Komunikasi Kelompok Kerangka Teori

9

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis Melihat kualitas pengambilan keputusan dalam kelompok melalui proses komunikasi dalam kelompok dan mengetahui kualitas hasil keputusan. 2. Manfaat Praktis Memberikan alternatif kepada PR dalam mengambil keputusan yang tepat demi kemajuan perusahaan dimana dia bekerja.

1.5 Kerangka Teori

1. Komunikasi Kelompok

Di dalam organisasi sering ditemui adanya komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil, seperti dalam rapat-rapat, konferensi, dan komunikasi dalam kelompok kerja. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa kebanyakan organisasi menggunakan kelompok- kelompok dalam pekerjaannya sehari-hari. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan- kawan tersekat; kelompok diskusi; kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada 10 komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut small-group communication . Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi. Deddy Mulyana, 2000:74. Efektivitas kelompok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: 1. Faktor situasional yaitu: ukuran kelompok, jaringan komunikasi, kohesi kelompok, dan kepemimpinan. 2. Faktor personal,yaitu: kebutuhan interpersonal, tindak komunikasi, dan peranan. Aktivitas lainnya di dalam kelompok adalah pembuatan keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: consensus, kompromi, pengambilan suara mayoritas, keputusan oleh pemimpin, dan orbitrasi. Pembuatan keputusan dalam kelompok berbeda dengan pemecahan masalah secara individu karena adanya hubungan-hubungan interpersonal. Setiap kali dua orang atau lebih bersama-sama menangani masalah, kendala-kendala interpersonal juga timbul. Kendala-kendala tersebut meliputi kebutuhan untuk memperjelas gagasan-gagasan kepada orang lain, mengatasi konflik, mengendalikan perbedaaan-perbedaaan, dan sebagainya. Jadi, dalam setiap diskusi kelompok, para anggota akan berhadapan dengan sebuah tugas dan kendala-kendala interpersonal pada saat yang bersamaan. Dalam pengambilan keputusan kelompok dibutuhkan komunikasi antar anggota yang efektif. Oleh karena itu, efektivitas komunikasi dalam kelompok memiliki peranan yang penting dalam kualitas 11 pengambilan keputusan. Efektivitas komunikasi kelompok membantu tahap-tahap pengambilan keputusan, yaitu dalam menganalisis masalah, menetapkan tujuan, mengidentifikasi alternatif, dan mengevaluasi. Salah satu teori yang membahas mengenai pengambilan keputusan adalah teori dari Hirokawa dan Gouran. Menurut Effendy 2003:20, komunikasi kelompok group communication adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunikan dalam komunikasi kelompok bisa sedikit jumlahnya, bisa juga banyak jumlahnya. Bila jumlah orang yang terdapat dalam kelompok itu sedikit atau kecil, maka disebut dengan komunikasi kelompok kecil small group communication; tetapi jika jumlanya banyak atau besar maka disebut komunikasi kelompok besar large group communication. Antara komunikasi kelompok kecil dengan komunikasi kelompok besar terdapat beberapa perbedaan karakteristik. Komunikasi kelompok kecil merupakan komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis. Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menyampaikan pesannya kepada benak atau fikiran komunikan, sebagai contoh: komunikasi dalam proses perkuliahan, ceramah, dan lain-lain. Komunikasi kelompok kecil berlangsung secara dialogis, artinya proses komunikasi tersebut tidak linier melainkan sirkuler. Umpan balik dari komunikan 12 kepada komunikator berlangsung secara verbal. Komunikan dapat menanggapi pesan yang disampaikan komunikator, mungkin dalam bentuk pertanyaan, sanggahan dan lain-lain. Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang memiliki karakteristik yaitu: ditujukan kepada afeksi komunikan, dan prosesnya berlangsung secara linier. Dalam komunikasi kelompok besar ini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasanaannya. Komunikan dalam komunikasi kelompok besar ini sifatnya heterogen. Proses komunikasi kelompok besar bersifat linier, satu arah dari komunikator ke komunikan. Contoh dari komunikasi kelompok besar ini adalah pidato seorang orator di lapangan, di mana komunikannya adalah masyarakat yang heterogen. Beberapa definisi komunikasi kelompok, yaitu: a. Definisi komunikasi kelompok menurut Anwar Arifin Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya. b. Definisi komunikasi kelompok menurut Michael Burgoon dalam Wiryanto, 2005:33 Komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang 13 mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. c. Definisi komunikasi kelompok menurut Denis McQuai Komunikasi kelompok yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. d. Definisi komunikasi kelompok menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communicatio, A Revision of Approaching SpeechCommunication Komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Klasifikasi kelompok menurut Cragan dan Wright, yaitu: a. Kelompok deskriptif Menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukkannya secara ilmiah. 