Penilaian Pulau Kecil Sebagai Dasar Pengembangan Investasi Ekowisata Studi Kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar Dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu.

PENILAIAN PULAU KECIL SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN
INVESTASI EKOWISATA
(Studi Kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar, dan Pulau Tidung Kecil
Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

PUGUH WAHYU WIDODO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Penilaian Pulau Kecil
Sebagai Dasar Pengembangan Investasi Ekowisata studi kasus Pulau Pari, Pulau
Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu ” adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepadaperguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Puguh Wahyu Widodo
NRP C252120121

RINGKASAN
PUGUH WAHYU WIDODO. Penilaian Pulau Kecil Sebagai Dasar
Pengembangan Investasi Ekowisata studi kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar
dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu.Dibimbing oleh RAHMAT
KURNIA dan SULISTIONO.
Penilaian pulau kecil digunakan untuk menentukan pulau yang layak bagi
investasi ekowisata. Saat ini pemerintah sudah membuat kriteria indeks dalam
melakukan penilaian pulau kecil dalam rangka mendukung investasi ekowisata.
Pengujian terhadap kriteria indeks perlu dilakukan untuk meminimalisir adanya
jarak dengan kondisi lapangan. Pengujian dilakukan di Pulau Pari, Pulau Payung

Besar dan Pulau Tidung Kecil. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghitung
indeks investasi ekowisata pulau kecil, (2) melakukan evaluasi terhadap kriteria
pulau-pulau kecil yang bernilai tinggi untuk mendukung investasi ekowisata, dan
(3) merumuskan kebijakan untuk mendukung investasi ekowisata pulau kecil.
Hasil analisis menunjukkan perhitungan indeks investasi ekowisata pulau dengan
menggunakan kriteria lama yaitu indeks Pulau Pari adalah 3,70; indeks Pulau
Tidung Kecil adalah 3,69; indeks Pulau Payung Besar adalah 3,48; indeks Pulau
Biawak adalah 2,97; indeks Pulau Panggang adalah 3,26. Status untuk masing –
masing pulau adalah status siap. Perhitungan Indek investasi ekowisata pulau
kecil atau Small Island Investmen Index (SIII) dengan menggunakan parameter
lama tersebut ternyata tidak menghasilkan perbedaan status antara satu pulau
dengan pulau lainnya walaupun pulau tersebut dapat diperkirakan status
investasinya sehingga harus dilakukan evaluasi.
Evaluasi dilakukan dengan merubah parameter-parameter pengelolaan yang
bersifat pulau menjadi parameter – parameter pengelolaan yang bersifat gugusan
atau wilayah. Pembobotan terhadap masing – masing kriteria juga dievaluasi
disesuaikan dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
Hasil perhitungan nilai indeks dengan menggunakan formulasi Small Island
Investment Index (SIII) setelah evaluasi didapatkan perubahan nilai indeks dengan
status yang berbeda pada Pulau Tidung Kecil, yaitu untuk indeks Pulau Pari

adalah 3,84 (siap investasi); indeks Pulau Tidung Kecil adalah 4,04 (sangat siap
investasi); indeks Pulau Payung Besar adalah 3,55 (siap investasi); indeks Pulau
Biawak adalah 3,12 (siap investasi); indeks Pulau Panggang adalah 2,90 (kurang
siap investasi).
Dengan demikian, evaluasi terhadap kriteria indeks investasi ekowisata dapat
memperkecil jarak antara kriteria yang ada dengan kondisi sesungguhnya di
lapangan. Kebijakan pengelolaan pulau dengan meningkatkan nilai indeks
investasi menjadikan pulau siap untuk pengembangan investasi ekowisata.
Kebijakan pengelolaan pulau kecil diarahkan pada peningkatan
kualitas
aksesibilitas di kawasan pulau – pulau kecil, penyelesaian status kepemilikan
lahan, pembangunan infrastruktur dasar di pulau kecil, penggalian budaya dan
adat istiadat, perbaikan tingkat pendidikan penduduk kawasan pulau kecil.
Kata kunci: Indeks Investasi Ekowisata, Kriteria, Pulau Kecil.

SUMMARY
PUGUH WAHYU WIDODO. Assessment of Small Islands as Basic of
Development Ecotourism Investment Index (case study: Pari Island, Payung
Besar Island, Tidung Kecil Island Kepulauan Seribu District). Supervised by
RAHMAT KURNIA and SULISTIONO.

Small island assessment used to determine the island that suitable for
ecotourism investment. Currently, the government has made the criteria index in
assessing a small island in order to support the ecotourism investment. Test for the
criteria index need to be done for minimalize the distance with the field
conditions. Test was performed in Pari Island, Payung Besar Island and Tidung
Kecil Island. This research was conducted: (1) to calculate the small island
investment index for ecotourism, (2) to evaluate the criteria of small island that
have high value for support ecotourism investment and (3) formulate the policy to
support the small island ecotourism investment.
Result of analysis shows that the calculation of the small island investment
index of ecotourism using the old criteria obtained Pari Island index is 3.70;
Tidung Kecil Island index is 3.69; Payung Besar Island index is 3.48; Biawak
Island index is 2.97; Panggang Island index is 3.26. Status for each island is ready
status. Calculation index of small island ecotourism investment with old
parameter did not generate a difference status one island with the other islands
although the island investment status can be expected.
Evaluation was done by change the parameters of management from one
island become cluster or region management. Weightings for each criteria also
evaluated adapted to the actual field conditions.
Result of the calculation by using Small Island Investment Index (SIII)

formulation after evaluation obtained the changes in the value index and a
different status, for Pari Island index is 3.84 (ready to invest); Tidung Kecil Island
index was 4.04 (very ready to invest); Payung Besar Island index is 3.56 (ready to
invest); Biawak Island index is 3.12 (ready to invest); Panggang Island index is
2.90 (less ready to invest).
Therefore, evaluation of the criteria for ecotourism investment index can
minimize the distance between the existing criteria with the actual conditions in
the field. Island management policy with increasing the value of investment index
to makes the island ready for develop the ecotourism investment. Small island
policy directed to improving the quality of accessibility in the area on the island,
completion of the land ownership status, development the basic infrastructure in
small island, excavation cultures and customs, improvement the education level of
local community in small island region.
Keywords : Ecotourism Investment Index, Criteria, Small Island

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENILAIAN PULAU KECIL SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN
INVESTASI EKOWISATA
(Studi Kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar, dan Pulau Tidung Kecil
Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

