Study Of Water Quality And Pollutant–Loaded Capacity Of Kapuas River, Pontianak City, West Kalimantan.

22

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

23

Judul Tesis

:

Nama
NIM

:
:

Penentuan Kualitas Air dan Kajian Daya Tampung Sungai Kapuas ,
Kota Pontianak.

Lasmi Yulistiana
P052050201

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Suprihatin, Dipl.Ing
Ketua

Dr.Ir. Nastiti Siswi Indrasti
Anggota

Diketahui,

Plh. Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Etty Riani, MS


Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Lulus :

Tanggal Ujian : 15 Agustus 2007

24

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia3Nya yang dilimpahkan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
tak terhingga kepada :
1.

Dr. Ir. Suprihatin, Dipl.Ing, sebagai ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Nastiti
Siswi Indrasti, sebagai anggota komisi pembimbing, Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo,
MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

periode 2005 – 2007 dan Bapak/Ibu staf pengajar beserta karyawan Program Studi
Pengelolaan SDA dan Lingkungan IPB, yang telah memberikan pengarahan,
bimbingan, saran dan pelayanan.

2.

Dr. Ir. Etty Riani, MS selaku Plh. Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan dan penguji luar komisi yang telah memberikan
masukan bagi perbaikan tesis ini.

3.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat yang telah memberikan dukungan dan izin
kepada penulis untuk melaksanakan tugas belajar pada Program Studi Pengelolaan
SDA dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana IPB.

4.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Provinsi Kalimantan Barat yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis untuk

melaksanakan tugas belajar pada Program Studi Pengelolaan SDA dan
Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana IPB.

5.

Keluarga tercinta, ibu, suami dan anak3anak, serta seluruh keluarga besar dan
saudara3saudaraku, atas doa dan ketulusan kalian turut memberikan inspirasi dan
semangat dalam proses belajar dan penyelesaian tesis ini.

6.

Teman3teman angkatan 2005 Program Studi Pengelolaan SDA dan Lingkungan
Sekolah Pasca Sarjana, teman3teman tugas belajar dari Kalbar, Pondok Khanza
dan keluarga pengasuh Pondok Khanza serta semua pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril dalam menyelesaikan tugas ini.

25

Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna, namun demikian penulis
berharap agar tesis ini bermanfaat bagi pihak3pihak yang terkait, khususnya bagi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan Kota Pontianak.

Bogor,

Agustus 2007

Lasmi Yulistiana

26

LASMI YULISTIANA, dilahirkan di Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat pada
tanggal 8 Oktober 1970, sebagai anak pertama dari 2 (dua) bersaudara dari pasangan
Suanda (almarhum) dan Hj. Alisma, SE, MM.
Pada tahun 1983, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD
Muhammadyah II Pontianak. Pendidikan Menengah Pertama penulis selesaikan di SMP
Negeri 1 Pontianak tahun 1986. Tahun 1989 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pontianak, pada tahun yang sama penulis diterima
sebagai Mahasiswa Pertanian Jurusan Agronomi Universitas Tanjungpura Pontianak
lulus pada tahun 1995. Kesempatan melajutkan program S2 pada Program Studi
Pengelolaan SDA dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor (IPB) di peroleh pada tahun

2005 atas beasiswa Pemda Provinsi Kalimantan Barat.
Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dengan
jabatan terakhir sebagai kepala sub bidang konservasi dan sumber daya air.
Penulis menikah pada tahun 1997 dengan Syarif Rabuansyah dan dikarunai
putri Qonita Nabila ( 9 tahun ) dan putra Syarif Muhamad Ihsan ( 5 tahun ).

27

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul ”Penentuan Kualitas Air dan
Kajian Daya Tampung Sungai Kapuas, Kota Pontianak” ini merupakan karya saya
sendiri dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Semua sumber data dan informasi
yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bagor, Agustus 2007

!

!


"

28

!""#

$

%

+

,

- ,

2

-


3

,
3

&

&

/
0

% +
(
5
% ',%

2
(
:


7
7

0

'

)

*

1
4
& 6

1 2

&
(


&''
&

%

3 ,

)
0 +
7 ;

+

'(

,.

7


7 5
- 3
0' 7
7 +

!""8 9
5

(,
$ 3

7
2

%

2
7
&

%

'
7
7

:
(,
+

-

29

LASMI YULISTIANA.
#$ %&
'( )
$
%&
+
-'(. %
/
$.
'
SUPRIHATIN and NASTITI SISWI INDRASTI

# %

* % #'#
+ , $
. Under Supervision of

The development of West Kalimantan especially in the surrounding area of
Kapuas River contributes significantly to the pollution of the river. Some measures have
undertake for reducing the pollutant load entering into the river. The objectives of this
study are to determine the water quality and to analyze the pollutant – loaded capacity
of Kapuas River, Pontianak. Samples were taken from five different stations, along the
river in Pontianak City. Results of laboratory analysis were compered to the water
quality standard (PP No. 82 /2001). STORET Method was used to determine the water
quality status of each sampling station. The result of laboratory analysis showed that
concentrations of TDS were approximately 21 – 1233 mg/L, Hg 16.41327.01 ppb,
Ammonia 0.3 – 0.98 mg/L, BOD 3.06 – 3.99 mg/L, COD 15 – 25 mg/L and Fecal
Coliform 0.1 – 12 x 105 MPN/100 ml. These results show that the water quality of
Kapuas River do not meet the stated water quality standard including physical, chemical
and the microbiology parameters.
Water of Kapuas River is no longer proper to be used as raw water for drinking
water. The study of industrial waste water shows that the waste water is treated and met
the waste water standard (KepMenLH No. 51/1991). Other pollutant sources may the
cause of the Kapuas River pollution. Local Government Policies should be undertaken
immediately to solve the pollution problem of Kapuas River, because the water of the
river is nowdays used as raw water of PDAM in Pontianak.

