Analisis Kausalitas Dan Uji Kointegrasi Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Ekspor Di Sumatera Utara

(1)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ekonomi

Medan

Analisis Kausalitas Dan Uji Kointegrasi Antara Pertumbuhan

Ekonomi Dan Ekspor Di Sumatera Utara

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Samuel Simpar Mulia Pelawi

060501109

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

ABSTRACT

This research is titled Causality Analysis And Cointegration Test Between Economic Growth And Export In North Sumatera, include 1975 – 2007. The purpose of this search is to know weather there are two ways relationship (influence each other), one way relationship, or even no relationship at all between economic growth and ekspor in North Sumatera.

This research use dynamic model with Granger Causality Test Method. The data is proceed by Eviews 5.1 programe. The result of estimation is there is one way fuction between export and economic growth. Which is export is the fuction of economic growth. On the other word, export causes the increase or decrease of economic growth in North Sumatera from 1975 – 2007.

Then after knowing the relationship between these variables, the cointegration test can be used to know the relationship between variables in long term. The results shows there is a cointegration between economic growth and export in North Sumatera from 1975 – 2007.


(3)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah Analisis Kausalitas Dan Uji Kointegrasi Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Ekspor Di Sumatera Utara, dalam kurun waktu 1975 – 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik (saling mempengaruhi), hubungan searah, atau bahkan tidak ada hubungan sama sekali antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan model dinamis dengan metode uji Granger Causality. Data diolah dan diproses menggunakan program eviews 5.1. Hasil dari estimasi adalah terdapat hubungan satu arah antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi (tingkat pertumbuhan ekspor mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi). Dimana bahwa ekspor adalah fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain ekspor mempengaruhi tingkat kenaikan atau penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 1975 – 2007.

Kemudian setelah mengetahui hubungan antara variabel, uji kointegrasi dapat dilakukan untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel tersebut. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara kedua variabel tersebut di Sumatera Utara dalam kurun waktu 1975 – 2007.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala pujian syukur, hormat, dan kemulian di tempat yang maha tinggi tidak henti – hentinya penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih, berkat dan penyertaanya sehingga skripsi ini dapat selesai.

Adapun tujuan penulis menyusun skripsi ini adalah sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi. Penulis mengerjakan skripsi ini dengan judul

“Analisis Kausalitas Dan Uji Kointegrasi Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Ekspor Di Sumatera Utara”.

Dengan segala kerendahaan hati penulis juga ingin menyampaikan hormat dan terima kasih kepada kedua orang tua yang paling penulis sayangi yakni

Bapak Drs. Daulat Pelawi dan Ibu Terulina Barus, Amd dan kepada abang

saya Maja Pelawi dan juga kaka saya Anggun Regina Pelawi atas doa,

semangat, dukungan baik moril maupun materiil, dan juga telah menjadi inspirasi bagi penulis.

Dalam berbagai bentuk, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan skripsi ini pada masa mendatang.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, memberikan bimbingan, saran dan menjadi inspirasi selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini, yakni :Salah satu bagian yang paling menggembirakan dalam penulisan skripsi ini adalah kesempatan untuk menyampaikan terima kasih


(5)

kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan bimbingan, saran, dan dorongan moril baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi, antara lain:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., sebagai Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Irsad Lubis, Ph.D, sebagai Sekretaris Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Kasyful Mahalli, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Syahrir Hakim Nasution, M.Si, sebagai dosen penguji I yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Walad Al – Tsami, sebagai dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Iskandar Syarief M.Ec., sebagai dosen wali yang telah menjadi penasehat akademik selama masa perkuliahan

8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya.

9. Seluruh staf pegawai perpustakaan ekonomi dan perpustakaan universitas atas pelayanan dalam penyediaan kepustakaan yang berhubungan dengan skripsi ini.

10.Kepada abang Jimmy Hutabarat, ST yang telah membantu penulis dalam memberikan saran dan pengetahuan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.


(6)

11.Kepada teman penulis Valentina Samosir yang telah banyak membantu saya dalam memberikan ide serta informasi selama proses pengerjaan skripsi ini

12.Kepada teman sekaligus sahabat-sahabat penulis yakni Arisandi, Irwin, Albert, Andreas, ahmadi, hafnida, merry, julia, beserta seluruh teman – teman Ekonomi Pembangunan 2006, yang tidak bisa penulis sebutkan, atas kebersamaan kita selama ini dan juga inspirasi, kerjasama, dan bantuan ide yang diberikan.

13.Kepada adik saya Irawaty Agustina yang telah memberikan semangat serta dukungan kepada penulis selama dalam proses pengerjaan skripsi ini. 14.Kepada senior dan junior penulis di Ekonomi Pembangunan yang telah

memberikan masukan dan saran selama proses pengerjaan skripsi ini.

Medan, Pebruari 2010


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEl...……….viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2Perumusan Masalah... 6

1.3Hipotesis... 6

1.4Tujuan Penelitian... 6

1.5Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1 Pertumbuhan Ekonomi...8


(8)

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi...10

2.1.2.1 Teori – Teori Klasik...11

2.1.2.2 Teori – Teori Modern...16

2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 21

2.3 Ekspor... 24

2.3.1 Teori Ekspor Base... 25

2.3.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor...26

2.3.3 Manfaat Dan Peranan Ekspor...27

2.3.4 Penelitian Sebelumnya... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 33

3.2 Jenis Dan Sumber Data... 33


(9)

3.4 Defenisi Oprasional Variabel... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 40

4.1 Deskriptif Daerah Penelitian... 41

4.1.1 Kondisi Geografis... 42

4.1.2 Kondisi Alam Dan Topografi... 42

4.1.3 Kondisi Demografi... 42

4.1.4 Potensi Wilayah... 44

4.2 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara... 44

4.3 Gambaran Ekspor Sumatera Utara... 47

4.4 PDRB Perkapita Sumatera Utara... 49

4.5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Sumatera Utara... 52

4.6 Analisis Data... 54


(10)

4.6.2 Uji Kointegrasi (Cointegration Test)... 56

4.6.3 Granger Causality Test... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 61

5.1 Kesimpulan... 61

5.2 Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara menurut Kab/Kota 41

4.2 Perkembangan Beberapa Indikator Makro Ekonomi 46

Sumatera Utara

4.3 Volume dan Nilai Ekspor Sumatera Utara 48

4.4 PDRB Perkapita ADHB dan ADHK 2000 Sumut Tahun 50

2000 – 2007

4.5 Pendapatan Perkapita 25 Kabupaten / Kota Di Sumatera 51

Tahun 2001 – 2007

4.6 Produk Domestik Regional Bruto Sumut Menurut 53

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 – 2007


(12)

4.7 Hasil Estimasi Untuk Uji Akar – Akar Unit 55

4.8 Hasil Uji Kointegrasi 56

4.9 Hasil Tes Uji Granger Causality 58

5.0 Hasil Estimasi Ekspor Mempengaruhi Pertumbuhan 59


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Data

Lampiran 2 1. Uji Akar – Akar Unit Ekspor

2. Uji Akar – Akar Unit PDRB (PE)

3. Uji Tes Kointegrasi

4. Uji Granger Causality


(14)

ABSTRACT

This research is titled Causality Analysis And Cointegration Test Between Economic Growth And Export In North Sumatera, include 1975 – 2007. The purpose of this search is to know weather there are two ways relationship (influence each other), one way relationship, or even no relationship at all between economic growth and ekspor in North Sumatera.

This research use dynamic model with Granger Causality Test Method. The data is proceed by Eviews 5.1 programe. The result of estimation is there is one way fuction between export and economic growth. Which is export is the fuction of economic growth. On the other word, export causes the increase or decrease of economic growth in North Sumatera from 1975 – 2007.

Then after knowing the relationship between these variables, the cointegration test can be used to know the relationship between variables in long term. The results shows there is a cointegration between economic growth and export in North Sumatera from 1975 – 2007.


(15)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah Analisis Kausalitas Dan Uji Kointegrasi Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Ekspor Di Sumatera Utara, dalam kurun waktu 1975 – 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik (saling mempengaruhi), hubungan searah, atau bahkan tidak ada hubungan sama sekali antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan model dinamis dengan metode uji Granger Causality. Data diolah dan diproses menggunakan program eviews 5.1. Hasil dari estimasi adalah terdapat hubungan satu arah antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi (tingkat pertumbuhan ekspor mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi). Dimana bahwa ekspor adalah fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain ekspor mempengaruhi tingkat kenaikan atau penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 1975 – 2007.

Kemudian setelah mengetahui hubungan antara variabel, uji kointegrasi dapat dilakukan untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel tersebut. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara kedua variabel tersebut di Sumatera Utara dalam kurun waktu 1975 – 2007.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan perekonomian dari suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya jumlah barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh suatu daerah, dalam hal ini Propinsi Sumatera Utara. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara / daerah, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrasturktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa barang modal (Sukirno 2006 : 423).

Untuk melihat fluktuasi ekonomi secara rill dari tahun ke tahun tergambar dari kenaikan pendapatan perkapita dan lajunya dengan menggunakan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk ukuran suatu negara atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat wilayah (regional). Untuk melihat pendapatan regional, terdapat berbagai konsep yang dapat digunakan, antara lain:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar.

