Implementasi dalam Pembelajaran Sastra di SMP

Namun, perdebatan itu justru meluas hingga memperdebatkan persoalan personal pribadi antara tokoh masyarakat dan anggota dewan. Keduanya saling mengejek dan melontarkan kalimat-kalimat pedas. Peribahasa “lempar batu sembunyi tangan” dilontarkan anggota dewan kepada tokoh masyarakat sebagai bentuk pembelaan tatkala dirinya dikatakan terlalu sibuk mengurusi golongannya dan jika ada pemilu barulah berbuat baik Dari keseluruhan data yang ditemukan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa bahasa figuratif yang paling dominan dimanfaatkan Andrea dalam novel Cinta Di Dalam Gelas adalah idiom. Untuk lebih jelasnya berikut tabel diskripsi data pemanfaatan bahasa figuratif dalam novel Cinta di Dalam Gelas CdDG Person Meta Simile Hiper Paradoks Anti Litotes Eufem Meto Sinek Repe 49 19 41 35 5 3 1 8 1 1 15 73 3 254 X ∑X 19.30 7.50 16.10 13.80 2.00 1.20 0.40 3.10 0.40 0.40 5.90 28.70 1.20 100 0.004 0.059 0.287 0.012 ∑ 1.000 TOTAL 0.193 0.075 0.161 0.138 0.020 0.012 0.004 0.031 Idiom Majas BAHASA FIGURATIF Peribahasa 0.004 Keterangan : Person : Personifikasi Anti : Antitesis Sinek : Sinekdoke Meta : Metafora Eufem : Eufemismus Repe : Repetisi Hiper : Hiperbola Meto : Metonimia Data di atas diambil dengan teknik pustaka, teknik simak dan catat. Berdasarkan hasil identifikasi maka ditemukan 254 data bahasa figuratif yang dikelompokkan dalam tiga kriteria yakni pemajasan, idiom dan peribahasa. Majas yang paling dominan dalam penelitian ini adalah majas personifikasi. Namun secara keseluruhan pemanfaatan bahasa figuratif yang paling banyak digunakan adalah idiom atau ungkapan. Hal ini tentu saja berkaitan erat dengan latar sosiohistoris pengarang yang berasal dari tanah Melayu di mana budaya Melayu dikenal senang berpantun, bertegur sapa berbincang melalui penyampaian ungkapan tuturan idiomatik.

