Analisis Komparatif Kinerja Perbankan Syariah di Asia

ANALISIS KOMPARATIF KINERJA PERBANKAN SYARIAH DI ASIA

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
RILANDA ADZHANI
1112082000059

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H / 2016

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS PRIBADI
1. Nama


: Rilanda Adzhani

2. Tempat, Tanggal Lahir

: Jakarta, 14 April 1993

3. Alamat

: Jl. Benda Barat 7c Blok D12 No.11,
Kel. Pondok Benda, Kec. Pamulang,
Kota Tangerang Selatan 15416

II.

4. Telepon

: 08561962060

5. Email


: rilandaadzhani@gmail.com

PENDIDIKAN
1. SDIT As-Salaamah

Tahun 1999-2005

2. SMP Negeri 1 Pamulang

Tahun 2005-2008

3. SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2008-2011

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2012-2016


III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Teater SMA Negeri 3 Kota Tangerang (Teater Lingkar Detik) Selatan
Sebagai Anggota (2008-2009)
2. Tari Saman SMA N 3 Kota Tangerang (Slast) Selatan Sebagai Bendahara
(2009-2010)
3. Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi UIN Jakarta Sebagai Anggota
Divisi Seni dan Budaya (2012-2014)

vi

4. Tari Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta (Seis Dance)
Sebagai Sekretaris (2014-2015)
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah

: Abdul Aziz Thojieb

2. Tempat, Tanggal Lahir

: Jakarta, 12 Juli 1956


3. Ibu

: Achyanie

4. Tempat, Tanggal Lahir

: Jakarta, 3 Juli 1967

5. Alamat

: Jl. Benda Barat 7c Blok D12 No.11,
Kel. Pondok Benda, Kec. Pamulang,
Kota Tangerang Selatan 15416

vii

COMPARATIVE ANALYSIS OF THE PERFORMANCE OF ISLAMIC
BANKING IN ASIA
ABSTRACT

The purpose of this research was to determine whether there are differences
between the performance of Islamic banking in Indonesian with Islamic banking
in Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar, and
analyzing the performance comparison based on the concept of Maqasid alShari’ah using MI (Maqasid Index) value.
This research was using data from financial report and annual report which
were provided by each Islamic bank sample. This research was using 3 samples of
Islamic banks for each country (Indonesia, Malaysia, Iran, Saudi Arabia, United
Arab Emirates, Kuwait, and Qatar), so the total sample of Islamic banks were 21
Islamic banks. The total observation were 63 during three years period (20132015). The Kolmogorov-Smirnov tests were used to test the normality of data and
the hypothesis testing was using Analysis of Variance (ANOVA).
The result of this research showed that MI value, second sharia objectives
called establishing justice, and third sharia objectives called public interest in
Islamic banking in Indonesia showed no significant difference with Islamic
banking in Malaysia, Iran, Saudi Arabia, United Arab Emirates, Kuwait, and
Qatar.
Keywords: the performance of Islamic banking, maqasid al-shari’ah, Simple
Additive Weighting (SAW), Analysis of Variance (ANOVA), Asia.

viii


ANALISIS KOMPARATIF KINERJA PERBANKAN SYARIAH DI ASIA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja
perbankan syariah di Indonesia dengan perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab
Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar, serta menganalisis perbandingan
kinerja perbankan syariah berdasarkan konsep Maqasid al-Shari’ah menggunakan
nilai Maqasid Index (MI).
Penelitian ini menggunakan data dari laporan keuangan dan laporan tahunan
yang disediakan oleh masing-masing sampel bank syariah. Penelitian ini
menggunakan sebanyak 3 sampel bank syariah untuk masing-masing negara
sampel (Indonesia, Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan
Qatar), jadi total sample bank syariah adalah 21 bank syariah. Total pengamatan
sejumlah 63 pengamatan selama periode tiga tahun (2013-2015). Uji
Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk pengujian normalitas data dan pengujian
hipotesis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai MI, tujuan syariah kedua
yaitu pembentukan keadilan, dan tujuan syariah ketiga yaitu kepentingan publik
pada perbankan syariah di Indonesia menunjukkan tidak adanya perbedaan secara
signifikan dibandingkan dengan perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab Saudi,
Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar.

Kata kunci: kinerja perbankan syariah, maqasid al-shari’ah, Simple Additive
Weighting (SAW), Analysis of Variance (ANOVA), Asia.

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT atas nikmat iman, islam, dan karunia-Nya yang telah diberikan kemudahan
dan kelancaran bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Komparatif Kinerja Perbankan Syariah di Asia”. Shalawat serta
salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabat. Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan
skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku yang tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih
sayang, perhatian, dan doa yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis,
serta kadua kakakku dan seluruh keluarga yang telah menyemangati untuk
terus berusaha memberikan yang terbaik.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA, selaku Ketua Prodi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA, selaku Sekretaris Prodi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
x

5. Ibu Dr. Rini, Ak., CA, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu
pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna
penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan
selama ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada peneliti selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
7. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lan-lain.
8. Teman-temanku tersayang Dita, Latul, Lia, Galih, Iyan Reza, Wahyu, Andri,
Neno, Reza, dan Nanda yang terus memberikan semangat dan doa dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Wanita-wanitaku tersayang Fazla, Fanni, Isti, dan Cindy yang tidak ada
hentinya memberikan semangat dan motivasi selama kuliah dan proses
penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman akuntansi angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per
satu yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Teman-teman bank mini Priyo, Mas Aldi, Mas Yuda, Faiz, dan lainnya yang
tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat dan doa
dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu dan memberi masukan dan inspirasi bagi peneliti, suatu
kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua,
terima kasih banyak.

