Profil Anak Jalanan dan Strategi Pengentasannya di Bandung, Bogor, dan Jakarta

PROFIL ANAK JALANAN
DAN STRATEGI PENGENTASANNYA
DI BANDUNG, BOGOR DAN JAKARTA

SRI TJAHJORINI SUGIHARTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2008

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul :
”PROFIL ANAK JALANAN DAN STRATEGI PENGENTASANNYA DI
BANDUNG, BOGOR DAN JAKARTA”
Adalah benar merupakan karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2008

Sri Tjahjorini Sugiharto
NIM. P 061030111

ABSTRACT
SRI TJAHJORINI SUGIHARTO, 2008 : Profiles of Street the Children and
Strategies for Elimination in Bandung, Bogor and the Jakarta (THE
ADVISORY TEAM ARE SUMARDJO AS CHAIRMAN : MARGONO
SLAMET, DJOKO SUSANTO, and DARWIS S. GANI AS MEMBERS).
The street child problem, like iceberg phenomenon of which the regional
pockets, the distribution and the age of the children are increasing. Since 1997 the
government of Indonesia through the Social Department and the community have
been carrying out efforts to overcome the problems, but up to now the efforts have
not yet achieved the expected results because of the limited informations of the
problem.
This study was carried out to provide informations on the profiles of the

street children and strategies for elimination in Bandung, Bogor and Jakarta. Data
were collected using structured interviews, focus group discussion and direct
observation. The collected data were analysed using parametric and nonparametric statistics. Population were street children, 5-21 years old. Sample in
each region was consisted of 75 respondent, 50 males and 25 famales, drawn
using accidental sampling technique, and 25 parents of the respondens each of
the regions as a cross check.
Street child profiles in Bandung, Bogor and Jakarta were not significantly
different one to each other for family background, environmental background,
physical, psychological, sociological characteristics and their behaviour as well.
However, significant gender differences was indicated for such variables as
physical and sociological characteristics and the family background. The
influence of family background on the street children behaviour, direct or
indirectly, was more obvious compared to that of environmental background. The
latter was indirect through sociologic characteristics of the street children
particularly on the non formal education.
Strategy for elimination of the street children phenomenon could be
equally applied for the whole regions, except for its approach, which can use the
Indonesian language, the local dialects, or the street children group dialects.
TRIDAYA, which means Human Empowering, Environmental Empowering and
Activity Empowering could be employed.

Key Words : street children, family, environment, physical, psychological, sociological
characteristics, behaviour.

RINGKASAN
SRI TJAHJORINI SUGIHARTO, 2008 : Profil Anak Jalanan dan Strategi
Pengentasannya di Bandung, Bogor dan Jakarta. KOMISI PEMBIMBING :
SUMARDJO (KETUA), MARGONO SLAMET, DJOKO SUSANTO dan
DARWIS S. GANI (ANGGOTA).
Permasalahan anak jalanan, merupakan fenomena gunung es yang dari
waktu ke waktu, kantong-kantong wilayah, penyebaran dan selang usianya
semakin meningkat. Sejak tahun 1997 pemerintah melalui Departemen Sosial
serta masyarakat telah melakukan upaya pengentasan anak jalanan, namun hingga
kini upaya tersebut belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan, karena
keterbatasan informasi tentang permasalahan terkait.
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang
profil anak jalanan dan strategi pengentasannya di Bandung, Bogor dan Jakarta.
Pengumpulan data menggunakan wawancara berstruktur, Focus Group
Discussition, dan pengamatan langsung. Analisis data menggunakan statistik
parametrik dan non parametrik. Populasi penelitian ini adalah anak jalanan yang
berusia antara 5-21 tahun. Sampel di tiap wilayah 75 orang terdiri dari 50 laki-laki

dan 25 perempuan, yang diambil menggunakan teknik accidental sampling, serta
25 orang tua responden di tiap wilayah sebagai bahan cross check.
Profil anak jalanan di Bandung, Bogor dan Jakarta tidak berbeda nyata,
baik dalam latar belakang keluarga, latar belakang lingkungan tempat tinggal, ciri
fisik, ciri psikologik, ciri sosiologik maupun perilakunya. Namun, terdapat
perbedaan nyata antara pria dan wanita, yaitu pada peubah ciri fisik, ciri
sosiologik dan latar belakang keluarganya. Pengaruh latar belakang keluarga
terhadap perilaku anak jalanan, baik langsung maupun tidak langsung lebih
dominan, dibandingkan dengan pengaruh latar belakang lingkungan. Lingkungan
berpengaruh tidak langsung terutama melalui ciri sosiologik anak jalanan
khususnya pada pendidikan non formal.
Strategi pengentasan anak jalanan dapat diberlakukan cenderung sama
baik di Bogor, Bandung dan Jakarta, kecuali dalam pendekatan, selain
menggunakan bahasa Indonesia juga dapat dilakukan dengan menggunakan
bahasa daerah setempat, dan bahasa kelompok anak jalanan, dengan
menggunakan pendekatan TRIDAYA : Pemberdayaan Manusia, Pemberdayaan
Lingkungan dan Pemberdayaan Kegiatan.
Kata-kata kunci : anak jalanan, keluarga, lingkungan, ciri fisik, ciri psikologik, ciri
sosiologik, perilaku.


@ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2008.
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini
tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian
atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin
IPB.

PROFIL ANAK JALANAN
DAN STRATEGI PENGENTASANNYA
DI BANDUNG, BOGOR DAN JAKARTA

SRI TJAHJORINI SUGIHARTO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada
Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Suprihatin Guharsa. MSi
(Staf Pengajar pada Departemen Giji Masyarakat
dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Ekologi
Manusia IPB)

Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Prof. Dr. H. Pang S. Asngari
(Staf Pengajar Departemen Ilmu Penyuluhan
Pembangunan, Fakultas Ekologi Manusia IPB)
2. Dr. Makmur Sunusi
(Direktur Jenderal Rehabilitasi dan Pelayanan
Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia)


Judul Disertasi

:

Profil Anak Jalanan dan Strategi Pengentasannya di
Bandung, Bogor dan Jakarta.

Nama Mahasiswa

: Sri Tjahjorini Sugiharto.

