Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Penelitian

3 khusus nya bagi pemimpin masyarakat disana guna mengatasi sedini mungkin kerentanan ekonomi pada wilayah-wilayah yang umum nya memiliki produktivitas yang rendah baik dari segi penggunaan lahan nya atau pengelolahan nya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana distribusi keruangan tingkat kerentanan sosial ekonomi di Kabupaten Magelang? 2. Faktor Geografi apakah yang berasosiasi dalam tingkat kerentanan ekonomi wilayah di Kabupaten Magelang.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis distribusi keruangan kerentanan sosial ekonomi di Kabupaten Magelang. 2. Menganalisis faktor geografi yang berasosiasi dalam tingkat kerentanan ekonomi suatu wilayah di Kabupaten Magelang.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam pencapaian gelar sarjana S- 1 Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan pada perencanaan yang berhubungan dengan masalah ekonomi di Kabupaten Magelang. 3. Sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya. 4

1.5 Telaah Pustaka

1.5.1 PDRB

Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di seluruh daerah dalam tahun tertentu atau periode tertentu dan biasanya satu tahun. Menurut Robinson Tarigan 2009;18, Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto gross value added yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai produksi output dikurangi dengan biaya antara intermediate cost. BPS Nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan, penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Jadi, dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sector dan menjumlahkannya, akan menghasilkan produk domestic regional bruto atas dasar harga pasar. BPS Metode perhitungan PDRB ada dua macam, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan nilai harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. BPS

1.5.2 Metode Perhitungan AHP

Metode perhitungan yang digunakan penulis adalah Analytic Hierarchy Process AHP adalah teknik untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternatif yang dapat diambil. AHP dikembangkan oleh Thomas L.Saaty pada tahun 1970-an, dan telah mengalami banyak perbaikan dan pengembangan hingga saat ini. Kelebihan AHP adalah dapat memberikan kerangka yang komprehensif dan rasional dalam menstrukturkan permasalahan pengambilan keputusan. 5 AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Kelebihan AHP: 1. Kesatuan Unity. AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. 2. Kompleksitas Complexity. AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif. 3. Saling ketergantungan Inter Dependence. AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier. 4. Struktur Hirarki Hierarchy Structuring. AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa. 5. Pengukuran Measurement.AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas. 6. Konsistensi Consistency.AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas. 7. Sintesis Synthesis.AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif. 8. Trade Off.AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka. 6 9. Penilaian dan Konsensus Judgement and Consensus.AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda. 10. Pengulangan Proses Process Repetition.AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan. Kelemahan AHP: 1. Orang yang dilibatkan adalah orang –orang yang memiliki pengetahuan ataupun banyak pengalaman yang berhubungan dengan hal yang akan dipilih dengan menggunakan metode AHP 2. Untuk melakukan perbaikan keputusan, harus di mulai lagi dari tahap awal. 3. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru. 4. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.

1.6 Kerangka Penelitian

Suatu wilayah pada umumnya akan mempunyai masalah baik fisik maupun sosial ekonomi, masalah yang timbul bisa disebabkan oleh faktor dalam diri manusia, alam maupun kedua-dua nya. Dan hal yang paling dominasi adalah rendah pendidikan seseorang, jauh nya orang dari agama serta krisis teori pembangunan. Umer Chapra, 2005 kerentanan ekonomi disuatu wilayah dapat terjadi karena lemah nya nilai jual sumberdaya di wilayah, rendah nya pendapatan perkapita suatu wilayah PDRB, tingginya kenaikan implisitinflasi melebihi tingkat perkembangan 7 PDRB, ataupun rendah nya pemanfaatan lahan di daerah tersebut dikarenakan tidak disesuaikan dengan fungsi lahan tersebut atau hasil panen yang kurang maksimal. Hal-hal yang menyebabkan rendahnya pendapatan perkapita suatu wilayah, antara lain karena: faktor lemahnya sumber daya manusia, rendahnya penghasilan atau pekerjaan, jumlah penduduk yang sangat besar, kesenjangan sosial, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan, jumlah pekerjaan yang lebih banyak dibandingkan lapangan kerja, rendahnya daya beli masyarakat, budaya bangsa, perencanaan pembangunan yang tidak merata. Dengan pendapatan perkapita yang masih rendah berakibat penduduk tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga sulit mencapai manusia yang sejahtera. Pendapatan per kapita rendah juga berakibat kemampuan membeli daya beli masyarakat rendah, sehingga hasil-hasil industri harus disesuaikan jenis dan harganya. Bila industri terlalu mahal tidak akan terbeli oleh masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan industri sulit berkembang dan mutu hasil industri sulit ditingkatkan. Berikut adalah gambar diagram untuk membuat kerentanan suatu wilayah: : 8 Gambar 1. Kerangka Penelitian Kerentanan Sosial Ekonomi Sumber: Penulis, 2015.

1.7 Hipotesa Penelitian