PENDAHULUAN FENOMENA ESTRUS DOMBA BETINA LOKAL PALU YANG DIBERI PERLAKUAN HORMON FSH | Ridwan | AGROLAND 1893 5520 1 PB

294 J.Agroland 13 3 : 294 - 298, September 2006 ISSN : 0854 – 641X FENOMENA ESTRUS DOMBA BETINA LOKAL PALU YANG DIBERI PERLAKUAN HORMON FSH Oleh : Ridwan 1 ABSTRACT The research aims to know and give information regarding effect of FSH hormone to estrus phenomena of ewe local Palu. The research use 8 ewe local Palu and 2 local Palu sheep as stud, which is divided into 2 groups, the group with treatment of FSH hormone and the group without treatment of FSH hormone. Qualitative data obtained in this research has been analyzed by using descriptive method. Quantitative data has been statistically analyzed by using T test. The statistics results shows that both sheep groups with treatment of FSH hormone and without treatment of FSH hormone have significant effect P0,05 towards estrus period. However, estrus performance of sheep with treatment of FSH hormone is higher than sheep without treatment of FSH hormone. Key word : Hormone, estrus, local sheep ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang pengaruh pemberian hormon FSH terhadap fenomena estrus domba betina lokal Palu. Penelitian ini menggunakan 8 ekor domba betina lokal dan 2 ekor domba jantan lokal sebagai pengusik dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan hormon FSH dan kelompok tanpa perlakuan hormon. Data kualitatif gejala estrus hasil pengamatan dianalisa secara deskriptif, data kuantitatif lama estrus dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji T. Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan yang nyata P0,05 antara ternak yang mendapat hormon FSH dan yang tidak mendapat hormon terhadap lama estrus. Penampakan gejala estrus lebih jelas terlihat pada ternak yang mendapatkan hormon FSH daripada ternak yang yang tidak mendapatkan hormon. Kata kunci : Hormon, estrus, domba lokal.

I. PENDAHULUAN

Domba lokal Palu dapat hidup dan berkembang biak pada kondisi padang penggembalaan Lembah Palu yang kering dan panas dengan kualitas dan kuantitas pakan yang rendah Duma dan Syukur, 2000. Namun, harus diakui bahwa dari aspek produktivitas khususnya performa reproduksi masih rendah. Hasil penelitian dilaporkan bahwa persentase kebuntingan domba lokal Palu yang diinduksi estrus pada kondisi lapangan hanya 62,5 Duma dkk., 2001, dengan tipe kelahiran semuanya tunggal dan selang beranak yang panjang sekitar 1-2 tahun Hamsun dkk., 1998. Inseminasi Buatan IB merupakan salah satu metode yang umum digunakan dalam rangka perbaikan mutu genetik dan peningkatan populasi ternak. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan IB adalah ketepatan deteksi estrus. Tapi pelaksanaannya pada domba sering mengalami hambatan yaitu kesulitan dalam melakukan pengamatan gejala estrus sehingga sangat sulit menentukan kapan waktu yang tepat untuk inseminasi. Sementara estrus yang secara fisiologis merupakan masa subur, waktunya relatif singkat, yaitu pada domba rata-rata 30 jam Blakely dan Bade, 1998, atau hingga 36 jam dengan waktu ovulasi 12 sampai 24 jam sebelum akhir estrus. Domba memiliki siklus estrus yang pendek dengan rata-rata 16 sampai 17 hari Toelihere, 1985. Pada ternak domba, fase estrus sulit dilihat secara eksterior karena ternak ini lebih menunjukkan sikap diam, sehingga sulit untuk dideteksi aktifitas reproduksinya, domba betina hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda estrus yang tampak dari luar, kecuali bahwa domba betina itu akan tetap tinggal diam saja bila dinaiki rekannya Blakely dan Bade, 1985, domba betina yang estrus akan mendekati pejantan, menggoyang-goyangkan ekornya. Domba betina tersebut tidak mensekresikan lendir selama estrus Toelihere, 1985. 1 Staf Pengajar pada Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. 295 Banyak jenis hormon yang telah digunakan guna memudahkan pengamatan estrus pada domba seperti hormon estrogen ataupun progesteron. Tapi penggunaan hormon yang berfungsi untuk mendewasakan dan mematangkan folikel yang nantinya akan menghasilkan estrogen belum banyak dilakukan pada domba. FSH termasuk hormon glico- protein karena mengandung asam amino dan karbohidrat. FSH mempunyai waktu paruh biologis yang pendek. Oleh karena itu penyuntikan berulang kali ganda FSH sangat diperlukan untuk merangsang pertumbuhan folikel Sonjaya, 2002. Efektifitas FSH untuk multi ovulasi pada domba Suffolk lebih baik dibandingkan penggunaan PMSG Amstrong dkk., 1983 dalam Sonjaya, 2002. Fungsi utama dari FSH Follicle Stimulating Hormone adalah untuk merangsang pertumbuhan folikel ovarium. Bersamaan dengan tumbuhnya folikel, tumbuh pula teca interna yang merupakan komponen dari folikel. Semakin tebal lapisan teca interna semakin banyak estrogen yang disekresikan dalam darah, karena teca interna adalah sel-sel yang menghasilkan estrogen. Jika folikel de Graff mancapai kebesarannya yang optimal untuk ovulasi maka sel-sel teca interna mencapai maksimum. Pada saat ini produksi estrogen mencapai puncaknya dan efek biologisnya terlihat maksimum pula Partodihardjo,1992. Menurut Pineda dan Bowen 1989 dalam Najamudin 1998, estrogen mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah merubah sifat sekresi yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Estrogen berpengaruh pada otak yang ada hubungannya dengan tingkah laku estrus. Estrogen juga mengontrol perubahan pada alat kelamin betina, pada uterus merubah aktivitas metabolismenya, kesemuanya itu guna mempersiapkan uterus untuk menerima ovum dan spermatozoa. Efek biologik maksimal dari estrogen ditandai oleh terlihatnya tingkah laku hewan betina estrus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan informasi tentang pengaruh pemberian hormon FSH terhadap fenomena estrus domba betina lokal Palu.

II. BAHAN DAN METODE