Van Meter dan Van Horn yang didukung oleh George C.Edward III adala h komunikasi. Secara rinci perbedaan pandangan mereka digambarkan sebagai
berikut:
1. Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn 1975
Meter dan Horn dalam Wibowo 1994 menggambarkan hasil dan kinerja suatu kebijakan dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Subarsono 2006 menambahkan faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja implementasi adalah
hubungan antara standard dan sasaran kebijakan, sumber daya, komunikasi antar organisasi dan penguat aktivitas, karakteristik agen pelaksana dan kondisi sosial,
ekonomi, dan politik serta disposisi implementor seperti terlihat pada gambar 2.4. Kinerja kebijakan menurut model ini pada dasarnya merupakan penilaian atas
tingkat ketercapaian standard dan sasaran tertentu oleh para pelaksana kebijakan.
Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan Menurut Meter dan Horn
Komunikasi antar organisasi
Dan pengukuhan aktivitas
Standard dan sasaran Kebijakan
Karakteristik organisasi Sikap
Kinerja
Komunikasi antar organisasi pelaksana kebijakan
Sumber daya
Kondisi sosial, ekonomi dan Politik
Kriteria standar dan sasaran kebijakan
harus dirumuskan secara spesifik dan konkrit karena dijadikan standar penilaian, misalnya berapa kali sosialisasi
program adiwiyata dilaksanakan dalam satu semester, dimana pelaksanaanya, kapan pelaksanaanya, siapa narasumbernya, siapa saja yang akan diundang.
Penentuan standar dan sarana sendiri bukanlah pekerjaan yang mudah, karena sebuah kebijakan kadang-kadang memiliki tujuan yang luas dan kabur. Evaluator
harus dapat menangkap tujuan spesifik yang diinginkan oleh suatu kebijakan, mengenali pernyataan pemerintah tentang kebijakannya, mengetahui apa yang
sesungguhnya ingin dicapai oleh suatu kebijakan. Apabila standar dan sasaran tidak jelas akan menimbulkan multi interprestasi dan mudah menimbulkan
konflik di antara para agen implementasi Wibowo, 1994 dan Subarsono, 2006
Sumberdaya
baik yang berupa dana atau
non-human resources
maupun intensif lain tersedia secara memadai sesuai dengan dana minimal untuk
mengimplementasikan sebuah kebijaksanaan. Evaluator dalam perspektif ini dapat menguji efisiensi dari implementasi kebijakan yang dikajinya berdasarkan
dana minimal yang tersedia. Kecuali sumberdaya non manusia implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya manusia atau
human resource.
Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pengukuhan
harus berjalan seiring dengan kejelasan standar dan sasaran untuk menjamin implementasi
sebuah kebijakan. Semua implementor kebijakan harus memahami apa yang diidealkan oleh kebijakan. Komunikasi antarorganisasi meskipun sebuah proses
yang rumit harus dilaksanakan untuk menghindari adanya penyimpangan. Koordinasi antara atasan dan bawahan dilaksanakan agar semua anggota
organisasi memiliki idealita sebagaimana yang dikehendaki oleh kebijakan. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pengukuhan berkaitan erat dengan
karakteristik birokrasi pelaksana
yang menurut Ripley dalam Wibawa 1994 sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan. Struktur
birokrasi pelaksana meliputi karakteristik, norma dan pola hubungan yang potensial maupun aktual.
Kondisi sosial, ekonomi dan politik
menurut Sharkansky dalam Wibawa 1994 berpengaruh terhadap implementasi kebijakan. Ada enam pertanyaan
besar yang berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik: a.
Apakah suber daya ekonomi yang dimiliki organisasi pelaksana cukup memadai untuk mengejar efektifitas yang tinggi?
b. Bagaimana keadaan sosial-ekonomi dari masyarakat yang akan
dipengaruhi kebijakan? c.
Apa opini publik yang dominan, dan bagaimana pendapat publik terhadap kebijakan?
d. Apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan?
e. Adakah kekuatan penentang?
f. Sejauh mana kelompok kepentingan dan swasta mendukung atau
menentang kebijakan? Kriteria dan sasaran, sumberdaya, komunikasi antar organisasi dan
aktivitas pengukuhan, karakteristik birokrasi pelaksana, kondisi sosial, ekonomi, dan politik pada akhirnya membentuk
sikap pelaksana
terhadap implementasi kebijakan yang pada akhirnya menentukan seberapa tinggi
kinerja kebijakan.
Respons para implementor terhadap fenomena tersebut sangat dipengaruhi oleh kognisi, netralitas, dan objektivitas para implementor. Wujud respon-respon dari
para implementor kebijakan akan sangat berpengaruh pada berhasil dan gagalnya implementasi kebijakan. Kecuali itu keberhasilan dan kegagalan implementasi
juga sangat dipengaruhi oleh pemahaman para implementor terhadap tujuan kebijakan dan loyalitas implementor terhadap organisasinya.
2. Model Merilee S. Grindle 1980