Pelanggaran Etika Profesi Jaksa Ditinjau Dari Hukum Positif Dan Hukum Islam
i
PELANGGARAN ETIKA PROFESI JAKSA DITINJAU DARI
HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)
Oleh: SHOLEHUDDIN
09120048
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN SYARIAH
(2)
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGGARAN ETIKA PROFESI JAKSA DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Oleh: SHOLIHUDDIN
NIM. 09120048
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Dra. Sunkanah, SH, M.Hum
Pembimbing II
(3)
iii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang,
Dan diterima untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Pada Tanggal: 17 Juli 2014
Dewan Penguji Tanda Tangan
1. Dra. Sunkanah, SH, M.Hum 1. ___________________ 2. Idaul Hasanah, S.Ag, M.Hi 2. ___________________
3. Drs. Munir, MA 3. ___________________
4. Drs. M. Syarif, M.Ag 4. ___________________
Mengesahkan, Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Malang Dekan,
(4)
iv
Motto:
ِناَبّذَكُت اَمُكّبَر ِءاآ ّيَأِبَف
(5)
v
Persembahan:
Karya tulis (skripsi) ini saya persembahkan kepada
kedua orang tua saya dan saudara-saudara saya.
(6)
vi
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya :
Nama : Sholihuddin NIM : 09120048
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul :
“Pelanggaran Etika Profesi Jaksa Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif” adalah benar-benar hasil karya karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik di Universitas Muhammadiyah Malang, termasuk berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Demikian surat pernyataan yang saya buat tanpa unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 26 Juni 2014
Yang membuat pernyataan,
(7)
vii
ABSTRAK
Nama : Sholihuddin
Tempat, Tanggal Lahir : Taliwang, 18 Juli 1988
NIM : 09120048
Fakultas : Agama Islam
Jurusan : Syari’ah
Judul Skripsi : Pelanggaran Etika Profesi Jaksa Ditinjau Dari Hukum Positif Dan Hukum Islam
Pembimbing : 1. Dra. Sunkanah, SH, M.Hum
2. Idaul Hasanah, S.Ag, M.Hi
Kata Kunci : Etika, Profesi Jaksa, Suap, Kode Etik
Jaksa sebagai salah satu aparat penegak hukum (Legal Aparatur) yang ada di lingkungan kejaksaan telah memiliki kode etik sebagai standar moral atau kaedah yang harus dipatuhi. Kode etik merupakan kesesuaian sikap yang harus dijunjung tinggi oleh jaksa dengan jiwa pancasila, untuk menegakkan supremasi hukum, menegakkan etika, profesionalisme dan disiplin. Munculnya wacana pemikiran tentang pelanggaran kode etik yang akan menjadi penelitian yang dititik beratkan kepada faktor terjadinya pelanggaran etika, fundamentalisme nilai-nilai dan kelemahan yang terkandung dalam kode etik. Penyusun merasa tertarik untuk membahas kode etik profesi jaksa dan dikaitkan dengan nilai-nilai dan tinjauan yang terkandung baik dalam hukum Islam maupun dalam hukum positif.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah atau mengkaji sumber kepustakaan berupa data-data primer dan sumber data sekunder yang relevan dengan pembahasan ini. Analisis data yang digunakan penyusun adalah dengan metode induktif dan metode deduktif. Metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta khusus, peristiwa kongkrit yang kemudian ditarik kesimpulan secara umum (generalisasi). Sedangkan metode deduktif adalah metode yang menggunakan dalil-dalil yang bersifat umum kemudian disesuaikan faktor-faktor dari yang bersifat khusus. Metode induktif digunakan untuk mengkaji asas-asas atau nilai-nilai yang terkandung dalam kode etik profesi jaksa. Sedangkan deduktif dipakai untuk melihat pandangan Islam terhadap etika profesi jaksa.
Hasil penelitian ini adalah: faktor utama terjadinya pelanggaran kode etik profesi jaksa. Nilai-nilai yang terkandung dalam kode etik profesi jaksa. Pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap pelanggaran etika profesi jaksa. Hukum suap dalam Islam, kitab KUHP dan UU Tipikor. Hukum positif maupun hukum Islam sama-sama memiliki persamaan pandangan terhadap kode etik dalam beberapa hal, yakni: jaksa harus percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jaksa harus bersifat adil, jaksa haru selalu bermusyawarah dalam memutus perkara dengan hakim, jaksa harus bersifat jujur, dan tuntutan harus berdasarkan alasan-alasan hukum yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
(8)
viii ABSTRACT
Name : Sholihuddin
Points, Date of Birth : Taliwang, July 18, 1988
NIM : 09120048
Faculty : Islam
Subject : Syari'ah
Thesis Title : Violation of Attorney Ethics Seen From Positive Law and Islamic Law
Supervisor : 1. Dra. Sunkanah, SH, M. Hum 2. Idaul Hasanah, S.Ag, M.Hi
Keywords : Ethics, Profession Attorney, Bribery, Code of Conduct
Prosecutors as one of law enforcement officers (Legal Apparatus) in the prosecution already has a code of ethics as a moral standard or kaedah that must be obeyed. The code of ethics is an attitude of conformity that must be upheld by a prosecutor with the spirit of Pancasila, to uphold the rule of law, uphold ethics, professionalism and discipline. The emergence of the discourse of thinking about code violations which will be research that put emphasis on factors violations of ethics, fundamentalism and weaknesses values contained in the code of conduct. Composer felt drawn to discuss the code of professional conduct of prosecutors and is associated with values and views contained either in Islamic law and positive law.
This study is a research library (Library Research) is the research done by examining or reviewing literature sources in the form of primary data and secondary data sources that are relevant to this discussion. Analysis of the data used by the authors is the inductive method and deductive method. Inductive method is a method of thinking that depart from the specific facts, concrete events are then drawn general conclusions (generalizations). While the deductive method is a method that uses the arguments of a general nature and then adjusted the factors of a specific nature. Inductive method is used to study the principles or values contained in the code of professional conduct prosecutor. While deductive used to see the view of Islam against professional ethics prosecutor.
The results of this study are: the main factors of violations of the code of professional conduct prosecutor. The values contained in the code of professional conduct prosecutor. View of Islamic law and positive law against violations of professional ethics prosecutor. Bribery law in Islam, the book of the Penal Code and the Anti-Corruption Act. Positive law and Islamic law have the same commonality of view of the code of ethics in some ways, namely: the prosecutor must believe in the Almighty God, the prosecutor must be fair, prosecutors emotion always consulted in deciding the case by the judge, the prosecutor must be honest, and claims should be based on legal grounds clear and accountable.
(9)
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Penulisan ini tidaklah lepas dari segala Rahmat-Nya. Shalawat dan Salam senantiasa terkirim untuk baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga beliau dan pengikutnya. Semoga syafaatnya melindungi umatnya di hari akhir.
