Profil Kawasan Agribisnis Peternakan Domba di Kabupaten Garut Jawa Barat

\

PROFIL KAWASAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DOMBA
DI KABUPATEN GARUT JAWA BARAT
Priatna, W.B.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
(Diterima 11-04-2003; disetujui 08-07-2003)

ABSTRACT
The sheep agribusiness in Garut Regency West Java is a long time business done by the communities, it is not only a production
center of sheet Garut but also Gamt as that needs to be paid more attention by many people. Garut sheep is a local ones that have
superior quality so the improvement should be done directly and systematically to give more contribution for local livestock basedanimal husbandry. The development of an animal husbandry agribusiness area needs information support about the area that will be
developed. The profil of a sheep agribusiness area will give certain description to be the information material. It will give close
perception for the existence and the development of a sheep husbandry agribusiness area in Garut Regency, West Java.
Keywords: animal husbandry agribusiness area, sheep husbandry.

PENDAHULUAN
Proses industrialisasi pertanian telah mengubah
kegiatan ekonomi berbasis sumber daya hayati, dari
sekedar bentuk pertanian primer menjadi suatu sektor
ekonomi modern dan besar (megasektor) yang kita

namakan sebagai sektor agribisnis. Industrialisasi
pertanian primer menjadi sektor agribisnis tersebut
berimplikasi pada cara melihat, mengevaluasi,
mengelola dan membangun kegiatan ekonomi
berbasis sumber daya hayati. Di masa lalu, kegiatan
ekonomi tersebut hanya dihhat, dievaluasi, dikelola
dan dibangun terbatas pada subsektor pertanian,
maka dewasa ini dan terutama di masa yang akan
datang, kegiatan ekonomi tersebut harus dilihat
sebagai suatu sektor agribisnis dimana subsistem
agribisnis hulu, subsistem usahatani, subsistem
agribisnis hilir dan subsistem penunjang merupakan
suatu kesatuan kegiatan ekonomi yang integral.
Penerapan sistem agribisnis di lapangan sampai
saat ini mash memerlukan pendalaman, yang
membutuhkan peran serta dari berbagai pihak,
terutama para pelaku agribisnis, pemerintah, lembaga
penelitian dan pengembangan serta pendidikan
tinggi. Pengembangan agribisnis peternakan sebagai
salah satu komponen dari pembangunan agribisnis,

juga mash menghadapi keterbatasan. Keterbatasanketerhatasan dan kondisi pembangunan peternakan
pada saat ini, merupakan tantangan yang harus
diubah menjadi peluang, dan secara terus menerus
diarahkan untuk mencapai manfaat yang optimal.
Sumber daya alam dan sumber daya manusia harus
secara terarah dan sistematis dipadupadankan untuk
memperoleh
keuntungan
kompetitif,
dalam

mewujudkan sistem agribisnis peternakan yang
diharapkan.
Kendala-kendala yang masih masih dirasakan
dalam mengembangkan suatu kawasan agribisnis
peternakan, antara lain kurangnya modal investasi,
rendahnya penguasaan teknologi dan tingkat pendapatan para peternak. Oleh karenanya, memerlukan
penanganan bersama yang tidak saja melibatkan
pemerintah dan masyarakat, tetapi yang tidak kalah
pentingnya adalah keterlibatan investor. Untuk

menumbuhkan kebersamaan dalam mengembangkan
suatu kawasan dengan cara pandang yang relatif
sama, dibutuhkan informasi yang mampu memberikan gambaran tentang lokasi pengembangan.

MATERI DAN METODE
Kegiatan difokuskan di kawasan peternakan
domba di Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Pada
tahap awal, dipersiapkan perizinan untuk ke
lapangan, agar pelaksanaan survei menjadi lancar dari
segi administrasi dan legalitas. Data yang dipergunakan dalam kegiatan ini, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang berasal
dari pengamatan lapangan dan hasil wawancara
dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam
aktivitas dan rencana pengembangan kawasan
peternakan. Untuk kepentingan wawancara digunakan kuesioner yang telah dipersiapkan dengan menggunakan metode indepth interview. Para responden
yang diwawancarai ditentukan dengan metode
purposive sampling, artinya responden merupakan
orang-orang yang dianggap mengetahui tentang
pelaksanaan, kebijakan dan pengembangan kawasan
peternakan di daerahnya. Data sekunder dibutuhkan


Med. Pet. Vol. 26 No. 2

untuk mendapat gambaran yang lebih luas dan
komprehensif dari apa yang teramati dan terukur di
lapangan. Data sekunder ini tiada lain data-data yang
sudah dipublikasikan dan hasil studi literatur, yang
berasal dari instansi-instansi terkait. Data yang
dihasilkan dianalisis secara statistik deskriptif untuk
memberikan gambaran mengenai profil kawasan
peternakan domba di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Populasi Domba di Kabupaten Garut
Potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Garut
dalam sektor peternakan adalah populasi domba yang
tinggi yaitu bejumlah 289.989 ekor yang tersebar di
ketiga wilayah pengembangan Kabupaten Garut.
Pada Wilayah Pengembangan I terdapat populasi
domba sebanyak 176.217 ekor dengan jumlah domba
jantan 53.796 ekor dan domba betina bejumlah