2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar.


(17)

4. Pendapatan Regional.

5. Pendapatan Perorangan (Personal Income) dan Pendapatan Siap

Dibelanjakan (Disposible Income).

6. Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan.

7. Pendapatan Per Kapita (Tarigan 2005:18).

Dalam hal ini Pendapatan Regional Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi di proyeksikan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penilaianya adalah yaitu apabila pertumbuhan tingkat PDRB menunjukkan kenaikan maka terjadi pertumbuhan ekonomi yang positif, sebaliknya apabila menunjukkan penurunan maka terjadi pertumbuhan ekonomi yang negatif.

Perekonomian Sumatera Utara secara makro pada triwulan IV tahun 2008 bila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2008 (quartal to quartal) meningkat 0,61 persen dan pada triwulan I tahun 2009 meningkat 1,73 persen dibanding dengan triwulan IV tahun 2008. Secara makro, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan pertama tahun 2009 mengalami pertumbuhan yang positif. Di dukung oleh kestabilan moneter yang semangkin baik yang dapat dilihat dari kecendrungan menguat dan stabilnya nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi Sumatera Utara yang terkendali (Press release BPS Sumatera Utara, Agustus 2009).

PDRB Sumatera Utara pada triwulan IV tahun 2008 atas dasar harga berlaku mencapai Rp.56,4 Triliun, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp.27,03 triliun. Sedangkan besarnya PDRB pada triwulan I tahun 2009 atas dasar harga


(18)

berlaku mencapai Rp.57,32 triliun dan atas dasar harga konstan sebesar Rp27,50 triliun. Mengalami kenaikan yang menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang diukur melalui kenaikan atau penurunan PDRB disumbang oleh beberapa sektor. Sektor-sektor tersebut antara lain:

1. Sektor pertanian.

2. Sektor pertambangan dan penggalian. 3. Sektor industri pengolahan.

4. Sektor listrik, gas, dan air bersih. 5. Sektor bangunan.

6. Sektor perdagangan, hotel, dan retoran. 7. Sektor jasa-jasa.

8. Sektor keuangan,persewaan, dan jasa perusahaan. 9. Sektor pengangkutan dan komunikasi.

Kinerja sektor-sektor tersebut pada semester I tahun 2009 yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan mengalami peningkatan sebesar 4,61 persen. Peningkatan tersebut terjadi pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,49 persen, disusul oleh sektor listrik, gas, dan air bersih 7,34 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 6,77 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran 4,70 persen, sektor bangunan 4,05 persen, sektor pertanian 3,89 persen, sektor industri pengolahan 2,91 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian 0,25 persen.


(19)

Pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor tanah (land), faktor modal (capital), faktor tenaga kerja (labor), dan Teknologi. Selain dari beberapa faktor yang telah disebut diatas terdapat faktor lain yang langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah adalah ekspor. Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Ekspor akan secara langsung memberi kenaikan penerimaan dalam pendapatan suatu negara atau daerah. Terjadinya kenaikan penerimaan pendapatan suatu negara atau daerah akan mengakibatkan terjadinya kenaikan tingkat PDRB. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di proyeksikan melalui besaran PDRB Sumatera Utara. Dengan kata lain ekspor akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi.

Peranan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada suatu negara atau daerah selalu menarik untuk diteliti secara teori maupun empirik. Selama dua dekade terakhir sudah banyak studi empirik yang telah dilakukan untuk meneliti berapa besar peranan ekspor dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu negara / daerah atau hipotesis yang menyatakan bahwa ekspor (pertumbuhan ekspor) akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekspor yang bagus akan menghasilkan devisa bagi suatu daerah dan selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan di daerah tersebut. Karena secara teoritis (hipotesis) dapat dikatakan bahwa ada korelasi yang positif antara pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan ekonomi, serta peningkatan pendapatan


(20)

masyarakat kesempatan kerja, pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dipihak lainya.

Kinerja ekspor Sumatera Utara pada triwulan tahun 2009, dilihat dari nilai ekspor melalui pelabuhan muat di wilayah Sumatera Utara, pada bulan juli dicatat sebesar US$507,39 juta dollar yang mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya yakni bulan juni sebesar 17,09 persen, pada bulan juni nilai ekspor sebesar US$433,31 juta dollar. Namun jika dibandingkan dengan nilai ekspor bulan yang sama tahun 2008, nilai ekpor di bulan juli tahun 2009 turun 26,39 persen. Nilai ekpor periode januari-juli 2009 melalui pelabuhan muat Sumatera Utara mencapai US$ 3,31 milyar dollar, mengalami penurunan hingga 40,68 persen jika dibandingkan periode januari-juli 2008, yakni sebesar U$ 5,58 milyar dollar.

Bertolak dari hal-hal diatas, maka perlu diketahui hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Ekspor sebagai penyumbang dalam besarnya Produk Domestik Regional Bruto, akan tetapi apakah ekspor disuatu periode mampu memberikan kontribusi bagi kenaikanan PDRB pada periode yang lain, demikian juga PDRB, apakah mampu memberikan kontribusi bagi kenaikan ekspor di suatu periode tertentu.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul “Analisis Kausalitas Dan Uji Kointegrasi Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Ekspor Di Sumatera Utara”.


(21)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam kajian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan kausalitas (timbal balik) antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara.

2. Apakah terdapat hubungan jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan diatas, maka dapat dibuat suatu hipotesis :

1. Terdapat hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara.

2. Terdapat hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk melihat hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang terhadap perekonomian Sumatera Utara.


(22)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

2. Sebagai bahan tambahan dan pelengkap terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya.

3. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama bagi mahasiswa/I Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya dalam cabang ilmu ekonomi makro.

4. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya, sekaligus untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis 5. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi

yang terkait.


(23)

TINJAUAN PUSTAKAAN

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian Pertumbuhan dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dari jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal (Sukirno, 2006:423).

Pertumbuhan ekonomi adalah proses terjadi kenaikan produk nasional bruto rill atau pendapatan nasional rill. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output rill. Output total rill suatu perekonomian bisa juga tetap konstan atau mengalami penurunan sepanjang waktu. Ini berarti perekonomian statis atau mengalami penurunan (stagnasi). Perubahan ekonomi meliputi baik pertumbuhan, statis maupun stagnasi pendapatan nasional rill. Penurunan merupakan pertumbuhan negatif, sedangkan pertumbuhan merupakan pertumbuhan positif (Faried Wijaya, 1990:262).

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu: proses, output per kapita dan prespektif waktu jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini dapat dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu (Boediono, 1999:1).

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita. Ada dua sisi hal yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya dan sisi jumlah penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi jumlah penduduk. Jadi


(24)

proses kenaikan output per kapita, tidak bisa tidak, harus dianalisa dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah penduduk dilain pihak (Boediono, 1999:1).

Aspek yang ketiga dari defenisi pertumbuhan ekonomi adalah prespektif waktu jangka panjang. Kenaikan output per kapita selama satu atau dua tahun, yang kemudian diikuti dengan penurunan output per kapita bukan pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mengalami kenaikan output per kapita (Boediono, 1999:2).

2.1.1 Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa sumber strategis dan dominan yang menentukan pertumbuhan ekonomi tergantung bagaimana mengklasifikasikanya. Salah satu untuk mengklasifikasikanya menjadi faktor-faktor fisik dan faktor-faktor manajemen yang mempengaruhi sumber-sumber tersebut. Meskipun dipunyai sumber dominan untuk pertumbuhan yang kwantitasnya cukup banyak serta dengan kwalitas cukup tinggi bila manajemen penggunaanya tidak menunjang maka laju pertumbuhan ekonominya rendah (Faried Wijaya, 1990:264).

Faktor pertumbuhan berupa faktor-faktor fisik sumber-sumber daya alami, kwantitas dan kwalitas sumber daya manusia, jumlah barang-barang kapital dan teknologi. Tersedianya lebih banyak dan lebih baik sumber-sumber alami dan manusia, barang kapital, serta tingkat pengetahuan teknologi yang lebih tinggi memungkinkan perekonomian memproduksi jumlah output lebih besar (Faried Wijaya, 1990:264).

Faktor manajemen penggunaan sumber-sumber dalam pertumbuhan ekonomi merupakan aspek permintaan dan aspek alokasi sumber daya. Aspek permintaan


(25)

berarti agar sumber-sumber daya yang ada dan terus bertambah dapat digunakan sepenuhnya, maka diperlukan pertumbuhan tingkat permintaan agregatif yang mencukupi. Menggunakan semua sumber daya dan kapital serta teknologi yang ada saja tidaklah cukup. Sumber-sumber tersebut haruslah digunakan sedemikian rupa sehingga dapat diproduksi jumlah output maksimum dengan menggunakan sumber daya tersebut (Faried Wijaya, 1990:264).

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. Jadi teori pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah suatu ceritera (yang logis) mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi (Boediono, 1999:2).