Penulisan penelitian ini belum dapat dikatakan sempurna, karena keterbatasan ilmu pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis, serta kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Upaya penyelesaian penulisan ini tidak lepas dari banyak pihak yang telah ikut serta dalam membantu dan mendukung penyelesaiannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Zakariah Arsyad dan Ibunda tersayang Siti Maryam yang telah membesarkan penulis dengan penuh rasa kasih dan sayang serta membimbing penulis untuk menjadi enterpreneur yang handal. Sehingga ucapan terima kasih ini tidaklah cukup untuk menggambarkan wujud penghargaan penulis, juga kepada kakanda yang sangat penulis rindukan, Asma Ul-Husna, Abdul Jabbar, Nur Ainun, Zainab Maryam dan Icha Khoirunnisa di kampung halaman yang telah memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih atas canda tawanya selama ini.
2. Bapak Dr. Muhadjir Effendi, M.Ap. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Drs. Faridi, M.Si selaku dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malangbeserta jajarannya.
4. Ibu Idaul Hasanah, S.Ag, M.Hi selaku ketua jurusan Syari’ah dan seluruh dekan Fakultas Agama Islam yang selalu senantiasa memberikan ilmunya kepada penulis dan dengan kesabaran mereka, saya selalu dididik dan dibina.
5. Ibu Sunkanah SH, M.Hum selaku dosen pembimbing I dan Ibu Idaul Hasanah S.Ag, M.Hi selaku dosen pembimbing II yang selama proses penyelesaian skripsi ini senantiasa dabar dan teliti dalam memberikan
(10)
x
bimbingan, daran dan motivasi yang sangat bermanfaat. Terima kasih telah meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya. Dan penulis mohon maaf jika selama bimbingan ada yang tidak berkenan di hati.
6. Bapak Drs. Fathurrohim, M.Ag. selaku dosen wali syari’ah angkatan 2009, terima kasih atas bimbingan akademik yang telah diberikan.
7. Spesial terima kasih buat seseorang yang telah membuat hidup ini begitu berwarna, tetap semangat dan semoga cepat lulus kuliahnya, amiiin.
8. Seluruh personalia Program Pendidikan Ulama’ Tarjih (PPUT). Terima kasih atas kekompakan selama ini, semoga jalinan silaturrahmi ini terus terjalin dan memberikan faidah untuk kita semua.
Semoga Allah senantiasa memberikan Rahmat, Karunia, Hidayah dan Nikmat-Nya kepada kita semua. Amiiin, sebagai hamba Allah yang sangat lemah ini, penulis dengan kerendahan hati menyadari banyak kekurangan, sehingga penulis selalu mengharapkan masukan yang membangun demi pencerahan, akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, amin ya rabbal ‘alamin.
Malang, 26 Juni 2014
(11)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
SURAT PERNYATAAN ... vi
ABSTRAKSI ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 18
C. Tujuan Penelitian ... 18
D. Manfaat Penelitian ... 18
E. Metodologi Penelitian ... 19
F. Sistematika Penulisan ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Jaksa 1. Definisi Jaksa ... 23
2. Lambang Kejaksaan RI ... 24
3. Dasar Hukum Pengangkatan Jaksa ... 26
4. Tugas Jaksa ... 27
5. Kode Etik Jaksa ... 29
6. Syarat-Syarat Menjadi Jaksa ... 30
7. Hak Dan Kewajiban Jaksa ... 30
B. Kedudukan Jaksa 1. Menurut Hukum Positif ... 33
2. Dasar Pengangkatan Jaksa ... 37
3. Syarat-Syarat Menjadi Jaksa ... 39
4. Hak Dan Kewajiban Jaksa ... 41
C. Etika Profesi Jaksa 1. Etika Jaksa ... 42
2. Profesi Jaksa ... 46
3. Prinsip-Prinsip Etika Profesi Jaksa a. Dalam Hukum Positif ... 49
b. Dalam Hukum Islam ... 52
4. Etika Profesi Jaksa Dalam Hukum Islam ... 60
(12)
xii BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA
A. Pelanggaran Terhadap Kode Etik Profesi Jaksa ... 64 1. Pelanggaran Etika Profesi Jaksa ... 64 2. Faktor Terjadinya Pelanggaran Kode Etik Jaksa ... 66 B. Pandangan Hukum Positif Dan Hukum Islam Terhadap
Pelanggaran Kode Etik Jaksa ... 73 a. Pandangan Hukum Positif ... 73 b. Pandangan Hukum Islam ... 80
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 87 B. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA ... 91
(13)
xiii
DAFTAR PUSTAKA:
Al-Qur’an Dan Terjemahannya. (2007), PT, Tiga Serangkai Mandiri, Tangerang.
As’ad. Sungguh. (2000). Etika Profesi. Jakarta, Sinar Grafika Abdullah.m. (2002). Filsafat Etika Islam. Bandung, Mizan. Amin. Muhammad, Etika Profesi Hukum, Umm Press, 2012.
Arief, Sidarta, B. Pelaksanaan Kode Etik Profesi Hukum Di Indonesia, rekaman proses workshop kode etik advokat Indonesia. Jakarta 2004.
Arifin, Bustanul, (1996). Pelembagaan Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta, Gema Insane Press.
Bivitri, Susanti, (2004) Kata Pengantar Pusat Study Hukum Dan Kebijakan
Indinesia. Rekaman Proses Workshop Kode Etik Advokat Indonesia Langka
Menuju Penegakan, mengutip Yap Thiam Hien, Masalah Pelanggaran Kode Etik Profesi Dalam Penegakan Keadilan Dan Hukum Dalam Negara, HAM, dan Demokrasi, YLBHI, Jakarta.
Bisri, Hasan, (1997). Peradilan islam Dalam Tatanan Masyarakat Indonesia.
Bandung, Rosada Karya.
Bungin. Burhan. (2001). Metedologi Penelitian Islam : Format-Format Kualitatif Dan Kuantitatif, Surabaya. Airlangga University Press
(14)
xiv
Darmohidarjo, Darji, Shidarta, (1995). Diktat kuliah hukum filsafat di perguruan
tinggi, Apa Dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta, Fakultas Hukum. Universitas Tarumanegara.
Efendy, Marwan, (2005). Kejaksaan RI. Posisi Dan Fungsinya Dari Perspektif Hukum, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Fran. Magnis. Suseno. (1973). Etika Social, Jakarta, Garmedia Pustaka. Fajry, Majid. (1996). Etika Dalam Islam. Yogyakarta, Pusatka elajar.
Gunawan. Ilham. (1994) Peran Kejaksaan Dalam Menegakkan Hukum Dan Stabilitas Politik, Jakarta, Sinar Grafika.
Harahap,Yahya, M. (1993). Kedudukan Kewenangan Dan Acar Peradilan Agama, Jakarta, Pustaka Kartini.
