Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1970-1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara tetangga. Keadaan ini dipengaruhi struktur perekonomian yang relatif sama sehingga mempengaruhi kesamaan karakter industri di masing-masing negara. Kesamaan tersebut menimbulkan kesamaan hubungan spesifik di antara variabel perdagangan. Kesamaan karakter ini juga dipengaruhi kesamaan pandangan dan kebijakan dalam mengoptimalkan output produksi yang dihasilkan dari penggalian potensi ekonomi untuk tujuan meningkatkan pandapatan nasional. Dengan kesamaan faktor produksi yang sebagian besar bersumber dari sekto-sektor alami semakin meningkatkan keunggulan komperatif Comparative Advantage. Peningkatan ekspor menjadikan tumbuhnya sektor produksi mengakibatkan peningkatan pertumbuhan pendapatan nasional secara agresif di masing-masing negara. Wahyuddin dan Widatik, Empirika, 2004: 111-112 Dalam teori ekonomi makro macro economi theori, hubungan antara ekspor dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan atau pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional. Tetapi, dalam teori eknomi pembangunan, keterkaitan kedua variabel tersebut merupakan kasus khusus yang menarik untuk di bahas terutama dalam dataran empiris. Dalam prespektif teori ekonomi pembangunan masalah hubungan kedua variabel tersebut tidak tertuju pada masalah persamaan identitas itu sendiri, melainkan lebih tertuju pada masalah, apakah ekspor bagi suatu negara akan membuahkan kesejahteraan kemakmuran ataukah malah membawa kesengsaraan penderitaan bagi suatu negara. Aliman, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 2001: 122-123 Pada periode industrialisasi subtitusi impor, ekspor terutama migas dan gas bumi hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan dan bukan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, sehingga ekspor tidak pernah dipakai sebagai paradigma industrialisasi di Indonesia. Akibatnya kecuali sektor migas dan gas bumi serta beberapa sektor pertambangan lainnya hampir seluruh sektor ekonomi Indonesia semuanya berorientasi kepasar dalam negri inword looking. Ketika Indonesia mulai beralih ke strategi industrialisasi promosi ekspor pandangan tersebut berubah, ekspor kemudian dipandang sebagai sektor yang diharapkan? dapat menjadi motor pertumbukan ekonomi export let growth. Ekspor selanjutnya dipakai sebagai paradigma di dalam pengembangan sektor indusrti industri analisasi di Indonesia, segala upaya dilakukan pemerintah agar sektor industri menjadi lebih outward looking, dengan target utama agar supaya output sektor manufaktur Indonesia pada akhirnya mampu menjadi primadona ekspor Indonesia menggantikan peran dominan dari sektor migas dan gas bumi. Di dalam strategi Industrialisasi promosi ekspor tersebut, arti penting ekspor pada dasarnya mendapatkan artikulasi yang lebih kuat lagi. Utomo, Jurnal Manajemen Daya Saing, 2000: 48-49 Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sayangnya sering membuat kinerja ekspor nasional menjadi makin merana. Hal ini dapat dimaklumi karena makin tinggi penguatan nilai tukar rupiah tersebut, makin rendah pendapatan nasional dari sisi ekspor. Bagaimana kinerja ekspor nasional pada 2006? Tidak terlalu jelek sebagaimana tampak pada Tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 Kinerja Ekspor Indonesia menurut Bulan pada 2006 dan 2007 No Bulan Nilai US Miliar Berat Juta Ton 1 Januari 7,558 26,286 2 Pebruari 7,397 22,369 3 Maret 7,496 20,241 4 April 7,641 25,033 5 Mei 8,370 31,289 6 Juni 8,545 24,484 7 Juli 8,881 25,597 8 Agustus 8,991 30,419 9 September 8,844 26,719 10 Oktober 8,717 32,035 11 Nopember 8,918 30,712 12 Desember 9,610 31,988 13 Januari 2007 8,353 n.a 14 Pebruari 2007 8,317 n.a 15 Maret 2007 9,188 n.a 16 April 2007 8,848 n.a Total 135,674 327,172 Sumber : www.bps.go.id Data di atas menunjukkan bahwa ekspor nasional hanya turun pada Februari 2006 dan Oktober 2006. Di luar itu, ekspor terus meningkat. Begitu pula pada Desember 2006 meningkat sebesar 0,51 yakni dari 6,57 pada November 2006 menjadi 7,08 pada Desember 2006. Dengan demikian, ekspor nasional pada 2006 mencapai 74,42. Sementara itu, ternyata ekspor pada Januari 2007 anjlok 0,92 dari 7,08 pada Desember 2006 menjadi 6,16. Pada bulan berikutnya Februari 2007, ekspor kembali turun walau tipis 0,03 dari 6,16 menjadi 6,13. Tetapi ekspor mulai meningkat menjadi 6,77 pada Maret 2007. Namun kembali merosot pada April 2007 menjadi 6,52 mirip kinerja pada September 2006 sebesar 6,52. Dengan demikian, total ekspor nasional periode Januari 2007 sampai dengan April 2007 mencapai 25,58. http.www.wikipedia.comwikigdp Peningkatan ekspor migas dan non migas diupayakan dengan cara mengurangi hambatan distribusi, meningkatkan pembiayaan perdagangan, mengurangi hambatan perdagangan dan memperluas pasar ekspor serta menciptakan partisipasi masyarakat melalui restrukturisasi kebijakan tarif. Peningkatan aktifitas ekspor migas dan non migas dapat meningkatkan segala eksternalitas ekonomi dimana industri-industri domestik yang mensuplai sektor ekspor dengan masukan-masukan untuk mendapatkan keuntungan dari meningkatkannya permintaan dari produk-produk yang dihasilkan. Penciptaan fasilitas-fasilitas pelayanan bagai sektor migas dan non migas, pendirian industri pelengkap dan industri terkait dapat dipandang sebagai pemanfaat dari efek eksternalitas positif lewat mekanisme pasar. Wahyuddin dan Widatik, Empirika, 2004: 112 Kerangka teoritis Keynes dalam perekonomian terbuka untuk meningkatkan ekspor dapat meningkatan pendapatan nasional dengan cara yang sama seperti yang ditimbulkan oleh adanya peningkatan dalam investasi publik atau swasta dan peningkatan pembelanjaan pemerintah. Utomo, Jurnal Manajemen Daya Saing, 2000: 50 Sedangkan untuk perkembangan PDB dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2000 mengalami peningkatan, tapi pada tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 0,5 dari 8,29 menjadi 7,79. Mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 selalu mengalami peningkatan. Hal itu dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2 Perkembangan PDB Indonesia dalam US miliar 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 95,446 140,001 150,196 141,255 172,975 208,311 256 284.072 364,239 420 467 Sumber : www.bps.go.id Sumber : CEIC, Perkiraan Mandiri Sekuritas Dengan melihat keadaan perekonomian adanya peningkatan ekspor non migas maka pemerintah perlu melakukan pengawasan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam penentuan kebijakan-kebijakan ekonomi makro. Berdasarkan pada latar belakang masalah yang diuraikan di atas penulis mengambil judul “ANALISIS KAUSALITAS EKSPOR NON MIGAS DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 1997. I - 2007. IV”.

B. Perumusan Masalah