xi

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti
harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 7 September 2016

Rilanda Adzhani

xii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF...................................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH............................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................. vi
ABSTRACT..........................................................................................................viii
ABSTRAK............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR............................................................................................x
DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah........................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian............................................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian........................................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12
A. Landasan Teori..............................................................................................12
1. Bank Syariah........................................................................................... 12
a. Pengertian.............................................................................................12
b. Prinsip Bank Syariah............................................................................12
c. Tujuan Bank Syariah............................................................................14
d. Fungsi Bank Syariah............................................................................ 14
2. Sejarah Perbankan Syariah di Dunia.......................................................15
3. Perbankan Syariah di Indonesia..............................................................18
4. Perbankan Syariah di Malaysia...............................................................21
5. Perbankan Syariah di Iran....................................................................... 24
6. Perbankan Syariah di Arab Saudi........................................................... 25
xiii

7. Perbankan Syariah di Uni Emirat Arab...................................................27
8. Perbankan Syariah di Kuwait..................................................................29
9. Perbankan Syariah di Qatar.....................................................................30
10. Laporan Keuangan.................................................................................. 32
11. Kesehatan Perbankan Syariah.................................................................35
12. Pengukuran Kinerja Perbankan Syariah................................................. 38
13. Kinerja Perbankan Syariah dengan Maqasid Al-Shari’ah Framework.. 39
B. Penelitian-Penelitian Terdahulu....................................................................43
C. Kerangka Pemikiran......................................................................................50
D. Perumusan Hipotesis.....................................................................................51
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 54
A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................54
B. Metode Penentuan Sampel............................................................................54
C. Metode Pengumpulan Data...........................................................................56
D. Metode Analisis Data....................................................................................61
1. Menghitung Nilai Variabel Penelitian.................................................... 61
2. Statistik Deskriptif.................................................................................. 64
3. Uji Normalitas Data................................................................................ 65
4. Uji Hipotesis........................................................................................... 66
a. Homogeneity of Variance.................................................................... 67
b. Random Sampling................................................................................67
c. Multivariate Normality........................................................................ 67
d. Post Hoc Test....................................................................................... 68
e. Homogenus Sub................................................................................... 68
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN....................................................... 69
A. Rasio Kinerja Bank Syariah Berdasarkan Maqasid al-Shari’ah................... 69
B. Indikator Kinerja Bank Syariah.................................................................... 74
C. Maqasid Index (MI) Bank Syariah................................................................77
D. Pembahasan Uji ANOVA............................................................................. 78
1. Uji Normalitas Data................................................................................ 78
2. Uji Analisis Deskriptif............................................................................ 79
xiv

3. Uji Hipotesis........................................................................................... 81
BAB V PENUTUP................................................................................................85
A. Kesimpulan................................................................................................... 85
B. Implikasi........................................................................................................86
C. Saran..............................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................89
LAMPIRAN..........................................................................................................94

xv

DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Islamic Finance Country Index (IFCI) Ranks for 2011 - 2016...............5
Tabel 2. 1 Operasionalisasi Tujuan Perbankan Syariah.........................................41
Tabel 2. 2 Bobot Rata-Rata untuk Tiga Tujuan dan Sepuluh Elemen...................43
Tabel 2. 3 Ringkasan Penelitian-Penelitian Terdahulu..........................................47
Tabel 3. 1 Bobot Rata-Rata untuk Tiga Tujuan dan Sepuluh Elemen...................64
Tabel 4. 1 Rasio Kinerja Maqasid al-Shari’ah Tujuan Kedua.............................. 69
Tabel 4. 2 Rasio Kinerja Maqasid al-Shari’ah Tujuan Ketiga............................... 72
Tabel 4. 3 Indikator Kinerja Maqasid al-Shari’ah Tujuan Kedua Periode 2013 2015........................................................................................................................75
Tabel 4. 4 Indikator Kinerja Maqasid al-Shari’ah Tujuan Ketiga Periode 2013 2015........................................................................................................................76
Tabel 4. 5 Maqasid Index Bank Syariah Periode 2013 – 2015..............................77
Tabel 4. 6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.............................................. 78
Tabel 4. 7 Descriptive Statistics.............................................................................79
Tabel 4. 8 Rata-Rata Kinerja di Setiap Negara...................................................... 81
Tabel 4. 9 Test of Homogeneity of Variance.........................................................82
Tabel 4. 10 ANOVA.............................................................................................. 83

xvi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran..............................................................50

xvii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat memengaruhi
perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Kita ketahui,
perbankan mempunyai pangsa pasar besar sekitar 80 persen dari keseluruhan
sistem keuangan yang ada. Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang
punggung perekonomian suatu negara, karena memiliki fungsi intermediasi
atau sebagai perantara antara pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna
dana (fund user) (Sudiyatno, 2010).
Industri perbankan syariah atau sering disebut islamic banking sudah ada
dan telah berkembang dengan pesat dan cepat dalam beberapa dekade akhirakhir ini seiring dengan pertumbuhan di dalam perekonomian global.
Pertumbuhan yang begitu signifikan kemungkinan dipengaruhi oleh banyak
faktor, yakni: ekonomi, politik, sosial, budaya, geografis, dan pertahanan
keamanan (Wibowo, 2015).
Model bank syariah yang komprehensif dan detail bermunculan di akhir
tahun 1960-an. Ahmad El Najjar, ekonom Mesir mengajak beberapa
pengusaha mendirikan bank syariah pertama di dunia modern, Mit Ghamr
Savings Bank pada tahun 1963. Bank swasta bebas-bunga, Dubai Islamic
Bank, juga berdiri pada tahun 1975 oleh sekelompok pebisnis dari beberapa
negara. Dua bank swasta lagi juga didirikan pada tahun 1977 di bawah nama
1