PUGUH WAHYU WIDODO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

Dr Yonvitner, SPi MSi

Judul Tesis : Penilaian Pulau Kecil Sebagai Dasar Pengembangan Investasi
Ekowisata (Studi Kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar, dan Pulau
Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)
Nama

: Puguh Wahyu Widodo

NIM

: C252120121

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi
Ketua

Prof Dr Ir Sulistiono, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan

Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi

Tanggal Ujian: 18 Agustus 2015


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehinggatesis ini berhasil diselesaikan. Tesis yang disusun berjudul “Penilaian
Pulau Kecil Sebagai Dasar Pengembangan Investasi Ekowisata studi kasus Pulau
Pari, Pulau Payung Besar, dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu,
DKI Jakarta”.Tesis ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah
dalam penyempurnaan penyusunan kriteria pulau kecil yang bernilai tinggi unutk
mendukung investasi ekowisata dan memberikan masukan bagi Pemerintah
Administrasi Kepulauan Seribu dalam membuat kebijakan dalam pengelolaan
pulau-pulau kecil.
Terima kasih Penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi dan
Bapak Prof Dr Ir Sulistiono, MSc selaku pembimbing, berkat bimbingan dan
arahannya sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan.
Seiring dengan selesainya penulisan tesis ini, dengan tulus hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi sebagai ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
2. Bapak Dr Yonvitner, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji luar komisi.
3. Direktur Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil Ditjen KP3K, Kementerian
Kelautan dan Perikanan dan Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi
DKI beserta stafnya masing-masing yang telah memberi dukungan fasilitas
dan data dalam penyelesaian tesis ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa SPL yang telah membantu dan mendampingi selama
studi.
5. Istri tercinta Khusnul Khotimah serta anakku Dzaky Almer Jamail dan Aufa
Raditya Lazuardi atas doa dan dukungannya.
6. Keluarga besar yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, pengertian
dan kasih sayang selama ini serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran
dan masukan yang konstruktif sangat diharapkan. Semoga tesis ini bermanfaat
bagi kita semua.

Bogor,


Oktober 2015

Puguh Wahyu Widodo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
3
4
4

2 METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisa Data
Analisis Pulau-pulau Kecil Bernilai Tinggi

6
6
6
8
8
8

Kriteria dan Indikator dari Natural resources and geo-strategic island
index (NI)

Kriteria dan Indikator dari Governance Index (GI)
Kriteria dan Indikator dari Infrastructure Index (II)
Kriteria dan Indikator dari Socio-Economic Index (SI)
Evaluasi Kualitatif
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pulau Pari
Gambaran Umum
Potensi Sumberdaya dan Strategi Geografis
Tatakelola Pemerintah
Infrastruktur
Sosial Ekonomi dan Budaya
Pulau Payung Besar
Gambaran Umum
Potensi Sumberdaya dan Strategi Geografis
Tatakelola Pemerintah
Infrastruktur
Sosial Ekonomi dan Budaya
Pulau Tidung Kecil
Gambaran Umum
Potensi Sumberdaya dan Strategi Geografis
Tatakelola Pemerintah

9

10
11
12
13
14
14
14
14
19
20
22
24
24
24
29
30
32
33
33
34
38

Infrastruktur
Sosial Ekonomi dan Budaya
Pulau Kecil Bernilai Tinggi
Evaluasi Terhadap Kriteria Pulau – Pulau Kecil Bernilai Tinggi Untuk
Mendukung Investasi Ekowisata
Evaluasi Terhadap Kriteria Investasi Berbasis Sumber Daya Alam Dan
Strategi Geografi
Evaluasi Terhadap Kriteria Investasi Berbasis Tata Kelola Pemerintah

39
41
42
44
45
46

Evaluasi Terhadap Kriteria Investasi Berbasis Infrastruktur

46

Evaluasi Terhadap Kriteria Investasi Berbasis Sosial Ekonomi dan
Budaya

47

Hasil Penilaian Dengan Menggunakan Kriteria Baru
Kebijakan Untuk Mendukung Investasi Ekowisata Pulau Kecil

47
48

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

52
52
52

DAFTAR PUSTAKA

53

LAMPIRAN

58

RIWAYAT HIDUP

156

DAFTAR TABEL
1 Kategori penentuan PPK bernilai tinggi untuk mendukung investasi
ekowisata
2 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan di Pulau
Pari
3 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya hayati di
Pulau Pari
4 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya non hayati
di Pulau Pari
5 Hasil penilaian parameter dan indikator governance index (GI) di Pulau
Pari
6 Hasil penilaian parameter dan indikator infrastructure index (II) di
Pulau Pari
7 Hasil penilaian parameter dan indikator sosio economic and culture (SI)
di Pulau Pari
8 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan di Pulau
Payung Besar
9 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya hayati di
Pulau Payung Besar
10 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya non hayati
di Pulau Payung Besar
11 Hasil penilaian parameter dan indikator governance index (GI) di Pulau
Payung Besar
12 Hasil penilaian parameter dan indikator infrastructure index (II) di
Pulau Payung Besar
13 Hasil penilaian parameter dan indikator sosio economic and culture (SI)
di Pulau Payung Besar
14 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan di Pulau
Tidung Kecil
15 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya hayati di
Pulau Tidung Kecil
16 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya non hayati
di Pulau Tidung Kecil
17 Hasil penilaian parameter dan indikator governance index (GI) di Pulau
Tidung Kecil
18 Hasil penilaian parameter dan indikator infrastructure index (II) di
Pulau Tidung Kecil
19 Hasil penilaian parameter dan indikator sosio economic and culture (SI)
di Pulau Tidung Kecil
20 Hasil perhitungan small island investmen index (SIII) pada Pulau Pari,
Pulau Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil
21 Hasil perhitungan kriteria pulau-pulau kecil bernilai tinggi untuk
mendukung investasi ekowisata (menggunakan kriteria lama)
22 Hasil perhitungan kriteria pulau-pulau kecil bernilai tinggi untuk
mendukung investasi ekowisata (menggunakan kriteria baru)

9
16
17
18
20
21
23
25
27
28
29
31
32
35
36
37
39
40
41
43
44
48

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram kerangka pemikiran
2 Peta lokasi penelitian
3 Diagram tahapan dalam penelitian

