PROSES PENCITRAAN INSTITUSI KEPOLISIAN MELALUI INFORMASI PUBLIK StudiPadaKepolisian Resort Batu

PROSES PENCITRAAN INSTITUSI KEPOLISIAN
MELALUI INFORMASI PUBLIK
StudiPadaKepolisian Resort Batu

SKRIPSI

Oleh:
ArtikaAyusinomMaladevi
NIM: 07220107

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Skripsi dengan judul Proses Pencitraan Institusi Kepolisian Melalui
Informasi Publik ini, merupakan karya tulis yang belum banyak diangkat
sebagai penelitian skripsi, bahkan tidak ada sebelumnya. Proses pencitraan

sendiri berawal dari pemikiran bahwa dalam kehidupan, manusia selalu
melewati sebuah proses yang ikut menentukan hasil akhir dari usahanya
meraih impian. Selain itu, berakar dari seorang dosen Universitas
Muhammadiyah Malang Sugeng Winarno mengatakan bahwa yang
terpenting itu prosesnya karena dari sanalah kita belajar, entah baik atau
buruk hasilnya tidak masalah. Sementara informasi publik merupakan
nasihat dari pembimbing skipsi penulis, yaitu Frida Kusumastuti. Pertama
kali menerima nasihat itu sungguh berat karena penulis tak memiliki
bayangan mengenai informasi publik tersebut. Namun, ketika dijalani selang
beberapa waktu penulis menyadari keterbukaan informasi publik merupakan
pembicaraan yang hangat selain opini publik.
Dalam karya tulis ini penulis membahas tentang citra, pencitraan
(proses pembentukan citra) dan keterbukaan informasi publik yang sejak
tahun 2008 diberlakukan undang-undangnya di Indonesia. Penelitian ini
mengarah pada institusi kepolisian sebagai salah satu badan publik yang
juga sering berinteraksi dengan publik / khalayak. Melalui penelitian yang
dilakukan penulis memperoleh garis besar proses pencitraan polisi melalui
informasi publik.Serta model atau alur pencitraan melalui informasi publik
yang telah dilakukan sebuah institusi kepolisian.
Institusi kepolisian yang telah membantu kelancaran penelitian ini

ialah Kepolisian Resort Batu. Atas semangat beliau-beliau (anggota Polres
Batu), penulis tetap giat menyelesaikan penelitiannya ini. Kemudahan ,

nasihat dan waktu yang diberikan para pembimbing juga menjadi kekuatan
pendukung bagi penulis. Dan yang sangat berarti adalah doa kedua orang
tua penulis. Di samping itu keyakinan penulis bahwa Allah senantiasa
menolongnya dalam setiap keadaan tak pernah padam. Sebagaimana HR
Ath- Thobari,
“Iman yang paling baik adalah apabila kamu mengetahui bahwa Allah
selalu menyertaimu di manapun kamu berada.”
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
ada peneliti lain yang juga mengangkat tentang informasi publik atau
penelitian lebih lanjut berhubungan dengan tema karya tulis ini. Semoga
skripsi ini memiliki manfaat lebih bagi para pembacanya. Amin ya rob al
alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Batu, September 2012
Artika


DAFTAR ISI

Sampul / i
Pernyataan Orisinalitas / iii
Lembar Pengesahan / iv
Abstrak / v
Kata Pengantar/vi
Daftar Isi / vii

Bab I PENDAHULUAN / 1
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang Masalah / 1
Rumusan Masalah / 7
Tujuan Penelitian / 7
Kegunaan Penelitian / 7

Ruang Lingkup Penelitian / 8

Bab II TINJAUAN PUSTAKA / 10
A. Pencitraan / 10
A.1. Definisi Citra / 10
A.2. Citra Positif Organisasi yang Bergerak Di Bidang Jasa / 14
B. Informasi Publik / 18
B.1. Informasi Publik Di Indonesia / 18
B.2. Bentuk Informasi Publik / 20
C. Pencitraan dan Informasi Publik / 27
C.1. Proses Pembentukan Citra / 27
C.2. Keterkaitan Pencitraan dengan Informasi Publik / 32
D. Definisi Konseptual / 34

Bab III METODE PENELITIAN / 35
A.
B.
C.
D.