Kadafi. Biniziad. (2000) Analisis Dan Evaluasi Tentang Kode Etik Advokat Dan Konsultan Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kansil.C.S.T. (2003) Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum. Jakarta, Pardya Paramita.
Grafika.
Mustafa, Ahmad. (1997). Akhlaq Tasawuf. Bandung, Pustaka Setia.
(15)
xv
Muslehuddin. (1991). Filsafat Hukum Islam Dan Pemikiran Orientalis, Study Perbandingan Islam, Yogyakarta, Tiana Wacana.
Masbuhin. Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktik. Umm, 2012.
Muhadjir, Noeng, (2000). Postpositifisme Dan Realism Metafisik, Antologi Study Islam, Teori Dan Metodologi,Yogyakarta, Sunan Kalijaga Press.
Purwoto.s, (1998). Gandasubrata, Renungan Hukum, Ikatan Hakim Indonesia
(IKAHI). Cabang Mahkamah Agung RI.
Qardhawi, Yusuf. (1993).Fiqih Negara, Rabbani Press.
Rasyid , Sulaiman. (1994). Fiqih Islam, Bandung. Sinar Baru Algesindo. Sugiatminingsih, Pengantar Hukum Indonesia. Umm.2009.
Sumaryono. E. (1995). Etika Profesi Hukum Dan Norma-Norma Bagi Penegak Hukum, Yogyakarta. Kanisius.
Salam. Burhanuddin. (1997). Etika Social, Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta, Aneka Reneka Cipta.
Saherodji. (1973). Kedudukan Dan Fungsi Kejaksaan Dalam Administrasi Peradilan Di Indonesia. Jakarta.
Supriadi. (2006). Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia.Jakarat. Sinar Pustaka.
(16)
xvi
Tersna, R, (1978), Peradilan Di Indonesia Dari Abad-ke Abad, Jakarta, Pradiya Paramita.
Utomo, Priyo, (1992). Etika Dan Profesi. Gramedia Artike-Artikel :
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republic Indonesia
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2005 Tentang Komisi Kejaksaan Republic
Indonesia
Peraturan Jaksa Agung Republic Indonesia Nomor. PER-067/a/JA/07/2007
Tentang Kode Prilaku Jaksa
Etika Profesi Jaksa. Dalam http://situscoplug.blogspot.com /2012/12.
Makalah-Etika-Profesi-jaksa. Html.
Kode Etik Jaksa. Dalam http://wartanegara.gunadarma.ac.id./2010.
Kode-Etik-Jaksa
kode Etik Jaksa dalam http ://supanto.staff. hukum.uns.ac.id 2010.
(17)
1
BAB I
PENADAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara mengenai lembaga kejaksaan adalah berbicara mengenai lembaga Negara yang bertugas untuk mewakili Negara dalam menegakkan hukum. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya kejaksaan harus mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan dan keadilan yang hidup di dalam masyarakat. Dalam hal ini kejaksaaan di tuntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakkan hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Dalam UU kejaksaan yang baru, kejaksaan RI sebagai lembaga yang melaksankan kekuasaan Negara dibidang penuntutan harus melaksankan fungsi, tugas, dan wewenangya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya1.
Secara normative (das solen)2 tugas dan kewajiban kejaksaan dapat
dikatakan hal yang sempurna, mencakup hal yang cukup luas. Kejaksaan atau khusunya jaksa mempunyai kedudukan sebagai wakil Negara dalam bidang peradilan. Tugas mewakili Negara adalah hal yang sangat penting terutama kaitannya dengan kewibawaan Negara serta dengan hukum itu sendiri. Akan
1Pasal 2 ayat 2 undang-undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia. Penerbit , kejaksaan RI. Hal. 2 bagian kedua tentang kedudukan jaksa 2 Sungguh, As’ad. 2000. Etika Profesi, Jakarta, hal 9.
(18)
2
sangat maju dan baik peradilan di Indonesia jika tugas dan kewajiban dari lembaga kejaksaan itu dilaksanakan dengan baik, dalam artian tetap menjaga idealisme lembaga kejaksaan sebagai penegak keadilan walaupun berhadapan dengan realita kehidupan.
Dalam kenyataan (das sein)3 citra lembaga kejaksaan tidak sebaik dan seindah tugas dan kewajibannya yang sangat ideal. Mafia peradilan, itulah istilah yang kini cukup popular dibicarakan di masyarakat. Bagaimana tidak, lembaga kejaksaan yang seharusnnya menegakkan hukum justru menggunakan hukum sebagai lahan usaha. Nilai-nilai keluhuran hukum tidak lagi dijunjung tinggi. Dalam menangani suatu kasus dipengadilan tidak jarang para penegak hukum dalam hal ini hakim, jaksa, dan penasehat hukum “main mata”. Hukum pun dipermainkan untuk kepentingan mereka sendiri. Masyarakat yang tidak tahu tentang aturan hukum pun mudah dipermainkan. Sistem peradilan menjadi jauh dari asas –asas peradilan, biaya menjadi membengkak, waktu lama dan bertele-tele. Kurang uang hukuman panjang4. Itulah istilah yang cukup popular.
Menggambarkan betapa hukum itu dijadikan lahan komoditas lahan usaha bagi aparat penegak hukum5. Jaksa adalah pejabat dibidang hukum yang bertugas menyampaikan dakwaan atau tuduhan di proses pengadilan terhadapa yang di duga melanggar hukum.
3 Ibid,
4 Yanauar Adi Putra. Dosen Universitas Mataram, Selasa 18 Mei 2010, disampaikan dalam seminar hukum di universitas Mataram, dengan tema, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) Tidak diterbitkan. Tanggal 7 agustus 2012, jam 9 : 30 WITA
(19)
3
Saherojdi : kata jaksa berasal dari bahasa sanskerta yang berarti pengawas
(super itedant) atau mengontrol yaitu pengawas soal kemasyarakatan6. Jaksa
adalah pejabat fungsionaris yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang. Jaksa adalah pejabat fungsional dari lembaga pemerintah, dimana pengangkatan dan pemberhentian jaksa tidak dilakukan oleh kepala negara, tetapi jaksa agung sebagai atasannya.
Etika adalah suatu sifat keperibadian, perasaan baik seseorang untuk dapat menilai mana yang baik dan mana yang buruk, etika akan memberi semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnnya, dalam perkembangannya dikenal dengan dengan etika profesi.