5
6
7

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kriteria investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan
Kriteria investasi berbasis ketersediaan sumber daya hayati
Kriteria investasi berbasis ketersediaan sumberdaya non hayati
Parameter dan indikator governance index (GI) dalam penentuan PPK
bernilai ekonomi tinggi untuk mendukung investasi
Parameter dan indikator infrastructure index (II) dalam penentuan PPK
bernilai ekonomi tinggi untuk mendukung investasi
Parameter dan indikator sosio economic and culture index (SI) dalam
penentuan PPK bernilai ekonomi tinggi untuk mendukung investasi
Perhitungan indeks investasi ekowisata pulau kecil dengan
menggunakan kriteria sebelum evaluasi
Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan
Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis ketersediaan sumber daya
hayati
Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis ketersediaan sumber daya non
hayati
Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis tata kelola pemerintah
Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis infrastruktur
Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis sosial ekonomi dan budaya
Perhitungan indeks investasi ekowisata pulau kecil dengan
menggunakan kriteria hasil evaluasi

58
62
65
68
70
73
75
86
92
97
103
106
112
118

1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
17.504 pulau dan luas 5,8 juta km2. Lebih dari 13.000 pulau merupakan pulaupulau kecil (PPK). Menurut UU Nomor 1 tahun 2014 tentang perubahan atas UU
Nomor 27 tahun 2007, pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama
dengan 2.000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya. Sebagai negara kepulauan,
pulau kecil mempunyai arti penting dalam segi ekonomi, sosial, budaya maupun
pertahanan keamanan. Sebagian penduduk Indonesia memanfaatkan pulau-pulau
kecil untuk tempat tinggal dan sebagai sumber penghidupan. Dahuri (2013)
menyatakan bahwa membangun pulau kecil akan mengentaskan kemiskinan
sebagian penduduk. Penduduk yang bermukim di pulau-pulau kecil (PPK)
umumnya adalah penduduk di luar usia produktif seperti anak-anak dan orang tua,
sedangkan para kaum mudanya rata-rata telah pindah ke sejumlah kota besar
untuk mencari nafkah. Pulau kecil menyimpan berbagai sumber daya alam dan
jasa-jasa lingkungan terdiri atas sumber daya dapat pulih (renewable resources)
atau sering juga disebut sumber daya alam hayati dan sumber daya tidak dapat
pulih (nonrenewable resources) atau disebut sumber daya alam non hayati. Secara
umum, permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan PPK, antara lain: sebagian
besar merupakan kawasan tertinggal, terbatasnya sarana dan prasarana dasar
seperti listrik, air, dan transportasi yang menghubungkan antar pulau, PPK terluar
memiliki potensi konflik atas pelanggaran batas wilayah, dan masih terbatasnya
data dan informasi mengenai pulau - pulau kecil untuk pengembangan pulau ke
depan.
Menurut Dahuri (2013), Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic
country) terbesar didunia, salah satu potensi pembangunan yang besar yang
sampai sekarang belum dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan adalah
sumber daya wilayah PPK. Pulau kecil di Indonesia mempunyai beberapa fungsi,
yaitu secara politik, ekonomi dan ekologi. Secara politik pulau kecil mempunyai
fungsi pertahanan dan keamanan terutama pulau-pulau kecil perbatasan dengan
negara lain. Pulau kecil terluar merupakan titik penarikan batas wilayah negara
dengan negara tetangga. Secara ekonomi, pulau kecil merupakan lokasi yang
mempunyai produktifitas hayati tinggi, kegiatan wisata, mempunyai peluang besar
untuk dikembangkan sebagai wilayah bisnis yang berbasis sumberdaya serta
sebagai tempat tinggal. Secara ekologi, ekosistem pesisir dan laut PPK berperan
mempengaruhi iklim global, siklus hidrologi dan bioekonomi, penyerap limbah,
sumber plasma nutfah, sumber energi alternatif dan sistem penunjang kehidupan
lainnya. Pemanfaatan ekologi secara ekonomi akan membuat pengelolaan pulaupulau kecil secara berkelanjutan. Hal ini dikarenakan kelangsungan ekologi
ekonomi bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan secara konseptual penilaian
terhadap keberlanjutan suatu pengelolaan (Baumgartnet dan Quaas, 2009).
Pengelolaan sumber daya PPK secara maksimal merupakan upaya untuk
memajukan pulau-pulau kecil dari ketertinggalan. Pembukaan peluang usaha bagi
investor merupakan salah satu upaya mempercepat pengelolaan pulau kecil.
Investor yang ingin menanamkan modalnya, baik dari dalam maupun luar negeri
harus mengikuti aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah

2
sudah membuat regulasi sebagai upaya untuk mengatur dan mendorong investasi
di PPK. Regulasi dibuat untuk menjaga kedaulatan bangsa dan mengatur investasi
asing. Atmini (2014) menyatakan bahwa pada dasarnya investasi di PPK tidak
dilarang tetapi diiringi sejumlah syarat khususnya untuk penanaman modal asing,
dimana harus sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Pada pasal 26A dijelaskan bahwa (1) Pemanfaatan PPK dan pemanfatan
perairan di sekitarnya dalam rangka penanaman modal asing harus mendapat izin
menteri, (2) Penanaman modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mengutamakan kepentingan nasional, (3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan setelah mendapat rekomendasi dari Bupati/Wali Kota. Pada ayat 4
disebutkan bahwa (4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: a) badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas;
b) menjamin akses publik; c) tidak berpenduduk; d) belum ada pemanfaatan oleh
masyarakat lokal; e) bekerja sama dengan peserta Indonesia; f) melakukan
pengalihan saham secara bertahap kepada peserta Indonesia; g) melakukan alih
teknologi: dan h) memperhatikan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi pada luasan
lahan.
Potensi PPK di Indonesia antara lain keindahan yang potensial untuk
dikembangkan sebagai investasi ekowisata. Kawasan pesisir dan PPK Indonesia
merupakan tempat ideal bagi seluruh jenis aktivitas pariwisata bahari seperti
diving, snorkeling, memancing, surfing, boating, olahraga pantai, yachting, dan
wisata-wisata khusus seperti wisata konservasi, wisata pendidikan, dan wisata
fotografi bawah air (KKP, 2013).
Jumlah pulau kecil yang dikelola sebagai kawasan ekowisata oleh investor
saat ini masih sedikit, salah satu penyebabnya adalah sulitnya pengurusan
perijinan untuk berinvestasi di pulau kecil. Promosi dan sosialisasi tentang potensi
PPK oleh pemerintah sendiri juga dinilai masih kurang, disamping itu kondisi
politik dan iklim usaha kurang mendukung investasi di daerah. Pulau kecil masih
dianggap sebagai aset yang tidak mempunyai nilai jual dan belum dapat
memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan daerah. Akibatnya pengelolaan
pulau kurang mendapatkan perhatian utama. Regulasi di daerah yang tumpang
tindih menyebabkan investor kesulitan untuk melakukan perijinan. Pada dasarnya
pemanfaatan pulau kecil tidak terbatas pada wisata bahari tetapi juga meliputi
usaha perikanan dan kelautan, pertanian organik, peternakan, industri,
permukiman, perkebunan, transportasi, dan pelabuhan (KKP, 2013).
Mewujudkan investasi di pulau-pulau kecil tidak bisa dilakukan oleh
pemerintah pusat saja tetapi diperlukan peran serta dari semua pihak terutama
pemerintah daerah dan masyarakat. Pemerintah daerah harus dapat membuat
peraturan atau mekanisme perijinan investasi secara khusus untuk pemanfaatan
pulau-pulau kecil, sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya (KKP,
2013). Promosi adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mempercepat
masuknya investor. Pulau yang dipromosikan haruslah pulau yang memenuhi
kriteria siap untuk investasi.