Nomor Pokok

: P 061030 111

Program Mayor

: Ilmu Penyuluhan Pembangunan


Menyetujui
Komisi Pembimbing

_________________
Dr. Ir. H. Sumardjo, MS
Ketua

________________________________
Prof. Dr. H.R. Margono Slamet, MSc
Anggota

_____________________________________ ___________________________
Prof.(Ris). Dr. Ig. Djoko Susanto,SKM,APU Prof. Dr. H. Darwis S. Gani, MA
Anggota
Anggota
Diketahui
Ketua Program Mayor
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

______________________
______________________________________
Dr. Ir. Hj. Siti Amanah,MSc Prof. Dr. Ir. H. Khairil Anwar Notodiputro,MS

Tanggal Ujian : 26 Nopember 2007

Tanggal Lulus :

Januari 2008

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT, karena atas berkah
dan ridhoNya penulis dapat menyusun disertasi yang berjudul : ”Profil Anak
Jalanan dan Strategi Pengentasannya di Bandung, Bogor dan Jakarta.” Disertasi
ini disusun untuk memenuhi syarat bagi pencapaian gelar Doktor pada Program
Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.

Profil anak jalanan menjadi perhatian penulis, sesuai dengan bidang tugas
penulis sebagai salah satu pegawai di jajaran Departemen Sosial yang berupaya
melakukan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) bagi para Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS). Termasuk di dalamnya permasalahan yang terkait
dengan anak, salah satunya masalah anak jalanan. Meski penulis tidak terlibat
secara langsung dalam memberikan pelayanan kepada penyandang masalah
(direct services), karena penulis berkiprah di jajaran Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kesejahteraan Sosial, namun perkembangan masalah sosial yang ada di
masyarakat tetap menjadi perhatian penulis. Termasuk di dalamnya permasalahan
sosial anak jalanan yang merupakan fenomena gunung es.
Dalam hal ini hasil penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat
menjadi masukan dan solusi bagi para pengambil kebijakan juga bagi masyarakat
(indirect services) yang peduli terhadap permasalahan anak jalanan, untuk dapat
melakukan upaya pengentasan dengan menggunakan strategi dan cara-cara yang
efektif secara konseptual dan empirik.
Sekaligus dengan hasil penelitian dapat diketahui sejauhmana pengaruh
latar belakang keluarga dan latar belakang lingkungan bagi seorang anak pada
masa pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini penting mengingat pada akhirakhir ini lembaga keluarga semakin rapuh dan fungsi-fungsinya semakin tidak
dapat dijalankan dengan baik dan seimbang. Demikian pula lembaga masyarakat
yang ada di lingkungan.


Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :
(1) Bapak Dr. Ir. H. Sumadjo. MS selaku Ketua Komisi Pembimbing ; Bapak
Prof. Dr. H. R. Margono Slamet, MSc ; Bapak Prof. (Ris). Dr. Ig. Djoko
Susanto, SKM, APU dan Prof. Dr. H. Darwis S. Gani, MA, masing-masing
selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah membimbing, mendorong
serta memberi masukan sehingga disertasi ini dapat terwujud.
(2) Ibu Dr. Hj. Suprihatin Guharsa, MSi sebagai Penguji pada Ujian Tertutup,
Bapak Prof. Dr. H. Pang S. Asngari dan Dr. Makmur Sanusi sebagai Penguji
pada Ujian Terbuka.
(3) Dinas Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta, Kepala Dinas
Sosial Propinsi Jawa Barat, serta kepada rekan-rakan satu angkatan yang telah
berjuang bersama, saling dorong, saling bantu dalam susah dan senang.
(4) Pimpinan di jajaran Departemen Sosial khususnya di lingkungan Badan
Pendidikan dan Penelitian serta Kapusdiklat Kesejahteraan Sosial yang telah
memberikan peluang dan kesempatan untuk mengikuti program Strata Tiga.
(5) Pada keluarga terutama Ibu Hj. Sugiarti dan Bapak Gofir Suharto (almarhum)
dan suami Drs. Budi Martono, MSi serta anggota keluarga lainnya.
(6) Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan di sini, tetapi telah memberi
andil dalam proses pencapaian gelar Doktor yang saya peroleh.
Pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang
sempurna tanpa kesalahan, tak ada sesuatu yang baik tanpa kekurangan.
Karenanya, untuk kekurangan yang ada dalam Disertasi ini, penulis mengharap
kiranya berkenan memberikan saran konstruksif untuk perbaikan. Akhirnya,
semoga disertasi ini bermanfaat dan Alloh SWT ridho dengan hal-hal yang telah
kita lakukan dan hasilkan bagi kebaikan kita bersama di masa-masa yang akan
datang. Amin.

Bogor, Januari 2008
Penulis
Sri Tjahjorini Sugiharto

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandung pada tanggal 12 Agustus 1967 sebagai anak ke
tiga dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Gofir Suharto (almarhum) seorang
purnawirawan Perwira ABRI dan Ibu Hj. Sugiarti seorang Bidan di Kota
Kembang Bandung.
Jenjang pendidikan yang penulis ikuti hingga program Strata Satu secara
keseluruhan dilaksanakan di Bandung, yaitu

SD Negeri Sukaraja I, SMP

Angkasa, SMAN 2 dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung lulus tahun
1991. Pada tahun 1999 penulis mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang Strata Dua di Insitut Pertanian Bogor lulus tahun 2001. Pada tahun
2003 penulis kembali mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang Strata Tiga di Institut Pertanian Bogor pada Jurusan yang sama Ilmu
Penyuluhan Pembangunan, setelah tiga bulan sebelumnya penulis diangkat
sebagai Pejabat Fungsional Widyaiswara Muda. Selama mengikuti pendidikan
dari pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan Strata Tiga, meski tidak pernah
mendapat posisi nomor satu tetapi posisi lima besar selalu diraih penulis.
Setelah penulis lulus dari Strata Satu, pada tahun 1992 penulis bekerja di
swasta sebagai Cost Accounting. Pada tahun 1993 penulis diterima sebagai Calon
Pegawai Negeri Sipil dengan penempatan pertama di Pusat Rehabilitasi Sosial
Bina Grahita ’KARTINI’ Temanggung Jawa Tengah. Tahun 1996 penulis pindah
tugas ke Balai Diklat Profesi Pekerjaan Sosial Lembang Bandung Jawa Barat.
Pada tahun 2002 penulis pindah tugas ke Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kesejahteraan Sosial Jakarta dan saat ini menjabat sebagai Widyaiswara Madya,
setelah menjalani kenaikan pangkat pada Bulan April 2007.
Diklat yang pernah diikuti penulis di antaranya Diklat : Metodologi
Pembelajaran, Metodologi Penelitian, Diklat Penyegaran Fasilitator Tenaga
Kesejahteran Sosial Masyarakat (TKSM), TOT Pelatihan Keahlian Pekerjaan
Sosial (PKPS), Diklat Penelitian dan Pengkajian Masalah Kesejahteraan Sosial,