30

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2007
Hak Cipta dilindungi Undang3undang

! "
#
$

! "

22

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

23

Judul Tesis

:

Nama
NIM

:
:

Penentuan Kualitas Air dan Kajian Daya Tampung Sungai Kapuas ,
Kota Pontianak.
Lasmi Yulistiana
P052050201

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Suprihatin, Dipl.Ing
Ketua

Dr.Ir. Nastiti Siswi Indrasti
Anggota

Diketahui,

Plh. Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Etty Riani, MS

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Lulus :

Tanggal Ujian : 15 Agustus 2007

24

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia3Nya yang dilimpahkan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
tak terhingga kepada :
1.

Dr. Ir. Suprihatin, Dipl.Ing, sebagai ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Nastiti
Siswi Indrasti, sebagai anggota komisi pembimbing, Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo,
MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
periode 2005 – 2007 dan Bapak/Ibu staf pengajar beserta karyawan Program Studi
Pengelolaan SDA dan Lingkungan IPB, yang telah memberikan pengarahan,
bimbingan, saran dan pelayanan.

2.

Dr. Ir. Etty Riani, MS selaku Plh. Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan dan penguji luar komisi yang telah memberikan
masukan bagi perbaikan tesis ini.

3.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat yang telah memberikan dukungan dan izin
kepada penulis untuk melaksanakan tugas belajar pada Program Studi Pengelolaan
SDA dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana IPB.

4.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Provinsi Kalimantan Barat yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis untuk
melaksanakan tugas belajar pada Program Studi Pengelolaan SDA dan
Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana IPB.

5.

Keluarga tercinta, ibu, suami dan anak3anak, serta seluruh keluarga besar dan
saudara3saudaraku, atas doa dan ketulusan kalian turut memberikan inspirasi dan
semangat dalam proses belajar dan penyelesaian tesis ini.

6.

Teman3teman angkatan 2005 Program Studi Pengelolaan SDA dan Lingkungan
Sekolah Pasca Sarjana, teman3teman tugas belajar dari Kalbar, Pondok Khanza
dan keluarga pengasuh Pondok Khanza serta semua pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril dalam menyelesaikan tugas ini.

25

Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna, namun demikian penulis
berharap agar tesis ini bermanfaat bagi pihak3pihak yang terkait, khususnya bagi
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan Kota Pontianak.

Bogor,

Agustus 2007

Lasmi Yulistiana

26

LASMI YULISTIANA, dilahirkan di Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat pada
tanggal 8 Oktober 1970, sebagai anak pertama dari 2 (dua) bersaudara dari pasangan
Suanda (almarhum) dan Hj. Alisma, SE, MM.
Pada tahun 1983, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD
Muhammadyah II Pontianak. Pendidikan Menengah Pertama penulis selesaikan di SMP
Negeri 1 Pontianak tahun 1986. Tahun 1989 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pontianak, pada tahun yang sama penulis diterima
sebagai Mahasiswa Pertanian Jurusan Agronomi Universitas Tanjungpura Pontianak
lulus pada tahun 1995. Kesempatan melajutkan program S2 pada Program Studi
Pengelolaan SDA dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor (IPB) di peroleh pada tahun
2005 atas beasiswa Pemda Provinsi Kalimantan Barat.
Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dengan
jabatan terakhir sebagai kepala sub bidang konservasi dan sumber daya air.
Penulis menikah pada tahun 1997 dengan Syarif Rabuansyah dan dikarunai
putri Qonita Nabila ( 9 tahun ) dan putra Syarif Muhamad Ihsan ( 5 tahun ).

27

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul ”Penentuan Kualitas Air dan
Kajian Daya Tampung Sungai Kapuas, Kota Pontianak” ini merupakan karya saya
sendiri dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Semua sumber data dan informasi
yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bagor, Agustus 2007

!

!

"

28

!""#

$

%

+

,

- ,

2

-

3

,
3

&

&

/
0

% +
(
5
% ',%

2
(
:

7
7

0

'

)

*

1
4
& 6

1 2

&
(

&''
&

%

3 ,

)
0 +
7 ;

+

'(

,.

7

7 5
- 3
0' 7
7 +

!""8 9
5

(,
$ 3

7
2

%

2
7
&

%

'
7
7

:
(,
+

-

29

LASMI YULISTIANA.
#$ %&
'( )
$
%&
+
-'(. %
/
$.
'
SUPRIHATIN and NASTITI SISWI INDRASTI

# %

* % #'#
+ , $
. Under Supervision of

The development of West Kalimantan especially in the surrounding area of
Kapuas River contributes significantly to the pollution of the river. Some measures have
undertake for reducing the pollutant load entering into the river. The objectives of this
study are to determine the water quality and to analyze the pollutant – loaded capacity
of Kapuas River, Pontianak. Samples were taken from five different stations, along the
river in Pontianak City. Results of laboratory analysis were compered to the water
quality standard (PP No. 82 /2001). STORET Method was used to determine the water
quality status of each sampling station. The result of laboratory analysis showed that
concentrations of TDS were approximately 21 – 1233 mg/L, Hg 16.41327.01 ppb,
Ammonia 0.3 – 0.98 mg/L, BOD 3.06 – 3.99 mg/L, COD 15 – 25 mg/L and Fecal
Coliform 0.1 – 12 x 105 MPN/100 ml. These results show that the water quality of
Kapuas River do not meet the stated water quality standard including physical, chemical
and the microbiology parameters.
Water of Kapuas River is no longer proper to be used as raw water for drinking
water. The study of industrial waste water shows that the waste water is treated and met
the waste water standard (KepMenLH No. 51/1991). Other pollutant sources may the
cause of the Kapuas River pollution. Local Government Policies should be undertaken
immediately to solve the pollution problem of Kapuas River, because the water of the
river is nowdays used as raw water of PDAM in Pontianak.

30

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2007
Hak Cipta dilindungi Undang3undang

! "
#
$

! "

31

0
Halaman

DAFTAR TABEL…………………………………………………………....

iii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………

iv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………

v

I

PENDAHULUAN………………………………………………………..

1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….

1

1.2 Perumusan Masalah………………………………………………….

3

1.3 Kerangka Pemikiran………………………………………………....

4

1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………….

6

1.5 Hipotesis……………………………………………………………..

7

1.6 Manfaat Penelitian…………………………………………………...

7

II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………....