Faisal Islamic Bank di Mesir dan Sudan. Pada tahun yang sama pemerintah
Kuwait mendirikan Kuwait Finance House. Begitu pun seterusnya hingga baru
pada tahun 1992, bank syariah pertama di Indonesia lahir dengan nama Bank
Muamalat Indonesia (Reza, 2010).
Perbankan syariah memperoleh popularitas sejak awal tahun 1970 dan
terdaftar pertumbuhan yang cukup besar selama bertahun-tahun. Neraca
gabungan bank syariah tumbuh dari $ 150 juta pada tahun 1990 menjadi
sekitar $ 1 milyar pada tahun 2010 dengan lebih dari 300 lembaga syariah
yang beroperasi di 80 negara (Siraj and Pillai, 2012).
Tahun 2011 merupakan tahun yang luar biasa bagi pertumbuhan industri
jasa keuangan di dunia. Pada tahun ini industri keuangan syariah menembus
angka USD1.357 triliun. Penerbitan Sukuk tumbuh 77% atau senilai USD85
milyar. Sedangkan pertumbuhan perbankan syariah global tumbuh 16,04%.
Tentunya ini adalah yang menggembirakan bagi industri keuangan syariah
global. Berikut dijelaskan negara-negara yang mengalami pertumbuhan
menurut Islamic Finance Index Country (IFCI) adalah Iran, Malaysia, Arab
Saudi, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.
Bank syariah mengalami ekspansi yang luar biasa. Bank syariah
memperoleh pangsa pasar yang cepat di negara-negara domestik mereka.
Tentunya, evaluasi kinerja bank syariah sangat penting karena efek globalisasi
(Mokni, 2014).

2

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu
perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem
perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan atau keuangan
yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah (Bank Indonesia, 2007).
Kini perkembangan perbankan syariah di Indonesia mengalami
pertumbuhan cukup baik. Hal tersebut didukung dengan perkembangan
jumlah perbankan syariah yang tercatat di Bank Indonesia (BI) menunjukkan
pertumbuhan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah
bank umum syariah dan bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah.
Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2015,
jumlah industri Bank Umum Syariah (BUS) tercatat sebanyak 12 bank, jumlah
Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 22 bank, dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) sebanyak 160 bank.
Dalam cetak biru pengembangan perbankan syariah, saat ini perbankan
syariah nasional berada pada fase keempat (2013-2015) yaitu pencapaian
pangsa yang signifikan dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dengan
sektor keuangan syariah lainnya. Namun, dalam perkembangannya perbankan
syariah di Indonesia menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan target yang
diinginkan. Dalam Statistik Perbankan Indonesia per Mei 2016 total aset bank
umum syariah dan unit usaha syariah mencapai 211.352 (dalam miliar rupiah).
Jumlah ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan total aset perbankan
nasional secara umum yang mencapai 6.243.113 (dalam miliar rupiah).
3

Artinya pangsa pasar perbankan syariah masih sangat kecil hanya 3,39%,
padahal target pangsa pasar perbankan syariah adalah sebesar 15% pada akhir
tahun 2015. Hal ini tentunya mendorong bagi praktisi perbankan syariah agar
sesegera mungkin mencari strategi pengembangan perbankan syariah secara
lebih massif.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah selayaknya
Indonesia menjadi pelopor dan kiblat pengembangan keuangan syariah di
dunia. Hal ini bukan merupakan ‘impian yang mustahil’ karena potensi
Indonesia untuk menjadi global player keuangan syariah sangat besar,
diantaranya: (i) jumlah penduduk muslim yang besar menjadi potensi nasabah
industri keuangan syariah; (ii) prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi (kisaran 6,0%-6,5%) yang ditopang
oleh fundamental ekonomi yang solid; (iii) peningkatan sovereign credit
rating Indonesia menjadi investment grade yang akan meningkatkan minat
investor untuk berinvestasi di sektor keuangan domestik, termasuk industri
keuangan syariah; dan (iv) memiliki sumber daya alam yang melimpah yang
dapat dijadikan sebagai underlying transaksi industri keuangan syariah
(Alamsyah, 2012).
Dalam penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2016,
Indonesia menduduki urutan keenam negara yang memiliki potensi dan
kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Malaysia,
Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait. Seperti yang disampaikan
4

dalam Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), dengan melihat
beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah,
jumlah lembaga keuangan non-bank syariah, maupun ukuran aset keuangan
syariah yang memiliki bobot terbesar, maka Indonesia diproyeksikan akan
menduduki peringkat pertama dalam beberapa tahun ke depan. Optimisme ini
sejalan dengan laju ekspansi kelembagaan dan akselerasi pertumbuhan aset
perbankan syariah yang sangat tinggi, ditambah dengan volume penerbitan
sukuk yang terus meningkat.
Tabel 1. 1 Islamic Finance Country Index (IFCI) Ranks for 2011 - 2016
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

