Komposisi dan kelirnpahan parasitoid lalat pengorok daun liriomyza sativae blanchard (Diptera: Agrornyzidae)

KOMPO51S1DAN KELIMPAMAN PARASlTOlD UMT
PENGOROK DAUN Lirriomyza satMae BLANCHARD
(DIPTERA: AGROMYZIDAE)

QLEH :
SUSILAWATI

PROGRAM PASCASARJAMA
IP1STITUT PERTANfAN BOGOR
2002

SUStLAWATI. Kompmisi dan Kehpattan Pardtoid LaM Peqpmk Oaun
L j W y z a %&ere Btanchard (Diptern: AgmmpMae). Dibanrah bimbingan AUNU RAUF
sebqai Itetua, NINA WRYANA dan DADAN HINOAYAMA sebgai snggo&. Lakt
pngwok daun F. saiivae mewpaitan hama pandatang barn di Indonesia yang bersifat
M a g dan hanyak mirnbulkan kentsakrrn pada tanawn sayurn di dataran fendah.
Pengendalian yang umum diiakuhn petani adalah mengapiikasikan ins8irtisda
dmgatr frekwnsi satu sarnpai dus kali Wnggu. Pengalaman menunjukkan bahwa
pengendalian kimia isurang efektif dan memiliki &etc samping yang merugibn. Ukh
karena itu p d u diupayakan atternatif pmgmhiian yang kbitr ramah lingkungan,
antara kin dangan petmanfaatan parasitoid.

Hingga saat ini diketahui 13 s p s k s parasitoid yang krasos'si dengan
Liriomyza s?p, di Indonesia, krdasarkan survei yang khususnya dilakukan di dataran
tinggi, Untuk mertgebhui ke-aan
m w h alami di dataran rendah, priu dibkukan
sunrei tamkhan. Penelrtian bertujuan untuk mngetd~uiparasitosd yang brasosiasi
dengan L. safivae di dataran mdah, sekallgus k m p W dan kdimpahannya, Survd
ciitakukan di dua kicasi pitu Bogor (4-arat)
dm Brmjar (KEdimantan-WaQn).
&banyak 19 spesies padtoid &mukan b s a i e i l % idengan Mat pangmk
daun F. safivae yang tergabng ice dalam famiti Eubphidae (15 spesk), E u c o i k (3
spesies) dan Braconidaa (1 spsias). Komdan kdimpahan parasitoid di dua
l a w survei y d u Bogor dan 8anjar mnunjuWran hd yang beheda. Di Bogor
dimukan sebanyak f f spesies yang didominasi ;ih Awmdes del(Baucek)
dan Chtywcharis sp. (Hansan & LaSaib), sedangh di Banjar ditemukm 17 spesies
parasitaid yang didominasi aleh A. MuaW dan Nemr'ptamnus vatkomis (Girautt).
Khusus pada tanaman tornat parasitoid yang banyak d i i u l r a n addah QuadrasWws
Iiriomyzae {Gimult), Chtysocharis sp, dan A. dehtcdFii m a n tingkat pat.Elsitisasi
berkisar antEira 48% hingga 88%. 8erctasalkan kefimpahannya, Ireempat parasit~id
tersebut memliki potensi untuk dirnanfaatttan sebagai agms pngendaCan trayati,
Agar pemanfaatannya bbi optimal. kajian lebih lanjUt mengenai bioiogi dan ekdogi

parasituid utama pftflct dilakukan.

SURAT FEWNYATAAN
Saya msnyahkan dangan sebenar-banarnya h h w a m a l a pernyataan dalarn tesis
saya yang berjudul Kompoalsi dsn Kelimpahun Patasbid Lalat Pengorok Dorun

Urlomyza sattIvaa Blancard fDipt9rrr: Agromixidae) rnesrupokan gagasan atau hasil
psnlslitian tssis says sendiri, dsngan pmbimbingsn Komisi Psrnbimbing, k~acualiyang

dsngan jslas ditunjukkan rujukannya.

Tesis ini bsfurn pernah diajukan untuk

memperuleh gebr pada prugram sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data clan infomasi yang digunahn telah dinyatakan s-ra
digertiksa kerbenerannya.

Nama : Susiiawati


jslas dan dapat

KQMPOSISI DAN KELIMPAHAN PARASITOID U L A T
PENGOROK DAUN Uriomyza s a m e BLANCHARD
(DltPTERA AGROMYZIDAE)

Teslis

sebagai satah satu syarat untuit mrnperobhgdar Magister Sains pada
Program Studi Entomofagiff=iopatdogi

PROGRAM PASCASARJAWA
IMSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

: Kompuski dan Kelirnpahan Parasitaid Lalat Pengamk
Daun Liriomyra
sativae Bhncharrf (Diptera:

Agrurnyzidm)


Nama
PlRP
Program Studi

: Entornofogi dan Fitupatalagi

1. Kurnisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, MSC
Ketua

Dr, Ir, Nina Mawana, MS
Angg-

ayana

2. Ketua Program Studi
EntamalogilFitopatalogi


-

/*: : :g:"
Tanggal Lulus : U4 N a p m b r 2002

28

7-q*

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Juli 1968 di Martapura, sebagai anak k w a
dari empat ~~dari Ibu Hj Ruminah Atryad dan Ayah H.M. Aini Yahya.
Pendidikm Sekdah D w r hirmgga S k d a h Lanjubn Atas diseksaikan di
Martapura dan gelar Sarjana (Sf) dip*
tahun 1993 dari jurusan Hama dan
Penyakit Turnkhan, Faituks Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
SejaC September 2000 p n d i s terdaftar sebagai mahasiswa Program Pendidihn
Magister ($2) pa& Program Pascasarjana, tnstitut Pertanian 80gor dengan bsim
dari Proyek Pengkajiisn Teicnologi Pertanian Partisipatif (PAATP), Badan Peneiitian
dan Pengembangan Pertanian, Departem PeFtanian.


Panufis bekeja di Baa llnfomasi Pertanian Banjarbani, Kaiirnantan Sdatan

rnulai tahun 3993 dan sejak tahun 1996 mmpai seitarang perruiis bertugas di Baiai
Pengkajian Tekn-i

Pertanian (BPTP)Pdangkaraya Kalimantan Tengah.

Pada Umber 4993 per~uiismenikah dengan A, Basith, SH dan dikarutriai
seatang putra brnama M. Fahmi Sulthany yang fahir pada tangal 9 April 1995.

Puji syukur k@M i & IW Rabbi, &as karunia d m hisdayah-Nya panulis dapat
menyeiesaikan tesis yaw bequdul Kmposbi dan Kalimpatran Pamitoid Lal@
Pangwok Osun U h y z a s a t h e Blanchad (DE-:
A g m - ) .
Pada kesempatan ini penuEs menyampaikan penghargaan dan terirna kasih
k-a
Bapak Prof, Dr. Aunu fiauf s
e
m
i ketua k M n i pembimbing, Ibu Dr. Nina

Maryana dan Bapk Dr. Dadan Hindayana sebagd ankomi%i pembimbing, yang
teiah banyak mernberikan arattan, masuhn, birnbingan dan dmngan dad pecsiapan
penelitian hingga desainya penuiin t M s ini. Pmulis juga menyampaikan terima
kasih kepada Kepala Badan Pwwliitian dan Pengembangan Pertanian, Kepala Pusat
Pendiian S o u E k m m i Perfanian clan KepaiEl W a i Pengbjian Tekndqjl Peftanian
Kalimantan Tengah, serta Pmknpin P q e k Pengkajiin Teknoiagi Pwtanian
Partisipatif (PAATP), atas ijin, icesempsltan $an dukungan b

i yang dikrikan bpada

penuls untulr mengikuli pendidikan program Magister ($2)di IPB, sehingga proses
penyelesaian studi pnulis k j a l a n Ian=.

