume) is tree growing species that
have good characteristic as raw materials for wood based industries. Vegetative
propagation of shoot cutting as the alternative of benuang laki cultivation. This
study aimed to find out the appropriate concentration of plant growth hormone
and media for shoot cuttings of benuang laki. The research used a completely

randomized design (CRD) with two factors. The first factor is concentration of
plant growth hormone and second factor is media. In this study, the percentage of
live cuttings amounted to 84.4% and the percentage of rooted by 78.97%. The
result showed that media of carcoal chaff and sand, cocopeat and sand was not
significantly different of root percentage of 78.97% and 78.28%. The plant growth
hormone provision of 15 000 ppm generates optimum amount of number of roots,
long roots and mass dry-root of 9.30, 7.47 cm and 0.091 gram.
Keyword: media, benuang laki, vegetative propagation

PEMBIAKAN VEGETATIF STEK PUCUK BENUANG LAKI
(Duabanga moluccana Blume) PADA BERBAGAI
KONSENTRASI HORMON TUMBUH DAN MEDIA

YOGA ALFA MARENDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Pembiakan VegetatifStek Pucuk Benuang Laki (Duabanga
moluccana Blume) pada Berb agai Konsentrasi Hormon dan
Media
: Yoga Alfa Marendi
Nama
NIM
: E4411 0023

Disetujui oleh

Dr Ir Irdika Mansur, MForSc
Pembimbing


Tanggal Lulus:

6 SEP 2u·r

PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah
diberikan kepada saya dan tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita selaku umatnya hingga akhir
zaman. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Oktober 2014
adalah pembiakan vegetatif dengan judul Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk
Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume) pada Berbagai Konsentrasi Hormon
Tumbuh dan Media.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Irdika Mansur MForSc selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan selama penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu (Bapak Catur Priadi, Ibu
Eni Afrida), adik (Dinanda Dwi Yuleni dan Rafifah Tri Seprida) yang selalu
menjadi penyemangat dalam menyelesaikan karya tulis ini, Pak Ading SEAMEO
BIOTROP yang telah membantu dalam penelitian serta seluruh keluarga Silvikultur
48 atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi seluruh pihak.


Bogor, September 2015

Yoga Alfa Marendi

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian


2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Tinjauan Umum Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume)

3

Stek Pucuk

3

Zat Pengatur Tumbuh

4

METODE


4

Lokasi dan Waktu Penelitian

4

Alat

4

Bahan

5

Prosedur Penelitian

5

Penyiapan media tanam


5

Penyiapan ZPT

5

Penyiapan bahan stek

5

Penanaman stek

6

Pemeliharaan stek

6

Pengamatan dan pengambilan data


7

Rancangan Percobaan

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan Visual

9
9
9

Persentase Hidup

10

Persentase Berakar


10

Jumlah akar

11

Panjang Akar

12

Berat Kering Akar

13

Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

13
16

SIMPULAN

16

SARAN

16

DAFTAR PUSTAKA

16

DAFTAR GAMBAR
1 Perendaman bahan stek pada berbagai konsentrasi ZPT
2 Sungkup stek pucuk terbuat dari kerangka besi (2.5x0.5x0.5m)
3 Pengamatan akar stek benuang laki umur 60 HST
4 Hasil uji lanjut Duncan terhadap persentase berakar stek
5 Hasil uji lanjut Duncan terhadap rata-rata jumlah akar
6 Hasil uji lanjut Duncan terhadap rata-rata panjang akar
7 Pengukuran panjang akar stek benuang laki setelah 60 HST
8 Hasil uji lanjut Duncan terhadap rata-rata berat kering akar stek

6
6
9
11
11
12
12
13

DAFTAR TABEL
1 Kombinasi perlakuan pembiakan vegetatif stek pucuk benuang laki
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam beberapa parameter stek pucuk benuang
laki (Duabanga moluccana Bl)
3 Persentase hidup stek benuang laki (Duabanga moluccana Bl) pada
setiap perlakuan

8
10
10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sidik ragam persentase hidup stek pucuk benuang laki
2 Sidik ragam persentase berakar stek pucuk benuang laki
3 Sidik ragam jumlah akar stek pucuk benuang laki
4 Sidik ragam panjang akar stek pucuk benuang laki
5 Sidik ragam berat kering akar stek pucuk benuang laki
6 Pengamatan suhu dan kelembaban udara

18
18
18
18
19
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan kayu yang berasal dari hutan alam atau hutan produksi semakin
meningkat. Peningkatan kebutuhan kayu disebabkan bertambahnya jumlah
penduduk sehingga permintaan pasar untuk pembuatan kertas atau keperluan
pertukangan dan mebel semakin meningkat. Permasalahan penambahan permintaan
kayu harus diimbangi dengan jumlah kayu yang tersedia. Salah satu alternatif dalam
upaya pemenuhan kebutuhan kayu tersebut adalah membangun hutan produksi atau
hutan tanaman industri.
Hutan tanaman industri memerlukan jenis tanaman yang memiliki
kemampuan pertumbuhan yang baik dan cepat. Salah satu jenis tanaman yang
memiliki kemampuan pertumbuhan yang cepat (fast growing) yaitu benuang laki
(Duabanga moluccana Blume). Benuang laki merupakan salah satu jenis pohon
Indonesia yang cepat tumbuh dan memiliki karakteristik yang baik untuk bahan
baku industri. Pohon benuang laki memiliki ketinggian hingga 45 meter dan
diameter hingga 100 cm. Selain itu, bentuk batang dari benuang laki yang lurus
dan bulat membuat jenis ini cocok untuk industri kayu mulai dari bahan bangunan,
korek api, mebel, kayu perkapalan dan kayu lapis (plywood) sehingga jenis ini
sangat potensial untuk dikembangkan (Susila 2004).
Perbanyakan jenis benuang laki menurut Surata (2001) dapat dilakukan
melalui benih karena jenis ini tergolong mudah berkecambah serta memiliki
persentase perkecambahan mencapai 87.5%. Permasalahan yang sering terjadi
dalam perbanyakan bibit melalui benih yaitu benuang laki berbuah sepanjang tahun
namun kemasakan buahnya yang tidak seragam. Buah benuang laki masak
langsung dipohon sehingga pengunduhan dilakukan langsung ketika buah belum
pecah. Benih benuang laki tidak dapat disimpan terlalu lama karena sifatnya yang
rekalsitran. Pada saat dikecambahkan, jenis benuang laki mudah terserang jamur
Phytium sehingga menyebabkan lodoh dan serangan ulat pemakan daun kecambah.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara vegetatif. Perbanyakan
tanaman secara vegetatif merupakan alternatif mendapatkan bibit unggul dalam
jumlah yang memadahi dalam waktu yang cepat. Perbanyakan secara vegetatif
dapat dilakukan melalui stek batang, pucuk, sambungan dan cangkok. Perbanyakan
tanaman vegetatif melalui stek memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain
itu perbanyakan tanaman melalui stek pada umumnya tidak memerlukan biaya yang
besar sehingga dapat dilakukan sepanjang tahun. Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan stek dapat ditentukan dari faktor internal (fisiologi) dan faktor
eksternal (lingkungan).
Prakasa (2011) menyatakan bahwa persentase keberhasilan berakar stek
pucuk benuang laki pada konsentrasi Rootone F 1000 ppm yaitu 87% yang
dilakukan dengan sistem KOFFCO (Komatsu FORDA Cooling System). KOFFCO
merupakan suatu sistem lingkungan yang terkendali yang telah disesuaikan untuk
kebutuhan stek tanaman dan hanya dimiliki oleh lembaga-lembaga penelitian.
Perusahaan hutan tanaman industry (HTI) tidak banyak yang memiliki sistem
KOFFCO dalam memproduksi bibit untuk mencukupi kebutuhan kayu industri.
Produksi bibit yang dilakukan perusahaan dilakukan di persemaian dengan rumah