Satu hal yang perlu ditekankan sejak awal adalah bahwa didalam ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuhan. Sampai saat ini (dan masa mendatang) tidak ada suatu teori pertumbuhan yang menyeluruh dan lengkap dan yang merupakan satu-satunya teori pertumbuhan yang baku. Berbagai ekonom besar, sejak lahirnyailmu ekonomi mempunyai pandangan atau presepsi yang tidak selalu sama mengenai proses pertumbuhan suatu perekonomian.

Sering sekali pandangan atau presepsi ini sangat dipengaruhi oleh keadaan atau peristiwa-peristiwa pada waktu ekonom tersebut hidup. Sering sekali pula teori pertumbuhan seorang ekonom dipengaruhi oleh idiologi yan dianut oleh


(26)

ekonom, sehingga aspek-aspek yang ditonjolkan dalam teorinya mencerminkan kecendrungan idiologisnya. Ini semua perlu dipahami oleh setiap orang yang mempelajari teori pertumbuhan (ilmu ekonomi umumnya). Jangan sampai berpendapat bahwa teori yang kebetulan dipelajari adalah satu-satunya kebenaran yang tidak dapat dibantah. Semangkin banyak teori yang dipelajari, semangkin luas pandangan, dan semangkin mudah menghindari perangkap fanatisme intelektual tersebut (Boediono, 1999:2)

2.1.2.1Teori-Teori Klasik

1. Adam Smith

Adam Smith (1723-1790) yang terkenal dengan teori nilainya yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga suatu barang. Tetapi didalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of the Nations (1776) secara singkat sering disebut sebagai Wealth of Nations, bisa dilihat bahwa tema pokoknya adalah mengenai bagaimana perekonomian (kapitalis) tumbuh. Dalam buku tersebut Smith, mungkin orang yang pertama yang mengungkapkan proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis. Oleh sebab itu, teori Adam Smith sering dianggap sebagai awal dari pengkajian masalah pertumbuhan secara sistematis (Boediono, 1999:7).

Menurut Adam Smith, ada dua aspek utama dari pertumbuhan ekonomi yaitu : 1. Pertumbuhan output (GDP) total

2. Pertumbuhan penduduk

Dalam pertumbuhan output Adam Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok yaitu :


(27)

2. Sumber-sumber manusiawi (jumlah penduduk) 3. Stok barang kapital yang ada

Menurut Smith, sumber-sumber alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber-sumber alam yang tersedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan perekonomian tersebut. Artinya, selama sumber-sumber ini belum sepenuhnya dimanfaatkan, yang memegang peranan dalam proses produksi adalah dua unsur produksi yang lain, yaitu jumlah penduduk dan stok kapital yang ada. Dua unsur lain inilah yang menentukan besarnya output masyarakat dari tahun ke tahun. Tetapi apabila output terus meningkat, sumber-sumber alam akhirnya akan sepenuhnya dimanfaatkan (dieksploitir), dan pada tahap ini sumber-sumber lama akan membatasi output. Unsur sumber alam ini akan menjadi batas atas dari pertumbuhan suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi (dalam arti pertubuhan output dan prtumbuhan penduduk) akan berhenti apabila batas atas ini dicapai (Boediono, 1999:8).

Unsur yang kedua adalah sumber-sumber manusiawi atau jumlah penduduk. Dalam proses pertumbuhan output unsur ini dianggap peranan yang pasif, dalam arti bahwa jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari masyarakat tersebut. Apabila stok kapital yang tersedia membutuhkan, misalnya: satu juta orang untuk menggunakanya, dan apabila jumlah tenaga kerja yang tersedia adalah sembilan ratus ribu orang, maka jumlah penduduk akan cenderung meningkat sehingga tenaga kerja yang tersedia akhirnya menjadi 1 juta orang. Pada tahap ini, bisa dianggap bahwa berapapun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi akan tersedia lewat


(28)

proses pertumbuhan (atau penurunan) penduduk. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses pertumbuhan itu sendiri.

Dalam model Smith tinggallah unsur produksi yang ketiga, yaitu stik kapital, yang secara aktif menentukan tingkat output. Smith memang memberikan peranan sentral kepada pertumbuhan stok kapital atau akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan output. Apa yang terjadi dengan tingkat output tergantung pada laju pertumbuhan stok kapital (tentu saja sampai tahap pertumbuhan dimana sumber-sumber alam mulai membatasi) (Boediono, 1999:9).

2. David Ricardo

David Ricardo (1772-1823) mengembangkan teori pertumbuhan klasik lebih lanjut. Pengembangan ini berupa penjabaran model pertumbuhan menjadi suatu model yang lebih tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam hal mekanisme proses pertumbuhan itu sendiri. Namun perlu ditekan lagi disini bahwa garis besar dari proses pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan umum yang ditarik oleh Ricardo tidak terlalu berbeda dengan Adam Smith. Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Kesimpulan umumnya masih tetap bahwa dalam perpacuan tersebut penduduklah yang akhirnya menang, dan dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai posisi stationer. Seperti juga dengan Adam Smith, Ricardo menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumber-sumber alam) tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat (Boediono, 1999:17).

Perbedaan terutama terletak pada penggunaan alat analisa mengenai distribusi pendapatan (berdasarkan teori Ricardo mengenai sewa tanah) dalam penjabaran


(29)

mekanisme pertumbuhan dan pengungkapan peranan yang lebih jelas dari sektor pertanian diantara sektor-sektor lain dalam proses pertumbuhan (Boediono, 1999:17). Model perekonomian Ricardo ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tanah terbatas jumlahnya.

2. Tenaga kerja (penduduk) yang meningkat (atau menurun) sesuai dengan apakah tingkat upah diatas atau tingkat upah minimal yang oleh Ricardo disebut tingkat upah alamiah (natural wage).

3. Akumulasi kapital terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik kapital berada diatas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka melakukan invesatasi.

4. Dari waktu ke waktu terjadi kemajuan teknologi. 5. Sektor pertanian dominan.

Dengan terbatasnya tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menghasilkan produk marginal (marginal product) yang semangkin menurun. Ini tidak lain adalah hukum produk marginal yang makin menurun atau lebih terkenal dengan nama the Law of Diminishing Return. Selama buruh yang dipekerjakan pada tanah tersebut bisa menerima tingkat upah diatas tingkat upah alamiah, maka penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, dan ini akan menurunkan lagi produk marginal tenaga kerja, dan selanjutnya menekan kebawah tingkat upah. Proses ini akan berhenti apabila tingkat upah turun pada tingkat upah alamiah. Apabila, misalnya tingkat upah ternyata turun dibawah tingkat upah alamiah, maka jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Tingkat upah akan naik kembali pada tingkat alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi dari segi faktor produksi tanah dan faktor produksi tenaga kerja, ada satu kekuatan dinamis


(30)

yang selalu menarik perekonomian ke arah upah tingkat minimu, yaitu bekerjanya The Law of Diminishing Return (Boediono, 1999:18).

The Law of Diminishing Return berbunyi: “ Apabila salah satu input tetap, sedang input-input lain ditambah penggunaanya (variabel) maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap unit tambahan input variabel tersebut mula-mula menaik, akan tetapi kemudian seterusnya menurun, apabila input variabel tersebut terus ditambah” (Boediono, 1999 : 18).

3. Arthur Lewis

Salah satu perumusan yang terkenal dari teori klasik dalam konteks permasalahan pembangunan ekonomi negara-negara bekembang diungkapkan oleh ekonom zaman modern Arthur Lewis. Model pertumbuhan dengan suplay tenaga kerja yang tak terbatas merupakan model pertumbuhan Arthur Lewis (Boediono, 1999:35).

Pokok permasalahan yang dikaji oleh Lewis adalah bagaimana proses pertumbuhan terjadi dalam perekonomian dua sektor :

1. Sektor tradisional, dengan produktivitas rendah dan sumber tenaga kerja yang melimpah.

2. Sektor modern, dengan produktivitas tinggi dan sebagai sumber akumulasi kapital.

Proses pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tenaga kerja bisa dipertemukan dengan kapital. Lewis memberikan teori mengenai proses pertemuan kedua fakor produksi ini dan proses pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan.

Pada saat sektor modern mempunyai sejumlah stok barang kapital tertentu. Sektor ini menggunakan tenaga kerja yang akan diberi upah sesuai dengan


(31)

marginal produknya. Dengan stok kapital tertentu tersebut, maka bisa digambarkan marginal produk bagi tenaga kerja yang dipekerjakan pada sektor ini (Boediono, 1999:35).

Ciri-ciri utama dari sektor tradisional yaitu produktivitasnya yang rendah dan tenaga kerja yang melimpah. Ini berarti bahwa tingkat upah di sektor ini berada pada tingkat subsistensi (ini sejalan dengan teori-teori klasik Smith, Malthus dan Ricardo), dan pada tingkat upah ini suplai tenaga kerja yang bersedia untuk berkerja melimpah (artinya apabila ada seorang pengusaha yang bersedia memperkerjakan buruh dengan tingkat upah subsitensi ini, maka bisa memperoleh jumlah buruh berapapun yang diperlukan) (Boediono, 1999:37).

