Perilaku Membahagiakan Orang Lain pada Masyarakat Jawa

D.01

PERILAKU MEMBAHAGIAKAN ORANG LAIN PADA MASYARAKAT JAWA
Novie Kurniawati
Widya Manis Ari Murti
Muna Faiza Amatullah
Susatyo Yuwono
Center for Islamic and Indigenous Psychology (CIIP)
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi. Manusia merupakan makhluk sosial sehingga tak lepas dari keterkaitannya dari
peran orang lain sebagai proses pemenuhan kebutuhan. Terlebih pada masyarakat Jawa yang
kental dengan adat budaya dalam bermasyarakat. Eratnya budaya bermasyarakat sehingga
tertuntutnya seseorang untuk berperilaku memberikan kebahagiaan pada orang lain.
Contohnya fenomena rewangan yang merupakan sikap membantu tetangga dalam acara
pesta seperti pernikahan, aqiqahan dan khitanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mendeskripsikan perilaku yang membahagiakan orang lain pada masyarakat
Jawa. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan kuesioner
terbuka yang berisikan pertanyaan mengetahui perilaku seseorang yang membahagiakan
orang lain. Subjek penelitian diambil dari 274 responden yang diambil dari masyarakat Jawa
yang berdomisili di Surakarta. Analisis data dilakukan dengan kategorisasi dan frekuensi

tema-tema yang muncul. Hasil penelitian ini menunjukkan jenis perilaku-perilaku yang
membuat orang lain bahagia pada masyarakat Jawa yaitu perilaku berbagi (sharing), perilaku
memotivasi, nasehat atau solusi, perilaku menurut atau taat, dan perilaku mendoakan orang
lain.
Kata kunci : Perilaku Membahagiakan Orang Lain, Masyarakat Jawa

Contohnya saja negara Palestina yang

Menjadi manusia yang merdeka
adalah kebahagiaan, merdeka untuk berkata-

selama

kata, bersikap dan menentukan tindakan

mendapatkan sebuah kemerdekaan dari

yang terbaik bagi dirinya. Melepaskan diri

cengkeraman negara Zionis (Israel). Apabila


dari

negara Palestina sudah merdeka nantinya,

ketergantungan dan keterikatan kuat

hidupnya

tentu

merdeka, manusia layak memperjuangkan

pendukung Palestina akan bahagia. Masih

hak-hak yang pantas diperolehnya dalam

banyak contoh-contoh kebahagiaan lainnya,

kehidupan.


selain seperti yang di atas.

untuk

menjadi

ini

berlaku

universal

negara-negara

Pada masyarakat desa, khususnya

manusia yang merdeka yang mendatangkan
kebahagiaan


bahkan

berjuang demi

terhadap orang lain. Sebagai manusia yang

Keinganan

rakyatnya

terus

masyarakat yang ada di Jawa yang dikenal

di

dengan

berbagai belahan dunia.


391

budaya

‘unggah-ungguh’(sopan

392 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

santun) nya yang baik, mereka ternyata juga

kognitif dan afektif terhadap kehidupan

memiliki rasa solidaritas dan sikap sosial

seseorang (Diener, 2000). Adapun hasil

yang tinggi. Apa yang membuat mereka

evaluasi kognitif orang yang bahagia adalah


selalu

adanya

merasa

bahagia? Dengan sikap

kepuasan

hidup

yang

tinggi,

afektifnya

adalah


sosialnya tersebut mereka senantiasa ringan

sedangkan

tangan dalam memberikan sebuah bantuan

banyaknya afeksi positif dan sedikitnya

untuk saudara maupun tetangganya. Mereka

afeksi negatif yang dirasakan (Diener dkk,

merasa bahagia bisa menolong saudaranya,

1999).

evaluasi

meskipun bukan saudara kandung dan hanya


Ada beberapa esensi kebahagiaan,

sebagai tetangga, mereka juga bahagia dan

yaitu sikap menerima, kasih sayang, dan

hidup rukun walaupun rumahnya kecil,

prestasi.

serba pas-pasan, hidup sederhana, kalau di

menyebutkan adanya dua komponen utama

ibaratkan dengan sebuah istilah “Mangan

yang membentuk kebahagiaan (subjective

ora


kumpul”

well-being), yaitu komponen afeksi dan

(walaupun dalam keadaan apapun, yang

kepuasan hidup. Konsep hidup bahagia yang

penting bisa berkumpul bersama keluarga)

dimaksud Ki Ageng Suryamentaram adalah

sudah seperti keluarga sendiri, meskipun

hidup bahagia bersama. Bukan bahagia

berbeda rumah.