2
kaca yang sederhana. Hal ini menjadi permasalahan untuk mengembangkan dan
memproduksi bibit benuang laki dalam jumlah banyak melalui perbanyakan
vegetatif yang dilakukan dirumah kaca sederhana yang tidak menerapkan sistem
KOFFCO.
Menurut Yasman dan Smitt (1988), dalam mempercepat perakaran pada stek
diperlukan suatu perlakuan khusus yaitu dengan pemberian hormon dari luar.
Proses pemberian hormon harus memperhatikan jumlah dan konsentrasinya agar
didapatkan sistem perakaran yang baik dan dalam waktu yang relatif singkat. Rapid
Root merupakan zat pengatur tumbuh tanaman yang banyak beredar dipasaran dan
dapat merangsang pertumbuhan akar. Rapid Root berbentuk tepung yang dapat larut
berwarna abu-abu dan merupakan gabungan bahan aktif IBA dan NAA serta
fungisida. IBA dan NAA merupakan senyawa organik yang terbukti aktif sebagai
hormon auksin dan digunakan sebagai zat pengatur pertumbuhan akar.
Penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang diberikan pada stek diharapkan
dapat meningkatkan persentase hidup dan persentase berakar stek benuang laki
serta dapat menstimulir perakaran apabila hormon endogen tidak tercukupi.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka penulis memandang
perlu diadakan penelitian stek pucuk pada tanaman benuang laki dengan perlakuan
hormon 0 ppm, 5 000 ppm, 10 000 ppm dan 15 000 ppm. Selain itu penelitian
mengenai media tumbuh stek juga perlu dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
pertumbuhan stek dengan media tumbuh.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas pemberian zat
pengatur tumbuh Rapid Root dan media tanam terhadap keberhasilan pertumbuhan
stek pucuk benuang laki. Selain itu untuk mendapatkan tingkat konsentrasi terbaik
zat pengatur tumbuh Rapid Root dan media tanam stek yang sesuai terhadap
keberhasilan stek.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat diaplikasikan dalam perbanyakan stek
pucuk benuang laki dalam rangka peningkatan produksi bibit yang berkualitas
untuk mendukung pembangunan hutan tanaman.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume)
Benuang laki memiliki nama latin Duabanga moluccana Blume. Surata
(2001) menyatakan bahwa nama duabanga diberikan oleh Francis Hamilton dari
bahasa daerah Tripura yaitu Duyaabangga. Tanaman ini memiliki percabangan
yang monopodial dan penyerbukan yang terjadi dimalam hari dibantu oleh
kelelawar serta buahnya yang berbentuk kapsul.
Benuang laki dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Surata 2001 ):
Kingdom
Sub Kingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Tumbuhan tingkat tinggi
: Tracheobionta - Tanaman berpembuluh
: Spermatophyta - Tanaman berbiji
: Magnoliophyta - Tanaman berbunga
: Magnolioopsida - Berkeping dua/dikotil
: Rosidae
: Myrtales
: Soneratiaceae
: Duabanga
: Duabanga moluccana Blume

Benuang laki tumbuh dihutan yang terbuka pada ketinggian 300–1200 mdpl,
secara alami pertumbuhan yang baik pada musim dengan curah hujan rata-rata 2
000–3 500 mm/tahun, tipe iklim B-C menurut Schmidt dan Ferguson, rata-rata suhu
270C–320C pada siang hari dan 150C–240C pada malam hari, kelembaban relatif
pada musim kemarau 60%– 70%. Tinggi tanaman benuang laki mencapai hingga
25–45 m, diameter batang 70–100 cm, batang lurus dan bulat. Jenis tanaman ini
termasuk kedalam jenis tanaman intoleran (membutuhkan cahaya) dalam
pertumbuhannya. Permukaan kulit tidak teratur, tetapi agak pecah dan bersisik, ciri
pohon tua adalah kulit luar berwarna kelabu coklat muda dan memiliki lenti sel
dengan warna coklat, kulit bagian dalam berserat halus dengan getah berwarana
kecoklatan. Daun berbentuk bulat telur (ovate), panjang 9–14 cm, lebar 4–8 cm,
ujung daun runcing memanjang, dasar daun membulat.

Stek Pucuk
Subiakto (2007) menyatakan bahwa stek pucuk merupakan sebuah metode
yang penting dalam perbanyakan tanaman hutan. Stek pucuk adalah teknik
perbanyakan vegetatif sederhana yang dapat diterapkan pada jenis tanaman pohon.
Pada dasarnya, teknik stek pucuk dikembangkan dari teknik stek batang yang telah
diaplikasikan secara luas pada tanaman hutan seperti famili Dipterocarpaceae,
Morus alba, Peronema canescens dan Pterocarpus indicus.
Akar yang tumbuh dari stek disebut akar adventif. Proses perkembangan akar
adventif stek dibagi menjadi tiga tahapan yaitu: diferensiasi sel yang diikuti dengan
munculnya sekelompok sel-sel meristem, diferensiasi kelompok sel-sel
meristematik menjadi primordia akar, pertumbuhan dengan munculnya akar baru,

4
termasuk pecahnya jaringan batang lainnya dan pembentukan pembuluh yang
menghubungkan jaringan-jaringan pada stek (Hartman et al. 1990).
Stek pucuk merupakan teknik penting untuk perbanyakan secara masal jenis–
jenis pohon hutan karena sederhana dan telah diaplikasikan pada skala operasional
pembangunan hutan tanaman (Subiakto 2007).

Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang dapat mendorong,
menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pengaturan pertumbuhan ini dilakukan dengan pembentukan hormonhormon yang sama, mempengaruhi sintesis hormon, perusakan translokasi atau
dengan cara perubahan tempat pembentukan hormon (Wattimena 1992).
Yasman dan Smits (1988) menyatakan zat pengatur tumbuh dapat dibagi
dalam tiga kelompok penting yaitu auksin, sitokinin dan giberalin. Untuk perakaran
stek, hormon yang paling menentukan adalah dari kelompok auksin. Hormon ini
secara alami sudah terdapat dalam tanaman tetapi untuk lebih mempercepat proses
perakaran stek maka perlu ditambahkan dalam jumlah dan konsentrasi tertentu
untuk dapat merangsang perakaran.
Rapid Root merupakan zat pengatur tumbuh tanaman yang banyak beredar
dipasaran dan dapat merangsang pertumbuhan akar. Rapid Root berbentuk tepung
yang dapat larut berwarna abu-abu dan merupakan gabungan IBA (Indole 3-Butyric
Acid) dan NAA (1 Naphtalen Acetic Acid) serta fungisida. IBA dan NAA
merupakan senyawa organik yang terbukti aktif sebagai hormon auksin dan
digunakan sebagai zat pengatur pertumbuhan akar.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah kaca Laboratorium Silvikultur SEAMEO
BIOTROP, Bogor Jawa Barat selama 2 bulan dari bulan Oktober 2014 hingga
Desember 2014 dan Laboratorium Ekologi Departemen Silvikultur, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu rumah sungkup (2.5m x 0.5 x
0.5m), gunting pangkas, hand sprayer, pisau, mistar ukur, spatula, sekop, gelas ukur,
potray, oven, ember plastik, sendok, timbangan analitik, alat tulis, kamera digital
serta Microsoft Excel dan SAS 9.1 portabel untuk pengolahan data.

5
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu stek pucuk benuang laki berumur 7 – 8 bulan
yang diambil dari persemaian SEAMEO BIOTROP, zat pengatur tumbuh yang
digunakan yaitu Rapid Root yang merupakan gabungan IBA (Indole 3-Butyric
Acid) dan NAA (1 Naphtalen Acetic Acid) serta fungisida dengan tingkat
konsentrasi 0 ppm, 5 000 ppm, 10 000 ppm dan 15 000 ppm, fungisida Dhitane M45 1 gram/1liter serta media tumbuh arang sekam, pasir dan cocopeat.

Prosedur Penelitian
Penyiapan media tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah, arang sekam, pasir dan cocopeat.
Media tanam stek yang telah disiapkan kemudian dilakukan sterilisasi dengan cara
disangrai di atas kuali penggorengan selama 3 jam. Media tanam yang telah
disterilisasi tersebut kemudian diaklimatisasi selama 24 jam. Penyiapan media
tanam dilakukan dengan mencampur 2 bagian (2x250 mL) pasir dengan 1 bagian
(250 mL) arang sekam (2:1), media tanam kedua dengan mencampur 2 bagian pasir
dengan 1 bagian cocopeat (2:1) dan media tanam ketiga menggunakan tanah.
Kemudian dimasukkan dalam potray yang telah dicuci dengan air mengalir. Media
tanam yang telah disterilisasi kemudian disemprot fungisida Dhitane M-45 dengan
konsentrasi sebanyak 1 gram / 1 liter air untuk mencegah serangan jamur pada
media.
Penyiapan ZPT
Zat pengatur tumbuh (ZPT) Rapid Root yang digunakan berbentuk tepung.
Penyiapan zat pengatur tumbuh Rapid Root yaitu menggunakan timbangan analitik
untuk menimbang dengan bobot masing-masing 0.5 gram, 1 gram dan 1.5 gram.
ZPT kemudian dilarutkan dalam 100 ml air sehingga didapatkan konsentrasi 5 000
ppm, 10 000 ppm dan 15 000 ppm (Prakasa 2011).
Penyiapan bahan stek
Bahan stek berasal dari bibit benuang laki berumur 7–8 bulan yang
didapatkan dari persemaian SEAMEO BIOTROP. Bahan stek dipilih dengan
memilah bibit yang telah berkayu dengan diameter sekitar 0.5 cm. Bibit yang telah
dipilih tersebut kemudian dipotong bagian pucuk sepanjang 5–8 cm. Bagian
pangkal stek dipotong miring 45o menggunakan gunting stek dengan meyisahkan
2-4 helai daun. Daun yang telah disisahkan pada bahan stek selanjutnya dipotong
dan disisahkan sepertiga panjang daun untuk mengurangi transpirasi pada bahan
stek. Kemudian bahan stek dimasukan kedalam ember plastik yang berisi air agar
tetap terjaga kesegarannya. Selanjutnya pangkal bahan stek direndam pada larutan
zat pengatur tumbuh Rapid Root dengan konsentrasi 0 ppm, 5 000 ppm, 10 000
ppm dan 15 000 ppm selama 5 menit, kemudian dianginkan terbalik (pucuk berada
dibawah). Penyiapan bahan stek dilakukan pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00-

6
09.00 untuk menghindari suhu yang tinggi. Perendaman bahan stek pada Gambar
1.