2011
Iran
Malaysia
Saudi
Arabia
Indonesia
Kuwait
Pakistan
UAE
Bahrain
Bangladesh
Sudan

2012
Iran
Malaysia
Saudi
Arabia
Kuwait
UAE
Bahrain
Indonesia
Pakistan
Qatar
Sudan

2013
Iran
Malaysia
Saudi
Arabia
UAE
Indonesia
Bahrain
Kuwait
Pakistan
Sudan
Bangladesh

2014
Iran
Malaysia
Saudi
Arabia
Bahrain
Kuwait
UAE
Indonesia
Sudan
Pakistan
Qatar

Source: Global Islamic Financial Report (GIFR) 2016

2015
Iran
Malaysia
Saudi
Arabia
UAE
Kuwait
Bahrain
Indonesia
Qatar
Sudan
Pakistan

2016
Malaysia
Iran
Saudi
Arabia
UAE
Kuwait
Indonesia
Qatar
Bahrain
Pakistan
Bangladesh

Keunggulan struktur pengembangan keuangan syariah di Indonesia
adalah regulatory regime yang dinilai lebih baik dibanding dengan negara lain.
Di Indonesia kewenangan mengeluarkan fatwa keuangan syariah bersifat
terpusat oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang merupakan institusi yang independen. Sementara di negara lain,
fatwa dapat dikeluarkan oleh perorangan ulama sehingga peluang terjadinya
perbedaan sangat besar. Di Malaysia, struktur organisasi lembaga fatwa ini
5

berada di bawah Bank Negara Malaysia (BNM), tidak berdiri sendiri secara
independen (Alamsyah, 2012).
Indonesia menempati peringkat kesembilan negara dengan industri
keuangan syariah terbesar di dunia, dengan total aset mencapai US$35,63
milyar atau setara Rp420,43 triliun (Lavinda, 2014). Berdasarkan Laporan
Perkembangan Keuangan Syariah 2014, total aset keuangan syariah Indonesia
hanya 2,1% dari total aset finansial syariah di seluruh dunia yang tercatat
mencapai US$1,66 triliun.
Menurut Alamsyah (2012), bank syariah di Indonesia lebih profitable
dibanding dengan bank syariah di Malaysia maupun Kawasan Timur Tengah,
terlihat dari tingginya indikator ROA maupun ROE. Tak heran jika banyak
investor asing yang tertarik untuk mendirikan atau membeli bank syariah di
Indonesia. Profitabilitas yang tinggi ini tentunya akan mempercepat akselerasi
pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia sehingga dapat mencapai skala
ekonomi yang efisien.
Sekarang ini, lingkungan internasional dan domestik dimana bank
syariah beroperasi akan menjadi lebih menantang. Karena situasi ini, penting
untuk lembaga perbankan syariah untuk memperkuat kinerja bisnis mereka
dalam rangka untuk menghadapi persaingan kuat dari bank domestik dan
asing (bank syariah maupun konvensional). Profitabilitas yang sehat dan
berkelanjutan sangat penting dalam menjaga stabilitas sistem perbankan (Idris,
2011).
6

Profitabilitas dan efisiensi juga menjadi salah satu tantangan yang
dihadapi oleh bank untuk memperkuat posisi keuangan mereka dalam rangka
untuk memenuhi risiko yang terkait dengan keterbukaan dan globalisasi
(Almazari, 2014).
Menurut Kasmir (2002), dalam melakukan kegiatan operasionalnya,
bank memiliki tujuan utama yaitu mencapai tingkat profitabilitas yang
maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan
atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Secara garis besar, laba yang
dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan pendapatan investasi yang
dilakukan oleh perusahaan.
Profitabilitas bank akan mampu menunjukkan pendapatan yang
dihasilkan oleh perusahaan dalam satu atau setiap periode. Profitabilitas tinggi
pada bank dapat menunjukkan bahwa mayoritas kinerja bank yang baik,
karena diasumsikan bahwa bank telah beroperasi secara efektif dan efisien,
serta sangat memungkinkan untuk mengembangkan usahanya. Intinya adalah
profitabilitas menunjukkan efisiensi perusahaan.
Evaluasi kinerja perbankan syariah saat ini cenderung memprioritaskan
aspek pencarian laba. Hal ini cenderung menepikan peran perbankan syariah
dalam fungsi sosialnya (Ashar dalam Imansari, 2015). Penilaian kinerja pada
perbankan konvensional maupun syariah biasanya hanya dilihat dari
pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio CAMELS (Capital,

7

Asset, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity of Market Risk) dan EVA
(Economic Value Added) (Antonio et al, 2012).
Apabila perbankan syariah hanya menggunakan pengukuran yang sama
dengan perbankan konvensional untuk mengukur kinerjanya, maka akan
terdapat ketidaksesuaian nilai dari penggunaan indikator kinerja perbankan
konvensional dengan objek yang lebih luas yang terdapat pada perbankan
syariah (Mohammed et al, 2008). Dan selama bank syariah menjalankan
peraturan konvensional untuk operasi mereka, maka mereka akan terlihat
memiliki penilaian kinerja yang kurang bagus dibanding bank konvensional
(Mohammed et al, 2015). Diperlukan pengembangan pengukuran fungsi sosial
dari perbankan syariah disamping hanya kinerja keuangan yang selama ini ada
(Ashar dalam Imansari, 2015).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melihat
lebih mendalam tentang perbandingan kinerja perbankan syariah di asia
khususnya di kawasan Asia Tenggara dan kawasan Timur Tengah, di mana
terjadi pertumbuhan perbankan syariah yang luar biasa. Maka dari itu
penelitian ini diberi judul: ”Analisis Komparatif Kinerja Perbankan
Syariah di Asia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:

8

1. Apakah terdapat perbedaan kinerja yang signifikan berdasarkan nilai
indeks maqasid (Maqasid Index) antara perbankan syariah di Indonesia
dengan perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab,
Kuwait, dan Qatar?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai tujuan syariah
pembentukan keadilan pada perbankan syariah di Indonesia dengan
perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait,
dan Qatar?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai tujuan syariah
kepentingan publik pada perbankan syariah di Indonesia dengan
perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait,
dan Qatar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah
untuk:
a. Menguji apakah terdapat perbedaan kinerja yang signifikan berdasarkan
nilai indeks maqasid (Maqasid Index) dan membandingkannya antara
perbankan syariah di Indonesia dengan perbankan syariah di Malaysia,
Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar.
b. Menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan nilai tujuan syariah
kedua yaitu pembentukan keadilan dan membandingkannya antara
9

perbankan syariah di Indonesia dengan perbankan syariah di Malaysia,
Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar.
c. Menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan nilai tujuan syariah
ketiga yaitu kepentingan publik dan membandingkannya antara perbankan
syariah di Indonesia dengan perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab
Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar.
D. Manfaat Penelitian
Sejalan dengan tujuan dari penelitian ini, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Praktis
i. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan manajemen perbankan
sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja bank sehingga dapat lebih
meningkatkan nilai perusahaan di mata dunia.
ii. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembuat kebijakan,
yaitu Bank Indonesia sebagai sarana evaluasi penetapan kebijakan bagi
bank syariah di masa depan.
iii. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian
serupa di masa mendatang.

10

b. Manfaat Teoritis
i. Dapat mengaplikasikan dan mengembangkan pengetahuan peneliti
terhadap masalah yang diteliti.
ii. Dapat memberikan tambahan pengetahuan terutama yang berkaitan
dengan bidang perbankan. Selain itu juga menjadi tambahan
pengetahuan antara teori dengan terapan praktis dalam akuntansi
keuangan.
iii. Dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai perbankan luar
negeri, yaitu perbankan yang ada di luar Indonesia, khususnya di Asia.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Bank Syariah
a. Pengertian
Pengertian dari perbankan syariah menurut pasal 1 UU No. 21
Tahun 2008 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank
syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah adalah
bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
b. Prinsip Bank Syariah
Pasal 22 UU Perbankan Syariah menjelaskan bahwa kegiatan
yang sesuai dengan prinsip syariah, antara lain adalah kegiatan usaha

12

yang tidak mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim
(Hasan, 2009:31).
Penjelasan prinsip syariah dalam UU Perbankan Syariah agak
berbeda dengan yang diulas dalam Pasal 1 angka 13 UU No. 10 Tahun
1998 tentang Perbankan bahwa “Prinsip Syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan
prinsip penyertaan (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)”.
Ini berarti, prinsip syariah dalam UU No. 10 Tahun 1998
menegaskan apa yang harus dilakukan perbankan syariah sehingga
terkesan memberi kerangkeng yang tidak boleh dilanggar. Sedangkan
prinsip syariah dalam UU Perbankan Syariah menegaskan apa yang
harus dihindari perbankan syariah ketika melakukan kegiatan ekonomi
apa saja serta memberikan ruang kepada fatwa ulama untuk
menentukan didalamnya (Hasan, 2009:33).

13

c. Tujuan Bank Syariah
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 pasal 3, perbankan
syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan rakyat.
Perbankan syariah berkaitan erat dengan penilaian kinerja.
Dengan melakukan penilaian kinerja, kita menjadi tahu apakah tujuan
dari perbankan syariah tersebut telah tercapai atau belum tercapai, atau
dapat menggambarkan sejauh mana pencapaian tujuan yang telah
dicapai oleh perbankan syariah.
d. Fungsi Bank Syariah
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 pasal 4, fungsi
bank syariah adalah:
1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat.
2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam
bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari
zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

14

3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang
berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola
wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
2. Sejarah Perbankan Syariah di Dunia
Meski Iran dinobatkan sebagai negara dengan aset keuangan syariah
terbesar di dunia, namun sebenarnya Iran bukanlah negara pelopor bagi
industri tersebut. Berdasarkan sejarah keuangan syariah di dunia, jauh
sebelum Iran melakukan revolusinya, negara-negara lain sudah berusaha
menciptakan sistem keuangan yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Meskipun beberapa di antaranya kemudian mengalami kegagalan atau
kemunduran dikarenakan kurangnya dukungan dari masyarakat dan
pemerintah (Reza, 2010).
a. Mesir
Literatur ekonomi islam, khususnya yang membahas sejarah
perbankan syariah, lebih banyak menuliskan bahwa eksperimen
perbankan syariah modern pertama kali dapat dilacak pada pendirian
Mit Ghamr Savings Bank pada tanggal 25 Juni 1963 di sebuah provinsi
pedesaan Delta Nil, Mesir (Lee dan Detta, 2007:2). Pada tahun 1971,
pemerintahan baru Anwar Sadat merevitalisasi konsep perbankan
bebas-bunga dan Nasser Social Bank milik pemerintah didirikan untuk
15