sendiri lalu orang lain tidak bahagia.


mangan

sing

penting

Diener

dan

Lucas

(2000)

Kebahagiaan adalah suatu keadaan

Seseorang mustahil dapat hidup bahagia

pikiran atau perasaan yang ditandai dengan


tanpa berusaha mendukung kebahagiaan

kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan,

orang lain. Sapa wonge golek kepenak

atau kegembiraan. Berbagai pendekatan

liyane ngepenake tanggane, iku padha karo

Filsafat, Agama, Psikologi, dan Biologi

gawe dhadhung sing kanggo njiret gulune

telah

dhewe, maksudnya kurang lebih adalah jika

dilakukan

untuk

mendefinisikan

kebahagiaan dan menentukan sumbernya

seseorang

mencari

(id.wikipedia.org).

berusaha

membuat

Diener (2000), menyatakan bahwa

keuntungan
orang

memperoleh keuntungan

lain

tanpa
juga

apalagi jika

istilah kebahagiaan tidaklah berbeda dengan

sampai merugikan orang lain, maka sama

subjective well-being. Perbedaan mendasar

saja ia menyiapkan tali untuk menjerat

adalah

kebahagiaan

lehernya sendiri. Kunci dari kemampuan

merupakan istilah yang digunakan secara

untuk memahami pihak lain adalah adanya

awam, sedangkan subjective well-being

pengertian tentang rasa sama, semua orang

merupakan istilah ilmiah dari kebahagiaan

itu punya rasa sama,

(dalam Rakhmad, 2005). Subjective well-

tiyang punika raosipun sami),

being dapat didefinisikan sebagai evaluasi

layak untuk dibeda-bedakan.

pengertian

bahwa

(raos sami, sadaya
jadi tidak

Perilaku Membahagiakan Orang Lain pada Masyarakat Jawa | 393
Kurniawati, N., Murti, W.M. A., Amatullah, M.F., Yuwono, S. [hal.391-396]

Menurut Aristoteles (Rusydi, 2007)

Thabrani), lalu ada lagi hadits: ‟Orang yang

orang bahagia adalah orang yang memiliki

menjadi mediator bagi saudaranya menemui

good birth, good health, good look, good

penguasa atau orang yang berkedudukan

luck, good reputation, good friends, good

tinggi guna menyampaikan kebaikan atau

money, and goodness. Ketika kita bahagia

mengembirakannya, di surga nanti, Allah

karena membahagiakan orang lain, menurut

SWT memberinya kedudukan tinggi‟ (HR

Aristoteles

hubungan

ath-Thabrani). Dari beberapa penjelasan

sebuah

seperti di atas, dan melihat rujukan dari

persahabatan, hal tersebut adalah salah satu

hadits-hadits yang mengajak kita untuk

dari 3 macam persahabatan yang disebutkan

selalu dapat membahagiakan orang lain,

oleh Aristoteles yaitu pleasure, usefull, dan

menjelaskan

goodwill. Goodwill tidak dibangun karena

membahagiakan orang lain itu di atas

alasan yang menyenangkan (pleasure) atau

kebahagiaan kita pribadi

harus

goodwill

karena

dalam

manfaat

memiliki
membangun

betapa

pentingnya

sebuah

jalinan

Karakter yang cukup khas terdapat

Namun

sebuah

dalam masyarakat Jawa adalah perilaku

pertemanan yang dikehendaki kebaikan bagi

rukun dan hormat. Rukun diartikan sebagai

temannya tanpa mengharap balasan dari

keadaan selaras tanpa perselisihan dan

kebaikan tersebut

pertentangan

pertemanan

dari

bahwa

(usefull)

sedangkan

hormat

berarti

Ada sebuah pertanyaan „Apakah kita

kesadaran akan tempat dan tugas sehingga

selalu membahagiakan orang lain? apakah

tercipta kesatuan yang selaras (Magnis-

kita

Suseno, 2003). Selain itu, kultur masyarakat

selalu

mendahulukan

kebahagiaan

orang lain sebelum kebahagiaan kita?