Terirna h s i h juga penulis sampaikan

kepada selunrh kduarga, khususnya kepada ayah, ibu, rnertua serh suami dan
atlanda tercinta yang s W u mernberibn dm. perhatian dan domngan ufituk
msnyebsaikan sfucli ini. KepElda Bapak Bakir di Desa Cikuraum tidak iupa penuiis

haturkan ten'ma kasih atas kemiaannya msminjamiran khan untuk digunaitan dahm

penditian ini. Kepada Pak W a w n yang branyak membantu, baik di lapangan rnaupun
di IabFatorium, wrta teman-teman di jurusan UPT penuiis ucapkan terima k s i h atas

bantuan dan partislpasinya %lama proses studi dan penelitian hangsung.
Tentunya dalam penalisan tesis Ini masih terdapat icekurangan dan kelemahan,
sehingga krititc c&n

saran untuk perbaikan sangat p n J i s harapkan. Semuga tdisan

ini bermanfaaf dan semoga Ailah SWT memkrikan rahrnat, taufik, hidayah dan
inayah-Nya kepada KitEa semua. Amin.

1 lakasi, waMu dan jenis saymn mZlik m n i yang dburvei
di W o r (Jawa Barat) dan 8anjar (Katimtan -n).
.....

16

2 Pamitoid yang brasusiad dengan
pngorok daun

L,sativae dari pngurnpulan cwbh d w n di Bogor-Jakr
dan Banjar-Kalsel... .....................................................

20

3 Tingkslt pafasitisasiparah a m L satkrae di SogM.
dan Banjar (Januari-Juti 2000),.....................................

DAFTAR GANIBAR

1 Jenis dan praporsi parasitoid lalat pengprok yang

ditsmultan di Bogor......................................................

2 Jsnis dan proporsi parersitoid lalat pengorok yang

ditemukan di Banjar.....................................................

3 Komposisi pamsitoid yang bsfarsosiasi dsngan L. satives
pad8 pertanaman tamat di Cibeureum 8ogor.....................


7 Bagan peranan paraaitoid dalarn manelcan krusakan akibat
lalat pengorok daun L . sativae ........................................

2 Temp& penampungan dan pemeliharaan parasitaid...........

3 Parasibid lafat pengumir daun L. sativqe.........................

taM pengarok daun Ijri0rn~rt:asspp. merupakan hama pendatang baru di
Indonesia. Hama yang

krasaI dari bnua Amerika ini diduga rnasuk ke Indonesia

melahi perdagangan bunga patang dan pruduk sayuran segar daFi Eu~opa( b u f
1997). Pada tahun 1994 salafi M u s p e w lalat pengaruk daun yaitu LiriOmysa

huidobrensis {%#anchard)ditemukan rnmymng peeanaman kentang di CisaruaBogor. Penyebaran L. huidobmnsis ke Indonesia diduga diikuti pula aleh spesies
lainnya yaitu tiriurnpa sativae Blanchard, Spsies yang diwbut terakhir ini pads

tahun 1996 ditemukan menyerang be


jenis tanaman sayuran seperti tirnun,

tomat ddan kacang panjang di dataran

dengan tingkat kentsakan bririsar 30-

70% (Rauf 1997,4999)h l a t pngorok daun L. sativa

@ag

dan dikenat sebagai hama

utarna gada pertanaman tornat dan

Florida (Murphy & LaSalla 4 999).

Kenrsakan yang ditirnbulkan aleh L.

safivae pada tanaman tornat kamna tusuhn

ovipositor imago dan kamkan larva pacla jaringan rnesofil daun. Kerusakan tersebut

menyebabkan kemampuan tanaman dalam melakukan fotasintesis rnenjadi betkurang
(Minkenberg & van Lanteren 1998). Serangan berat dapat mengakibatkan daun
mengering dan gugur s e k i u m waktunya

ingga menurunkan kuantitas dan kualitas

hasil.

Untuk mengandalikan hama ini,

i umumnya rnengaplikasikan insektisida

dengan frekuensi satu sarnpai dua bli seminggu (Rauf 1999).

Penggunaan

insetctisida clapat rnengakibatkan komplikasi dengan Mlogi hama p e n g ~ a kini, =perti
moblitas imago menjadi

tixtggi

(Partella 1987).

Sebagai akitratnya penggunaan

insektisirja mmiadi kumng efeW (Rauf 1997). Fenomem lain yang =ring muncut

akibat penggunaan pestisida addah t-inya

resistensi hama, resurgensi serta

peledakart hama sekunder.
Sakh satu akrnatif pengendalian yang dapat mmengurangi darnpak buruk

tet-hadap lingkungan aciabh pengendalian hay& (De Bach 1973). Hingga saat ini
diketahui terdapat 13 spesies paradtoid yang berasusiasi dengan Liriompa spp. di

Indonesia, berdasarkan survei yang dilakukan khususnya di dataran tinggi. Ke 13

spesies tersebut tergofong ke dalarn famil4 Eulophidae, Eucoitidsme, B r m i d a e dan
Pterorndidae baik sebagai ektoparasitaid mupun endoparasktoid {%uf

et a/. 2000).

Narnun demiician p n e l i i n tentang parasiloid yang berasasiasi dengan L. sativae

belum pmah diiakuitan.

Tujuan
Psnetitian ini bertujuan untuk rnenentukan kampasisi dan irelimpahan spesies
parasitaid L. sativae pada pertanaman setyuran di dataran rendah. khususnya yang

diusahakan di dmmh Bogar-Jawa Barat dan Banjar serta Banjarbani-Mimantan

Setatan.

Bbeirobgl Eidornpna safiwae
Lalat pengomk daun L. sativae merupahn hama gmnting pad&tanaman tomat
dan bersifat poiiderg.

Lebih dari 20 jenis tamman yang t m a s u k ke dahm famili

hama L. satbag (Ronald & Kes

at at. 2000). Hama ini brasaI dari

Pmerfb yang pada tahun 197

rkan rnsnysrang tanaman peftanhn

menyebar luas ke Amerika Utara,

dan tanaman hias di Ameri
Amdka Selatan dan Amerika Teengah,
j d r a h Arab (Deeming 1992).

Tahun 'I

a tahun 1990 i. sativae tiitamukan di
hama L. sefivae ditemukan di indanesia

Mususnya di daratr Ka

Sikius hidup L. same pada tans-

sayuran dapat Wangsung arrtara 15-21

trari. Sikfus ini sangat bervaritasi tergantutSg psmda inang dan ternpemtur (Ronald &

Kessing 1991). Manurut Ism & M a m m (1991) perkembangan L. sativae dari telur
hingga dewassx pada daun tamat di Iatwmtoriurn (pada suhu 25.15%) adaiat.1 17.74
hari, seang pada suhu 2%AoC dan Membaban 85*1Q% lama hdup N i n a L.

sathe lebih panjang dari pada jantan yaitu antara 27-28 hari
Wtetlishcir

1994).

(Frederick &

Kemampuan menghasiikan ketumtlan dapat aitentukan

krdasarkan pada ukuran bet-& pupa L. mtivae. Pupa yang berukuran besar y&u >

700 pg ( ~ 3 . 8mm) mampu rnenghasilkerrr Ireturunan sebnyak 394 M n a dengan
perkembangan rnencapai 27 hari dad telur hingga imago. P u p yang krwituran

sedang 558-700 pg dam mnghaslkan keturunan 333 M n a , sedang pupa yang
berukuran itecil yaitu < 550 pg mampu rnenghasilican keturunan seknyak 340 W n a
dengan perkernbangan 28 had ( F d e r i d t & Wdisbach 189.6).

Tdur betwama p&h, k b e n t u k bn@qdengan panjang 0.23 mrn dan lebar
0.13

mm. Teiur di(etakhn satu-sa4u di dabm jaringan mesdif, di -ah

permukaan

daun sdama 3 hari kernudian tdur akan mwbs, Imago betina dagat m h a s l b n

tetur =banyak 600-700 butir selama hidupnya, walaugun banyak dipmrakan hhwa

kdurunan yang dihasiikan k n y a 2QU-300tdur, Betina mampu mngirasiikantdur 3040 tdur per hari, tetapi berkurang m u a i pertambahan umur imago (Ronald & Kessing
199t ; John 2001).