122.421 ekor. Populasi domba jantan terbanyak
HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat di Kecamatan Malangbong yaitu be jumlah
8.069 ekor, sedangkan untuk populasi domba betina
Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Garut
terbanyak terdapat di daerah Kecamatan Cisurupan
Kabupaten Garut terletak di Propinsi Jawa Barat dengan jumlah 18.323 ekor, sedangkan untuk populasi
sebelah Selatan, di antara 6057'49" - 7O45'00 Lintang domba jantan dan betina terbanyak terdapat di
Selatan dan 107025'8"- 108007'30" Bujur Timur, Kecamatan Cisurupan yaitu 25.655 ekor.
dengan luas wilayah 306.519 Ha. Di lihat dari segi
Pada Wilayah Pengembangan 11 populasi
domba
yang tercatat sebanyak 63.558 ekor, yaitu
geografis Kabupaten Garut merupakan daerah yang
terdiri dari batuan dan pegunungan. Jenis batuan domba jantan sebanyak 20.746 ekor dan domba betina
terluas adalah berupa batuan hasil gunung api tak sebanyak 42.812 ekor. Wilayah yang memiliki domba
teruraikan, yang tersebar di beberapa daerah dengan terbanyak adalah Kecamatan Cikajang yaitu 15.046
luas 124.465 Ha yang mencakup 40'64% dari seluruh ekor. Domba jantan terbanyak dirniliki oleh
luas wilayah. Secara topografi Kabupaten Garut Kecamatan Singajaya yaitu 4.806, dan domba betina
terletak pada ketinggian 500-1.000 meter di atas terbanyak dimiliki oleh Kecamatan Cikajang berpermukaan laut, yaitu meliputi areal seluas 122.465 jumlah 11.017 ekor.

Wilayah Pengembangan 111, populasi dombanya
Ha mencakup 39,85% dari seluruh wilayah.
Persentase kemiringan lahan berkisar antara 15-40%, tercatat sebanyak 50.214 ekor, dengan populasi domba
jantan sebanyak 22.785 ekor dan domba betina
meliputi areal seluas 127.747 Ha (41,68 %).
Kabupaten Garut berbatasan langsung dengan sebanyak 27.429 ekor. Wilayah yang memiliki
Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung di populasi domba terbanyak adalah Kecamatan Cisewu
sebelah Utara, Kabupaten Tasikmalaya di sebelah yaitu bejumlah 16.724 ekor dengan rincian untuk
Timur, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung populasi domba jantan sebanyak 8.998 ekor dan untuk
di sebelah Barat, serta Samudera Indonesia di sebelah populasi domba betina 7.726 ekor.
Selatan. Wilayah Kabupaten Garut secara AdminisPada tahun 2002, jumlah populasi domba di
tratif terbagi menjadi 37 kecamatan dengan 405 desa Garut telah meningkat menjadi 329.975 ekor pada
atau kelurahan.
semester I, dengan sentra produksi domba bibit dari
Menurut pola dasar pembangunan Kabupaten beberapa kecamatan yaitu; (1). Kecamatan Cikajang,
Garut, pengembangan wilayah Kabupaten Garut (2). Kecamatan Cisurupan, (3). Kecamatan Bayongterbagi menjadi tiga: (1) Wilayah Pengembangan bong, dan (4) Kecamatan Tarogong. Pada keempat
Utara, daerah ini diarahkan sebagai pasar industri, Kecamatan tersebut terdapat penduduk yang bermata
pengolahan hasil pertanian, perkebunan, serta pusat pencaharian sebagai petani sebanyak 12.584 KK.
pemasaran hasil-hasil perkebunan; (2) Wilayah Sementara itu populasi domba yang dirniliki sebanyak
Pengembangan Tengah, dititikberatkan pada sentra 63.115 ekor, dengan produksi domba bibit adalah

produksi pertanian, perkebunan dan peternakan yang 62.922 ekor per tahunnya, dan dipasarkan pada area
berskala ekonomi (komersial), kemudian sebagai lokal, regional sampai nasional. Slain memiliki
pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendi- daerah sentra pengembangan produk unggulan
dikan (kota Garut); dan (3) Wilayah Pengembangan domba bibit, juga memiliki daerah produk unggulan
Selatan, diarahkan pada pengembangan pariwisata domba produksi atau pedaging yang tersebar di (1)
sebagai sirnpul-simpul pengembangan wilayah Kecamatan Kadungora, (2) Kecamatan Banyuresmi,
Kabupaten Garut dalam mendukung pertumbuhan (3) Kecamatan Leles, (4) Kecamatan Samarang, (5)
Kecamatan Wanaraja, dan (6) Kecamatan Karangekonomi regional.
pawitan.

Med. Pet. VoI. 26 No. 2

Pemotongan Domba di Kabupaten Garut
Pada Wilayah Pembangunan I tercatat bahwa
hasil pemotongan domba sebanyak 3.611 ekor yang
terdiri dari domba jantan sebanyak 2.101 dan domba
betina sebanyak 1.510 ekor dan hanya terdapat tiga
Rumah
Kecamatan yang
memotongnya