TOT Pelatihan Dasar Pekerjaan Sosial (PDPS), TOT Pengembangan Fungsional
Pekerja Sosial, dan TOT Petugas Pemberdayaan Fakir Miskin.
Pengalaman mengajar penulis di Balai Diklat Profesi Pekerjaan Sosial
Lembang Bandung, Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat, Dinas Sosial Propinsi DKI,
Pusdiklat Departemen Dalam Negeri Jakarta, Pusdiklat Tenaga Kesejahteraan
Sosial Masyarakat dan Pusdiklat Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial.
Beberapa karya tulis yang telah dihasilkan penulis, diantaranya :

Uji

Coba Model Pengembangan Profesionalisme Pelayanan Sosial di Panti Sosial
Percontohan, Kajian tentang Eksistensi Pekerja Sosial Pasca Otonomi Daerah,
Kajian tentang Pekerja Sosial Koreksional, Kajian tentang Kurikulum Diklat Bagi
Korban Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Kajian tentang Evaluasi
Kinerja Alumni Diklat dan Kajian tentang Pelatihan Keahlian Pekerjaan Sosial.
Karya tulis penulis yang sudah dipublikasikan, diantaranya : Komunikasi
dan Perubahan Sosial (Studi Kasus pada Suku Baduy Dalam), Istilah Penyuluhan
dan Implikasinya pada Penyuluhan Sosisl bagi Komunitas Adat Terpencil,
Komunikasi dalam Seminar, Teori Komunikasi dan Perubahan Sosial sebagai
Strategi perubahan Perilaku Anak jalanan, Masalah kemiskinan : Keluarga Miskin
dan Dampaknya pada Pekerja Anak dan Anak Jalanan, komunikasi yang Efektif
Sehingga

Tidak

Terputus,

Pengukuran

Hasil

Belajar,

Penyuluhan

dan

Implikasinya pada Penyuluhan Sosial, Struktur dan Organisasi Masyarakat
Tihingan : Sebuah Desa di Bali, Persepsi Anak Jalanan terhadap Bimbingan
Sosial pada Rumah Singgah di Bandung, Implementasi teori motivasi dalam
pendidikan di lembaga diklat, dan lain-lain.
Penulis juga sebagai Anggota Tim Penyusun Pedoman dan Modul di
Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin, Direktorat Pemberdayaan Keluarga,
Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Lingkungan Departemen
Sosial. Di samping Anggota Tim Penyusun Modul Diklat tentang Kesejahteraan
Sosial di Departemen Dalam Negeri Jakarta.
Bogor, Januari 2008
Penulis
Sri Tjahjorini Sugiharto

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ……………………………………………………..…
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

viii
ix
x

PENDAHULUAN .....................................................................................
Latar Belakang .........................……………………………................
Masalah Penelitian .............……………………………………….….
Tujuan Penelitian ..........……………………………………………..
Manfaat Penelitian ……….……………………………………….….

1
1
5
5
6

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………
Tinjauan tentang Anak Jalanan ………………………………………
Pengertian tentang Anak dan Anak Jalanan ..…………….……….
Batasan Usia Anak Jalanan ………………………………………..
Penyebab Munculnya Anak Jalanan ….……………………………
Aktivitas Sosial Ekonomi Anak Jalanan …………………………..
Pola Hubungan Sosial Anak Jalanan ………………………………
Sub Kultur Anak Jalanan ………..…………………………….…..
Kreativitas dan Kemandirian Anak Jalanan ……………………….
Kebutuhan Anak Jalanan ………………………………………….
Motivasi Anak Jalanan …………………………………………….
Kelompok Anak Jalanan …………………………………………..
Perilaku Anak Jalanan ......................................................................
Tinjauan tentang Keluarga …………………………………………...
Tinjauan tentang Lingkungan ………………………………………..
Lingkungan atau Situasi Sosial Anak Jalanan …………………….
Tinjauan tentang Pemberdayaan .........................................................
Jenis Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak ...............................
Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Anak Jalanan ..............................

8
11
11
15
15
18
20
23
25
26
28
28
30
31
36
40
43
47
55

KERANGKA BERPIKIR .........................................................................
Kerangka Berpikir ……………………………………………………
Identifikasi Latar Belakang Keluarga Anak Jalanan ……………..
Identifikasi Latar Belakang Lingkungan Anak Jalanan ...................
Identifikasi Ciri Anak Jalanan ………………………….…............
Identifikasi Perilaku Anak Jalanan ………………………………...
Hipotesis Penelitian ..............................................................................
Asumsi Penelitian …………………………………………………….

62
62
66
66
68
69
70
71

METODE PENELITIAN ...........................................................................
Rancangan Penelitian ……………..…………………………………..
Lokasi dan Waktu Penelitian …….………………………………….
Sampel Penelitian ……………………………………………………..
Pengumpulan Data ……………………………………………………
Validitas dan Reliabilitas ……………………………………………..
Alat Analisis ………………………………………………………….
Definisi Operasional dan Pengukuran ..................................................

72
72
73
73
75
76
76
78

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
Profil Anak Jalanan di Bandung, Bogor dan Jakarta ...........................
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak Jalanan ............................
Strategi Pengentasan Anak Jalanan ......................................................

94
94
123
134

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
Kesimpulan ...........................................................................................
Saran ....................................................................................................

164
165
166

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….

168

DAFTAR TABEL

1.

Halaman
14
Ciri Fisik dan Psikis Anak Jalanan……………………………..........
Perilaku Sosial Anak yang Hidup di Jalanan dan Anak yang Bekerja
di Jalanan ……………………..…………………….........................