Larva b m m a kuning cerah hingga kuning kehijauan, benrkuran panjang
rnencapai 2.25 mm.

larva terdirf dari @a instar yang setiap instarnya dapat

berlangsung 2-3 had, dengan stadium masing-masing instar adaiah 1.3890.22, 0.80-10.25 dan 1.6ZN.69 had. Larva instar 1, 2 dan 3 masing-masing krukuran panjang

0.55AB.18, 0.81N.25 dan 1.46kU.11 mm (lssae & Marcano 1991). Larva yang baru

kduar dari telur =era

mengorok jaringan mesofil daun, dan 4inggA dalarn liang

k o m h & a m hidupnya, Korokan

rnelrabar dengan wmakin besarnyza

ukuran larva. Voiume jaringan daun ya

dimakan oleh farva instar 3 sebanyak

600 kati lipat lebih banyak dari pada 1

r-1. Kait rnufut yang brwarna hitam

dan keras ditinggalkan dahm ring iro

ah berganti kulit dan dapat digunakan

untuk mengetahui tahap instar, kafe

a befbecfa pada setiap instar. Larva

instar akhir a b n keluat dari daun da

n diri ke tanah untuk k&epornpang

(Parrella 1987).

Pupa berwarna kuning kecoklataan. b r b n t u k oval rnernanj&

yang menyernpd

pada ujungnya, dengan panjang 1.5 mm dan lebar 0.75 mm. Fase pupa dapat

bertangsung selama 5-12 hari. Imago k s a n y a muncul dari pupa pada pagi had.
Imago yang b r u rnuncul langsung kriropulasi dan pada hari berikutnya imago mdai

mektairkan talur (CarRon & Alkn 1981;

Issac3

& Marcano f 991; Ronald & Kessing

t 991)
imago L. safivae knrkuran k d yolitu panjang 1.5 mm, dengan wama h i m

k-atan

dan twdapat bintik kuning pada fubuhnya yang W k u r a n panjang. Bagian

kepla brwarna kuning, abdomen b e m a kelabu dengan bintik kuning, dan

mesondurnnya kfwarna hitam keabuan, dengan mesapkura brwama kuning.
Bagian toraks atas icelihatan h i m rneng-.

Sekitar 114 sarnpai 1f3 bbagian tepi mata

brwama hitam. Femur dan kaksa befiNarna kuning twang, s&angbn tibia-tarsi di
h g m n tungkai depan brwarna kuning kwklatan d m di tungkai W h n g befwama
hitam kecoklatan. imago W n a memikid atxioneen yang lebih panjaw dan kokah
dibandingkan deilgan jantan. Panjang =yap 1.25-1.75 mm. R&Pata

ukuran imago

betina adalatr 1.5 rnm sedang jantan rata-rats 1.3 mm. Lama hidup imago seiarna 1020 hafi tergantung kondisi lingkungan. Latat W n a menusuk pemukaan atas daun

dengan avipositmya, Icemudin mahn cairan daun yang keluar dari tusukan.
Psnusukan juga dilakuitan &h

lalat k i n a pacla saat mektakkan telurnya dalarn

jaringan daun (Carfton & Allen 1981; Is=

& Marcana 1991; Ronald & Kessing 1991;

Jhan 2001).

Hama

t. sativae msnrpakan hama yang bersifat @rfag dan sebagian b s a r

menyerang tanarnan sayuran. Di Hawaii h a m ini menymng W h dari 20 tanaman

yang temasuk ke dahrrt famili Cucurbhwae, S o l a n a m dan Brassicaceae.

misin, tirnun, b n g hijau, bawang rnerah, tamat dan semangka (Ronald & Kessing

3991). Menurut Jhan (2Wl), s&ar

40 tanaman yang termasuk

k dakm 10 farnili

tanaman diketahui sabagai hang hama L. sativae di Fbrida. Sedangkan di indanesia

L. =&a8

dihparkan menyebabkan kerusctican pada tanaman ketirnun di d m h

pantai utara, Karawang, Jawa Barat. Selairw itu hama ini menyerang Lum acutangula,

Benimasa Aisprda, C w m i s saihus, P h a W u s vulgaris, V@nasesquivedalis, R&hus

wmrnunis dan Sdanum i y c o p e h m (Rauf 1997,1999) .
Faittar makanan yang mempengaruhi hama ini adalah jenis, kuantitas dan
kualitas gisi tawman inang. Setiap tanaman inang inernpunyai penganth terhadap

prkembangan popubsi, daya tahan dan jumlah Wur yaw diletakkan (Minkenm
1990). Tanaman inang yang mempunyai kandungan

unsur N yang tinggi dapat

rneningktiltkan a W i s makan dan jurnlah telur yang d i W W n sefiingga
mengakibatkan serangan msnjadi berat dan krkarelasi positif dengan icelimpatran

papulasi Firiomyza spp. di lapangan (Pardla 1987). P m s pemibhan tanaman inang

deh imago betina Ijriampa antara Iain dipengstnrhi okh disiribusi dan kernpatan
trikoma daun tanaman, serta icslndungan f e d a t (Minkenberg & menhein 1990).
Kerapatan tfikurna daun dapat menyebabkan umur hama menjadi kbih pendsic atau

mati lebih awai karma terganggu proses pengamblan makanan dan peletahn tdur

(Raman et 81.1994 ).
Kemampuan krtelur imago L. sativaa sangat tergantung pada kualitas dan
kua-

sumbw makanan. Jika sumber makanan s
e
w madu tetap terseclia, maka

imago betina rnasih mampu rnenghasilkan telur tanpa berkapuhsi dan rndetakbn

telurnya, walaupun telurnya gaga! menetas (Parcelfa 1987). Ketersedian krbqrai
jenis tanaman inang di lapangan =lain mernbantu prtumbuhan dan perkembangan

serangga, juga membantu pemencarannya. Siat pdrfag yang dimiliki

briornyza

spp. memungkintran bagi m g g a tersebut untuir memencar W h cepat kt3 Wis dan

m i a n tanaman h
a
n
i yang M i h diwicai.

&brapa ParasaWdPesnting L.

Perkernbangan papuhsi tj&myz:a spp* di hpangan sangat dipengsruhi oQah
bberadaan musuh afami seperti parasitoid. Menumt Johnsun (1987) dan Muster &
Whartan (1993), sedikitnya ada empaf famili parasibid penting dari orcfo Hymenoptera
yang ditemukan bemsusiasi dengan Mat pengoruk Firiompa spp. y&u : Eubphidae.
Eucoilidae, BraconMae dan Pteromaiidae. Sebanyak 13 s

krasosiasi d q a n hama pengumk daun L. huid06-

parnoid ditemukan
khususnya di dataran finggi

Indonesia, yang terdiri dari 10 specie3s h
i
l
iEubphiae yaitu As@w&s d&uc&
(Saucek), Crysuchan's sp., Cimpiius ernbiguus (Eaansan & LzaSdjdb), C I o s f e ~ ~ ~ ~ m s
sp., t-im@tarsenus van'mmis (Girauft), NWfysocharis kumosa (Westwoad).

N-man's

sp., Pnigalio sp., Quadws%hus sp., Zagmmmos8ma sp., I famili

Eucoilidae ystitu Gmnotoma sp., I farrtli Braconidae (Opirrs sp,) dan 4 famiti
PterumaEcIae yaitu Spheggasbr sp. (Rauf et a/. 2000). Sedangkan parasitoid yang

daminan memarasit L. satiwe pada k r k g a i nitanaman sayuran di dataran mndah
adalah H. varicomis, Opius sp. dan As-s

sp.(Rauf et a!. 2000).

H. vadcornis. Spesies ini merupaitan saQh satu paras&oidhimanoptera yaw

daminan ditemukan pada hrbagai
ektaparasitoid pada hrva instar-! sam
Hidrayani 2002).

Studi tentrang bio

memarasit L huidubmsis di Indones

ian di ttlcfonesia dan krsifat sebagai
r-2 Uriomys sp. ( M d et a/. 1995,
dan prifaku

H. v a m i s yang

kan Hiraymi (2002) dan diktstahui

b a h tdur krbentuk j m g (buht panjang),.bmkurafi panjang 0.33*.02

mm dan

ielsar 0.11M.01 clengan mass inkubad sekitsr dua hari. Larva dikcaompaidran sekgai

instar awal dan instar ianjut, yang dibedalcan b e d a m n ukucan dan w a r n tubuh.