Gambar 1 Perendaman bahan stek pada berbagai konsentrasi ZPT.
Penanaman stek
Penanaman stek pucuk dilakukan pada media yang telah disiapkan dengan
membuat lubang pada media sedalam ± 2-2.5 cm pada bak stek agar bahan stek
pucuk tidak mengalami kerusakan akibat gesekan vertikal dengan media. Setelah
stek ditanam, lubang dirapatkan kembali agar stek dapat tertanam dengan baik dan
berdiri tegak. Kemudian bak stek dimasukan ke dalam sungkup stek pucuk.
Sungkup stek terbuat dari rangka besi dengan ukuran panjang 2.5m, lebar 0.5 m dan
tinggi 0.5 m yang dilapisi dengan plastik ukuran 2.5 m x 2 m. Penutupan stek
dengan sungkup dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Sungkup stek pucuk terbuat dari kerangka besi (2.5x0.5x0.5m).
Pemeliharaan stek
Pemeliharaan bahan stek dilakukan setiap 2 hari sekali dengan
menyemprotkan air menggunakan hand sprayer serta pengendalian hama dan
penyakit. Penyemprotan air dimaksudkan untuk menjaga bahan stek agar tetap
dalam kondisi lembab dan tidak kering. Apabila suhu pada termometer tinggi dan

7
kelembaban pada hygrometer rendah dilakukan penyiraman air menggunakan
sprayer. Penyemprotan fungisida Dithane 45 dilakukan apabila kondisi stek
terserang jamur atau terlihat membusuk.
Pengamatan dan pengambilan data
Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian yaitu 60
hari setelah tanam. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan berdasarkan
parameter persentase berakar, persentase hidup, jumlah akar, bobot kering akar dan
panjang akar. Perhitungan data sebagai berikut:
a). Persentase hidup
Persentase hidup
= Jumlah stek yang hidup
Jumlah stek yang ditanam X 100%
b). Persentase berakar
Persentase berakar
= Jumlah stek yang berakar
X 100%
Jumlah stek yang ditanam
c). Jumlah akar
Jumlah akar primer dihitung secara manual pada akhir pengamatan
d). Bobot kering akar
Bobot kering akar diukur dengan menimbang akar stek setelah dilakukan
pengovenan pada suhu 70 oC selama 48 jam
e). Panjang akar
Panjang akar dihitung pada saat stek berumur 60 hari setelah penanaman
menggunakan penggaris
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu perbedaan konsentrasi ZPT Rapid Root dan
faktor kedua yaitu media tanam. Ulangan dalam percobaan sebanyak 5 kali. Jumlah
unit ulangan sebanyak 3, sehingga jumlah stek yang digunakan sebanyak 180 stek.
Pada ZPT Rapid Root terdapat 4 perlakuan yaitu 0 ppm, 5 000 ppm, 10 000 ppm
dan 15 000 ppm. Sedangkan pada media tanam terdapat 3 perlakuan yaitu tanah,
arang sekam dan pasir serta cocopeat dan pasir. Model linear yang digunakan dalam
rancangan ini sebagai berikut:
1. Faktor perbedaan konsentrasi ZPT Rapid Root (A), yang terdiri dari 4 taraf:
A1 = 0 ppm
A2 = 5 000 ppm
A3 = 10 000 ppm
A4 = 15 000 ppm
2. Faktor perbedaan media tanam (B), yang terdiri dari 3 taraf yaitu
B0 = Tanah
B1 = Arang sekam dan pasir
B2 = Cocopeat dan pasir
Kombinasi perlakuan dibuat untuk memudahkan dalam melakukan analisis
data seperti tertera pada Tabel 1.

4

8

Tabel 1 Kombinasi perlakuan pembiakan vegetatif stek pucuk benuang laki
(Duabanga moluccana)
Perlakuan media tanam
Perlakuan zat pengatur tumbuh
(ZPT)
B0
B1
B2
A0
A0B0
A0B1
A0B2
A1
A1B0
A1B1
A1B2
A2
A2B0
A2B1
A2B2
A3
A3B0
A3B1
A3B2

Data yang didapatkan berdasarkan pengamatan saat panen kemudian
dianalisis dengan model linear:
Yijk = µ + αi+ βj + (αβ)ij + εijk
Keterangan:
Yijk
µ
αi
βj
(αβ)ij
εijk
i
j
k

: respon

dari pengamatan pada faktor A (konsentrasi ZPT) taraf ke-i, faktor
B (media tanam) taraf ke-j dan ulangan ke-k
: nilai rataan umum
: pengaruh perlakuan konsentrasi ZPT ke-i
: pengaruh perlakuan media tanam ke-j
: pengaruh interaksi faktor konsentrasi ZPT pada taraf ke-i dengan media
pada taraf ke-j
: pengaruh acak faktor konsentrasi ZPT pada taraf ke-i dengan faktor media
tanam pada taraf ke-j dan ulangan ke-k
: konsentrasi ZPT (0 ppm, 5 000 ppm,10 000 ppm dan 15 000 ppm)
: media tanam (tanah, arang sekam dan pasir, cocopeat dan pasir)
: ulangan 1, 2, dan 3

Pengaruh perlakuan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dengan uji
F. Data kemudian diolah menggunakan SAS 9.1, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika nilai P > α (0.05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda
nyata terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar, panjang akar
dan berat kering akar.
b. Jika nilai P < α (0.05), maka perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata
terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar, panjang akar dan
berat kering akar lalu dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan Visual
Pembentukan pucuk mulai terjadi pada 2-3 MST (minggu setelah tanam).
Berdasarkan pada bak propagasi didapatkan akar mulai terlihat pada 3-4 MST.
Pembukaan sungkup pada bak propagasi hanya dilakukan maksimum 2-3 menit.
Serangan cendawan yang terjadi pada stek ditandai dengan munculnya gejala
berupa adanya hifa pada bagian batang stek. Serangan cendawan dapat diatasi
dengan melakukan penyemprotan fungisida jenis Dithane M-45 pada konsentrasi
1gram / 1 liter air.
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah persentase hidup,
persentase berakar, jumlah akar, panjang akar dan berat kering akar. Hasil sidik
ragam pengaruh pemberian perlakuan terhadap beberapa parameter yang diukur
dapat dilihat pada Tabel 2 dan perakaran stek benuang laki setelah 60 hari tanam
dapat dilihat pada Gambar 3. Faktor pemberian ZPT berupa Rapid Root dengan
konsentrasi 0 ppm, 5 000 ppm, 10 000 ppm dan 15 000 ppm berpengaruh nyata
terhadap jumlah akar, panjang akar dan berat kering akar. Faktor media tanam
berupa tanah, arang sekam dan pasir, cocopeat dan pasir berpengaruh nyata
terhadap persentase berakar.