membawa bisnis yang didasari konsep syariah, diikuti Faisal Islamic
Bank of Egypt, Islamic International Bank for Investment and
Development, dan Egyptian Saudi Finance Bank (Lee dan Detta,
2007:6).
b. Pakistan
Pada tahun 1979, empat institusi keuangan (House Building
Finance Corporation, Investement Corporation of Pakistan, National
Investment Trust, dan Bankers Equity Limited) mulai menawarkan
fasilitas berdasarkan prinsip syariah. Pada bulan Juni 1980, Bank
Negara Pakistan mulai menggunakan metode profit-sharing (bagi hasil)
dan mark-up (marjin) untuk transaksi yang melibatkan government
bodies. Mulai Januari 1985, seluruh transaksi keuangan yang
melibatkan pemerintahan, perusahaan negara, dan perusahaan saham
menjadi bebas-bunga dan sejak 15 Juli 1985 seluruh tabungan yang
ditempatkan dalam lembaga keuangan menjadi bebas-bunga (Lee dan
Detta, 2007:8).
c. Sudan
Islamisasi sistem perbankan Sudan dilakukan pada tahun 1977
ketika Faisal Islamic Bank of Sudan didirikan di bawah FIBS Act of
the National People’s Council. Sesudah itu, lima bank syariah lain
(Tadamon Islamic Bank, the Sudanese Islamic Bank, the Islamic Co16

operative Bank, Al Baraka Bank of Sudan, dan Islamic Bank for
Western Sudan) didirikan (Lee dan Detta, 2007:8).
d. Malaysia
Bank Islam Malaysia Berhad didirikan pada tahun 1983 dan
terdaftar secara umum pada tanggal 17 Januari 1992. Undang-Undang
Perbankan Syariah 1983 mulai berlaku efektif pada tanggal 7 April
1983. Pada tanggal 1 Oktober 1999, bank syariah kedua, Bank
Muamalat Malaysia Berhad (BMMB) mulai beroperasi. Pendirian
BMMB merupakan dampak spin-off setelah terjadi merger antara Bank
Bumiputera Malaysia Berhad dan Bank of Commerce (Malaysia)
Berhad (Lee dan Detta, 2007:10).
e. Turki
Turki

adalah

satu-satunya

negara

muslim

yang

dengan

sepenuhnya sekular dalam sistem perbankannya. Akan tetapi, pada
bulan Desember 1983, undang-undang yang berkaitan dengan
perbankan syariah disahkan. Sebagai ganti perbankan syariah, Special
Finance House digunakan, seperti Albaraka Turkish Finance House
dan Faisal Finance Institution Incorporation yang menyediakan
fasilitas deposito dan pembiayaan (Lee dan Detta, 2007:9).

17

f. Eropa dan Amerika
Tahun 1983 berdiri The International Islamic Bank of Denmark
yang merupakan bank syariah pertama yang berdiri di kawasan Eropa.
Kemudian disusul dengan Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan
Bank, dan Jardine Fleming yang juga membuka jendela bank syariah
(Amin, 2009:69).
3. Perbankan Syariah di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
beragam suku bangsa, bahasa, dan agama. Meskipun bukan negara Islam,
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia
dengan jumlah penduduk beragama Islam sebanyak 88 persen, Kristen 5
persen, Katolik 3 persen, Hindu 2 persen, Budha 1 persen, dan lainnya 1
persen. Semakin majunya sistem keuangan dan perbankan serta semakin
meningkatnya kesejahteraan, kebutuhan masyarakat, khususnya muslim,
menyebabkan semakin besarnya kebutuhan terhadap layanan jasa
perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah (Ascarya, 2006:201).
Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember
2015, jumlah industri Bank Umum Syariah (BUS) tercatat sebanyak 12
bank, jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 22 bank, dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebanyak 160 bank.
Indonesia memiliki potensi tinggi dengan 14 juta populasi dari total
215 juta total penduduk telah menggunakan jasa perbankan syariah.
18

Namun perkembangan ini masih dianggap baru dalam jumlah institusi.
Indikasinya, pangsa pasar (market share) perbankan syariah di Indonesia
masih belum banyak berkembang. Dalam Statistik Perbankan Indonesia
per Mei 2016 total aset bank umum syariah dan unit usaha syariah
mencapai 211.352 (dalam miliar rupiah). Jumlah ini masih relatif kecil jika
dibandingkan dengan total aset perbankan nasional secara umum yang
mencapai 6.243.113 (dalam miliar rupiah). Artinya pangsa pasar
perbankan syariah masih sangat kecil hanya 3,39%, padahal target pangsa
pasar perbankan syariah adalah sebesar 15% pada akhir tahun 2015.
Indonesia juga merupakan negara penerbit sukuk terbesar ke-4 pada
tahun 2012 lalu. Sehingga pihak regulator di Indonesia saat ini sedang
bekerja keras untuk menarik perhatian perbankan dan industri keuangan
syariah dunia dengan meningkatkan sistem regulasi yang baik untuk
mengakomodasi perbankan dan keuangan syariah (Global Islamic
Financial Report, 2013).
Karakteristik perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat melalui
beberapa hal, yaitu (Ascarya, 2006:202-205):
a. Sistem Keuangan dan Perbankan
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem ekonomi
kapitalis. Mulai tahun 1992, dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Perbankan No. 7 Tahun 1992, Indonesia mulai memperkenalkan
19