3
Perumusan Masalah
PPK memiliki potensi wisata yang besar. Hal ini didukung dengan
ekosistem yang memiliki produktifitas hayati yang tinggi seperti terumbu karang,
padang lamun, hutan bakau, serta keanekaragaman hayati biota laut yang bernilai
ekonomi tinggi. Jasa-jasa lingkungan yang potensial antara lain pantai yang indah,
areal penyelaman, olah raga air dan areal rekreasi.
Investasi di PPK yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta
merupakan kegiatan pembangunan. Hal ini yang diharapkan mampu
meningkatkan perekonomian dan memberikan pengaruh ganda pada masyarakat.
Pada sisi lain, partisipasi masyarakat dan peran pemerintah dalam menciptakan
iklim yang kondusif merupakan jaminan kepastian berusaha bagi investor yang
akan menanamkan modalnya di PPK.
PPK yang ditawarkan kepada investor merupakan PPK dengan nilai yang
tinggi. Berbagai kriteria yang menyangkut potensi sumberdaya, sarana dan
prasarana, iklim politik dan pemerintahan, perijinan, status kepemilikan, dan
sosial ekonomi, merupakan kriteria dalam menentukan penilaian suatu pulau.
Nilai suatu pulau merupakan jaminan bagi investor yang akan menanamkan
modalnya di pulau kecil. Pemerintah sudah menyusun kriteria indeks untuk
memberikan penilaian terhadap kondisi pulau–pulau kecil. Kriteria indeks
tersebut mencakup aspek sumberdaya alam dan lingkungan, tata kelola
pemerintahan, sarana prasarana, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di PPK.
Kriteria ini diharapkan dapat memudahkan pemerintah untuk menentukan
prioritas pulau yang siap dikelola dan diinvestasi.
Kriteria yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil
disusun berdasarkan teori dan studi literatur. Permasalahan yang dihadapi adalah
masih terdapat jarak antara kriteria yang disusun dengan kondisi sebenarnya di
lapangan. Untuk mempersempit jarak tersebut maka perlu adanya penelitian yang
bertujuan untuk mengevaluasi kriteria yang telah disusun dibandingkan dengan
kondisi lapangan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengevaluasi kriteria PPK yang
bernilai ekonomi tinggi yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendayagunaan Pulaupulau Kecil, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,
Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011. Aplikasi dilakukan di Pulau
Pari, Pulau Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil, diharapkan dapat memperkecil
jarak antara kriteria yang telah disusun dengan kondisi di lapangan sehingga
menjadi bahan koreksi demi sumpurnanya kriteria pulau yang telah dibuat.
Sebagai batasan, penelitian tidak meneliti potensi wisata untuk mangrove dan
lamun. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan kajian terhadap sasaran pokok
sebagai berikut :
1. Menghitung Indek Investasi Ekowisata pulau kecil, studi kasus di Pulau Pari,
Pulau Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil.
2. Melakukan evaluasi terhadap kriteria PPK yang bernilai tinggi untuk
mendukung investasi ekowisata dari pemerintah dengan kondisi di lapangan.
3. Merumuskan kebijakan untuk mendukung investasi ekowisata pulau kecil.

4

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai rekomendasi bagi pemerintah untuk
melakukan evaluasi dalam penyempurnaan kriteria pulau-pulau kecil yang
bernilai tinggi untuk mendukung investasi ekowisata dan sebagai dasar bagi
pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan pulau-pulau kecil, khususnya
Pulau Pari, Pulau Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil untuk pengembangan
investasi.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup kajian kriteria pulau-pulau kecil yang bernilai tinggi untuk
mendukung investasi ekowisata di Pulau Pari, Pulau Payung Besar, Pulau Tidung
Kecil Provinsi Kepulauan Seribu meliputi analisis indikator dari sumber daya
alam dan strategis geografi pulau, analisis tata kelola pemerintah dalam
mendukung investasi di pulau, analisis infrastruktur yang ada di pulau, analisis
sosial ekonomi dan budaya yang ada dimasyarakat. Hasil analisis digunakan
untuk menghitung index investasi ekowisata pulau yang menggambarkan sebuah
pulau siap untuk investasi. Analisis juga digunakan untuk mengevaluasi dan
menyempurnakan kriteria yang sudah ada sehingga akan menghasilkan kriteria
yang lebih sesuai dengan kondisi di lapangan.

5
Pulau kecil

Potensi Pulau Kecil :
- Ekologi
- SDM
- Jasa lingkungan

Permasalahan pulau kecil :
- Tata kelola pemerintahan
yang belum bagus
- Infrastruktur yang kurang
- Sosial
ekonomi
yang
kurang
Strategi pengembangan
untuk investasi
Identifikasi pulau siap investasi

Kriteria pulau kecil bernilai tinggi
dari pemerintah yang belum diuji
Pengujian di
lapangan
Sumber
daya hayati
dan non
hayati

Tata
kelola
pemerintahan

Infrastruktur

Sosial
ekonomi

Umpan balik

Tidak

Evaluasi
kriteria
Ya

Kriteria pulau kecil bernilai tinggi hasil evaluasi
Pulau kecil siap investasi
Promosi
Pengelolaan
investasi ekowisata
pulau kecil

Gambar 1. Diagram kerangka pemikiran

6
2 METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pulau Pari, Payung Besar dan Tidung Kecil,
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, yang disajikan
pada Gambar 2. Selain itu sebagai pembanding, penelitian juga dilakukan di
Pulau Panggang dan Pulau Biawak. Waktu penelitian yaitu bulan Juli sampai
Agustus 2014.
Pertimbangan dalam pengambilan lokasi adalah Pulau Pari merupakan
pulau yang memiliki status kepemilikan oleh perusahaan dan sebagian merupakan
milik LIPI, namun demikian menurut Nurhayat (2014), Pulau Pari merupakan
salah satu target pemerintah untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata pantai
seperti pulau-pulau wisata di Maldive. Pulau Payung Besar merupakan pulau yang
berpenduduk, pulau ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Saat
ini semakin banyak homestay yang dikembangkan oleh masyarakat sebagai sarana
pendukung wisata. Pulau Tidung kecil merupakan pulau kosong atau tidak
berpenduduk, dimana status pulau adalah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
dan akan dikembangkan sebagai destinasi wisata.