2.1.2.2Teori-Teori Modern

1. Harrod – Domar

Teori Harrod – Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan dari teori Keynes adalah aspek yang menyangkut peranan investai dalam jangka panjang. Dalam teori Keynes, pengeluaran investasi mempengaruhi permintaan agregat tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat. Harrod – Domar melihat pengaruh investasi dalam prespektif waktu yang lebih panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi tidak hanya mempunyai pengaruh (lewat roses multipier) terhadap permintaan agregat, tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam prespektif waktu yang lebih panjang ini, investasi menambah stok kapital misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan, dan sebagainya (Boediono, 1999:59).


(32)

Hubungan antara stok kapital dengan penawaran agregat adalah setiap penambahan stok kapital masyarakat meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output. Output yang dimaksud adalah output yang potensial bisa dihasilkan dengan stok kapital (kapasitas pabrik) yang ada (Boediono, 1999:60).

Laju pertumbuhan natural dalam sistem Harrod yang sederhana adalah persentase pertumbuhan satuan tenaga kerja efisien per tahun, sebagai kondisi (syarat) pertumbuhan seimbang maka output dan kapital harus juga tumbuh dengan laju pertumbuhan natural yang sama (Boediono, 1999:68).

2. Solow – Swan

Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri – sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model pertumbuhan Neo Klasik. Model Solow dan Swan memusatkan perhatianya pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1999 : 81).

Kerangka umum dari model Solow – Swan mirip dengan model Harrod – Domar, tetapi model Solow – Swan lebih luwes karena,

1. Menghindari masalah ketidakstabilan yang merupakan ciri warranted of growth dalam model Harrod – Domar.

2. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah – masalah distribusi pendapatan.

Keluwesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan Swan menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah di manipulasi secara aljabar (Boediono, 1999:81).


(33)

Ada empat anggapan yang melandasi model Neo Klasik: 1. Tenaga kerja (penduduk), tumbuh dengan laju tertentu. 2. Adanya fungsi produksi yang berlaku bagi setiap periode

3. Adanya kecendrungan untuk menabung propersity to save oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi tertentu dari output.

4. Semua tabungan masyarakat di investasikan (Boediono, 1999:83).

Untuk keseimbangan jangka panjang Solow mengatakan bahwa posisi long run equilibrium akan tercapai apabila kapital per kapita, mencapai suatu tingkat yang stabil, artinya tidak lagi berubah nilainya. Apabila kapital konstan, maka long run equilibrium tercapai. Hal ini merupakan ciri posisi keseimbangan yang pertama (Boediono, 1999:88).

Ciri yang kedua adalah mengenai laju pertumbuhan output, kapital dan tenaga kerja. Pada posisi long run equilibrium laju pertumbuhan output bisa disimpulkan dari ciri bahwa output per kapita adalah konstan dan penduduk tumbuh sesuai dengan asusmsi. Difinisi output per kapita adalah output total tumbuh dengan laju jumlah penduduk per tahun (Boediono, 1999:90).

Ciri yang ketiga adalah mengenai stabilitas dari posisi keseimbangan tersebut. Posisi keseimbangan model Solow – Swan bersifat stabil, dalam arti bahwa apabila kebetulan perekonomian tidak pada posisi keseimbangan, maka akan ada kekuatan-kekuatan yang cenderung membawa kembali perekonomian tersebut pada posisi keseimbangan jangka panjang (Boediono, 1999:91).

Ciri yang keempat menyangkut tingkat konsumsi dan tingkat tabungan (investasi). Tingkat tabungan (investasi) per kapita pada posisi keseimbangan


(34)

adalah konstan. Apa yang tidak ditabung dikonsumsikan, sehingga konsumsi per kapita juga konstan pada posisi equilibrium (Boediono, 1999:93).

Ciri yang kelima berkaitan dengan imbalan yang diterima oleh masing-masing faktor produksi atau aspek distribusi pendapatan. Karena hanya ada dua macam faktor produksi (kapital dan tenaga kerja), maka output total akan habis terbagi antara para pemilik kapital dan pemilik faktor produksi tenaga kerja (Boediono, 1999:93).

3. Schumpeter

Joseph Schumpeter hidup di zaman modern (1883 – 1950 ). Dari segi teori Schumpeter bisa digolongkan dalam kelompok teori pertumbuhan Klasik. Namun dari segi kesimpulanya khususnya mengenai prospek perbaikan hidup masyarakat banyak dalam perekonomian kapitalis. Berbeda dengan ekonom – ekonom Klasik sebelumnya, ia optimis bahwa dalam jangka panjang tingkat hidup orang banyak bisa ditingkatkan terus sesuai dengan kemajuan teknologi yang bisa dicapai masyarakat tersebut. Sejalan juga dengan para ekonom modern, Schumpeter tidak terlalu menekankan pada aspek pertumbuhan penduduk maupun aspek keterbatasan sumber daya alam dalam pertumbuhan ekonomi. Bagi Schumpeter, masalah penduduk tidak dianggap sebagai aspek sentral dari proses pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1999:47).

Schumpeter berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan ekonomi adalah suatu proses yang diberi nama inovasi, dan para pelakunya adalah para wiraswata atau inovator atau entrepreuner. Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterangkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreuner (Boediono, 1999:47).


(35)

Gambaran umum dari proses kemajuan ekonomi menurut Schumpeter adalah membedakan antara pengertian pertumbuhan ekonomi dan pengertian perkembangan ekonomi. Keduanya adalah sumber dari peningkatan output masyarakat, tetapi masing – masing mempunyai sifat yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semangkin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan cara – cara atau teknologi produksi itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi adalah satu sumber kenaikan output, sedangkan perkembangan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswata. Inovasi berarti perbaikan teknologi dalam arti luas mencakup penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dan sebagainya. Tetapi yang penting adalah bahwa inovasi menyangkut perbaikan kwalitatif dari sistem ekonomi itu sendiri, yang bersumber dari kreaivitas para wiraswastanya (Boediono, 1999:48).

Perkembangan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik dan teknologi yang menunjang kreativitas para wiraswasta. Dengan adanya lingkungan yang menunjang kreativitas, maka akan timbul beberapa wiraswata yang menjadi pioner dalam mencoba menerapkan ide – ide baru dalam kehidupan ekonomi (cara berproduksi baru, produk baru, bahan mentah dan sebagainya). Mungkin tidak semua pioner usaha akan berhasil tetapi mereka yang berhasil dikatakan telah melakukan inovasi (Boediono, 1999:50).

Inovasi mempunyai tiga pengaruh, yang pertama adalah diperkenalkanya teknologi baru, yang kedua adalah inovasi menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi


(36)

kapital. Yang ketiga adalah inovas pada tahap – tahap selanjutnya akan diikuti oleh timbulnya proses imitasi yaitu adanya pengusaha baru yang meniru teknologi baru tersebut. Proses imitasi ini akan diikuti oleh investasi (akumulasi kapital) oleh para imitator tersebut. Proses imitasi ini mempunyai pengaruh berupa:

1. Menurunya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para inovator. 2. Penyebaran teknologi baru didalam masyarakat (teknologi tersebut tidak

lagi menjadi monopoli para inovatornya).

Semua proses ini meningkatkan output masyarakat dan secara total merupakan proses perkembangan ekonomi. Keuntungan yang diperoleh dari adanya inovasi akan turun dan hilang akibat disaingi oleh para penirunya. Jadi inovasi dan keuntungan yang diperoleh darinya merupakan motor penggerak dinamika masyarakat kapitalis atau perekonomian pasar (Boediono, 1999:51).

2.2Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu dasar yang digunakan untuk tingkat perekonomian suatu wilayah adalah dengan menggunakan besaran nilai PDRB. Apabila ditinjau dari segi pendapatan, PDRB merupakan jumlah dari pendapatan yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi di dalam jangka waktu tertentu.

PDRB adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit – unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Nilai PDRB disajikan atas dasar harga berlaku (sesuai dengan harga pasar transaksi pada tahun perhitungan) dan atas dasar harga konstan (harga dasar pada tahun tertentu) (Tarigan, 2005:13).


(37)

Hasil perhitungan atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit – unit produksi dalam periode tertentu, biasanya dalam satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. Pada perhiungan atas dasar harga berlaku belum menghilangkan faktor produksi, yang artinya masih memuat akibat terjadinya inflasi / deflasi sehingga tidak memperlihatkan pertumbuhan atau perubahan PDRB secara rill.

Perhitungan atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga pasar pada tahun dasar tertentu, dan pada perhitungan atas dasar harga konstan ini faktor inflasi dihilangkan, yang artinya perubahan besarnya PDRB sudah terlepas dari pengaruh inflasi / deflasi.

Adapun pembagian sektor yang terdapat dalam PDRB, yaitu: 1. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

2. Sektor pertambangan dan penggalian. 3. Sektor industri pengolahan.

4. Sektor listrik, gas, dan air bersih. 5. Sektor bangunan / konstruksi. 6. Sektor transportasi dan komunikasi. 7. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran

8. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. 9. Sektor jasa.

Untuk mengukur pendapatan masyarakat dan hasil kegiatan ekonomi di suatu wilayah (regional) konsep pendekatan yang dipakai adalah PDRB. Adapun konsep dasar PDRB dijelaskan sebagai berikut:


(38)

1. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas dasar Harga Pasar PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang terjadi di suatu wilayah tertentu. Nilai tambah bruto atau netto terdiri dari upah, gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan, dan pajak tak langsung netto. Dapat dikatakan bahwa PDRB Atas Dasar Harga Pasar merupakan penjualan nilai tambah bruto dan seluruh kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu (Tarigan, 2005:18).

