Model pemanfaatan pulau-pulau kecil (studi kasus di gugus Pulau Pari Kepulauan Seribu)

MODEL PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL
(Studi Kasus di Gugus Pulau Pari Kepulauan Seribu)

OLEH :
MAX MAANEMA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2003

ABSTRAK
MAX MAANEMA. Model Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil (Studi Kasus di Gugus
Pulau Pari Kepulauan Seribu). Dibimbing oleh DIETRIECH G. BENGEN, DANIEL
R. MONINTJA, dan PXHJL~AD
FAUZJ.
Pulau-pulau kecil memiliki karateristik yang uni k, antara lain : berukuran kecil,
terisolasi, ketergantungan, dan rentan. Namun demikian, dikaruniai sumberdaya yang
katanya melimpah. Dalam pemanfaatannya, perlu pendekztan ekosistem penztaz::
ruang yang harus didasarkan pada daya dukung ekologis, jaringan sosial budaya, dan
integrasi kegiatan sosial ekonomi yang ada. Oleh karena itu, perlu suatu model
peinanfaatan yang dapat mendasari pembuatan kebijakan pengelolaan pulau-pulau

kecil, yang terkuantifikasi dan terukur, serta berkelanjutan.
Penelitian ini bertujuan : (1) Menentukan parameterlvariabel lingkungan yang
berpengaruh terhadap penumnan kualitas perairan, mengelompokkan wilayah
perairan sesuai kemiripan parameterlvariabel lingkungan. (2) Menentukan model
pemanfaatan gugus Pulau Pari yang sesuai dengan daya dukung lingkungan, (3)
Penataan pemanfmtan ruang yang baik dengan memperhatikan keterpaduan ekologis.
(4) Memformulasikan altematif skenario pembangunan optimal berkelanjutan.
Manfaat penelitian yang diharapkan agar didapatkan informasi yang akurat dan
adanya model pemanfaatan pulau-pulau kecil yang mungkin dapat menjadi masukan
dalam menyusun perencanaan pembangunan kawasan pesisir dalam lingkup yang
lebih luas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : ( I ) Tidak terdapat parameterivariabel
lingkungan yang dominan berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan
perairan, pengelompokan wilayah perairan tejadi bukan pada perairan yang
berdekatan. (2) Model pemanfaatan yang diperoleh adalah : model pariwisata pantai
di Pulau Burung dan Pulau Kongsi, model budidaya ruinput laut bukan lagi menjadi
komoditas utarna, karena sudah digantikan oleh budidaya teripang dan ikan kerapu,
model penangkapan ikan menurut metode CYP adalah : Ln (U,+,)= 1, 34890 +
0,443 15 In ( U ) - 0,00656 (Et + E,+,), dengan titik keseimbangan tingkat hasil
tangkapan kurang dari 200 ton, dan tingkat hari kerja operasi 30.000 hari. (3)

Penataan pemanfaatan ruang diarahkan : wilayah untuk pariwisata pantai 100 m tegak
lurus dari garis pantai, budidaya laut dilakukan di gobah-gobah, dan kegiatan
penangkapan ikan di perairan luar tubir dengan tujuan penangkapan ikan pelagis. (4)
Skenario pembangunan optimal adalah skenario 11, digambarkan dengan inodel
integrasi : U = h,0'3 17;0 6 12,0.1 , dengan pendapatan Rp 845.000 per tenaga kerja per bulan.
Iillplikasi kebijakan secara umum adalah perlu adanya keterpaduan kebijakan
peinanfaatan gugus Pulau Pari dari waktu ke waktu, sehingga antisipasi terhadap
dinamika perubahan sumberdaya dapat disesuaikan.

ABSTRACT
MAX MAANEMA. Small Island Utilization Model. A case study of Pari Islands in
Kepulauan Seribu. Under supervision of DLETRIECH G. BENGEN, DANIEL R.
MONINTJA, and AE;HMAD FAUZI.

Even though small islands have some disadvantage characteristics as
smallness, isolation and vulnerable to natural disasters, they are nevertheless
endoived n ~ t habundance natural resources which couid be expioited for the benefit
of human being. Given such dual characteristic, utilization of small islands must take
into account several factors affecting the management of small islands. These include,
ecology, economy and socio-economic characteristics. Therefore, an integrated

utilization model is sorely needed to address the complex management of small
islands.
The study has objectives: I ) To assess environmental variables affecting
utili7ation of small islands 2) to determine the best model to utilize the small island in
accordance with its carrying capacity, 3) The best spatial utilization of small island,
and 4) To formulate the best management scenario of sustainable use of small island.
Results of the study show that 1) Environmental variables are not significantly
influenced water quality in Pari Islands 2) Coastal tourism is the best utilization of
Pari Islands especially for Pulau Burung and Pulau Kongsi. Seaweed fanning is no
longer economically viable to be implemented in Pari Islands. Snappers farming and
mollusks farming are now substituting the seaweed farming in the Pari islands. For
the fishery utilization, the study shows that the optimum level of effort to be exerted
in Pan Islands resources is around 30 000 day-fished with the optimum level of catch
around 200 metric tones. 3) Spatial planning should be implemented around 100
meter fro111 coast line and mariculture could be implemented around lagoon area,
while fishing activities should be directed for pelagic fishing. The optimal multiple
use of Pari Island resources could be jointly implemented yielding an average income
of Rp 845 000 per man per month.
The study indicates that an integrated management and utilization of Pari
Islands are sorely needed. Economic instruments coupled with institutional

arrangements should be taken into account for the sustainable use of Pari Islands
resources. The management of Pari Islands should also be adaptive so that it can
accommodate the dynamic changes in the resources as well as the community
dynamic of the island.

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi
saya yang berj udul :

MODEL PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL (Studi Kasus di Gugus Pulau
Pari Kepulauan Seribu)
Merupakan

gagasan

atau

hasil

penelitian


disertasi

saya

sendiri,

dengan

pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya. Disertasi ini belum pemah diajukan untuk memperoleh gelar pada
program sejenis di perguruan tinggi lain.

Bogor, 10 November 2003

Nrp

: P.3 1600009

MODEL PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL

(Studi Kasus di Gugus Pulau Pari Kepulauan Seribu)

OLEH :
MAX MAANEMA

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2003

Judul Disertasi

: Model

Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil


(Studi Kasus di Gugus Pulau Pari Kepulauan Seribu)
Nama

: Max Maanema

NRP

: P. 3 1600009

Program Studi

: Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Prof Br. Ir. Dietriech G. Bengen. J ~ E A
Ketua


-.

Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintia
Anggota

~r.1r: Akhmad Fauzi Svam, MSc..
Anggota
Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Pengelolaan
Surnberdaya Pesisir dan Lautan

Prof Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS.

ekan Sekolah Pascasarjana

Penulis dilahirkan di sebuah pulau sangat kecil, yaitu : Karatung, Kecamatan
Nanusa, Kabupzten Talaud, Propinsi Sulawesi Utara, pada tangal 14 April 1948
sebagai anal< ke delapan dari pasangan Piet Maanema (alm) dan Geutrida Kansil
(almh j.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknik dan Manajemen
Penangkapar? ikan (sekarang Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan), Fakultas
Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado (UNSRAT), lulus pada tahun 1980,
setelah mengikuti studi literatur di Fakultas Perikanan IPB tahun 1979. Pada tahun
1982, penulis diterima di Program Studi Ekonomi Pertanian pada Fakultas
Pascasajana Universitas Gajah Mada Yogyakarta dengan beasiswa TMPD dan
menamatkannya pada tahun 1984. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor
pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB diperoleh pada
tahun ajaran 20001200 1. Beasiswa BPPS diterima sejak tahun ajaran 200 112002,
sebelumnya or?goirzg selama satu tahun.
Penulis pernah menjadi guru dibeberapa sekolah menengah, antara lain: SMP
Negeri Moronge (1969-1970), SMA Don Bosco Bitung (1973-1982). Menjadi staf
dosen Fakultas Perikanan UNSRAT sejak lulus pendidikan sarjana, dan terhitung 1
Maret 1981 diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada perguruan tinggi yang
sama. Sebagai PNS penulis pernah memangku jabatan baik stmktural maupurl nonstruktural juga pada perguruan tinggi yang sama, antara lain : Sekretaris Jurusan
(1980- 1981 ) dan Ketua Jurusan Teknik dan Manajemen Penangkapan Ikan (1 98 11982), Pembantu Dekan 11 (1 985-1989), Pembantu Dekan I11 (1989-1 993), Kepala
Laboratorium Ekonomi Bisnis Perikanan (1993-1996), dan Pembantu Dekan Bidang
Akademik (1996-1999). Mengikuti pendidikan kedinasan, yaitu : A k a Mengajar V
dan ldus tahun 1985. Sejak tahun 1985, menjadi staf pengajar di Program
Pascasarjana UNSRAT. Pada tahun 1999, menerima Piagam Tanda Kehormatan

Satyalancana Karya Satya.
Penulis menikah dengan Emmy Thyrhana SaleIeng pada tahun 1969 dan telah
dikaruniai tiga putri, dua menantu, dan dua cucu, yaitu : Marianty Maanema, Meike
Maanema dengan Hanny Lang memperoleh cucu Abigail Emilia Febrikristiani, dan
Yolashy Maanema, Spi. dengan Agus Miting, SPd., memperoleh cucu Angela
Yosephin Miting.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dala~n
penelitian yang dilaksanakan akhir tahun 2002 ini adalah Model Pemanfaatan.
Pulau-pulau kecil sebagai salah satu ekosistern pesisir dan lautan, da1a:n
pernanfaatannya terdapat dua pandangan yang bertentangan. Pandangan perta~na
~nenyatakanbahwa pulau-pulau kecil sebagai kaivasan yang hams dilindungi, karena
rnemiliki fungsi ekologis penting. Pandangan kedua melihat pulau-pulau kecil
sebagai kaivasan potensial untuk dirnanfaatkan guna mendukung pertumbuhan
ekonomi.
Kebijakan pemanfaatan pulau-pulau kecil yang tidak

seimbang akan


menghasilkan dampak negatif. Disatu pihak, tidak berkembangnya kawasan pulaupulau kecil akibat kebijakan yang terlalu protehqif. Dipihak lain, rusaknya kaivasan
pulau-pulau kecil akibat tekanan pemanfaatan berlebihan. Untuk itu perlu kebijakan
yang berimbang dimana usaha pemanfaatan pulau-pulau kecil ditingkatkan,
sementara keseimbangan ekologis kawasan masih tejaga.
Bertolak dari pelnikiran di atas, maka penelitian ini diberi judul : "Model
Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil (Studi Kasus di Gugus Pulau Pari Kepulauan
Seribu)". Model yang merupakan outconzes penelitian ini, diharapkan dapat menjadi
salah satu bahan arahan kebijakan pembangunan perikanan dm kelautan yang
berkelanjutan.

Bogor, November 2003
Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH
Tskut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh
menghina hikmat k n didikan. Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang
yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak,
dan hailnya melebihi emas. la lebih berharga daripada permata; apapun yang
kauinginkan, tidak dapat menyamainya
Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis sampaikan penghargaan dan
terima kasih yang tidak ternilai kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA
sebagai ketua komisi pembimbing, serta Bapak Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja,
M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc. sebagai anggota komisi pembimbing
yang telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan,
arahan, sumbangan pemikiran, atas pengayaan materi penelitian ini. Melalui
pengetahuan dan pengalaman merekalah kualitas desertasi ini ditingkatkan.
Dengan penuh kebanggaan menyampaikan terima kasih kepada kedua orang
tuaku pang telah tiada, istriku tercinta Emmy Saleleng, anak-anakku tersayang Ati,
Meike-Hany, Yola-Agus, serta cucu-cucuku Abigail dan Angela, yang telah menjadi
inspirator hidupku selama ini. Kepada merekalah desertasi ini dipersembahkan.
Ucapan terima kasih yang sama disarnpaikan pula kepada Dr. Sri Juwana dan
para peneliti dl P 2 0 LIP1 atas kesediaan digunakannya beberapa peralatan termasuk
data. Kepada Bapak Satir sekeluarga, atas pelayanannya selama penulis di lokasi
penelitian. Kepada teman-teman, Bapak Soebagio, Dr. Suzy Anna, Ina, Sofyan, Toni,
dan seluruh staf SPL atas bantuannya selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2003
Penulis

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................

...
v111

DAFTAR GAMBAR ................................................................

x

DAFTARLAMPIRAN ................................................................

xii

1. PENDAHULUAN................................................................

1

1.1. Latar Belakang ...............................................................

1

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah .....................................

4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................

11

2 . TINJAUAN PUSTAKA .........................................................

13

2.1. Klasifikasi Pulau-Pulau Kecil ..............................................
2.2. Ekosistem, Sumberdaya, dan Lingkungan ................................
2.3. Daya Dukung Lingkungan ..................................................
2.4. Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil ............................................
2.5. Sistem, Model. dan Simulasi ....................................................
2.5.1. Sistem.................................................................
2.5.2. Model ..................................................................
2.5.J . Simulasi ...............................................................
?