8

2.1 Ekologi Sungai………………………………………………………

8

2.2 Pencemaran Perairan……………………………………………….

11

2.3 Sumber Pencemaran Perairan………………………..………………

12

2.4 Kriteria dan Baku Mutu Air………………………..………………..

13

III METODE PENELITIAN...………………………………………………

15

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………….

15

3.2 Bahan dan Alat……………………………………………………....

16

3.3 Pengumpulan data Sekunder……………………………………….

18

3.4 Metode dan Analisis Data……………………………………………

18

3.4.1 Kualitas Air Sungai dan Status Pencemar……………………..

18

3.4.3 Analisis Daya Tampung Sungai...……………………………..

20

IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………...

21

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian…………………………………..

21

4.1.1 Jumlah Penduduk………………………………………………

24

4.1.2 Iklim……………………………………………………………

25

4.1.3 Hidrologi………………………………………………………

26

4.2 Kualitas Air Sungai Kapuas…………………………………………

29

32

4.2.1 Parameter Fisika…………………………………………………

31

4.2.1.1 Suhu Air…………………………………………………. 31
4.2.1.2 Padatan Terlarut Total (TDS)…………………………..

34

4.2.1.3 Padatan Tersuspensi Total (TSS)……………………….

36

4.2.2 Parameter Kimia…………………………………………………

38

4.2.2.1 pH………………………………………………………… 38
4.2.2.2 Merkuri (Hg)……………………………………………..

39

4.2.2.3 Ammoniak……………………………………………….. 42
4.2.2.4 Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)....…………………... 43
4.2.2.5 Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)……………………..... 45
4.2.3 Parameter Mikrobiologi………………………………………….. 47
4.2.3.1 Fecal Coliform…………………………………………..

47

4.3 Daya Tampung Sungai Kapuas……………………………………….

49

4.4 Status Mutu Air Sungai Kapuas di Kota Pontianak…..……………….. 50
4.5 Kajian Pencemaran Limbah Cair Industri…......………………............

56

4.5.1 Kualitas Limbah Cair…………………………………………...

56

4.5.2 Beban Pencemaran Limbah Cair …………………………….....

57

4.5.3 Debit Air Sungai Kapuas ……………………………………….

58

V SIMPULAN DAN SARAN………………………………………………..

60

5.1 Simpulan...............................................................................................

60

5.2 Saran.....................................................................................................

61

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….

62

LAMPIRAN.......................................................................................................

66

33

0
Halaman

1

Parameter fisik, kimia, biologi air dan metode analisisnya………….........

17

2

Penentuan sistem nilai untuk menentukan status lingkungan……………..

20

3

Penentuan status mutu perairan……………………………………………

20

4

Kecamatan dan Kelurahan di Kota Pontianak yang berada
di tepian Sungai Kapuas…………………………………………………..

23

2

5

Kepadatan penduduk berdasarkan luas (Km )………………………….....

24

6

Data iklim Kota Pontianak Tahun 1995 32004……………………………

26

7

Sungai dan parit di Kota Pontianak……………………………………….

27

8

Hasil analisis kualitas air Sungai Kapuas di Kota Pontianak……………..

30

9

Tingkat pencemaran perairan berdasarkan DO dan BOD……………….

44

10 Daya tampung perhitungan konsentrasi (mg/L) dan beban (kg/bulan)
Sungai Kapuas untuk baku mutu Kelas I………………………………….

51

11 Daya tampung perhitungan konsentrasi (mg/L) dan beban (kg/bulan)
Sungai Kapuas untuk baku mutu kelas II………………………………...

52

12 Daya tampung perhitungan konsentrasi (mg/L) dan beban (kg/bulan)
Sungai Kapuas untuk baku mutu kelas III……………………………….

53

13 Daya tampung perhitungan Konsentrasi (mg/L) dan beban (kg/bulan)
Sungai Kapuas untuk baku mutu kelas IV………………………………

54

14 Nilai Status Mutu IKA3Storet Air Sungai Kapuas di Kota Pontianak.

56

15 Karakteristik Limbah Cair Industri yang ada di Sepanjang
Sungai Kapuas di Kota Pontianak……………………………………...

57

16 Beban Pencemaran Limbah Cair Industri yang ada di Sepanjang Sungai
Kapuas di Kota Pontianak………………………………………………

58

34

0

1

Halaman

1

Bagan alir kerangka pemikiran……………..……………………………

6

2

Peta lokasi penelitian Kota Pontianak…………………………………...

15

3

Peta kondisi administrasi di kawasan Sungai Kapuas…………………

21

4

Hasil pengukuran suhu air (o C) 00332007………………………..

33

5

Hasil analisis TDS (mg/L) air Sungai Kapuas Tahun 2007
di Kota Pontianak…………………………………………………………

35

6 Hasil analisis TSS (mg/L) air Sungai Kapuas Tahun 2007
di Kota Pontianak …………………………………………………………

38

7 Hasil Pengukuran pH air Sungai Kapuas Tahun 2007
di Kota Pontianak………………………………………………………….

39

8 Hasil analisis Hg air Sungai Kapuas Tahun 2007
di Kota Pontianak………………………………………………………….

41

9

Hasil analisis Ammoniak air Sungai Kapuas Tahun 2007
di Kota Pontianak………………………………………………………….

43

10 Hasil analisis BOD (mg/L) air Sungai Kapuas Tahun 2007
di Kota Pontianak………………………………………………………….

45

11 Hasil analisis COD (mg/L) air Sungai Kapuas Tahun 2007
di Kota Pontianak…………………………………………………………..
3

12 Hasil pengukuran debit Sungai Kapuas (m /detik)……………………..

46
58

35

0

1

Halaman

1

Peta pengambilan sampling air Sungai Kapuas di Kota Pontianak …

66

2

Hasil analisis air Sungai Kapuas di Kota Pontianak…………………

67

3

Hasil analisis kualitas air Sungai Kapuas Tahun 200332005………..

69

4

Perhitungan status mutu air (IKA3STRORET) Sungai Kapuas
di Kota Pontianak……………………………………………………

70

Baku mutu air menurut peruntukkannya berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001…………………………..

