Isolasi Dan Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Bunga Kemangi (Ocimum basilicum L) Serta Uji Aktivitas Antioksidan Dan Antibakteri

(1)

ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI BUNGA KEMANGI (Ocimumbasilicum L) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI

SKRIPSI

ADELIA KATRINA PURBA 120822010

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI BUNGA KEMANGI (Ocimumbasilicum L) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI

SKRIPSI

Diajukanuntukmelengkapitugasdanmemenuhisyaratmencapaigelar SarjanaSains

ADELIA KATRINA PURBA 120822010

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

PERSETUJUAN

JUDUL : Isolasi Dan Analisis Komponen Kimia

Minyak Atsiri Bunga Kemangi (Ocimum

basilicum L) Serta Uji Aktivitas Antioksidan

Dan Antibakteri

KATEGORI : SKRIPSI

NAMA : ADELIA KATRINA PURBA

NOMOR INDUK MAHASISWA : 120822010

PROGRAM : SARJANA (S1) KIMIA

DEPARTEMEN : KIMIA

FAKULTAS : Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Januari 2015

Komisi Pembimbing

Pembimbing II Pembimbing I

Dr.Cut Fatimah Zuhra,M.Si Dra.Herlince.Sihotang,M.Si NIP: 197404051999032001 NIP:195503251986012002

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Dr.Rumondang Bulan Nst,MS NIP: 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI BUNGA KEMANGI (Ocimum basilicum L) SERTA UJI AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan Januari 2015

ADELIA KATRINA PURBA 120822010


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains di Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Adapun Judul skripsi ini adalah “ Isolasi Dan Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Bunga Kemangi (Ocimum basilicum L) Serta Uji Aktivitas Antioksidan Dan Antibakteri”.

Adapun rasa terima kasih yang ingin penulis sampaikan kepada : 1. Dekan FMIPA USU bapak Dr.Sutarman,M.Sc

2. Ibu Dr.Rumondang Bulan Nst. MS dan Bapak Drs Albert Pasaribu,M.Sc dan Selaku Ketua dan sekertaris Departemen Kimia FMIPA USU.

3. Ibu Dra. Herlince Sihotang. M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Dr.Cut Fatimah Zuhra,M,Si, selaku pembimbing II penulis yang telah memberikan panduan serta pemikiran dan saran selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. 4. Seluruh Dosen dan asisten Laboratorium Kimia Organik dan Bapak Dr.Lamek

Marpaung,M.Phil.,Ph.D selaku Kepala Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam FMIPA USU

5. Bapak dan Ibu Staf pengajar FMIPA USU serta pegawai Departemen Kimia FMIPA USU.

6. Teman dekat penulis Hendrosen Pangaribuan dan sahabat-sahabat penulis Nana, Maria, Echa, Kak Siska, Yulia, melisa, survey, Rini, novita, wiki serta rekan-rekan mahasiswa khususnya Kimia Ekstensi 2012 yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu- persatu

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs.Jafaruddin Purba dan Ibunda Tiominar Marpaung S.pd serta saudara penulis David Ricardo Purba S.T dan Jhon Fredy Herbet Purba yang telah memberikan semangat serta perhatian yang cukup besar selama masa penyelesaian skripsi ini dan perkuliahan Penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatsan penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penelitian dan ilmu pengetahuan.

Penulis


(6)

ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI BUNGA KEMANGI (Ocimum basilicum) SERTA UJI AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI ABSTRAK

Minyak atsiri bunga kemangi (Ocimum basilicum) diisolasi dengan metode hidrodestilasi menggunakan alat Stahl. Bunga Kemangi dihidrodestilasi selama ± 4-5 jam menghasilkan minyak atsiri sebesar 0,053% .Hasil analisa menggunakan GC-MS menunjukkan adanya 19 senyawa dengan 8 senyawa utama (> 2%) yaitu Trans karyopyllene (28,75%), 2,6 oktadienal (21,10%), Z-Citral, ( 17,76%), Eugenol (8,24%), α-caryophyllene (5,76%), β-nerol (2,75%), α-terpinolene (2,32%) dan Germacren (2,25%). Uji aktivitas antioksidan dari minyak atsiri bunga kemangi menunjukkan nilai IC50 sebesar 89,761 mg/L dan merupakan antioksidan (kuat).

Aktivitas antibakteri untuk minyak atsiri bunga kemangi diuji pada konsentrasi 10%, 20%, dan 30%. Aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa minyak atsiri bunga kemangi memberikan diameter zona hambat yang efektif terhadap bakteri gram positif Streptococcus mutans pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat 15,1 mm (kuat). Dan hasil yang kurang efektif terhadap bakteri gram negatif

Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 20% menunujukkan zona hambat 8,7

mm.

Kata Kunci : Minyak Atsiri, Bunga Kemangi, Senyawa Kimia, Antioksidan, Antibakteri


(7)

ISOLATION AND ANALYSIS OF CHEMICAL COMPONENTS OF ESSENTIAL OIL OF FLOWER KEMANGI (Ocimum basilicum L) ALSO

ANTIOXIDANT AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST

ABSTRACT

Essential oil of kemangi flower (Ocimum basilicum L) have isolated with hydrodestillation metode use sthal. Kemangi flower have hidrodestilated during 4-5 hours resulting essential oil amount 0,053%. The result of analysisbuse GC-MS shown there were 19 compounds with8 main of compounds(> 2%) that is Trans karyopyllene (28,75%), 2,6 oktadienal (21,10%), Z-Citral (17,76), Eugenol (8,24%),

α-caryophyllene (5,76%), β-nerol (2,75%), α-terpinolene (2,32%) dan Germacren (2,25%). The antioxidant activity of the essential oil kemangi flower show IC50

values of 89,761 mg/L and show antioxidant (strength). Antibakterial activity for Essential oil kemangi flower for test concentration 10%, 20%, 30%. The antibacterial activity showed that diameter of a zone provide effective inhibition against gram positive bacteria Streptococcus mutans were obtained at concentration of 10% with 15,1 mm. And is less effective against gram negative bacteria. The result of measurements on the bacteria Pseudomonas aeruginosa at a concentration of 20% show zone profite 8,7 mm.

Keywords : Essential Oil, Kemangi Flower, Chemical Components, Antioxidant, Antibakterial


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN I

PERNYATAAN Ii

PENGHARGAAN Iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 2

1.2. Permasalahan 3

1.3. Pembatasan Masalah 3

1.4.Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

1.6.Lokasi Penelitian 3

1.7. Metodologi Penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Bunga Kemangi (Ocimum basilicum L) 6 2.1.1. Ciri Khas Tanaman Penghasil Eugenol Dan

Tymol

6

2.1.2. Manfaat Bunga Kemangi 7

2.2. Minyak Atsiri 8

2.2.1. Isolasi Minyak Atsiri Dengan Destilasi 9 2.2.2. Komposisi Kimia Minyak Atsiri 10 2.2.3. Biosintesis Minyak Atsiri 11 2.3. Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri dengan

GC-MS

14


(9)

2.3.2. Gas Pembawa 18

2.3.3. Sistem Injeksi 18

2.3.4. Kolom 19

2.3.5. Fase Diam 19

2.3.6. Suhu 19

2.3.7. Detektor 20

2.3.8. Spektrometri Massa 20

2.4. Antioksidan 23

2.4.1. Antioksidan Sintetik 24

2.4.2. Antioksidan Alami 25

2.4.3. Pengaruh Antioksidan 26

2.4.4. DPPH 26

2.5. Antibakteri 27

2.6. Bakteri 29

2.6.1. Bakteri Gram Positif 30

2.6.2. Bakteri Gram Negative 31

BAB 3. METODE PENELITIAN 34

3.1. Alat-alat 34

3.2. Bahan- bahan 35

3.3. Prosedur Penelitian 36

3.3.2.Isolasi Minyak Atsiri Bunga Kemangi dengan Alat Destilasi Stahl

36 3.3.3. Analisis Minyak Atsiri Bunga Kemangi dengan

GC-MS

36 3.3.4.Uji Sifat Antioksidan Minyak Atsiri Bunga

Kemangi Dengan Metode DPPH

38 3.3.4.1. Pembuatan Larutan DPPH 38 3.3.4.2.Pembuatan Variasi Minyak Atsiri Bunga

Kemangi

38 3.3.4.3.Uji Aktivitas Antioksidan 38


(10)

3.3.5. Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Kemangi (Ocimum basilicum)

39

3.3.5.1.Pembuatan Media Nutrien Agar (NA) 39 3.3.5.2.Pembuatan Media Agar Miring dan Stok

Kultur Bakteri

39 3.3.5.3.Pembuatan Media Mueller Hinton Agar

(MHA)

39 3.3.5.4.Penyiapan Inokulum Bakteri 39 3.3.5.5.Pembuatan Variasi Konsentrasi Minyak

Atsiri Bunga Kemangi (Ocimum

basilicum)

40

3.3.5.6.Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Kemangi (Ocimum basilicum L)

40

3.4. Bagan Penelitian 41

3.4.1.Isolasi Minyak Atsiri Bunga Kemangi dengan Destilasi Stahl

41 3.4.2.Uji Sifat Antioksidan Minyak Atsiri Bunga

Kemangi dengan Metode DPPH

42 3.4.2.1. Pembuatan Larutan DPPH 0,3 mM 42 3.4.2.2. Pembuatan Variasi Minyak Atsiri Bunga

Kemangi

43 3.4.2.3. Uji Aktivitas Antioksidan 44 3.4.3. Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Atsiri Bunga

Kemangi

45 3.4.3.1.Pembuatan Media Nutrien Agar

(NA) Miring dan Stok Kultur Bakteri

45

3.4.3.2.Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

46 3.4.3.3.Penyediaan Inokulum Bakteri 47 3.4.3.4. Uji Aktivitas Antibakteri 48

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 49

4.1. Hasil Penelitian 49

4.1.1. Penentuan Kadar Minyak Atsiri 49 4.1.2. Hasil Analisa dengan GC-MS 49


(11)

4.1.3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Bunga Kemangi

52 4.1.4. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri 52

4.2. Pembahasan 54

4.2.1. Minyak Atsiri dari Hasil Destilasi dengan Alat Stahl

54 4.2.2. Analisis Spektrum Massa Minyak Atsiri Bunga

Kemangi

55 4.2.3. Uji Aktivitas Antioksidan

Minyak Atsiri Bunga Kemangi

73 4.2.4. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Bunga

Kemangi

73

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 74

5.1. Kesimpulan 74

5.2. Saran 74

DAFTAR PUSTAKA 76


(12)

DAFTAR TABEL No

Tabel

Judul Halaman

2.1. Perbedaan Relative Sifat Bakteri Gram Positif Dan Bakteri Gram Negative

30 4.1. Minyak Atsiri bunga kemangi yang diperoleh

dengan Metode hidrodestilasi

49 4.2. Hasil Senyawa Analisa GC-MS Minyak Atsiri Bunga Kemangi 51 4.3. Senyawa Hasil Analisa GC-MS Minyak Atsiri Bunga Kemangi