A

B

C

D

Gambar 3 Pengamatan akar stek benuang laki pada 60 hari setelah tanam (A) ZPT
0 ppm (B) ZPT 5 000 ppm (C) ZPT 10 000 ppm (D) ZPT 15 000 ppm

10

Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam beberapa parameter stek pucuk benuang
laki (Duabanga moluccana Bl)
Parameter
% Hidup
% Berakar
Jumlah Akar
Panjang Akar
Berat Kering Akar

Pemberian
ZPT (A)
tn
tn
*
*
*

Perlakuan
Media Tanam
(B)
tn
*
tn
tn
tn

Interaksi
(AxB)
tn
tn
tn
tn
tn

tn = tidak berpengaruh nyata, *=berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%

Persentase Hidup
Persentase hidup stek pucuk benuang laki merupakan perbandingan seluruh
stek yang masih hidup pada akhir masa pengamatan dengan stek yang ditanam.
Kemampuan hidup stek pucuk benuang laki menunjukkan hasil persentase yang
tinggi yaitu berkisar antara 63.38% - 84.4%. Hasil rata-rata persentase hidup pada
masing- masing perlakuan dapat dilihat Tabel 3 dan kondisi stek benuang laki pada
60 HST dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 3 Persentase hidup stek benuang laki (Duabanga moluccana Bl) pada setiap
perlakuan
Persentase Hidup (%)
B1
B2
Perlakuan
B0
(Arang sekam dan
(Cocopeat dan
(Tanah)
Pasir)
Pasir)
A0 (0 ppm)
63.38
71.79
79.28
A1 (5 000 ppm)
76.40
78.54
77.94
A2 (10 000 ppm)
70.26
84.40
79.06
A3 (15 000 ppm)
75.40
78.40
79.62

Persentase Berakar
Hasil uji Duncan terhadap pemberian perlakuan media stek dapat dilihat
pada Gambar 4 yang menunjukkan persentase berakar dengan media stek dari
cocopeat dan pasir tidak berbeda nyata dengan media stek arang sekam dan pasir.
Rata-rata persentase berakar stek tertinggi yaitu pada perlakuan dengan media stek
cocopeat dan pasir dengan nilai 78.97% dan terendah pada perlakuan dengan media
stek tanah dengan nilai 72.09%.

11

78.97a

Persentase berakar %

78.28a

72.09b

B0

B1

B2

Perlakuan

Gambar 3 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh media tanam B0 (tanah), B1 (arang
sekam: pasir) dan B2 (cocopeat: pasir) terhadap persentase berakar stek
benuang laki (Duabanga moluccana Blume) (Angka yang diikuti oleh
huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada
selang kepercayaan 95%).
Jumlah akar

Jumlah akar

Jumlah akar yang dihitung pada pengamatan ini merupakan jumlah akar
primer yang tumbuh pada setiap stek pucuk benuang laki. Jumlah akar yang
didapatkan merupakan hasil dari penghitungan pada akhir pengamatan (60 HST).
Hasil uji Duncan terhadap perlakuan pemberian ZPT Rapid Root dapat dilihat pada
Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan pemberian Rapid Root 15 000 ppm memiliki
rata-rata jumlah akar tertinggi yaitu 9.30 akar. Sementara rata-rata jumlah akar
terendah yaitu tanpa diberikan perlakuan ZPT Rapid Root yaitu 5.8 akar.
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

9.3a
7.4ab

6.8ab

5.8b

A0

A1

A2

A3

Konsentrasi

Gambar 4 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh ZPT A0 (0 ppm). A1 (5 000 ppm), A2
(10 000 ppm) dan A3 (15 000) terhadap rata-rata jumlah akar stek
benuang laki (Duabanga moluccana Blume) (Angka yang diikuti oleh
huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada
selang kepercayaan 95%).

12
Panjang Akar
Panjang akar yang terbentuk pada stek pucuk benuang laki merupakan respon
terhadap pemberian zat pengatur tumbuh dan kesesuaian terhadap jenis media yang
digunakan. Hasil uji Duncan terhadap perlakuan pemberian ZPT Rapid Root dapat
dilihat pada Gambar 6. Pemberian ZPT 15 000 ppm menunjukkan rata-rata panjang
akar tertinggi yaitu 7.47 cm. Pengukuran akar stek benuang laki dapat dilihat pada
Gambar 7.
7.47a

8

Panjang akar (cm)

7
6

5.21b

5.42b

5.49b

A0

A1

A2

5
4
3
2
1
0
A3

Konsentrasi ZPT

Gambar 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh ZPT A0 (0 ppm), A1 (5 000 ppm),
A2 (10 000 ppm) dan A3 (15 000) terhadap rata-rata panjang akar stek
benuang laki (Duabanga moluccana Blume) (Angka yang diikuti oleh
huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada
selang kepercayaan 95%).

Gambar 6 Pengukuran panjang akar stek benuang laki (Duabanga moluccana)
setelah 60 HST.

13
Berat Kering Akar

Berat kering akar (gr)

Berat kering akar merupakan berat seluruh akar baru yang terbentuk dan
dikeringkan pada suhu 70 oC selama 48 jam. Total biomassa yang terbentuk pada
akar dipengaruhi oleh jumlah akar dan panjang akar yang terbentuk selama
pertumbuhan stek. Hasil uji lanjut Duncan terhadap pemberian ZPT Rapid Root
disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan pemberian ZPT Rapid Root 15 000
ppm memiliki berat kering akar tertinggi yaitu 0.091 gram.
0.1
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0

0.091a

0.025b

0.026b

A0

A1

0.031b

A2

A3

Konsentrasi ZPT

Gambar 7 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh ZPT A0 (0 ppm). A1 (5 000 ppm), A2
(10 000 ppm) dan A3 (15 000) terhadap rata-rata berat kering akar stek
benuang laki (Duabanga moluccana Blume) (Angka yang diikuti oleh
huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada
selang kepercayaan 95%) .

Pembahasan
Pembiakan vegetatif melalui stek merupakan salah satu teknik perbanyakan
dengan cara pemisahan bagian vegetatif dari induknya dan apabila pada kondisi
yang sesuai dan menguntungkan akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman
yang sempurna (Soerianegara et al. 1979). Keunggulan pembiakan melalui stek
yaitu menghasilkan pertumbuhan bibit yang homogen dengan jumlah dan waktu
yang diinginkan, dapat digunakan untuk menganalisa tempat tumbuh, dapat
digunakan untuk menghasilkan bibit dengan mutu genetik yang sama dengan
induknya, penyetekan dapat dilakukan secara berulang
konsisten serta
berkelanjutan dan sederhana (Rochimi 2008).
Kondisi media tanam stek mempengaruhi keberhasilan dalam penyetekan.
Kondisi media tanam sebagai media perakaran stek yang baik adalah yang dapat
memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik serta bebas dari
patogen yang dapat merusak stek (Hartmann et al. 1990). Pembentukan akar pada
stek tidak lepas dari peran media tanam yang dapat menyediakan ruang dan kondisi
mikro. Media tumbuh stek yang memiliki aerasi yang baik sangat penting dalam