di
Pemotongan Hewan (RPH), yaitu Kecamatan
Wanaraja, Kecamatan Tarogong dan Kecamatan
Bayongbong. Pemotongan terbanyak dilakukan oleh
Kecamatan Tarogong. Berdasarkan data tercatat dari
18 kecamatan di Wilayah Pengembangan I, terdapat
11 Kecamatan termasuk ketiga kecamatan di atas yang
melakukan pemotongan di luar RPH dengan jumlah
pemotongan 3.602 ekor domba, yakni untuk
pemotongan domba jantan sebanyak 2.069 ekor dan
domba betina sebanyak 1.533 ekor.
Untuk Wilayah Pengembangan I1 yang terdiri
dari delapan kecamatan, hanya satu kecamatan yang
memotong domba di RPH yaitu Kecamatan Cikajang,
sedangkan empat kecamatan memotong domba di
luar RPH. Jumlah domba yang di potong di RPH
sebanyak 19 ekor, yang terdiri dari 7 ekor domba
jantan dan 12 ekor domba betina. Sedangkan untuk
pemotongan di luar RPH yaitu sebayak 548 ekor, yang
terdiri dari 521 ekor domba jantan dan 27 ekor domba

betina.
Pada Wilayah Pengembangan I11 tercatat hanya
satu kecamatan dari lima kecamatan yang memotong
dombanya di RPH, sedangkan yang lainnya tidak ada
yang memotong domba di RPH. Jumlah domba yang
terpotong pada Wilayah Pembangunan I11 sebanyak
159 ekor dengan rincian 82 ekor domba jantan dan 77
ekor domba betina.
Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Kadungora
Secara administratif Kecamatan Kadungora
berada di wilayah Kabupaten Garut, berbatasan
langsung dengan Kecamatan Cicalengka Kabupaten
Bandung di sebelah LTtara, Kecamatan Leles di sebelah
Selatan, Kabupaten Bandung di sebelah Barat dan
Kecamatan Cibiuk di sebelah Timur. Kecamatan
Kadungora memiliki luas wilayah 3.485,9 Ha yang
terdiri dari lahan sawah 1.642 Ha dan lahan kering
1.816 Ha. Jumlah desa yang ada di wilayah
Kecamatan Kadungora adalah 14 desa.
Kondisi iklim bervariasi setiap tahunnya

dengan curah hujan setahun rata-rata 15.985 mm dan
rata-rata hari hujan 153 hari. Ketinggian dari
pcrmukaan laut adalah 450-1.000 meter, dengan suhu
maksimum 28OC dan minimum 180C. Tofografi
wilayah Kadungora terdiri atas berombak datar 70%,

berombak berbukit 20% dan bukit atau gunung 10%.
Jenis tanahnya adalah latosol coklat dan regosol
kelabu, dengan pH tanah 4-5,5. untuk tanah darat dan
5-6,5 untuk sawah. Jumlah tanah yang diklasifikasikan
subur sekali seluas 800 Ha, subur 2.361 Ha dan kurang
subur 277 Ha.
Jumlah penduduk Kecamatan Kadungora
adalah 73.627 jiwa, yang terdiri dari penduduk yang
berjenis kelamin laki-laki 37.246 jiwa dan perempuan
36.381 jiwa. Sebagian besar penduduk Kadungora
berusia antara 16-59 tahun (43.764 jiwa), dengan
tingkat pendidikan sebagian sekolah dasar dan
sebagian lagi sekolah lanjutan tingkat pertama.
Jumlah kepala keluarganya adalah 17.025 KK, yang

sebagian besar (15.517 KK) adalah keluarga tani,
sedangkan lainnya sebagai buruh tani.
Jenis mata pencaharian yang diusahakan oleh
penduduk Kecamatan Kadungora relatif tidak
bervariasi, dari data yang tercatat semuanya adalah
para petani. Penduduk Kadungora lebih banyak
sebagai petani pemilik (5.769 orang). Berdasarkan sub
sektor yang diusahakan petani adalah tanaman
pangan diusahakan oleh 6.450 orang, peternakan 215
orang, perkebunan 122 orang dan perikanan 875
orang.
Populasi ternak domba yang berada di wilayah
Kecamatan Kadungora pada semester I tahun 2002
berjumlah 8.011 ekor. Populasi ternak domba tersebut
terdiri atas domba dewasa 4.866 ekor (jantan 1.545
ekor, dan betina 3.321 ekor), muda 1.847 ekor (jantan
503 ekor dan betina 1.344 ekor), dan anak 1.298 ekor
(jantan 475 ekor dan betina 823 ekor).
Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Banyuresmi
Wilayah Kecamatan Banyuresmi secara
administratif berada di wiIayah Kabupaten Garut,
berbatasan langsung dengan Kecamatan Leuwigoong
di sebelah Utara, Garut Kota di sebelah Selatan,
Kecamatan Taragong disebelah Barat dan Kecamatan
Wanaraja di sebelah Timur. Luas wilayah Kecamatan
Banyuresmi adalah 50,73 km2 yang terdiri dari 16
Desa. Sedangkan jarak tempuh yang bisa dicapai dari
Kecamatan Banyuresmi ke Ibukota Kabupaten 11 km
dengan waktu tempuh selama 15 menit (1/4 jam),
sedangkan ke Ibukota Propinsi 60 km. Kecamatan
Banyuresmi memiliki fasilitas jalan berupa jalan aspal
sepanjang 112 km dan jalan yang diperkeras
sepanjang 55 km, yang meliputi jalan propinsi
sepanjang 7 km dan jalan kabupaten sepanjang 16 km.
Untuk mendukung kegiatan perekonomian terdapat
prasarana perdagangan berupa 1 unit KUD, 2 unit
Bank dan Pasar Tradisional sebanyak 2 unit.