Sesuai Dengan Standart Library Wiley

52 4.4. Hasil Pengukuran Absorbansi Minyak Atsiri Bunga Kemangi 52 4.5. Hasil Aktivitas Antibakteri dari Minyak Atsiri Bunga Kemangi 54 4.6. Tingkat Kekuatan Antioksidan Dengan Metode DPPH 73


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar

Judul Halaman

2.1. Tumbuhan Bunga Kemangi (Ocimum basilicum L) 6

2.2. Biosintesis Terpenoid 13

2.3. Perubahan Senyawa Monoterpen 12

2.4. Reaksi Biogenetik Beberapa Seskuiterpen 14

2.5 Biosintesis Organo Sulfur Allium 16

2.6. Skema Alat Spektroskopi Massa 21

2.7. Rumus Bangun DPPH 26

2.8. Streptococcus mutans 31

2.9. Pseudomonas aeruginosa 32

4.1. Kromatogram Hasil Analisa GC-MS Minyak Atsiri Bunga

Kemangi 50

4.2. Grafik Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Bunga Kemangi 53 4.3. Zona Hambat Dari Minyak Atsiri Bunga Kemangi Terhadap

Bakteri Streptococcus mutans & Pseudomonas aeruginosa

53 4.4. Spektrum Massa Senyawa Alpha Terpinolenedengan RT

11,924

55 4.5. Pola Fragmentasi Senyawa Alpha Terpinolene 56 4.6. Spektrum Massa Senyawa Nerol Dengan

RT 16,152

57

4.7. Pola Fragmentasi Senyawa Nerol 58

4.8. Spektrum Massa Senyawa Z- Citral Dengan RT 16,594 59

4.9 Pola Fragmentasi Senyawa Z-Citral 60

4.10. Spektrum Massa Senyawa 2,6 Oktadienal Dengan RT 17,514 61 4.11. Pola Fragmentasi Senyawa 2,6 Oktadienal 62 4.12. Spektrum Massa Senyawa Eugenol Dengan RT 20,107 63

4.13. Pola Fragmentasi Senyawa Eugenol 64

4.14. Spektrum Massa Senyawa Trans Caryophyllene RT 22,048 65 4.15. Pola Fragmentasi Senyawa Trans Caryophyllene 66 4.16. Spektrum Massa Senyawa Germacrene Dengan RT 23,642 67 4.17. Pola Fragmentasi Senyawa Germacrene 68 4.18. Pola Fragmentasi Senyawa Beta Salibene Dengan RT 25,122 69 4.19. Pola fragmentasi Senyawa Beta Salibene 70

4.20. Reaksi DPPH Dengan Turunan Fenol 71

4.21. Kestabilan Radikal Bebas DPPH 72


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran

Judul Halaman

1 Hasil Identiikasi Tumbuhan Bunga Kemangi 81

2 Pembuatan Variasi Konsentrasi Sampel 82

3 Hasil Uji Aktivitas Minyak Atsiri Bunga Kemangi 83 4 Perhitungan Nilai IC50 Minyak Atsiri 84

5 Perhitungan Nilai Koefisien ( r ) dan korelasi Ganda (R) Minyak atsiri Bunga Kemangi

86

6 Alat Stahl 87

7 Alat Spektrofotometer UV-Visible 88


(15)

ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI BUNGA KEMANGI (Ocimum basilicum) SERTA UJI AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI ABSTRAK

Minyak atsiri bunga kemangi (Ocimum basilicum) diisolasi dengan metode hidrodestilasi menggunakan alat Stahl. Bunga Kemangi dihidrodestilasi selama ± 4-5 jam menghasilkan minyak atsiri sebesar 0,053% .Hasil analisa menggunakan GC-MS menunjukkan adanya 19 senyawa dengan 8 senyawa utama (> 2%) yaitu Trans karyopyllene (28,75%), 2,6 oktadienal (21,10%), Z-Citral, ( 17,76%), Eugenol (8,24%), α-caryophyllene (5,76%), β-nerol (2,75%), α-terpinolene (2,32%) dan Germacren (2,25%). Uji aktivitas antioksidan dari minyak atsiri bunga kemangi menunjukkan nilai IC50 sebesar 89,761 mg/L dan merupakan antioksidan (kuat).

Aktivitas antibakteri untuk minyak atsiri bunga kemangi diuji pada konsentrasi 10%, 20%, dan 30%. Aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa minyak atsiri bunga kemangi memberikan diameter zona hambat yang efektif terhadap bakteri gram positif Streptococcus mutans pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat 15,1 mm (kuat). Dan hasil yang kurang efektif terhadap bakteri gram negatif

Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 20% menunujukkan zona hambat 8,7

mm.

Kata Kunci : Minyak Atsiri, Bunga Kemangi, Senyawa Kimia, Antioksidan, Antibakteri


(16)

ISOLATION AND ANALYSIS OF CHEMICAL COMPONENTS OF ESSENTIAL OIL OF FLOWER KEMANGI (Ocimum basilicum L) ALSO

ANTIOXIDANT AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST

ABSTRACT

Essential oil of kemangi flower (Ocimum basilicum L) have isolated with hydrodestillation metode use sthal. Kemangi flower have hidrodestilated during 4-5 hours resulting essential oil amount 0,053%. The result of analysisbuse GC-MS shown there were 19 compounds with8 main of compounds(> 2%) that is Trans karyopyllene (28,75%), 2,6 oktadienal (21,10%), Z-Citral (17,76), Eugenol (8,24%),

α-caryophyllene (5,76%), β-nerol (2,75%), α-terpinolene (2,32%) dan Germacren (2,25%). The antioxidant activity of the essential oil kemangi flower show IC50

values of 89,761 mg/L and show antioxidant (strength). Antibakterial activity for Essential oil kemangi flower for test concentration 10%, 20%, 30%. The antibacterial activity showed that diameter of a zone provide effective inhibition against gram positive bacteria Streptococcus mutans were obtained at concentration of 10% with 15,1 mm. And is less effective against gram negative bacteria. The result of measurements on the bacteria Pseudomonas aeruginosa at a concentration of 20% show zone profite 8,7 mm.

Keywords : Essential Oil, Kemangi Flower, Chemical Components, Antioxidant, Antibakterial


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemangi (Ocimum basilicum) ditanam untuk diambil daunnya sebagai lalapan dan di budidayakan di daerah sekitar laut tengah (Aljazar, Maroko, Prancis Selatan dan Kepulauan Reunio). Di Indonesia kemangi dikenal dengan beberapa nama daerah seperti selasih,telasih (Minang), Surawung (Jawa Barat). Tanaman tidak berkayu dengan tinggi 60 cm, tersebar di dataran rendah daerah tropis dan subtropis

(Harris, 1987).

Tanaman kemangi termasuk ke dalam genus Ocimum dan famili Labiatae sering digunakan sebagai obat tradisional dan penghasil minyak atsiri (essential oil). Karena fungsinya yang beragam tersebut kemangi sering disebut dengan tanaman serbaguna. Tanaman ini bersifat polymorphis atau banyak bentuk sehingga sering menyulitkan dalam bidang taksonomi (Kardinan, 2005).

Daun kemangi juga mengandung komponen non gizi antara lain senyawa flavonoid dan eugenol, arigin, anetol, boron, dan minyak atsiri. Flavonoid dan eugenol berperan sebagai antioksidan, yang dapat menetralkan kolesterol dan bersifat antikanker (Kurniasih, 2000).

Antioksidan memiliki peran penting untuk menjaga kesehatan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan antioksidan dalam menangkap radikal bebas. Tubuh manusia tidak punya cadangan antioksidan berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan (Sunarni, 2005). Antioksidan alami dapat diperoleh dari buah dan sayuran. Tumbuh-tumbuhan diketahui kaya akan antioksian misalnya vitamin C dan E, beta karoten dan flavonoid (Astuti, 2004).

Kemangi memiliki kandungan senyawa - senyawakimia yang dapat bersifat antiseptik, anti-inflamasi,antifungal, dan antibakterial, seperti kandungan tanin.


(18)

Kemangi dapat digunakan untuk berbagai penyakit seperti : penghilang bau mulut, sariawan, penyakit panu, menurunkan kadar gula, membunuh bakteri

(Djojoseputro, 2012).

Penelitian terhadap minyak atsiri daun kemangi telah dilakukan oleh Evitriwulan (2012) yaitu menganalisis komponen senyawa kimia minyak atsiri daun kemangi (Ocimum basiliccum L) dan sifat antimikrobanya dimana minyak atsirinya diinkorporasi pada film galaktomanan.

Ardiana (2013) melakukan penelitian mengenai formulasi Mouthwash minyak atsiri daun kemangi (Ocimum basilicum L) serta uji antibakteri dan Antibiofilm terhadap bakteri Streptoccocus Mutans secara In Vitro. Dan memberikan hasil positif pada bakteri tersebut,

Agustine (2013) meneliti tentang Aktivitas antioksidan dan Antibakteri ekstrak polar dan non polar biji Selasih (Ocimum Sactum Lim).

Akan tetapi penelitian terhadap komponen minyak atsiri tanaman kemangi masih dijumpai pada daunnya saja, berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Isolasi Dan Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Bunga Kemangi (Ocimum basilicum L) Serta Uji Aktivitas Antibakteri Dan Antioksidan

1.2Permasalahan

1. Komponen kimia utama apakah yang terdapat pada minyak atsiri bunga kemangi 2. Bagaimanakah sifat aktivitas antioksidan minyak atsiri hasil isolasi dari bunga

kemangi

3. Bagaimanakan sifat aktivitas antibakteri minyak kemangi terhadap bakteri


(19)

1.3Pembatasan Masalah

Batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Penentuan komponen kimia minyak atsiri dilakukan dengan analisis GC-MS 2. Pengujian aktivitas antioksidan minyak atsiri bunga kemangi dilakukan

dengan metode DPPH.