'

2.6. Analisis Kebijakan ...........................................................

3. METODE PENELITIAN ........................................................
3.1. Kerangka Pendekatan Masalah ........................................
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................
3.3. Jenis Data dan Su~nberData Penelitian ...................................
3.4. Analisis Data .................................................................
3.4.1. Analisis Komponen Utama .........................................
3.4.2. Analisis Kelompok ..................................................
3.4.3. Analisis Kesesuaian Untuk Pariwisata ...........................
3.4.4. Analisis Kesesuaian Untuk Budidaya Laut ......................
3.4.5. Pengkajian Stok (Stock Assessment)..............................
3.4.6. Analisis Spasial......................................................
3.4.7. Analisis Kebijakan ...................................................

13

4 . KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ..............................
4.1. Keadaan Geogeafis clan Oseanongafis .....................................

97
97

4.2. Keadaan Biologi dan Budidaya ............................................. 102
4.3. Keadaan Penduduk dan Pemerintahan.....................................
5. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................

105
108

5.1. Karateristik dan Variasi Kualitas Perairan ................................

108

...........................................................
5.2. Model Pe~nanfaatan
. .
5.2.1. Model Pariwlsata .....................................................
5.2.2. Model Budidaya Laut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.2.3. Model Penangkapan Ikan ............................................

120
120
126
137

5.3. Penataan Pemanfaatan Ruang ..............................................

145

5.4. Skenario Kebijakan .........................................................

150

6 . KESIMPULAN DAN SARAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

157

6.1. Kesimpulan ..................................................................

157

6.2. Saran ...........................................................................

158

DAFTAR PUSTAKA .................................................................

160

LAMPIRAN-LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

168

vii

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Luas dan Potensi Budidaya Perairan di Pulau-Pulau G u g ~ Pulau
s
Pari .......

3

2 Masalah dan Peluang di Pulau-Pulau Lautan Pasifik ............................

6

3 Rekapitulasi Dana Bantuan Pembangunan Wilayah Kepulauan ...............

9

4 Perbandingan Karateristik Pulau Kecil, Pulau Besar. dan Benuz ..............

16

5 Kriteria Perikanan Tangkap. Perikanan Budidaya laut. dan Pariwisata
di Pulau-Pulau Kecil .................................................................

32

6 Kriteria Umurn Untuk Penentuan Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil ...........

37

7 Jenis Data dan Sumber Data Penelitian ..........................................

75

8 Kelompok ParameterNariabel Yang Digunakan ................................

76

9 Matriks Kesesuaian Untuk Pariwisata Pantai ....................................

79

10 Matriks Kesesuaian Untuk Pariwisata Bahari ....................................

80

11 Kategori Pariwisata Menurut Skor Total ..........................................

81

12 Matriks Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Rumput Laut ..................

82

13 Matiiks Kesescaiar, Perairan Ucttlk Budidava Ikan Kerapu ...................

82

14 Matriks Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Teripang .......................

83

15 Beberapa Keterangan Keadaan Pulau-Pulau Gugus Pulau Pari ...............

97

16 Beberapa Keterangan Gobah-Gobah di gugus Pulau Pari ......................

99

17 Sebaran Nilai Beberapa Parameter Menururt Musim di Teluk Jakarta ........ 102
18 Proporsi Berat Basah Rumbut Laut di Gugus Pulau Pari .......................

103

19 Data Penduduk Kelurahan Pulau Pan Tahun 1977-200 1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

105

20 Data Mata Pencaharian di Kelurahan Pulau Tidung dan Pulau Pari ............ 106

2 1 Matriks Keeratan Hubungan Antara Variabel yang Dianalisis .................

111

22 Akar Ciri dan Kontribusi Variabel Yang Dijelaskan Oleh Sumbu Utama .... 113
23 Deskripsi Dendrogram Stasiun .....................................................

117

24 Variabel Penyebab Kedekatan Stasiun ............................................

118

25 Hasil Analisis Logam Berat Dalam Air Laut di Perairan Pulau Pari .........

119

26 Hasil Analisis Logam Berat Dalam Sedimen di Perairan Pulau Pari .........

119

27 Matriks Kondisi Kawasan Wisata di Gugus Pulau Pari Menurut Parameter
Pariwisata Pantai ....................................................................
28 Matriks Kondisi Kawasan Wisata di Gugus Pulau Pari menurut Parameter
Pariwisata Bahari ....................................................................

29 Matriks Skor Kesesuaian untuk Pariwisata Pantai ..............................
30 Matriks Skor Kesesuaian untuk Pariwisata Bahari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3 1 Perkembangan Produksi Budidaya Rumput Laut di Kepulauan Seribu
. . .
Tahun 199b- 1999. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
32 Matriks Kondisi Parameter Fisika dan Kimia Perairan di Gobah Gugus
Pulau Pari pada W a h Pasang ....................................................

33 Matriks Kondisi Parameter Fisika dan Kimia Perairan di Gobah Gugus
Pulau Pari Pada Waktu Surut ......................................................
34 Matriks Skor Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Rumput Laut ...........
35 Matriks Skor Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Ikan Kerapu ............
36 Matriks Skor Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Teripang ................
37 Kontribusi Variabel Yang Dijelaskan Oleh Sumbu Utama ....................
38 Contoh Set Data Input Menurut Prosedur Metode TOPSIS ................
39 Kesesuaian Budidaya Alternatif masing-masing Gobah pulau Pari ..........
40 Perkiraan Jumlah Produksi dan Jurnlah Trip Upaya Penangkapan Ikan
di Gugus Pulau Pari Tahun 1986-200 1 ...........................................
4 1 Standarisasi Upaya Penangkapan Ikan di Gugus Pulau Pari ..................
42 Analisis Ragam Hasil Shazam Setelah Iterasi ...................................
43 Nilai Beberapa Parameter Dinamik ...............................................
44 Luas Gobah-Gobah di Gugus Pulau Pari .........................................
45 Luas Gobah, Alternatif Komoditi Yang Direkomendasikan ..................
46 Beberapa Parameter Untuk Model Integrasi .....................................
47 Alternatif Skenario Pemanfaatan Multiguna .....................................

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Klasifikasi Sumberdaya Alam .....................................................

23

2 Hubungan Model Eksponensial dan Model Logistik ...........................

72

3 Diagram Kerangka Penelitian ......................................................

73

4 Ilustrasi Perbedaan Asumsi Model Schaefer dan Model Fox ..................

85

5 Fungsi Reaksi Dengan Variasi a dan P ...........................................

93

6 Kontribusi Variabel Pada Sumbu I dan I1........................................

115

7 Kontribusi Individu Pada Sumbu I dan I1.........................................

116

8 Kontribusi Variabel dan Individu Pada Sumbu I dan I1........................

116

9 Rangking Alternatif Komoditi Budidaya di Gobah Soa Besar ................

132

10 Rangking Alternatif Komoditi Budidaya di Gobah Labangan Pasir .......... 133
1 1 Rangking Alternatif Komoditi Budidaya di Gobah Kuanji ..................... 133
12 Rangking Alternatif Komoditi Budidaya di Gobah Ciaris ..................

