1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor serangga dikenal sebagai arthropodborne diseases
atau sering disebut sebagai vektorborne disease. Penyakit ini merupakan penyakit yang sering dan bersifat endemis maupun
epidemis dan dapat menimbulkan kematian Chandra, 2007. Serangga yang bersifat sebagai vektor yang kita ketahui adalah nyamuk. Salah
satu spesiesnya yaitu Aedes sp., yang berperan sebagai vektor penyakit Demam Berdarah Dengue DBD termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus
Arbovirosis. Aedes sp termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Demam
Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya Achmadi et al, 2010. Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD
di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 orang meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah daripada di tahun sebelumnya, yakni tahun
2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita Kemkes, 2015.
Dengan meningkatnya penyebaran penyakit dengue yang disebabkan nyamuk Aedes, salah cara yang digunakan masyarakat untuk mencegah cucukan nyamuk
yaitu pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras, menutup, mengubur 3M. Keberhasilan kegiatan PSN Pemberantasan Sarang Nyamuk antara lain
populasi nyamuk Aedes aegypti dapat dikendalikan sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi Nuryanti, 2013.
Cara lain mencegah cucukan Aedes sp. dengan menggunakan repelen kimia yaitu DEET N,N-Diethyl-meta-toluamide. DEET bekerja dengan merusak sistem
penciuman nyamuk. Efek samping DEET dapat menyebabkan iritasi kulit, alergi
Universitas Kristen Maranatha
2 serta penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan neurotoxicity, mutagenity,
reproductive toxicity dan melalui aliran sistemik serta dikeluarkan melalui saluran
kemih Debboun et al, 2007. Dengan demikian, diperlukan repelen alami yang berasal dari tumbuhan atau buah-buahan.
Berbagai bahan kimia yang terdapat dalam tumbuhan juga dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan, insektisida, dan kosmetika. Bahan kimia tersebut bagi
tumbuhan itu sendiri berfungsi sebagai media interaksi antar sesama tumbuhan maupun dengan makhluk hidup lain di sekitarnya. Senyawa tersebut antara lain
alelokimia. Senyawa alelokimia tersebut merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat pada minyak atsiri Ginting, 2012
Minyak atsiri sudah banyak dimanfaatkan untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman OPT. Minyak atsiri tidak hanya sebagai penolak serangga
tetapi juga dapat bertindak sebagai pestisida mempunyai daya kerja kontak dan fumigan pada beberapa serangga tertentu Willis et al,2013
Repelen yang berasal dari tumbuhan pestisida nabati dapat membunuh serangga dengan cara spesifik, yaitu merusak perkembangan telur, larva dan pupa,
menghambat reproduksi serangga betina, memblokir kemampuan makan serangga
Rosma, 2012 dan tidak menyebabkan efek samping pada pengguna repelen.
Contoh repelen herbal yang digunakan adalah minyak kedelai soybean oil, Eucalyptus sp.
, daun selasih Ocimum basilicum, rosemary. Selasih merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat, antara lain
sebagai obat pada manusia, pestisida nabati, penghasil minyak atsiri, sayuran, dan minuman penyegar. Masyarakat banyak menggunakan tumbuhan selasih yang
memiliki efek untuk melancarkan peredaran darah, mengobati sariawan dan TBC Ginting, 2012.
Di Indonesia, selasih belum banyak dibudidayakan secara luas namun di beberapa daerah Jawa Barat dan Balai Penelitian Tanaman Obat Balitro banyak
ditanam sebagai obat herbal manusia dan pengendali lalat buah dengan memanfaatkan senyawa aromatiknya. Selain itu, sebagai atraktan pemikat hama
lalat buah Belimbing, Jambu biji yang dimulai sejak tahun 90-an, maupun pengusir nyamuk Aedes aegypti. Selasih digunakan sebagai pengendali lalat buah
Universitas Kristen Maranatha
3 sehingga selasih dengan kandungan tinggi methyl eugenol sangat diperlukan
untuk mengusir serangga Hadipoentyanti, 2008. Tanaman selasih Ocimum basilicum diketahui mempunyai potensi sebagai
sumber bahan insektisida botani karena kandungan metabolit sekundernya, antara lain eugenol, linalool, dan geraniol yang diketahui tidak disukai oleh nyamuk
Istimuyasaroh, 2009. Selain selasih, ada tanaman lain yang dapat digunakan sebagai repelen yaitu
minyak kedelai soybean oil. Penelitian USDA US Department of Aggriculture mengenai minyak kedelai soybean oil sebagai repelen dapat melindungi dari
cucukan nyamuk selama 5 sampai 8 jam Cox, 2005.
1.2 Identifikasi Masalah