Etika profesi adalah etika yang di normakan dan dipakai suatu kelompok profesi tertentu yang menjadi nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh kelompok profesi tersebut. Profesi jaksa adalah profesi yang sangt mulia, mewakili Negara dalam penegakkan hukum dalam peradilan. Posisi ini sangat penting sekaligus sangat rawan dari berbagai penyimpangan. Betapa berat tantangan yang harus dihadapi jaksa di antara idealism dan realita. Sikap moral dan hati nurani sangat penting bagi jaksa dalam menjalankan tugas profesinya. Sebaik apapun aturan yang yang mengatur jaksa, tidaka akan banyak berarti saat
6 Ilham Guanawan. Peran Kejaksaan Dalam Menegakkan Hukum Dan Stabilitas Politik, Jakarta, sinar grafika, 1994, hal 43.
(20)
4
tidak ada kesadaran jaksa dalam menjalankan aturan tersebut. Jawaban permasalahn yang melanda jaksa adalah dengan merealisasikan idealisme profesi jaksa sebagai penegak hukum dalam keadaan apapun, meskipun langit runtuh, hukum harus tetap ditegakkan, sekiranya para jaksa tetap mampu dan terus berusaha untuk merealisasikan kata-kata tersebut.
Di dalam mengemban profesi, usaha-usaha yang dilakukan oleh jaksa bukan hanya untuk memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam ketentuan hukum semata, melainkan apa yang sesungguhnya benar-benar terjadi dan dirasakan lansung oleh masyarakat juga di dengar dan di perjuangkan, inilah yang dinamakan pendekatan sosiologis, memang tidak bisa bagi jaksa untuk menangkap suara sejati yang muncul dari masyarakat secara mayoritas, di samping masyarkat Indonesia yang heterogen, kondisi yang meliputinya pun sedang dalam keadaan yang tidak sepenuhnya normal.
Kode etik jaksa serupa dengan kode etik yang lain7. Mengandung
nilai-nilai luhur dan ideal sebagai pedoman berprilaku dalam satu profesi. Yang apabila nantinya dapat dijalankan sesuai dengan tujuan akan melahirkan jaksa-jaksa yang memang mempunyai kualitas moral yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga kehidupan peradilan di Negara kita akan mengarah pada keberhasilan. Sebagai komponen kekuasaan ekskutif dibidang penegak hukum, adalah tepat jika setelah kurun waktu tersebut, kejaksaan kembali merenungkan keberadaan institusinya, sehingga dari perenungan ini, sehingga dapat muncul kejaksaan yang
7 Basyrif Arif, kapala Kejaksaan Agung RI, Interview di Metro TV, menyinggung masalah banyaknya jaksa yang kurang professional dalam menjalankan tugas. Tanggal 6 januari 2013, dalam acara Melawan Lupa, minggu, jam 23,30 WIB
(21)
5
berparadigma baru yang tercermin dalam sikap, pikiran dan perasaan. Sehingga kejaksaan tetap mengenal jati dirinya dalam memenuhi panggilan tugasnya sebagai wakil Negara sekaligus wali masyarakat dalam bidang penegakan hukum.
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atau suatu profesi, sejalan dengan pemikiran tersebut, Bertent menyatakan bahwa etika profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterimah oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau member petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi dimata masyarakat, oleh karena itu, kelompok profesi harus menyelsaikannya berdasarkan kekuasaanya sendiri8.
Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini merupakan perwujudan nilai moral yang hakiki yang tidak di paksakan dari luar, kode etik profesi hanya akan berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik merupakan rumusan norma moral manusia yang mengemban profesi itu. Kode etik profesi menjadi tolok ukur perbuatan anggota kelompok profesi dan merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya.
Semua kode etik profesi dibuat dalam bentuk tertulis dengan maksud agar dapat dipahami secara kongkret oleh para anggota profesi tersebut, denga tertulisnya setipa kode etik, tidak ada alas an bagi anggota profesi untuk tidak membacanya dan sekaligus merupakan pegangan yang sangat bereti bagi dirinya.
(22)
6
Mengenai fungsi kode etik profesi, setidaknya ada tiga fungsi pokok, yakni : seabagai saran control social, sebagai pencegah campur tangan pihak lain (intervensi) dan sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik9.
Kode etik profesi merupakan criteria prinsip-prinsip professional yang telah digariskan sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban professional anggota lama, baru maupun calon anggota kelompok profesi, dengan demikian dapat dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara sesama anggota kelompok profesi, atau antara anggota kelompok profesi dengan masyarakat.
Selain itu, kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban professional anggota kelompok profesi, sehingga pemerintah atau masyarakat tidak perlu lagi turut campur untuk menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok profesi melaksabnakan kewajiban profesionalnya. Kode etik pada dasarnya adalah noram prilaku yang sudah di anggap benar dan mapan, yang merupakan kristalisasi prilaku yang di anggap benar menurut pendapat umum karena berdasarkan kepentingan profesi yang bersangkutan10.
Kode etik sendiri merupakan penjabaran tingka laku atau aturan jaksa baik dalam menjalankan tugas profesinya untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran maupun dalam masyarakat yang harus memebri contoh dan suri tauladan dalam kepatuhan dan ketaatan kepada hukum.
Etika adalah gambaran umum rasional mengenai hakekat dan dasar perbuatan dan keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan klaim
9 Supriadi, Etika, Op,Cip. Hal 24 10 Ibid.
(23)
7
bahwa perbuatan dalam keputusan tersebut secara moral diperintahkan dan dilarang, oleh karena itu penelitian etika selalu menempatkan tekanan khusus kepada defenisi konsep-konsep etika, justifikasi, dan penelitian terhadap keputusan moral, sekaligus membedakan antara perbuatan atau keputusan yang baik atau buruk11
Sedangkan K Bertents, mengungkapkan bahwa moral itu adalah nilai-nilai dan norma-norma yag menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok tingka lakunya, sedangkan profesi menurut K Bertents adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai12. Dari paparan di atas
dapat dipahami bahwa dalam kata moral terdapat dua makna, pertama, sebagian cara seseorang atau kelompok untuk bertingka laku dengan orang lain, kedua,
adanya norma-norma atau nilai-nilai yang menjadi dasar dalam bertingka laku. Dalam filsafat ilmu, epistimologi moral di pelajari dengan dua cara yaitu, telaah metodologik dan telaah metafisik, telaah metodologik bersifat induktif menggunakan logika model koherensi, salah satu yang menonjol adalah equilibrium efektif, proses penyusunan teori moral ini dimulai dari penetapan moral yang dipilih, dilatjutkan dengan pemilihan prinsip-prinsip yang hendak digunakan, lalu diuji dengan moral sentralnya, ditemukan konflik dengan moral sentralnya atau tidak, bila ada konflik, di adakan revisi, itu prosedur menurut Goodman13.
11 Majid Fakhri, Etika Dalam Islam, alih bahasa Zakiyuddin Baidawi, Cet ke 1, Yogjakarta, Pustaka Pelajar, 1996. Hal XV.
12 K Bertents dalam Priyo Utomo, Etika Dan Profesi,…Op, Cip. Hal 33 13 Ibid.
(24)
8
Sedangkan Rewalds menyarankan untuk melihat koherensi dengan moral yang lebih jauh, misalnya keyakinannya atau teori yang dianut14. Cara telaah yang kedua adalah telaah metafisik, cara ini digunakan oleh realism metafisik, dengan pandangan meta ideologok, moral adalah fakta konstruktif, tersebut bukan temuan jaksa untuk membantu pihak adalah fakta kontruktif, fakta kontruktif tersebut bukan temuan pada obyek seperti fakta-fakta pada umumnya, melainkan fakta kontruk pandangan human15. Pandangan human tersebut dapat dari pandangan sosiologis, psikologis dan keyakinan agama.