Pulau Panggang

Pulau Tidung Kecil
Pulau Payung Besar

Pulau Pari

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Ruang lingkup
penelitian di ketiga pulau tersebut meliputi ketersediaan sumber daya hayati dan
jasa lingkungan, ketersediaan sumber daya non hayati, indikator tata kelola

7
pemerintahan, serta infrastruktur dan budaya. Tahapan dalam penelitian ini
disajikan pada Gambar 3.
Mulai

Penentuan wilayah studi penelitian

Pemahaman kondisi wilayah studi

Pengumpulan data primer dan sekunder menurut kriteria dan indikator dalam
penentuan PPK bernilai tinggi oleh Direktorat Pendayagunaan PPK, 2011

Kriteria dan
indikator
sumber daya
alam dan
strategis
geografis

Kriteria dan
indikator tata
kelola
pemerintah

Kriteria dan
indikator
infrastruktur

Kriteria dan
indikator
sosial,
ekonomi dan
budaya

Penghitungan Index Investasi PPK dengan menggunakan kriteria dan
indikator dari Direktorat Pendayagunaan PPK, 2011
(Small Island Investment Index)
Evaluasi kriteria dan indikator sesuai kondisi lapangan

Tidak

Pengujian
dengan data

Ya
Kriteria dan indikator hasil evaluasi

Gambar 3. Diagram tahapan dalam penelitian

8
Metode Pengumpulan Data
Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang diperlukan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder
yang disajikan dalam tabel pada Lampiran 1. Data primer merupakan data yang
diambil langsung di lokasi penelitian baik itu dilakukan dengan pengamatan
langsung maupun dengan wawancara terhadap responden. Sedangkan data
sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dari literatur atau
publikasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
Analisa Data
1. Analisis Pulau-pulau Kecil Bernilai Tinggi
PPK yang bernilai tinggi dan layak investasi ekowisata ditentukan dengan
menghitung nilai indeks investasi PPK (small island investment index, SIII).
Indeks investasi PPK (SIII) memiliki nilai indeks antara 1 – 5, masing- masing
kriteria penyusunnya memiliki besaran nilai skor antara 1 sampai dengan 5,
dengan bobot indeks berturut-turut untuk natural resources and geostrategic
island index (NI) sebesar 0.4, governance index (GI) sebesar 0.3, infrastrukture
index (II) sebesar 0.2 dan social-economic index (SI) sebesar 0.1. Formula yang
digunakan untuk menghitung indeks investasi pulau-pulau kecil dalam rangka
penentuan pulau kecil yang bernilai tinggi adalah (Adrianto et al. 2011):
SIII = α*NI + β * GI + φ*II + *SI
Dimana : SIII
NI
α
GI
β
II
φ
SI


= Small Island Investment Index
= Natural resources and geostrategic island Index
= Bobot NI = 0.4
= Governance Index
= Bobot GI = 0.3
= Infrastructure Index
= Bobot II
= 0.2
= Socio economic and culture Index
= Bobot SI
= 0.1

Adapun penentuan PPK bernilai tinggi untuk mendukung investasi ekowisata
dilakukan dengan menggunakan Tabel 1.

9
Tabel 1

Kategori penentuan PPK bernilai tinggi untuk mendukung investasi
ekowisata.
Nilai index (SIII)
Kategori
Keterangan
>4 – 5
Sangat siap Sangat prioritas dan bernilai tinggi untuk
listing investasi, karena seluruh kriteria
investasi terpenuhi
>3 – 4
Siap
Prioritas dan bernilai sedang untuk listing
investasi, karena sebagian besar kriteria
investasi terpenuhi
>2 – 3
Kurang
Kurang prioritas dan bernilai rendah untuk
siap
listing investasi, karena sebagian kecil
kriteria investasi terpenuhi
1–2
Tidak siap Tidak prioritas dan bernilai sangat rendah
untuk listing investasi, karena tidak ada
kriteria investasi terpenuhi

2. Kriteria dan Indikator dari Natural Resources and Geo-Strategic Island
Index (NI)
Kriteria dan indikator sumber daya alam merupakan faktor kunci untuk
investasi di PPK. Minat investor untuk berinvestasi sangat terkait dengan
keberadaan sumber daya alam dan lingkungan yang terdapat di PPK disesuaikan
dengan bidang investasi yang diinginkan investor. Faktor strategis geografis
kendati merupakan faktor pendukung, akan tetapi juga memegang peranan
penting terkait dengan posisi geo-strategis dari pulau yang akan dikembangkan
untuk kegiatan investasi.
Menurut Adrianto et al (2011), alam menentukan pulau kecil bernilai
ekonomi tinggi untuk mendukung investasi, maka jenis investasi yang
dikembangkan dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
(i) Investasi yang berbasis pada ketersediaan dan daya dukung sumber daya
hayati dan jasa lingkungan, seperti konservasi, pariwisata bahari, budidaya
laut, dan penangkapan ikan.
(ii) Investasi yang berbasis pada ketersediaan sumber daya alam dan lingkungan
non hayati, seperti energi dan sumber daya mineral.
Geografi pulau kecil mencakup aspek jarak dan posisi pulau induk,
ketinggian pulau dan tingkat kerentanan bencana alam. Jarak ke pusat
pemerintahan dan kemudahan pencapaian PPK juga berpengaruh. Selain itu juga
posisi, parameter lainnya yang terkait adalah jarak ke pusat aktivitas ekonomi.
Semakin dekat dengan pusat ekonomi, maka semakin tinggi nilai ekonomi pulau
tersebut. Jarak ke pusat pemerintahan akan mempengaruhi tingginya skor, dimana
semakin dekat dengan pusat pemerintahan, maka nilainya akan semakin tinggi.
Akses menuju PPK didasarkan pada tingkat dan kriteria moda transportasi,
kondisi sarana transportasi, waktu tempuh, tingkat ketersediaan dan frekuensi
perjalanan. Satu pulau yang jauh namun dapat dijangkau dalam waktu cepat akan
memiliki skor yang lebih tinggi. Kriteria parameter sumberdaya alam mencakup
terumbu karang, kondisi pantai dan baku mutu perairan yang mempengaruhi
ekowisata.