Med. Pet. Vol. 26 No. 2

Berdasarkan luas wilayah dan jumlah
penduduk, maka kepadatan penduduk di Kecamatan
Banyuresmi adalah 77,485 jiwa/km2. Komposisi
penduduk di Banyuresmi adalah jumlah penduduk
yang berjenis kelamin laki-laki 35.161 jiwa dan
perempuan 42.324 jiwa yang tersebar hampir merata
di setiap desa, sedangkan jumlah rumah tangga yang
terdapat di Banyuresmi yaitu sebanyak 22.678
keluarga.
Jenis mata pencaharian yang diusahakan oleh
penduduk Kecamatan Banyuresmi sangat bervariasi,
yang paling banyak dilakukan adalah sebagai buruh
tani, yang dijalani oleh 21.461 orang, sedangkan
penduduk yang bermata pencaharian sebagai
peternak berjumlah 1.541 orang.
Ternak domba yang ada di Kecamatan
Banyuresmi sebanyak 5.226 ekor, yang tersebar
hampir merata di 16 desa, jumlah terbanyak yaitu di
Desa Pasawahan sebanyak 875 ekor dan yang paling
sedikit di Desa Bagendit sebanyak 117 ekor.
Persediaan air pada musim kemarau mencukupi,
kecuali pada empat desa yang mengalami kekurangan
air pada musirn kemarau, desa-desa tersebut adalah
Desa Sukasenang, Desa Pasawahan, Desa Dangdeur,
dan Desa Sukakarya. Persediaan air pada musim
penghujan di ke 16 desa tersebut mencukupi.
Persediaan hijauan makanan ternak pada saat
musim kemarau di 10 desa mengalami kekurangan,
kecuali pada enam desa yaitu: Desa Sukasenang, Desa
Cipicung, Desa Pamekarsari, Desa Binakarya, Desa
Pananjung dan Desa Sukamukti, sedangkan pada
musim penghujan persediaan hijauan makan ternak
mencukupi di seluruh desa. Luas lahan penggembalaan yang dimiliki oleh Kecamatan Banyuresmi
yaitu 243 Ha, dan terdapat 1 desa yang tidak memiliki
lahan penggembalaan, yaitu Desa Sukasenang.
Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Leles
Kecamatan Leles berbatasan secara administratif dengan Kecamatan Kadungora di sebelah Utara,
Kecamatan Banyuresmi di sebelah Selatan, Kecamatan
Cipaku dan Kabupaten Bandung di sebelah Barat dan
Kecamatan Leuwigoong disebelah Timur. Luas
wilayah Kecamatan Leles adalah 65,24 Km2 terdiri
dari 12 desa, dengan luas desa terbesar adalah Desa
Dano yaitu 17,15 Km2 sedangkan yang terkecil adalah
Desa Salamnunggal yaitu 0,58 Km2. Jarak dari
Kecamatan Leles ke Ibulota Kabupaten yaitu
sepanjang 12 Km yang dapat ditempuh selama 15
menit (0,25 jam) perjalanan, sedangkan jarak ke
Ibukota Propinsi sejauh 50 Km. Kecamatan Leles
memiliki jalan darat yang tergolong sebagai jalan

propinsi sepanjang 11 I(m dan jalan kabupaten
sepanjang 7 Km, jika dilihat dari permukaan jalan
untuk jalan diaspal terdapat sepanjang 39 Km, jalan
diperkeras sepanjang 20 Km dan jalan tanah
sepanjang 43 Km.
Sarana Perdagangan yang dimiliki oleh
Kecamatan Leles yaitu berupa 1 unit KUD, 1 unit
Bank, 1 unit Pasar Tradisional, 1 unit BPKD/BPR.
Jumlah penduduk di Kecamatan Leles yaitu 64.473
jiwa dengan kepadatan sekitar 989 jiwa/kilometer
persegi. Komposisi penduduk Leles adalah 32.569
orang berjenis kelamin laki-laki dan 31.904 berjenis
kelamin perempuan. Jumlah rumah tangga di
Kecamatan Leles adalah 49.563 KK. Konsentrasi
penduduk terbesar terdapat di Desa Jangkurang yaitu
berjumlah 6.805 jiwa.
Jenis mata pencaharian yang diusahakan oleh
penduduk Kecamatan Leles bervariasi, namun jenis
yang paling banyak dikerjakan adalah bidang
pertanian yaitu sebanyak 25.130 orang, baik sebagai
petani pemilik, petani penggarap, buruh tani,
peternak ataupun buruh peternakan.
Populasi ternak domba di Kecamatan Leles
berjumlah 8.334 ekor, ternak domba terbayak terdapat
di Desa Margaluyu dengan jumlah 1.190 ekor dan
Desa Cangkuan dengan jumlah 1.036 ekor, selebihnya
tersebar hampir merata di seluruh desa pada
Kecamatan Leles.
Persediaan air untuk peternak besar pada
musim kemarau mencukupi pada seluruh desa,
demikian halnya pada musim kemarau, bahkan
terdapat dua desa yaitu Desa Jangkurang dan Desa
Lembang yang memiliki persediaan air berlimpah
pada musim penghujan. Untuk kebutuhan hijauan
makanan ternak pada musim kemarau mash
kekurangan, namun beda halnya jika pada musim
penghujan, persediaan hijauan makanan ternak
melimpah pada seluruh desa di Kecamatan Leles.
Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Wanaraja
Kecamatan Wanaraja secara administrasi berada
di wilayah Kabupaten Garut, berbatasan langsung
dengan Kecamatan Sukawening di sebelah Utara,
Kecamatan Karangpawitan di sebelah Selatan,
Kecamatan Banyuresmi di sebelah Barat dan
Kabupaten Tasikmalaya di sebelah Timur. Kecamatan
Wanaraja memiliki luas wilayah 88,30 km2 yang
terdiri dari 23 Desa.
Jarak tempuh yang bisa dicapai dari Kecamatan
Wanaraja ke Ibukota Kabupaten 10 km dengan waktu
tempuh selama 15 menit, dan ke Ibukota Propinsi
sekitar 70 km. Penduduk Kecamatan Wanaraja