14
pembentukan akar dan membentuk suberin (gabus) serta kambium (Rochiman et al.
1973).
Penggunaan pasir sebagai media tumbuh telah banyak dilakukan dalam
perbanyakan tanaman. Penggunaan pasir sebagai media dilakukan karena relatif
murah dan mudah tersedia serta bersih. Pasir memiliki sifat yang tidak menyimpan
air, sehingga penggunaan pasir sebagai media tunggal tanpa campuran dengan
media lain membuatnya sangat kasar dan tidak memberikan pengaruh pertumbuhan
yang baik bagi tanaman (Hartmann et al. 1990). Selain pasir, cocopeat biasa
dimanfaatkan sebagai media tanam karena banyak mengandung unsur hara dan air,
namun rawan terserang jamur. Pemanfaatan cocopeat sebagai media tanam harus
dilakukan penyiraman fungisida terlebih dahulu untuk mencegah serangan jamur.
Arang sekam merupakan limbah pertanian yang mudah diperoleh dengan harga
yang murah. Arang sekam kebanyakan digunakan sebagai bahan pembuatan
kompos karena memiliki kandungan C/N yang hampir sama dengan tanah
(Murbandono 1993). Pemanfaatan arang sekam sebagai media tumbuh tanaman
karena memiliki tekstur yang remah, bahan organiknya tinggi dan mudah didapat.
Selain arang sekam, tanah dapat dimanfaatkan sebagai media tumbuh untuk
berbagai keperluan. Tanah memiliki kandungan campuran antara pasir, liat dan
debu sehingga tanah bersifat lebih berat dari pasir.
Stek pucuk dilakukan pada tanaman benuang laki menggunakan pucuk dari
bibit berumur 7–8 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bibit benuang laki berumur
7–8 bulan dapat diperbanyak menggunakan metode stek pucuk. Stek pucuk
benuang laki menunjukkan persentase hidup yang tinggi. Persentase hidup stek
pucuk benuang laki berkisar antara 63.38% sampai 84.4% (Tabel 3). Sidik ragam
menunjukkan ZPT, media dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap
persentase hidup. Proses fotosintesis yang dilakukan oleh daun pada bahan stek
menghasilkan karbohidrat yang menjadi cadangan makanan bagi stek untuk
kelangsungan hidup stek pucuk. Kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon
yang terdapat dalam bahan stek memiliki kemampuan dalam pembentukan akar
pada suatu jenis tanaman (Susila 2004).
Faktor lingkungan yang sesuai memiliki pengaruh terhadap persentase hidup
stek. Beberapa stek yang mengalami kematian pada 3 minggu setelah tanam diduga
karena pengaruh faktor lingkungan yang tidak cocok untuk pertumbuhan stek. Hasil
pengamatan suhu pada 3 minggu setelah tanam yang terdapat dalam sungkup stek
berkisar antara 21oC– 32oC, sedangkan kelembaban yang didapatkan berkisar
anatara 52.5%–96%. Stek mengalami kematian apabila dalam kondisi kelembaban
udara yang rendah karena pada umumnya kandungan air stek sangat rendah
sehingga mengakibatkan stek menjadi kering sebelum membentuk akar.
Kelembaban udara yang optimum menurut Prawinata et al. (1981) untuk
mendukung perakaran stek berdaun berkisar 90% pada saat belum terbentuk
perakaran dan 75% ketika mulai terbentuk akar-akar yang masih lemah. Pada
minggu ke-4 dilakukan penambahan paranet diatas sungkup untuk mengurangi
cahaya matahari yang langsung menuju sungkup sehingga suhu rata-ratanya
menjadi 28 oC–31oC dan kelembaban 75%–87 %.
Sidik ragam menunjukkan media berpengaruh nyata terhadap variabel
persentase berakar. Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui jenis
media tanam yang berpengaruh terhadap persentase berakar. Hasil uji lanjut Duncan
menunjukkan media tumbuh stek cocopeat dan pasir serta media tumbuh stek arang

15
sekam dan pasir memiliki persentase berakar tidak berbeda nyata yaitu 78.97% dan
78.28%. Media cocopeat memiliki kemampuan untuk menyimpan air lebih tinggi
sehingga mempengaruhi tingkat kelarutan unsur hara dalam media perakaran stek
untuk dapat meningkatkan penyerapan air. Cocopeat yang berasal dari serabut
kelapa yang sudah masak mempunyai kendungan mineral antara lain Kalium (78%),
Phosphor (4%), Kalsium (8%), Magnesium (5%), dan Nitrogen (23%) (Kataren et
al. 1981). Hasil analisis arang sekam menurut Kusmiati (2003) menunjukkan arang
sekam mempunyai pH agak alkalis yaitu 6.70 – 7.70. Kandungan C organik 4.97%,
N total sebesar 0.60% sehingga diperoleh C/N rasio sebesar 8.28%, kandungan P
tersedia sebesar 0.16 ppm dan total basa sebesar 1.15%. Sedangkan hasil analisis
pasir mempunyai pH masam yaitu 4.80 – 5.30, kandungan C organik sebesar 0.90%,
N total sebesar 11% sehingga C/N rasio sebesar 18%, kandungan hara P sebesar
2.09 ppm dan total basa sebesar 1.55% (Kusmiati 2003).
Hasil analisis kandungan hara yang terdapat pada media arang sekam,
cocopeat dan pasir diduga memberikan nutrisi yang cukup baik bagi pertumbuhan
akar stek sehingga didapatkan persentase berakar yang tidak berbeda nyata antara
media tumbuh arang sekam dan pasir maupun media tumbuh cocopeat dan pasir.
Sidik ragam menunjukkan konsentrasi ZPT memberikan pengaruh yang nyata
terhadap variabel panjang akar, jumlah akar dan berat kering akar. Hasil uji Duncan
menunjukkan konsentrasi ZPT Rapid Root terbaik terhadap jumlah akar, panjang
akar dan berat kering akar yaitu pada konsentrasi ZPT Rapid Root 15 000 yaitu 9.30
akar, 7.47 cm dan 0.091 gram. Pemberian hormon ZPT pada bahan stek
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan panjang akar, jumlah akar dan
berat akar. Berdasarkan Adinugraha et al. (2006), pemberian auksin pada
konsentrasi yang tepat dapat membantu proses diferensiasi sel, namun pada
konsentrasi diatas optimum dapat bersifat racun yang dapat menurunkan hasil yang
diinginkan. Pemberian Rapid Root efektif sebagai zat pengatur tumbuh tambahan
untuk membantu pembentukan akar stek yang dibuktikan dengan panjang akar,
jumlah akar dan berat kering akar stek benuang laki lebih baik diberi ZPT
dibandingkan tanpa diberi ZPT. Kemampuan senyawa yang ada pada Rapid Root
yang diberikan untuk merangsang pembentukan akar memiliki kekuatan untuk
menembus dinding sel dan mempengaruhi kemampuan stek berakar. Menurut
Prawinata et al. (1981) suatu senyawa zat pengatur tumbuh tambahan yang
diberikan pada tanaman, apabila dapat memasuki sel dengan baik, maka proses
pembentukan kalus, akar primordia dan akar berlangsung dengan cepat.
Berat kering akar menunjukkan kemampuan suatu tanaman dalam menyerap
air dan hara didalam tanah. Berat kering akar yang didapatkan pada akhir penelitian
mencerminkan pertumbuhan bagian-bagian di dalam tanah yang mencakup jumlah
dan panjang akar (Budianto 1995). Berat kering tanaman menggambarkan
akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa
anorganik (unsur hara, air dan karbohidrat), semakin baik berat kering tanaman
maka semakin baik pertumbuhan bibit (Putri et al. 2010). Pengaruh ZPT terhadap
berat kering akar diduga pemberian ZPT pada dosis yang tepat merangsang
pembentukan akar-akar sekunder atau tersier sehingga berat kering akar stek lebih
optimum. Hal ini sesuai dengan Dwijoseputro (1990) bahwa pengaruh pemberian
hormon pada stek sangat sesuai dari dosis yang diberikan, apabila pemberian
dosisnya tepat maka akan sangat membantu dalam pertumbuhan akar stek pucuk
dan diperoleh sistem perakaran yang baik dalam waktu relatif singkat.