3. Implementasi dalam Pembelajaran Sastra di SMP

Sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, karya sastra yang akan disajikan hendaknya juga diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria tertentu lainnya. Menurut Rahmanto 1988:26 ada tiga kriteria pemilihan bahan pengajaran sastra antara lain: 1 Bahasa Penguasaan suatu bahasa sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang nampak jelas pada setiap individu. Sementara perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Dalam usaha meneliti ketepatan teks yang terpilih, guru hendaknya tidak hanya memperhitungkan kosakata dan tata bahasa, tetapi juga mempertimbangkan situasi dan pengertian isi wacana termasuk ungkapan dan referensi yang ada. Disamping itu perlu juga diperhatikan cara penulis menuangkan ide-idenya dan hubungan antar kalimat dalam wacana itu sehingga siswa dapat memahami kata-kata kiasan yang digunakan. 2 Psikologi Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis ini hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi dan pemecahan problem yang dihadapi. 3 Latar belakang budaya Siswa biasanya akan mudah tertarik pada karya-karya sastra yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau dengan orang-orang disekitar mereka. Dengan demikian secara umum, guru hendaknya memilih bahan pengajaran sastra dengan menggunakan prinsip yang mengutamakan karya- karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa. Pembelajaran apresiasi sastra dengan novel mencakup beberapa aspek keterampilan berbahasa dan bersastra, seperti mengidentifikasi unsur sastra dari sinopsis atau penggalan cerita yang disampaikan secara langsungmelalui rekaman aspek mendengarkan, menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra yang dibaca aspek membaca, memahami hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh cerita aspek membaca, dan mengkespresikan diri dengan menuangkan ide pemikiran melalui gagasan tulis melalui pilihan diksi yang sesuai dalam bentuk menulis cerita aspek menulis. Berkaitan dengan pembelajaran apresiasi novel, salah satu kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup mudahnya karya tersebut dinikmati siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya masing- masing anak secara perorangan. Tingkat kemampuan masing-masing individu tidak sama sehingga menimbulkan masalah di kelas. Oleh karena itu, guru dituntut luwes dan menggunakan strategi kerja kelompok dengan baik dalam menyajikan pengajaran novel. Tujuan pokok yang perlu dicapai adalah peningkatan kemampuan membaca baik secara ekstensif maupun intensif Rahmanto, 2004:66. Ada lima fungsi sastra dan tujuan pembelajaran sastra yang akan dicapai melalui pembelajaran apresiasi novel Cinta di Dalam Gelas antara lain: 1 Memotivasi siswa dalam menyerap ekspresi bahasa. Pembelajaran sastra yang dipilih secara cermat akan membuat siswa mampu mempelajari sesuatu secara relevan dan bermanfaat bagi orang lain dan kehidupannya. Melalui kegiatan membaca novel Cinta di Dalam Gelas maka siswa akan menemukan berbagai nilai-nilai pendidikan karakter dan pesan moral yang disampaikan melalui cerita. Cinta di Dalam Gelas adalah sebuah kisah yang menceritakan perjuangan seorang wanita dalam memperjuangkan cita-citanya, serta usaha-usahanya dalam mempertahankan kehidupannya, harga diri, harkat dan martabatnya melalui pertandingan catur. Dalam novel Cinta di Dalam Gelas ini juga menampilkan cerita yang mampu memotivasi dan memberikan pengalaman baru kepada siswa, misalnya berkaitan dengan filosofi kopi dan para peminum kopi. 2 Alat simulatif dalam pemerolehan bahasa language acquisition. Belajar sastra secara tidak langsung sangat membantu siswa dalam belajar bahasa. Makna yang terkandung dalam sastra tidak dapat dimengerti begitu saja kalau siswa tidak menguasai bahasa. Sastra dapat meningkatkan pemerolehan bahasa, meningkatkan kemampuan berbahasa, dan melakukan proses pembelajaran bahasa yang menyenangkan terhadap siswa. Pembelajaran sastra dan bahasa ada integrasi sehingga keduanya dapat saling memberikan manfaat. Bahasa yang dipakainya dalam novel Cinta di Dalam Gelas sederhana tetapi penuh makna. Namun, banyak ditemukan kosakata-kosakata baru yang semakin menambah perbendaharaan kosakata pembaca. Kemampuan mensastrakan bahasa dalam novel ini sangat mendalam dan begitu luasnya. Seiring dengan semakin dalamnya penelitianku tentang tabiat orang, semakin aku menganggap buku ini bernilai. Buku ini kuanggap semacam topografi tabiat orang Melayu. Semacam cetak biru sosiologi mereka. Semacam cultur DNA yang memetakan watak masyarakat kami. CdDG:hlm. 123 3 Media dalam memahami budaya masyarakat. Budaya masyarakat dapat dipelajari siswa melalui belajar sastra. Sastra merupakan gambaran nyata budaya masyarakat pada saat itu walaupun tidak semuanya benar seperti dalam kehidupan nyata. Sastra dapat menjadi media dalam memahami budaya masyarakat meskipun sangat rumit. Novel Cinta di Dalam Gelas berisi tentang budaya masyarakat Melayu yang tinggal di Kampung Belitong. Kehidupan masyarakat kampung Belitong rata-rata adalah nelayan. Itulah mengapa setiap malam beberapa masyarat yang tinggal di tanah Melayu berkumpul di malam hari sebelum asyik berlayar. Pukul dua belas malam, orang-orang suku bersarung keluar rumah. Di pekarangan, mereka berkumpul membentuk lingkaran dan menggumamkan mantra-mantra untuk menghormati purnama yang dahulu kala pernah mereka sembah sebagai Tuhan, dan sekarang masih mereka hormati sebagai penjaga setia pasang surut air laut. Orang-orang suku Sawang bertolak naik perahu menyerbu terumbu-terumbu, berkejar- kejaran dengan ombak yang tak melawan dan angin yang tak berkawan. CdDG:hlm. 3 4 Alat pengembangan kemampuan interpretatif. Sastra merupakan sumber yang bagus untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami makna dan membuat interpretasi makna karya sastra. Dengan demikian melalui sastra, siswa mendapatkan kesempatan untuk menginterpretasikan pendapat sendiri terhadap teks sastra tersebut. Pilihan kata-kata maupun kalimat dalam novel Cinta di Dalam Gelas CdDG sangat bagus. Pemahaman dan kemampuan interpretasinya sangat luas terhadap pemaknaan kata-kata. 5 Sarana untuk mendidik manusia seutuhnya educating the whole person. Pembelajaran sastra membantu siswa berimajinasi, mengembangkan kemampuan berpikir secara mendalam dan kritis, dan mampu mengendalikan emosionalnya. Berbagai karakter tokoh dapat ditemukan dalam Cinta di Dalam Gelas. Melalui novel ini diharapkan siswa mampu membentuk dirinya menjadi manusia yang seutuhnya dan dapat mengisi kehidupan yang bermanfaat. Berikut ini contoh kutipan cerita yang memberikan ajaran budi pekerti dari seorang petani. Petani harus menyiangi lahan, menabur benih, dan dengan telaten memelihara tanaman sampai panen. Perangai tanaman yang menuntut perhatian membentuk mereka menjadi tekun. Kebijakan mereka adalah tak menabur, tak memelihara, tak memanen. Falsafah bertani membuat para petani menjadi pribadi-pribadi yang penuh perencanaan, penyabar, dan gemar menabung. CdDG:hlm.59

D. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Andrea Hirata adalah seorang sastrawan yang berasal dari negeri Belitong. Andrea Hirata berhasil menamatkan pendidikan strata satu jurusan ekonomi dari Universitas Indonesia. Setelah lulus S1, Andrea mendapatkan

Dokumen yang terkait

TOKOH MELAYU DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

3 41 81

PENGGUNAAN BAHASA FIGURATIF DALAM NOVEL KABUT PANTAI Penggunaan Bahasa Figuratif dalam Novel Kabut Pantai Anyer Karya Anny Djati W: Kajian Stilistika dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 6 16

PENGGUNAAN BAHASA FIGURATIF DALAM NOVEL KABUT PANTAI ANYERKARYA ANNY DJATI W: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA Penggunaan Bahasa Figuratif dalam Novel Kabut Pantai Anyer Karya Anny Djati W: Kajian Stilistika dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sas

0 2 12

PENDAHULUAN Penggunaan Bahasa Figuratif dalam Novel Kabut Pantai Anyer Karya Anny Djati W: Kajian Stilistika dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 3 7

PERSPEKTIF GENDER DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SASTRA FEMINIS DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN Perspektif Gender Dalam Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sastra Feminis Dan Implementasinya Sebagai

8 27 17

BAHASA FIGURATIF NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM Bahasa Figuratif Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMP.

0 6 15

BAB I PENDAHULUAN Bahasa Figuratif Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMP.

0 1 8

TINJAUAN PUSTAKA Bahasa Figuratif Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMP.

0 5 29

ASPEK BUDAYA DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Budaya Dalam Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 11

ASPEK BUDAYA DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Budaya Dalam Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 2 19