22

Model Holistik-Komperhensif Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi
Anak ..................................................................................................

51

4.

Identifikasi Latar Belakang Keluarga Anak Jalanan …………..........

67

5.

Identifikasi Latar Belakang Lingkungan Anak Jalanan .....................

68

6.

Identifikasi Ciri Anak Jalanan …………………………………........

69

7.

Identifikasi Perilaku Anak Jalanan …………………………….........

69

8.

Jumlah Responden Anak Jalanan Berdasarkan Jenis Kelamin ..........

74

9.

Jumlah Responden Orang Tua Anak Jalanan ……………..…..........

75

10.

Definisi Operasional dan Pengukuran ................................................

79

11.

Hasil Uji Beda Peubah Penelitian Berdasarkan Daerah Penelitian .....

94

12.

Hasil Uji Beda Peubah Penelitian antara Pria dan Wanita Anak
Jalanan .............................................................................................

95

Rata-rata Persentase Responden Berdasarkan Kondisi Sub Peubah
Latar Belakang Keluarga Anak Jalanan di Tiga Wilayah
Penelitian ........................................................................................

96

Sebaran Latar Belakang Keluarga Anak Jalanan di Masing-masing
Wilayah Penelitian ...........................................................

96

Rata-rata Persentase Responden Berdasarkan Kondisi Sub Peubah
Latar Belakang Lingkungan Anak Jalanan di Tiga Wilayah
Penelitian .........................................................................................

101

Sebaran Latar Belakang Lingkungan Anak Jalanan di Masingmasing Wilayah Penelitian .............................................................

101

2.

3.

13.

14.

15.

16.

Rata-rata Persentase Responden Berdasarkan Kondisi Sub Peubah
Ciri Fisik Anak Jalanan di Tiga Wilayah Penelitian ......................

105

Sebaran Ciri Fisik Anak Jalanan di Masing-masing Wilayah
Penelitian ........................................................................................

105

Rata-rata Persentase Responden Berdasarkan Kondisi Sub Peubah
Ciri Psikologik Anak Jalanan di Tiga Wilayah Penelitian ..............

107

Sebaran Ciri Psikologik Anak Jalanan di Masing-masing Wilayah
Penelitian .........................................................................................

108

Rata-rata Persentase Responden Berdasarkan Kondisi Sub Peubah
Ciri Sosiologik Anak Jalanan di Tiga Wilayah Penelitian ..............

112

Sebaran Ciri Sosiologik Anak Jalanan di Masing-masing Wilayah
Penelitian ........................................................................................

113

Rata-rata Persentase Responden Berdasarkan Kondisi Indikator Sub
Peubah Perilaku Normal Anak Jalanan di Tiga Wilayah Penelitian

116

Sebaran Perilaku Normal Anak Jalanan di Masing-masing Wilayah
Penelitian ........................................................................................

117

Rata-rata Persentase Responden Berdasarkan Kondisi Indikator Sub
Peubah Perilaku Abnormal Anak Jalanan di Tiga Wilayah
Penelitian .........................................................................................

119

Sebaran Perilaku Abnormal Anak Jalanan di Masing-masing
Wilayah Penelitian ..........................................................................

120

27.

Hasil Uji Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak Jalanan..

123

28.

Nilai Koefisien Regresi Berganda Peubah Bebas (X) yang
Berpengartuh pada Perilaku Anak Jalanan ........................................

123

Hasil Uji SEM Nilai Pengaruh dan Hubungan Sub Peubah Latar
Belakang Keluarga, Latar Belakang Lingkungan, Ciri Fisik, Ciri
Psikologik, Ciri Sosiologik Terhadap Perilaku Anak Jalanan ........

138

Penjabaran Tahapan ”Strategi TRIDAYA Pengentasan Anak
Jalanan”.............................................................................................

151

Peran Masing-masing Pihak Terkait dalam Upaya Pengentasan
Anak Jalanan .....................................................................................

161

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

29.

30.

31.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Anak Jalanan Dalam Situasi Sosial dan Pola Sosial ...……..................

41

2.

Anak Dalam Lingkungan Sosial………..…………………..................

41

3.

Profil Anak Jalanan (Anjal) dan Kaitannya dengan Beberapa Peubah .

64

4.

Profil Anak Jalanan dan Kaitannya dengan Beberapa Peubah ……....

65

5.

Model Hipotesis kesatu ........................................................................

70

6.

Model Hipotesis kedua …………………………………….........…....

70

7.

Model Analisis Jalur .............................................................................

77

8.

Model Efektif Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak Jalanan ......

125

9.

Hasil Uji Structural Equation Model dari Profil Anak Jalanan ............

135

10.

Hasil Uji Structural Equation Model Pengaruh Indikator Sub Peubah
Pelaksanaan Fungsi Keluarga..............................................................

142

”Strategi TRIDAYA Pengentasan Anak Jalanan” ................................

145

11.

DAFTAR LAMPIRAN
1.

Halaman
Hasil Uji Beda Peubah Penelitian Berdasarkan Daerah Penelitian ....... 174
Hasil Uji Beda Peubah Penelitian antara Pria dan Wanita Anak
Jalanan ……………………………………………………………….

176

3.

Hasil Uji Structural Equation Model Profil Anak Jalanan ....................

178

4.

Hasil Uji Structural Equation Model Pelaksanaan Fungsi Keluarga
Anak Jalanan ………….......................................................................

190

5.

Data Anak Jalanan Jawa Barat Tahun 2006 ..........................................

194

6.

Rekapitulasi Data Anak Terlantar Jawa Barat Tahun 2006 ..................

195

7.

Gambar Profil Anak Jalanan, Keluarga dan Lingkungannya ……….....

196

8.

Gambar Aktivitas Sosial Ekonomi Anak Jalanan …………………......

197

9.

Gambar Pembinaan yang Dilakukan Pada Anak Jalanan …………......

198

2.