75

5
6
7

Letak pengambilan sampling air di lima titik air
Sungai Kapuas di Kota Pontianak Tahun 2007……………………..

77

Alat pengambilan sampling air Sungai Kapuas……………….........

78

36

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Etty Riani, MS.

37

"2"

( ' /

3

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu
daerah tersebut. Pembangunan daerah merupakan akumulasi dari semua kegiatan
pembangunan sektoral, daerah dan swasta serta masyarakat yang berlangsung di daerah
termasuk didalamnya adalah pembangunan lingkungan hidup. Sejalan dengan
meningkatnya kegiatan pembangunan daerah, permasalahan lingkungan di daerah juga
semakin meningkat. Oleh karena itu, hal tersebut perlu diikuti dengan peningkatan
kapasitas pengelolaan lingkungan hidup khususnya pengendalian dampak lingkungan
oleh Pemerintah Daerah sebagaimana tercantum dalam Undang3Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kegiatan pembangunan yang semakin meningkat akan menimbulkan resiko
suatu pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, sehingga struktur dan fungsi dasar
ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak. Karena itu diperlukan suatu
usaha dalam meminimalisasikan kerusakan tersebut. Agar lingkungan hidup dapat
serasi, selaras dan seimbang perlu dilakukan pengawasan, pengendalian dan pemulihan
lingkungan dari kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup itu sendiri. Salah satu
sumberdaya yang merupakan bagian dari ekosistem adalah sumberdaya air.
Air merupakan salah satu faktor yang penting bagi makhluk hidup dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun demikian tidak semua air dapat langsung
dipergunakan

untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus memenuhi

kriteria dalam setiap parameter yang telah ditetapkan. Sebagian besar air untuk
keperluan sehari3hari berasal dari sungai, baik untuk keperluan bahan baku air minum,
pengairan sawah, perikanan, peternakan, industri, tempat hidup satwa liar, transportasi
dan rekreasi.
Selain itu masyarakat yang berada di pinggiran atau tepian sungai
memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci dan kakus. Akibat pemakaian air

38

sungai untuk keperluan berbagai sektor tersebut, menyebabkan sifat fisik, kimia dan
biologi air dalam badan air sungai sering mengalami perubahan karena adanya
pencemaran. Sumber3sumber pencemaran menurut Sastrawijaya (2000), dibedakan
menjadi sumber domestik (perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit dan
sebagainya) dan sumber non domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan,
perikanan, transportasi dan sumber pencemar lainnya).
Daerah Provinsi Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat
dijuluki Provinsi

julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang

mempunyai ratusan sungai besar dan sungai kecil yang diantaranya dapat dan sering
dilayari. Kota Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki potensi
sumberdaya air yang sangat besar karena dialiri oleh Sungai Kapuas. Sungai Kapuas
merupakan sungai terpanjang di Indonesia yaitu 1.086 Km dan juga daerah aliran
sungai memiliki luas

98.249 Km2, dimana terdapat 33 sungai induk dan 11

cabang. Sungai Kapuas ini memiliki nilai dan fungsi strategis bagi masyarakatnya serta
mempunyai peran yang sangat besar dalam era pembangunan di daerah Provinsi
Kalimantan Barat.
Beberapa masalah lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat telah
menjadi issu pokok lingkungan yang berpengaruh terhadap penciptaan kualitas
lingkungan dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat
umumnya, diantaranya kualitas peranan badan air Sungai Kapuas. Saat ini trennya
menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kualitas sebagai akibat adanya buangan
limbah

industri,

buangan

limbah

domestik

(perumahan),

pembukaan

lahan,

ekstensifikasi perkebunan dan hasil akhirnya berupa residu pupuk, pestisida dan lain
sebagainya. Hal ini akan berakibat menurunnya daya tampung perairan sungai tersebut.
Menurunnya daya tampung perairan sungai akan berdampak luas terhadap pemanfaatan air
sungai, baik untuk keperluan perikanan, pertanian, air baku air minum, sarana industri, transportasi,
rekreasi dan kehidupan masyarakat. Berdasarkan hal diatas, maka kajian mengenai daya tampung
perairan Sungai Kapuas sangat diperlukan, sehingga dapat diambil manfaat yang lebih besar dalam
rangka memelihara kelangsungan fungsi sungai. Selain itu kajian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk
menentukan kualitas air Sungai Kapuas.

39

"2

'(

1

4

Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan
ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat. Peningkatan pemakaian
sumberdaya air yang tidak terkendali cenderung akan meningkatkan potensi terjadinya
pencemaran sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas ketersediaan
sumberdaya air. Pertumbuhan ekonomi dapat tercapai apabila adanya pembangunan
secara berkesinambungan, sementara pembangunan pada hakekatnya dapat dilakukan
melalui pemanfaatan sumberdaya alam oleh kegiatan industri. Disamping menghasilkan
produksi industri juga menghasilkan produk samping yang disebut limbah. Setiap
produk diperlukan dalam upaya peningkatan kesejahteraan, sementara limbah
merupakan ancaman bagi ekosistem karena dapat merugikan atau mengurangi
kesejahteraan.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk baik untuk
memasak, minum, mencuci maupun mandi. Bagi kebanyakan penduduk secara
tradisional penggunaan air bersih masih bersumber dari sungai dan air hujan. Daerah
Provinsi Kalimantan Barat, khususnya Kota Pontianak penggunaan air bersih masih
bersumber dari sungai/danau dan air hujan.
Berkenaan dengan fungsi Daerah Aliran Sungai Kapuas, bahwa ketergantungan
masyarakat akan keberadaannya sangat tinggi. Tetapi ketergantungan masyarakat yang
sangat tinggi tidak diikuti dengan perilaku masyarakat yang baik terhadap fungsi dan
keberadaan Sungai Kapuas. Hal ini dapat menurunkan kualitas dan kuantitas air yang
pada akhirnya akan menurunkan nilai dan fungsi strategisnya sehingga menimbulkan
kerugian bagi masyarakat itu sendiri.
Dalam pemanfaatannya Daerah Aliran Sungai Kapuas masyarakat sering
melupakan untuk menjaga kelestarian fungsinya dan seringkali menjadikan badan
Sungai Kapuas tersebut menjadi terminal akhir dari pembuangan limbah kegiatan yang
berada di sepanjang perairan Sungai Kapuas. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi
Kalimantan Barat (2003), disebutkan bahwa sebanyak 28% masyarakat Kalimantan
Barat pada umumnya menggunakan air sungai sebagai sumber air untuk kebutuhan
hidup sehari3hari. Sedangkan menurut data Dinas Kesehatan Kota Pontianak

40

Tahun 2002 bahwa sebanyak 12.996 kasus penyakit yang sebabkan antara lain dari
pemanfaatan sumber air sungai.