Lawa instar awal -ma

putih bening, sedangkan instar lsrnjut betwama oranye

cerah dan bnrkuran iebih besar. Masa perkernbangan laws instar awal dan lanjut

masingmasing 2.54iU.W dan 333a.25 heri. Chbn & Ku (2004) m

w

n bahwa

farva N. vatkumis terrfiri dad empat instar, dengan total masa perkembangan lawa
sekitar 5 hati, H vawmis berlcepumpang dalam kordran di dekat kuii inang. Pupa

yang h r u terbentuk berwarna putih, kemudian berubah rnenjadi kekuningan, dengan

mata majemuk berwama kuning, kmwdiifi berubah mnjadi meratr dan akhirnya
krwarna coldat, P d a akhir maw pupa, selunrh tubuh berubah msnjadi hitarn. Stadia
pupa berlangsung sehma 7.72k1.79had. REaa-rata waHu yang diperlukan sejak telur

H. variwmis krwarna hitarn, tungkai sebagbn besar bemama putih kecuali femur
tungkai befaicang dan tarsi. Fanjang tubuh M n a b r k h r antara 1.18-2.05 mrn

dengan rataan 1.51H.19 mm, dan jantan 0 - 1 -70 rnm dengan rataan 1-36H.30mm.
Panjang sayap W n a beririsar antara 0.96-1.62 mrn dan jaritan 038-1.27 mm. Imago

jantan dapat dikenab dad antenanya p n g menyisir (pedtnafe). Pada parasitaid ini,
keturunan M n a dihasilkn dari teiur yang dibuahi. Lama hidup imago betina Mih
lama (26.35k11.53 hari) dibandingkan jsnntan (2.72k1.27 had). %lama hidupnya

seekot k a n a ti. vaticomis marnpu meletakkan telur antara 16-92 dengan rataan
51.65a9,9? butir, dan laju peneluran sekiiar 2 butir per had. Diketahui pula bahwa U-

van'mmistergolong parasitoid yang b e d & sinavigenik.
Peniku pngenalan inang diarikan dengan pengingatan {drumming) dan

pemeriksaan (pmng).

Pada kegiatafl pengingatan, sambil beqalan p~arasitoid

menyerttuhbn antena berirJ'~icalipada permutcaan daun. Intensitas sentukn antena

meningw saat parasitaid mmemukn karokan. Se6anjutnya pawsitaid bemedusuri kmkan mdakuhn kegiatan pemeriksaan hang saml seselrali

mnusukkan ovipositor ke dalam korukan secara singkat. Bila inang ddemukan

pemariksaan kbih intensif, W n a

dahulu mengitari inmg s e w m

menusukkan avipositornya yaw b

harnpir 2 menit.

msngenai inang, karma iawa da

ar, parasitoid dapat kehiiangan jejak

sehingga akhimya meninggalkan

njutnya jika inang ddmukan, M

8ih tusubn Mak

a

biasanya menusukkan aviposito

wbli. Tusiukan prtama d d u

ditujukan untuk piumpuhan ina

ntuk peiumpuhan b e m a dengan

tusubn untuk @&kan

telur.

Tusukan peturnputran ini

menyeWkan inang

rnsngaiami keiumpuhan permanen becdasar)ran pngamatan pada larva hngsung
setelah ditusuk maupun 24 jam setelah penusuksn. Proses peiurnputaan pada H.
varicomis tidak selalu diikuti afeh proses oviposisi. Di labratariurn =banyak 64%
kematian inang kamna plumpuhan dan %banyak 44% di lapangan. Kemdan akibat
pelumpuhan pedu diperhitungkan daIam mengevaluasi ptensi dari suau spesies

parasitaid (van DFiesckre 1983, Jervis & Kidd 1986).
Opius sp. Parasitoid ini rnerupakan endopara&oid lanra-pupa pada inang L.

huidobrensis di indanesia. 'Tdur Qpius sp. bwkntuk btljang dengan wama putrh
agak k~em
dan ternbus pandafig, dimam ststu dari ujungnya terfihat rnernbesar (Bodat

et a/. 1995; Rustam 2002). Panjang tefur Q . B B . 0 3 mrn dengan wama bning
transparan. ktva instar-4 transparan dan be&& matil. Bagian kepala tmkleratisssi
dengan baik dan W M a dari tlagian abdomen. Ruas abdomen sangat jelas terfiM
dengan was terakhir yang rnsnysrnpit menyenrpai eicor. Panjang larva instar ! yaitu

Q,6la0.02 mrn (Rustam 20021, Pmgamafan t e M a p Opius dsskus (Mu-beck)

pada irrang t, W
r
4
i menunjuithn larva instar-2 sangat brbeda dengan instar-I,

dimana pengaitnya Mair hilang. Larva ktstar-2 bewma putih kmm, panjangnya

antam 0.60-1.70 mm. Larva instar-2 m&i terfihat pada had ketiga setelah tdur
menetas kemutiin meningirat hingga hsnfi

rn, Prapupa mulai tertihat pada awaf

ha# kelima dan jumbh naaksimum da

pads hari keenam, ketujuh dan

keddapan. Prapupa &pat dibetfakan

instar-2 oieh bkukan b e a r pada

safah satu ujungnya dan terlihat adanya pewasan.

Prapupa k w m a krem

kekuningan dengan ukum 1.44 mrn ( B O W et al, 1995). Pacfa M

i a pupa, tonjdm

bakal tungkai dan antena dapat dibedakm dengan mudah. w i n tubuh, icepafa,

tamits dan abdomen dapat tdihat jelas. Awalnya pupa berwama kuning pucat dan
lama kelamaan bemama Hap. Pupa

fase terakhir bermma hitam duruhnya

dsngan ukuran pupa 9.52 mm. Imago 0. &situs bmmrna hitam, d w a n ukuran

yang hampir sama antara jantan dan Wria, yaitu rats-rata 1.50 mm dan 1.49 mm.

Jantan dan betina sulit dibedakan dengan mafa thnjang, dernikian juga untuk meiihat
betina mefdaitan telur, karena hanya dam ddakukan dengan bantuan mikroskop

binakukr. Antenanya panjang dan h i m . Panjangnya taampir sama dsngan tubuhnya

(Bordat et a/. f 995). 0.&situs Wna rang banr rnuncul langsung menusuit-hn
avipositornya ke &lam tubuh iawa inang tanpa mernatikan &u mlumpuhkan-nya.

Larva inang tebp hidup dan msngarok daun hingga menjadi pupa, dengan telur

larva instar awal di dahmnya 0,di&s

terns brkemhng di daiarn pupa L. Wii,

selanjutnya imago keluar dad pupa (Bodat @ial. 1995).
Gmnotomtr sp. Jenis ini mempakan endoparasibid larva-pupa dari Uriomy.aa

sp.

Pula reproduksinya tellatoki, yaitu bstina yang tidak Wrkopulasi mampu

mnghasilkan keturunan yang dunrhrtya W n a , sedang jantannya tidak pmah
diketahui, Parfa keactaan tertmtu dam ~enjadidsuterotoki dimana W n a yang tidak

brkopuksi mmpunyai ketunrnan jantan cfsn betina, tetapi jantannysx tidak hfiungsi.

Dari segi pengendalian, parasitoid dernikian sangat rnenguntungkan (HuBaker &

Messenger 19'76;Arattaki et ah 2001).
PeneFZtian terhadap bidogi, mrfaeogi dan perilaku dad pamsitaici ini M u m

banyak difakuhn. Berdasar pengamatan parasitaid di faboratarium diketahui bahwa
bentuk telur adalah bnjang krtangbi, h w a m a krem keputihart, terdapat beberap
insfar pada larva, yang dapat dibedakan dad ukuran dar; warnanya. Pupa Emnutoma

sp. berwarna d d a t kehifaman sarnpai h i m pada fase terakhir.