Pendekatan yang Digunakan / 35
Subyek Penelitian / 35
Pengumpulan Data / 36
Analisis Data / 37

Bab IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN / 38
A. Profil Kepolisian Resort Batu / 38
B. Visi dan Misi Polres Batu / 40
C. Struktur Institusi Polres Batu / 45

Bab V HASIL DAN ANALISIS DATA / 47
A. Hasil Penelitian / 47
B. Pembahasan dan Analisis Data / 55
B.1. Citra yang Diharapkan (Wish Image) / 55
B.2. Latar Belakang Pencitraan / 58
B.3. Proses Mewujudkan Citra / 60

Bab VI PENUTUP /68
A. Kesimpulan / 68
B. Saran / 69


DAFTAR PUSTAKA / 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN / 72

Daftar Pustaka
A. Buku
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.
Jefkins, Frank-Daniel Yadin. 2003. Public Relations. Jakarta: Erlangga.
Keraf, Gorys. 2001. KOMPOSISI. Flores: Nusa Indah.
Kriyantono, Rachmad. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Morissan. 2008. Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas
Profesional. Jakarta: Kencana.
Rumanti, Maria Assumpta. 2005. Dasar-dasar Public Relations, Teori dan
Praktik. Jakarta: PT Grasindo.
Ruslan, Rosady. 2010. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi:
Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Soemirat, Soleh & Ardianto. Cetakan 6 November 2008. Dasar-dasar Public
Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Tedjoworo. 2001. Imaji dan Imajinasi. Yogyakarta: Kanisius.


B. Media Massa, dll
Anonim. 2012. Arsip Polres Batu. Batu: Sumberdaya Masyarakat Polres Batu.
Anonim. 2012. Rancangan Rencana Kerja Kepolisian Resort Batu T.A. 2013.
Batu: Bagian Perencanaan Polres Batu.
Anonim, 2008, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik,
http://www.lipi.go.id/intra/informasi/1250035740.pdf, 13 Maret 2012,
pukul 02.20.
Departemen Komunikasi dan Informatika RI, 5 Agustus 2008, Undang Undang
No. 14/2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP),
http://www.ptpn13.com/data/UU_RI_No_14_Thn_2008_KIP.pdf , 13
Maret 2012, pukul 02.29.

70

Divisi Humas Polri, Januari 2010, Rencana Kerja Divisi Hubungan Masyarakat
Polri Tahun Anggaran 2011,
http://ppid.polri.go.id/upload/files/RENJA%20HUMAS%202011.pdf,
diakses 19 Januari 2012, pukul 12.52.
Restamadiun. 27 Desember 2008, Undang Undang Polri,

http://www.slideshare.net/restamadiun/undang-undang-polri-presentation,
diakses 19 Januari 2012, pukul 11.13.

71

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Polisi merupakan salah satu perangkat atau alat penegak hukum di Negara
Indonesia. Sebagaimana tertera pada UU RI No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia Bab I pasal 5 (1) berbunyi bahwa “Kepolisian Negara
Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri” (Restamadiun, 2008: slide 3). Untuk itu,
dalam melaksanakan kewajibannya menegakkan hukum, polisi Indonesia harus
selalu menerapkan unsur perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat. Terutama bagi polisi lalu lintas (Polantas) yang waktu kerjanya lebih
banyak dihabiskan berinteraksi langsung dengan masyarakat.