Dari segi cakupannya etika dapat dibagi dua yaitu, etika umum dan etika terapan, etika umum merupakan ilmu atau filsafat moral yakni teoritis yang mencakup seluruh aktifitas kehidupan16, sedangkan ah etika etika khusus adalah
etika individu atau social atau lingkungan hidup, pada wilayah inilah etika profesi ada17. Dalam islam etika merupakan landasan yang sangat fundamental dan harus
dijunjug tinggi oleh setiap kelompok profesi. Menurut Majid Fakhri, system etika islam dalam dikelompokkan dalam empat type : pertama moral, skriptualis. Kedua etika teologis. Ketiga teori- teori filsafat. Keempat etika regilius18. Dari keempat
tipe diatas etika regilius akan akan menjadi pilihan sebagai landasan teori dalam penelitian ini.
14 Noeng Muhadjir, Postfositifisme Realisme Metafisik,, dalam M, Amin Abdullah dkk.(Ed) Antologi Study Islam, Teory dan Metodologi, Cet, ke 1 (yogjakarta, Sunan Kaliga Press. 2000. Hal 166. Noeng Muhadjir, Filsafaf Ilmu, positifime Dan Postmoderenisme, Edisi 11, yogjakarta, Rekasarasin,2000. Hal 138.
15 Ibid.
16 Bertents dalam Priyo Utomo, Etika,,, Op, Cit. hal 6
17 Fran Magnis Suseno Dkk, Etika Sosial, Cet ke 3 , Jakarta : Gramedia Pustaka, 1993. Hal 89.
18 Pembagian ini mengikuti Majid Fahri dalam bukunya : Etika Islam,,, Op,Cip. Hal XXI-XXIV
(25)
9
Dengan kerangka demikian dapat dikatakan bahwa etika profesi merupakan tuntuan dasar dasar jaksa dalam islam, dan teori tersebut dapat di asumsikan etika profesi merupakan pengejawantahan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keadilan dan tanggung jawab dalam realitas penegakan hukum oleh jaksa, ada tiga komponen yang menopang tegaknya hokum dan keadilan di tengah masyarakat, yaitu adanya aparat penegak hukum yang professional dan memiliki integritas moral yang terpuji, adanya peraturan hokum yang sesuai dengan aspirasi masyarakat dan adanya kesadaran masyarakat yang memungkinkannya penegakkan hukum19.
Dalam dunia kejaksaan di Indonesia terdapat lima kode etik profesi yang dimana semuanya itu mengatur bagaimana hukum itu ditegakkan sesuai dengan fakta pelanggaran dan hukum yang berlaku. Kode etik ini juga sebaai barometer untuk mengukur sejauh mana profesionalisme penegak hukum.
Profesionalisme seorang jaksa sungguh sangat penting dan mendasar, sebab sebagaimana disebutkan diatas, bahwa di tangannyalah hukum menjadi hidup, dank arena kekuatan dan otoritas yang dimilikinya inilah sampai muncul pertanyaan bahwa ( it doesn’t matter what the law says, what matter is what the
guy behind the desk interprents the law to say)20. Mungkin bagi orang yang
berpikiran normative, ungkapan ini agak berlebihan. Akan tetapi, secara sosiologis hal ini tidak dapat di pungkiri kebenarannya, bahkan beberapa pakar sosiologi hukum acap menyebutkan bahwa hukum itu tidak lain adalah prilaku
19 Bustanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta : Gema Insani Press, 1996. Hal 56
(26)
10
pejabat-pejabat hukum, salah satu etika profesi jaksa yang di agungkan selama ini21
Menurut Muhammad Amin dalam bukunya Etika Profesi Hukum, salah satu sebab terjadinya pelanggaran kode etik adalah kurang berfungsinya kode etik itu sendiri22. Artinya bahwa ketika ada suatu hal yang menguntungkan dirinya (disuap atau menyuap) kode etik dengan sengaja akan dilanggar.
Kode etik lebih berfungsi apabila di iringi dengan sanksi yang tegas dan keras bagi pelanggar, kalau sanksinya hanya bersifat administrative jelas masih ada peluang untuk melanggar lagi. Dalam islam melanggar janji dan sumpah adalah dosa, kode etik adalah sebuah aturan yang dibuat sesuai kesepakatan bersama dan di dalamnya ada perjanjian-perjanjian yang harus di taati oleh setiap onggota kelompok profesi tersebut. Bagi pelaku pelanggaran jelas hukumannya adalah neraka, inilah yang sedikit membedakan antara hukum Allah dan hukum manusia terhadap pelaku pelanggaran. Secara mendasar pelanggaran ialah bertindak diluar kesepakatan yang dibuat secara bersama
Di dalam hukum Islam dijelaskan mengapa bisa terjadi pelanggaran dalam sebuah aturan dan ancaman dari Allah, orang yang tidak memaknai hukum secar mendalam inilah yang membuat pelanggar terjadi. Etika jika dibawa ke ranah hokum islam maka akan bersifat aqidah, moral dan hal yang bisa membentengi
21 Peraturan Jaksa Agung RI Nomor: PER-067/07/ja/2007 Tentang Kode Prilaku Jaksa, Penerbit Kejaksaan RI.
(27)
11
diri dari segala kekliruan atau kesalahan dalam mengambil keputusan, dalam hal ini jaksa.
Etika adalah suatu sifat keperibadian, perasaan batin seseorang untuk dapat menilai mana yang baik dan mana yang buruk, ketika nilai etika tidak lagi di junjung maka disinilah letak kelonggarn untuk membuat seseorang dengan mudah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuarninya.
Perbedaan antara akhlaq, moral dan etika adalah terletak pada sumber yang di jadikan patokan untuk menetukan baik buruk. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlaq ukuran yang digunakan untuk menetukan baik buruk itu adalah al-Qur’an:
اوُمُكََْ ْنَأ ِساّنلا ََْْ ب ْمُتْمَكَح اَذِإَو اَهِلَْأ ََِإ ِتاَناَمأا اوّدَؤُ ت ْنَأ ْمُكُرُمْأَي َهّللا ّنِإ
َِس َناَك َهّللا ّنِإ ِهِب ْمُكُظِعَي اّمِعِن َهّللا ّنِإ ِلْدَعْلاِب
اًرِصَب اًعي
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
(28)
12
Bersikap adil dalam memberikan pelayanan kepada pencari keadilan23.
Adil dalam hal ini tidak hanya sebatas berlaku seimbang, tidak berat sebelah atau tebang pilih dalam setiap perkara. Lebih dari itu, bersikap adil adalah merupakan sifat dari Allah yang harus dijalankan dan dimaknai secara mendalam.
