8
dihubungkan dengan layar komputer agar
mempermudah dalam
pengambilan gambar keausan pahat.
Gambar 7. Mikroskop
Gambar 10. Pengukuran Keausan pahat S. Dolinsek, dkk, 2001
sesuai standar iso 8688-2 HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil pengujian keausan pahat bagian atas cairan udara
Tabel 2. Hasil pengujian keausan pahat bagian samping cairan udara
Tabel 3. Hasil pengujian keausan pahat bagian atas cairan natural oil
Tabel 4. Hasil pengujian keausan pahat bagian samping cairan natural
oil
1. Analisa Anova a.
pengaruh cairan
pendingin terhadap keausan pahat atas
VB1
General Linear Model: VB1 versus n; a; cairan
Factor Type Levels Values n fixed 3 800; 1000; 1250
a fixed 5 0,20; 0,25; 0,30; 0,60; 0,90 cairan fixed 2 1; 2
Analysis of Variance for VB1, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
n 2 0,0010337 0,0010337 0,0005168 13,53 0,000 a 4 0,0007941 0,0012931 0,0003233 8,46 0,000
cairan 1 0,0018130 0,0018130 0,0018130 47,47 0,000 Error 28 0,0010694 0,0010694 0,0000382
Total 35 0,0047102 S = 0,00618017 R-Sq = 77,30 R-Sqadj = 71,62
Gambar 9. Permukaan pahat samping
Gambar 8. Permukaan pahat atas
9
Hipotesa untuk model ini adalah H
= pada kondisi yang berbeda data tidak terjadi perubahan
H
1
= pada kondisi yang berbeda data terjadi perubahan
Kemungkinan data terjadi kesalahan
= 5 = 0,05 Dari data di atas menunjukkan bahwa
harga P-value variable putaran n 0,000
dan kedalaman
pemakanan0,000 berharga lebih kecil bila dibandingkan dengan
= 0,05,
artinya bahwa putaran mesin dan kedalaman pemakanan berpengaruh
terhadap keausan pahat. Begitu pula pada P-value cairan pendingin 0,000
memiliki harga yang sama sehingga, cairan pendingin memiliki pengaruh
terhadap keausan pahat.
Dari gambar 11 dapat dikatakan bahwa kedalaman pemakanan a
mempunyai pengaruh positif terhadap keausan
pahat. Artinya
bahwa semakin besar kedalaman pemakanan
a, maka semakin besar pula nilai keausan pahat yang terjadi.
Dari gambar 12 dapat dikatakan bahwa putaran mesin n mempunyai
pengaruh positif terhadap keausan pahat. Artinya bahwa semakin besar
putaran mesin n, maka semakin besar pula nilai keausan pahat yang
terjadi. b.
Pengaruh cairan
pendingin terhadap keausan pahat samping
VB1
Hipotesa untuk model ini adalah H
= pada kondisi yang berbeda data tidak terjadi perubahan
H
1
= pada kondisi yang berbeda data terjadi perubahan
Kemungkinan data terjadi kesalahan
= 5 = 0,05 Dari data di atas menunjukkan bahwa
harga P-value variable putaran n 0,000 dan kedalaman pemakanan
0,000
berharga lebih
kecil bila
dibandingkan dengan
= 0,05, artinya bahwa putaran mesin dan kedalaman
pemakanan berpengaruh
terhadap keausan pahat. Begitu pula pada P-
value cairan pendingin 0,000 memiliki harga yang sama sehingga, cairan
pendingin memiliki pengaruh terhadap keausan pahat.
General Linear Model: VB1 versus n; a; cairan
Factor Type Levels Values n fixed 3 800; 1000; 1250
a fixed 5 0,20; 0,25; 0,30; 0,60; 0,90 cairan fixed 2 1; 2
Analysis of Variance for VB1, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
n 2 0,0010337 0,0010337 0,0005168 13,53 0,000 a 4 0,0007941 0,0012931 0,0003233 8,46 0,000
cairan 1 0,0018130 0,0018130 0,0018130 47,47 0,000 Error 28 0,0010694 0,0010694 0,0000382
Total 35 0,0047102 S = 0,00618017 R-Sq = 77,30 R-Sqadj = 71,62
Gambar 13. Grafik pengaruh kedalaman terhadap keausan pahat samping VB2
Gambar 11. Grafik pengaruh kedalaman terhadap keausan pahat atas VB1
Gambar 12. Grafik pengaruh putaran terhadap keausan pahat atas VB1
10
Dari gambar 13 dapat dikatakan bahwa kedalaman pemakanan a
mempunyai pengaruh positif terhadap keausan
pahat. Artinya
bahwa semakin besar kedalaman pemakanan
a, maka semakin besar pula nilai keausan pahat yang terjadi.
Dari gambar 14 dapat dikatakan
bahwa putaran mesin n mempunyai pengaruh positif terhadap keausan
pahat. Artinya bahwa semakin besar putaran mesin n, maka semakin
besar pula nilai keausan pahat yang terjadi.
2. Analisa Regresi a. Analisa keausan pahat atas pada