sistem keuangan dan perbankan ganda karena bank boleh beroperasi
dengan prinsip bagi hasil.
b. Aliran Pemikiran
Mayoritas penduduk muslim Indonesia menganut Mazhab Syafi’i.
Namun demikian, ulama Indonesia mengaplikasikan prinsip syariah
dalam dunia perbankan dengan hati-hati dan cenderung memiliki
pendapat yang sama dengan Ulama Timur Tengah.
c. Kedudukan Bank Syariah dalam Undang-Undang
Bank syariah di Indonesia baik yang berbentuk Bank Umum
Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), maupun Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS), berada di bawah Undang-Undang No. 21
Tahun 2008. Bank syariah di Indonesia dapat melakukan transaksi
berdasarkan titipan, pinjaman, bagi hasil, jual beli, sewa, serta prinsip
lain yang dibolehkan oleh syariah.
d. Kedudukan Dewan Syariah
Otoritas syariah tertinggi di Indonesia berada pada Dewan
Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI), yang
merupakan lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa yang
berhubungan dengan semua masalah syariah agama Islam, baik
masalah ibadah maupun muamalah, termasuk masalah ekonomi,
keuangan, dan perbankan.
20

e. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah dan Produknya
Dalam hal strategi pengembangan perbankan syariah dan
produknya, Indonesia memilih pendekatan yang bertahap dan
berkesinambungan yang sesuai syariah dan tidak mengadopsi akadakad yang kontroversial.
4. Perbankan Syariah di Malaysia
Malaysia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku
bangsa dengan pemeluk agama yang beragam, terdiri dari Islam 58 persen,
Hindu 8 persen, Kristen 24 persen, dan lainnya 10 persen. Namun
demikian, agama resmi negara adalah Islam. Oleh karena itu, pemerintah
Malaysia mempunyai kewajiban untuk mengakomodasi pengembangan
lembaga keuangan syariah di Malaysia sesuai dengan agama Islam yang
dianut negara dan mayoritas rakyatnya. Atas dasar tersebut Malaysia mulai
menerapkan dual economic system dan mengembangkan sistem keuangan
dan perbankan syariah sejak 1983 (Ascarya, 2006:178).
Malaysia merupakan negara pertama yang memperkenalkan sistem
perbankan syariah di Asia Tenggara, yakni ketika beroperasinya Bank
Islam Malaysia Berhad pada 1983 setelah disahkannya Undang-Undang
Perbankan Islam Nomor 276 Tahun 1983 (Hasan dalam Syukron, 2013).
Dan pada tanggal 1 Oktober 1999, berdirilah bank syariah kedua, yaitu
Bank Muamalat Malaysia Berhad. Bank ini didirikan berdasarkan hasil

21

merger antara Bank Bumiputera Malaysia Berhad dan Bank of Commerce
(M) Berhad (Samad dan Hassan, 2000).
Perbankan syariah di Malaysia memiliki karakteristik yang unik,
beberapa diantaranya adalah (Ascarya, 2006:181-184):
a. Sistem Keuangan dan Perbankan
Malaysia adalah negara yang menerapkan sistem keuangan dan
perbankan ganda (dual financial and banking system) mulai tahun
1983 ketika dikeluarkannya undang-undang perbankan syariah pada
tahun 1983 dan undang-undang asuransi syariah pada tahun 1984.
b. Aliran Pemikiran
Mayoritas penduduk muslim Malaysia meganut Mazhab Syafi’i.
Meskipun memiliki mazhab yang sama dengan mayoritas muslim
Indonesia, aplikasi prinsip syariah dalam dunia perbankan dapat
berbeda, tergantung pada pemahaman dan pendapat ulamanya.
c. Kedudukan Bank Syariah dalam Undang-Undang
Bank syariah di Malaysia berada di bawah undang-undang yang
berbeda tergantung dari bentuk institusinya. Bank syariah penuh (full
fledged Islamic bank) berada di bawah undang-undang perbankan
syariah atau Islamic Banking Act yang diterbitkan pada tahun 1983.
Sementara itu, Islamic windows atau bank konvensional yang
22

menawarkan produk-produk bank syariah berada di bawah undangundang perbankan konvensional. Dengan perbedaan undang-undang
yang mengaturnya, operasi full fledged Islamic bank menjadi lebih
leluasa daripada Islamic windows terutama dalam

penerapan

ketentuan-ketentuan syariah.
d. Kedudukan Dewan Syariah
Otoritas syariah tertinggi di Malaysia berada pada NSAC
(National Syariah Advisory Council on Islamic Banking and Takaful)
dan berada dalam struktur organisasi Bank Negara Malaysia (BNM).
NASC didirikan dengan tujuan untuk bertindak sebagai satu-satunya
badan otoritas yang memberikan saran kepada BNM berkaitan dengan
operasi perbankan dan asuransi syariah; mengkoordinasi isu-isu
syariah tentang keuangan dan perbankan syariah; serta menganalisis
dan mengevaluasi aspek-aspek syariah dari skim atau produk baru
yang diajukan oleh institusi perbankan dan perusahaan takaful.
e. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah dan Produknya
Berbagai produk dan instrumen keuangan syariah di Malaysia
populer menggunakan akad atau mengandung unsur Bai’ Al-Inah dan
Bai’ Al-Dayn. Dengan menerapkan kedua akad ini, produk dan
instrumen keuangan syariah dapat menyerupai produk dan instrumen
keuangan konvensional. Apabila di perbankan konvensional ada kartu
kredit, maka di perbankan syariah ada kartu kredit syariah. Demikian
23