Hal yang kerap memprihatinkan adalah rasa keadilan masyarakat atau keadilan itu sendiri, tidak dapat sepenuhnya dijangkau oleh perangkat hukum yang ada. Pada ujungnya, keadilan itu tergantung pada aparat penegak hukum itu sendiri, bagaiaman mewujudkankan secara ideal. Disinilah maka penegak hukum itu menjadi demikian erat hubungannya dengan prilaku, khususnya aparat penegak hukum, antara lain termasuk jaksa, hukum bukan suatu yang bersifat mekanistik, yang dapat berjalan sendiri. Hukum bergantung pada sikap tindak penegak hukum. Melalui aktivasi penegak hukum tersebut, hukum tertulis menjadi hidup dan memenuhi kebutuhan yang di kandungnya.
ْمَُءاَوَْأ ْعِبّتَ ت اَو ُهّللا َلَزْ نَأ اَِِ ْمُهَ نْ يَ ب ْمُكْحا ِنَأَو
اَم ِضْعَ ب ْنَع َكوُنِتْفَ ي ْنَأ ْمُْرَذْحاَو
ّنِإَو ْمِِِوُنُذ ِضْعَ بِب ْمُهَ بيِصُي ْنَأ ُهّللا ُديِرُي اََّّأ ْمَلْعاَف اْوّلَوَ ت ْنِإَف َكْيَلِإ ُهّللا َلَزْ نَأ
َنِم اًرِثَك
َنوُقِساَفَل ِساّنلا
23 Menurut Rasid Ridha, seorang ulama besar dan pembaharu islam asal mesir, sangat menekankan keadilan dalam pemikirannya. Ridha berkata, tak ada kebenaran yang lebih besar daripada keadilan dan tak ada kesalahan yang lebih buruk dari tirani, berlaku adil adlah perintah allah. Maka, pelanggaran terhadapnya akan di kenai sanksi oleh Allah sebagaimana sanksi yang diberikan allah kepada orang yang melalaikan sholat. Ibrahim Lubis, makalah pengertian adil dalam islam. Diakses rabu 24 april 2013 pukul 19,30 WIB.
(29)
13
Artinya : dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang di turunkan Allah24 dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah turunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling dari hokum yang telah diturunkan Allah, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah akan menghendaki akan menimpahkan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang
fasik25.
Allah menyuruh berlaku adil :
اَتيِإَو ِناَسْحإاَو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأَي َهّللا ّنِإ
ِرَكْنُمْلاَو ِءاَشْحَفْلا ِنَع ىَهْ نَ يَو ََْرُقْلا يِذ ِء
َنوُرّكَذَت ْمُكّلَعَل ْمُكُظِعَي ِيْغَ بْلاَو
Artinya : sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan, member kepada kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat keji26,
kemungkaran dan permusuhan. Dia member pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran27.
24 Maksudnya : perintah untuk berlaku adil dalam setiap perkara, dan tidak pilih kasih dalam menjatuhkan hukuman ponis.
25 QS, Al-Maidah ayat 49
26 Maksudnya : diperintahkan untuk berbuat jujur dalam segala tindakan 27 QS, An-Nahl ayat : 90
(30)
14
Dalam hal ini peneliti akan mengemukakan beberapa fenomena pelanggaran kode etik profesi kejaksaan ( jaksa) dan efek hukum dari pelanggaran tersebut. Kasus tersebut diantaranya adalah :
1. Peristiwa oknum jaksa yang tersandung masalah hukum bukan kali ini saja terjadi, sebelumnya sejumlah jaksa juga sudah pernah dijerat berbagai kasus mulai dari korupsi hingga masalah asusila. Kasus jaksa yang paling menggemparkan adalah jaksa yang berinisial UTG. Jaksa peneliti dalam kasu BLBI ini terbukti menerima suap dari seorang pengusaha Artalita Suryani. Uang suap tersebut terkait dengan kasus skandal BLBI yang tengah ditangani oleh jaksa UTG. Majlis hakim pun mangganjar UTG dengan hukuman 20 tahun penjara28.
2. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ( JPU) Trimargono SH memancing kontroversi. Dia menuntut dua terdakwa kasus pemotongan bambu tumbang, Budi Hermawan (28) dan M Misbahul Munir (21) dengan hukuman penjara satu bulan. Budi dan Munir dinilai JPU terbukti melakukan kekerasan terhadap barang. Sungguh ironis karena menurut kesaksian warga Desa Tampingan, Kec Tegalrejo, keduanya justru berniat membantu warga yang rumah tertimpa pohon bamboo tumbang. Di pengadilan negeri (PN) Mungkid, Kab Magelang ( JATENG) rabu 22/1/2012 silam, jaksa T tetap bersikukuh keduanya terbukti melakukan tindak pidana, “kedua terdakwa kami nilai
(31)
15
terbukti bersalah”. Kami minta majlis hakim menghukum selama satu bulan penjara dikurangi masa tahanan. Kadus (Kepala Dusun) Tampingan 1 Zazin memohon agar JPU tidak menuntut terdakwa satu bulan penjara. Kami undang jaksa T untuk datang ke desa kami. Silahkan melihat sendiri fakta dilapangan, jangan berdasarkan laporan saja. Dia sama sekali belum pernah melihat TKP.silahkan melihat desa kami,, katanya.
3. Kasus yang paling membuat kita terdiam adalah yang menimpa putra Menteri Perekonomian RI Hatta Radjsa yaitu Ryasid Amrullah Radjasa yang mengemudi mobil dengan kecepatan tnggi di tol jagorawi pada akhirnya menabrak mobil di depannya yang mengakibatkan 2 orang tewas, polisi tidak menahan Rasyid dengan jaminan dari keluarganya, padahal Dia terbukti melanggar UU Lalu Lintas, yang paling aneh di persidangan Rasyid hanya di tuntut 5 bulan penjara dengan 6 bulan masa percobaan, hanya dengan alasan keluarga Hatta Radjsa punya itikad baik untuk mengganti kerugian pada keluarga korban, baik memang, tapi hukum di abaikan. Kalau mau professional Rasyid bisa di dakwah dengan beberapa pasal yang ada dalam KUHP, ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang lain di atur dalam Buku II
(32)
16
BAB XIX, yang terdiri dari 13 pasal, yakni pasal 338 sampai pasal 350 tidak berlaku29.
4. Afriyani susanti yang menabrak dijalan Tugu Tani Jakarta beberapa waktu lalu. Dia menabrak pejalan kaki hingga menewaskan 9 orang, ketika ia di tangkap polisi, lansung di introgasi dan di tahan meskipun para keluarganya sudah memintah maaf kepada keluarga korban dan puanya itikad baik untuk untuk mengganti kerugian. Di persidangan dia di tuntut 20 tahun penjara, tapi majlis hakim akhirnya memutuskan 15 tahun penjara30 tanpa mengurangi masa
penahanan.