Unsur-unsur tersebut bila terlaksana dengan baik akan mencerminkan citra
yang sesuai dengan undang-undang mengenai Polri di atas. Agar dapat
mewujudkan citra tersebut maka, diperlukan tujuan atau visi misi yang tepat.
Tujuan ini merupakan tanggung jawab dari divisi hubungan masyarakat (humas)
Polri guna membangun citra bahwa polisi adalah teman masyarakat, bukan
perangkat untuk menakuti masyarakat. Pernyataan ini didukung dengan visi divisi
humas mabes Polri halaman 8 tahun 2011 yang menyatakan, terwujudnya Postur
1

Humas Polri yang profesional, bermoral dan modern dibidang kehumasan guna
membangun objektivitas, kepercayaan dan partisipasi masyarakat (DivHumas
Polri, 2010: 8). Agar visi tersebut tercapai maka, diperlukan sebuah misi atau
tahapan kerja yang merupakan sebuah proses pencitraan.
Proses pencitraan dapat mendukung terwujudnya salah satu visi Hunas
Polri di atas yaitu membangun objektivitas, kepercayaan dan partisipasi. Hal ini
dikarenakan citra sendiri berarti cermin atau gambaran mengenai perusahaan yang
dimiliki oleh seseorang atau badan lain (seperti dijelaskan oleh Katz, 1994) bahwa
citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang,
suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap
perusahaan mempunyai citra sebanyak sejumlah orang yang memandangnya

(Soleh Soemirat, 2008:113). Oleh karenanya untuk membentuk citra sesuai
dengan yang dicita-citakan Polri yaitu menjadi pelindung dan pengayom maka,
perlu sebuah proses atau cara mencapainya.
Badan kepolisian dapat membentuk citranya melalui berbagai cara,
diantaranya pelayanan yang baik kepada masyarakat, pemberian contoh sikap
disiplin di masyarakat dan melalui penyampaian informasi mengenai peraturan
perundangan-undangan atau kebijakan yang berlaku bagi masyarakat untuk
menciptakan keamanan. Bagaimana kepolisian itu membentuk citra melalui
penyampaian informasi kepada masyarakat inilah yang akan diangkat sebagai
bahan penelitian. Sebab informasi publik telah memiliki undang-undang tersendiri
yang mengaturnya bahwa setiap badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggaraan negara wajib menyediakan dan memberikan semua informasi

2

kepada khalayaknya mengenai hal-hal berhubungan dengan peraturan dan
kebijakan tanpa menyertakan informasi rahasia.
Apabila di satu sisi telah ada penelitian yang dilakukan oleh Drs. Budi
Suprapto, M.Si tentang kesadaran masyarakat terhadap hak kebebasan
memperoleh informasi publik pada Maret 2008. Maka, dalam penelitian ini selain

utamanya mengkaji tentang proses pencitraan yang dilakukan kepolisian juga
akan memilah langsung proses pencitraan yang termasuk dalam penyampaian
informasi publik bagi masyarakat. Tentunya itu tak terlepas dalam proses
pencitraan yang dilakukan institusi kepolisian (pencapaian cita-cita yang
diinginkan).
Penjelasan mengenai kewajiban menyediakan dan memberi informasi
publik tersebut tertuang dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Tepatnya pada pasal 1 (2), berbunyi
“Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara
dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan
publik lainnya yang sesuai dengan Undang Undang ini serta informasi lain yang
berkaitan dengan kepentingan publik” (Anonim, 2008: 1). Untuk itu mengangkat
tema tentang pencitraan melalui informasi publik dirasa perlu dan menarik.
Hal itulah yang membuat informasi publik patut dikaji karena hak
kebebasan memperolehnya wajib diberikan oleh setiap badan publik, salah
satunya kepolisian. Selain itu, dalam era globalisasi saat ini informasi menjadi
kebutuhan penting bagi manusia. Sehingga ini merupakan sebuah keefektifan
3