2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar

PDRN atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung dikurangi dengan subsidi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, pajak tontonan, biaya ekspor dan impor, dan lain – lain. Kecuali pajak pendapatan dan perorangan. Pajak tak langsung umumnya dibedakan pada harga jual maupun biaya produk masing – masing unit produksi, sehingga langsung menaikkan yang berakibat pada kenaikan harga barang. Subsidi merupakan dana yang diberikan pemerintah pada unit – unit produksi, sehingga langsung berakibat kenaikan harga barang dan jasa yang menyangkut pada kepentingan umum, seperti subsidi BBM, subsidi beras, angkutan, dan sebagainya. Jadi pajak tak langsung berpengaruh positif menaikkan harga (Tarigan, 2005:19)

3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor

PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar dikurangi pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain – lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak


(39)

perseroan. PDRN atas dasar biaya faktor merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dari faktor – faktor produksi berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan yang timbul dalam suatu wilayah (Tarigan, 2005:19)

4. Pendapatan Regional

Pendapatan regional neto adalah produk domestik regional neto atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang mengalir keluar ditambah aliran dana yang mengalir masuk. Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor dikurangi pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah pendapatan yang mengalir masuk hasilnya merupakan produk regional neto ( Pendapatan regional), yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benar – benar diterima (income receipt) oleh penduduk yang tinggal di daerah tersebut (Tarigan, 2005:19).

2.3Ekspor

Ekspor merupakan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara lainya (Samuelson dalam kutipan Nordhaus, 1994).

Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (M.L.Jhingan, 1975:448).

Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara


(40)

meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber – sumber daya yang langka dan pasar – pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk – produk tersebut, maka negara – negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (M.P.Todaro dan stephen C).

2.3.1 Teori Ekspor Base

Menurut teori Export base, ekspor sangat mendukung perkembangan ekonomi suatu daerah. Teori basis ekspor merupakan bentuk model pendapatan regional yang mendukung pertumbuhan yang paling sederhana. Teori ini sebenarnya menyederhanakan suatu sistem regional menjadi dua bagian yaitu daerah yang bersangkutan dan daerah-daerah selebihnya. Pentingnya teori ini terletak pada kenyataan bahwa ia memberikan kerangka teolitik bagi banyak studi multiflier regional.

Asumsi pokok dari teori ini adalah bahwa ekspor adalah satu – satunya unsur otonom dalam pengeluaran. Semua komponen pengeluaran lainnya dianggap sebagai fungsi dari pendapatan, dan fungsi pengeluaran. Semua komponen pengeluaran lainnya dianggap sebagai fungsi dari pendapatan, dan fungsi pengeluaran dan impor, kedua – duanya tidak mempunyai nilai intersep tetapi bertolak dari titik nol. Jadi berkenaan dengan daerah I dapat dituliskan

Yi = (Ei – Mi) + Xi Yi = Pendapatan

Ei = Pengeluaran untuk barang / jasa domestik Xi = Ekspor (Tarigan, 2005:56)


(41)

Kebanyakan usaha – usaha untuk menaksir multiflier employment regional berdasarkan pada cara – cara pendekatan basis ekspor. Jenis dan model pendapatan peranan dalam analisa fluktuasi regional. Fluktuasi regional ini menarik perhatian kita pada pentingnya ekspor yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam struktur ekonomi antar daerah. Dengan semangkin luasnya skala perekonomian, maka kegiatan ekspor menjadi sangat penting.

Secara singkat menurut model basis ekspor, pertumbuhan suatu daerah adalah tergantung dari pertumbuhan industri – industri ekspornya dan kenaikan permintaan yang bersifat ekstrim bagi daerah yang bersangkutan adalah penentu pokok dari pertumbuhan regional. Bertambah luasnya basis ekspor suatu daerah akan cenderung menaikkan tingkat pertumbuhan ekonomi.

2.3.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Ekspor

Faktor yang dapat mempengaruhi ekspor adalah :

1. Harga internasional, semangkin besar selisih antara harga dipasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak.

2. Nilai tukar uang (Exchange Rate). Semangkin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara (mengalami apresiasi) maka harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi mahal. Sebaliknya, semangkin rendah nilai tukar mata uang suatu negara (mengalami depresiasi), harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi lebih murah. Kuota ekspor – ekspor yaitu kebijaksanaan perdagangan internasional berupa pembatasan kuota (jumlah) barang ekspor.


(42)

3. Kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong pengembangan komodii tersebut. Sedangkan kebijakan non tarif adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor (Soekarwati, 1999:1228).

2.3.3 Manfaat dan Peranan Ekspor

Secara umum, ada beberapa manfaat atau peranan yang dapat diperoleh dari kebijakan ekspor antara lain :

1. Keuntungan komperatif (Comperative Advantage), didasakan pada hukum keuntungan komperatif, yaitu suatu negara akan mengekspor hasil produksi yang darinya terdapat keuntungan lebih besar dan mengimpor barang – barang yang darinya terdapat keuntungan yang lebih kecil.

2. Sektor ekspor menjadi penggerak dari kebijakan perekonomian (leading sektor).

3. Ekspor merupakan sumber devisa bagi negara bila ekspor naik akan mengakibatkan penerimaan dalam negri meningkat.

4. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibat permintaan barang – barang di pasar dalam negeri meningkat. Terjadinya persaingan mendorong industri – industri dalam negeri mencari inovasi dan efesiensi yang menaikkan produktifitas.

5. Perluasan kebijakan ekspor mempermudah pembangunan karena

industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkan seandainya barang – barang itu akan


(43)

dijual di dalam negeri misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan riil yang rendah atau hubungan transportasi yang belum memadai (Djamin, 1994:5).

2.3.4 Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian BadikenitaAnalisis Kausalitas Antara Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Negara – Negara ASEAN ”. Pertumbuhan ekonomi dan ekspor mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam perekonomian suatu negara. Peranan ekspor di negara – negara berkembang dapat dikatakan sebagai motor penggerak negara tersebut. Demikian juga negara – negara yang tergabung dalam ASEAN yang umumnya adalah negara – negara berkembang. Sehingga menarik untuk mengkaji kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di negara – negara ASEAN. Peneltian ini menggunakan model Granger Causality Test untuk menganalisa kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di negara – negara ASEAN. Lima negara yang menjadi objek penelitian adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Philipina. Masalah yang akan dianalisis adalah bagaimana kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di negara – negara tersebut dan manfaat The export led growth hypotesis berlaku di negara – negara tersebut. Penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah dan wawasan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di negara – negara ASEAN. Penelitian ini menggunakan data time series selama kurun 1960 – 2002 dengan menggunakan data sekunder dari berbagai sumber, yaitu Asian Development Bank (ADB), World Development Indicators (WDI), International Monetary Fund (IMF), dan sumber – sumber lainnya yaitu jurnal dan hasil


(44)

penelitian. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa di empat negara yaitu, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Philipina, terdapat kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia dan Malaysia, pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspor, di Thailand dan Philipina, ekspor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sementara itu di Singapura tidak terdapat kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi pada derajat integrasi i,I (1).

Hasil penelitian Yuni Priadi Utomo mengenai “Ekspor Mendorong Pertumbuhan atau Pertumbuhan Mendorong Ekspor”. Sejak Industrialisasi Indonesia masih bersifat substitusi impor pada periode 1970-an, hingga Indonesia mulai beralih ke strategi promosi ekspor karena krisis harga minyak yang mencapai titik terendah pada agustus 1986, ekspor pada dasarnya telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia. Pada periode industrialisasi substitusi impor, ekspor (terutama migas dan gas bumi) hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan dan bukan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, ketika Indonesia mulai beralih ke strategi industrialisasi promosi ekspor pandangan tersebut berubah, ekspor kemudian dipandang sebagai sektor yang diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi (Export led growth).

Dipilihnya strategi industrialisasi promosi ekspor pada hakekatnya dilandasi keyakinan bahwa ekspor akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (Export led growth atau export as an engine of growth), padahal dari hasil berbagai penelitian tentang pertumbuhan ekonomi, hal tersebut masih menjadi perdebatan. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian empiris mengenai apakah mekanisme export led growth memang telah terjadi di Indonesia. Apabila mekanisme export


(45)

led growth ternyata tidak terbukti, berarti peralihan strategi industrialisasi tersebut adalah sia – sia.

Dengan metode kausalitas Granger penelitian ini mencoba mengamati hubungan antara ekspor dan pendapatan nasional di Indonesia. Ingin diteliti apakah di Indonesia telah terjadi mekanisme ekspor mendorong pertumbuhan ataukah pertumbuhan mendorong ekspor. Hasil analisi tersebut memperlihatkan bahwa mekanisme Export led growth ataupun Growth led export ternyata tidak terjadi di Indonesia. Ekspor tampaknya tidak pernah menjadi motor penggerak dari petumbuhan ekonomi Indonesia.