10
Frekuensi terjadinya bencana alam merupakan faktor kerentanan yang
dimiliki pulau kecil. Menurut Farhan dan Lim (2011), secara umum penilaian
kerentanan adalah ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan yaitu bahaya,
ketahanan dan kerusakan. Semakin tinggi frekuensi terjadinya bencana maka
sebuah pulau akan semakin rentan dan mempunyai skor yang kecil. Begitu juga
dengan sensitifitas terhadap pencemaran. Sensitifitas dapat diperkirakan dari
material pantai. Semakin besar butiran material penyusun pantai maka semakin
kecil tingkat sensitifitas terhadap pencemaran. Oyedepo dan Odeofum (2011)
menyatakan bahwa penetrasi maksimum minyak ke pasir butir halus akan kurang
dari 15 cm, sementara penetrasi dalam pasir kasar bisa mencapai 25 cm.
Menurut Kepmen LH nomor 04 tahun 2001, kriteria baku kerusakan
terumbu karang ditetapkan berdasarkan prosentase luas tutupan terumbu karang
yang hidup. Terumbu karang mempunyai status sangat baik sekali bila penutupan
karang hidup mencapai 75 – 100 %.
Indikator sumber daya alam dan strategi geografis dibagi dalam 3 kelompok
kriteria, yaitu :
- Kriteria Investasi Pulau Kecil Berbasis Ketersediaan Jasa Lingkungan
Kriteria investasi yang berbasis pada ketersediaan dan daya dukung jasa
lingkungan, seperti kondisi fisik pulau, kondisi pantai, kondisi perairan secara
rinci disajikan seperti pada Lampiran 1.
- Kriteria Investasi Pulau Kecil Berbasis Ketersediaan Sumber Daya
Hayati
Kriteria investasi yang berbasis pada ketersediaan dan daya dukung sumber
daya hayati, seperti kondisi terumbu karang, jenis lifeform secara rinci
disajikan seperti pada Lampiran 2.
- Kriteria Investasi Pulau Kecil Berbasis Ketersediaan Sumber Daya Non
Hayati
Kriteria investasi yang berbasis ketersediaan sumber daya alam dan
lingkungan non hayati, seperti sumber daya mineral, secara rinci disajikan
pada Lampiran 3.
3. Kriteria dan Indikator dari Governance Index (GI)
Tata kelola pemerintahan menentukan baik tidaknya iklim investasi di
daerah. Tata kelola pemerintahan yang baik akan menentukan tata kelola PPK
secara baik dan berkelanjutan karena akan memberikan kepastian hukum pada
investor. Patokan seorang pebisnis/investor menanamkan modalnya adalah
keamanan dan payung hukum yang berlaku (Isrok, 2009). Tata kelola PPK dalam
pengembangan investasi diarahkan pada penerapan prinsip tata kelola yang
transparan, akuntabel dan bebas Kosupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Penyusunan kriteria pengembangan investasi PPK yang bernilai ekonomi
tinggi, tata kelola pemerintahan lebih banyak ditekankan pada sistem administrasi
pengelolaan, kebijakan dan status penguasaan PPK. Berbagai instrumen tata
kelola pemerintahan dijadikan parameter dari kriteria tata kelola PPK, selanjutnya
ditentukan indikator serta menentukan skor dari 1 sampai 5. Secara umum
semakin lengkap dan semakin baiknya setiap parameter tata kelola PPK dapat
diterapkan, maka semakin tinggi skor yang akan diperoleh.
Setiap parameter memiliki tingkat kepentingan, fungsi dan skala prioritas
yang berbeda-beda kedudukannya di PPK, maka pemberian bobot pun akan
berbeda. Sebagaimana diketahui bahwa penerapan tata kelola pemerintah pada

11
PPK mendapatkan kendala dan hambatan. Dengan demikian pemberian bobot
antara 0 dan 1 memperhatikan pada kemudahan atau bisa tidaknya setiap
parameter dalam melaksanakan tata kelola yang baik dan berkelanjutan.
Misalnya, apakah peruntukan lahan pada suatu PPK sudah ada apa belum dalam
RTRWN atau RTRWP dan RTRWK. Dalam hal ini keberadaan RTRW sangat
penting karena berhubungan dengan zonasi yang telah ditetapkan pemerintah.
Penetapan rencana zonasi dimaksudkan untuk memelihara keberlanjutan sumber
daya PPK dalam jangka panjang serta mengeliminir berbagai faktor tekanan
terhadap ekosistem pulau-pulau kecil akibat kegiatan yang tidak sesuai
(incompatible) (Suparno, 2009). Jika memenuhi syarat yang semakin lengkap,
maka bobot yang diberikan juga semakin tinggi. Beberapa parameter dan
indikator dari kriteria tata kelola dalam pengembangan investasi di PPK yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dapat dilihat pada Lampiran 4.
4. Kriteria dan Indikator dari Infrastructure Index (II)
Infrastruktur atau sarana memiliki peran penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu negara, termasuk Indonesia. Perkembangan investasi
di suatu kawasan tidak hanya ditentukan oleh investor, tetapi juga ditentukan oleh
regulasi dalam melayani masyarakat disamping kondisi prasarana dasar wilayah
(bangunan fisik) sebagai unsur pokok dalam memberi layanan atau kemudahan
kepada calon investor (Pandiadi, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan investasi di suatu kawasan dapat dipicu
oleh dukungan prasarana dasar wilayah (Pandiadi, 2012). Imelda (2006),
menyatakan bahwa untuk mendorong masuknya investasi perlu dikembangkan
terlebih dahulu faktor kelembagaan dari pemerintah sendiri, pembangunan jalan,
peningkatan kualitas potensi tenaga kerja dan pembangunan listrik. Sedangkan
faktor lain yaitu tingkat keterbukaan perdagangan dan besarnya domestic market
size, serta pembangunan untuk meningkatkan ketersediaan air dan sambungan
telepon walaupun elastisitasnya relatif masih kecil. Infrastruktur bersifat publik
dan sosial biasanya disediakan oleh pemerintah. Beberapa fasilitas yang termasuk
dalam kelompok infrastruktur yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah di PPK adalah jalan, sarana air bersih, listrik, jembatan,
pelabuhan, sarana komunikasi, ketersediaan pos keamanan, dan ketersediaan
kantor administrasi pemerintah.
Beberapa infrastruktur yang tersedia di PPK dapat dijadikan parameter
dalam melakukan penilaian pengembangan investasi yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Berbagai parameter dari kriteria infrastruktur ditentukan indikator untuk
menentukan skor dari 1 sampai 5. Secara umum semakin lengkap dan semakin
baiknya setiap parameter yang ada di PPK, maka semakin tinggi skor yang akan
diperoleh.
Setiap parameter memiliki tingkat kepentingan, fungsi dan skala prioritas
yang berbeda-beda kedudukannya di PPK, maka pemberian bobotpun akan
berbeda. Sebagaimana diketahui bahwa PPK memiliki keterbatasan-keterbatasan
yang signifikan ditinjau dari kriteria ketersediaan infrastruktur. Dengan demikian
pemberian bobot antara 0 dan 1 memperhatikan pada kemudahan atau ada
tidaknya parameter yang ditetapkan di PPK yang akan dikembangkan. Misalnya
ketersediaan air bersih, karena sangat dibutuhkan dan berasal dari alam, maka
diberikan bobot yang tinggi. Sebagai formulasi awal, Lampiran 5 memberikan