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Akibat terjadinya bencana alam kekeringan serta krisis ekonomi yang
berkepanjangan pada akhir tahun 1997 permasalahan anak jalanan makin mencuat
kepermukaan. Hasil penelitian menunjukkan permasalahan anak jalanan
diakibatkan oleh adanya : ketidakserasian keluarga (33 persen), kekerasan dalam
keluarga (23 persen) dan kemiskinan atau ketidakmampuan keluarga (98 persen),
yang seringkali juga bersifat ganda (Tjahjorini, 2001). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Sulistiati (2001) yang mengemukakan alasan anak berada di jalan
antara lain karena kemiskinan (membantu orang tua), broken home, tidak betah di
rumah/di sekolah dan ingin bebas di jalan serta budaya malas.

Kedua hasil

penelitian ini memperlihatkan bahwa penyebab utama dari turunnya anak ke jalan
adalah kemiskinan atau ketidakmampuan keluarga. Akibat lebih lanjut dari
kondisi ini, orang tua melibatkan anak dalam upayanya mencukupi kebutuhan
keluarga.
Bila dikaji lebih jauh upaya penghapusan kemiskinan sesungguhnya
sudah merupakan komitmen dunia yang tertuang dalam Konferensi Tingkat
Tinggi Pembangunan Sosial di Kopenhagen 1995 yang menegaskan bahwa
pembangunan Bidang Sosial dilaksanakan sejalan dengan pembangunan bidang
lainnya. Tiga butir penting KTT Kopenhagen, yaitu : (1) Pengentasan kemiskinan,
(2) Perluasan lapangan kerja, dan (3) Integrasi sosial. Komitmen dunia lainnya
terkait dengan upaya penghapusan kemiskinan tertuang dalam Millenium
Development Goal yang ditandatangai oleh 189 negara di Geneva tahun 2000 dan
diperkirakan akan tercapai pada tahun 2015. Delapan butir yang disepakati untuk
dilakasanakan oleh negara yang turut serta menandatangani, termasuk Indonesia,
yaitu : (1) Penghapusan kemiskinan, (2) Pendidikan untuk semua, (3) Persamaan
gender, (4) Perlawanan terhadap penyakit, (5) Penurunan angka kematian anak,
(6) Peningkatan kesehatan ibu, (7) Pelestarian lingkungan hidup, (8) Kerjasama
global.

2

Berdasarkan kenyataan di lapangan serta komitmen global di atas, upaya
penghapusan kemiskinan menjadi prioritas utama yang fatal dan vital untuk
sesegera mungkin dilaksanakan. Hal ini terkait dengan kondisi empirik bahwa
permasalahan sosial yang muncul seringkali bersumber pada masalah kemiskinan
atau ketidakmampuan keluarga, termasuk permasalahan sosial anak jalanan.
Berdasarkan hasil survei dan pemetaan sosial anak jalanan pada tahun
1999 yang dilakukan oleh Unika Atmajaya Jakarta dan Departemen Sosial dengan
dukungan Asia Development Bank, jumlah anak jalanan adalah 39.861 orang,
yang tersebar di 12 kota besar. Pada tahun 2004, menurut Pusat Data dan
Informasi Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial, jumlah anak jalanan sebesar
98.113 orang, yang tersebar di 30 provinsi. Khusus di wilayah Bandung kurang
lebih berjumlah 5.500 anak jalanan (Data Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat,
2006) ; di wilayah Bogor 3.023 orang (Data Dinas Sosial Pemda Bogor, 2006) ;
dan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta kurang lebih berjumlah 8.000 orang (Data
Dinas Sosial DKI Jakarta, 2006).

.

Sangat boleh jadi keadaan nyata di lapangan jumlah anak jalanan jauh
lebih besar dari jumlah di atas. Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan
anak jalanan merupakan fenomena gunung es, yang dari tahun ke tahun terjadi
peningkatan baik dalam jumlah maupun wilayah penyebarannya. Disisi lain
masalah anak jalanan, merupakan patologi sosial yang mempengaruhi behavior
anak, dengan pola dan sub kultur yang berkembang di jalanan sebagai daya tarik
bagi anak yang masih tinggal di rumah tetapi rentan menjadi anak jalanan, untuk
turun ke jalanan. Kecenderungannya bila tidak ada upaya mengatasi bukan hanya
sekedar turun, tetapi lambat laun bekerja dan hidup di jalan menyatu dengan anak
jalanan lain.
Masalah sosial anak jalanan terkait pula dengan ketidakmampuan anak
memperoleh haknya. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak, Pasal 23 (1) yang mengamanatkan bahwa negara dan
pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak
dengan memperhatikan hak dan kewajiban orangtua, wali, atau orang lain yang
secara hukum bertanggungjawab terhadap anak, khususnya Departemen Sosial

3

untuk melakukan perlindungan anak melalui penanganan kasus anak yang
memerlukan perlindungan khusus. Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa
perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak menjadi salah satu kewajiban
negara dan pemerintah untuk memujudkannya.
Hal tersebut dipertegas pada Pasal 59 Tahun 2002 yang mengamanatkan
bahwa pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk memberikan perlindungan khusus kapada anak dalam situasi darurat,
anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan
terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang
diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan
dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan atau mental, anak yang
menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.
Terkait dengan permasalahan sosial anak jalanan, Pemerintah dalam hal
ini Departemen Sosial telah melakukan upaya penanganan melalui kerjasama
dengan : Pesantren yang menitipkan beberapa anak jalanan (maksimal 10 orang di
pesantren-pesantren) dan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat dengan
didirikannya rumah singgah-rumah singgah yang melakukan pembinaan pada
anak-anak jalanan serta Mobil Sahabat Anak (MSA).
Di sisi lain Pemerintah Daerah sudah melakukan upaya-upaya penertiban
pula. Seperti yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta berdasarkan Peraturan
Daerah (PERDA) DKI Jakarta Nomor 3 tahun 1972 yang bertujuan menegakkan
keamanan dan ketertiban di tempat-tempat umum, melakukan penggarukan dan
penertiban terhadap permasalahan sosial

termasuk anak jalanan dari tempat-

tempat umum. Pada kenyataannya anak jalanan justru menggunakan tempattempat umum sebagai lokasi kegiatannya, sehingga anak jalanan menjadi sorotan
dan dipermasalahkan bahkan dianggap sebagai pelanggaran. Demikian pula yang
terjadi di daerah lain dengan PERDA wilayahnya, seringkali terjadi hal yang
sifatnya dilematis.
Meski upaya telah dilakukan pemerintah, namun hingga kini upaya-upaya
tersebut belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan dan anak jalanan