14 1. Kelompok Tugas Model Fisher Tindak komunikasi kelompok tugas menemukan bahwa kelompok melewati empat tahap yaitu: a. Orientasi Ini adalah tahap pemetaan masalah. Setiap anggota berusaha saling mengenal, saling menangkap perasaan yang lain, mencoba menemukan peranan dan status. Tindak komunikasi pada tahap ini umumnya menunjukkan persetujuan, mempersoalkan pernyataan, dan berusaha memperjelas informasi. b. Konflik Terjadi peningkatan perbedaan di antara anggota. Masing- masing anggota berusaha untuk mempertahankan posisinya. Terjadi polarisasi dan kontraversi di antara anggota kelompok. Tindak komunikasi pada tahap ini berupa pernyataan tidak setuju, dukungan pada pendirian masing- masing, dan biasanya menghubungkan diri dengan pihak pro atau kontra. c. Pemunculan Pada tahap ini orang mulai mengurangi tingkat polarisasi dan perbedaan pendapat. Dalam tahap ini, anggota yang menentang usulan tertentu menjadi bersikap tidak jelas. Tindak komunikasi umumnya berupa usulan-usulan yang 15 ambigu. d. Peneguhan Para anggota kelompok memperteguh konsensus kelompok. Mereka mulai memberikan komentar tentang kerja sama yang baik dalam kelompok dan memperkuat keputusan yang diambil oleh kelompok. Pernyataan umumnya bersifat positif dan melepaskan ketegangan. 2. Kelompok Pertemuan Model Bennis dan Shepherd a. Kebergantungan pada otoritas 1. Ditandai dengan adanya pimpinan. 2. Terbentuknya koalisi di antara beberapa orang anggota. 3. Anggota kelompok menemukan bahwa mereka bebas membentuk struktur dan pengalaman mereka sendiri. b. Kebergantungan satu sama lain 1. Anggota kelompok yakin telah menyelesaikan konflik. 2. Usaha sungguh-sungguh untuk menemukan identitas dari setiap anggota. 3. Keahlian psikologi diperlukan karena periode emosi yang meningkat dan kelompok umumnya merasakan keakraban dan ketergantungan satu sama lain. 16 3. Kelompok Penyadar Model Chesebro, Cragan, dan McCullough Empat tahap perkembangan kelompok penyadar: a. Kesadaran diri akan identitas baru Untuk menimbulkan kesadaran diri, orang-orang yang berkumpul di dalam kelompok harus terdiri atas orang- orang yang mempunyai karakteristik yang menjadi dasar pembentukan kelompok. b. Identitas kelompok melalui polarisasi Secara rinsi, diskusi dapat berlangsung lebih hangat. c. Menegakkan nilai-nilai baru bagi kelompok Anggota mempertentangkan nilai-nilai kelompok mereka. d. Menghubungkan diri dengan kelompok revolusioner lainnya Biasanya merumuskan tindakan nyata yang harus dilakukan untuk mencapai cita-cita kelompok. Beberapa kelompok penyadar menggabungkan isolasi sosial dengan ancaman hukuman. Cara ini dapat menimbulkan perilaku aneh yang tidak terbayangkan oleh orang lain. Kombinasi cara ini ternyata efektif untuk menimbulkan perubahan identitas sosial dari anggota-anggota yang berperan serta dalam diskusi kelompok. 17 b. Klasifikasi Preskriptif Mengklasifikasikan kelompok menurut langkah-langkah rasional yang harus dilewati anggota kelompok untuk mencapai tujuannya. Ada enam format komunikasi kelompok preskriptif, yaitu: 1. Meja bundar Susunan tempat duduk yang bundar menyebabkan arus komunikasi yang bebas di antara anggota-anggota kelompok. Susunan ini digunakan untuk diskusi yang bersifat terbatas. Pada diskusi ini terjadi jaringan komunikasi semua saluran. Format meja bundar memungkinkan individu berbicara kapan saja tanpa agenda yang tetap. 2. Simposium Serangkaian pidato pendek yang menyajikan berbagai aspek dari sebuah topik atau posisi yang pro dan kontra terhadap masalah yang kontroversial. Seorang moderator mengendalikan waktu dan pokok pembicaraan. Simposium dimaksudkan untuk menyajikan informasi untuk dijadikan sumber rujukan khalayak dalam mengambil keputusan pada waktu yang akan datang. 3. Diskusi panel Diskusi panel umumnya melibatkan sekelompok kecil peserta diskusi yang melakukan pembicaraan secara informal tentang suatu topik tertentu yang sebelumnya telah diselidiki dengan 18 teliti oleh peserta diskusi. Format khusus yang anggota-anggota kelompoknya berinteraksi, baik berhadap-hadapan maupun melalui seorang mediator. Susunan tempat duduk diskusi panel pada meja segi empat yang menghadap khalayak, dengan moderator yang duduk di tengah-tengah, di antara kedua pihak yang berdiskusi. Suasana diskusi dapat bersifat informal atau formal. 4. Forum Adalah menyediakan waktu tanya jawab yang terjadi setelah diskusi terbuka. Ada lima macam forum, yaitu: a. Forum ceramah Format diskusi yang dilakukan terutama sekali untuk saling berbagi informasi. b. Forum debat Untuk menyajikan pro dan kontra terhadap proposisi yang kontroversial. c. Forum dialog Menggunakan kombinasi antara dukungan dan pertanyaan sehingga menjadi struktur diadik atau triadik yang melahirkan dialog. d. Forum panel e. Forum simposium 19 5. Kolokium Sejenis format diskusi yang memberikan kesempatan kepada wakil-wakil khalayak untuk mengajukan pertanyaan yang sudah dipersiapkan kepada seorang atau beberapa orang. Kolokium agak bersifat formal, dan diskusi diatur secara ketat oleh seorang moderator. 6. Prosedur parlementer Format diskusi yang secara ketat mengatur peserta diskusi yang besar pada periode waktu yang tertentu ketika sejumlah keputusan harus dibuat.