Med. Pet. Vol. 26 No. 2

berjumlah 90.013 orang, yang terdiri dari penduduk
yang berjenis kelamin laki-laki 45.278 jiwa dan
perempuan 44.735 jiwa. Sedangkan jumlah rumah
tangga yang terdapat di Kecamatan Wanaraja yaitu
23.404 keluarga.
Jenis mata pencaharian yang diusahakan oleh
penduduk Kecamatan Wanaraja bervariasi, dari data
yang tercatat terdapat 9 jenis mata pencaharian yang
dimiliki oleh 23.404 KK, sebagian besar penduduk
bermata pencaharian sebagai petani tanaman pangan
yaitu sebanyak 8.293 orang, sedangkan untuk
peternakan berjumlah 2.294 orang.
Populasi ternak domba yang berada di wilayah
Kecamatan Wanaraja berjumlah pada semester I tahun
2002 berjumlah 11.689 ekor. Populasi ternak domba
tersebut terdiri atas domba dewasa 3.987 ekor (jantan
1.584 ekor, dan betina 2.403 ekor), muda 2.059 ekor
(jantan 938 ekor dan betina 1.121 ekor), dan anak 1.639
ekor (jantan 675 ekor dan betina 964 ekor).
Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Samarang
Secara administratif Kecamatan Samarang
terdiri dari 24 desa/kelurahan dengan luas wilayah
81,54 km2. Kecamatan Samarang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Bandung di sebelah Utara,
Kecamatan Bayongbong di sebelah Selatan,
Kabupaten Bandung di sebelah Barat, dan di sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarogong.
Secara orbitasi jarak dari Kecamatan Samarang
ke Ibukota Kabupaten sepanjang 18 Km dan dapat
ditempuh dalam waktu 15 menit perjalanan, ke
Ibukota Propinsi sepanjang 67 Km. Fasilitas jalan
darat dilihat pada permukaan yaitu, jalan aspal
sepanjang 37 Km, jalan diperkeras sepanjang 19 Km,
jalan tanah 42 Km, sedangkan jalan kabupaten
sepanjang 22 Km.
Untuk
mendukung
sisi
perekonomian,
Kecamatan Samarang memiliki prasarana perdagangan berupa 1 unit KUD, 3 unit Bank, 2 unit
Pasar Tradisional. Jumlah penduduk yang bertempat
tinggal Kecamatan Samarang sebanyak 112.958 orang,
dengan rincian penduduk berjenis kelamin laki-laki
berjumlah 56.479 orang, dan perempuan 56.479 orang.
Jumlah rumah tangga di Kecamatan Samarang
sebanyak 25.150 KK. Sebagian besar penduduk di
Kecamatan Samarang memilih bekerja di bidang
pertanian, jumlah penduduk yang bermata pencaharian di bidang pertanian adalah 54.329 orang,
sedangkan penduduk yang bermata pencaharian di
bidang peternakan berjumlah 14.085 orang.
Ternak Domba yang terdapat di Kecamatan
Samarang berjumlah 9.612 ekor, populasi ternak

domba banyak terdapat dibeberapa desa, yaitu Desa
Barusari sebanyak 928 ekor, Desa Sarimukti sebanyak
868 ekor, dan Desa Cisarua sebanyak 856 ekor.
Sisanya, populasi domba menyebar hampir merata di
seluruh desa/kelurahan, hanya satu desa yang tidak
terdapat ternak domba yaitu Desa Tanjungkarya.
Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Karangpawitan
Letak Kecamatan Karangpawitan secara
administratif berada di Kabupaten Garut, berbatasan
dengan Kecamatan Banyuresmi di sebelah Utara,
Kecamatan Wanaraja di sebelah Selatan, Garut Kota di
sebelah Barat, dan berbatasan dengan Kabupaten
Tasikmalaya di sebelah Timur. Luas wilayah yang
dimiliki oleh Kecamatan Karangpawitan yaitu 4.500
Km2, terbagi menjadi 20 desa dengan luas wilayah
yang hampir sama yaitu 1 - 4 Krn2.
Secara orbitasi jarak dari Kecamatan Karangpawitan ke Ibukota Kabupaten adalah 9 km yang
dapat di tempuh selama 15 menit perjalanan, dan ke
Ibukota Propinsi berjarak 69 Km. Jenis jalanan di
Kecamatan Karangpawitan yaitu jalan kabupaten
sepanjang 18 Km, kemudian fasilitas jalan darat yang
dimiliki berupa jalan aspal sepanjang 50 Km, jalan
diperkeras sepanjang 9 Km, dan jalan tanah sepanjang
9 Km.
Menurut data penduduk yang tercatat di
Kecamatan Karangpawitan berjumlah 99.039 jiwa, jika
dilihat dari segi kepadatan penduduk, maka setiap
kilometer persegi terdapat 22,1 penduduk. Jumlah
kepala keluarganya sebanyak 21.992 KK yang tersebar
hampir merata di seluruh desa. Dari segi komposisi
jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan
adalah lebih banyak yaitu 51.287 orang, dibandingkan
Iaki-laki yang jurnlahnya 47.752 orang.
Jumlah penduduk yang sudah bekerja di
Kecamatan Karangpawitan yaitu sebanyak 27.580
orang, sebagian besar penduduknya bekerja di sektor
pertanian yaitu sebanyak 15.590 orang, pegawai
pemerintahan sebanyak 2.818 orang sebagai pedagang
sebanyak 2.236 orang, disusul oleh industri kecil
sebanyak 1.863 orang, kemudian pertambangan/
galian sebanyak 914 orang, pegawai swasta sebanyak
85 orang, pensiunan sebanyak 278 orang dan
pekerjaan lain-lain sebanyak 3.796 orang.
Dari data yang tercatat, Kecamatan Karangpawitan memiliki ternak domba sebanyak 6.284 ekor,
konsentrasi terbesar terdapat di Desa Sindanggalih
yaitu sebanyak 600 ekor, dan jumlah terkecil terdapat
di Desa Jatisari yaitu sebanyak 144 ekor, meskipun
demikian terdapat satu desa yang tidak terdapat
ternak domba yaitu Desa Tanjungsari.