4

belum dapat terentaskan dari jalanan. Demikian pula rumah perlindungan anak
yang tersedia baru satu milik Departemen Sosial yakni di Bambu Apus, Cipayung,
Jakarta Timur. Seperti disinyalir oleh Seto Mulyadi, Ketua Komnas Perlindungan
Anak yang mendesak pemerintah daerah untuk menyediakan rumah perlindungan
bagi anak yang terlantar (Warta Kota, 22 November 2005).
Terkait dengan kondisi di atas serta keterbatasan pemerintah dan luasnya
permasalahan, upaya memahami dan mengatasi anak jalanan perlu melibatkan
seluruh komponen masyarakat sebagai bagian dari sistem. Masyarakat dalam hal
ini dipandang sebagai suatu sistem sosial yang secara fungsional terintegrasi
dalam suatu bentuk equilibrium. Upaya masyarakat mencapai Equilibrium hanya
mungkin terjadi apabila ada konsensus di antara para anggota masyarakat untuk
bersama-sama mengupayakannya.
Hal di atas terkait dengan pernyataan Irwanto (1999) bahwa ”pemahaman
terhadap situasi anak jalanan saja tidak akan memberikan jalan keluar yang efektif
untuk mengatasi permasalahan anak jalanan. Agar sebuah intervensi efektif, maka
diperlukan pemahaman yang menyeluruh mengenai masyarakat dan keluargakeluarga anak jalanan. Pemahaman makro (struktural) dan mikro (dinamika
keluarga) sangat dibutuhkan”. Intervensi efektif seyogyanya dilakukan dengan
melihat situasi dan kondisi di luar sistem terkait dengan (extra systemic system)
atau pemahaman secara makro dan di dalam sistem (intra sytemic system) atau
pemahaman secara mikro sebagai suatu kesatuan.
Diharapkan dengan hal di atas, model pendekatan yang di tawarkan guna
terjadinya perubahan perilaku ke arah yang dikehendaki pada diri anak jalanan,
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Hal ini senada dengan yang dikemukakan
oleh Hurlock (1979) bahwa “sikap seseorang tidak hanya ditentukan oleh pribadi
orang yang bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan,
artinya

sikap

orang-orang

di

sekelilingnya

terhadap

diri

orang

yang

bersangkutan.”
Dalam hal ini perubahan perilaku anak jalanan tidak dapat terjadi bila
tidak ada dukungan dari lingkungan. Dukungan dan kepedulian lingkungan tidak

5

dapat muncul, manakala masyarakat tidak memahami profil anak jalanan dan
strategi pengentasannya yang efektif dan efisien.
Terkait dengan hal di atas diperlukan pemahaman lebih mendasar tentang
profil anak jalanan secara akurat. Kejelasan, kecermatan dan kebenaran penyajian
data tentang profil anak jalanan tersebut merupakan informasi dasar untuk
merencanakan suatu pendekatan. Termasuk pendekatan penyuluhan sebagai salah
satu strategi upaya pengentasan. Sekaligus menunjang keefektifan pelaksanaan
penanggulangan bagi pemerintah dan masyarakat yang terpanggil dan memiliki
kepedulian terhadap permasalahan anak jalanan.
Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, dapat dirumuskan masalah
pokok penelitian ini yaitu “Bagaimana Profil Anak Jalanan dan Strategi
Pengetasannya di

Bandung, Bogor, dan Jakarta.” Adapun masalah khusus

penelitian, adalah :
(1) Bagaimana perbedaan profil anak jalanan dilihat dari daerah penelitian
(Bandung, Bogor, dan Jakarta) dan jenis kelamin terkait dengan peubah Latar
Belakang Keluarga, Latar Belakang Lingkungan, Ciri Fisik, Ciri Psikologik,
Ciri Sosiologik, dan Perilaku Anak Jalanan.
(2) Seberapa besar Latar Belakang Keluarga, Latar Belakang Lingkungan, Ciri
Fisik, Ciri Psikologik, Ciri Sosiologik berpengaruh terhadap Perilaku Anak
Jalanan.
(3) Bagaimana strategi pengentasan anak jalanan berdasarkan hasil penelitian.
Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah yang telah dikemukakan, maka secara umum
penelitian ini bertujuan menemukan profil anak jalanan khususnya di Bandung,
Bogor dan Jakarta, yang dapat memberikan “gambaran kecenderungan” kondisi
anak jalanan di Indonesia. Diharapkan dengan diketahuinya profil anak jalanan
secara jelas dan akurat, upaya penanggulangan dapat dilakukan oleh pemerintah
dan masyarakat yang berminat menangani dengan lebih terbuka, termasuk
menemukan strategi pengentasan yang relatif lebih efektif dan efisien berdasarkan

6

hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan penyuluhan. Secara lebih rinci
tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :
(1) Mengidentifikasi profil anak jalanan di tiga tempat yang berbeda (Bandung,
Bogor, dan Jakarta) dan perbedaan jenis kelamin dalam kaitannya dengan
penyebab, kondisi kini dan dampaknya bagi perilaku mereka.
(2) Mengkaji pengaruh latar belakang keluarga, latar belakang lingkungan, ciri
fisik, ciri psikologik dan ciri sosiologik terhadap perilaku anak jalanan.
(3) Merumuskan unsur-unsur penting yang dapat digunakan untuk membangun
strategi pengentasan anak jalanan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dan bagi para praktisi yang berkecimpung dalam upaya mengatasi
permasalahan sosial, khususnya yang terkait dengan anak jalanan. Lebih khusus
diharapkan bermanfaat bagi :
(1) Pemerintah dan Pihak Terkait.
(a) Sebagai bahan pertimbangan penyusunan kebijakan dalam upaya meningkatkan pelayanan dan pengaturan untuk mengembangkan kualitas perilaku
sumber daya anak jalanan.
(b) Memberikan kejelasan kepada pihak-pihak terkait untuk mengambil sikap
serta menentukan pilihan dan bertindak sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, untuk berpartisipasi mengembangkan kualitas sumber daya anak
jalanan sesuai tuntutan pembangunan.
(c) Sebagai bahan acuan bagi petugas sosial yang bergerak dalam upaya
mengatasi masalah anak jalanan.
(2) Lembaga Swadaya Masyarakat.
Sebagai bahan acuan/pertimbangan bagi pendamping/petugas sosial dalam
upaya meningkatkan pelayanan dan mengatasi masalah anak jalanan.
(3) Perguruan Tinggi.
(a) Memberi sumbangan teoritis berupa tambahan khasanah keilmuan di
bidang penyuluhan pembangunan dan penerapan berbagai teori baik teori

7

sistem, teori konflik maupun teori pertukaran dalam kelompok kecil anak
jalanan.
(b) Sebagai bahan pembanding bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam mengembangkan perilaku sumber daya manusia anak
jalanan selaku subyek dalam pembangunan sektor sosial.
(c) Mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan yang terkait
dengan permasalahan anak jalanan.