134

13 Rangking Alternaiif Komoditi Budidaya di Gobah Besar Satu ................ 134
14 Rangking Alternatif Komoditi Budidaya di Gobah Besar Dua ................. 135
15 Rangking Alternatif Komoditi Budidaya di Gobah Kurungan .................. 135
16 Rangking Alternatif Komoditi Budidaya di Gobah Buntu ...................... 136
17 Alternatif Utama Komoditi yang dibudidaya ..................................... 137
18 Kurva CPUE Model Schaefer ......................................................

141

19 Kurva Produksi Surplus Model Schaefer ......................................... 141
20 Trayektori Dinarnika Stok &an ..................................................... 143
2 1 Trayektori Dinamika Upaya Penangkapan &an .................................. 143
22 Hubungan Stok Ikan Dengan Upaya Penangkapan Ikan ........................

144

23 Analisis Phase Plane Model Dinamika ...........................................

144

24 Peta Peruntukan Pariwisata dan Budidaya Laut .................................. 149
25 Uji Sensivitas Parameter a Terhadap Hasil Tangkapan ......................... 151
26 Uji Sensivitas Parameter P Terhadap Budidaya Rumput Laut ................. 152
27 Uji Sensivitas Parameter (I-a$) Terhadap Budidaya Ikan Kerapu ...........

152

28 Uji Sensivitas Harga p, Terhadap Hasil Tangkapan. .. . . . .. ... . . . ... .. . . . . .. . .. . 153
29 Uji Sensivitas Hargapz Terhadap Produksi Rumput Laut.. .. ... ... . . . . . . ... ... 154

30 Uji Sensivitas Hargap3 Terhadap Produksi Ikan Kerapu..... . . . .. . . . . .. . . . . . .. 154

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta Teluk Jakarta ...................................................................

168

2 Hasil Interpretasi Citra Satelit Gugus Pulau Pari ................................

159

3 Peta Turnpang Susun Beberapa Penmtukan .....................................

4 Data Series Fisika Kimia Perairan di Gobah Besar Satu Gugus Pulau Pari
Tahun 1994.2002 ...................................................................
5 Rekapitulasi Data Perairan Gugus Pulau Pari Menurut Stasiun ...............

6 Data Transformasi Melalui Pemusatan dan Pereduksian .......................
7 Matriks Korelasi .....................................................................

8 Eigenvalues...........................................................................
9 Kontribusi Variabel Terhadap Sumbu Utama .....................................
10 Kontribusi Stasiun Terhadap Sumbu Utama ....................................

11 Matriks Ketidaksamaan .............................................................

12 Deskripsi Dendrogram ...............................................................
13 Dendrogram Kedekatan Stasiun Pengamatan ....................................
14 Output Shazam.......................................................................
15 Simulasi Dinamika Penangkapan Ikan ...........................................

16 Foto Lokasi Penelitian ..............................................................

xii

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hampir 7% area daratan burni ini terdiri atas pulau-pulau kecil (Bengen,
2002b), dan pulau-pulau kecil banyak terdapat di Indonesia, sehingga Indonesia
selalna ini dikenal sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia. Dari 17.508 pulaupulau yang dimiliki Indonesia, hanya 5 pulau besar saja yang biasa dikenal oleh
masyarakat, yaitu Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua yang
menjadi pusat-pusat aktifitas utalna dalaln pembangunan. Sementara ribuan pulau
kecil lainnya kecuali pulau Bali, kurang dikenal oleh kebanyakan penduduk negeri
ini, sehingga kawasan ini menjadi terlantar atau tidak terkelola dengan baik
(Kamaluddin, 2002; Dahuri, 2003). Hal ini dapat memicu kerawanan baru, khususnya
pada pulau-pulau kecil di daerah perbatasan. Contoh yang paling nyata yang baru saja
kita rasakan adalah keputusan Mahkamah Internasional tanggal 17 Desember 2002 di
Den Haag Belanda tentang Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan diputuskan berada dalaln
kedaulatan Malaysia.
Pulau-pulau keci l didefini si kan sebagai pulau dengan luas 10.000 km2 atau
kurang dan mempunyai penduduk 500.000 orang atau kurang (Beler

el

al., 1990;

UNESCO, 1994). Pada perkembangan selanjutnya menjadi pulau yang luasnya 5.000
km', kelnudian turun lagi menjadi pulau yang luasnya kurans dari 2.000 km'

(Tresnadi, 1998). Sedangkan batasan pulau sangat kecil adalah pulau yang

mempunyai luas kurang dari 100 km2 atau pulau yang memiliki lebar kurang dari 3

km (Falkland, 1992; Bengen, 2002a).
Pada tahun 1987 Di shidros telah menyelesaikan penghitungan kembali pulaupulau di Indonesia. Dari hasil perhitungan tercatat sejumlah 17.508 pulau besar clan
kecil. Pa& tahun 1997, dimutakhirkan kembali dengan hasil 5.707 pulau bernama,
dan 1 1.801 pulau tidak bernama (Ello dan Subandi, 1998). Terdapat sekitar 116
gugusan pulau-pulau kecil, 50 diantaranya berada di wilayah Indonesia Barat
(termasuk gugus pulau Pari), sedangkan sisanya tersebar di wilayah Indonesia Timur

(KMNLH, 1997).
Gugus Pulau Pari tennasuk salah satu gugusan pulau-pulau kecil di wilayah
Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dengan
kedudukan 5'50'0" sampai dengan 5'52'25" Lintang Selatan dan 106'34'30" sampai
dengan 106'38'20" Bujur Timur (Darsono, 1577). Adanya beberapa buah gobah
(Iugoon, busin) yang besar dan cukup dalam, daerahnya dikelilingi oleh terumbu
karang tepi winging reej) secara penuh memberikan ciri-ciri dari sebuah atoll,
tetapi tidak dapat dimasukkan ke dalam atoll yang sebenarnya, sehingga disebut
sebagai 'Ipseudoutoll" (Darsono, 1977).
Gugus Pulau Pari memiliki 6 buah pulay yaitu pulau : Pari, Tengah, Bunmg,
Kongsi, Tikus, dan Gundul. Luas masing-masing pulau dan potensi budidaya perairan
masing-masing pulau di gugus Pulau Pari, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas dan Potensi Budidaya Perairan di Pulau-Pulau Gugus Pulau Pari.
No.
1.

Nama Pulau

I Pulau Pari

2.

Puiau Tengah

3.