Med. Pet. Vol. 26 No. 2

Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Cikajang
Letak wilayah Kecamatan Cikajang berbatasan
dengan Kecamatan Cisurupan dan Kecamatan
Bayongbong di sebelah Utara, Kecamatan Cihurip dan
Kecamatan Cisompet di sebelah Selatan, Kecamatan
Cisurupan dan Kecamatan Pamulihan di sebelah
Barat, Kecamatan Bayongbong dan Kecamatan
Banjarwangi di sebelah Timur. Luas wilayah
Kecamatan Cikajang adalah 57,55 Km2.
Dari segi orbitasi jarak tempuh ke Ibukota
Kabupaten adalah 26 Km, ke Ibukota Propinsi 86 Km,
yang dapat di tempuh dalam waktu 1,5 jam
perjalanan. Untuk fasilitas jalan darat, di Kecamatan
Cikajang tersedia tiga jenis jalan yaitu jalan aspal
sepanjang 40,7 Km, jalan diperkeras 29,l Km dan jalan
tanah sepanjang 9,3 Km. Jalan-jalan tersebut terbagi
menjadi tiga jenis yaitu jalan nasional sepanjang 22
Km, jalan propinsi sepanjang 12 Km, dan jalan
kabupaten sepanjang 6 Km.
Sebagian besar penduduk Kecamatan Cikajang
bermata pencaharian dibidang pertanian yaitu
sebanyak 21.932 orang, sedangkan yang bermata
pencaharian sebagai pedagang berjumlah 1.198 orang.
Kecamatan Cikajang memiliki jumlah peternak
sebanyak 2.230 orang, sedangkan buruh peternakan
berjumlah 3.608 orang.
Dalam mendukung perekonomian, Kecamatan
Cikajang memiliki prasarana perdagangan berupa 1
unit KUD, 5 unit Bank, 1 unit Pasar Tradisional, dan 3
unit Pusat Pertokoan. Kecamatan Cikajang di huni
oleh 57.845 jiwa penduduk yang terdiri dari 28.415
orang berjenis kelamin perempuan dan 29.433 orang
laki-laki, sedangkan jumlah kepala rumah tangga
adalah 15.016 KK.
Kecamatan Cikajang memiliki populasi ternak
domba sebanyak 10.897 ekor, populasi terbesar
terkonsentrasi di Desa Margamulya yaitu 3.552 ekor,
dan terkecil terdapat di Desa Mekarsari yaitu 125
ekor.
Persediaan air untuk peternakan di m u s h
kemarau melimpah pada tujuh desa yaitu: Cikandang,
Cipangramatan, Mekarjaya, Simpang, Giriawas,
Girijaya, Margamulya, dan mencukupi pada empat
desa lainnya, yaitu: Cikajang, Cibodas, Mekarsari, dan
Padasuka. Sedangkan pada musim penghujan seluruh
desa mendapatkan air berlimpah.
Hijauan makanan ternak pada musim kemarau
mencukupi pada delapan desa yaitu: Cikandang,
Cipangramatan, Mekarjaya, Simpang, Giriawas,
Mekarsari, Girijaya, dan Padasuka. Akan tetapi,
terdapat tiga desa yang mengalami kekurangan
hijauan makanan ternak yaitu: Desa Cikajang,

