Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian

2 Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengadakan penelitian dengan judul sementara “BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat erosi tanah yang ada di daerah penelitian ? 2. Bagaimana persebaran tingkat erosi tanah yang ada di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat erosi tanah erosi tanah di daerah penelitian. 2. Mengetahui persebaran tingkat erosi tanah yang ada di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi mengenai tingkat bahaya erosi permukaan dan laju erosi yang masih dapat diperbolehkan yang dapat memberikan masukan mengenai arahan konsevasi tanah daerah penelitian, selanjutnya dapat digunakan untuk pemetaan tingkat bahaya erosi dan konservasi tanah dan sebagai bahan bacaan bagi pihak-pihak yang memerlukan. 1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Sitanala Arsyad 1989 dalam buku: “Konservasi Tanah dan Air”, menguraikan cara memprediksi laju erosi pada suatu bidang tanah menggunakan model parametrik yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith 1978 yang disebut The Universal Soil Loss Equation USLE . Prediksi laju erosi menggunakan model USLE dilakukan dengan cara mengelompokkan faktor-faktor erosi yang mempengaruhi laju erosi ke dalam enam perubah, yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numerik. Persamaan tersebut adalah A = RKLSCP, dengan R erosivitas, K 3 erodibilitas tanah, L panjang lereng, S kemiringan lereng, C pengelolaan tanaman, dan P pengelolaan lahan. Tukidal Yunianto 1984 dalam bukunya yang berjudul: “Erosion Hazard Study of The Kudus and Prawata Area Central Java, Indonesia ”, bertujuan mempelajari peranan survei geomorfologi dalam pemetaan bahaya erosi tanah, dan pengambilan keputusan terhadap cara-cara pengawetan tanah yang sesuai di daerah penelitian. Metode penelitian menggunakan survei geomorfologi untuk mendasari penetapan satuan pemetaan bahaya erosi tanah. Satuan pemetaan diperoleh dari bentuk lahan sebagai satuan geomorfologi yang ditetapkan atas dasar sifat-sifat relief, bahan tanah macam batuan dan tanah, hasil suatu kejadian alam dan asal mulanya di masa lampau dan masa sekarang. Satuan pemetaan dibagi lebih mendalam lagi atas dasar perbedaan jenis vegetasi, penggunaan lahan dan pengelolaan tanah. Penafsiran foto udara dipergunakan untuk membedakan bentuk lahan, kemudian dilengkapi dengan pengamatan lapangan dan uji laboratorium. Dalam penelitian tingkat bahaya erosi tersebut digunakan analisa kualitatif yaitu dibuat penilaian berdasarkan faktor-faktor bahaya erosi tanah, yaitu erosivitas hujan, erodibilitas tanah, relief, kemiringan, panjang dan bentuk lereng, penambahan aliran air dari permukaan lereng atas, kenampakan erosi tanah, tingkat kerapatan penutupan vegetasi dan pengelolaan lahan. Penilaian tingkat bahaya erosi dilakukan pada setiap satuan geomorfologi sebagai satuan pemetaan. Penilaiannya dilakukan secara pengharkatan, yakni tiap faktor bahaya erosi dinilai dari kelas 1 hingga 5, demikian pula pada kelas bahaya erosi tanah yang dihasilkannya berkisar dari kelas 1 tingkat rendah hingga kelas 5 tingkat tinggi. Di samping penelitian di atas, juga dilakukan penelitian terhadap kesesuaian lahannya. Kesesuaian lahan yang diteliti adalah kesesuaian untuk lahan kering dengan tanaman semusim, seperti : jagung, kentang, dan kedelai. Evaluasi lahan dalam penelitian ini menggunakan parameter kualitas lahan, yang meliputi faktor-faktor kedalaman tanah, kerentanan erosi, lereng, serta perkiraan hasil panen. 4 Adapun penentuan atau rekomendasi tindakan konservasi, yakni tentang prioritas perencanaannya dibuat berdasarkan hasil kombinasi antara hasil penelitian tingkat bahaya erosi tanah dan tingkat kesesuaian lahannya. Prioritas perencanaannya dipilih pada satuan pemetaan yang dicirikan dengan tanaman lahan kering yang mempunyai tingkat erosi sedang hingga tinggi. Penelitian yang dihasilkan merupakan penelitian semi detil dengan skala 1 : 50.000 yang berupa peta bahaya erosi tanah daerah Kudus dan Prawata, Jawa Tengah. Bambang Supriyadi 1992 dalam penelitiannya yang berjudul: “Evaluasi Tingkat Bahaya Erosi Tanah dan Kemampuan Lahan Untuk Arahan Konservasi Tanah di DAS