Dari hasil

pengamatan ini, dan berdasar studi Memtur, terdapnt adanya kemiripan b i i

Emnotoma sp, dengan parasitoid dari jenis pengo& daun lain dad famiii yang sarna
yaau Eanaspidium ufils (Bsatds5ey) (Hymdnoptera-Eucoilidae) yang telah ditefiti ateh

Petcharat & Marshall (1988).
Menumt Petcharat & Marshall (1988) tdur G,utilis bertangkai dengan panjang

rata-rata 0.32 mm. Latva ferdiri dari empa3 instar, yang dap& dibedakan oleh ukumn
kapsui kepala, dengan rats-rata panjang Instar-1 adalah 0.44 mm. Larva Instar-f

t e h n t u k di dahm pupa ifiang tiga hari

h teiur dihkkan, k m m a kekuningan

dan brbentuk eucoi~iform. Tubuh in

ak, dangan panjang .i.0.44 mm, bbar f

0.20 mm, dengan stadium

antara

ada instar-4, 2 dan 3 tidak terdapat

mandibel. tni menunjukkan bah

dari lawa instar ini adalatr brbagai

hemolirnfa (Buena f 950; Pd&a

988).

lonjong rnenyerupai setengah tin
stadium 5-6 hari.

Larva instar-2 b r b n t u k agak

0.89 mm dan labar 0.26 rnm dangan

Instar-3 memiliki betltuk yang serupa dengan instar-2, hanya

cfibedaltan o k h ukumn, panjangnya 0.97 mrn dm W r 0.44 rnm m a n M t u m 6-7
hari.

Larva instar-3 diternukan bemda pada bagian luar t u h h inang di dakm

puparium, Larva instar4 berkmbang di daiam pupatiurn mengikuti perkambangan
pupa pamsitoid, hanya larva instar-4 ini yang mernliki mandiw. Panjang instar-4

adalah 3 . 4 4 mm dan War 0.69 mm dengan stadium 7-8 hari. Prapupa brukuran
panjang 1.21 rnm dan b h r 0.54 mrn dengan W i u m 9-3 t han'. Pupa mililri tip
sksarat dengan panjang t .?0 mrn dan iebar 0.85 rnm yang bertangsung s&ma 13-29

hafi. imago berwarna hitam, imago W n a memliiri panjang 1.00-3 -40 mm, antena

krjumhh 13 mas dengan bentuk menasbih (moddbm). Sayap depan pala bagtan
tepinya terdapsa batik-brik icecil dan tidak terciapat lekukan pada ujufig sayapnya.
Pada mesataraks terdapat notaulus yaitu suatu garis yang mempertemukan antara
posterior dan anterior pada mesonoturn serangga (sueno 1950; Kmishi t 999). imago
parasitoid ini munwf pada hari ke 25-26 Mdah telur diletakkan. Lama h i u p imago

antam 8-9 ftari. Sekiar 83% tdur dihasilkan pada trari ke 1-5 setehh imago m u m 1
(Petcham4 & Marshall 1988; Arakaici st a/. 2201 ).

Pengendalhn L. sarivae
Ueberadaan hama pengorak tidumpa spp. pada tanlaman sayumn umumnya
suti dikendaiiksln. Saat ini jenis inwktisida yang banyak digunabn untuk

mengendalikan Liriomyra spp. adalah yang hTbaREM aktif profen-,
&fu

namun petmi

tidak puas dengan hasilnya (Rauf et al. 2000). Dlapwkan puk bahwa jenis

insektisida yang efefrtif mengandaiikan Idat pengorok daun addah a b a m d n dan

sirumazin (WeintPaub & ).lo&

1998). Namun Pumama (2001) rndapwhn btltrwa

aplikasi sirornazin untuk rnsngendalikan Mat pengorak L. huidobransis pada tanaman

kntang cli Indonesia tehukti &kZf rnenrsldan kmsakan daun, karena siromazin
bersifat translamina seOlingga dapat m a t i k a n larva yaw ada dalam jaringan daun.

Sadangkan penggunaan ahmektin tidak h q m g m h terhadap serangan laM
p g a r o k F. huidobmsis.

'

Metode lain yang dapat digumkan untuk mmgendaiikan papuiasi imago

iiriompa spp. adalah &wan menggurtabn perangkap kuning, karena lalat Limmyza

spp. tertarik pada wama kuning. Penggunaan perangkap kuning berperekat sangat
efektif menekan popufasi hama pmgorok, d lapangan karena mampu menangkap

hama sesuai perkemhngannya (Chavez 8 Raman 1987)). Perangkap kuning juga
sebagai dat yang mudah dan effisien untuk monitoring L. sativae dan pamsitoidnya.
Atternat'& pengendalin bin yang dapat mgurangi dampak negatif brtradap

musuh alami, rnanusia seda lingkungan adalah pengendalian dengan memanfaatkan

musuh alami btupa parasitoid, Merrurut Dautt (1859) parasitoid

daiam

prkemkngannya akan menghancuhn hang yang diparasit dad t a h n yang sama,,
tubuhnya relatif besar dibandingkan dengan inangnya dan yang menjadi parasit hanya
stadia larva sedang imagonya hidup bebas.

Dari 13 spesies parasituid yang difemukan berasosiasi dengan hama pengmk
daun di Indonesia selgerti yang dijelaskan tertfahuiu, diketahui bahwa parasitoid H.

van'cumis dan Opius sp, adalah jenis y a q sangat bedimpah pads ekosistern terbuh
(lapangan), sedang Grimohma sp. b k h clorninan di rumah kaca. Tetapi akhir-akhir ini

selain parasitoid N. vaiicamis dan

Qpius sp., ditemukan juga A

~ sp. cdan
s

Gmmbrna sp. dalarn judah yang banyak di lapangan. Upaya pngendaiin hama L.

safivae dengan rnernanfaatkan parasitaid-parasitaid tersebut M u m banyak dilakukan
di Indonesia atau masih pada taraf perbanyakan.

K-asiian

psmanfaatm parasitoid sebagai agms pangendabn hapti

sangat tergmtung pacfa kebsediam pamitoid yaw hadir secara h i a h d a m
jumtah yang rnmwdai. E3ila Ireadan hi tidak terpenuhi maka dapat d i i p u h dengan
yakan massal di bbwatoriurn, yang

penamkhan jumhh p a d b i d melatui
merupaitan mian dari impkmentasi

pen-

untuk rnendapathn agms

pengendalian hay* yang baik,

pngarok daun Unbrnyd:~spp, antara

Qain

hri famili Eulaphidae DgIyphus isaea

(Watker) yang mampu m e n e h sefangan 1, W paBa tanaman hortikubrsji di
Prancis (Minkenkrg & van Lranbren 1998), Chysmutornfla ~nc&&8n&is
(Crawford)

mampu rnengenddiran serangan L Wii dan L safivae pada tanaman sernangk,

tamat dan kacang-bcangan di Elawai, pemanfmtan Chrysdaris p a M (Crawford)
daiam menekan semgan L Wli'pada tanaman semangka, kacang-lracangan, tomat

dan kentang di Tonga. Oari farnib Eucaiikfae anfara lain penggunaan G. &is krhasl
rnengendalikan lalat pengorok L safklae dan L. f
wu pada tanaman wmangka don

seledri (Johnson 1993).

Pmditian t d i r i dati survei pasibid dm pcobaan lapangan, Sutvei
diiakukan di dua d-h

yaitu di Bogor (Jaw Barat) dan Kabupatm -jar

dan Kada

Banjarbarn (Kaiimanhn Selatran). Kegintan suwd diiaksanabn sejak Wlan &nuan'
hingga Juii 2002, Percobam iaplnngsln dilaicsanakan p d a pertanaman tomat di khan
petani di desa Cibeureurn, f3-r

dan brhngsung krsarnaan dengan pelaksanaan

survei (Lampiran J).

Pemeliharaan para&aid dlakukan di h b m b r i u r n EkoOogi dan P m g d u b n

Ham, Jutusan Hama dan Penyakit Tumhhan, lwtitut Perhnian 8agor. Idantifi-i
parasitoid menggunakan kunci yang disusun &h Kanishi (19991, dsln selanjutnya

dilakuitan icieMkasi uhng okh Dr. John LaSalk dPlri CSIRU-Australia, Tingkat
parasitisasi dinyatakan sebagai persen, dan dihitung Masadcan perbandingan
knyaknya imago parasituid teftradap total imago (Wdan parasitaid) yang mumi.