16

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tanaman benuang laki (Duabanga moluccana Blume) dapat diperbanyak
secara vegetatif menggunakan metode stek pucuk sebagai alternatif perbanyakan
tanaman untuk pembangunan hutan tanaman atau hutan rakyat. Pemberian ZPT
Rapid Root memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar, jumlah akar
dan berat kering akar. Sementara media tanam stek berpengaruh nyata terhadap
persentase berakar. Pengaruh media stek terhadap persentase berakar tidak berbeda
nyata antara media arang sekam dan pasir serta cocopeat dan pasir yaitu 78.28%
dan 78.97%. Sementara pemberian perlakuan ZPT terbaik yaitu pada konsentrasi
15 000 ppm karena pada konsentrasi tersebut didapatkan jumlah akar, panjang akar
dan berat akar terbaik yaitu 9.30 akar ,7.47 cm dan 0.091 gram.

Saran
Perlu menjaga suhu dan kelembaban selama melakukan perbanyakan
vegetatif stek pucuk benuang laki untuk mendapatkan kemampuan hidup yang baik.
Selain itu perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan ZPT selain Rapid Root
untuk mengetahui kemampuan keberhasilan stek pucuk benuang laki.

DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha HA, Moko H, Cepi. 2006. Pertumbuhan stek pucuk sukun asal dari
populasi Nusa Tenggara Barat dengan aplikasi zat pengatur tumbuh.
Penelitian Hutan Tanaman. 3(2): 93-100.
Budianto A. 1995. Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Meranti Perang (Shorea
leprosula Miq) dengan Menggunakan Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F pada
Berbagai Media di HTI-Trans PT. Rimba Rokan Hulu Riau. [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Dwidjoseputro D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT
Gramedia.
Febrijanti DE. 1999. Pengaruh dosis rootone-F, jenis media dan posisi bahan stek
terhadap pertumbuhan stek batang Pulai gading (Alstonia scholaris R.Br)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hartmann HT, Kester DE, Davies FT. 1990. Plant Propagation Principles and
Practices. Fifth edition. London (UK): Prentice Hall.
Ketaren S dan B Djatmiko. 1981. Daya Guna Kelapa. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Kusmiati I. 2001. Pertumbuhan Stek Batang Benuang Bini (Octomeles sumatrana
Miq) Pada Berbagai Media tanam dan Jumlah Ruas Bahan Stek [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

17
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Ed ke-2. Bogor (ID)
: IPB Press.
Murbandono L. 1993. Membuat Kompos. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Prawinata W, Said H, Tjondronegoro P. 1981. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.
Bogor (ID): Departemen Botani.
Prakasa. 2011. Pengaruh Pemberian ZPT Rootone F Terhadap Pertumbuhan Stek
Duabanga moluccna Blume.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Putri KP, Nurhasby. 2010. Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas bibit
takir (Duabanga moluccana). Penelitian Hutan Tanaman. 7(3):141-146.
Rochiman K, Harjadi SS. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Subiakto A, Sakai C, Purnomo A, Taufiqurahman. 2005. Teknik Perbanyak Stek
Beberapa Spesies Dipterokarp di P3HKA, PT SBK dan PT ITCHIKU.
Prosiding Peran Konservasi Sumberdaya Genetik, Pemuliaan dan Silvikultur
dalam Mendukung Rehabilitasi Hutan; Yogyakarta 26 – 27 Mei 2005.
Yogyakarta (ID): Proyek ITTO Fakultas Kehutanan UGM.
Soerianegara I, Djamhuri EI. 1979. Pemuliaan Pohon Hutan. Hutan. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Surata lk. 2001. Teknik Penanaman Duabanga (Duabanga moluccana Bl). Aisuli
No.12. Kupang (ID): Balai Penelitian Kehutanan Kupang.
Susila IW. 2004. Pendugaan Volume Pohon HutanTanaman Duabanga di
Wanariset Rarung, Lombok Tengah. Kupang (ID): Balai Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara.
Yasman I, Smits WTM. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae.
Samarinda (ID): Balai Penelitian Kehutanan.