Jawa

Mungkin setelah kita melihat pertanyaan ini

mengandung norma dan etika. Norma dan

sejenak kita berpikir,dan berkata: „iya ya?‟

etika tersebut diwariskan dari generasi ke

Nah pertanyaan-pertanyaan seperti inilah

generasi

yang harusnya selalu kita ingat,sebagai

pembudayaan dalam lingkungan keluarga

motifasi

dan

pribadi

kita

untuk

selalu

memikirkan saudara kita, tidak hanya diri

memiliki

berikutnya

masyarakat

main

melalui

secara

yang

proses

terus-menerus

dengan berbagai cara.
Penelitian

sendiri saja.

aturan

ini

bertujuan

untuk

Ada sebuah hadits shahih: „Amal

mengetahui dan mendeskripsikan perilaku

yang paling dicintai Allah SWT setelah

yang membahagiakan orang lain pada

menunaikan

ibadah

fardhu

adalah

mengembirakan orang muslim lain‟(HR ath-

masyarakat

Jawa.

Pertanyaan

dalam

penelitian ini adalah Apa yang dilakukan
untuk membantu dan membuat bahagia?.

394 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

Surakarta.

Metode Penelitian

Alat

pengumpul

data

yang

Penelitian ini menggunakan metode

digunakan adalah kuesioner terbuka (open

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

ended quetionnaire) yang berjumlah 2

adalah

dan

pertanyaan terbuka. Hasil data lapangan

suatu

proses

penelitian

pemahaman

yang

berdasarkan

pada

yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan

metodologi

yang

menyelidiki

suatu

melakukan abstraksi yang didapatkan dari

fenomena sosial dan masalah manusia. Pada

beragam fenomena. Analisis data dilakukan

pendekatan ini, peneliti membuat suatu

dengan membuat kategorisasi dan frekuensi

gambaran kompleks, meneliti kata-kata,

dengan

laporan terinci dari pandangan responden,

Langkah-langkah yang ditempuh dalam

dan melakukan studi pada situasi yang alami

melakukan analisis data adalah sebagai

(Creswell, 2010). Jenis Pendekatan kualitatif

berikut;

ini

lebih

mengarah

pada

penelitian

tema-tema

yang

ditemukan.

1. Organisasi data,

fenomenologi, dimana tulisan ini mencoba

2. Koding dan penentuan kategorisasi

menjelaskan dan memaparkan makna dalam

3. Interpretasi pemahaman teoritis.

suatu konsep atau fenomena yang disadari
oleh beberapa individu. Teknik pengambilan
sampel

dilakukan

dengan

Hasil Penelitian

insidental

Dari hasil analisis data penelitian

sampling hingga diperoleh 274 staf, yang

diatas

terdiri

membahagiakan orang lain pada masyarakat

dari

staf

edukatif

dan

staf

administratif di Perguruan Tinggi swasta di

di

peroleh

gambaran

perilaku

Jawa, yang terpapar pada tabel. 1

Tabel 1. Gambaran perilaku membahagiakan orang lain pada masyarakat Jawa
Kategori
Saling berbagi (Sharing), memotivasi
Memberi solusi
Taat
Memenuhi kebutuhan
Mendoakan
Jumlah

Presentase
66.49 %
15.96 %
9.04 %
4,79 %
3.72 %
100 %

Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa

dengan saling berbagi (Sharing) cerita,

perilaku saling berbagi (Sharing), saling

pengalaman dan juga saling memotivasi.

memotivasi adalah perilaku membahagiakan

Orang yang sangat bahagia paling sedikit

orang lain pada masyarakat yang menempati

menghabiskan

waktu

posisi pertama yang biasa masyarakat

kebanyakan

mereka

lakukan dengan sesama warga atau tetangga

Berdasarkan penilaian sendiri atau teman

sendirian,

karena

bersosialisasi.