Suwei P a n s b i d
Survei parasbid dilaitukan pada b-ai

tanaman sayumn (Tabel 1). Setiap

jenis Baun tanaman yang terserang latat pengorok dirnbii dan dimasuidcan ke dalarn

staples plastik berdiamaer 20 cm d m tinggi 30 cm (Lampiran 2). ?sda bagian tengah

ventilasi kasa yang pada bagian tengahnya d i M lubang dan diemplkan m n g
plastik tefbalik sebagai penarnpung imago parasitoid dan

L. sativae yang mum!.

Ssmua imago yang muncul dihitung dan dikaleksi dabm botal berisi dMol 70%.

imago L. sativae dan parasitoid yang m u w l W pupa yang gaga1ififring.

warn
L O W #timi

pw@mbiIan

JmCap tanaman

cont& daun

Bogor (Jawa Barat)

8qmg Jengkol
Cibitung Tengah
Sinangneng

Cibaureum

26 April 2002

Kacang panjang

Margajaya

28 April 2W32

Tirnun, oyang, kaamg panjang

Sindang Barang

04 Mei M 0 2

Timun

Panrng

U9 M i 2002

Tirnun

Balurnkrtg Jaya

12 Mei 2002

Errwn, ayong, kaang panjang

Cibumurn

15 Mei 2002

b a n gW ~ @ W

Darmaga

18 Juni 2002

Tirnun

18 Juni 2002

Buncis, tirnun, h c m g panjam

&#jar (KalimarrtanWatan)

Cindai Nus
Landasan UIin

Landasan UIin
Braman
Banjarban!
Cindai Atus

Perkembangan Parasitoid pada Pertanaman Tomat
Lahan diolah dengan menggunakan cangkul dan dbuat guludan yang
mengarah timur-barat dengan ukuran 1 x 4 m, dan jarak antar guludan 0.5 m. Jumlah
guludan seluruhnya adalah 40 guludan. Setiap guludan ditanami dengan 2 baris
tanaman tomat yang setiap barisnya terdiri dari 8 tanaman, sehingga total tanaman per
guludan sebanyak 16 tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 50 crn. Sekiar 2 rninggu
sebelum tanam, setiap lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 kg.
Persiapan pertanaman dilakukan dengan cam menyemai benih tomat varietas
Ratna, yaitu varietas yang banyak ditanam di dataran rendah. Benih tomat direndam
terlebih dahulu dalam air hangat f 50°C selama 30 menit lalu ditiriskan. Selanjutnya
benih disemai pada bak plastik yang telah disiapkan yang berisi campuran tanah dan
pupuk kandang. Pada saat umur persemaian

+ 1 minggu, tanaman dipindahkan ke

pot-pot kecil yang terbuat dari daun-daun pisang yang kering, setiap pot berisi satu
tanaman dan dibiarkan selama 5-7 hari. Setelah itu tanaman dipindahkan ke areal
pertanaman yang telah diberi pupuk kandang. Pemupukan pertama dilakukan pada
umur tanaman 2 minggu setelah tanam (mst), dengan dosis 120 kglha urea, 120 kglha
KC1 dan 150 kglha SP-36. Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman tomat
berumur 35 hari setelah tanam dengan memberikan 129 kglha urea yang dibenamkan
di sekiar tanaman. Pada penelitian ini tidak dilakukan penyemprotan insektisida.
Pengamatan terhadap perkembangan parasitoid dilakukan sejak tanaman
berumur 8 minggu setelah tanam (mst). Setiap minggu sebanyak +_ 20 daun tomat
yang terserang L. sativae diambil secara acak.

Daundaun tersebut kemudian

dimasukkan ke dalam stoples plastik kecil berdiameter 5 cm dan tinggi 7 cm yang
dialasi dengan kertas tissue untuk menjaga kelembaban (Lampiran 38).

Imago

parasituid dan F. ssltivae prig m u d difriturrg, kernudian dimasukkan ke U r n botd

berisi dkohd '70%.

Analisis Data

Semuta data perkembangan papuhsi di lapangan dsn tingkat parasitisasi
pafasitaid di lapangan dan di laboratorium d i h dan disajikan secara d e s k w untuk

manarik kesirnpulan.

K m p W Parasbid yang Wasosiasi dengan L -88
Selama pmelitian Mangsung dgemukan Wanyak 19 v i e s parasitaid yang
tergdong ke dafam ftga famifi (Tabel 2).

Eulophidae (15 spesies), EdSiaca (3

k s a r a d a h anggota famili
dan sisanya & B m i d a e (4

spies), Dafam s u m ini dijumpai 8 jenis parasiloid yang wbelumnya tidak pernah
dilaporiran brasosiasi dengan larva Uriomyra di indwtesia (Rauf & at. 2 W ,Rauf &

Shepard 1989). Kedeiapanjmis pamsitoid itu adalah Asxudes sp,~

B, Qiiadras&hus

sp. A, NgOCh@aris

~ sp,

okarakii (Kamijo), P w d i u s sp.,

Sbmmesdus sp., KiWfoma sp., dan Nordanden'a sp. Enam s m e s yang disebut
terakhir rnuncul dad daun conbh yang braddari Banjar, i(alirna-n

Selatan.

Berdasarkan pda hiupnya, pamsitaid-parasituid tersebut &pat tiigolangkan

ke dalam ektopamsitoid dan enrjopamsitaid (Taw 2). Hasil pengamahn iangsung di
labpatorium dan studi yang tdah dilakukan mengunglrapkan bahwa M varicomis
tergobng airtaparasitoid hrva sedangkan Opius fsp. sndapamsitoid larva-pupa (Bordat
%f al. 1995, Rustam 2002). Jenis pamitoid yang diketahui sebagai endoparasitoid

hnra-ianra pada inang tirimpa adalah N. fomosa, C. pentheus, Cimspitld

ambiguus (Hanson & LaSaIe), N. okazafi, dan Q. iiriomyzae (Chin & Ku A998).
Johnson et al. 1980 melapodcan batrwa C. parksi Emclalah W a i endaparasibii
larva-pupa pada L. saliva% di Kalifornia. Patasitaid Clostemms Wbsc~atus

(Westwood) dibpwkan diduga s e w a i endoparasitoid pupa-pupa pada inaw
Phflornyz~h o W a di Jepang (Takada & Karnija 1979).

N

Sebagran W

r dad spesirss padtoid yang c t i u k a n dikebhui mrniiiki

banyak inang. Hal ini menunjukkan bahwa parasbid tersebut umumnya krsifat

genamlis. %lain diiernukan memarasit L. sativae di dataran &h,

parasitoid-

parasitoid tersebut ditemukan juga bemsosiasi dengan Idat pengarok daun I .

huidobmsis di dataran tinggi Indonesia. Parasibid Z.bMineatum, Clasktwwms sp.
A, NeQchtySQCharis sp., dan PnbaIia sp. yang rfitemukan seb#gai parasitad L. saiivaq

juga dikefahui menyerang pengoruk daun jemk Phflbmistis

c&dIa Stainton

(Lepidoptera: Gradllatiidae) di Texas (Legaspi & French 2UUI).

Main itu

C i o s t e m ~ ssp, yang diketahui sebagai endoparasitoid kwa4arva pada L saEiva8
ternyata ditemukan sebagai endaparasitaitf pupa-pupa pada inang Phytomyra

h o W a (Diptern: AgromywJae) di Jepang ( T a k e & Kamijo 1979).
Baragamnya parasitaid yang ditemukan rnenunjukkan banyaknya jenis
parasitoid asii Indonesia sebagai surnber keamkaragarnan hay*

dirnanfdkan untuk mengendaiikan hama pmgorok L. sativatb.
pernilihan parasit-

yang dapat

Namun dalam

yang akan digunabn sebagai sgens pengendaiian hay* pedu

dipeftritungkan patensi dafi masing-masing pamitoid icamna bcberapa spesies

parasitoid dapat menyerang kbih dari satu inang bahkan & M a genera. Paradtoid
drarnikian wring banyak di akm, namun sulit meneiran hama tertantu yang rnenjarfi
sasaran.