Dari penelitian Prabowo Sutanto (2004) tentang “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1986-2002”. Dengan menggunakan model analisis data time series atau runtut waktu kuantitaf yaitu melalui metode regresi. Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang mengarah pada tujuan penelitian. Dengan bentuk umum dari fungsi Produk Domestik Bruto (PDB riil) sebagai berikut:

PDB Rill = f (L, I, EX, S)

Dengan model regresi yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :

Ln Y = Ln α0 + α1 Ln X1 + α2 Ln X2 + α3 Ln X3 + α4 Ln X4 Dimana: Y = PDB rill (Juta rupiah)

X1 = Jumlah Angkatan Kerja (Jiwa) X2 = Nilai Investasi asing (Juta U$) X3 = Nilai Ekspor


(46)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh “Prabowo Sutanto” tersebut penulis mengatakan yang mempengaruhi besar kecilnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, ialah jumlah angkatan kerja, investasi asing, nilai eksport, dan tingkat tabungan domestik. Alat analisis yang digunakan oleh peneliti meliputi analisis regresi, pengujian statistik (pengujian secara parsial, pengujian secara serempak, uji ketepatan model), pengujian asumsi klasik ( uji autokorelasi, uji heterokedasitas, uji multikolerasi). Adapun hasil penelitian melalui pengujian statistik diperoleh adalah :

1. Variabel angkatan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap petumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.000000136%. 2. Variabel Investasi Asing berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.000235%.

3. Variabel nilai eksport berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.0000814%.

4. Variabel tabungan domestik berpengaruh positif secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.187876%.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif tahunan pada rentang waktu antara 1975-2008 dengan pertimbagan ketersediaan data. Data sekunder digunakan karena penelitian yang dilakukan meliputi objek yang bersifat makro dan mudah didapat dan data tersebut diolah kembali oleh penulis sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan. Di dalam penelitian ini dikaji


(48)

hubungan kausalitas dan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara selama kurun waktu 1975-2008.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data time series selama kurun waktu 1975-2008.

Sumber data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan dari situs Bank Indonesia. Di samping itu, penulis juga melakukan studi literature untuk mendapatkan teori yang mendukung penelitian yang diperoleh dari jurnal dan sebagainya.

3.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis dalam penelitian ini adalah Cointegration Test dan Granger Causality Test. Analisis Cointegration Test (Test Johansen) bertujuan untuk melihat hubungan pertumbuhan ekonomi dengan ekspor di Sumatera Utara dalam jangka panjang. Sedangkan analisis Granger Causality Test adalah untuk melihat hubungan timbal balik (kausal) antara pertumbuhan ekonomi dengan ekspor di Sumatera Utara. Dalam kaitanya dengan metode tersebut maka pengujian terhadap perilaku data runtun waktu (time series) dan integrasinya dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi digunakanya metode Cointegration Test dan Granger Causality Test.

Sebelum dilakukanya estimasi terhadap kedua metode tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :


(49)

Validitas hipotesis kausalitas pertumbuhan ekonomi dan ekspor dapat dibuktikan dengan cara melakukan pengujian stasioneritas terhadap masing-masing variable yang akan dianalisis dengan Uji akar unit (Unit Root Tes) yang merupakan bagian dari uji stasioneritas. Uji akar unit guna membentuk model dinamis dari semua variable dimana terlebih dahulu di uji stasionaritasnya melalui prosedur Augmented Dickey Fuller (ADF) Unit Root Test dari Dickey Fuller maupun Phillips-Perron. Tujuanya adalah untuk melihat stasionaritas data time series yang diteliti dengan program Eviews 5.1. Adapun formula dari uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan sebagai berikut :

P

D =

+

+

……….(1)

i = 1

Sedangkan untuk uji Phillip Perron (PP) adalah:

D = +

+

………...(2)

Dimana D adalah perbedaan atau differensi.

Kedua uji dilakukan dengan hipotesis null = 0 untuk ADF dan = 1 untuk PP. Prosedur untuk mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistic ADF dan PP yang diperoleh dari nilai t hitung koefisien dan dengan nilai kritis distribusi MacKinnon.


(50)

Jika nilai absolute statistic ADF dan PP lebih besar dari nilai kritis Mackinnon maka data stasioner dan sebaliknya jika nilai absolute statistic ADF dan PP lebih kecil dari nilai kritis Mackinnon maka data tidak stasioner. Hal penting dalam uji ADF adalah menentukan panjangnya kelambanan. Panjangnya kelambanan bias ditentukan berdasarkan kriteria AIC ataupun SIC. Nilai terkecil dari AIC dan SIC digunakan untuk panjangnya kelambanan yang optimal.

2. Uji Kointegrasi (Cointegration Test )

Setelah diketahui bahwa baik data pertumbuhan ekonomi dan ekspor Sumatera Utara keduanya stasioner, maka selanjutnya akan diuji kointegrasi. Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan keseimbangan jangka panjang antara dua variable tersebut. Hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antar pertumbuhan ekonomi dan ekspor dapat diuji menggunakan Johansen test. Hipotesis yang akan diuji adalah untuk menentukan jumlah dari arah kointegrasi tersebut maka johansen menyarankan untuk melakukan dua uji statistic yaitu untuk menentukan banyaknya vektor kointegrasi. Dua uji tersebut adalah Trace test dan Maximum eigenvalue statistic.

Uji statistic pertama adalah uji trace (Trace test , ) yaitu menguji hipotesis nol (null hypothesis) yang mensyaratkan bahwa jumlah dari arah kointegrasi adalah kurang dari atau sama dengan p dan uji ini dapat dilakukan sebagai berikut :

P

(r)= - T

…...(3) i = r +i


(51)

di mana ,…. adalah nilai eigenvektors terkecil (p-r). Null hipotesis yang disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama dengan banyaknya r. Dengan kata lain, jumlah vector kointegrasinya lebih kecil atau sama dengan (≤) r. Johansen trace statistic atau juga dikenal sebagai test statistic LR (Likelihood Ratio) untuk menguji hipotesis Ho : r < 1 terhadap Ha : r = 0, yang dirumuskan dalam persamaan:

Trace test ( Qr ) = - n ln (1- i)

Untuk uji statistic yang kedua adalah uji maksimum eigenvalue ( yang dilakukan dengan formula sebagai berikut:

(r, r+1) = -T in (1- )………..(4)

Uji ini berdasarkan pada uji null hypothesis bahwa terdapat r dari vector kointegrasi yang berlawanan (r + 1) dengan vector kointegrasi. Untuk melihat hubungan kointegrasi tersebut maka dapat dilihat dari besarnya nilai trace statistic dan max eigen statistic dibandingkan dengan nilai critical value pada tingkat kepercayaan 5%.

Alternatif uji kointegrasi dari Johansen adalah dengan menggunakan maximum eigenvalue statistic yang dapat dihitung dari trace statistic, yaitu :

Qmax = -nln (1- i) = Qr – Qr+1

3. Uji Granger Causality

Pengujian dengan metode Granger Causality Test digunakan untuk melihat hubungan kausalitas (hubungan timbal balik) antara variabel-variabel yang diteliti yakni pertumbuhan ekonomi dan ekspor. Sehingga dapat diketahui kedua variabel tersebut secara statistik saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki


(52)

hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi). Berikut ini metode Granger Causality Test seperti berikut ini :

r s

=

+

xt-i +

……..(5) i = 1 j = 1

m n

Xt = + + ...(6)

i = 1 j = i

Dimana: - Yt adalah pertumbuhan ekonomi - Xt adalah ekspor

dan Vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi serial dan m = n = r = s. Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi linear diatas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari persamaan (1,2) dan (1,3) adalah sebagai berikut :

n s

1. Jika 0 dan = 0

J=1 j=1 Maka terdapat kausalitas satu arah dari Y ke X.

n s 2. Jika 0 dan 0 J=1 j=1

Maka terdapat kausalitas satu arah dari X ke Y.

n s

3. Jika 0 dan 0


(53)

Maka Y dan X bebas antara satu dengan yang lainnya.

n s

4. Jika ≠ 0 dan 0

J=1 j=1

Maka terdapat kausalitas dua arah antara X dan Y.

Dalam penulisan skripsi ini, data diolah dengan menggunakan program Eviews 5.1

3.4 Defenisi Oprasional Variabel

1. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan Produk Domestik Bruto (PDRB) tanpa memandang kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan dalam struktur ekonomi yang diproyeksikan dengan PDRB harga berlaku dalam satuan miliar rupiah.


(54)

2. Ekspor adalah nilai barang dan jasa yang dikirim keluar negeri dalam satuan miliar rupiah.

BAB IV

Hasil Dan Pembahasan

4.1 Deskriptif Daerah Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis

Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat indonesia yang terletak pada garis 1○-4○ LU dan 98○-100○ BT. Sebelah utara propinsi ini berbatasan dengan propinsi Nangroe Aceh Darussalam, sebelah timur berbatasan dengan negara


(55)

Malaysia di selat malaka, sebelah selatan berbatasan dengan propinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan Propinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, atau sekitar 14,95% dari seluruh luas sumatera dan 3.69% dari luas wilayah Indonesia.

Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas tiga kelompok wilayah, yaitu:

1. Pantai barat (Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga dan Nias) 2. Daratan tinggi ( Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo,

dan Dairi)

3. Pantai Timur (Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu)

Jumlah pulau di Sumatera Utara sekitar 162 pulau yang terdiri dari 156 pulau berada di tepi barat dan 6 pulau berada di pantai timur. Pada saat ini, propinsi Sumatera Utara terdiri dari 21 kabupaten dan 7 kota. Keseluruhan kabupaten / kota ini terbagi dalam357 kecamatan dan 5616 desa / kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 4.1

Kondisi Geografis Sumatera Utara Menurut Kabupaten dan Kotamadya

Kabupaten / Kota Luas / Ha

Kabupaten :

1. Nias 349 539

2. Mandailing Natal 662 070

3. Tapanuli Selatan 1 216 365

4. Tapanuli Tengah 215 800

5.Tapanuli Utara 376 465

6. Toba Samosir 235 235


(56)

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2008

4.1.2 Kondisi Alam dan Topografi

Karena letaknya dekat dengan garis katulistiwa, Propinsi Sumatera Utara tergolong ke daerah yang beriklim tropis. Ketinggian permukaan darat sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 35, 8○C. Sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 13○C.

8. Asahan 458 075

9. Simalungun 436 860

10. Dairi 192 780

11. Karo 212 725

12. Deli Serdang 248 614

13. Langkat 626 329

14. Nias Selatan 162 591

15.Humbang Hasundutan 229 720

16. Pakpak Barat 121 830

17. Samosir 243 350

18. Serdang Bedagai 191 333

19. Batu Bara x

20. Padang Lawas Utara x

21. Padang Lawas x

Kota :

1. Sibolga 1 077

2. Tanjung Balai 6 152

3. Pematang Siantar 7 977

4. Tebing Tinggi 3 844

5. Medan 26 510

6. Binjai 9 024

7. Padang Sidempuan 11 465


(57)

Sebagaimana Propinsi lainnya di Indonesia, Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasa terjadi pada bulan juni sampai dengan bulan september dan musim penghujan biasa terjadi pada bulan november sampai dengan bulan maret. Diantara kedua musim tersebut, diselingi oleh musim pancaroba, curah hujan di seluruh Sumatera Utara rata-rata 1,965 mm / tahun. Curah hujan tertinggi terdapat di daerah Tapanuli Utara. Kelembapan rata – rata per tahun lebih kurang 82,9 persen, sedangkan temperatur rata – rata per tahun 26,07○C, dengan temperatur rata – rata maksimum 31,1○C dan minimum 21,04○C.

4.1.3 Kondisi Demografis

Sumatera Utara yang didiami penduduk dari berbagai suku seperti Batak, Melayu, Nias, Minagkabau, dan Jawa ini merupakan Propinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap sensus penduduk tahun 2000, penduduk Sumatera Utara pada tanggal 30 juni 2000 (hasil sensus) berjumlah 11, 51 juta jiwa.

Penduduk Sumatera Utara masih banyak yang tinggal di daerah perdesaan daripada di daerah perkotaan. Jumlah penduduk yang tinggal di perdesaan adalah sekitar 6,99 juta jiwa atau sekitar 56,76 persen dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 5,33 juta jiwa atau sekitar 43,24 persen.

Berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianut, pada tahun 2000, penduduk yang beragama islam sebesar 7,530 juta jiwa atau sekitar 65,45 persen. Kristen katolik sebesar 0,55 juta jiwa atau sekitar 4,78 persen. Kristen protestan sebesar


(58)

3,062 juta jiwa atau sekitar 26,62 persen, Hindu sebesar 0,19 persen, Budha sebesar 2,82 persen dan kepercayaan lain sebesar 0,14 persen.

Jumlah penduduk miskin diSumatera Utara mengalami turun naik dari tahun 1993 – 2006. Jumlah penduduk miskin tahun 1993 sebesar 1,33 juta orang atau sebesar 12,31 persen dari total seluruh penduduk Sumatera Utara. Tahun 1996 jumlah penduduk Sumatera Utara yang tergolong miskin hanya 1,23 juta jiwa dengan persentase sebesar 10,92 persen.Namun karena terjadinya krisis moneter secara maksimal termasuk Sumatera Utara, penduduk miskin di Sumatera Utara tahun 1999 meningkat menjadi16,74 persen dari total pendudukSumatera Utara yaitu sebanyak 1,97 juta jiwa. Pada tahun 2003 terjadi penurunan penduduk miskin baik secara absolute maupun secara persentase, yaitu menjadi1,89 juta jiwa atau sekitar 15,89 persen, sedangkan tahun 2004 jumlah dan persentase turun menjadi sebanyak 1,80 juta jiwa atau sekitar 14,93 persen kemudian pada tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi 1,76 juta jiwa 14,28 persen, namunakibat dampak kenaikan harga BBM pada bulan Maret dan Oktober 2005 penduduk miskin tahun 2006 meningkat menjadi 1,98 juta jiwa 15,66 persen. Pada tahun 2007 jumlah penduduk miskinsebanyak 1,77 juta atau 13,90 persen.

4.1.4 Potensi Wilayah

Wilayah Sumatera Utara memiliki Potensi yang cukup besar dan cukup luas untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan Industri. Laut, Darat, Sungai merupakan potensi perikanan dan perhubungan sedangkan keindahan alam serta kekayaan alam yang dimiliki daerah merupakan


(59)

potensi energi untuk pengembangan industri, pariwisata, perdagangan, dan lain – lain.

Kota medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara disamping merupakan Pusat Pengembangan Wilayah Sumatera Utara sekaligus juga merupakan pusat perdagangan dan perekonomian Sumatera Utara yang memiliki fasilitas komunikasi, perbankan, dan jasa – jasa perdagangan lainnya yang mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.

Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga – lembaga pendidikan dan penelitian seperti perguruan tinggi, balai penelitian dan balai latihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangun terdidik dan terampil serta hasil – hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.

4.2 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara

Perekonomian Sumatera Utara dalam beberapa kurun waktu terakhir ini menunjukkan peningkatan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan Pendapatan Domestik Regional Bruto serta beberapa indikator seperti inflasi dan nilai tukar rupiah yang mulai membaik dan stabil.

PDRB menurut harga konstan 2000 mengalami peningkatan dai Rp.160,37 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp.181,81 triliun pada tahun 2007. Sementara pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2006 mencapai 6,5 persen dan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 6,90 persen. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara tahun 2008 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar konstan 2000


(60)

sektor keuangan dan jasa perusahaan dan jasa perusahaan sebesar 11,30 persen. Disusul oleh sektor jasa-jasa 9,48 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 8,89 persen, sektor bangunan 8,10 persen, sektor pertanian sebesar 6,05 persen. Sedangkan 2 (dua) sektor perekonomian yang lain hanya berhasil tumbuh dibawah 5 persen.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut), tercatat bahwa laju inflasi tahun kalender untuk Sumatera Utara (Sumut) selama tahun 2008 telah melampaui angka satu digit yakni sebesar 10,72 persen.

Besaran angka tersebut dipicu terjadinya inflasi selama 2008 di empat kota pemantauan inflasi di Sumut yang rata-rata juga melewati angka satu digit, yaitu Medan sebesar 10,63 persen, Pematang Siantar 10,16 persen, Sibolga 12,36 persen dan Padang Sidempuan 12,34 persen. Tembusnya angka dua digit inflasi di empat kota IHK tersebut, dipengaruhi terjadinya peningkatan inflasi pada bulan Desember 2008, di mana inflasi masing-masing kota mengalami kenaikan dibanding bulan November 2008, yaitu Medan sebesar 0,51 persen, Pematang Siantar 0,73 persen, Sibolga 1,35 persen dan Padang Sidempuan 0,70 persen.

Tahun PDRB

ADHB (milyar Rp)

PDRB ADHK (milyar Rp)

PDRB Per Kapita ADHB ( Rp)

PDRB per Kapita ADHK ( Rp)

Inflasi (%)

1994 21.678,60 19.942,02 1.989,051 1.830,004 7,68


(61)

Tabel 4.2

Perkembangan Beberapa Indikator Makro Ekonomi Sumatera Utara

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008

4.3 Gambaran Ekspor Sumatera Utara

Pada tahun 2006 volume ekspor Sumatera Utara mencapai 8.70 juta ton dan nilai ekspor Sumatera Utara pada tahun yang sama mencapai 5.523,9 juta US$ dollar. Pada tahun 2007 volume ekspor Sumatera Utara mengalami penurunan

1996 28.173,10 23.714,74 2.505,099 2.108,670 9,10

1997 34.006,28 25.065,41 2.846,967 2.619,961 14,49

1998 50.705,97 22.332,69 4.534,120 1.996,990 83,56

1999 61.329,08 22.910,09 5.476,169 2.024,927 1,39

2000 66.746,84 24.016,60 5.928,516 2.085,870 5,73

2001 78.501,35 24.911,05 6.741,946 2.139,430 14,78

2002 88..117,50 25.925,36 7.482,946 2.201,584 9,60

2003 103.401,30 27.071,25 8.497,851 2.271,732 4,23

2004 117.241,67 28.598,61 9.456,726 2.358,967 6,81

2005 138.556,30 32.604,00 11.106,300 3.130,700 22,41

2006 160.376,80 93.347,40 12.684,532 7.383,039 5,32


(62)

volume ekspor sebesar 0,7 ton yaitu 7,84 juta ton tetapi mengalami peningkatan dari segi nilai ekspor yaitu nilai ekspor Sumatera Utara pada tahun yang sama mencapai 7.082,9 juta US$ dollar yang mengalami penigkatan dari tahun sebelumnya.