2. Pengambilan Keputusan Kelompok

Dokumen yang terkait

Sistem Pelaksanaan Make‐Up Room Yang Dilakukan Housekeeper Pada Kamar Hotel Sahid Raya Garden Yogyakarta

5 98 57

THE RECEPTION SECTION IN SAHID KUSUMA RAYA HOTEL

0 6 47

ANALISIS PERBEDAAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN TETAP DAN KARYAWAN KONTRAK ANALISIS PERBEDAAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN TETAP DAN KARYAWAN KONTRAK (Studi Pada Karyawan Hotel Sahid Raya Yogyakarta).

0 5 18

LANDASAN TEORI ANALISIS PERBEDAAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN TETAP DAN KARYAWAN KONTRAK (Studi Pada Karyawan Hotel Sahid Raya Yogyakarta).

0 4 18

PENDAHULUAN ANALISIS PERBEDAAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN TETAP DAN KARYAWAN KONTRAK (Studi Pada Karyawan Hotel Sahid Raya Yogyakarta).

0 3 10

KESIMPULAN DAN SARAN ANALISIS PERBEDAAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN TETAP DAN KARYAWAN KONTRAK (Studi Pada Karyawan Hotel Sahid Raya Yogyakarta).

0 3 45

“HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PENGAMBILAN KEPUTUSANDALAM KELOMPOK DENGAN KUALITAS HASIL KEPUTUSAN DI “HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK DENGAN KUALITAS HASIL KEPUTUSAN DI HOTEL SAHID RAYA YOGYAKARTA” (STUDI KORELASIONAL KARYAWAN HO

0 2 16

PENUTUP “HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK DENGAN KUALITAS HASIL KEPUTUSAN DI HOTEL SAHID RAYA YOGYAKARTA” (STUDI KORELASIONAL KARYAWAN HOTEL SAHID RAYA YOGYAKARTA).

0 2 4

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA PEREMPUAN DI HOTEL SAHID RAYA SOLO.

0 0 21

Studi kelayakan rencana ekspansi dalam investasi penambahan kamar baru : studi kasus pada Hotel Sahid Raya Yogyakarta Jl. Tambakbayan Babarsari Yogyakarta.

0 0 246