18
LAMPIRAN
Lampiran 1 Sidik ragam persentase hidup stek pucuk benuang laki
Derajat
Jumlah
Kuadrat
FBebas (db)
Kuadrat
Tengah
Hitung
Keragaman
(JK)
(KT)
Pemberian ZPT 3
570.288
190.096
1.60
Media tanam
2
1464.367
732.183
6.17
Interaksi
6
1519.098
253.183
2.13
Galat
48
5579.614
118.715
Total
59
9133.369

Lampiran 2 Sidik ragam persentase berakar stek pucuk benuang laki
Derajat
Jumlah
Kuadrat
FKeragaman
Bebas (db)
Kuadrat
Tengah
Hitung
(JK)
(KT)
Pemberian ZPT 3
220.619
73.539
0.96
Media tanam
2
573.994
286.997
3.73
Interaksi
6
477.741
79.622
1.03
Galat
48
3693.552
76.949
Total
59
4965.907
Lampiran 3 Sidik ragam jumlah akar stek pucuk benuang laki
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Bebas (db) Kuadrat
Tengah
Keragaman
(JK)
(KT)
Pemberian ZPT 3
99.047
33.015
Media tanam
2
17.950
8.975
Interaksi
6
112.024
18.670
Galat
48
496.133
10.336
Total
59
725.154

Pr>F

0.2017
0.0742
0.0670

Pr>F

0.4213
0.0312
0.4147

FHitung

Pr>F

3.19
0.87
1.81

0.0317
0.4261
0.1178

Lampiran 4 Sidik ragam panjang akar stek pucuk benuang laki
Derajat
Jumlah
Kuadrat
FKeragaman
Bebas (db) Kuadrat
Tengah
Hitung
(JK)
(KT)
Pemberian ZPT
3
50.228
16.742
3.44
Media tanam
2
8.883
4.441
0.91
Interaksi
6
55.649
9.274
1.91
Galat
48
233.350
4.861
Total
59
348.114

Pr>F

0.0238
0.4079
0.0988

19
Lampiran 5 Sidik ragam berat kering akar stek pucuk benuang laki
Derajat
Jumlah
Kuadrat
FKeragaman
Bebas (db) Kuadrat
Tengah
Hitung
(JK)
(KT)
Pemberian ZPT 3
0.045
0.015
2.98
Media tanam
2
0.032
0.016
3.15
Interaksi
6
0.087
0.014
2.84
Galat
48
0.246
4.005
Total
59
0.411
Lampiran 6 Pengamatan suhu dan kelembaban udara
Hari kePagi (09.00)
Siang (12.00)
Suhu
Suhu
RH (%)
RH (%)
(0C)
(0C)
1
22
94
29
68
2
21
95
26
60
3
23
92
30
57
4
22
92
27
62
5
21
87
26.5
63.5
6
22
85
28
62
7
25.5
96
29
62
8
22
95
29
55
9
21
88
29
64.5
10
24
89
24
63.5
11
24
91.5
30
54
12
23
86.5
28
53
13
23
85
28
52.5
14
23
82
30.5
52.5
15
25
80.5
32
64.5
16
24
71
28
53
18
22
73.5
32
52
19
21
64.5
27.5
52.5
20
25
63
32
52.5
21
23.5
84.5
30
63
22
25
88
30
57
23
24
78
27.5
60
24
26
85
29.5
63.5
25
24
77.5
30
64
26
22
79.5
30
62
27
22
76
28.5
62.5
28
22
81.5
30
57
29
24
85
29
55.5
30
25.5
88
28.5
61
31
24.5
89
30
68
32
23
83
27
60
33
24
82
26.5
57
34
26
70.5
28
62

Pr>F

0.0406
0.0516
0.0589

Sore (15.00)
Suhu
RH (%)
(0C)
25.5
87
23
89
22
92
26
68.5
27
64.5
24
9
25
92
23
92
24
87
25
88
24
89
25
86.5
24
86.5
26
88
22.5
91
21
95.5
22
93.5
23
90
23.3
84
25
84
25.5
92
21
90.5
23
88
24
87
25.5
91
22
84
25.5
90
23
90
24
86
25.5
87
23
89
22
92
26
68.5

20
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

25
25
22.5
26
26
24.4
22
21
22
25.5
22
21
24
24
23
23
23
25
24
22
21
25
23.5
25
26
24

95
96
81
89
85
92
87
85
96
95
88
89
91.5
86.5
85
82
80.5
71
73.5
64.5
64.5
63
84.5
88
78
85

29
29
29
24
30
28
28
30.5
32
28
32
27.5
32
30
30
27.5
29.5
30
30
28.5
30
29
28.5
30
30
28.5

63.5
62
62
55
64.5
63.5
54
53
52.5
52.5
64.5
53
52
52.5
52.5
63
57
60
63.5
64
62
62.5
57
55.5
61
64

27
24
25
23
24
25
24
25
24
26
22.5
21
22
23
23.3
25
25.5
21
23
24
25.5
22
25.5
23
24
24

64.5
9
92
92
87
88
89
86.5
86.5
88
91
95.5
93.5
90
84
84
92
90.5
88
87
91
84
90
90
86
86

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di kota Lirik yang berada di Provinsi Riau pada tanggal 07
Maret 1994 dari pasangan Catur Priadi dan Eni Afrida. Penulis merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara. Penulis memiliki dua orang adik yaitu Dinanda Dwi
Yuleni dan Rafifah Tri Seprida. Pendidikan penulis dimulai dari taman kanakkanak Desa Sidomulya pada tahun 1997-1999, SD Negri 007 Sidomulyo 1999-2005,
SMPN 1 Pasir Penyu 2005-2008, kemudian SMAN 1 Pasir Penyu 2008-2011.
Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan pada tahun 2011.
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif pada organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB tahun 2013, Himpunan
Profesi Departemen Silvikultur Tree Grower Community periode 2013-2014,
International Forestry Student’s Association (IFSA LC IPB) periode 2012-2013
dan Lembaga Dakwah Fakultas Ibaadurahman tahun 2014. Penulis mengikuti
praktik magang mandiri di Taman Nasional Alas Purwo di Banyuwangi, Jawa
Timur pada tahun 2012. Selanjutnya pada tahun 2013, penulis melaksanakan
Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang dan Sancang Barat,
Jawa Barat. Tahun 2014 penulis mengikuti Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, Jawa Barat. Tahun 2015
penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT Pesona Khatulistiwa
Nusantara yang merupakan perusahaan pertambangan batubara di Sekayan,
Kalimantan Utara. Selanjutnya pada tahun 2015 penulis mengikuti kegiatan
Scholarship of Study Visit for Sustainable Forest Management di Universitas
Gottingen, Jerman.
Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul Pembiakan
Vegetatif Stek Pucuk Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume) pada Berbagai
Konsentrasi Hormon Tumbuh dan Media dibawah bimbingan Dr Ir Irdika Mansur
MForSc.

22