Hal tersebut dapat terjadi brena makanan selaiu tersedia sehingga

parasitaid mslmpu krkemhng biak dengan baik, selain itu preferen4 dari parasitaid

yang ciemikian rendah tethadap inang tertentu, Kasus ini menyerupai fenomena yang
dialarni predator generalis. 8mnbaurn (1995) menyehtkan bahwa keberhasiaan

pemanfaabn rnusuh dami dalarn pengendal'an taayati idasik sangat ditentuiran okh
spsifrkasi musuh alami brsebut terhadap inang atau rnrangsra. Hal Wn yang pedu

diphatikan adaW ebk paralids dari bekmpa piamsitokf separti Ch~socharissp., N,

fosmosa dan pamitoid H. van'comis (Cirim & Ku f 998), mengingat 64% kematian
inang L, huidobmnsis di i a M o r i u m clan 41% di lapangan terjadi akibat plumputran
H. varicomis [Hirayani 2002).

Uomposisi dan Tingkat Parasitisasi ParasWd di Bogor dan Banjar
Di Bagor ditemukan sebanyak 11 spesies parasitoid. Berdasarkan 438 ekur
imago yang muncul, parasitoid yang paiing umum adalah A. dduochii {S2.01%) dan
Chrysocharis sp, (36.83%).

Sedangkan proparsi dari pamsitod-pamsitoid lainnya

bcarkisar antam 0.22-4.24% (Gamhr 1). Keberhasihn p a d o i d A. delucchii yang
daminan di kedua lokasi sumi diiuga twpdi karma acfanya faktur kamp&si dari

pamitoid tersebut, dimam A. Wucchii yang mntpakan endoparasitaid larva fase
awaf mampu mendapatkan inangnya Iebih dahJu dari pada parasitoid lainnya. Wain
itu waldu pengambilern sampef dapat juga mernpengaruhijenis parasitoid yang muncul.

Gambar 1. Jenis dan proporsi piamsWd IW pengorok yang diternukan
di Bagor

Dad pmgambiian contoh di Banjar, parasituid yang rnuncui krjurnlah 248 &or
yang terdiri dari 1'1 s p i e s , dmgan jwis yang palng hrlhpah adaiah A. cfaIuoch#
(41.53%) dan

H. va-Q

(25,89%) (Garnbar 2). Sebagian besar dari parasito0&

garasitaicj yang ditemukan ini diketahui juga memarasit L. huidobmnsis (Rauf et al.

Garnbar 2. Jenis dan proparsi parasitaid lala4 pengorok yang diternuitan
di Banjar

Dari spesies-spesies parasiloid yang ditemukan d kedua bkasi diketahui
bahwa sebagian besar parasitoid muncul dari semua jenis tanaman inang yang

dikukksi, sehingga tidak teclihat adanya kecenclmngan suatu parasitoid brtantu bWh

dominan m
a salah SI3fu jenis tanaman, dan sebnyak 15 spesies rnerupakan
endoparasitaid,

Dengan demikian dapat diduga bahwa pada kmdisi terbuka

(lapangan), tanaman inang bukanlah fadalarn menernukan inangnya.

yang metlentukan keberhasikm parasitairf

Pada pengamatatt lsbaratdum tertradap dua tanaman inang yang berkda,

Mimymi (2002) melapodcan khwa parasbid H, va&umh yang memarasit i.
huidQbrensis, kbih banyak (dua kaii lipat) memilih tanaman kaang rnerah dari padsl

QnamafI ke-ng.

Wain i4u Olkrera & 8urdat (1896) mengemukaim bahwa

kemampuan parasitoicf 0, &&us

krkernbang hingga imago pada tanaman inang

Cumhita pep0 lebh k i k dibandingkan pad;n tanaman Lympemkurn eSCUIentum
baik dengan hama tunggal L. f-ii
tanaman

maupun L. hudubrensis. Ha!ini disebbkan daun

C. papo mengandurtg attraitfan yang rnenarik parasitaid U . M t u s untuk

msndatangidan menemukan inangnya.

Oengan dernikian ki~anyap i u kajian bbih lanjut tentang pengamtr tanaman
inang terhadap kebrhasilan pamitoid Liriomyza sp. dalarn memarasit inangnya
terutarna pada kundisi tingkungan terbuka.

llngirat parasitisasipada larva L. saWae pada beberap jenis sawtan di Bogor
dan Banjar disajikan p d a Tabel 3. Secara

umum tingkat parasitisasi di atas 30°h,

kecuali pada ketimun (17.41%) yang dikumpulican dad daerah Banjar. Pada saal
dilakuiran pngambilan contoh daun, umur ketimun di tempat ini masih muda (mulai

berbunga) sehingga diduga pupuhsi paradoid masih pada &hap awd perkernbangan.

Tabel 3. "I"ingkatpalrtsitisasi parasitoid hama L. s a h e di Bagor dan Banjar
(JanuarF-Juli2002)

p n g m k daun L. sativm di lapangan ir;nrena keragarnan pamitoiclnya yang cukup

tinggi (patasitoid iawa, larva-pupa dan parasit4 pupa). Di dahm habitat pertanian

keadaan spesies musuh alami yang hanyak khususnya parasitoid dap& meningkatkern
jumiah kern-n

dad hama sasaran, Hal lain yang pttu dirhitungkn addah

keberadaan spesies-spesies pamsitoid yang mendominasi di hpangan segerti A.
deiumhii, Chrysacharis sp. dan

H. vatkmiis. KeefeMifan daFi spesks-spesies yang

dominan ini pada akhimya rnsnsntuican Wkat pneiranan tertradap popuhsi larva L.

sativae di lapangan.

Peritamhangan Parasitoid pada Pcat4anaman Tomat

Pada saat penelitian dilakukan, serarigan latat pengarak daun L. sativae sangat

rendah. Pada satu helai daun contoh clitemukan paling banyak 3 kamkan. Hal ini juga
didukung aleh hasil tangkapan perangkap kuning yang memperabh rataan imago
tettanghp kritisar 1-2 ekatlperangkaN24 jam (Lampiran 4). Serangan Mat pengarak

L. safivae yang rendah dan kecif rnungkin bemubungan dengan tingkat parasitisasi

yang sejak 8 mst telah rnencapai 48% (Tabel 4). Tingkat parasitid meningkat
hingga 68% pada 11 mst.

Tabel 4. Tingkat parasitisasiL. sativae patfa pertanaman torn& ddi Cibureum
Bugar (Januari Juli 2002)

-

PenMkman W h lanjut terhadap pamikoid menunjukkan batrwa daii t 4? ekor
yang muncul dad daun tomat, jsnis yang paling urnurn diternukan adam Q. litiornyzm
(32,65%), Chtysmhp1ris sp.(21,09%), A. W m i i (19,05%), Quadrsrstichus sp.A

(12,2446) dan N. tbmrasa (8,84%) (Earnbar 3). Spesies parasbid iainnya, temasuk

H. varioomiis, masing-masing irrrrang dari 3%. W i n rnelihat &nya peran parasitoid
yang mengaMbatkan mndatmya serangan laid pengoroir Masarkan h a d tangkapan

perangkap kuning, hasil suwei pads prtanaman tmat yang diakuitan pada Agustus
2001 di daerah yang =ma m e n d a m n H. vaticomis sebagai parasitoid yaw paling

dominan, yaitu 88.9% dad 45 ekw parasit& yang brkumpul (Teguh, IcomuniW
ptibadi). Karnpasisi spesies parasitaid dapat berubah-ubah tergantung pade musim
dan fas+ perkernbangan tanaman (Johnson 1987; Palurnbo et a/. 3994). Namun

dmikian, mndahnya kelirnpahsn H. vaticomis dam juga diairibatkan deh kmpetlsi

dengan parasitaid kin atau aleh terjadinya hiperparasitisme. Di Jepang dlapsrkan
bafiwa Chrysdaris pentheus (Walker) dapat berperan sebagai hiwrpa-

yang

manyebabkan mattalitas tinggi pada elrtoparasitaid DgIyphus isae (Walker) (Takada &
Kamijo 1979), Kiranya p r l u penelWn lebih lanjut untuk memahami interaksi antara
berbagai parasitaid yang krasosiasi dsngan L. saiivae.

