Sosial Ekonomi analysis kerentanan sosial
1. Sosial Ekonomi
a. Faktor Sosial
Lingkungan sosial memberikan gambaran jelas tentang perbedaan pola
makan. Setiap masyarakat atau suku mempunyai kebiasaan makan yang berbeda
sesuai kebiasaan. Masyarakat mengkonsumsi bahan makanan tertentu yang
mempunyai nilai sosial sesuai dengan tingkat status sosial yang terdapat pada
masyarakat tersebut (Suhardjo, 1989 dalam Mapandin, 2005).
1) Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anak banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya
cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang
diterima, terlebih bila jarak anak terlalu dekat. Adapun pada keluarga dengan
keadaan sosial ekonomi kurang, jumlah anak banyak akan mengakibatkan
kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti
makanan, sandang, dan perumahan pun tidak terpenuhi (Adriani, 2012).
2) Tingkat Pendidikan Rumah Tangga
Soekirman (2002) dalam Mapadin (2005) mengemukakan bahwa pada
bagan penyebab kekurangan gizi oleh Unicef (1998) tercantum meski secara tidak
langsung namun tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya kekurangan gizi. Sudut sosial ekonomi, tingkat pendidikan ibu rumah
tangga merupakan salah satu aspek yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan suatu rumah tangga. Tingkat pendidikan formal seorang ibu
seringkali berhubungan positif dengan peningkatan pola konsumsi makanan
rumah tangga. Hal ini termasuk upaya mencapai status gizi yang baik pada anakanaknya (Koblinsky 1997 dalam Mapandin, 2005). Tingkat pendidikan yang lebih
tinggi
akan
memudahkan
seseorang
untuk
menyerap
informasi
dan
mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya
dalam hal kesehatan dan gizi (Atmarita, 2004 dalam Mapandin, 2005).
b. Faktor Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas
manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi
barang dan jasa. Istilah ‘ekonomi’ sendiri berasal dari kata yunani oikos yang berarti
‘keluarga, rumah tangga’ dan nomos atau ‘peraturan, aturan, hukum, dan secara garis
besar diartikan sebagai ‘aturan rumah tangga’ atau manajemen rumah tangga
(Adriani, 2012).
a. Faktor Sosial
Lingkungan sosial memberikan gambaran jelas tentang perbedaan pola
makan. Setiap masyarakat atau suku mempunyai kebiasaan makan yang berbeda
sesuai kebiasaan. Masyarakat mengkonsumsi bahan makanan tertentu yang
mempunyai nilai sosial sesuai dengan tingkat status sosial yang terdapat pada
masyarakat tersebut (Suhardjo, 1989 dalam Mapandin, 2005).
1) Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anak banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya
cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang
diterima, terlebih bila jarak anak terlalu dekat. Adapun pada keluarga dengan
keadaan sosial ekonomi kurang, jumlah anak banyak akan mengakibatkan
kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti
makanan, sandang, dan perumahan pun tidak terpenuhi (Adriani, 2012).
2) Tingkat Pendidikan Rumah Tangga
Soekirman (2002) dalam Mapadin (2005) mengemukakan bahwa pada
bagan penyebab kekurangan gizi oleh Unicef (1998) tercantum meski secara tidak
langsung namun tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya kekurangan gizi. Sudut sosial ekonomi, tingkat pendidikan ibu rumah
tangga merupakan salah satu aspek yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan suatu rumah tangga. Tingkat pendidikan formal seorang ibu
seringkali berhubungan positif dengan peningkatan pola konsumsi makanan
rumah tangga. Hal ini termasuk upaya mencapai status gizi yang baik pada anakanaknya (Koblinsky 1997 dalam Mapandin, 2005). Tingkat pendidikan yang lebih
tinggi
akan
memudahkan
seseorang
untuk
menyerap
informasi
dan
mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya
dalam hal kesehatan dan gizi (Atmarita, 2004 dalam Mapandin, 2005).
b. Faktor Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas
manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi
barang dan jasa. Istilah ‘ekonomi’ sendiri berasal dari kata yunani oikos yang berarti
‘keluarga, rumah tangga’ dan nomos atau ‘peraturan, aturan, hukum, dan secara garis
besar diartikan sebagai ‘aturan rumah tangga’ atau manajemen rumah tangga
(Adriani, 2012).