Analisis Resiko Gempa RIWAYAT WAKTU PERCEPATAN SINTETIK SUMBER GEMPA SUBDUKSI UNTUK KOTA PADANG DENGAN PERIODE ULANG DESAIN GEMPA 500 TAHUN.

TeknikA 92 Pemodelan pada zona subduksi Sumatera dilakukan berdasarkan z ona rupture pada perairan barat Sumatera pada kejadian-kejadian gempa utama dan gempa susulan di tahun 1797, 1833, dan bentang pengamatan tahun 2000 sampai 2008. Magnituda maksimum diambil berdasarkan kejadian gempa Aceh 2004 yaitu sebesar M9,0. Sedangkan, p emodelan pada zona patahan Sumatera dilakukan dengan mengasumsikan kejadian gempa dengan M7,9 dapat terjadi dimana saja di sepanjang patahan. Permodelan pada zona patahan ini mengikuti segmen-segmen patahan berdasarkan hasil penelitian Sieh dan Natawidjaja 2000. Untuk memodelkan sumber gempa yang tidak terdefinisi dalam peta gempa maupun sumber gempa yang tercantum dalam peta gempa dengan magnitude yang relatif kecil, dipergunakan model grid berdasarkan pada nilai rate kejadian gempa yang diperhalus spatially smoothed seismicity dengan menggunakan model 2D dalam bentang radius 25 km dari tiap titik-titik lokasi tinjauan. Nilai magnitude maksimum untuk gempa-gempa dangkal ini diambil sebesar M6,5 dan nilai b-value diperkirakan sebesar 0,7. Gambar 3. Zona rupture pada perairan barat Sumatera: 1797, 1833, dan 2000 - 2008 Rich Briggs, 2007 Gambar 4. Segmentasi pada patahan Sumatera Sieh dan Natawidjaja, 2000 . Tabel 1. Pembagian segmen pada patahan Sumatera dan nilai slip-ratenya Segmen Slip rate Segmen Slip rate mmtahun mmtahun Sunda 11 Sumani 11 Semangko 11 Sianok 11 Kumering 11 SumpurBarumun 23 Manna 11 Toru 27 Musi 11 Renun 27 Ketaun 11 Tripa 27 Dikit 11 Aceh 27 Siulak 11 Seulimeum 27 Suliti 11 Gambar 5. Pemodelan sumber gempa

3.3 Fungsi Atenuasi

Beberapa fungsi ateunasi telah dipublikasikan oleh sejumlah peneliti berdasarkan rekaman percepatan gempa yang pernah terjadi dan kondisi site lokasi kajiannya. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada fungsi atenuasi yang penelitiannya dikhususkan pada kondisi geologi dan seismotektonik untuk wilayah Indonesia, sehingga dalam analisis resiko gempa yang dilakukan, digunakan fungsi atenuasi yang diperoleh dari wilayah lain yang memiliki kemiripan tektonik dan geologi dengan wilayah Indonesia. Fungsi atenuasi yang dipakai pada studi ini adalah persamaan yang dikemukakan oleh R.R.Young et al 1997 untuk jenis sumber gempa pada area subduksi dan persamaan yang dikemukakan oleh R.R. Boore et al 1997 untuk jenis gempa strike slip pada area shallow crustal.