untuk melakukan pencitraan melalui informasi publik karena setiap individu
membutuhkannya.
Berkaitan dengan badan kepolisian sebagai badan publik yang telah
melaksanakan kewajibannya dan memanfaatkan penyampaian infromasi publik
untuk membentuk suatu citra yang sesuai dengan cita-cita Polri. Maka,
terwujudnya cita-cita Polri tersebut merupakan kewajiban bagi kepolisian di
seluruh wilayah di Indonesia, termasuk salah satunya polisi kota Batu. Polisi Kota
Batu atau Polres (Polisi Resort) Batu dalam mewujudkan cita-cita Polri tersebut
tentunya juga melakukan proses pencitraan. Akan tetapi, proses pencitraan
bagaimanakah yang termasuk pencitraan melalui penyampaian informasi kepada
publik inilah yang akan diteliti.
Informasi yang diberikan polisi kepada publiknya merupakan bentuk
wawasan seputar peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Tetapi, yang akan dibahas dalam penelitian ini bukanlah informasi itu sendiri
melainkan bagaimana cara penyampaian informasi publik tersebut tanpa
mengesampingkan bentuk-bentuk infromasi publik. Sebab gagasan mengenai
proses pencitraan yang dilakukan melalui informasi publik itulah penelitian yang
akan dikaji. Ini ditujukan untuk mengetahui langkah-langkah yang ditempuh
polisi Kota Batu dalam menciptakan sebuah kesan citra polisi sebagai pengayom
dan pelindung bagi masyarakat.
Dalam gagasan penelitian ini menurut peneliti hal tersebut telah
ditunjukkan selama kurun waktu satu tahun belakangan ini. Salah satu langkah
yang dilakukan Polres Batu dengan membagikan helm berlabel SNI (Standar

4

Nasional Indonesia) pada pengendara sepeda motor yang melintas dan
mengenakan

perlengkapan

berkendara

lengkap.

Tujuannya

sesuai

yang

diungkapkan oleh Ibu Sofie di Polres Batu (Inspektur Polisi Tk. I) adalah untuk
menghargai pengendara disiplin tersebut serta mendorong rasa peduli mereka
terhadap keselamatan pribadi dan orang lain. Secara tak langsung peristiwa itu
merupakan bentuk informasi publik yang diapresiasikan melalui tindakan. Itulah
bentuk apresiasi dari Polres Batu guna merebut kepercayaan dan partisipasi
masyarakat sesuai dengan visi Humas Polri.
Di samping itu, bentuk informasi publik yang dapat diberikan oleh anggota
kepolisian adalah ketika ada sosialisasi di sekolah-sekolah, saat pembuatan SIM
ataupun ketika di jalan raya. Pada umumnya kesempatan paling banyak untuk
melakukan informasi publik saat terjadinya pelanggaran lalu lintas. Karena hal
tersebut dapat membuat pelanggar akan mengingat selalu informasi yang
diberikan. Maka, cara penyampaian informasinya pun perlu diperhatikan oleh
setiap anggota polisi termasuk guna membangun unsur pencitraan yang sesuai
dengan cita-cita Polri.
Oleh karenanya, menurut peneliti dengan hanya memberlakukan peraturan dan
menindak tegas pelanggar hukum belum cukup efektif. Sebab beberapa orang
memiliki prinsip „peraturan dibuat untuk dilanggar‟. Hingga, penting bagi polisi
memiliki langkah tepat mencitrakan diri sebagai pelindung dan pengayom bahkan
teman masyarakat bagi orang-orang seperti itu, yaitu salah satunya dengan sebuah
informasi publik. Informasi publik untuk menciptakan citra tertentu tentang
kepolisian resor Batu utamanya tidaklah mudah. Dikarenakan informasi yang

5

dipraktikkan tidak hanya dengan berupa komunikasi searah atau tindakan saja,
tetapi sebuah proses menuju yang diinginkan.
Sebagaimana pernyataan Schramm yang dijelaskan Morissan dalam bukunya
Manajemen Public Relations: Konsep komunikasi Schramm membutuhkan proses
komunikasi dua arah (two-way-process) di mana pengirim dan penerima pesan
berkomunikasi dalam konteks kerangka acuan (frame of reference), hubungan dan
situasi sosial masing-masing. Dengan demikian, komunikasi adalah proses timbal
balik pertukaran tanda untuk memberitahukan, memerintahkan atau membujuk
berdasarkan makna dan kondisi bersama melalui hubungan komunikator dan
konteks sosial (Morissan, 2008: 43).
“Proses Pencitraan Polres Batu melalui Informasi Publik”