"25

'(

3/

'

/(

Pembangunan, pertumbuhan dan pemanfaatan Sumberdaya yang menunjang
berbagai kepentingan pembangunan di wilayah Kota Pontianak dan sekitarnya
memberikan kontribusi yang besar terhadap beban pencemaran yang masuk melalui
sungai dan perairannya. Beban pencemaran di Sungai Kapuas bertambah berat baik
yang disebabkan oleh alam maupun aktifitas manusia. Berbagai kegiatan pembangunan
seperti pariwisata, pertanian, pertambangan, industri, perhubungan dan lain3lain
menambah kompleksnya permasalahan pencemaran yang terjadi.
Masyarakat daerah Provinsi Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak,
Sungai Kapuas layak disebut sebagai jantung kehidupan mereka. Pemanfaatannya
bukan hanya untuk cuci, mandi, dan minum, melainkan juga sebagai sumber nafkah.
Sungai Kapuas bersama anak sungainya telah menjadi urat nadi kehidupan masyarakat
Kalimantan Barat.
Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kalimantan Barat Tahun 2000, sampai
saat ini sebanyak 1.031 unit perahu motor serta 156 unit speed boad melayani
pengangkutan sungai di daerah itu. Daya angkut perahu motor yang ada berkisar 5 ton 3
20 ton. Rute yang dilayani antara lain dari Kota Pontianak – Sanggau – Sintang 3
Putussibau pergi pulang untuk mengangkut barang kebutuhan pokok. Kehadirannya
setidaknya telah mampu meminimalisasi kesenjangan sosial dan ekonomi masyarakat
kota serta desa. Hubungan antar mereka menjadi lebih dekat, hasil pertanian bisa
dipasarkan, kebutuhan pokok dapat dibeli. Semuanya itu berkat jasa perahu motor yang
setiap hari melayani angkutan barang dan penumpang menyusuri alur sungai dari serta
ke kawasan pedalaman, terpencil dan hulu sungai.
Pemakaian air sungai untuk keperluan berbagai sektor tersebut, menyebabkan
sifat fisik, kimia dan biologi air dalam badan air sungai sering mengalami perubahan
karena adanya pencemaran. Air buangan yang berasal dari aktivitas kegiatan industri,
perdagangan, permukiman dan transportasi yang di buang ke perairan sungai sangat
mempengaruhi kualitas air sungai yang bersangkutan. Kualitas air sungai yang sesuai

41

dengan peruntukannya akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, terutama
bagi masyarakat yang berada pada sepanjang pinggiran atau tepian Sungai Kapuas,
dengan kondisi demikian pengelolaan sungai secara berkelanjutan dapat diwujudkan.
Kualitas perairan sungai merupakan suatu alat yang dapat menduga dan
mengevaluasi terjadinya perubahan lingkungan. Kualitas air dari suatu perairan dapat
dinyatakan baik apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sesuai
dengan peruntukannya, seperti bahan baku air minum, prasarana/sarana rekreasi,
industri, perikanan, peternakan dan pertanian. Suatu perairan dikatakan telah tercemar
apabila beban pencemarnya telah melampaui kriteria baku mutu air yang ditentukan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Kondisi ini bila tidak dikelola
dengan baik akan segera menimbulkan dampak yang negatif terhadap masyarakat Kota
Pontianak, khususnya masyarakat yang berada di pinggiran Sungai Kapuas tersebut.
Gambaran tentang kualitas air Sungai Kapuas dapat diketahui dengan
melakukan suatu pengamatan terperinci yang berkaitan dengan keadaan, kondisi
lingkungan sekitar daerah aliran Sungai Kapuas serta mengumpulkan data sekunder dan
data primer hasil analisis parameter fisik, kimia dan biologi, kemudian dibandingkan
dengan baku mutu air minum Kelas I berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Hasil analisis
ini nantinya akan menggambarkan apakah telah terjadi penurunan kualitas air atau tidak.
Kerangka pemikiran yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1.

42

Aktivitas Masyarakat di Sekitar
Sungai Kapuas
Kota Pontianak

Permukiman

Pabrik/Industri

Transportasi/perhubungan

Perdagangan

LIMBAH

PENCEMARAN

Analisis Air Sungai Kapuas

Analisis Kualitas
Limbah Cair Industri

Penentuan
Status Pencemaran

Penentuan
Daya Tampung

6
Analisis Kualitas Air Sungai Kapuas
(PP No.82 Tahun 2001)

Pengendalian Pencemaran Perairan Sungai
Kapuas, Kota Pontianak

7 ("

3

( /'(

3/ +'

/(

3333 : Ruang Lingkup Penelitian
"28

9

' '

Tujuan dari penelitian adalah:
1. Menentukan tingkat kualitas air dan status mutu air Sungai Kapuas di Kota
Pontianak.
2. Menentukan daya tampung Sungai Kapuas di Kota Pontianak.
3. Mengkaji pencemaran limbah cair dari kegiatan industri yang berada di pinggiran
Sungai Kapuas, Kota Pontianak.

43

"2!

+% '
Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Kualitas air Sungai Kapuas di Kota Pontianak sudah melewati baku mutu untuk
berbagai keperluan.
2. Daya tampung Sungai Kapuas di Kota Pontianak sudah terlewati.

"2:

1

&

' '

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan kepada pihak pemerintah dan pihak terkait dalam
mengelola lingkungan diperairan Sungai Kapuas.
2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya .

44

2"

/% %3

3

Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan
memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan
untuk menekan masalah yang timbul sebagai akibat dari perubahan global yang
disebabkan manusia (Forman, 1996). Sungai terdiri dari bagian3bagian yang berperan
penting secara ekologis. Maryono (2003) menyatakan bahwa sempadan sungai sering
juga disebut dengan bantaran sungai namun sebenarnya ada sedikit perbedaan, karena
bantaran sungai adalah daerah pinggir sungai yang tergenangi air saat banjir (%
).
Bantaran sungai bisa juga disebut bantaran banjir, sedangkan sempadan sungai
adalah daerah bantaran banjir ditambah lebar longsoran tebing sungai (

) yang

mungkin terjadi, lebar bantaran ekologis, dan lebar keamanan yang diperlukan terkait
dengan letak sungai (misal areal permukiman dan non permukiman). Sempadan sungai
(terutama di daerah bantaran banjir) merupakan daerah ekologi dan sekaligus hidrolis
sungai yang sangat penting. Sempadan sungai tidak dapat dipisahkan dengan badan
sungai nya (alur sungai) karena secara hidrolis dan ekologis merupakan satu kesatuan.
Secara hidrolis sempadan sungai merupakan daerah bantaran banjir yang berfungsi
memberikan kemungkinan luapan air banjir ke samping kanan kiri sungai sehingga
kecepatan air ke hilir dapat dikurangi.
Sempadan sungai merupakan daerah tata air sungai yang padanya terdapat
mekanisme

%

ke sungai dan

%

ke air tanah. Proses

%

%

tersebut

merupakan proses konservasi hidrolis sungai dan air tanah pada umumnya. Secara
ekologis sempadan sungai merupakan habitat dimana komponen ekologi sungai
berkembang. Jika sistem ekologi dan hidrolis sempadan sungai ini terganggu, misalnya
dengan adanya bangunan di atasnya, maka fungsi ekologis dan hidrolis yang sangat
vital tersebut akan rusak.
Ekosistem sungai merupakan bagian dari ekosistem perairan mengalir.
Ekosistem perairan mengalir ini bervariasi ukurannya mulai dari sungai yang memiliki
debit aliran sangat besar (seperti Sungai Amazon dengan debit aliran rata3rata 93.000

45

m3/detik) hingga sungai dengan debit sangat kecil (beraliran tenang). Berdasarkan
panjangnya, sungai bervariasi mulai dari anak3anak sungai dipegunungan hingga
sungai3sungai yang besar. Kondisi sungai seperti di atas merupakan faktor3faktor
abiotik dari ekosistem perairan mengalir yang akan memberikan respon terhadap
komunitas biotiknya (Basmi, 1999).
Sungai mentransportasikan bahan3bahan yang tererosi (terlarut maupun
tersuspensi) dalam jumlah yang sangat besar dari lahan bagian atas menuju dataran yang
lebih rendah dan akhirnya bermuara di lautan (Wetzel, 2001). Sungai dicirikan oleh arus
yang searah dan relatif kencang. Kecepatan arus berkisar antara 0,1 3 1,0 m/detik.
Kecepatan arus ini sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim dan pola drainase.
Sungai merupakan tempat terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh
sehingga pada sungai tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan
tergenang (lentik). Kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi dan
sedimentasi merupakan empat hal yang paling berperan dalam ekosistem perairan
mengalir dan dalam pengklasifikasian perairan mengalir (Effendi, 2003).
Secara garis besar sungai dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (Reid, 1961):
1. Sungai Bagian Hulu. Pada bagian ini

/kemiringan dasar sungai cukup besar

sehingga air bergerak dengan arus yang cepat. Substrat dasar pada bagian ini
umumnya terdiri dari bebatuan dan kerikil, namun pada bagian dimana arusnya
cukup pelan (

) ditemukan juga substrat pasir dan detritus organik dalam jumlah

yang sedikit.
2. Sungai Bagian Tengah. Pada bagian ini

/kemiringan dasar sungai tidak

terlalu besar sehingga air bergerak dengan arus yang lebih pelan dibandingkan pada
bagian hulu. Substrat dasar pada sungai bagian ini umumnya didominasi oleh
material kasar seperti pasir, sedangkan lumpur hanya ditemukan pada bagian sungai
yang sedikit tergenang (

) dan pinggiran sungai.

3. Sungai Bagian Hilir. Bagian ini terletak dekat mulut sungai. Substrat dasar
umumnya terdiri dari lumpur dan deritus organik. Batas garis pantai pada bagian ini
tidaklah jelas karena sungai memiliki daerah dataran banjir yang luas. Sungai pada
bagian ini ditandai oleh adanya semak3semak dan rawa.

46

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, yaitu (Reid, 1961):
a. Sungai Permanen, yaitu sungai yang senantiasa berair sepanjang tahun.
b. Sungai Intermitten, yaitu sungai yang dapat mengering (terutama pada musim
kemarau yang panjang).
c. Sungai Episodik, yaitu sungai yang hanya berair sewaktu hujan.
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu ekosistem dimana di dalamnya
terjadi suatu proses interaksi antara faktor3faktor biotik, abiotik dan manusia. DAS
merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung3punggung
bukit atau gunung, maupun batas buatan, seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan
yang turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik control (
Sebagai suatu ekosistem, maka setiap ada masukan (

).