4. Analisis Resiko Gempa

Analisis resiko gempa dimulai dengan mengembangkan model matematik yang akan digunakan untuk memperkirakan kemungkinan kejadian gempa dalam level skala magnitude atau intensitas tertentu pada interval periode ulang untuk suatu daerah tertentu. Analisis ini menghasilkan parameter desain seismik seperti percepatan 95 o 100 o 105 o 5 o -5 o o 110 o Megathrust Benioff Shallow Crustal U TeknikA 93 maksimum dan kecepatan maksimum yang dapat terlampaui untuk probabilitas serta periode ulang tertentu. Pada makalah ini, percepatan gempa di batuan dasar diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan dengan metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis menggunakan program EQRISK yang telah dimodifikasi. Probabilitas bahwa suatu ground motion a melebihi suatu nilai tertentu a dihitung untuk suatu potensi gempa pada suatu lokasi sumber gempa tertentu dan kemudian dikalikan dengan probabilitas bahwa suatu gempa dengan magnitude tertentu akan terjadi pada lokasi tersebut. Dengan mengasumsikan bahwa magnitude M dan jarak R adalah variabel acak independen yang kontinus, maka probabilitas terlampaui dapat dituliskan dalam bentuk integrasi persamaan berikut : ∫ ∫ ≥ ≥ = M R r R m M r m a a a a drdm f f P P , ; ....1 dimana : f M = fungsi distribusi dari magnituda. f R = fungsi distribusi dari jarak. , ; r m a a P ≥ = probabilitas berkondisi dari intensitas a yang sama atau lebih besar dari intensitas a di suatu lokasi dengan kekuatan gempa M dan jarak sumber R yang diperoleh dari fungsi ateunasi. Jika site yang ditinjau berada dalam suatu daerah dengan beberapa sumber gempa N s dimana setiap sumber memiliki rate untuk threshold magnitude sebesar ] . exp[ o m v β α − = , maka total kejadian gempa terlampaui untuk daerah tersebut adalah ; . 1 a a P a a i Ns i ≥ = ≥ ∑ = ν λ .............................. 2 Periode ulang dari parameter gerakan tanah terlampaui adalah sebanding dengan perbandingan terbalik dari kejadian gempa tahunan. Hasil akhir dari PSHA diekspresikan dalam bentuk parameter- parameter probabilitas terlampaui gerakan tanah Mm untuk suatu periode desain P t tahun = 1 – e λM . t , kejadian gempa tahunan λ M dan periode ulang desain T R . Logic tree digunakan untuk menentukan pembobotan pada masing-masing parameter yang dipergunakan dan untuk untuk mengatasi nilai ketidak-pastian pada analisis resiko gempa dengan menggunakan metode probabilitas. Gambar 6. Formulasi Logic tree untuk sumber gempa Subduksi Gambar 7. Formulasi Logic tree untuk sumber gempa Shallow Crustal Gambar 8 memperlihatkan hasil perhitungan resiko gempa berupa spektral percepatan SA di batuan dasar pada lokasi kajian untuk suatu periode ulang pada beberapa perioda spektral. Untuk periode ulang 500 tahun di wilayah Padang didapatkan peak ground acceleration PGA di batuan dasar sebesar 0,3 g, SA untuk T= 0,2 detik sebesar 0,69 g, dan SA untuk T= 1,0 detik sebesar 0,26 g. 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 500 1000 1500 2000 2500 Periode Ulang tahun S p ek tr a l P er ce p a ta n g T = 0,0 detik T = 0,2 detik T = 1,0 detik Gambar 8. Spektral percepatan di batuan dasar pada lokasi kajian untuk periode ulang tertentu Recurance Model Maximum Magnitude Attenuation function Entropy Density 0,5 Least Square 0,5 Boore 1997 Shallow Crustal 1,0 1,0 1,0 Mmax Mmax Recurance Model Maximum Magnitude Attenuation function Entropy Density 0,5 Least Square 0,5 Young 1997 Subduksi 1,0 1,0 1,0 Mmax Mmax TeknikA 94 Deaggregasi seismik dengan menggunakan program EQRISK yang telah penulis modifikasi memper- lihatkan sumber gempa yang memberikan kontribusi terbesar yang berada pada kisaran jarak dan magnituda rata-rata tertentu. Informasi jarak dan magnituda tersebut merupakan bagian informasi pemilihan kriteria riwayat waktu dengan karakteristik yang mendekati kondisi yang diinginkan. - 5 5 - 1 1 - 1 5 1 5 - 2 2 - 2 5 2 5 - 3 3 - 3 5 3 5 - 4 4 - 4 5 4 5 - 5 5.0 - 5.5 6.0 - 6.5 7.0 - 7.5 8.0 - 8.5 9.0-9.5 0.00E+00 2.00E-05 4.00E-05 6.00E-05 8.00E-05 1.00E-04 JARAK KM M w 5.0 - 5.5 5.5 - 6.0 6.0 - 6.5 6.5 - 7.0 7.0 - 7.5 7.5 - 8.0 8.0 - 8.5 8.5 - 9.0 9.0-9.5 a SA untuk T=0,2 detik - 5 5 - 1 1 - 1 5 1 5 - 2 2 - 2 5 2 5 - 3 3 - 3 5 3 5 - 4 4 - 4 5 4 5 - 5 5.0 - 5.5 6.0 - 6.5 7.0 - 7.5 8.0 - 8.5 9.0-9.5 0.00E+00 2.00E-05 4.00E-05 6.00E-05 8.00E-05 1.00E-04 1.20E-04 JARAK KM M w 5.0 - 5.5 5.5 - 6.0 6.0 - 6.5 6.5 - 7.0 7.0 - 7.5 7.5 - 8.0 8.0 - 8.5 8.5 - 9.0 9.0-9.5 b SA untuk T=1,0 detik Gambar 9. Deaggregasi M w dan R untuk sumber gempa Subduksi pada periode ulang 500 tahun

5. Riwayat Waktu Percepatan Sintetik