Pulau Burung

1 4 1 Pulau Kongsi

1 5. j Pulau Tikus
/ 6 / Pulau Gundul

/

Luas (ha) ')

i

41,32

I

I
I

1

Potensi Budidaya Perairan
Teripang, Ikan hias

5,46

Rumput laut

3,26

Rumput laut

1 :63

/ Rumput laut

1,31

0,60

b,

1 Kumput laut
1 Ikan hias

Su~nber: 7= Pe~ndaJakut (2000).
b

) = Sulistyo et ul. (2002).

Dari data luas masing-masing pulau, di gugus Pulau Pari dikategorikan sebagai
pulau sangat kecil dan merupakan habitat yang terisolir dari habitat lain di lingkungan
Kepulauan Seribu. Sebagai pulau at01 yang dikelilingi oleh terumbu karang tepi,
mempunyai hubungan yang erat dengan tersedianya stok ikan di perairan sekitar
pulau. Adanya beberapa gobah berpotensi untuk berkemban~gyabudidaya laut yang
akan menjadi sumber pendapatan masyarakat.
Beberapa kebijakan pengelolaan di gugusan pulau Pari selang kurang lebih 33
tahun belakangan ini bersumber dari (TP3F, 2000) :

I. Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 2112/A/k/
BKD11975 tertanggal 20 Oktober 1975, tentang Surat Ij in Penunj ukan
Penggunaan Tanah (SIPPT) seluas 10.000 m' di Pulau Pari guna membangun
laboratorium Oseanologi.

2. Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi kantor Wilayah V DKI
Jakarta, Nomor : 1640/A/KKW/12/87 tertanggal 22 Desember 1987, tentang

I

1

i

1

Berita Acara Penyerahan dan Pengelolaan Fasilitas Obyek Wisata di pulau
Kongsi Kepulauan Seribu.
3. Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan Jakarta Utara, Nomor : 2331
V/PGT/2/JU/1994 tertanggal 29 Maret 1994, tentang Penjelasan Kepemilikan
Tanah Atas Pulau Burung, sebagai bahan Rekomendasi SlPPT atas nama
PT.Bumiraya Grijanusa.
4. Pemerintah Kotamadya Jakarta Utara, Nomor : 55871078.6 tertanggal 13 Juni
1994, tentang Pennohonan Rekomendasi SIPPT pulau Burung Kelurahan

pulau Tidung.

Walaupun dasar hukum pengelolaan sudah begitu jelas, namun pada tingkat
pelaksanaannya masi h cukup banyak kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan
kebijakan tersebut. Konon gugus pulau-pulau ini sudah mengalami kerusakan
ekosistem yang serius, sehingga perlu dilakukan penelitian yang sistimatis dengan
pendekatan terpadu untuk memecahkan permasalahan pemanfaatan lahan yang
mempunyai tujuan ganda, multidimensional dan inengandung konflik kepentingan.
Dalam ha1 ini, perlu suatu model pemanfaatan yang dapat inendasari pembuatan
kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil, yang terkuantifikasi dan terukur, bagi
proses perencanaan pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil.

1.2. Identifikasi dan Perurnusan Masalah
Pulau-pulau kecil memiliki karateristik biofisik yang menonjol, yaitu : (1)
terpisah dari habitat pulau induk (mainland island), sehingga bersifat insulat; (2)

surnber air tawar terbatas, dimana daerah tangkapan airnya relatif kecil; (3) peka dan
rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat kegiatan manusia; (4)
memiliki sejumlah jenis endemik yang bernilai ekclogis tinggi (Bengen, 2001).
Keterisolasian inilah yang membentuk kehidupan yang unik dipulau tersebut, karena
dikamnia sumberdaya kelautan melimpah. Dari segi budaya, masyarakat pulau kecil
mempunyai budaya yang berbeda dengan pulau kontinen dan daratan (Beller et al.,
1990).
Penduduk dan ekosistem alam pulau-pulau kecil seringkali menghadapi
berbagai tantangan, antara lain secara ekologi amat rentan terhadap dampak
pemanasan global, angn topan, dan gelombang tsunami. Terjadinya abrasi pada garis
pantai karena pengaruh kombinasi faktor-fabor ekologi di atas, mengakibatkan
tejadinya pengurangan luas daratan secara berarti dan pergeseran serta p e n m a n
kualitas tempat tinggal baik penduduk maupun habitat mahluk hidup lainnya
W L H , 1997). Pendekatan ekosistem dalam penataan ruang wilayah pulau dan
g u p s pulau hams berdasarkan daya dukung ekologis, jaringan sosial budaya, dan
integrasi kegatan sosial ekonomi yang sudah berlangsung selama ini (Dahuri, 2003).
Hopley dan O'Brien (1993), dalam penelitiannya merangkum masalah dan
pe!uang di pulau-pulau Lautan Pasifi k menurut bidang pengelolaan yang dapat dili hat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Masalah dan Peluang di Puiau-Pulau Lautan Pasifik.
Bidang

Masalah

Peluang

Penyediaan
air

Sangat tergantung pada air hujan dan
sumur, yang penyediaannya tidak cukup.
Bahaya kontarninasi bila tejacl kelebihan
I pemakaian

Daur ulang dan penggunaan air kembali. Melaku!can penggalian yang lebih
dalam untuk mendapatkan I
sumber air baru.
Temukan surnber-sumber
enersi
yang
dapat
diperbarui dan ekonomis
Pengembangan perikanan
laut
dalarn,
seperti
perikanan komersial tuna,
budidaya laut dan produk
pengolahan i kan lokal.
Meningkatkan
variatas
produksi dan memperbaiki kesuburan tanah

Enersi

Saagat tergantung pada bahan bakar yang
mahal.

Perikanan

Aktivitas perikanan rakyat yang ekstensif
dengan beberapa perikanan pelagis.
Sehingga pada beberapa kasus, ikan
olahan masih didatangkan dari mainland.

Variasi sumber makanan yang sempit,
tanah yang kurang subur karena
mengandung uap air laut serta air tawar
yang terbatas.
Pengelolaan Tekanan penduduk dan pantai yang dikopesisir dan mersialkan menyebabkan peningkatan kerusakan terumbu karang dan kehidupan
laut
laut. Pada beberapa pulau adanya kerusakan ekologis yang ekstensif dihasilkan
oleh
aktivitas
pertambangan dan
kehutanan.
Kehutanan Tutupan hutan terbatas. Sumber kayu
utama adalah kelapa. Secara keseluruhan
ancaman terhadap suplai kayu yang
harnpir punah.
Pengelolaan Sebagian besar pulau karang pengelolaan
1 lahan
lahan masih diolah menurut kebiasaan
turun temurun. Dengan kebiasaan seperti
ini lahan sering digunakan untuk tujuantujuan yang tidak sesuai.
Daerah
Pada beberapa pulau telah ditetapkan
sebagai daerah yang dilindungi tetapi
dilindungi
perlu ditentukan dengan jelas sehingga
dapat melindungi sumberdaya yang unik
di pulau-pulau tersebut.
Sumber : Hopley dan OBrien (1993).
Pertanian
tradisional

/

1

I

Mendistribusikan kembali
penduduk pulau untuk
menghilangkan dampak
berbahaya pada daerah
pantai.
Menghutankan kembali
daerah-daerah yang telah
rusak.
Membuat
perencanaan
yang
sesuai
dengan
pari wi sata, pertanian dan
pengembangan lain yang
cocok
Lindungi
surnberdaya
yang unik dan memiliki
manfaat ekonomi.