3. Pengujian antibakteri terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan

Streptococcus mutans dilakukan dengan metode difusi agar.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui komponen kimia minyak atsiri yang terkandung di dalam bunga kemangi dengan analisis GC-MS

2. Untuk menguji aktifitas antioksidan dengan metode DPPH

3. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari minyak atsiri bunga kemangi terhadap Streptococcus mutans dan Pseudeumonas auroginosa dengan metode difusi agar.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai senyawa kimia minyak atsiri dari bunga kemangi serta sifat antioksidan dan sifat antibakteri bunga kemangi terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Pseudomonas aureginosa

1.6Lokasi Penelitian

Penelitian untuk isolasi minyak atsiri dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA USU Medan.Uji antioksidan dilakukan di Fakultas MIPA USU Medan. Uji aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU,analisa spektroskopi GC-MS dilakukan di Laboratorium FMIPA-UGM


(20)

1.7Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen laboratorium. Dimana minyak atsiri bunga kemangi diperoleh dari daerah Padang Bulan Medan. Bunga kemangi dibersihkan dari batang,akar,dan ranting. Kemudian ditimbang selanjutnya didestilasi dengan alat Stahl. Minyak atsiri yang diperoleh dipisahkan dari lapisan airnya lalu ditambahkan Na2SO4 anhidrous kemudian didekantasi. Minyak atsiri yang diperoleh

dianalisis dengan GC-MS untuk mengetahui komponen kimianya serta dilakukan pengujian antioksidan dengan menggunakan metode DPPH(2,2 diphenil picrylhydrazyl) di Fakultas MIPA USU serta pengujian antibakteri terhadap

Streptococcus mutans dan Pseudomonas aeruginosa menggunakan metode difusi


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunga kemangi (Ocimum basilicum L)

Berdasarkan taksonomi tanaman,bunga kemangi termasuk dalam : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta Class : Dicotyledoneae

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaciae

Genus : Ocimum

Spesies : Ocimum basilicum L Nama Lokal : Kemangi

Morfologi dari bunga kemangi yaitu: a. Tanaman

Tanaman kemangi merupakan tanaman aromatik,tumbuh tegak,tanaman tahunan atau berumur pendek,tumbuh hingga mencapai tinggi 1 meter. Batang quadrangular atau bersegi empat,tebal sekitar 6 mm, bercabang banyak halus atau berbulu ketika muda,berwarna hijau muda hingga ungu tua.

b. Daun

Daun tunggal,berhadapan. Berbentuk bulat telur hingga elips agak meruncing di bagian ujung, Panjang sekitar 5 cm berwarna hijau muda hingga hijau keunguan,halus hingga sedikit berbulu.

c. Bunga

Majemuk mahkota tubular,dua lapis 5-8 mm berbulu di bagian luar berwarna putih keunguan putih atau kuning krem.


(22)

d. Buah

Buah terdiri dari 4 nutlet-buah kecil yang memiliki cangkang tersendiri dan satu buah biji yang berbeda tertutup dalam tabung di kelompok. Nutlet berbentuk bulat telur, 1-2 mm x 1 mm berwarna hitam hingga coklat tua.

e. Biji

Berwarna hitam (Ismawan, 2013).

Dengan morfologi bunga kemangi diatas dapat dilihat tanaman bunga kemangi pada gambar 2.1

Gambar 2.1. Bunga Kemangi (Ocimum basilicum L) 2.1.1. Ciri khas tanaman penghasil eugenol dan tymol

Kemangi penghasil eugenol atau tymol yang cukup tinggi sebagai penolak serangga :

Ocimum basilicum memiliki ciri khas tanaman ini daunnya berwarna hijau dan

bentuk batang persegi empat dengan warna hijau hingga keunguan. Kemangi jenis ini memiliki tinggi 50-100 cm. Batang muda berwarna hijau muda,ungu batangnya tidak berkayu. Mahkota bunga berwarna putih dan muncul dari ketiak daun. Bentuk daun oval dan bergerigi tajam. Jika daunnya diremas sedikit berbau mint. Rendemen minyaknya bervariasi 0,25-0,46% (Kardinan, 2005).


(23)

Kandungan eugenol kemangi jenis ini bisa mencapai 46%. Optimalnya tanaman ini bisa dipanen sebanyak tiga kali selama masa produksinya, yaitu selama kurun waktu satu tahun. Setelah itu tanaman sudah mulai kurang produktif untuk menghasilkan daun sehingga perlu diremajakan (Kardinan, 2005).

2.1.2. Manfaat Bunga Kemangi

Kemangi merupakan tanaman bumbu penting dalam kuliner Italia, Thailand, Vietnam, dan Laos, termasuk Indonesia. Daun segar dan kering digunakan untuk memberikan rasa harum,hangat, dan manis yang tajam menyerupai cengkih. Digunakan baik untuk makanan maupun minuman. Daunnya banyak digunakan untuk pelengkap sup, salad, masakan sayuran. Daun basilica commun nama lain kemangi merupakan sumber minyak atsiri dan oleoresin terutama diterapkan dalam industri pangan, sebagai penyedap rasa bahan panggangan, saus, acar,

Ekstraksi digunakan sebagai stimulant dan kaminatif (agen yang mencegah atau mengurangi perut kembung atau flatulen) serta untuk mengobati muntah,batuk,disentri kronis dan diare. Di Vietnam kemangi digunakan untuk mengobati demam dan malaria. Bijinya digunakan sebagai bahan minuman nonalkohol dan obat-obatan (Ismawan ,2013).

Efek farmakologis dari hasil penelitian

- Vasorelaksan (pelancar peredaran darah): Hasil menunjukkan ekstrak Ocinum

basilicum menghasilkan efek vaksorelaksan signifikan pada 10−5 M-molar-(Ρ < 0,0). Ekstrak tanaman juga cenderung menekan kontraksi kenaikan yang diiduksi HCD (High Cholesterol diet) (Ρ = 0,05). Ekstrak menghambat agregasi platelet induksi

ADP (Adhenosine diposphate). Ocinum basilicum sebagai tanaman obat dapat bermanfaat untuk system kordiovaskuler.

- Ocinum basilicum secara tradisioanl digunakan sebagai obat tradisional untuk


(24)

sebagai antiinflamasi, serta digunakan pada masalah neurogeneratif. Penelitian dilakukan untuk mengidetifikasi etil asetat (Ismawan, 2013).

2.2. Minyak atsiri

Minyak yang terdapat di alam terbagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral (mineral oil), miyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak atsiri (essential oil). Dalam tanaman,minyak atsiri mempunyai 3 fungsi, yaitu:

1) membuat proses penyerbukan dengan menarik jenis serangga atau hewan, 2) mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan dan

3) sebagai cadangan makanan dalam tanaman.

Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan “flavoring agent”dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai pencampur rokok kretek (Ketaren, 1985).

Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, buah, biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organik. Banyak istlah yang digunakan untuk menyebut minyak atisri misalnya dalam bahaa inggris disebut essential oil, ethereal oils dan volatile oil. Dalam bahasa Indonesia ada yang menyebutnya minyak terbang, bahkan ada pula yang menyebutnya minyak kabur,hal ini disebabkan karena minyak atsiri mudah menguap apabila dibiarkan begitu saja dalam keadaan terbuka (Luntony, 2002)

Minyak atsiri dihasilkan di dalam tanaman dan kemudian disimpan dalam berbagai organ. Penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri di buat dalam kelenjar minyak atsiri. Kelenjar minyak atsiri ada yang terdapat di dalam tanaman disebut “kelenjar internal”) dan diluar tanaman (disebut “kelenjar eksternal”) (Koensoemardiyah, 2010).


(25)

Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini dapat dijadikan sebagai ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena setiap tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang berbeda. Dengan kata lain, setiap jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik. Memang ada beberapa jenis minyak atsiri yang memiliki aroma yang mirip,tetapi tidak persis sama, dan sangat bergantung pada komponen kimia penyusun minyak tersebut (Agusta 2000).

2.2.1. Isolasi Minyak Atsiri Dengan Destilasi

Dalam tanaman minyak atsiri, terdapat dalam kelenjar minyak atau pada bulu - bulu kelenjar. Minyak atsiri hanya akan keluar setelah uap menerobos jaringan - jaringan tanaman yang terdapat dalam permukaan. Biasanya proses difusi berlangsung sangat lambat, maka untuk mempercepat proses difusi sebelum melakukan penyulingan terlebih dahulu bahan tanaman harus diperkecil dengan cara dipotong - potong atau digerus. Pemotongan atau penggerusan merupakan upaya untuk mengurangi ketebalan bahan hingga difusi terjadi. Peningkatan difusi akan mempercepat penguapan dan penyulingan minyak atsiri. Peristiwa terpenting yang terjadi dalam proses penyulingan dengan metode hidrodestilasi ini adalah terjadinya difusi minyak atsiri dan air panas melalui membran bahan yang disuling, terjadinya hidrolisa terhadap beberapa komponen minyak atsiri dan terjadinya dekomposisi yang disebabkan oleh panas (Guenther, 1987).

Penyulingan dapat didefenisikan sebagai pemisahan komponen - komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing - masing zat tersebut. Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan, yaitu :

1.Penyulingan Air

Bila cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidh. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengapung diatas air atau terendam seluruhnya (Sastrohamidjojo, 2004). Minyak atsiri dari beberapa jenis


(26)

bahan seperti bunga mawar cocok diproduksi dengan cara ini sebab seluruh bagian bahan harus tercelup dan dapat bergerak dalam air mendidih (Luntony, 2002).

2. Penyulingan uap dan air

Dalam metode penyulingan ini digunakan alat serupa dandang yang di dalamnya mempunyai penyangga berupa lempengan yang berlubang-lubang seperti halnya dandang untuk menanak nasi. Diatas lubang-lubang ini ditempatkan bahan tanaman yang akan disuling. Bila dandang tersebut dipanaskan maka air akan mendidh dan uap air akan keluar lewat lubang-lubang itu kemudian keluar lewat pendingin, setelah melewati bahan yang akan disuling (Koensoemardiyah, 2010)

3. Penyulingan uap

Penyulingan uap disebut juga penyulingan tak langsung. Dalam proses penyulingan dengan uap ini, uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori dan berada di bawah bahan tanaman yang akan disuling. Kemudian uap akan bergerk menuju ke bagian atas melalui bahan yang disimpan di atas saringan (Luntony, 2002).

Sistem penyulingan ini baik digunakan untuk mengekstraksi minyak dari biji-bijian,akar dan kayu-kayuan yang umumnya mengandung komponen minyak yang bertitik didih tinggi dan tidak baik dilakukan terhadap bahan yang mengandung minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dan air (Ketaren, 1985).

2.2.2. Komposisi Kimia Minyak Atsiri

Pada umumnya variasi komposisi minyak atsiri disebabkan oleh perbedaan jenis tanaman penghasil,kondisi iklim,tanah tempat tumbuh,umur panenan,metode ekstraksi yang dipergunakan dan cara penyimpanan minyak (Ketaren, 1985).

Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur carbon (C) , hidrogen (H), oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S). Pada umumnya komponen kimia dalam minyak atsiri dibagi 2 golongan yaitu :


(27)

Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon terbentuk dari unsur hidrogen (H) dan carbon (C). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam alam dan minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isoprene) sesquiterpen (3 unit isoprene), diterpen (4 unit isoprene) dan politerpen serta paraffin,olefin dan hidrokarbon aromatic.

2. Oxygenated hydrocarbon

Komposisi kimia dari golangan persenyawaan ini termasuk dari unsur carbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alkohol,aldehid,keton, dalam ester dan eter. Ikatan atom karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan jenuh dan ikatam tidak jenuh umumnya tersusun dari terpen. Komponen lainnya terdiri dari persenyawaan fenol, asam organik yang terikat dalam bentuk ester misalnya lakton,kumarin dan turunan furan misalnya quinines.

Pada umumnya sebagian besar minyak atsiri terdiri dari campuran persenyawaan golongan hidrokarbon dan oxygenated hidrocarbon. Disamping itu minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil yang merupakan komponen tidak dapat menguap (Ketaren, 1985).