Saradan Kabupaten DATI II Wonogiri”, bertujuan untuk mengetahui tingkat bahaya erosi tanah, menentukan kelas kemampuan lahan, dan mengevaluasi tingkat bahaya erosi tanah dan kemampuan lahan untuk konservasi tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan observasi. Sifat metode ini adalah mengadakan pengamatan gejala dan fakta guna memperoleh data sebagai landasan dalam pemerian sesuai dengan tujuannya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan bentang lahan, dengan bentuk lahan sebagai salah satu unsurnya. Disamping itu juga dilakukan analisis keruangan dengan memandang bahwa parameter-parameter yang menyusun dan mempengaruhi daerah aliran sungai satu sama lain dan merupakan satu sistem. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggabungkan beberapa metode dalam geomorfologi meliputi metode interpretasi foto udara, pemetaan geomorfologi, determinasi watak fisik dan kimia tanah. Satuan pemetaan menggunakan satuan lahan yang dihasilkan dari tumpang susun tiga peta, yaitu peta bentuk lahan, peta penggunaan lahan, dan peta kemiringan lereng. Peta satuan lahan berskala 1:50.000, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cuplikan terstrata dengan pertimbangan. Dalam penelitian ini ada dua kelompok data yaitu data yang dipergunakan untuk penentuan tingkat bahaya erosi dan data untuk penentuan tingkat kemampuan lahan. Data yang dipergunakan untuk penentuan tingkat bahaya erosi meliputi erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng, 5 kenampakan erosi, penutupan lahan dan vegetasi serta tindakan konservasi tanah. Data untuk penentuan tingkat kemampuan lahan terdiri dari lereng permukaan, tingkat erosi, kedalaman tanah, tekstur tanah permeabilitas, drainase, dan persentase kerikil atau batu. Selain itu juga data tentang tingkat erosi parit, bentuk parit, lereng saluran parit dan daerah penangkapan hujan dari parit. Tingkat bahaya erosi dalam penelitian tersebut penilaiannya dibuat secara kualitatif. Masing-masing faktor yang berpengaruh diberi harkat sesuai dengan tingkat pengaruhnya. Faktor yang cenderung menaikkan tingkat bahaya erosi tanah diberi nilai positif, sedang faktor yang cenderung menurunkan tingkat bahaya erosi tanah diberi nilai negatif. Nur Amanah Solichati 1996 dalam penelitian yang berjudul: “Persebaran Tingkat Erosi Tanah di daerah Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali”, bertujuan untuk : a. Mengetahui persebaran tingkat erosi dengan mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi di daerah penelitian. b. Mengetahui persebaran tingkat erosi dengan menhitung besarnya erosi di daerah penelitian. Metode yang dipakai adalah dengan observasi lapangan dan analisis laboratorium, sedangkan pengambilan sampel didasarkan pada satuan lahan daerah penelitian. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan tingkat erosi di daerah penelitian menggunakan rumus umum kehilangan tanah dari USLE, yaitu: A = R.K.L.S.C.P Untuk menentukan faktor erosivitas R menggunakan rumus indeks erpsivitas hujan bulanan dari Bols 1978 sedangkan faktor erodibilitas ditentukan dengan nomograf dari Weischmeier dan Smith. Sedangkan indeks kemiringan dan panjang lereng LS dicari dengan menggunakan mnomograf dari Weischmeier dan Smith 1978 untuk mendapatkan indeks pengelolaan tanaman C dicari dengan tabel dari Abdurachman CS 1981, dari indeks pengelolaan lahan P dengan tabel yang dibuat Weischmeier dan Smith 1984. 6 Selanjutnya tingkat erosi di daerah penelitian diklasifikasikan menurut Dangler 1977, dengan hasil tingkat erosi sebagi berikut: 1 Rendahkelas II seluas 1.184,4 ha 21,38, mempunyai tingkat erosi antara 23,68 – 35,78 tonhath. 2 Rendahkelas III seluas 1.890,3 ha 32,61, mempunyai tingkat erosi antara 37,14 – 42,75 tonhath. 3 Tingkatkelas IV seluas 355,2 ha 6,41, mempunyai tingkat erosi sebesar 68,63 tonhath. 4 Sangat tinggikelas V seluas 2.190,5 ha 39,5, mempunyai tingkat erosi antara 85,61 – 490,47 tonhath. Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti mengacu pada Bambang Supariyadi 1992 dalam hal tujuan dan Nur Amanah Solichati 1996 dalam hal metode penelitian. Adapun perbandingan penelitian dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel 1.1.

1.6. Kerangka Penelitian