Cibodas, dan Padasuka sedangkan pada musim
penghujan persediaan hijauan makanan ternak
melimpah di seluruh desa. Kecamatan Cikajang
menurut data yang tercatat tidak memiliki lahan
gembalaan untuk ternak.
Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Bayongbong
Secara administratif Kecamatan Bayongbong
berada di wilayah Kabupaten Garut yang berbatasan
dengan Kecamatan Samarang di sebelah Utara,
Cikajang di sebelah Selatan, Kecamatan Cisurupan di
sebelah Barat dan Kecamatan Cilawu di sebelah
Timur. Kecamatan Bayongbong memiliki luas wilayah
62.40 Km2 yang terdiri dari 22 Desa. Kondisi iklim
bervariasi setiap tahunnya dengan rata-rata curah
hujan per tahun 1.250 mm, dengan rata-rata hari hujan
50,2 hari. Daerah Bayongbong memiliki ketinggian
dari permukaan laut antara 700-1200 m, yang
sebagian besar (5.963,75 Ha) merupakan perbukitan/
pegunungan. Suhu rata-rata di daerah Kecamatan
Bayongbong berkisar antara 25-30° C.
Jarak tempuh yang bisa dicapai dari Kecamatan
Bayongbong ke Ibukota Kabupaten 13 Km dengan
waktu tempuh selama 30 menit (1/2 jam), sedangkan
ke Ibukota Propinsi berjarak 73 Km. Fasilitas jalan
darat di Kecamatan Bayongbong berupa jalan aspal
sepanjang 64,36 Km, jalan yang diperkeras sepanjang
24,36 km, dan jalan tanah sepanjang 16,25 Km. Jenis
jalan yang dimilikinya berupa jalan propinsi
sepanjang 11 km dan jalan kabupaten sepanjang 16
km. Untuk mendukung kegiatan perekonomian
terdapat prasarana perdagangan berupa 1 unit KUD, 1
unit Bank, Pasar Tradisional 1 unit, pusat pertokoan
sebanyak 3 unit dan 2 unit pasar ternak.
Jumlah penduduk di Kecamatan Bayongbong
adalah 109.080 orang, yang terdiri dari penduduk
yang berjenis kelamin laki-laki 53.955 orang dan
perempuan 55.125 orang. Sedangkan jumlah rumah
tangga yang terdapat pada Kecamatan Bayongbong
yaitu sebanyak 25.797 KK.
Jenis mata pencaharian yang diusahakan oleh
penduduk Kecamatan Bayongbong bervariasi, dari
data yang tercatat terdapat 12 jenis mata pencaharian
yang dimiliki oleh 28.937 orang, sebagian besar
penduduk bermata pencaharian sebagai buruh tani
yaitu sebanyak 15.350 orang, sedangkan untuk
peternak terdapat 2.874 orang dan buruh peternakan
3.102 orang.
Populasi ternak domba yang berada di
Kecamatan Bayongbong berjumlah 11.474 ekor, yang
tersebar di 22 desa. Jumlah domba terbanyak di Desa

Med. Pet. Vol. 26 No.2

Sukahurip (1.419 ekor), dan yang paling sedikit di
Desa Bayongbong (149 ekor).
Persediaan air di desa-desa tersebut pada
musim kemarau mencukupi, kecuali pada tujuh desa
yang biasa mengalami kekurangan air yaitu: Desa
Barusuda, Desa Cigedug, Desa Sukahurip, Desa
Sindangsari, Desa Cintanagara, Desa Pamalayan, dan
Desa Pamalayan, sedangkan persediaan air pada
musim penghujan di wilayah Kecamatan Bayongbong
mencukupi pada 17 desa, sedangkan lima desa
lainnya, yaitu: Desa Mulyasari, Desa Bayongbong,
Desa Sukarame, Desa Sirnagalih dan Desa Banjarsari
yang mengalami kekurangan air meskipun pada
musim penghujan. Untuk persediaan hijauan
makanan ternak pada saat musim kemarau
mencukupi di 17 desa namun masih terdapat
kekurangan pada lima desa, yaitu Desa Cintanagara,
Desa Ciela, Desa Panembong, Desa Hagarmanah, dan
Desa Sirnagalih, sedangkan pada musim penghujan
persediaan hijauan makanan ternak mencukupi
diseluruh desa.

.

Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Cisurupan
Kecamatan Cisurupan terletak di Kabupaten
Garut, berbatasan dengan Kecamatan Sukaresmi di
sebelah Utara, Kecamatan Cikajang di sebelah Selatan,
Kabupaten Bandung di sebelah Barat, dan Kecamatan
Bayongbong di sebelah Timur. Luas wilayah
Kecamatan Cisurupan adalah 12673 K m 2 dan terbagi
menjadi 22 desa, secara orbitasi jarak antara
Kecamatan Cisurupan ke Ibukota Kabupaten adalah
23 Km,yang dapat di tempuh dalam waktu sekitar 30
menit, sedangkan ke Ibukota Propinsi adalah 86 Km.
Untuk mendukung sarana transportasi darat,
pemerintah menyediakan fasilitas jalan, yang terdiri
dari dua jenis yaitu jalan propinsi dan jalan
kabupaten, dengan permukaan jalan diaspal
sepanjang 39 Km, diperkeras 20 Km dan jalan tanah
sepanjang 43 Km.
Sarana perdagangan yang dimiliki oleh
Kecamatan Cisurupan adalah berupa 1 unit KUD, 2
unit Bank, 1 unit pasar tradisional dan 1 unit BPKD.
Kecamatan Cisurupan di huni oleh 97.829 jiwa
penduduk, dengan kepadatan 760 jiwa per kilometer
persegi, wilayah yang memiliki penduduk terbanyak
adalah Desa Cidatar yang di huni oleh 8.271 jiwa
penduduk. Dari segi komposisi penduduk, yang
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 49.891 orang dan
berjenis kelamin perempuan berjumlah 47.938 orang,
dengan jumlah rumah tangga di Kecamatan
Cisurupan adalah 27.266 KK.