Di sinilah kita bisa melihat dengan jelas bagaimana hukum bekerja, tanpak sekali kalau hukum itu tebag pilih, yang lemah akan mengalah sebaliknya yang kuat atau yang berkuasa akan melenggang begitu saja dengan mudah, hukum bukan lagi jadi pahlawan, hukum hanya sebagai alat bagi mereka untuk bertindak sesuai selera yang mereka mau.
Lalu bagaimana seharusnya etika, pelanggaran etika dan moralitas aparat penegak hukum dalam menegakkan hukum dan menjaga idealism profesi mereka? Bahasan kali ini dibatasi pada jaksa yang mempunyai peran sebagai wakil Negara. Menanggapi fenomena yang ada, dengan system yang sangat bagus kemdian dipahami oleh penegak hukum dilembaga tersebut yaitu kejaksaan
29 Peristiwa ini terjadi pada tanggal 1 Januari 2013, di jalan Tol Jagorawi, jam 05, 45 WIB. Dengan Nomor Polisi B 272 HR.
(33)
17
(jaksa), maka sewajarnyalah aturan yang mereka buat cukup untuk menghalangi mereka melanggar, menyeleweng dan sebagainya. Tapi faktanya pelanggaran terjadi begitu mudah dan gampang begitupun dengan sanksinya hanya sekedarnya saja, artinya tidak berdampak sama sekali. Apa yang sebenarnya terjadi di lembaga penegak hukum ini?
Firman Allah :
ٍمْوَ ق ُنآَنَش ْمُكّنَمِرََْ اَو ِطْسِقْلاِب َءاَدَهُش ِهّلِل َِْماّوَ ق اوُنوُك اوُنَمآ َنيِذّلا اَهّ يَأ اَي
ِبَخ َهّللا ّنِإ َهّللا اوُقّ تاَو ىَوْقّ تلِل ُبَرْ قَأ َوُ اوُلِدْعا اوُلِدْعَ ت اَأ ىَلَع
َنوُلَمْعَ ت اَِِ ٌر
Artinya : hai orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong untuk kamu berbuat tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan31.
Dalam ayat ini Allah menyuruh kita untuk selalu menegakkan kebenaran dan perintah untuk berlaku adil, karena dengan adil iman dan taqwa seseorang akan tanpak ke permukaan. Pada hemat peneliti, proses demokratisasi berbanding lurus dengan independensi lembaga kejaksaan. Investigasi khusus PBB (2002)
(34)
18
menyatakan bahwa kemandirian para jaksa Indonesia paling buruk di dunia, ternyata ada oknum jaksa yang “ hanky-panky” yang menjalankan profesinya secara korup, sarat intervensi dan hobi menerima suap. Alhasil, ibarat pepatah akibat nila setitik rusak susu sebelanga, seluruh Korp Kejaksaan dari sabang sampai mareuke pun tercemar karena ulahnya.
Melihat kejadian dan fakta yang ada, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang akan tertuang dalam penyusunan SKRIPSI dengan tema’ PELANGGARAN ETIKA PROFESI JAKSA DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran kode etik jaksa?
2. Bagaimana pandangan hukum positif dan hukum islam terhadap pelanggaran kode etik jaksa?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisa factor terjadinya pelanggaran kode etik jaksa
2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan menurut hukum pisitif dan hukum Islam
(35)
19
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat memproleh wawasan dan pengetahuan tentang pelanggaran etika profesi
2. Untuk memberikan beberapa wacana terkait pelanggran etika profesi jaksa dan akibat hukumnya
E. Metode Penelitian
Metode penelitian ini dimaksudkan sebagai cara atau system yang digunakan penulis dalam penelitian ini supaya teratur dan sistematis dalam pembahasan selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan metode sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah atau mengkaji sumber kepustakaan berupa data-data primer dan sumber data sekunder yang relevan dengan penelitian ini.
2. Sifat Penelitian
Peneletian ini bersifat deskriptif analitik32, metode yang menggunakan pencarian fakta-fakta dan data yang ada dalam kode etik jaksa dan kemudian di analisa dengan kerangka pemikiran yang telah disusun dengan cermat dan terarah
32 Penelitian ini adalah di tentukan oleh tujuan penelitian yang berangkat dari fakta dengan interpretasi atau analisis yang tepat dan akurat yang kemudian di kembangkan dari hasil analisis. Lihat : Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, Cet ke 3, Jakarta Rineka Cipta, 2003, hal. 20-21
(36)
20
3. Sumber penelitian
Dikarenakan penelitian ini bersifat study pustaka, maka dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis memproleh datanya dari berbagai literature, yakni data yang diproleh dari sumber yang tertulis, seperti buku, majalah, jurnal dan lainnya.
a. Sumber Primer :
Undang-Undang Nomor 16 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2005 Tentang Komisi Kejaksaan Republik Indonesia
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor :PER/067/ja/07 Tentang Kode Prilaku jaksa
Al- Karim dan terjemahannya b. Sumber Sekunder :
Yakni meliputi buku-buku, artikel, majalah, jurnal, Koran online dan lain sebagainya. Adapun yang menjadi bahan buku tersier adalah semua bahan yang menunjang bahan primer dan sekunder seperti kamus, eksiklopedia dan sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian pustaka, maka metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan buku-buku, artikel atau hasil penelittian terdahulu yang ada dan kemudian dikaji dan ditelaah dari berbagai literature yang ada yang berkaitan dengan skripsi
(37)
21
F. Analisa Data
Analisa data yang dilakukan oleh penyusun adalah dengan metode induktif dan deduktif, metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta khusus, peristiwa konkrit yang kemudian ditrik kesimpulan secara umum (generalisasi), sedangkan motode deduktif adalah metode yang digunakan dalil-dalil yang bersifat umum kemudian di sesuaikan factor-faktor dari yang bersifat khusus, metode induktif digunakan untuk mengkaji asas-asas atau nilai-nilai yang terkandung dalam kode etik profesi jaksa, sedangka deduktif dipakai untuk melihat pandangan islam terhadap etika profesi jaksa
G. Sistematika Penulisan
Sistematika ini untuk mempermudah dalam penulisan dan pembahasan hasdil penelitian yang diuraikan agar memperoleh hasil yang sistematis, terarah dan menyeluruh sesuai dengan penelitia ini, dengan gambaran sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab satu ini menguraikan tentang pendahuluan yang merupakan pengantar secara umum yang berkaitan dengan tema penelitian ini yang di angkat oleh penulis yang terdiri dari : latar belakang. Rumusan masalah. Tujuan penelitian. Manfaat penelitian. Metode penelitian. Sistematika penelitian
(38)
22
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab kedua ini akan dipaparkan mengenai defenisi jaksa, etika jaksa, profesi jaksa, jenis pelanggaran, fakta integritas. Pandangan hukum positif dan hukum islam tentang pelanggaran etika profesi jaksa, dengan ini diharapkan penulis lebih mudah menganalisa fenomena tersebut.