12
deskripsi beberapa parameter dan indikator dari kriteria infrastruktur dalam
pengembangan investasi di PPK yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
5. Kriteria dan Indikator dari Socio-Economic Index (SI)
Kriteria socio-economic index (SI) ditentukan berdasarkan beberapa
parameter yang menggambarkan nilai PPK dari aspek sosial, ekonomi dan
budaya. Parameter tersebut diantaranya adalah: nilai sejarah PPK, jumlah
penduduk, kepadatan penduduk, potensi luas daratan pulau untuk pengembangan
investasi, potensi ekonomi lokal, tingkat pendapatan penduduk, nilai ekonomi
sumberdaya PPK, keamanan PPK, budaya dan adat istiadat, persentase tingkat
pendidikan.
Masing-masing PPK mempunyai nilai sejarah sendiri-sendiri, oleh sebab itu
sejarah yang merupakan catatan perkembangan daerah sekitar memberikan
gambaran nilai penting dari keberadaan pulau itu sendiri. Nilai sejarah merupakan
salah satu parameter penting dalam penentuan status kelayakan pengembangan
investasi sebuah pulau, karena semakin besar nilai sejarah yang dimiliki PPK,
maka semakin besar perhatian rakyat dan pemerintah untuk mengembangkan dan
menjaga keberlangsungan pulau tersebut.
Pengelolaan investasi pulau yang berpenduduk berbeda dengan pengelolaan
pada yang tidak berpenduduk. Pulau tidak berpenduduk akan lebih mudah
dibandingkan dengan pulau yang berpenduduk, karena pulau yang berpenduduk
mempunyai banyak kepentingan didalamnya. Bila pulau yang akan dikembangkan
berpenduduk, maka batasan jumlah penduduk yang memungkinkan ada disekitar
pulau dapat dijadikan sebagai indikator kelayakan pulau untuk aspek sosekbud
dalam penentuan pulau kecil yang bernilai ekonomi tinggi untuk mendukung
investasi.
Salah satu kebutuhan pengembangan investasi adalah adanya ketersediaan
lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan investasi. Penting membuat kriteria
yang dapat menunjukkan ketersediaan lahan. Dengan menghitung potensi luas
area untuk pengembangan (luas daratan pulau) dan juga kepadatan penduduk
dapat memberikan gambaran ketersediaan lahan. Secara umum, investasi sangat
penting bagi perkembangan ekonomi lokal pulau kecil melalui kebijakan
pengembangan kerajinan yang sesuai, mengingat masyarakat pulau kecil memiliki
keterbatasan sumberdaya alam (Camilleri dan Falzon, 2013). Sebuah pulau harus
mempunyai komoditas yang spesial, tetapi pulau kecil mempunyai kekurangan
dalam perdagangan karena terisolasi (Poirin, 2014). Potensi ekonomi lokal adalah
salah satu parameter yang dinilai dalam menentukan PPK bernilai ekonomi tinggi.
Banyaknya peluang pemanfaatan disekitar pulau berpotensi menurunkan tekanan
terhadap sumber daya, karena adanya ketersediaan alternatif income generating.
Tingkat pendapatan penduduk merupakan kriteria penting untuk melihat
kelayakan hidup penduduk, semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk, semakin
tinggi tingkat kepentingan penduduk terhadap keberadaan sumber daya alam dan
lingkungan di sekitar pulau.
Pulau kecil merupakan satu kesatuan ekosistem yang berada didalamnya.
Dalam menentukan nilai ekonomi seharusnya tidak dinilai berdasarkan pada fisik
lahan/daratannya saja, melainkan harus dinilai secara menyeluruh berdasarkan
fungsi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya dari pulau itu sendiri. Nilai ekonomi
sumber daya PPK harus dilihat berdasarkan nilai ekonomi total dari pulau sebagai
sebuah ekosistem yang saling berinteraksi dan berkaitan satu dengan lainnya.