2.2.3. Biosintesis minyak atsiri

Berdasarkan proses biosintesinya atau pembentukan komponen minyak atsiri di dalam tumbuhan,minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua golongan, Golongan pertama adalah turunan terpena yang terbentuk dari asam asetat melalui jalur biosintesis asam mevalonat. Golongan kedua adalah senyawa aromatic yang terbentuk dari biosintesis asam siklamat melalui jalur fenil propanoid (Agusta, 2000). Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid yaitu asam asetat yang telah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Clasein menghasilkan asam asetoasetat.

Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam


(28)

mevalonat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah Fosforilasi,eliminasi asam fosfat dan dekarboksolasi menghasilkan IPP (isopentenil pirofosfat) yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit merupakan langkah pertama dari polimerisasi isoterpen untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan electron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.

Sintesa terpenoid sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP,FPP,GGPP untuk menghasilkn senyawa-senyawa terpenoid satu per satu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya adalah hidrolisa,siklisasi,oksidasi,reduksi, dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi,dehidrasi,dekarbosilasi dan sebagainya,dapat dilihat pada gambar 2.2

Untuk menjelaskan dapat diambil beberapa contoh monoterpen. Dari segi biogenetik, perubahan geraniol, nerol dan linalool dari yang satu menjadi yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini, yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjalani reaksi-reaksi sekunder berikut, misalnya Dehidrasi menghasilkan miresena, oksidasi menjadi sitral dan ksidasi reduksi menghasilkan sitronelal. Berikut ini adalah contoh perubahan senyaawa monoterpen,dapat dilihat pada gambar 2.3


(29)

(30)

Gambar 2.2 Biosintesisa Terpenoid (Achmad, 1986)

Senyawa- senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis-farnesil pirofosfat dan trans- farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lainnya. Kedua isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geraniol dan nerol. Perubahan farnesil pirofosfat menjadi seskuiterpen terlihat pada gambar 2.4


(31)

Gambar 2.4. Reaksi Biogenetik Beberapa Seskuiterpena (Achmad, 1986)

Metabolisme sekunder yang terkandung dalam Alliums pp membentuk suatu system kimia yang kompleks serta mekanisme pertahanan dari kerusakan akibat mikroorganisme pertahanan diri dari kerusakan akibat mikroorganisme dan factor eksternal lainnya. Sebagaimana kebanyakan tumbuhan lain, Allium mengandung lebih dari 100 metabolit sekunder secara biologi sangat berguna. Senyawa ini kebanyakan mengandung belerang yang bertanggung jawab atas rasa, aroma dan sifat- sifat farmakologi Alliums pp (Hermawan dan Setyawan, 2003).

Gambar 2.5. merangkum biosintesis dari beberapa Allium spp. Peptida “Asam Amino” dan prekursor aroma dilakukan berdasarkan hasil label percobaan, dimana SO42- diumpankan ketanaman bawang. Dengan singkat akan bercampur

dengan tumbuhan yang terdiri dari alkohol yang mengandung jumlah air enzim allinase yang terbatas, sehingga memungkinkan analisis peptida dengan HPLC. Sulfat direduksi dan diasimilasi ke dalam sistem dalam kloroplas dan kemudian masuk ke dalam siklus glutatin, perubahan Michael dari γ-glutamilsintein dengan penambahan


(32)

asam metakrilat (dari valin) akan mengahasilkan γ-glutamil-S-2-carbosipropilsintein dimana dalam bawang mengalami dekarboksilasi berurutan untuk menghasilkan γ -glutamil-S-1-propenlsintein. Dengan adanya oksidasi maka akan terbentuk γ-glutamil propenilsintein, selanjutnya pelepasan peptida dengan enzim transpeptidase akan

mengahasilkan γ-glutamil-S-1-propenilsitein. Percobaan telah menetapkan bahwa

prekursor diubah dari γ-glutamil-S-2 karbosipropilsintein menjadi S-1-propenilsintein S-oksida dengan hilangnya atom 3-pro-R hidrogen. Proses paralel ditemukan oleh Michael, penambahan glutatin untuk asam metakrilat memberikan S-2-karbosipropilglutatin yang diikuti dengan konversi kedua menjadi γ -glutamil-S-2-carboxypropylcysteine dan metalasi glutatin menghasilkan S-metilglutatin diikuti oleh konversi yang terakhir menjadi γ-glutamil-S-metilsintein. γ -Glutamil-S-2-propenilsintein dibentuk dari γ-glutamil-S-2 karbosipropilsintein atau lebih dari serin dan 2-propenethiol oleh suatu proses tidak baik dikonversi menjadi γ -glutamil-S-2-propenylcysteine S-oksida, dengan adanya oksingen akan terbentuk γ -glutamil-S-2-propenylcysteine S-oksida selanjutnya pelepasan peptide dengan enzim transpeptidase akan menghasilkan S-2-Propenilsintein S-oksida (Block, 1992).


(33)

SO42- H2N SH COOH

HO2C

NH2 C O N H COOH SH COOH OC NH COOH S

HO2C

NH2 C O N H COOH SH

HO2C

NH2 C O N H COOH OC NH HO2C

NH2 C O N H S COOH COOH COOH S HO2C

NH2 C O N H COOH S HO2C

NH2 C O N H COOH S HO2C

NH2 C O N H COOH OC NH HO2C

NH2 C O N H S Me COOH HO2C

NH2 C O N H S Me Sintein Asam glutamat

γ- Glutamil sintein

Glisin Glisin Glutatin Glisin COOH S HO2C

NH2 C O N H O COOH S HO2C

NH2 C O N H O COOH S HO2C

NH2 C O N H O COOH HO2C

NH2 C O N H S Me O HOOC S H2N

O HOOC

S H2N

O HOOC

S H2N

O HOOC

S H2N

O Me Oxidase γ-Glutamil transpeptidase γ-Glutamil transpeptidase γ -Glutamil transpeptidase γ-Glutamil transpeptidase

Oxidase Oxidase Oxidase

S-2-Propenylsintein S-oksida S-Propilsintein S-oksida S-1-Propenylsintein S-oksida S-Metilsintein S-oksida

COOH

γ-Glutamil-S-2-carbosipropilsintein

S-metilglutatin S-2-karbosipropilglutatin

γ-glutamil-S-2-propilsintein γ-glutamil-S-propilsintein γ-glutamil-S-1-propenilsintein γ-glutamil-S-metilsintein

γ-glutamil-S-2-propenilsintein S-oksida γ-glutamil-S-propilsintein S-oksida γ-glutamil-S-1-propenilsintein S-oksida γ-glutamil-S-metilsintein S-oksida

Gambar 2.5. Biosintesis Organo sulfur Allium

2.3. Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri dengan GC-MS

Analisa komponen minyak atsiri merupakan masalah yang cukup rumit karena minyak atsiri mengandung campuran senyawa dan sifatnya yang mudah menguap pada suhu kamar. Setelah ditemukan Kromatografi Gas( GC), kendala dalam analisis


(34)

komponen minyak atsiri mulai dapat diatasi. Pada penggunaan GC, efek penguapan dapat dihindari bahkan dihilangkan sama sekali. Perkembangan teknologi instrumentasi yang pesat akhirnya dapat menghasilkan suatu alat yang merupakan gabungan dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama lain tetapi saling melengkapi, yaitu gabungan antara kromatografi gas dan spektrometer massa. Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai campuran komponen dalam sampel sedangkan spektrometer massa berfungsi untuk mendeteksi masing-masing komponen yang telah dipisahkan pada kromatografi gas

(Agusta, 2000).

2.3.1. Kromatografi Gas

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak (Yazid, 2005). Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya (Khopkar, 2003).

Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia dalam suatu bahan berdasarkan perbedaan polaritas campuran. Fase gerak akan membawa campuran sampel menuju kolom. Campuran dalam fase gerak akan berinteraksi dengan kecepatan yang berbeda dimana interaksi komponen dengan fase diam dengan waktu yang paling akhir (Eaton, 1989). Waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa dapat bertahan di kolom disebut waktu tambat (waktu retensi) yang diukur mulai saat penyuntikan sampai saat elusi terjadi

(Gritter et al, 1991).

Kromatografi gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam kimia organik untuk pemisahan dan analisis. Kromatografi Gas dapat digunakan


(35)

dari campuran. Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu dalam mengindentifikasi sebuah senyawa kompleks. Dalam kromatografi gas, fase yang bergerak atau mobile phase adalah sebuah operator gas, yang biasanya gas murni seperti helium atau yang tidak reaktif seperti gas nitrogen.

Fasa diam atau stationary phase merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau polimer yang mendukung gas murni, di dalam bagian dari sistem pipa-pipa kaca atau logam yang disebut kolom. Instrumen yang digunakan untuk melakukan kromatografi gas disebut gas chromatograph (Fowlis, 1998).

2.3.2. Gas Pembawa

Gas pembawa yang paling sering dipakai adalah helium (He), argon (Ar), nitrogen (N2), hidrogen (H2), dan karbondioksida (CO2). Keuntungannya adalah karena semua

gas ini tidak reaktif dan dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang dikemas dalam tangki tekanan tinggi. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai. Gas pembawa harus memenuhi sejumlah persyaratan, antara lain harus inert (tidak bereaksi dengan sampel, pelarut sampel, material dalam kolom), murni, dan mudah diperoleh (Agusta, 2000).

2.3.3. Sistem Injeksi

Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efesien. Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu :

a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% masuk menuju kolom.

b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.

c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup pemecah ditutup; dan


(36)

d. Injeksi langsung ke kolom (on coloum injection), yang mana ujung split dimasukkan langsung ke dalam kolom.

Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap, karena kalau penyuntikkannya melalui lubang suntik, dikawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi (Rohman, 2009).

2.3.4. Kolom

Ada 2 jenis kolom dalam kromatografi gas adalah kolom kemas dan kolom kapiler. Kolom kemas terdiri atas fase cair (sekurang-kurangnya pada suhu kromatografi) yang tersebar pada permukaan penyangga yang lembam yang terdapat dalam tabung nisbi besar (diameter 1 - 3 mm). Fase diam dapat hanya dilapiskan saja pada penyangga atau terikat secara kovalen pada penyangga yang menghasilkan fase terikat. Kolom kapiler jauh lebih kecil (0,02 - 0.2 mm) dan dinding kapiler bertindak sebagai penyangga lembam untuk fase diam cair. Fase ini dilapiskan pada dinding kolom dan bahkan dapat dicampur dengan sedikit penyangga lembam yang sangat halus untuk memperbesar luas permukaan efektif (Gritter, 1991).

2.3.5. Fase Diam

Fase diam disapukan pada permukaan dalam medium, seperti tanah diatome dalam kolom atau dilapiskan pada dinding kapiler. Berdasarkan bentuk fisiknya, fase diam yang umum digunakan pada kolom adalah fase diam padat dan fase diam cair.