Komoditi utama ekspor Sumatera Utara adalah minyak/lemak nabati dan hewani yang mencapai 3.132,88 juta US$ dollar (44,23 persen) dan diikuti oleh bahan baku sebesar 1.577,78 juta US$ dollar serta bahan makanan dan Sumatera Utara umumnya mengekspor komoditinya ke Jepang, yang mencapai 949,64 juta US$ dollar (13,41 persen) dan India yang mencapai 907,38 juta US$ dollar (12,81 persen) pada tahun 2007.

Penyumbang terbesar ekspor Sumut masih didominasi sektor industri dan hasil perkebunan seperti minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) atau karet. Nilai ekspor pertanian Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 1.107 505 ton dengan nilai yang mencapai 1 222 394 ribu US$ dollar, hal ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 1.077.964 ton dengan nilai 1.705.921 ribu US$ dollar. Untuk nilai ekspor sektor industri pada tahun 2007 mencapai 6.629.469 ton dengan nilai 5.224.513 ribu US$ dollar, yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 6.980.430 ton tetapi mengalami peningkatan dari segi nilai yaitu sebesar 3.798.300 ribu US$ dollar.

Tabel 4.3


(63)

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008

4.4 PDRB Per Kapita Sumatera Utara.

Tahun Volume Ekspor (Ton) Nilai Ekspor (U$ Dollar)

2000 5.166.654 2.437.764

2001 5.492.341 2.294.796

2002 6.662.537 2.891.996

2003 5.490.113 2.687.877

2004 7.512.890 4.239.409

2005 8.174.804 4.563.075

2006 8.704.825 5.523.900


(64)

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita merupakan gambaran rata – rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. PDRB Per Kapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Nilai PDRB Per Kapita dapat menggambarkan tingkat kesejahtraan penduduk suatu wilayah walaupun sebenarnya nilai PDRB Per Kapita ini belum tentu dinikmati oleh seluruh masyarakat di daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena sebagian besarnya nilai PDRB umumnya disumbang oleh industri – industri besar dan sektor perkebunan yang terdapat di Sumatera Utara. Sumbangan dari industri dan sektor perkebunan terhadap PDRB Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 47,60 persen dengan nilai Rp.86 541,23 milyar. Besarnya nilai PDRB tersebut menggambarkan hampir setengah dari total PDRB Sumatera Utara di sumbang oleh kedua sektor tersebut. Sektor industri dan perkebunan dapat dikatakan banyak menyerap tenaga kerja, namun dari sisi pendapatan nilai pendapatan per kapita Sumatera Utara tahun 2007 atas dasar harga konstan sebesar Rp.7.775,393 ribu dan bila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar Rp.7.383,03 ribu, naik sebesar 5,31 persen. Dari sisi pendapatan per kapita Sumatera Utara terus mengalami peningkatan sejak tahun 2000 sampai 2007 dengan tingkat persentase yang beragam. Hal tersebut menandakan bahwa Sumatera Utara mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang positif dari tahun ke tahun.


(65)

PDRB Per Kapita ADHB dan ADHK 2000 Sumatera Utara Tahun 2000 -

2007

Tahun

PDRB Per Kapita

ADHB PDRB Per Kapita ADHK 2000

Nilai (ribu Rp)

Pertumbuhan (%)

Nilai (ribu

Rp) Pertumbuhan(%)

2000 6.006,1 x 6.006,1 x

2001 6.813,2 13,44 6.175,7 2,82

2002 7.614,8 11,77 6.385,1 3,39

2003 8.672,1 13,88 6.609,3 3,51

2004 9.741,6 12,33 6.873,4 4,1

2005 11.106,3 14,01 7.130,7 3,74

2006 12.684,53 14,21 7.383,03 3,53

2007 .14.166,17 11,68 7.775,393 5,31

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2008

PDRB Per Kapita Sumatera Utara pada tahun 2005 sebesar Rp11.106,53. Apabila dilihat menurut harga berlaku, angka tersebut dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pertumbuhan tertinggi di tahun 2006, yaitu sebesar 14,21 persen. Sampai dengan tahun 2007, PDRB Per Kapita Sumatera Utara atas dasar harga berlaku sebesar Rp14.166,17 tumbuh sebesar 11,68 persen dibanding tahun sebelumnya, 2006, yang sebesar Rp12.684,53.

Sementara itu jika dilihat dari perhitungan atas dasar harga konstan 2000, dimana pada perhitungan ini pengaruh kenaikan harga (inflasi) sudah dihilangkan, maka pada periode 2000 sampai 2007 peningkatan yang terjadi relatif stabil. Pertumbuhan yang terjadi dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Tahun


(1)

Lampiran

Lampiran 1

Tahun

PDRB (Milyar

Rp)

Ekspor (milyar

Rp)

1975 686,65

223,61

1976 851,87

254,42

1977 992,20

319,14

1978 1265,34

497,90

1979 1787,88

573,64

1980 2563,1

818,49

1981 2403,94

593,86

1982 2723,53

587,02

1983 3131,12

1081,56

1984 3886,81

1204,26

1985 4443,12

1333,59

1986 4979,19

1878,81

1987 6210,4

2166,66

1988 7670,76

3097,81

1989 9039,39

2976,12

1990 10390,75

2932,1

1991 11693,5

3361,57

1992 13937,97

4091,41

1993 18214,58

5674,63

1994 21678,60

5916,68

1995 24630,52

7171,41

1996 28173,10

7393,01

1997 34006,28

12562,08

1998 50705,97

21775,57

1999 61329,08

18504,11

2000 66746,84

23231,89

2001 78501,35

23865,87

2002 88117,5

25854,44

2003 103401,37

22752,87

2004 117241,67

29931,06

2005 138556,30

36539,27

2006 160376,80

39725,63

2007 181819,74

44700,37


(2)

Lampiran 2

1.

Uji Akar Unit Ekpor

Null Hypothesis: D(EKSPOR) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.027931 0.0003 Test critical values: 1% level -3.661661

5% level -2.960411 10% level -2.619160

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(EKSPOR,2) Method: Least Squares

Date: 04/19/07 Time: 00:53 Sample (adjusted): 1977 2007

Included observations: 31 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(EKSPOR(-1)) -0.956578 0.190253 -5.027931 0.0000 C 1378.409 562.0852 2.452314 0.0205

R-squared 0.465734 Mean dependent var 159.4816 Adjusted R-squared 0.447311 S.D. dependent var 3797.939 S.E. of regression 2823.504 Akaike info criterion 18.79169 Sum squared resid 2.31E+08 Schwarz criterion 18.88420 Log likelihood -289.2711 F-statistic 25.28009 Durbin-Watson stat 1.971588 Prob(F-statistic) 0.000023


(3)

2.

Uji Akar Unit Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Null Hypothesis: D(PE,2) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.283791 0.0000 Test critical values: 1% level -3.670170

5% level -2.963972 10% level -2.621007

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PE,3)

Method: Least Squares Date: 04/19/07 Time: 00:56 Sample (adjusted): 1978 2007

Included observations: 30 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(PE(-1),2) -1.310125 0.179869 -7.283791 0.0000 C 933.9487 597.1476 1.564016 0.1290

R-squared 0.654550 Mean dependent var -11.75567 Adjusted R-squared 0.642212 S.D. dependent var 5337.198 S.E. of regression 3192.464 Akaike info criterion 19.03931 Sum squared resid 2.85E+08 Schwarz criterion 19.13273 Log likelihood -283.5897 F-statistic 53.05362 Durbin-Watson stat 2.134652 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

3.

Uji Tes Kointegrasi Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Ekspor Di

Sumatera Utara.

Date: 04/19/07 Time: 01:02 Sample (adjusted): 1980 2007

Included observations: 28 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: PE RESID

Lags interval (in first differences): 1 to 1

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.996704 169.3090 15.49471 0.0001

At most 1 * 0.282381 9.290843 3.841466 0.0023

Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.996704 160.0182 14.26460 0.0001

At most 1 * 0.282381 9.290843 3.841466 0.0023

Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level


(5)

4.

Uji Granger Causality

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 09/19/09 Time: 00:50

Sample: 1975 2007

Lags: 4

Null Hypothesis:

Obs

F-Statistic

Probability

PE does not Granger Cause EKSPOR

29

1.20277

0.34045


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA

: SAMUEL SIMPAR MULIA PELAWI

NIM

: 060501109

DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS

: EKONOMI

Adalah benar telah membuat skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara, dengan mengambil judul : “ ANALISIS KAUSALITAS DAN UJI

KOINTEGRASI ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN EKSPOR DI

SUMATERA UTARA ”

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan seperlunya.

Medan, Pebuari 2010

Yang Membuat Pernyataan

( Samuel Simpar Mulia pelawi )

NIM. 060501109