1

'

Selama ini pulau-pulau kecil kurang mendapat sentuhan pembangunan yang
menyebabkan sebagian masyarakat yang mendiami pulau-pulau kecil tersebut miskin.
Menurut Retraubun (2000), rendahnya sentuhan pembangunan ini, didasarkan atas :

1. Kebanyakan pulau-pulau kecil tidak berpenghuni karena ukurannya yang
relatif sangat kecil.

2. Kalaupun berpenghuni, jumlah penduduknya sangat sedikit sehingga tidak
menjadi prioritas utama.
3. Kawasan ini cenderung terisolasi sehingga diperlukan investasi yang besar

(Izrglz cost invesment) untuk membangun prasarana perhubungan laut.
4. Kurangnya kepastian perlindungan hak dan kepastian berusaha.
5. Pembangunan nasional yang selama ini lebih berorientasi ke darat.

Perairan pulau-pulau kecil yang memiliki potensi perikanan yang tinggi
cenderung menjadi tempat praktek penangkapan yang tidak rainah linskungan seperti
pemboman, pembiusan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif, balk oleh
nelayan asing maupun lokal. Dalam kasus tertentu, pulau-pulau kecil yang terisolasi
dijadikan tempat penyelu~dupan, pembuangan limbah, dan penambangan pasir.
Dalam

kasus

perikanan

tangkap,

Monintja

(2000)

menginventarisasi

permasalahannya sebagai berikut : (1) stok sumberdaya ikan yang tetap/menurun, (2)
jurnlah nelayan yang banyak, (3) keterbatasan modal, (4) kelangkaan informasi, (5)
konflik antar nelayan, (6) konflik nelayan versus sektor lain.
Disamping pernasalahan sebagaimana diuraikan di atas, tantangan dan
hambatan dalam pelaksanaan pembangunan pulau-pulau kecil cukup kompleks.

Tantangan yang bersifat mendasar, seperti keterbatasan dalam informasi lokasi dan
keadaan kemiskinan penduduk pada wilayah kepulauan tersebut. Disamping itu
tantangan berikutnya adalah pada aspek yang berkaitan dengan karateristik
keterpencilan tersebut yaitu biaya pengembangan yang tinggi sebagai alabat dari
biaya transportasi dan komunikasi yang tinggi. Sementara itu hpihak lain
surnberdaya yang tersedia tidak selalu diyakini layak untuk dikembangkan dalam
skala ekonomi guna menekan biaya pengembangan tersebut di atas sebagaimana
lasimnya dilakukan dalam ha1 pengembangan wilayah frontier. Khususnya untuk
perikanan tangkap, tantangan yang dihadapi adalah : (1) pennintaan suplai ikan yang
semakin meningkat, (2) penyediaan lapangan kerja, (3) peningkatan devisa, (4)
peningkatan pendapatan asli daerah (Monintja, 2000). Sehingga perlu adanya
persamaan persepsi, visi dan aktualisasi dari instansi terkait dalam menerapkan salah
satu model, dalam rangka pemberdayaan pulau-pulau kecil di Indonesia.
Beberapa hambatan pengembangan pulau-pulau kecil di Indonesia disampaikan
oleh Hamid (1998), antara lain :
1. Kondisi Geografis, yang terletak jauh dari ibukota PropinsiKabupaten dan
pusat-pusat kegiatan perekonomian, sehingga sulit mendapat multiplier eJffect
dari kegiatan pembangunan. Selain itu memiliki karateristik pembangunan
yang beranekaragam, sehingga memerlukan penanganan yang berbeda.
2. Keterbatasan dana pembangunan, sebagai contoh : rekapitulasi dana bantuan
pembangunan wilayah kepulauan dapat dilihat pada Tabel 3.

3. Jumlah penduduk yang relatif kecil, merupakan hambatan yang erat kaitannya
dengan penyediaan sumberdaya manusia yang diperlukan dalam rangka
pembangunan wilayah .
Tabel 3. Rekapitutasi Dana Bantuan Pembangunan Wiiayah Kepulauan.

I

Tahun
anggaran

I

I

Jumlah pulau bernama dan ber-

/

I penghuniyang mendnpat bantuan /

I

-.--

Jumlah alokasi dana
(Rp. 1.000)

I

I

Sumber : Hamid (1998).
Ada dua kelompok masyarakat sebagai sumber kegiatan yang menentukan
kualitas lingkungan pulau-pulau kecil. Pertarna, perilaku penduduk asli dengan
berbagai macam kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya, yang tergambar dari tatanan
adat-istiadatnya.

Kedua, perilaku penduduk pendatang dengan berbagai macam

aturan, baik dipengaruhi oleh adat-istiadat asalnya, maupun dipengaruhi oleh aturan
urnurn, misalnya kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. Intensitas kegiatan

penduduk ini, akan memberikan tekanan kualitas lingkungan pulau-pulau kecil dari

tahun ke tahun secara pasti. Dari kacamata lingkungan, memben suatu signal bahwa
kualitas

lingkungan

sudah

semakin

menurun,

yang pada

1

akhirnya

akan

mempengaruhi daya duhung lingkungan (Carrying Capaciy). Selanjutnya Dahuri
(2000a) menyatakan bahwa kendala dan pernasalahan yang dapat menghambat
pembangunan kelautan dan perikanan dan lebih khusus bagi pembangunan pulaupulau kecil, adalah : (1) kemsakan fisik habitat ekosistem, (2) overeksploitasi

surnberdaya hayati laut, (3) pencemaran, (4) konflik penggunaan ruang, (5)
keterbatasan dana, (6) rendahnya kualitas SDM, (7) lemahnya penegakan hukurn, dan
(8) kerniskinan masyarakat. Di lain pihak, kita masih membutuhkan pertumbuhan

ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan demikian
bagairnana pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil dari tahun ke
tahun, untuk menempatkan kepentingan ekonomis tanpa merusak fungsi ekologis
ekosistem, adalah merupakan ha1 yang sangat penting.
Pulau-pulau kecil memiliki potensi ekonomi yang tingg, namun mempunyai
karateristik yang sangat rentan terhadap aktifitas ekonomi. Daya dukung sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang sangat terbatas. Aktivitas sosial dan ekonomi
pulau-pulau kecil merupakan interaksi kawasan daratan (terrestrrui) dengan
lingkungan laut, sehingga hampir semua bentuk a h f i t a s pembangunan &an
berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan Potensi kerusakan sumberdaya alam
yang sangat tinggi seperti kenaikan permukaan laut, badai tsunami, dapat mudah
terjadi apabila kualitas lingkungan sudah menurun. Oleh karena itu, pengeloIaan
wilayah pulau-pulau kecil harus mengintegrasikan wilayah daratan dan lautnya
menjadi satu kesatuan dan keterpaduan pengelolaan serta pengintegrasian antara misi
konservasi dan misi ekonomi (Dahuri, 2002).
Dari identifikasi permasalahan dan peluang yang tertuang di atas, dirumuskan
beberapa pendekatan penelitian sebagai berikut :
1. Parameterlvariabel lingkungan apa saja yang perlu diperhatikan karena
dominan mempengaruhi p e n m a n kualitas perairan, serta menentukan

pengelompokan wilayah perairan sesuai kemiripan parameterlvariabel
lingkungan perairan di gugus Pulau Pari ?
2. Bagaimana model pemanfaatan sumberdaya, baik ilntuk kegiatan pariwisata
dan usaha budidaya laut yang didasarkan pada kesesuaian kondisi perairan,
maupun usaha penangkapan ikan yang didasarkan pada kajian stok ikan dan
sesuai dengan daya dukung di gugus Pulau Pari?
3. Bagaimana penataan ruang yang baik di gugus Pulau Pari dengan

memperhatikan keterpaduan ekologis?
4. Bagaimana

kebijakan

pemanfaatan

perairan

yang digambarkan oleh

persentase tenaga kerja ch gugus Pulau Pari secara optimal dan berkelanjutan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Untuk mencapai suatu hasil penelitian yang akurat, dibutuhkan tindakan
sistimatis, yaitu dilakukan secara teratur dan konsisten, didasarkan atas kegiatankegiatan yang ilmiah serta dapat dibuktikan kebenarannya. Salah satu tindakan
sistimatis, adalah adanya tujuan, yang ditetapkan sebagai berikut :

1. Menentukan parameterlvariabel lingkungan yang berpengaruh terhadap
penurunan kualitas perairan, serta mengelompokkan wilayah perairan sesuai
kemiripan parameterlvarabel lingkungan tersebut.

2. Membangun model pemanfaatan pulau-pulau kecil, yang terdiri dari model
untuk pariwisata dan model untuk budidaya laut yang didasarkan pada
kesesuaian kondisi perairan, serta model penangkapan ikan yang didasarkan

pada kajian stok ikan, selanjutnya menciptakan model integrasi pemanfaatan
gugus Pulau Pari, yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya.

3. Menata ruang perailan g u g s Pglau Pari sesuai peruntukan dengan
memperhatikan keterpaduan ekologis.

4. Memformulasikan altematif skenario pembangunan optimal dan berkelanjutan
serta menyusun konsep pemanfaatan perairan yang digambarkan dengan
pemanfaatan tenaga kerja di gugus Pulau Pari.
Setelah dicapainya tujuan dan pemahaman di atas, diharapkan dapat
disinergikan dengan konsep perencanaan pengembangan ekonomi wilayah yang
berbasis lokal sehingga bermanfaat untuk :
1. Mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara
objektif kenyataan yang ada, tentang bagaimana sumberdaya perairan gugus
pulau Pan dapat dimanfaatkan.

2. Adanya model pemanfaatan pulau-pulau kecil yang mungkin dapat menjadi
masukan dalam menyusun perencanaan pembangunan kawasan pesisir dalam
lingkup yang lebih luas.

2. TInTJAUANPUSTAKA

2.1. Klasifikasi Pulau-Pulau Kecil
Ada tiga kriteria yang dapat digunakan dalam membuat batasan pulau kecil,
yaitu : (1) Batasan fisik (luas pulau), (2) Batasan ekologis (proporsi spesies endemik
dan terisolasi), dan (3) Keunikan budaya. Selain ketiga kriteria tersebut, terdapat
indikasi besar-kecilnpa pulau terlihat dari kemandirian penduduknya dalaln
memenuhi kebuluhan pokok (Dahun, 1998). Bengen (2002b) menggolongkan pulau
atau kepulauan berdasarkan pada proses geologinya, yaitu :
1. Pulau Benua (Continental Isians), tipe batuan kaya akan silica. Biota yang
terdapat pada tipe ini, sama dengan yang terdapat di daratan utama.
2. Pulau Vulkanik (i~'u1cunic/s/ui~d),terbentuk dari kegiatan gunung berapi,
yang timbul perlahan-lahan dan dasar laut ke permukaan. Tipe batuan dari
pulau ini adalah basull, s~licu(kadar rendah).

3. Pulau Karang Timbul (liuised Coral lslund), terbentuk oleh terumbu karang
yang terangkat ke atas permukaan laut karena proses geologi. Jika proses ini
berlangsung terus, maka karang yang timbul ke permukaan laut berbentuk
teras-teras seperti sawah di pegunungan.
4

pilau Daratan

Rendah (Low Zslanct), adalah pulau dimana ketinggian

daratannya dari inuka laut rendah. Pulau-pulau dari tipe ini, paling rawan
terhadap bencana alam, seperti angin topan dan gelombang tsunami.

5. Pulau At01 (Atolls), adalah pulau karang berbentuk cincin. Pada umumnya
adalah pulau vulkanik yang ditumbuhi oleh terumbu karang yang berbentuk
fringing reef; kemudian berubah menjadi barrier reeA dan akhirnya menjadi

pulau atol.
Hehanussa (19931, ine~nbuat klasifikasi pulau-pulau kecil di 1i;donesia
beidasarkan morfologi dan genesis pulau sebagai berikut : ( I ) Pulau berbukit, dan (2)
Pulau datar. Pulau berbukit terdiri dari : Pulau Vulkanik, Pulau Tektonik, Pulau Teras
Terangkat, Pulau Petabah (I?zonadnock), dan Pulau Gabungan. Sedangkan Pulau datar
terdiri dari : Pulau Aluvium, Pulau Koral, dan Pulau At01 yang memiliki luas daratan
lebih kecil dari 50 km', misalnya pulau-pulau di kepulauan Takabonarate, yang
lebarnya kurang dari 150 m dengan panjang antara 1000 hingga 2000 m. Selanjutnya
Ongkosongo (1998), lebih menekankan pada proses terbentuknya pulau tersebut,
antara lain :
1 . Penurunan muka laut, contohnya : P. Akat, P. Sekikir, P. Abang Besar di
Kepulauan Riau.
2. Kenaikan muka laut, contohnya : Kepulauan Lingga, P. Batam, P. Karimun
Kecil, juga di kepulauan Riau.
3. Tektonik, zona penunjaman (subduction), contohnya : P. C h s t m a s , P. Nias.
4. Tektonik, zona pemekaran (spreadzng), contohnya : Kepulauan Hawai.