penting untuk

diteliti, karena hasil penelitiannya diharapkan bermanfaat bagi kepolisian resor
kota Batu untuk mengetahui ketercapaian proses pencitraan yang mereka terapkan
untuk membangun persepsi badan hukum dan anggotanya sebagai pengayom dan
pelindung masyarakat. Juga proses pencitraan seperti apa yang sudah mereka
lakukan dengan pemberian informasi kepada publik sebagai langkah mendapat
kepercayaan dan partisipasi dari masyarakat kota Batu. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberi manfaat bagi kepolisian-kepolisian wilayah lainnya
dalam merencanakan program kerja yang baik demi kepentingan bersama. Serta
penelitian ini diharapkan memberi kontribusi secara teoritik dalam melakukan
pengujian terhadap teori yang digunakan. Dengan demikian, kata-kata kunci
penilitan ini adalah proses pencitraan dan informasi publik yang dilakukan Polres
kota Batu.

6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada ulasan latar belakang di atas bahwa proses pencitraan
Polres Batu dilakukan dengan beberapa upaya yang didasarkan pada informasi
publik (khalayak). Maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana proses pencitraan Polres Batu melalui informasi publik?”
C. Tujuan Penelitian
Melalui latar belakang di atas jadi, tujuan penelitian ini ialah :
“Untuk mengetahui proses pencitraan Polres Batu melalui informasi publik.”

D. Kegunaan Penelitian
Adapun faedah dari hasil penelitian ini nantinya adalah sebagai berikut :
1. Akademik
a. Agar dapat memberi sumbangan bagi ilmu komunikasi khususnya
Public Relation (PR) mengenai upaya-upaya atau proses pencitraan
suatu lembaga, perusahaan, instansi maupun perorangan.
b. Sebagai literatur penunjang bagi civitas akademik atau peneliti lain
dalam penelitian-penelitian sejenis mengenai proses pencitraan yang
berupa gambaran, data, dan referensi. Sehingga dapat semakin
memajukan dunia PR sesuai fungsi dan perannya.
2. Praktis

7

a. Bagi Polres Batu hasil penelitian ini merupakan wacana mandiri
mengenai penerapan proses pencitraan yang telah dilakukan. Selain
itu, sebagai bahan informasi Polres Batu untuk melihat ulang proses
pencitraan yang telah mereka laksanakan untuk pemenuhan pencapaian
tujuan penegakan hukum.
b. Bagi praktisi humas penelitian ini diharapkan menambah khasanah dan
wawasan baru mengenai proses pencitraan positif suatu lembaga.
c. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan proses belajar dalam
melakukan penelitian tentang proses pencitraan yang dilakukan suatu
lembaga.

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Untuk memudahkan pemahaman konsep yang akan diteliti maka,
dirumuskan sebuah operasionalisasi konsep. Yang mengarah pada definisi
terfokus dari tema yang diangkat dalam penelitian ini sehingga diperoleh ruang
lingkup dan keterbatasan penelitian sebagai berikut:
1. Pencitraan yang diharapkan
Proses pencitraan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebuah
peristiwa di mana seorang anggota polisi yang sedang bertugas di
lapangan melakukan pencitraan mengenai badan hukumnya yang ia
lakkukan secara tidak disadari. Sehingga penelitian ini bukanlah sebuah
strategi pencitraan yang diawali dari kesadaran dari pelakunya untuk

8

melakukan pencitraan sesuai rencana. Melainkan sebuah kewajiban dari
badan publik untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat.

2. Informasi Publik
Cakupan informasi publik dalam penelitian ini berupa informasi yang
berupa informasi tentang penyelenggaraan perundang-undangan guna
berlangsungnya ketertiban dan keamanan Kota Batu. Selain itu, juga dapat
mencakup hal sehubungan dengan badan publik terkait kegiatan dan
kinerjanya. Informasi publik yang kiranya disampaikan oleh anggota polisi
dengan bahasa yang mudah dipahami dan ringan sesuai dengan pasal 10
ayat 1 dan 2, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP).

9