seterusnya, sehingga hampir semua produk dan instrumen keuangan
konvensional selalu ada padanannya pada produk dan instrumen
keuangan syariah.
5. Perbankan Syariah di Iran
Republik Islam Iran atau Iran adalah sebuah negara Timur Tengah
yang terletak di Asia Barat Daya. Sebagian besar penduduk Iran adalah
Muslim. Iran merupakan satu dari lima negara yang penduduk Muslim
mayoritasnya mengikuti ajaran Syi'ah, 90% dari jumlah penduduk adalah
penganut ajaran Syi'ah, sementara ajaran Sunni dianut oleh 8% dari
penduduknya, 2% lagi adalah penganut agama Baha'i, Mandean, Hindu,
Zoroastrianisme, Yahudi, dan Kristen.
Sistem perbankan Islam di Iran dilaksanakan secara bertahap.
Pelaksanaannya memakan waktu enam tahun agar sistem tersebut dapat
terlaksana secara penuh. Langkah pertama yang diambil setelah pendirian
sistem perbankan Islam adalah memperkenalkan biaya jasa (service
charge) ke dalam sistem perbankan di tahun 1981 untuk menggantikan
sistem riba. Pada saat yang sama, peraturan perundang-undangan yang
komprehensif untuk pengislamisasian seluruh sistem perbankan telah
disusun oleh sebuah komite yang terdiri atas para banker, para akademisi,
usahawan, dan ulama. Akhirnya pada bulan Maret 1982, komite tersebut
mengajukan usulan peraturan perundang-undangan kepada The Revolution

24

Council. Undang-undang tersebut diundangkan pada Agustus 1983
sebagai The Law for Usury-Free Banking (Haron dalam Syukron, 2013).
Sejak

tanggal

21

Maret

1984,

nasabah

penyimpan

tidak

diperbolehkan menempatkan uang mereka ke dalam rekening berunsur
riba dan bank-bank tidak diizinkan menyediakan fasilitas kredit
berdasarkan bunga. Mulai bulan Maret 1985, seluruh sistem perbankan di
Iran telah berubah sepenuhnya menjadi sistem perbankan Islam (Sjahdeini,
2010:80-81).
Hal ini bisa dilihat dalam penilaian Global Islamic Financial Report
(GIFR) tahun 2011 sampai 2015, Iran menduduki urutan teratas diikuti
Malaysia dan Arab Saudi diposisi kedua dan ketiga dari 42 negara yang
memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan industri keuangan
syariah. Menurut Syukron (2013), hal ini dikarenakan kepiawaian Iran
dalam berperan secara efektif di kawasan Teluk dan Asia Tengah. Selain
itu, Iran memiliki bank Islam terbesar di dunia, dan tentu saja terletak
lebih sentral ke dunia Islam, sehingga Iran mampu menarik investasi dari
kawasan Teluk seperti UEA dan Bahrain.
6. Perbankan Syariah di Arab Saudi
Penduduk Arab Saudi adalah mayoritas berasal dari kalangan bangsa
Arab sekalipun juga terdapat keturunan dari bangsa-bangsa lain serta
mayoritas beragama Islam.

25

Sejarah sistem perbankan di Arab Saudi dimulai dengan dibentuknya
Badan Moneter Arab Saudi atau Saudi Arabia Monetery Agency (SAMA)
pada Oktober 1952. Pada tahun 1957, Al-Rajhi Bank sebagai bank syariah
pertama yang didirikan di Arab Saudi. Saat ini Al-Rajhi Bank merupakan
bank syariah terbesar di dunia dalam hal kapitalisasi pasar dengan total
aset sebesar US$ 33 milyar dan kapitalisasi pasar sebesar US$ 4 milyar.
Setelah itu muncul bank-bank syariah lainnya seperti Bank Alinma, Bank
Aljazira, dan Bank Albilad (Alhozaimy, 2009).
Untuk memperkuat industri keuangannya, Arab Saudi memperkuat
kerja sama sesama negara teluk dengan berdirinya Gulf Cooperation
Council (GCC) pada 25 Mei 1981 yang terdiri dari Bahrain, Kuwait,
Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Salah satu tujuan
didirikannya GCC ini adalah untuk merumuskan peraturan yang sama di
berbagai bidang seperti ekonomi, keuangan, perdagangan, bea cukai,
pariwisata, hukum, dan administrasi (Syukron, 2013).
Untuk sektor perbankan, Arab Saudi memiliki proporsi tertinggi di
dunia dari aset perbakan syariah terhadap total aset perbankan melebihi
20%, karena semua bank disana memiliki operasional yang sesuai dengan
prinsip syariah, mulai dari yang sepenuhnya bank syariah sampai yang
baru membuka jendela bank syariah. Sektor perbankan Arab Saudi saat ini
terdiri dari 22 bank komersial, termasuk 12 bank lokal dan 10 cabang
Teluk dan bank asing. Dari 12 bank lokal, ada 4 bank (Al Rajhi, Aljazira,
26

Albilad, dan Alinma Bank) yang sudah menjadi Bank Umum Syariah
(Syukron, 2013).
Dengan potensi besar di bidang-bidang seperti real estate, equity,
infrastruktur dan pembiayaan proyek dan modal pertumbuhan pasar
melalui penerbitan sukuk, investasi prospek Kerajaan Arab Saudi untuk
keuangan Islam sangat positif. Dari sudut pandang hukum, dibandingkan
dengan lima anggota lainnya di GCC, Arab Saudi mungkin yang paling
terbuka untuk investasi asing, karena ada peraturan yang telah direvisi oleh
Saudi Arabian Monetary Authority dan Modal Otoritas Pasar untuk
membuka pasar dan mendorong investasi asing dan bakat ke dalam negara
(Hukmi, 2012).
7. Perbankan Syariah di Uni Emirat Arab
Uni Emirat Arab adalah sebuah negara federasi dari tujuh negara
bagian (emirat) yang kaya akan minyak bumi. Tujuh emirat terseb