) ke dalam DAS, proses yang

terjadi dan berlangsung didalamnya dapat dievaluasi berdasarkan keluaran (

) dari

ekosistem tersebut. Komponen masukan dalam ekosistem DAS adalah curah hujan,
sedangkan komponen keluaran terdiri dari debit air dan muatan sedimen. Komponen3
komponen DAS yang berupa vegetasi, tanah dan saluran/sungai dalam hal ini bertindak
sebagai prosesor (Suripin, 2001).
Lingkungan sungai merupakan suatu bentuk lingkungan ekologis yaitu
lingkungan

(air mengalir) yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran, turbiditas dan

suhu serta kedalaman air (Nurisjah, 2001). Selanjutnya Nurisjah (2001) menyatakan
sungai merupakan tempat mengalirnya air yang berasal dari air hujan pada suatu alur
yang panjang di atas permukaan bumi dan merupakan salah satu badan air lotik yang
utama. Sungai mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan peradaban
manusia di dunia ini, yakni dengan menyediakan banyak daerah subur yang umumnya
terletak di bagian lembahnya.
Sungai juga merupakan sebagai salah satu elemen kehidupan manusia yang
paling utama dan sebagai sarana transportasi guna meningkatkan mobilitas dan
komunikasi antar manusia. Sungai juga berhubungan erat dengan kehidupan sehari3hari
manusia. Di daerah pegunungan, air digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik,
sumber air irigasi, sumber air minum, kebutuhan industri dan lainnya. Sungai juga

47

bermanfaat sebagai tempat rekreasi berbasis air sungai (bersampan, memancing, arung
jeram, dan lain3lain), pariwisata dan kegiatan perikanan.
Ruang3ruang sungai yang melintas areal pemukiman padat biasanya dipelihara
dengan baik sebagai suatu bentuk ruang terbuka. Ruang3ruang sungai memiliki manfaat
lingkungan yang tinggi, terutama dalam upaya mengendalikan kualitas lingkungan dan
untuk areal rekreasi. Ruang3ruang sungai juga digunakan sebagai saluran pembuangan
air selokan kota dan air buangan dari areal pertanian.
Sifat dan karakter suatu sungai dipengaruhi oleh luas dan bentuk daerah aliran
sungai (DAS) serta kemiringannya. Lokasi anak sungai dalam suatu DAS terutama
ditentukan oleh keadaan daerahnya (Nurisjah, 2001). Bagian dari ekologi sungai adalah
badan air yaitu lingkungan perairan sungai sebagai suatu ekosistem, habitat dan sumber
daya alam yang selain merupakan objek yang dipengaruhi manusia juga merupakan
subyek yang dapat mempengaruhi kehidupan dan perikehidupan manusia. Sebagai suatu
ekosistem, kualitas dan kuantitas air sungai pada suatu sub sistem akan dipengaruhi oleh
sub sistem lainnya, yaitu dari sub sistem hulu sampai dengan sub sistem hilir antara sub
sistem airnya dan sub sistem sempadan sungai serta sub sistem daratan tangkapan airnya
(Tim Prokasih, 2004).

2

' ,'

(

'( (

Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan
biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni
(1989), pencemaran adalah peristiwa adanya penambahan bermacam3macam bahan
sebagai hasil dari aktivitas manusia, kedalam lingkungan yang biasanya dapat
memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungannya. Pencemaran juga
terjadi apabila ada gangguan terhadap daur suatu zat, sehingga terjadi pembuangan
(Soemarwoto,1992).
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, menyatakan pencemaran air
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai peruntukkannya (Anonim, 2001).
Wardoyo (1979), menyatakan bahwa pencemaran air adalah peristiwa penambahan

48

bahan oleh manusia kedalam perairan, sehingga merusak atau membahayakan
kehidupan organisme di dalamnya, berbahaya bagi kesehatan manusia, mengganggu
aktivitas perairan termasuk penangkapan ikan, merusak daya guna air dan mengurangi
keindahan. Menurut Kristanto (2002), pencemaran air adalah penyimpangan sifat3sifat
air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya.
Harsanto (1995), mengatakan bahwa air dikatakan tercemar jika mengalami hal3
hal berikut :
1.

Air mengandung zat, energi dan atau komponen lain yang dapat merubah fungsi air
sesuai peruntukkannya atau disebut parameter pencemaran.

2.

Kandungan parameter pencemaran didalam air telah melampaui batas toleransi
tertentu atau disebut baku mutu hingga menimbulkan gangguan terhadap
pemanfaatannya. Dengan kata lain tidak sesuai dengan peruntukannya.

25

7'( ' ,'

(

'( (

Di Indonesia banyak sungai yang telah mencapai taraf pencemaran yang
merugikan, khususnya sungai3sungai yang alirannya melalui daerah perkotaan (daerah
padat penduduk) dan wilayah perindustrian (Saeni, 1989). Penyebab pencemaran
sebenarnya berasal dari sisa3sisa benda yang dibuat, dipakai dan dibuang oleh manusia.
Selain itu pencemaran juga berasal dari lolosnya sebagian/sisa bahan baku yang
digunakan dalam proses suatu produksi. Pencemaran meningkat bukan hanya
disebabkan oleh meningkatnya pemakaian lahan oleh manusia, tetapi juga disebabkan
oleh meningkatnya tuntutan hidup manusia dari tahun ke tahun (Odum, 1971).
Pembuangan limbah industri dan domestik ke badan air merupakan penyebab
utama pencemaran air. Ekosistem dalam badan air mempunyai kapasitas pemurnian
tertentu. Dalam aliran yang alamiah terjadi siklus yang seimbang antara kehidupan flora
dan fauna air. Pencemaran akibat pembuangan limbah industri maupun limbah domestik
akan mengganggu sistem yang ada. Air mempunyai kemampuan untuk memurnikan
dirinya sendiri secara biologis selama beban pencemar yang diterimanya tidak melebihi
batas (Suripin, 2001).
Kegiatan pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi kualitas perairan, terutama dengan adanya penggunaan pupuk dan

49

pestisida (Sutamihardja, 1992). Di dalam suatu daerah aliran sungai, penurunan kualitas
air terutama disebabkan oleh limbah domestik, limbah industri, kegiatan pertambangan
dan limbah pertanian. Penggunaan lahan untuk bidang pertanian yang melampaui batas
di daerah hulu sungai akan mempengaruhi kualitas daerah perairan hilir dan muara
sungai (Mahbub, 1986).
Menurut Manan (1977), masalah kualitas air sungai terutama disebabkan oleh
kandungan sedimen dalam air sungai akibat terjadinya erosi pada bagian DAS, terutama
di bagian hulu. Kualitas perairan merupakan tingkat kesesuaian air terhadap
penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk
memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau
pertanian, peternakan, rekreasi dan transportasi. Kualitas perairan yang dapat digunakan
untuk menentukan tingkat pencemaran air mencakup tiga karakteristik yaitu:
1. Sifat3sifat fisik air, seperti suhu, daya hantar listrik, kekeruhan, konsentrasi padatan
terlarut dan tersuspensi.
2. Sifat3sifat kimia air, seperti nilai pH, oksigen terlarut, BOD, COD, minyak dan
lemak, logam berat dan bahan pencemar lainnya.
3. Sifat3sifat biologis air, seperti adanya bakteri &

yang merupakan

salah satu indikator yang menunjukkan pencemaran air (Suripin, 2001).