Berdasarkan sifatnya fase diam dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu nonpolar, sedikit polar, setengah polar (semi polar), dan sangat polar. Berdasarkan sifat minyak atsiri yang non polar sampai sedikit polar, untuk keperluan analisis sebaiknya digunakan kolom dalam fase diam yang bersifat sedikit polar. Jika dalam analisis minyak atsiri digunakan kolom yang lebih polar, sejumlah puncak yang


(37)

ekor. Begitu juga dengan garis dasarnya tidak rata dan terlihat bergelombang. Bahkan kemungkinan besar komponen yang bersifat nonpolar tidak akan terdeteksi sama sekali (Agusta, 2000).

2.3.6. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan hasil analisis kromatografi gas dan spektrometri massa. Umumnya yang sangat menentukan adalah pengaturan suhu injektor dan kolom. Kondisi analisis yang cocok sangat bergantung pada komponen minyak atsiri yang akan dianalisis (Agusta, 2000).

2.3.7. Detektor

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak (Rohman, 2009).

2.3.8. Spektrometri Massa

Prinsip spektrometri massa (MS) ialah molekul senyawa organik (sampel) ditembak dengan berkas elektron dan menghasilkan ion bermuatan positif yang mempunyai energi yang tinggi karena lepasnya elektron dari molekul yang dapat pecah menjadi ion positif yang lebih kecil (ion fragmen). Spektrum massa merupakan grafik antara limpahan relatif lawan perbandingan massa/muatan (m/z) (Sastrohamidjojo, 2004).

Spektrometer massa menembaki bahan yang sedang diteliti dengan berkas elektron dan serta kuantitatif mencatat hasilnya sebagai suatu spektrum fragmen ion


(38)

positif. Terpisah fragmen ion positif didasarkan pada massanya. Spektrometer massa biasa diambil pada energi berkas elektron sebesar 70 elektron volt.

Kejadian tersederhana adalah tercampaknya satu elektron dari molekul dalam fasa gas oleh sebuah elektron dalam berkas elektron dan membentuk suatu kation radikal ( M •)

M•• + e M• + 2e

Satu proses yang disebabkan oleh tabrakan elektron pada kamar pengion spektrometer massa adalah ionisasi dari molekul yang berupa uap dengan kehilangan satu elektron dan terbentuk ion molekul bermuatan positif, karena molekul senyawa organik mempunyai elektron berjumlah genap maka proses pelepasan satu elektron menghasilkan ion radikal yang mengandung satu elektron tidak berpasangan.

M M

Proses lain molekul yang berupa uap tersebut menangkap sebuah elektron membentuk ion radikal bermuatan negatif dengan kemudian terjadi jauh lebih kecil (10-2) dari pada ion radikal bermuatan positif (Sudjadi, 1983).

Gambar 2.6. Skema Alat Spektroskopi Massa

Pada sistem GC-MS ini, yang berfungsi sebagai detektor adalah spektrometer massa itu sendiri yang terdiri dari sistem analisis dan sistem ionisasi, dimana Electron

Impact ionization (EI) adalah metode ionisasi yang umum digunakan (Agusta, 2000).


(39)

2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi Tinggi (High Resolution Mass Spectra)

3. Mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola frakmentasinya

Ketika uap suatu senyawa dilewatkan dalam ruang ionisasi spektrometer massa, maka zat ini dibombardir atau ditembak dengan elektron. Elektron ini mempunyai energi yang cukup untuk melemparkan elektron dalam senyawa sehingga akan memberikan ion positif, ion ini disebut dengan ion molekul (M+). Ion molekul cendrung tidak stabil dan terpecah menjadi frakmen-frakmen yang lebih kecil. Frakmen-frakmen ini yang akan menghasilkan diagram batang (Dachriyanus, 2004).

Spektrometer mampu menganalisis cuplikan yang jumlahnya sangat kecil dan menghasilkan data yang berguna mengenai struktur dan indentitas senyawa organik. Jika eluen dari kromatografi gas diarahkan ke spektrometer massa, maka informasi mengenai struktur untuk masing-masing puncak pada kromatogram dapat diperoleh. Karena laju aliran yang rendah dan ukuran cuplikan yang kecil, cara ini paling mudah diterapkan pada kolom kromatografi gas kapiler. Cuplikan disuntikkan ke dalam kromatografi gas dan terkromatografi sehingga semua komponenya terpisah. Spektrum massa diukur secara otomatis pada selang waktu tertentu atau pada maksimum atau tengah-tengah puncak ketika keluar dari kolom. Kemudian data disimpan di dalam komputer, dan dari padanya dapat diperoleh hasil kromatogram disertai integrasi semua puncak. Disamping itu, kita dapat memperoleh spektrum massa masing-masing komponen. Spektrum ini dapat dipakai pada identifikasi senyawa yang pernah diketahui dan sebagai sumber informasi struktur dan bobot molekul senyawa baru (Gritter, 1991).

Peningkatan penggunaan GC-MS banyak digunakan yang dihubungkan dengan komputer dimana dapat merekam dan menyimpan data dari sebuah analisis akan berkembang pada pemisah yang lebih efisien. Karena komputer dapat diprogram untuk mencari spektra library yang langka, membuat identifikasi dan menunjukkan analisis dari campuran gas tersebut (Willett, 1987).


(40)

2.4. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu mengaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan dapat diperoleh,

1. Dari luar tubuh (eksogen) dengan cara melalui makanan dan minuman yang mengandung vitamin C, E, atau betakaroten.

2. Dari dalam tubuh (endogen), yakni dengan enzim superoksida dismutase (SOD), gluthatione, perxidasi, dan katalase yang diproduksi oleh tubuh sebagai antioksidan(Kosasih et al, 2006).

Sebenarnya tubuh sendiri mempunyai sistem antioksidan termasuk superoksid dismutase, katalase, dan glutation, akan tetapi jika terjadi paparan oksidan yang berlebihan, antioksidan tubuh ini tidak akan mampu untuk mengatasinya. Sehingga tubuh memerlukan pasokan antioksidan dari luar (Nordmann, 1993).

Antioksidan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1. Antioksidan primer

berfungsi untuk mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru. Antioksidan primer mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi.

contoh : enzim SOD yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel - sel dalam tubuh serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas. Enzim SOD sebenarnya sudah ada dalam tubuh kita. Namun, bekerjanya membutuhkan bantuan zat - zat gizi mineral seperti mangan, seng,dan tembaga. Selenium juga berperan sebagai antioksidan. Jadi, jika ingin menghambat gejala dan penyakit degeneratif, mineral - mineral tersebut hendaknya tersedia cukup dalam makanan yang dikonsumsi tiap hari

2. Antioksidan sekunder


(41)

3. Antioksidan tersier

berfungsi memperbaiki kerusakan sel - sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh : enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksidan reduktase. Adanya enzim - enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker. Untuk mencegah atau memperlambat kerusakan oksidatif makanan, antioksidan banyak digunakan sebagai aditif dalam lemak dan minyak, dan dalam pengolahan makanan. Jenis antioksidan yang dapat digunakan antara lain : antioksidan sintetis dan antioksidan alami (Ensofas, 2010).

2.4.1. Antioksidan Sintetik

Antioksidan sintetik adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia. Senyawa fenol sintetis seperti Butil hidroksianisol (BHA) dan Butil hidroksitoluen (BHT) bukan antioksidan yang baik, sebab pada pemaparan yang lama dapat menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan serta meningkatkan terjadinya karsinogenesis (Rohman, 2007). Antioksidan alami adalah antioksidan hasil ekstraksi

bahan alam. Antioksidan alami seperti α - tokoferol dan asam askorbat, memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil, tetapi aktivitasnya lebih tinggi daripada antioksidan sintetik (Rohman, 2007).

Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan penggunaanya untuk makanan dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat (PG), tert-butil hidoksi quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan - antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial. Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan (Pratt et al, 1992).


(42)

2.4.2. Antioksidan Alami

Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah yang berasal dari tumbuhan yaitu tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid,dan senyawa fenolik. Isolasi antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tetapi tidak selalu dari bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari (Pratt et al, 1992).

Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam - asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain - lain.

2.4.3.Pengaruh Antioksidan

Antioksidan dalam makanan dapat didefinisikan sebagai zat yang mampu menunda, memperlambat atau mencegah pengembangan ketengikan dan rasa dalam makanan atau kerusakan lainnya akibat oksidasi. Antioksidan menunda pergembangan aroma-tak sedap dengan memperpanjang periode induksi. Penambahan antioksidan setelah akhir periode ini cenderung tidak efektif dalam memperlambat pengembangan ketengikan.

Antioksidan dapat menghambat atau memperlambat oksidasi dalam dua cara: baik dengan peredaman radikal bebas, dalam hal ini senyawa tersebut digambarkan sebagai antioksidan primer,atau dengan mekanisme yang tidak melibatkan peredaman radikal bebas langsung, dalam hal ini senyawa tersebut adalah antioksidan sekunder. Antioksidan primer termasuk senyawa fenolik. Komponen ini dikonsumsi selama periode induksi. Antioksidan sekunder beroperasi dengan berbagai mekanisme


(43)

termasuk mengikat ion logam, peredaman oksigen, mengubah hidroperoksida untuk spesi non-radikal, menyerap radiasi UV atau menonaktifkan oksigen singlet.

Biasanya, antioksidan sekunder hanya menunjukkan aktivitas antioksidan ketika komponen minor keduanya ada. Hal ini dapat dilihat dalam kasus eksekusi agen seperti asam sitrat yang efektif hanya di hadapan ion logam, dan mengurangi agen seperti asam askorbat yang efektif dalam kehadiran tokoferol atau antioksidan primer lainnya (Pokorny, 2001).

2.4.4. 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil (DPPH)

DPPH merupakan singkatan umum untuk senyawa kimia organik yaitu

2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil. DPPH adalah bubuk kristal berwarna gelap terdiri dari molekul

radikal bebas yang stabil. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik pada suhu -20°C DPPH mempunyai berat molekul 394.32 dengan rumus molekul C18H12N5O6, larut

dalam air dan rumus molekul pada gambar 2.6 (Molyneux, 2004).

Gambar 2.7. Rumus Bangun DPPH

Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan beberapa cara. Salah satu metode pengukuran yang sering digunakan adalah metode DPPH. DPPH merupakan suatu radikal bebas yang stabil kerena mekanisme delokalisasi elektron bebas oleh molekulnya, sehingga molekul ini tidak mengalami reaksi dimerisasi yang sering terjadi pada sebagian besar radikal bebas lainnya. Delokalisasi juga memberikan efek warna ungu yang dalam pada panjang gelombang 517 nm dalam pelarut etanol. Zat ini berperan sebagai penangkap elektron atau penangkap radikal hidrogen bebas. Hasilnya adalah molekul yang bersifat stabil. Jika suatu senyawa antioksidan


(44)

direaksikan dengan zat ini maka senyawa antioksidan tersebut akan menetralkan radikal bebas dari DPPH (Bintang, 2010).

Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan inkubasi DPPH dengan minyak atsiri antioksidan selama 30 menit sehingga menghasilkan larutan ungu yang lebih memudar kemudian dilakukan pengukuran panjang gelombang pada 517 nm. Aktivitas antioksidan diperoleh dari nilai absorbansi yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung persentase inhibis 50% (IC50) yang menyatakan

konsentrasi senyawa antioksidan yang menyebabkan 50% dari DPPH kehilangan karakter radikal bebasnya. Semakin tinggi kadar senyawa antioksidan dalam sampel maka akan semakin rendah nilai IC50. Hasil yang dituliskan berupa IC50, yang

merupakan suatu konsentrasi sampel antioksidan yang diuji mampu melakukan peredaman 50% terhadap radikal DPPH dalam jangka waktu tertentu

(Mosquera, 2007).

2.5. Antibakteri

Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang menghambat sintesis protein, dan antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel. Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen) dan aktivitas bakterisidal (dapat membunuh patogen dalam kisaran luas (Brookset et al, 2005).

Aktivitas (potensi) antibakteri dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap bakteri. Ada dua metode umum yang dapat digunakan yaitu penetapan dengan lempeng silinder atau ”lempeng” dan penetapan dengan cara ”tabung” atau turbidimetri. Metode pertama berdasarkan difusi antibiotik


(45)

sehingga bakteri yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau ”zona” disekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik. Metode turbidimetri berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serba sama antibiotik dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik (Ditjen POM, 1995).

Pengujian antimikroba dilakukan untuk mengukur respon pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efesien. Ada dua metode utama dalam pengujian antimikroba, yaitu:

a. Metode Difusi

Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan, metode difusi dapat dilakukan dalam 5 cara menurut Pratiwi (2005), yaitu metode disc diffusion (tes

Kirby & Bauer), e-test, disc-plate technique, cup-pate technique, gradient-palte technique.

Penentuan aktivitas antimikroba dapat dilakukan dengan metode difusi agar, diantaranya dimana menggunakan piringan yang berisi agen antimikroba, kemudian diletakkan pada media agar yang sebelumnya telah ditanami mikroorganisme sehingga agen antimikroba dapat berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasi adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan agar (Aziz, 2010).

b. Metode Dilusi

Metode dilusi (metode pengenceran) merupakan metode yang dilakukan dengan mengencerkan zat antimikroba dan dimasukkan kedalam tabung-tabung reaksi steril.Masing-masing tabung tersebut ditambahkan sejumlah mikroba uji yang telah diketahui jumlahnya. Pada interval tertentu, dilakukan pemindahan dari tabung reaksi ke dalam tabung-tabung berisi media steril kemudian diinkubasi dan


(46)

diamatipenghambatan pertumbuhan (Kusmiyati dan Agustini, 2007). Menurut Pratiwi (2008), metode dilusi dibedakan menjadi dua, yaitu dilusi cair (bruch dilution)dan dilusi padat (solid dilution).

2.6. Bakteri

Bakteri merupakan penghasil bermacam-macam zat organik dan obat-obatan antibiotik. Mikroorganisme memang peranan penting dalam menganalisis sistem enzim dan dalam mengalisis komposisi suatu makanan. Bakteri merupakan organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Bakteri rata-rata berukuran lebar 0,5 – 1 mikron dan panjang hingga 10 mikron (1 mikron - 103 mm). Untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi dengan zat warna, pewarna ini disebut pengecatan bakteri (Irianto, 2006)

Ada kalanya suatu bakteri perlu diwarnai dua kali. Setelah zat warna yang pertama (ungu) terserap, maka bakteri dicuci dengan alkohol, kemudian ditumpangi dengan zat warna berlainan, yaitu dengan zat warna merah. Zat warna tambahan terhapus, sehingga yang nampak adalah zat asli (ungu). Dalam hal ini bakteri disebut Gram Positif. Jika zat warna tambahan merah yang bertahan sehingga zat warna asli tidak tampak, dalam hal ini bakteri disebut Gram Negatif. Beberapa bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yang penting dan diketahui dapat menyebabkan kerusakan pangan dan keracunan pangan dan perbedaan gram positif dan gram negative dilihat pada table 2.1 (Irianto, 2006).


(47)

Tabel 2.1. Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dapat dilihat sebagai berikut (Fardiaz, 1992)

No. Sifat Perbedaan relatif

Bakteri gram (+) Bakteri gram (-)

1. Komposisi Kandungan lipid Kandungan lipid

dinding sel rendah(1-4%) (11-22%)

2. Ketahanan

terhadap Lebih sensitif Lebih tahan penisilin

3. Penghambatan

oleh pewarna Lebih dihambat Kurang dihambat basa (misalnya

violet Kristal)

4. Kebutuhan Kebanyakan Relatif sederhana nutrien spesies relative kompleks

5. Ketahanan

terhadap perlakuan Lebih tahan Kurang tahan

2.6.1.Bakteri Gram Positif Streptococcus Mutans

S. mutans pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clark pada tahun 1924. Klasifikasi

bakteri tersebut adalah sebagai berikut : Kingdom : Monera

Divisi : Firmicutes Class : Bacilli

Ordo : Lactobacillales Family : Streptococcaceae


(48)

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans (Anonim, 2012)

S. mutans tumbuh pada suhu 18-400C dalam suasana fakultatif anaerob, sehingga bakteri ini dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen. Ketika oksigen sudah tidak tersedia, maka respirasi bakteri ini yang mulanya aerob akan berubah menjadi anaerob, sehingga terjadi fermentasi fruktosa menjadi asam laktat yang mampu merusak gigi dan penyakit yang disebabkan adalah karies gigi, beberapa hal yang menyebabkan karies gigi bertambah parah adalah seperti gula, air liur, dan juga bakteri pembusuknya. Setelah memakan sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah sukrosa, dan bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi dilakukan, glikoprotein yang lengket ( kombinasi molekul protein dan karbohidrat) bertahan pada gigi untuk mulai pembentukan plak pada gigi bakteri S.mutans dapat dilihat pada gambar 2.7 (Gani, AB, 2006)

Gambar 2.8. Streptococcus Mutans

2.6.2. Bakteri Gram Negatif Pseudomonas aeruginosa

Berikut sistematika bakteri Pseudomonas aeruginosa (Dwidjoseputro, 1988) adalah sebagai berikut :

Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa : Pseudomonadales


(49)

Marga : Pseudomonas

Jenis : Pseudomonas aeruginosa

bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9. Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa dapat menginfeksi seseorang yang mengalami

gangguan pada sistem pertahanan tubuhnya, misalnya pada orang yang menderita luka bakar, pada orang yang mengalami gangguan metabolisme dan pada penderita yang mendapat pengobatan radiasi.Bakteri ini dapat menginfeksi hampir seluruh jaringan tubuh yang masuk melalui lesi lokal yang ada di permukaan tubuh. Selanjutnya akan memasuki pembuluh darah dan menyebar pada jaringan tubuh yang lain. Bakteri ini adalah bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 μm, tidak menghasilkan spora dan tidak dapat menfermentasikan karbohidrat.

Pada uji biokimia, bakteri ini menghasilkan hasil negatif pada uji indol, merah metil, dan voges - proskauer. Bakteri ini secara luas dapat ditemukan di alam, contohnya di tanah, air, tanaman, dan hewan. Pseudomonas aeruginosa adalah patogen oportunistik. Bakteri ini merupakan penyebab utama infeksi pneumonia nosokomial. Meskipun begitu, bakteri ini dapat berkolonisasi pada manusia normal tanpa menyebabkan penyakit. Ketika bakteri ini ditumbuhkan pada media yang sesuai, bakteri ini akan menghasilkan pigmen nonfluoresen berwarna kebiruan, piosianin. Pseudomonas aeruginosa memproduksi katalase, oksidase, dan amonia dari arginin (Pelczar, 1988).


(50)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat-alat - Alat Stahl

- GC-MS Shimadzu

- Gelas Erlenmeyer 250 mL Pyrex

- Gelas ukur 100mL Pyrex

- Bekker glass 100mL Pyrex

- Labu ukur 25 mL Pyrex

- Labu ukur 100 mL Pyrex

- Tabung reaksi Pyrex

- Labu destilasi 2000mL

- Pipet Volume Pyrex

- Bola Karet

- Hot Plate Cimarec2

- Panci

- Inkubator Fiber Scientific

- Jarum Ose - Syringe

- Batang pengaduk - Pinset

- Pipet Mikro Eppendorf

- Spatula - Botol Vial - Pipet tetes - Cawan petri - Bunsen


(51)

- Kain Kasa - Benang

- Jangka sorong - Aluminium foil

- Autoklaf Yamato SN20

- Fortex Fisons whirh mixer

- Kapas

- Neraca analitis Mettler AE 2000

- Spektrofotometer UV-Visible Spectronic 300

- Oven Fisher Scientific

- Lemaripendingin Toshiba

3.2. Bahan- bahan - Bungakemangi

- Na2SO4 Anhidrous p.a Merck

- Etanol p.a p.a Merck

- Dimetil sulfoksida (DMSO) p.a Merck

- Nutrien Agar (NA) p.a. Oxoid

- Muller Hinton Agar (MHA) p.a. Oxoid

- Nutrien Broth (NB) p.a. Oxoid

- Larutan Standart Mcfarland - Aquadest

- DPPH(2,2-diphenyl-1-picryl –hydrazil) p.a Aldrich - DMSO (dimetilsulfoksida) ` p.a Fisons - Pseudomonas Aeruginosa


(52)

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Penyediaan Sampel

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bungakemangi yang diperoleh dari daerah Padang Bulan Medan

3.3.2. Isolasi Minyak Atsiri Bunga Kemangi dengan Alat Destilasi Stahl Sebanyak 400 gram bunga kemangi segar dipotong kecil-kecil dan dimasukkan

kedalam labu alas 2000 mL ditambahkan aquadest sebanyak 500mL, dipasang pada alat penyuling Stahl, dan dididihkan selama ± 4-5 jam hingga minyak atsiri menguap sempurna. Destilat yang diperoleh merupakan campuran minyak dengan air. Kemudian lapisan minyak dipipet dan dimasukkan kedalam botol vial, ditambahkan Na2SO4anhidrous pada botol vial untuk mengikat air yang mungkin masih tercampur

dengan minyak atsiri dan disimpan dilemari pendingin 4oC, dalam botol dan ditutup rapat.Kemudiandidekantasi,minyak yang diperoleh dianalisa kandungan kimianya menggunakan alat GC-MS dan dilakukan uji aktivitas terhadap bakteri serta antioksidan.