8

TINJAUAN PUSTAKA

Upaya pengentasan masalah sosial anak jalanan tidak dapat dilakukan
hanya oleh pemerintah tanpa melibatkan peran serta masyarakat beserta
penyandang masalah yang bersangkutan. Hal ini disebabkan pada dasarnya
masyarakat terintegrasi atas dasar kata sepakat dari para anggotanya akan nilainilai kemasyarakatan tertentu. Dalam hal ini masyarakat dipandang sebagai suatu
sistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium,
yang dikenal dengan teori struktural fungsional.
Menurut Berghe (Demerath, 1967), anggapan dasar dari teori fungsional
struktural adalah sebagai berikut :
(1) Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagianbagian yang saling berhubungan satu sama lain.
(2) Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi antar bagian bersifat
ganda dan timbal balik.
(3) Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun
secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah
equilibrium yang bersifat dinamis ; menanggapi perubahan-perubahan yang
datang dari luar dengan kecenderungan mempertahankan agar perubahanperubahan yang terjadi di dalam sistem beserta akibatnya hanya akan
mencapai derajat yang minimal.
(4) Sekalipun disfungsi, ketegangan dan penyimpangan senantiasa terjadi, akan
tetapi di dalam jangka yang panjang keadaan tersebut pada akhirnya akan
teratasi dengan sendirinya melalui penyesuaian-penyesuaian dan proses
institusionalisasi. Dengan perkataan lain, sekalipun integrasi sosial pada
tingkatnya yang sempurna tidak pernah tercapai, tetapi setiap sistem sosial
akan senantiasa berproses ke arah tersebut.
(5) Perubahan-perubahan di dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara
gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara drastis pada umumnya hanya

9

mengenai bentuk luarnya saja, sedangkan unsur-unsur sosial budaya yang
menjadi bangunan dasarnya tidak seberapa mengalami perubahan.
(6) Pada dasarnya, perubahan sosial timbul atau terjadi melalui tiga macam
kemungkinan : penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial tersebut
terhadap perubahan yang datang dari luar (extra systemic change) ;
pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan fungsional ; serta
penemuan-penemuan baru oleh anggota masyarakat.
(7) Faktor paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem
sosial adalah konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilainilai kemasyarakatan tertentu. Di dalam setiap masyarakat, selalu terdapat
tujuan dan prinsip dasar, yang menjadi sistem nilai. Sistem nilai tersebut tidak
saja merupakan sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial,
akan tetapi sekaligus juga merupakan unsur yang menstabilisir sistem sosial
budaya iu sendiri.
Hal di atas terkait dengan Teori Fungsional dari Parsons (Johnson, 1988;
Ritzer, et al, 2004) yang memuat empat fungsi yang diperlukan bagi kehidupan
semua sistem yang dikenal sebagai skema A G I L, yaitu :
“(A) adaptation, sebuah sistem harus menanggulangi situasi
eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan mengakses lingkungan untuk dapat memenuhi
kebutuhannya, (G) goal attaiment, atau pencapaian tujuan : sebuah
sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan utamanya, (I)
integration, sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagianbagian yang menjadi komponennya. Sistem harus juga mengelola
hubungan antara ketiga fungsi AGIL lainnya, (L), latensi, atau
pemeliharaan pola : sebuah sistem harus melengkapi, memelihara
dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola
kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.”
Upaya masyarakat mencapai Equilibrium hanya mungkin terjadi apabila
ada konsensus di antara para anggota masyarakat untuk bersama-sama
menanggulangi dan mengupayakannya. Termasuk adanya konsensus anggota
masyarakat untuk bersama-sama menanggulangi permasalahan sosial anak jalanan.

10

Terkait dengan anggapan dasar teori struktural fungsional dan skema
AGIL di atas, keberadaan anak di jalanan menunjukkan adanya ketegangan,
penyimpangan, konflik dan disfungsi dari sub sistem yang ada di dalam
masyarakat. Dalam hal ini anggapan dasar teori konflik yang terkait dengan
perubahan sosial yang terjadi akibat faktor-faktor yang ada di dalam sistem sosial
(intra systemic change) (Dahrendorf, 1959) adalah sebagai berikut :
(1) Setiap masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak
pernah berakhir, atau dengan perkataan lain, perubahan sosial merupakan
gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat.
(2) Setiap masyarakat mengandung konflik-konflik di dalam dirinya, atau dengan
perkataan lain, konflik adalah merupakan gejala yang melekat di dalam setiap
masyarakat.
(3) Setiap unsur di dalam suatu masyarakat memberikan sumbangan bagi
terjadinya disintegrasi dan perubahan sosial.
(4) Setiap masyarakat terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi oleh sejumlah
orang atas sejumlah orang yang lain.
Berdasarkan anggapan dasar dari teori konflik di atas, kemunculan kasus
anak jalanan salah satunya juga disebabkan oleh adanya konflik, baik dalam diri
anak, keluarga, maupun lingkungan, sehingga memicu anak untuk turun ke jalan.
Konflik juga disebabkan adanya “penguasaan” orang tertentu yang kemudian
mengeksploitir tenaga anak untuk kepentingannya, dengan akibat lebih lanjut
muncul masalah-masalah sosial dalam masyarakat.
Masalah sosial (Kartono, 1992 ; Poplin 1978) adalah : (1) semua bentuk
tingkah laku yang melanggar atau memperkosa, mengancam ketenangan/
ketentraman masyarakat dan adat istiadat (dan adat istiadat tersebut diperlukan
untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama), (2) situasi sosial yang dianggap
oleh sebagian besar warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki,
berbahaya dan merugikan orang banyak. Boguslaw, et al (1977) dan Vembriarto
(1981) menjelaskan masalah sosial adalah suatu kondisi obyektif atau proses di
dalam masyarakat, yang dipandang oleh beberapa anggota masyarakat dari suatu
sudut sebagai suatu masalah yang tidak diinginkan.