Populasi ternak domba di Kecamatan
Cisurupan berjumlah 14.886 ekor domba. Konsentrasi
ternak domba terbesar terdapat di Desa Balewangi
dengan jumlah 3.095 ekor, dan populasi terkecil
terdapat di Desa Cidatar dengan jumlah 4.32 ekor
domba.
Persediaan air pada musim kemarau mencukupi pada sembilan desa yaitu: Desa Sukawargi,
Desa Cisurupan, Desa Karamatwangi, Desa Balewangi, Desa Tambakbaya, Desa Simpangsari, Desa
Pangauban, Desa Cipaganti dan Desa Situsari. Namun
demikian, terdapat tujuh desa yang mengalami
kekurangan air yaitu Desa Sukatani, Desa Cidatar,
Desa Cisero, Desa Sirnajaya, Desa Sirnagalih, Desa
Pakuwon, dan Desa Situsari. Untuk persedian air
pada musim penghujan mencukupi di seluruh desa
yang ada di Kecamatan Cisurupan. Selanjutnya, untuk
persediaan makanan hijauan ternak di Kecamatan
Cisurupan, pada m u s h kemarau terdapat empat desa
yang mengalami kekurangan yaitu Desa Cidatar, Desa
Cisurupan, Desa Cisero dan Desa Balewang. Untuk
desa-desa lainnya, memiliki persediaan hijauan
makan ternak yang mencukupi, sedangkan pada
musim penghujan mencukupi di seluruh desa bahkan
berlimpah pada dua desa yaitu Desa Sukawangi dan
Desa Sukatani.
Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Tarogong
Secara administratif wilayah Kecamatan
Tarogong memiliki 22 desa/kelurahan, yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Banyuresmi di
sebelah Utara, Kecamatan Bayongbong dan
Kecamatan Banjarwangi di sebelah Selatan,
Kecamatan Samarang di sebelah Barat, dan
Kecamatan Garut Kota di sebelah Timur. Luas
wilayah yang dimiliki adalah 60,50 K m 2 . Secara
orbitasi jarak tempuh dari Kecamatan Tarogong ke
Ibu Kota Kabupaten adalah 3 Km, sedangkan jarak ke
Ibu Kota Propinsi 60 Km.
Fasilitas yang disediakan untuk mendukung
sarana transportasi darat, terdapat jalan darat yang
berupa jalan aspal sepanjang 105,3 Krn, jalan
diperkeras 38,85 Km dan jalan tanah 123,5 Km, yang
termasuk ke dalam jenis jalan propinsi sepanjang 12
Km dan jalan kabupaten sepanjang 28,619 Km.
Jenis mata pencaharian yang diusahakan oleh
penduduk Kecamatan Tarogong sangat bervariasi,
seperti pada Kecamatan Cikajang sebagian besar
penduduknya bekerja dibidang pertanian dengan
jumlah 60.356 jiwa, sedangkan yang menekuni
peternakan ada sebanyak 763 orang dan buruh
peternakannya 529 orang.

Med. Pet. Vol. 26 No. 2

Untuk mendukung perekonomian, terdapat 1
unit KUD, 6 unit Bank, 2 unit Pasar Tradisional dan 1
unit Pasar Ternak. Jumlah penduduk di Kecamatan
Tarogong adalah 115.617 orang, dengan komposisi
yang berjenis kelamin laki-laki 57.956 orang dan yang
berjenis kelamin perempuan berjumlah 57.661 orang
sedangkan jumlah rumah tangga di Kecamatan
Tarogong adalah 24.858 KK.
Populasi ternak domba di Kecamatan Tarogong
berjumlah 2.743 ekor yang tersebar di seluruh desa.
Populasi terbesar terkonsentrasi pada Desa
Sukawangi yang berjumlah 434 ekor, sedangkan desa
dengan populasi ternak domba yang sedikit terdapat
di Desa Cimanganten (3 ekor), Tarogong (6 ekor),
Jayawarsa (6 ekor), Sukakarya (6 ekor), dan Haurpanggung (9 ekor).
Persediaan air pada musim kemarau mencukupi diseluruh desa, bahkan kalau di musim
penghujan persediaan air menjadi melimpah. Untuk
persediaan hijauan makanan temak, pada musim
kemarau diseluruh desa mencukupi, dan pada musim
hujan melimpah diseluruh desa.

KESIMPULAN
Kawasan Peternakan Domba di Kabupaten
Garut menunjukan sebaran wilayah yang sangat luas,
sehingga dalam pembinaan pengembangan agribisnis

peternakan domba memerlukan dukungan sumber
daya manusia, sarana dan prasarana yang relatif lebih
banyak. Namun demikian, usaha temak domba di
Kabupaten Garut merupakan usaha yang telah
dilakukan turun temurun dan merupakan "ciri khas"
daerah, sehingga dukungan dari sumber daya
manusia, alam dan sosial akan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Agricultural Statistics 2001. Ministry of
Agriculture, Center for Agricultural Data and
Information. Jakarta.
. 2001. Pembangunan Sistem Agribisnis Sebagai
Penggerak Ekonomi Nasional. Departemen
Pertanian. Jakarta.
. 2002. Laporan Tahunan Dinas Pertanian
Kabupaten Garut Tahun 2001. Dinas Pertanian
Kabupaten Garut. Garut.
. 2000. Laporan Akhir Zdentiflasi Produk
Unggulan Daerah Kabupaten Garut. Bappeda
Kabupaten Garut. Garut.
2001. Garut Dalam Angka 2000. BPS Kabupaten
Garut. Garut.
Saragih, B. 2000. Ap'bisnis Berbasis Peternakan. Pustaka
Wirausaha Muda. Bogor.