dalam Pasal 37 Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 51 maka terhadap setiap pelaku usaha perkebunan yang melakukan perbuatan melanggar
hukum wajib membayar ganti kerugian kepada Daerah atau masyarakat yang dirugikan, sesuai dengan tingkat kerusakan atau kerugian yang
diakibatkan atau ditimbulkannya, untuk biaya rehabilitasi kerusakan dan kompensasi kerugian.
2 Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administrasi dan ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 44
1 IUPB, IUPP atau IUP yang diterbitkan Bupati tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan Peraturan Perundangundangan.
2 IUPB, IUPP atau IUP sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib dibatalkan oleh pemberi izin.
BAB X PENANGANAN KONFLIK PERIZINAN USAHA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Pasal 45
1 Penanganan konflik perkebunan dimaksudkan untuk mendapatkan kepastian hukum bagi para pihak, sehingga dapat menjamin
keberlangsungan usaha perkebunan dan kesejahteraan masyarakat. 2 Sasaran yang ingin dicapai dari penanganan konflik perkebunan yaitu
terpenuhinya kepentingan para pihak di perkebunan secara berkeadilan. 3 Apabila terjadi konflik yang mengakibatkan terjadinya gangguan usaha
perkebunan, maka Gubernur atau Bupati wajib menyelesaikannya. 4 Bupati sesuai kewenangannya wajib membentuk tim terpadu dalam
penanganan konflik di Kabupaten. 5 Tim terpadu penanganan konflik terdiri dari unsurunsur InstansiBadan
vertikal dan horizontal, kelembagaan profesi, dan asosiasi usaha perkebunan.
6 Mekanisme penanganan konflik sebagaimana dimaksud pada ayat 4 diatur lebih lanjut dengan peraturan Bupati sesuai kewenangannya.
BAB XI PENYIDIKAN
Pasal 46
1 Selain Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Repubik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang perkebunan juga diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undangundang tentang Hukum
Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perkebunan.
2 Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berwenang untuk :
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang perkebunan;
b. melakukan pemanggilan terhadap seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau sebagai saksi dalam tindak pidana di
bidang perkebunan; c. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang
diduga melakukan tindak pidana di bidang perkebunan; d. memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan
pengembangan perkebunan; e. melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana
di bidang perkebunan; f.
meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang perkebunan;
g. membuat dan menanda tangani berita acara; dan h. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang
adanya tindak pidana di bidang perkebunan. 3 Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
memberitahukan dimulainya penyidikan dan melaporkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui Pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
BAB XII KETENTUAN PIDANA