3.3.3. Analisis Minyak Atsiri BungaKemangi dengan GC-MS

Cuplikan dimasukkan kedalam gerbang suntik pada sebuah alat GC-MS. Selanjutnya kondisi disesuaikan dengan kondisi dibawah ini kemudian diamati kromatogram yang dihasilkan oleh recorder dan mass recorder serta mass spektra masing-masing senyawa. Kondisi GC-MS yang di gunakan analisa minyak atsiri bunga kemangi seperti dibawah ini :

GCMS – QP2010S SHIMADZU

Kolom : AGILENT HP 5MS

Panjang : 30 meter


(53)

[GC-2010]

Column Oven Temperature : 100oC Injection Temperature : 290oC Injection Mode : Split Flow Control Mode : Pressure

Pressure : 13.7kPa

Total Flow : 60.0mL/min

Column Flow : 0.50 mL/min Linear Velocity :25.9 cm/sec

Purge Flow :3.0 mL/min

Split Ratio : 113

Equilibrium Time : 1.0min [GCMS-QP2010]

Ion Source Temperature : 250oC Interface Temperature :305oC Solvent Cut Time : 2.80min Detector Gain Mode : Relative Detector Gain : 0,00kV [MS]

Start Time : 3.00min

End time : 70min

ACQ Mode : Scan

Event Time : 0.50sec


(54)

Start m/z : 28

End m/z :600

3.3.4. Uji Sifat Antioksidan Minyak Atsiri Bunga Kemangi Dengan Metode DPPH

3.3.4.1.Pembuatan Larutan DPPH

Larutan DPPH 0,3mM dibuat dengan melarutkan 11,83 mg serbuk DPPH dalam etanol p.a dalam labu takar 100 ml, kemudian dihomogenkan

3.3.4.2.Pembuatan Variasi Minyak Atsiri BungaKemangi

Minyak Atsiri Bunga kemangi dibuat larutan induk 1000 ppm ; dengan melarutkan 0,025 g minyak atsiri dengan pelarut etanol p.a dalam labu takar 25 ml. Kemudian dari larutan induk dibuat larutan 100 ppm, dari larutan 100 ppm dibuat lagi variasi konsentrasi2,5, 5, 7,5 dan 10 ppm untuk uji aktivitas antioksidan

3.3.4.3.Uji Aktivitas Antioksidan

a. Uji AktivitasAntioksidan Larutan Blanko

Sebanyak 2,5 ml etanol absolute di tambahkan 1 ml larutan DPPH 0,3mM dalam tabung reaksi dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit pada ruang gelap. Setelah itu, diukur absorbansi dengan panjang gelombang maksimum 515 nm.

b. Uji Aktivitas Antioksidan Sampel

Sebanyak 0,6 ml Minyak atsiri bunga kemangi dengan konsentrasi 2,5 ppm ditambahkan 1 ml larutan DPPH 0,3 mM , dihomogenkan dan dibiarkanselama 30 menit. Setelah itu diukur absorbansi dengan panjang gelombang maksimum 515 nm. Dilakukan dengan perlakuan yang sama untuk konsentrasi 5, 7,5 dan 10 ppm.


(55)

3.3.5. Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Kemangi (Ocimum basilicum L)

3.3.5.1. Pembuatan Media Nutrien Agar (NA)

Sebanyak 7 g nutrient agar dimasukkan dalam erlenmeyer lalu dilarutkan dalam 250 ml aquades dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih. Lalu disterilkan di autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.

3.3.5.2. Pembuatan Media Agar Miring dan Stok Kultur Bakteri

Kedalam tabung reaksi yang steril dimasukkan 3 ml media nutrient agar steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi miring membentuk sudut 30-45º. Biakan bakteri Streptococcus Mutansdari strain utama diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasikanpadapermukan media nutrient agar miring dengan cara menggores,kemudiandiinkubasipadasuhu 35 ± 20C selama 18-24 jam. Hal yang sama juga dilakukan pada biakan bakteri Pseudomonas aeruginosa.

3.3.5.3. Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

Sebanyak 8 g serbuk Mueller Hinton Agar dimasukkan dalam Erlenmeyer lalu dilarutkan dalam 250 ml aquades dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih. Lalu disterilkan di autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.

3.3.5.4. Penyiapan Inokulum Bakteri

Sebanyak 3,25 g nutrient broth dilarutkan dengan 250 ml aquades dalam Erlenmeyer dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih, kemudian disterilkan di autoklaf 121ºC selama 15 menit dan didinginkan. Lalu koloni bakteri Streptococcus mutans diambil dari stok kultur menggunakan jarum ose steril kemudian disuspensikan ke dalam 10 ml media nutrient broth steril dalam tabung reaksi dan diinkubasikan pada suhu 35 ± 2oC selama ± 3 jam, lalu dibandingkan kekeruhannya dengan kekeruhan standar mcfarland. Hal yang sama juga dilakukan untuk koloni bakteri Pseudomonas


(56)

3.3.5.5. Pembuatan Variasi Konsentrasi Minyak Atsiri BungaKemangi (Ocimumbasiliccum L)

Minyak Atsiri dibuat dalam konsentrasi 10%, 20%, 30%(v/v). Minyak Atsiri masing-masing dipipet sebanyak 0,5 ml, 1 ml, dan 1,5 ml kemudian diencerkan dalam labu takar 5 ml ditambahkan dimetilsulfoksida (DMSO) hingga garis tanda kemudian dihomogenkan.

3.3.5.6.Uji Aktivitas Antibakteri Bunga Kemangi (Ocimumbasiliccum L)

Sebanyak 0,1 ml inokulum Streptococcusmutans dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media Mueller Hinton Agar sebanyak 15 ml dengan suhu 45 – 50oC dihomogenkan sampai media dan bakteri tercampur rata, kemudian dibiarkan sampai media memadat. Dimasukkan kertas cakram yang telah direndam dengan minyak atsiri bunga kemangi dengan berbagai konsentrasi kedalam cawan petri yang telah berisi bakteri , kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2oC selama 18-24 jam. Selanjutnya diukur diameter daerah hambat di sekitar larutan penguji. Dilakukan dengan cara yang sama terhadap bakteri Pseudomonas


(57)

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Isolasi Minyak Atsiri Bunga kemangi dengan Destilasi Stahl

Dimasukkan kedalam labu Stahl 2 liter Ditambahkan aquadest sebanyak 500 ml Dirangkai alat Stahl

Dipanaskan hingga keluar uap air bersama minyak

Dimasukkankedalambotol vial Ditambahkan Na2SO4 Anhidrous

Didekantasi

Diukur volumenya

400 gram BungaKemangi Segar yang telah dibersihkan

Lapisan Minyak Lapisan Air

Minyak Atsiri Residu


(58)

3.4.2. Uji Sifat Antioksidan Minyak Atsiri BungaKemangi dengan Metode DPPH

3.4.2.1. Pembuatan Larutan DPPH 0,3mM

Dimasukkan kedalam labu takar 100 ml Dimasukkan etanol p.a hingga garis batas dihomogenkan

11,83 mg DPPH


(59)

3.4.2.2. Pembuatan variasi Minyak Atsiri BungaKemangi

Dimasukkan dalam labu takar 25 ml Ditambahkan etanol p.a hingga garis tanda Dihomogenkan

Dipipet 2,5 ml larutan induk 1000 ppm Dimasukkan kedalam labu takar 25 ml Ditambahkan etanol p.a hingga garis tanda Dihomogenkan

Dibuat variasi konsentrasi 2,5, 5, 7,5 dan 10 ppm

dipipet 0,6ml dipipet 1.2ml dipipet 1,8 ml dipipet 2.5 ml dengan pipet dengan pipet dengan pipet dengan pipet volume volume volume volume

dimasukkan dimasukkan dimasukkan dimasukkan dalam labu dalam labu dalam labu dalam labu takar 25 ml takar 25 ml takar 25 ml takar 25 ml

ditambahkan ditambahkan ditambahkan ditambahkan etanol p.a etanol p.a etanol p.a etanol p.a hingga garis hingga garis hingga garis hingga garis batas batas batas batas

dihomogen dihomogen dihomogen dihomogen kan kan kan kan

0,025 gram Minyak Atsiri

25 mL Larutan Induk 1000

25 ml larutan induk 100 ppm

10 ppm 7.5ppm

5ppm 2.5ppm


(60)

3.4.2.3. Uji Aktivitas Antioksidan a. Uji Blanko

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 2,5 mL etanol p.a Dihomogenkan

Dibiarkan selama 30 menit pada ruang gelap Diukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum 515nm

b. Uji Minyak Atsiri

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 0.6 ml minyak atsiri 2.5 ppm Dihomogenkan

Dibiarkan selama 30 menit pada ruang gelap Diukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum 515nm

Dilakukan perlakuan yang sama terhadap variasi konsentrasi 5, 7.5, dan 10 ppm 1 mL larutan DPPH 0,3 mM

Hasil

Hasil


(61)

3.4.3. Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Atsiri BungaKemangi 3.4.3.1. Pembuatan Media Nutrien Agar (NA) Miring dan Stok Kultur

Bakteri

Dilarutkan dengan 250 mL aquadest dalam erlenmeyer Dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih

Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit

Dituangkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 3 ml Dibiarkan pada temperature kamar sampai memadat Pada posisi miring menbentuk sudut 30-45o

Diambil biakan bakteri Streptococcus Mutans dari strain utama dengan jarum oselalu digoreskan pada media NA yang telah

memadat

Diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35oC

Dilakukan perlakuan yang sama terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa 7 gram Media NA (Nutrien Agar)

Media NA (Nutrien Agar) Steril

StokkulturbakteriStreptococ


(62)

3.4.3.2. Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

dilarutkan dengan 250 ml aquadest dalam erlenmeyer dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit

8 gram Media Mueller Hinton Agar (MHA)


(63)

3.4.3.3.Penyiapan Inokulum Bakteri

Dilarutkan dengan 250 ml aquadest dalam erlenmeyer Dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit

Dimasukkan sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi

Diambil koloni bakteri Streptococcus Mutans dari stok kultur Bakteri dengan jarum ose

Disuspensikan kedalam media Nutrien Broth (NB) Diinkubasi pada suhu 35oC selama 3 jam

Dibandingkan kekeruhannya dengan standar Mcfarland

Dilakukan hal yang sama pada koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa 3 gram Media Nutrien Broth (NB)

Media NB Steril


(64)

3.4.3.4.Uji Aktivitas Antibakteri

Dimasukkan kedalam cawan petri

Ditambahkan 15 mL MHA dengan suhu 45-50oC

Dihomogenkan sampai media dan bakteri tercampur rata Dibiarkan sampai media memadat

Dimasukkan kertas cakram yang telah direndam blanko Dan minyak atsiri dengan pengenceran 10, 20, 30 (v/v) Kedalam cawan petri yang berisi bakteri

Diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35oC

Diukur diameter zona bening disekitar kertas cakram Dengan jangka sorong

0,1 ml Inokulum Bakteri


(65)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Penentuan Kadar Minyak Atsiri

Minyak atsiri bunga kemangi diperoleh dengan metode hidrodestilasi menggunakan alat Stahl. Proses ini dilakukan secara triplo. Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1

Tabel 4.1.Minyak Atsiri bunga kemangi yang diperoleh dengan Metode hidrodestilasi

Berat Sampel (g)

Hasil Perolehan (g)

Rata-rata Kadar (g) (%)

I II III

400 g 0,17 0,16 0,17 0,167 0,041

4.1.2. Hasil Analisa dengan GC-MS

Minyak atsiri yang dihasilkan secara hidrodestilasi dianalisis dengan Gas Chromatography – Mass Spectroscopy (GC-MS). Kromatogram GC dari bunga kemangi hasil hidrodestilasi adalah diperoleh 19 puncak senyawa ( gambar 4.1).