5. Arnblesan daratan, contohnya : P. Digul.

6. Erosi, contohnya : P. Popole di Jawa Barat.
7. Sedimentasi, contohnya : pulau-pulau di Segara Anakan, P. Bengkalis.

8. Volkanisme, contohnya : P. Krakatau, P. Ternate, P. Manado Tua.
9. Biologi, biota terurnbu karang dan biota asosiasinya, contohnya : pulau-pulau

di Kepulauan Seribu.
10. Biologi, biota lain (mangrove, lamun, dan lain-lain) contohnya : P. Karang

Anyar, P. Klaces, dan P. Mutean di Segara Anakan.
11. Pengangkatan daratan, contohnya : P. Manui di Sulawesi.
12. Buatan manusia, contohnya : lapangan udara Kansai Osaka Jepang.
13. Kombinasi berbagai proses, contohnya : P. Rupat.
Secara umum pulau-pulau kecil memiliki karateristik yang uriik, antara lain :
berukuran kecil (smallness), terisolasi (isolation), ketergantungan (dependence),
rentan (vulnerability)(Briguglio,1995; Fauzi, 2002). Sifat rentan dimaksudkan karena
memiliki kerapuhan ekologis (ecological frugilir)?). Untuk lebih menjelaskan
karateristik pulau-pulau kecil yang dibandingkan dengan pulau besar dan benua,
berdasarkan karateristik geografis, geologi, biologi, dan ekonomi, dapat dilihat pada
Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan Karateristik Pulau Kecil, Pulau Besar, dan Benua.
Pulau Kecil

Benua

Pulau Besar
Karateristik Geografis

I

Jauh dari benua
Dikelilingi oleh laut
luas
Area kecil
Suhu udara stabil
lklim sering berbeda
dengan pulau besar
terdekat

Area sangat besar
Suhu udara bervariasi
Iklim musiman

Dekat dari k n u a
Dikelilingi sebagian
oleh laut
Area besar
Suhu udara agak
bervariasi
Iklim mirip benua
terdekat
Karateristik Geologi

Umumnya karang atau
vulkanik
Sedikit mineral penting
Tanahnya porous1
permeabel

I

I

Sedimen atau
metamorfosis
Beberapa mineral
penting
Beragam tanah

I

Sedimen atau
metarnorfosis
Beberapa mineral
penting
Beragam tanahnya

I

Karateristik Biologi
Keanekaragaman
hayati rendah
Pergantian spesies
tinggi
Tinggi pemijahan
massal hewan laut
bertulang belakang

1

Keanekaragaman hayati
sedang
Pergantian spesies agak
rendah
Sering pemijahan massal
hewan laut bertulang
belakang
Karateristik Ekonomi

Keanekaragaman
hayati tinggi
Pergantian spesies
biasanya sendah
Sedikit pemijahan
massal hewan laut
bertulang belakang

Sumberdaya daratan
agak luas
Sumberdaya laut lebih
penting
Lebih dekat pasar

Sumberdaya daratan
luas
Sumberdaya laut
sering tidak penting
Pasar relatif mudah

4

1

Sediht sumberdaya
daratan
Sumberdaya laut lebih
penting
Jauh dari pasar
Sumber : Bengen (2002~).

I

I

2.2. Ekosistem, Sumberdaya Alam, dan Jasa Lingkungan Pulau-Pulau Kecil
Kawasan pulau-pulau kecil menyediakan sumberdaya alam yang produktif
baik sebagai sumber pangan dan kekayaan ekosistemnya, seperti ekosistem

1

mangrove, lamun, dan terumbu karang, beserta biota yang hidup di dalamnpa.
Disamping itu pula menjadi media komunikasi, kawasan rekreasi, pariwisata,
konservasi, dan jenis pemanfaatan lainnya (Dahuri, 2003).
Di wilayah pulau-pulau kecil terdapat satu atau lebih ekosistem pesisir dan
sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir tersebut dapat bersifat alamiah ataupun buatan
(nzur7-nfude). Ekosistem alami antara lain terumbu karang (corul reef), hutan
mangrove (nzangrove), padang lamun (seagrass) pantai berpasir (sandy beacli), pantai
berbatu (rocky beach), forrnasi pes-caprea, forrnasi baringtonia, estuaria, laguna, dan
delta; sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa : kawasan pariwisata, kawasan
budidaya (niuriculture), dan kawasan pemukiman (Dahuri, 1998; Kusumastanto,
2000).
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang khas yang terdapat di
wilayah pesisir daerah tropis, biasa ditemukan pada temperatur air laut 2 5 - 3 0 ' ~
(Jennings, et ul. 200 1). Pada dasamya terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif
kalsium karbonat (CaC03), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk
terumbu (karang hermatipik) dari filurn Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup
bersiombiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta
organisme lain yang menyereksi kalsium karbonat (Bengen, 2000a; Bengen, 2002a).
Secara umum terumbu karang terdiri atas tiga tipe : ( I ) terumbu karang tepi e i n g i n g
reeJ), (2) terumbu karang penghalang (burrier reeJ), (3) teru~nbukarang cincin atau
at01 (Nybakken, 1992; Mann, 2000; Bengen, 2002a). Selanjutnya Ongkosongo
(1998), masih menambah satu tipe lagi yang disebutnya terumbu karang lepas (patch
reefl. Terumbu karang tepi dan penghalang berkembang sepanjang pantai, namun

perbedaannya adalah bahwa terumbu karang penghalang berkembang lebih jauh dari
daratan dan berada di perairan yang lebih dalam dibandingkan dengan terumbu
karang tepi. Temmbu karang cincin atau atol, merupakan terumbu karang yang
muncul dari perairan dalarn dan jauh dari daratan. Khususnya terumbu karang tepi
dan penghalang mempunyai peran yang penting, sebagai pelindung pantai dari
hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut. Selain sebagai habitat, terumbu
karang juga sebagai daerah pembesaran (nursery ground), daerah mencari makan
(feeding ground), dan daerah pemijahan (spawning ground) dari bermacam biota

perairan seperti ikan, udang dan kerang-kerangan, yan