Earnbar 3. Kornpusisi parasitaid yang bewosiasi dengan L. saiivae
pada pertanaman tomat dl Cibeureum Bugor
Implikasi brhadap PHT
L. same kini t&h tersebar dan menjadi hama penting pada brbzmgai jenis
sayuran harnpir di selunth wibyah Indonesia (IPB-ACIAR 2002). Beragamnya jenis
parasitoid yang diternukan dan tingginya tingkat parasitisasi menunjukkan khwa

kornpbks pamitoid asfi fndanesia berpeluang untuk dimnfaatkan dalam upaya
pengendaliian hay& t. safivaa

Seiain itu, patasitoid yang diternukan juga

rnernprtihatkan kemgaman fungsianaf. Sebagiatl bersifat sebagai ektuparasituid
larva, semian lagi Wagai andoparasitaid fanra, dan yang Iainnya sbagai

endoparasitaid lama-pupa (Tabel 2).
Dari segi kelirnpabn, yang ditunjukkan oleh hnyaknya imago yang munwl

dad daun cantah,

pamitoid yang dminan adalah A. defucchii* Q, liriomyzae,

Chrysochatrs sp., dan U.vatkurnis. Keempat spesies ini diperkimitan rnemilikj patensi
dalarn penekanan populasi dan serangan L. safivae di dataran rendah. Dilaporkan

h h m Chryswharis sp. dan ).I. vakomis memperlihatkan peritaku pengisapan-inang

(hosf-deeding)( C h i & Ku 2001), mingga hrva t.safivae yang rndi kbih banyak.
Quadrastkhus sp. dikehtrui menyerang larva instar awal dan' Litkmyzza spp. (Adactri
19981, begitu

pula A. M u m

(LaSak, komunikasi F N j M ) .

P a d u d pW

memarasit larva instar awsl diharapkan mampu m e n q a h daun dmi kenrsakan yang
I M h parah. Parasitaid yang cfmiitian dapat b e r p a n scPbagai agens #-

hay& yang &eW (Adachi 1998).
Dalam hubungan dengan kenrsakan yaw ditimbuikannya, hlat pengorok daun
pada umurnnya tetgatong hama Mak langsung, karena merusalr bagian tanaman yang

Malt langsung dikansumsi atau dipasarkan jdaun).

Untuk R
a
m yang demikian,

kenrsakan daun hingga batas brtentu M u m rnenurunkan has8 pawn. Qleh karma
itu, terdspat peluang untuk memanfaatkan parasitairi W m mmgendabhn hama ini.

Untuk lehh meningkatkan peran pamsitoid yang teiah ada. perlu diiakukart
bebrapa tindakn seprti konsenrasi cian augrnentasi yang dspat dilakukan hiir di
lapangan rnaupun di rumah k c a (labratodum). Konsrvasi umumnya dibituiran di
lapangan, yaitu dengan menciptakan kondisi iingkungan yang kbih rnenguntungkan

b g i perkernbangan musuh afarni, misalnya rnenyediakan sumkr maicanan tamkhan
bagi parasitad bentpa tanaman berbunga yang menghasilican nektar dan polen,

sekaligus sebagai tempat unklk bedindung

musuh ahmi. Selain itu pengurangan

penggunaan pstisida dalam usahatani sayuran marnpu menjamin k-ngsungan

hidup musuh ahmi. Augrnentasi yang meliputi inundasi dan inakuksi dilakukan
dengan perbanyakan masal (mass maring) rnusuh alami yang dimutai dad
labatarium sfau ntrnah kaca. inundasi merupakan upaya pbpasan musuh alami
dalam jumlah yang besar untuk tujuan pengendaiian jangka pendek dengm tujuan
yang mirtp dengan pmggunaan pstisda, semerrtara inakuhsi addah upaya

pelepasan musuh alami pada awal rnusirn sebagai upaya meningkatkan popdasi

musuh afemi dan diharapkan dapat berkembang k i k di lapangan (Gambar 4).

*

*

Menekan
kanrsakan dan
kehilengan hasil

Garnbar 4. Peranan parasitoid daiam menekan kerusakan
akibat Ialat pengorak daun L. safivae

Augmsntasi di laboratorium sekaligus dapat digunakan untuk

rnengetahui

kctalitas parasitoid rnelalui pengarmatan biologi dan perilaku parasitoid, sehingga
parasitoid efektif untuk dilepas di lapangan. Secafa biologi ciri parasitoid yang
berkualitas adalah memiliki kebugaran ysng tinggi yang dapat dilihat dengan
mangamsti lama hidupnya, kepetidian, lama mass repradu ksi, lama perkembangan,

jurnlah imago yang dihasilkan dan laju sintasan (Smith 1996). Psrilaku parasitaid turut

menentukan aktivitas parasitoid dalam menekan.insngnya. Sabagai contoh diketahui

bahwa parasitoid Mat pengorok H. vatf'camis memiliki pedaku mekrmpuhh intangnya
sebelurn diBetalri telur, dan 64% kernatian inang di lapangan akibat peiurnpuhan.

Oengan perilaku demihian ticlgkat kemgltian tam karena H varkumk meningirat Ban
irerusakan yang iebih prah d m dbkan, Mingga pamattoid ini &kt# di lapangan

dalam m e n e h papulasi L i r i a m ~ aspp.

S p e w parasitaid Mainnya y a q M u d i k i kmungkinannya digunakan
ddarn inundasi, khususnya di rumah Icaca addah G. mEcrwnorpCra. Pamitoid ini
dikebhui rnmliiri poia reproduksi teliotoici, sehingga b b h mudah dibkkan

secara

rnassal di hboratorium. Kekmediiaart parasbid M n a dalam jumiah yang banyak
diharapkan dapat manekan serangan L, satiwae. di m a h kaca, Hal ini diukung

dengan pengam-n

sdama ini rang rnembktikm trahwa

Granatma sp. sangat

bedimpah di tabratoriurn, namun sangat jarang ditemukan di lapangan (Rauf,
komunikasi pribadi). Untuk icepetluan inokulasi kimnya perfu diupayakn agar G.

miwamorpha marnpu bertshan dan berkemkng dengan baik di lapangan. Salah satu
upaya dapat difakukan adalah dengan mernanipuki faMor lingkungan yang dapat

rnemgengaruhi menduirung kehidupan dan peTkembmgan paputasi pamitoid.

%banyak 19 m i e s pamitoidditemum krasosiasi dengan tafva L, sat&-.
Parasitoicl R c f e i W , Q. iiriom~ae,Chtymatis sp., dan M vsrkumk memiliki

potensi untuk dimanfaatkan sehgai &gens pmgenddian hay& krdasarkan
pertimhngan kdrnpahan di lapangan dan priiakunya.

Pemanaaian -pat

parasitoid ini dahm pengendalian hayEsti m y a n y a , cfiaunjang deh pemahaman
mengenai bidagi clan ekologinya.
Dalarn meningkatkan peran parasfid untuk mertekan m n g a n Idat pengarok

daun L. satha, tindakan konsenrasi dan augmentad v r t i pngurangan
penggunaan inseCttisida dan penyetjin sum&

makinan tambatran di iapangan,

seCb perbanyakan massal parasitoid Bi hbafabriurn m u diupayakan.

-

y ~ ~ parasitoids
u s of the peach leafminer, Lyomtia detk8IIa
(Cinnaeus) (Lepdoptem: Lyonetiidae), Appl Entomoi Zoai 33(2): 299-304,

Adachi 1. 1998. H

A r a b & N & Kin@ K. 1998. Motes on the fauna of the wrpentine l e a f m h tifbrnyrra
tt#dii j8urgess) (Diptern: Agromymk) in Okinawa, southern Japan. Appl
Entamol Zool334): 577-581.
Arakaki N, Q i h i T & Nona H. 2001, Pharthsnogenesis induced by wolbachia in
Grnnotoma mkmmorpha (Hymenoptera-Eudlidae). EntmoI Science. 4(1):
9-15.

Bordat D, Cdy EV & Olivera CR. 1995. Murphametric, hbglml and behavioral
differences b b m e n Hernipfarsenus v a h m i s and Qpius dssihrs (Hym:
Bramid-) parasitaids of Liriomyza MWii (Dip: AgrornyPdm). J App Ent 119:
423427.

Berrenbaum MR. 1995. 8ug in the system. Perseus books. Massachusett. USA.

Buena 7". 1950. A glossary of entamobgy. EntamoOogica( Society. 356p.
Cadtun CA & Allen WW, 1981. The biolagy of Liriomyza f&dii an beans and
chrysanthemums. In : Schuster DJ ditor. Liriomyza leaf