(66)

(67)

Tabel 4.2. Hasil Analisis GC-MS minyak atsiri Bunga Kemangi sesuai dengan standart library wiley

No Rumus

Molekul Kadar % Waktu Retensi( Menit) Puncak Fragmentasi

Senyawa yang Diduga

1 C8H14O 0,84 8,113 126, 108, 93, 71, 69, 43,

41

6 methyl 5 heptene 2 one

2 C10H16 1,08 10,190 136, 121, 105, 93, 79, 67,

43, 41,

1,3,6 Octatriene,3,7-dimethyl

3 C10H16 2,32 11,924 136, 121, 107, 93, 71, 69,

41

Alpha terpinolene

4 C10H16O 0,79 14,674 152, 137, 119, 109, 94,

81, 67, 43, 41

Limonene epoxide 5 C10H18O 0,54 14,984 136, 121, 107, 93, 81, 99,

43,41

Alpha terpineol

6 C10H18O 2,75 16,152 154,139, 121, 111, 93,

70, 69, 53, 41

Nerol 7 C10H16O 17,76 16,594 134, 119,109, 81, 69, 53,

41

Z-Citral 8 C10H18O 1,84 16,954 139, 123, 111, 93, 70, 69,

53, 41

Trans-geraniol

9 C10H16O 21,10 17,514 152, 137, 123, 109, 83,

69, 53, 41

2,6 Oktadienal 10 C10H12O2 8,24 20,107 164, 149, 131, 121, 103,

91, 77, 65, 55, 39

Eugenol 11 C12H2O2 0,48 20,225 136, 121, 107, 93, 80, 69,

43, 41

Geranyl Acetate

12 C15H24 0,44 21,145 197, 189, 175, 163, 147,

133, 121, 107, 93, 81, 68, 55, 41

Beta caryophylene

13 C11H14O2 1,31 21,368 178, 163, 147, 135, 115,

107, 91, 77, 65, 51, 39

Methyl Eugenol

14 C15H24 28,75 22,048 204, 189, 175, 161,147,

133, 119, 105, 93, 79, 69, 55, 41

Trans caryophyllene

15 C15H24 1,26 22,330 189, 161, 148, 135, 119,

107, 93, 79, 69, 55, 41

Trans-alpha-bergamotene

16 C15H24 1,87 22,914 204, 189, 161, 121, 107,

93, 80, 67, 53, 41

Alpha-Humulene

17 C15H24 2,25 23,642 204, 161, 133, 119, 105,

91, 81, 69, 55, 41

Germacrene

18 C15H24 5,76 25,122 204, 189, 161, 148, 136,

119, 109, 93, 79, 67, 55, 41

Beta salinene

19 C10H16O 0,67 26,302 205, 187, 161, 149, 135,

121, 109, 93, 79, 69, 41


(68)

Tabel 4.3 Senyawa utama (> 2%) Hasil Analisa GC-MS minyak atsiri bunga kemangi

No Rumus molekul

Kadar (%)

Nama Senyawa yang diduga

1 C15H24 28,75 Trans caryophyllene

2 C10H16O 21,10 2,6 Oktadienal

3 C10H16O 17,76 Z-Citral

4 C10H12O2 8,24 Eugenol

5 C15H24 5,76 Beta salinene

6 C10H18O 2,75 Nerol

7 C10H16 2,32 Alpha terpinolene

8 C15H24 2,25 Germacrene

4.1.3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Bunga Kemangi

Minyak atsiri bunga kemangi dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH radikal bebas untuk diperoleh nilai IC50 dengan dilakukan pengamatan secara

spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang maksimum 515 nm.

Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Absorbansi Minyak Atsiri bunga kemangi

Sampel Absorbansi % Peredaman

Blanko 0,880 -

2,5 ppm 0,837 4,88

5 ppm 0,831 5,57

7,5 ppm 0,829 5,80

10 ppm 0,825 6,25


(69)

Gambar 4.2. Grafik aktivitas antioksidan minyak atsiri bunga kemangi

4.1.4. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Kemangi

Hasil penelitian mengenai aktivitas antibakteri minyak atsiri Bunga Kemangi

(Ocimum basilicum L) terhadap Streptococcus mutans & Pseudoumonas aeruginosa

dilakukan dengan metode difusi agar. Sifat antibakteri minyak atsiri bunga kemangi menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri patogen yaitu

Streptococcus mutans & Pseudomonas aeruginosa

a. Streptococcus mutans b. Pseudomonas aureginosa

Gambar 4.3. Zona Hambat Minyak Atsiri bunga kemangi terhadap (a). S. mutans, (b). P.aureginosa

y = 0.537x + 1.816 R² = 0.685

0 1 2 3 4 5 6 7 8

0 2 4 6 8 10 12

%

P

e

re

d

a

m

a

n

Konsentrasi Konsentrasi vs % Peredaman


(70)

Hasil pengujian minyak atsiri bunga kemangi terhadap pertumbuhan bakteri gram positif Streptococcus mutans serta pertumbuhan bakteri gram negatif Pseudomonas

aeruginosa setelah diinkubasi 1 x 24 jam dapat dilihat pada tabel 4.7. Hasil

pengukuran diameter zona bening beberapa kultur bakteri oleh minyak atsiri Bunga kemangi

Tabel 4.5. Hasil Aktivitas Antibakteri dari Minyak Atsiri Bunga kemangi

Bakteri Diameter Zona Bening Minyak Atsiri (mm)

10 % 20% 30%

Streptococcus mutans 15,1 17,6 18,1

Pseudomonas aeruginosa - 8,7 9,8

4.2. Pembahasan

4.2.1. Minyak Atsiri dari Hasil Destilasi dengan Alat Stahl

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh minyak atsiri bunga kemangi (Ocimum basilicum L) rata – rata sebanyak 0,167 gram dari sebanyak 400 gr bunga kemangi. Jadi kadar minyak atsiri bunga kemangi adalah 0,041 % yang diperoleh dari perhitungan berikut :

% kadar minyak atsiri = ����� ������ ������

����� ����� ������� � 100% = 0,167 ����

400 ���� � 100%

= 0, 041 %

Minyak atsiri bunga kemangi yang diperoleh berwarna kuning. Kadar minyak astiri, berdasarkan hasil penelitian bunga kemangi ( Ocimum basilicum L ) didapatkan minyak atsiri sebanyak 0,041%. Kadar minyak atsiri tumbuhan dipengaruhi oleh kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, bagian organ yang disuling, perlakuan bahan sebelum ekstraksi, metode yang digunakan, perlakuan terhadap


(1)

Lampiran 3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan minyak atsiri bunga kemangi % peredaman = ������� −�������

������� � 100%

• Konsentrasi 2,5 ppm % peredaman = 0,880−0,837

0,880 �100% = 4,88 %

• Konsentrasi 5 ppm % peredaman = 0,880−0,831

0,880 �100%

= 5,57 % • Konsentrasi 7,5 ppm

% peredaman = 0,880−0,829

0,880 �100% = 5,80%

• Konsentrasi 10 ppm

% peredaman = 0,880−0,825

0,880 �100% = 6,25%


(2)

Peredaman radikal bebas oleh minyak atsiri bunga kemangi

Sampel Absorbansi % peredaman

Blanko 0,880 -

2,5 ppm 0,837 4,88

5 ppm 0,831 5,57

7,5 ppm 0,829 5,80

10 ppm 0,825 6,25

Lampiran 4. Perhitungan nilai IC50 Minyak atsiri Perhitungan nilai IC50 Minyak atsiri

X Y XY X2

0 0 0 0

2,5 4,88 12,2 6,25

5 5,57 27,85 25

7,5 5,80 43,5 56,25

10 6,25 62,5 100

∑�= 25 ∑ �= 22,5 ∑ ��= 146,05 ∑ �2= 187,5


(3)

= 167,76

312,5

= 0,537

b = (∑ �

2)(∑ �) –(∑ �) (∑ ��) � (∑ �2)−(∑ �)2

= (187,5)(22,5)− (25)(146,05) 5 (187,5)− (25)2

= 567,5

312,5

= 1,816

Jadi persamaan garis regresi Y = 0,5368X + 1,816 IC50

50 = 0,5368X + 1,816 0,5368X= 50 - 1,816 0,5368X = 48,184 X = 89,761 mg/L IC50 = 89,761 mg/L


(4)

Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH

Intensitas Nilai IC50

Sangat kuat < 50 mg/L

Kuat 50 – 100 mg/L

Sedang 101 – 150 mg/L

Lemah >150 mg/L

Lampiran 5. Perhitungan Nilai Koefisien Korelasi (r) dan Korelasi Ganda (R) Bunga Kemangi

X Y (X- X) (X- X)2 (Y- Y ) (Y- Y)2 (X-X) (Y-Y)

0 0,00 -5 25 -4,5 20,25 22,5

2,5 4,88 -2,5 6,25 0,38 0,1444 -0,95

5 5,75 0 0 1,07 1,1449 0

7,5 5,80 2,5 6,25 1,3 1.69 3,25

10 6,25 5 25 1,75 3,0625 8,75

Σ = 25 Σ = 22,5 Σ = 0 Σ = 62,5 Σ = 0 Σ = 26,2918 Σ = 33,55

X = Konsentrasi Y = % Peredaman


(5)

r = 33,55 [(62,5)(26,2918)]

1 2

r = 33,55

40,536

r = 0,8276 R2 = (0,8276)2

= 0,685


(6)

Lampiran 7. Alat Spektrofotometr UV-Visible


Dokumen yang terkait

Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Buah Kecombrang (Etlingera Elatior) Dan Uji Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Serta Ekstrak Air Dan Ekstrak Etanol Dengan Metode DPPH

1 28 71

Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Daun Bunga Tahi Ayam (Tagetes erecta L) Serta Uji Aktivitas Antibakteri Dan Antioksidan

19 135 115

Penentuan Komponen Senyawa/Minyak Atsiri Dan Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi N-Heksana, Etil Asetat Dan Metanol Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii)

2 89 68

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

0 4 18

ANALISIS KOMPONEN KIMIA, UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN UJI ANTIOKSIDAN MINYAK ATSIRI DAUN BUNGA TAHI AYAM (Tagetes Erecta L).

2 6 22

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum) DENGAN Aktivitas Antibakteri Kombinasi Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum) Dengan Kloramfenikol Atau Gentamisin Terhadap Salmonella Typhi.

0 2 13

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum) DENGAN KLORAMFENIKOL Aktivitas Antibakteri Kombinasi Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum) Dengan Kloramfenikol Atau Gentamisin Terhadap Salmonella Typhi.

0 1 14

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI ( Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli.

0 2 16

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI ( UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli.

0 2 16

ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN BARU CINA (Artemisia vulgaris L.) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN

0 0 13