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
Dalam bab ketiga ini menguraikan tentang pembahasan. Di sini penulis akan memaparkan hasil penelitian dan analisis mengnai pelanggaran etika profesi jaksa di tinjau dari hokum positif dan hukum Islam
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab keempat ini merupakan bab yang terakhir dari keseluruhan pembahasan dari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.
(1)
(jaksa), maka sewajarnyalah aturan yang mereka buat cukup untuk menghalangi mereka melanggar, menyeleweng dan sebagainya. Tapi faktanya pelanggaran terjadi begitu mudah dan gampang begitupun dengan sanksinya hanya sekedarnya saja, artinya tidak berdampak sama sekali. Apa yang sebenarnya terjadi di lembaga penegak hukum ini?
Firman Allah :
ٍمْوَ ق ُنآَنَش ْمُكّنَمِرََْ اَو ِطْسِقْلاِب َءاَدَهُش ِهّلِل َِْماّوَ ق اوُنوُك اوُنَمآ َنيِذّلا اَهّ يَأ اَي
ِبَخ َهّللا ّنِإ َهّللا اوُقّ تاَو ىَوْقّ تلِل ُبَرْ قَأ َوُ اوُلِدْعا اوُلِدْعَ ت اَأ ىَلَع
َنوُلَمْعَ ت اَِِ ٌر
Artinya : hai orang yang beriman, hendaklah kamu jadi
orang-orang yang menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong untuk kamu berbuat tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan31.
Dalam ayat ini Allah menyuruh kita untuk selalu menegakkan kebenaran dan perintah untuk berlaku adil, karena dengan adil iman dan taqwa seseorang akan tanpak ke permukaan. Pada hemat peneliti, proses demokratisasi berbanding lurus dengan independensi lembaga kejaksaan. Investigasi khusus PBB (2002)
31 QS. Al-Maidah ayat : 8
(2)
menyatakan bahwa kemandirian para jaksa Indonesia paling buruk di dunia, ternyata ada oknum jaksa yang “ hanky-panky” yang menjalankan profesinya secara korup, sarat intervensi dan hobi menerima suap. Alhasil, ibarat pepatah akibat nila setitik rusak susu sebelanga, seluruh Korp Kejaksaan dari sabang sampai mareuke pun tercemar karena ulahnya.
Melihat kejadian dan fakta yang ada, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang akan tertuang dalam penyusunan SKRIPSI dengan tema’ PELANGGARAN ETIKA PROFESI JAKSA DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran kode etik jaksa?
2. Bagaimana pandangan hukum positif dan hukum islam terhadap pelanggaran kode etik jaksa?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisa factor terjadinya pelanggaran kode etik jaksa
2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan menurut hukum pisitif dan hukum Islam
(3)
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat memproleh wawasan dan pengetahuan tentang pelanggaran etika profesi
2. Untuk memberikan beberapa wacana terkait pelanggran etika profesi jaksa dan akibat hukumnya
E. Metode Penelitian
Metode penelitian ini dimaksudkan sebagai cara atau system yang digunakan penulis dalam penelitian ini supaya teratur dan sistematis dalam pembahasan selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan metode sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah atau mengkaji sumber kepustakaan berupa data-data primer dan sumber data sekunder yang relevan dengan penelitian ini.
2. Sifat Penelitian
Peneletian ini bersifat deskriptif analitik32, metode yang menggunakan pencarian fakta-fakta dan data yang ada dalam kode etik jaksa dan kemudian di analisa dengan kerangka pemikiran yang telah disusun dengan cermat dan terarah
32 Penelitian ini adalah di tentukan oleh tujuan penelitian yang berangkat dari fakta
dengan interpretasi atau analisis yang tepat dan akurat yang kemudian di kembangkan dari hasil analisis. Lihat : Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, Cet ke 3, Jakarta Rineka Cipta, 2003, hal. 20-21
(4)
3. Sumber penelitian
Dikarenakan penelitian ini bersifat study pustaka, maka dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis memproleh datanya dari berbagai literature, yakni data yang diproleh dari sumber yang tertulis, seperti buku, majalah, jurnal dan lainnya.
a. Sumber Primer :
Undang-Undang Nomor 16 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2005 Tentang Komisi Kejaksaan Republik Indonesia
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor :PER/067/ja/07 Tentang Kode Prilaku jaksa
Al- Karim dan terjemahannya b. Sumber Sekunder :
Yakni meliputi buku-buku, artikel, majalah, jurnal, Koran online dan lain sebagainya. Adapun yang menjadi bahan buku tersier adalah semua bahan yang menunjang bahan primer dan sekunder seperti kamus, eksiklopedia dan sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian pustaka, maka metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan buku-buku, artikel atau hasil penelittian terdahulu yang ada dan kemudian dikaji dan ditelaah dari berbagai literature yang ada yang berkaitan dengan skripsi
(5)
F. Analisa Data
Analisa data yang dilakukan oleh penyusun adalah dengan metode induktif dan deduktif, metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta khusus, peristiwa konkrit yang kemudian ditrik kesimpulan secara umum (generalisasi), sedangkan motode deduktif adalah metode yang digunakan dalil-dalil yang bersifat umum kemudian di sesuaikan factor-faktor dari yang bersifat khusus, metode induktif digunakan untuk mengkaji asas-asas atau nilai-nilai yang terkandung dalam kode etik profesi jaksa, sedangka deduktif dipakai untuk melihat pandangan islam terhadap etika profesi jaksa
G. Sistematika Penulisan
Sistematika ini untuk mempermudah dalam penulisan dan pembahasan hasdil penelitian yang diuraikan agar memperoleh hasil yang sistematis, terarah dan menyeluruh sesuai dengan penelitia ini, dengan gambaran sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab satu ini menguraikan tentang pendahuluan yang merupakan pengantar secara umum yang berkaitan dengan tema penelitian ini yang di angkat oleh penulis yang terdiri dari : latar belakang. Rumusan masalah. Tujuan penelitian. Manfaat penelitian. Metode penelitian. Sistematika penelitian
(6)
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab kedua ini akan dipaparkan mengenai defenisi jaksa, etika jaksa, profesi jaksa, jenis pelanggaran, fakta integritas. Pandangan hukum positif dan hukum islam tentang pelanggaran etika profesi jaksa, dengan ini diharapkan penulis lebih mudah menganalisa fenomena tersebut.
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
Dalam bab ketiga ini menguraikan tentang pembahasan. Di sini penulis akan memaparkan hasil penelitian dan analisis mengnai pelanggaran etika profesi jaksa di tinjau dari hokum positif dan hukum Islam
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab keempat ini merupakan bab yang terakhir dari keseluruhan pembahasan dari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.