13
Nilai ekosistem PPK minimal tercermin dari adanya nilai ekosistem hutan
mangrove, padang lamun dan terumbu karang, sedangkan nilai lahan PPK
didekati dengan menggunakan pendekatan nilai jual objek pajak (NJOP) dalam
penentuan pajak bumi dan bangunan (PBB). Nilai ekonomi ekosistem utama
diwilayah pesisir dan laut, seperti hutan mangrove, padang lamun dan terumbu
karang berdasarkan hasil kajian KLH (1999) dalam Direktorat Pendayagunaan
Pulau-pulau Kecil (2011). Nilai tersebut digunakan sebagai basis perhitungan
nilai ekonomi ketiga ekosistem utama tersebut, yaitu berturut-turut sebesar US$
15 877.42 persatuan hektar hutan mangrove, US$ 48 620.13 per satuan hektar
padang lamun dan US$ 140 770.52 persatuan hektar terumbu karang.
Peluang investasi dapat dimanfaatkan menjadi motor devisa ketika
keamanan dan konduktifitas terjamin. Jaminan keamanan ini mutlak diperlukan
untuk memberikan rasa nyaman terhadap besarnya dana yang diinvestasikan
terhadap pulau kecil tersebut. Sehingga, investasi besar yang dilakukan dapat
terus berlangsung. Parameter keamanan dilihat dari ketersediaan institusi atau
lembaga pertahanan, keamanan dan ketertiban.
Budaya dan adat istiadat masyarakat lokal pulau merupakan salah satu
faktor penting dalam pengembangan PPK. Kearifan lokal merupakan warisan
budaya masyarakat dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
yang penting dalam menjaga keberlanjutan PPK. Dalam implementasi
pengelolaaan sumberdaya alam dan lingkungan, di PPK berbasis komunitas lokal
harus selalu mengedepankan keseimbangan antara pelestarian sumber daya alam
dan lingkungan dengan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, parameter
budaya dan adat istiadat menjadi salah satu parameter penting dalam penentuan
kriteria PPK bernilai ekonomi tinggi intuk mendukung investasi.
Ketersediaan tenaga kerja lokal menjadi salah satu faktor yang dapat
mendorong keberhasilan pengembangan investasi. Salah satu kriteria yang dapat
menunjukkan ketersediaan tenaga kerja terdidik adalah adanya masyarakat
terdidik di pulau tersebut. Kriteria presentase tingkat pendidikan diperlukan dalam
penentuan pulau kecil yang bernilai ekonomi tinggi. Secara lengkap kiteria dan
indikator dari masing-masing parameter penentu PPK bernilai ekonomi tinggi
untuk mendukung investasi ditinjau dari aspek Socio economic and culture index
(SI) dapat dilihat pada Lampiran 6.
6. Evaluasi Kualitatif
Salah satu teknik evaluasi kualitatif adalah teknik evaluasi dengan
menggunakan studi kasus (Arifin, 2010). Kriteria-kriteria yang sudah ada
dilakukan atau diaplikasikan dilapangan dengan studi kasus pulau tertentu. Data
yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan kriteria dan dimasukkan ke
dalam pengkategorian PPK siap investasi. Kategori yang diperoleh harus sesuai
dengan kondisi lapangan yang ada, dan apabila kategori tidak sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya maka dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan
penyesuaian parameter, bobot dan indikator untuk disesuaikan dengan kondisi
lapangan sebenarnya.

14
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pulau Pari
1. Gambaran Umum
Pulau Pari merupakan salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu di
wilayah DKI Jakarta. Pulau ini secara administrasi berada di wilayah Kelurahan
Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administratif
Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Namun demikian, ibukota kelurahan
berada di Pulau Lancang Besar. Berdasarkan sejarahnya, Pulau Pari awalnya
merupakan tempat mencari ikan bagi nelayan Pulau Tidung yang lama kelamaan
akhirnya menetap di Pulau Pari hingga turun temurun sampai sekarang. Menurut
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta no 1 Tahun 2004 tentang Rencana Detail
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, Pulau Pari difungsikan sebagai zona
perumahan, zona terbuka hijau budidaya, zona perdagangan dan jasa serta zona
sarana pendidikan, walaupun sekarang pengembangan Pulau Pari lebih ke arah
wisata mengingat usaha budidaya rumput laut yang merupakan mata pencaharian
utama masyarakat Pulau Pari sudah mengalami penurunan.
Pulau Pari dilihat dari letak geografis berada pada koordinat 5o 50’ 20” – 5o
50’ 25” LS dan 106o 34’ 30” – 106o 38’ 20” BT dengan batas-batas wilayah,
sebagai berikut:
 Sebelah Utara
: Pulau Kongsi
 Sebelah Selatan
: Pulau Lancang Besar, Lancang Kecil, dan Bokor
 Sebelah Barat
: Pulau Burung dan Pulau Tengah
 Sebelah Timur
: Laut Jawa
Status Pulau Pari adalah milik PT. Pari Asih, sebagian milik UPT Loka
Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Oseanografi, dan milik
masyarakat. Pulau Pari memiliki topografi yang berbentuk datar dengan tipe
pantai berpasir putih dan bervegetasi mangrove (bagian utara dan barat). Menurut
Salim dan Ahmad (2013), landuse dan land cover Pulau Pari terdiri dari alangalang yang penyebarannya menempati sisi utara, sisi barat, dan sisi utara pulau.
Daerah pemukiman menempati sisi tengah sepanjang pantai barat pulau
terkonsentrasi sekitar dermaga pulau, sisi barat merupakan daerah stasiun riset
Pusat penelitian Oseanografi LIPI, hutan mangrove penyebarannya sangat luas
mulai dari sisi tengah pulau sampai sepanjang sisi barat pulau. Pulau Pari
merupakan pulau karang timbul yang jika dilihat dari citra satelit, pulau ini
memiliki perairan yang dangkal dengan substrat pasir. Penutupan lahan pulau
masih didominasi oleh semak belukar dan pepohonan. Wilayah Pulau Pari
dimiliki oleh pihak swasta secara sah sehingga status penduduk Pulau Pari hanya
menumpang dan tidak boleh membuka lahan baru.
2. Potensi Sumber Daya dan Strategi Geografis
Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012,
Pulau Pari mempunyai luas 0.46 km2. Pulau ini tergolong dalam pulau yang datar,
hal ini dapat diketahui dari pengamatan dilapangan bahwa ketinggian pulau tidak
sampai 3 mdpl, yaitu 1.9 mdpl.

15
Pulau Pari mempunyai kerentanan yang rendah. Menurut informasi dari
masyarakat setempat, di Pulau Pari belum pernah terjadi bencana. Pulau tersebut
juga mempunyai tingkat sensitifitas terhadap pencemaran yang rendah. Hal ini
disebabkan karena pantai disusun oleh material pasir yang kasar sehingga
mempunyai rongga yang besar. Salim dan Ahmad (2013), menyatakan bahwa
Pulau Pari materialnya didominasi oleh material pasir dan krikilan.
Posisi strategis sebuah pulau kecil terhadap daratan sebagai pusat kegiatan
ekonomi akan berpengaruh pada masa depan dan kesejahteraan masyarakat suatu
pulau. Posisi geografis yang sama dapat menentukan nilai strategis dengan
perkembangan rute perjalanan dari waktu ke waktu (Godenau, 2012). Elroy dan
Lucas (2014), menyatakan bahwa setengah dari kesejahteraan masyarakat pulau
ditentukan oleh kedekatan ke pasar dan status politik yang berafiliasi. Ini
men