11

Akibat adanya kontak sosial dengan lingkungan, masalah sosial ini
kemudian berkembang menjadi patologi sosial. Vembriarto (1981) dan Asyari
(2000) mengartikan patologi sosial sebagai penyakit-penyakit masyarakat atau
keadaan abnormal pada suatu masyarakat. Kartono (1992) mengartikan patologi
sosial sebagai ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap ”sakit”, disebabkan
oleh faktor-faktor sosial.
Dalam hal ini patologi sosial muncul akibat adanya masalah sosial yang
mengenai individu sebagai anggota masyarakat. Akan tetapi karena keberadaan
individu sebagai anggota masyarakat tidak dapat dipisahkan dari interaksinya
dengan lingkungan sekitarnya, maka tingkah laku sosial yang salah tersebut
mempengaruhi nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat karena adanya saling
keterkaitan satu sama lain.
Tinjauan tentang Anak Jalanan
Pengertian Anak dan Anak Jalanan
Anak bukanlah manusia dalam bentuk mini. Anak adalah anak, mereka
bukan orang dewasa dalam bentuk mini ; mereka mempunyai pikiran, perasaan,
sikap dan minat yang berbeda dengan orang dewasa. Anak harus dianggap dan
diperlakukan sebagai anak. Selain itu setiap anak adalah unik, yang berbeda satu
dengan lainnya (Goode, 1985).
Pengertian di atas memperlihatkan bahwa setiap anak, selain ia sebagai
mahluk sosial yang keberadaannya terkait dengan lingkungannya, ia juga adalah
mahluk individual yang berbeda antara satu dengan yang lain. Akibatnya,
manakala orang dewasa akan berinteraksi dengan seorang anak, ia harus
memahami kondisi yang menyertainya.
Demikian pula yang terjadi dengan anak jalanan, selain ia mahluk sosial,
ia juga adalah mahluk pribadi yang unik dan berbeda dari anak yang lain. Anak
jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari
nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya (Departemen
Sosial, 1999).

12

Lusk dalam Journal of Sociology & Social Welfare (Departemen Sosial,
1999) mengemukakan anak jalanan adalah ”. . . setiap anak perempuan atau lakilaki . . . yang memanfaatkan jalanan, tempat umum, tempat kosong sebagai
tempat tinggal sementara dan atau sumber kehidupan, tidak mendapat
perlindungan, pendampingan ataupun penataan/pengaturan oleh orang dewasa
yang bertanggung jawab.”
Lebih lanjut Lusk mengemukan anak jalanan terbagi ke dalam tiga
kategori : anak yang mempunyai resiko tinggi, anak yang bekerja di jalan dan
anak yang hidup di jalan :
(1) Anak yang mempunyai resiko tinggi (chidren-at-high-risk) adalah anak yang
mempunyai resiko tinggi untuk menjadi anak jalanan. Mereka belum menjadi
anak jalanan murni, tetapi masih tinggal dengan orang tuanya. Kerentanan ini
bisa dilihat dari kondisi ekonomi orang tuanya yang rentan, sehingga suatu
saat bisa menjadi anak jalanan. Anak-anak seperti ini hidup di lingkungan
kemiskinan absolut atau daerah slum.
(2) Anak yang bekerja di jalan (children on the street) yaitu mereka yang
menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan atau tempat-tempat umum
lainnya untuk bekerja, yang penghasilannya digunakan untuk membantu
keluarganya. Anak-anak tersebut mempunyai kegiatan ekonomi (sebagai
pekerja anak) di jalan dan masih berhubungan kuat dengan orang tua mereka.
Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya.
(3) Anak-anak yang hidup di jalan (children of the street) adalah mereka yang
menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan atau di tempat-tempat
umum lainnya, tetapi hanya sedikit waktu yang digunakan untuk bekerja.
Mereka jarang berhubungan dengan keluarganya. Beberapa di antara mereka
tidak memiliki rumah tinggal (homeless), mereka hidup di sembarang tempat.
Banyak di antara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab, lari atau
pergi dari rumah. Anak-anak ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik
secara sosial, emosional, fisik maupun seksual.
Yohanes (1996) mengemukakan bahwa anak jalanan adalah anak yang
menggunakan sebagian waktunya di jalanan baik bekerja maupun tidak, yang

13

terdiri dari anak-anak yang masih mempunyai hubungan dengan keluarga atau
terputus hubungannya dengan keluarga dan anak-anak yang hidup mandiri sejak
kecil karena kehilangan orang tua atau keluarga. Menurut UNICEF, anak jalanan
adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan untuk
bekerja atau beraktivitas lain. Mereka tinggal di jalanan karena tercampakkan atau
dicampakkan oleh keluarga-keluarga yang tidak mampu menanggung beban
hidup, terdesak oleh kemiskinan dan kehancuran keluarga.
Pengertian tersebut memperlihatkan adanya gangguan terhadap fungsi
sosial (Social Functioning) anak. Konsep social functioning ini mengacu pada
situasi dan relasi anak-anak yang melahirkan tugas atau peranan tertentu. Dalam
hal ini seorang anak diharapkan berada dalam lingkungan rumah, sekolah, dan
lingkungan bermain, yang di dalamya berelasi dengan orang-orang dalam situasi
tersebut dan mempunyai peranan tertentu seperti belajar, mematuhi orang tua,
bermain, dan lain-lain. Akibatnya, keberadaan anak bekerja mencari nafkah atau
berkeliaran di jalanan jelas suatu kondisi yang tidak sesuai dengan social
functioning anak secara umum. Indikator yang jelas dari fungsi sosial ini adalah
kemampuan mengatur diri sendiri, kemampuan berhubungan dengan orang lain,
dan mengendalikan kesulitan. Dari sudut pandang ini, terlihat bahwa anak jalanan
bermasalah karena ada beberapa situasi, relasi dan peranan anak yang