Perilaku Membahagiakan Orang Lain pada Masyarakat Jawa | 395
Kurniawati, N., Murti, W.M. A., Amatullah, M.F., Yuwono, S. [hal.391-396]

mereka mendapat nilai tertinggi dalam

masyarakat Jawa, toleransi, kasih sayang,

berinteraksi (Seligman, 2002).

gotong royong, andhap asor, kemanusiaan,

Kedudukan terbanyak kedua adalah
perilaku saling memberi solusi. Pada saat
mengalami

kesulitan,

manusia

tentu

nilai hormat, tahu berterimakasih, dan
lainnya.
Dalam bermasyarakat perilaku saling

membutuhkan dukungan yang diharapkan

memenuhi

dapat menimbulkan kebahagiaan. Dengan

disekitar. Dalam memenuhi kebutuhan kita

meminta bantuan keluarga ataupun teman

dapat memberikan dalam wujud barang

untuk

ataupun tenaga. Seperti contoh dalam

membantu

memecahkan

sebuah

kebutuhan

masrakat

bersama sehingga meringkan kan beban

rewangan pada setiap hajatan atau pesta,

responden. Hal ini selaras dengan budaya

dimana para masyarakat saling bantu tenaga

Jawa yang masih bersifat keluarga-sentris,

atau barang untuk membantu mengadakan

yaitu lebih banyak mencari bantuan ke

pesta tersebut, masyarakat melakukannya

lingkungan

dengan suka rela tanpa paksaan, tapi

lingkungan

keluarga.

daripada

ke luar

Kesulitan

yang

biasanya

tuan

biasanya

rumah

ada

terjadi

masalah atau sesuatu permasalah secara

keluarga

Jawa

biasanya

terlebih

tradisi

dahulu

dialami diupayakan selesai tanpa melibatkan

meminta warga untuk membantu, baru

pihak

kemudian warga atau masyarakat berduyun-

luar,

cenderung

sebagaimana

membenarkan

masyarakat
apabila

anak

mendapatkan kesulitan maka orangtua juga
yang susah (anak polah bapa kepradah)

duyun kerumah tempat diadakan hajatan
atau pesta.
Perilaku

saling

mendoakan

merupakan salah satu bentuk perilaku

(Santosa, 2012).
Perilaku menurut atau taat adalah

membahagiakan

orang

lain.

Saling

dalam

mengucapkan doa untuk mendukung atau

membahagiakan orang lain pada masyarakat

menguatkan kita ketika sedang ada musibah

Jawa.

manusia

ataupun masalah, seperti contoh ketika

dituntut untuk menurut atau taat pada

orang terdekat ada yang meninggal dunia

peraturan dan juga adat istiadat, begitu pula

kita mendoakan untuk ikhlas dan kuat

pada masyarakat Jawa pada umumnya,

menerima tersebut, mengalami kecelakaan

Wibawa

mengemukakan bahwa

kita mendoakan agar cepat sembuh, atau

dalam bahasa dan sastra Jawa terkandung

ketika melakukan pernikahan kita dapat

tata nilai kehidupan Jawa seperti norma,

mendoakan untuk kebahagian keluarga dan

keyakinan, kebiasaan, konsepsi, dan simbol-

juga pasangan nikah.

perilaku

terbanyak

Dalam

(2012)

ketiga

bermasyarakat

simbol yang hidup dan berkembang dalam

396 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

membahagiakan orang lain pada masyarakat

Simpulan
Berdasarkan

hasil

dan

Jawa terdiri dari perilaku saling berbagi

pembahasan penelitian yang telah dilakukan

(sharing), saling memotivasi, perilaku saling

pada staf edukatif dan staf administratif di

memberi solusi, perilaku menurut atau taat,

Perguruan Tinggi swasta di Surakarta dapat

perilaku saling mendoakan, dan perilaku

diambil

saling memberi kebutuhan.

kesimpulan

analisa

bahwa

perilaku

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi
Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Diener E. 2000. Subjective Well-Being The Science Happiness and a Proposal for a National
Index. American Psychologist. 55, 34-43.
Diener E., Suh, E. M., Lucas, R. E & Smith, H. L. (1999). Subjective Well-Being : Three
Decades of Progress. Psycological Bulletin, 125. 276-302.
http://id.wikipedia.org
Magnis-Suseno, F. (1993). Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Rusydin, T. E. F. (2007). Psikologi Kebahagiaan. Yogyakarta : Progresif Books.
Santosa, IB. (2012). Nasihat Hidup Orang Jawa. Cet 3. Yogyakarta: Diva Press
Seligman, M. E. P. (2002). Authentic Happiness. Bandung : Mizan Pustaka.
Wibawa, S. (2011). Bahasa dan Sastra Jawa sebagai Sumber Pendidikan Karakter dan
Implementasinya dalam Pendidikan. Makalah. Kongres Bahasa Jawa Kelima 27-30
Nopember 2011.