28

( '(

#

/ 1

(

Kualitas air sangat ditentukan oleh konsentrasi bahan pencemar di dalam air.
Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, menggolongkan air berdasarkan
peruntukannya menjadi 4 (empat) kelas yaitu :
1. Kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut;

50

3. Kelas tiga, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
4. Kelas empat, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang di tegang
keberadaannya di dalam air. Baku mutu air ini ditetapkan pemerintah berdasarkan
peraturan undang3undang dengan mencatumkan pembatasan konsentrasi dari berbagai
parameter kualitas air. Baku mutu air berlaku untuk lingkungan perairan suatu badan
air, sedangkan baku mutu limbah berlaku untuk limbah cair yang akan masuk ke
perairan.

51

1
52"

/

#

' +

Penelitian ini dilakukan di daerah aliran Sungai Kapuas di Kota Pontianak, yang
mana banyak dijumpai berbagai aktivitas manusia seperti industri, pelayaran (dermaga),
pasar, pemukiman di daerah tersebut. Pengambilan sampel dilakukan di lima stasiun
pengamatan di aliran Sungai Kapuas di Kota Pontianak, Stasiun I Muara Jungkat
terletak antara 00o 03’ 48,4” LS hingga 109o 11’ 30,0” BT, Stasiun II TPI terletak antara
00o 00’ 06,2” LS hingga 109o 18’ 05,8” BT, Stasiun III Depan Korem terletak antara
00o 01’ 15,4” LS hingga 109o 20’ 22,6” BT, Stasiun IV Simpang Sungai Landak Hilir
terletak antara 00o 01’ 07,2” LS hingga 109o 21’ 54,3” BT dan Stasiun V Sudarso
terletak antara 00o 03’ 27,0” LS hingga 109o 22’ 03,4” BT sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta Kota Pontianak dan lokasi sampling

52

Ke Lima stasiun pengamatan tersebut adalah :
1.

Stasiun 1 :

Muara Jungkat .

2.

Stasiun 2 :

TPI (aktivitas manusia yang dijumpai adalah dermaga, pasar
dan permukiman Kecamatan Sei. Kakap Kota Pontianak)

3.

Stasiun 3 :

Korem (aktivitas manusia yang dijumpai adalah industri
crumb rubber, tempat hiburan, penginapan dan pemukiman
di Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak)

4.

Stasiun 4 :

Simpang Sungai Landak Hilir (aktivitas manusia yang
dijumpai adalah industri playwood dan permukiman di
Kecamatan Sei Raya Kota Pontianak)

5.

Stasiun 5:

Sudarso

(aktivitas

manusia

dijumpai

adalah

industri

playwood, Rumah Sakit dan permukiman Kecamatan
Sei.Raya Kota Pontianak)

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2006 sampai dengan Maret 2007,
pengambilan sampling ulangan I dilakukan pada tanggal 3 Januari 2007, ulangan II
pada tanggal 6 Februari 2007, ulangan III pada tanggal 15 Februari 2007 dan ulangan
IV pada tanggal 7 Maret 2007.
52

4

#

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat dan bahan yang
digunakan untuk mengukur paramater pH, DO, BOD dan TSS. Adapun alat yang
digunakan meliputi: botol sampel, cawan Goch atau penyaring yang dilengkapi
penghisap atau penekan, kertas saring berpori 0,45 Lm, alat pendingin (" ' ! ), oven
pemanas, desikator, neraca analitik kapasitas 200 gram ketelitian 0,1 mg, penjepit, pH
meter, labu ukur 1 liter,

, DO meter, Botol BOD 300 ml, pengaduk otomatis,

lemari pengeram BOD, aerator, gelas ukur 100 ml dan 1000 ml, labu ukur 100 ml dan
1000 ml, gelas piala 100 ml dan 2000 ml, tabung COD, buret, pipet 10 ml, labu
erlemeyer 100 ml, tabung reaksi, tabung durham, kapas, pembakar bunsen, GPS ((
)

), alat tulis menulis, label dan alat pengambil contoh air. Bahan yang

digunakan meliputi : sampel air sungai, air suling, larutan buffer pH, larutan campuran
*

%

(Hadi , 2005).

53

Teknik sampling untuk pengambilan contoh air yang dianalisis dilaksanakan
secara komposit pada musim kemarau. Pengambilan contoh ini dilakukan pada tiga
lapisan, yaitu pada permukaan, tengah dan bagian bawah sungai. Contoh air dari ketiga
lapisan tersebut dicampur sampai homogen. Contoh air tersebut dimasukkan ke dalam
botol polietilen sampai penuh dengan diberi pengawet HNO3 untuk logam berat,
kemudian di tutup rapat, diberi label dan di bungkus dengan menggunakan alumunium
foil, setelah itu dimasukkan ke dalam

'

dan siap dibawa ke laboratorium untuk

dianalisis.
Analisis air dilakukan di Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
yang merupakan salah satu laboratorium lingkungan daerah. Penentuan parameter yang
diteliti berdasarkan jenis3jenis kegiatan yang terdapat sepanjang aliran Sungai Kapuas.
Metode analisis yang digunakan disesuaikan dengan parameter yang diteliti
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Parameter fisik, kimia, biologi air dan metode analisisnya
%

(

'(

1' %#'

2
0 /
1.

mg/L

Gravimetri

SNI M 30331989

2.
3.
4.

Padatan
Tersuspensi
Padatan Terlarut
Suhu
DHL

mg/L
C
L mhos/cm

Gravimetri
Termometer
Konduktometri

SNI M 30331989
SNI 063241331991
SNI M 30331989

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

pH
Air Raksa
BOD
COD
Khlorida
N