Pengelolaan Perikanan Tuna Sirip Kuning (Thunnus Albacares) Dengan Menggunakan Rumpon Di Perairan Kaur Provinsi Bengkulu

PENGELOLAAN PERIKANAN TUNA SIRIP KUNING
(Thunnus albacares) DENGAN MENGGUNAKAN RUMPON DI
PERAIRAN KAUR PROVINSI BENGKULU

ALI MUQSIT

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Pengelolaan Perikanan Tuna
Sirip Kuning (Thunnus albacares) dengan menggunakan Rumpon di Perairan
Kaur Provinsi Bengkulu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Ali Muqsit
NIM C451140101

RINGKASAN
ALI MUQSIT. Pengelolaan Perikanan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares)
dengan menggunakan Rumpon di Perairan Kaur Provinsi Bengkulu. Dibimbing
oleh ROZA YUSFIANDAYANI dan MULYONO S. BASKORO.
Ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) merupakan salah satu komoditi
unggulan dari sektor perikanan, dan merupakan salah satu jenis sumberdaya yang
melimpah di kawasan perairan Samudera Hindia. Ikan tuna sirip kuning ditangkap
menggunakan berbagai macam alat tangkap seperti purse seine, long line dan pole
and line, dalam pengoperasiannya juga dibantu alat bantu penangkapan seperti
rumpon.
Penelitian ini dilakukan di perairan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu,
penelitian ini bertujuan sebagai dasar pengelolaan sumberdaya ikan tuna sirip
kuning berbasis rumpon di wilayah perairan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek biologi ikan tuna
menggunakan analisis isi lambung (stomach content), hubungan panjang berat,

tingkat kematangan gonad, dan informasi pola musim penangkapan. Aspek teknis,
dan sosial menggunakan hasil wawancara langsung dengan nelayan. Aspek
ekonomi menggunakan beberapa analisis seperti analisis pendapatan usaha (π),
analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis payback period (PP),
analisis net present value (NPV), analisis internal rate of return (IRR), serta analisis
net benefit-cost ratio (Net B/C).
Hasil penelitian menunjukkan potensi perikanan tuna sirip kuning (Thunnus
albacares) di Kabupaten Kaur tinggi dan layak untuk dikembangkan. Aspek biologi
perikanan tuna di Kaur masih menunjukkan trend positif atau meningkat setiap
tahunnya. Berdasarkan aspek teknis masih perlu adanya pengembangan di sektor
armada penangkapan dan pengaturan tata letak rumpon, dari aspek sosial tingkat
kesejahteraan dan pemanfaatan lokasi penangkapan masih tergolong baik.
Berdasarkan aspek ekonomi usaha perikanan tuna layak secara ekonomis karena
NPV>0, Net B/C >1, IRR> 14, dan PP 0,
Net B / C> 1, IRR> 14, and PP 1 nmil), tetapi ikan tersebut hanya mengetahui arah menuju
FADs dan tidak mengetahui jarak ke FADs tersebut. Berdasarkan beberapa hasil
penelitian rumpon yang diacu Dagorn et al. (2000b) dalam Yusfiandayani (2004)
menyatakan bahwa radius area pengaruh FADs berkisar 4 – 7 nmil (7–13 km)
(Holland et al. 1990; Cayré 1991) and (Hilborn and Medley 1989; Kleiber and
Hampton 1994).

Menard et al. (2000b) dan Dagorn et al. (2000a) menyatakan bahwa ikan tuna
kecil yang berasosiasi dengan FADs akan mengurangi aktivitas renangnya
dibandingkan dengan yang berada di laut terbuka sehingga lebih mudah untuk
ditangkap. Lebih lanjut Menard et al. (2000b) menyatakan bahwa pemanfaatan
rumpon secara besar-besaran akan merubah pola migrasi dan pertumbuhan ikan,
yang berpengaruh pada produksi dan distribusi geografis. FADs mempunyai
keterbatasan pengaruh langsung terhadap ekosistem, sehingga pemanfaatannya
yang intensif dapat berpengaruh negative pada yield per – recruitment. Hasil
penelitian Josse et al. (2000b) dengan menggunakan perangkat akustik sebanyak 16
kali ulangan menunjukkan bahwa schooling ikan tuna kecil pada strata kedalaman
10 – 50 meter merupakan area dengan kepadatan dan jumlah schooling terbesar
pada jarak horizontal kurang dari 200 meter (0,0 – 0,1 nmil) dari FADs yang
kemudian terus menurun dengan nilai kepadatan minimum ditemukan antara 0,5 –
0,6 nmil dari FADs.

10

3 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 – Januari 2016. Pengambilan

data dilakukan di perairan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Adapun lokasi
penelitian, dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta lokasi penelitian
Bahan
Bahan penelitian sekaligus sebagai obyek dalam penelitian ini adalah ikan
tuna sirip kuning yang ditangkap dan didaratkan di Kabupaten Kaur.
Alat
Peralatan yang digunakan meliputi alat tangkap pancing boya dan anco, alat
tulis, kamera, GPS, meteran gulung, rol meter, timbangan, gelas ukur, peta lokasi
penangkapan.

11
Pengumpulan Data
Aspek biologi
Pengumpulan data dengan cara observasi langsung/obeservasi partisipatif
adalah cara pengambilan data dan mengamati sesuatu secara langsung (Sugiyono
2011). Aspek biologi ikan, diantaranya sampel organ lambung dari sumberdaya
ikan tuna. serta alat ukur lainnya seperti meteran, timbangan, alat tulis, kamera
digital, kertas label. Pengumpulan data dengan observasi langsung meliputi

stomach content, hubungan panjang berat, tingkat kematangan gonad dan pola
musim ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares). Data selengkapnya
Tabel 1 Pengumpulan data aspek biologi
No Parameter Biologi
1
Stomach content (isi
lambung)
2
Hubungan PanjangBerat
3
Tingkat Kematangan
Gonad
4
Pola musim ikan tuna
sirip kuning

Uraian
Jumlah, frekuensi
kejadian, volumetrik
dan indeks preponderance.

Data hasil tangkapan

Alat dan bahan
Timbangan, rol
meter, Alat bedah,
gelas ukur, formalin
10 % dan aquades,
data hasil tangkapan
dan microsoft excel.

Aspek teknis
Data aspek teknis penangkapan didapatkan dengan cara melakukan
pengukuran langsung terhadap kapal nelayan dan alat tangkap yang melakukan
operasi penangkapan disekitar rumpon.
Tabel 2 Pengumpulan data aspek teknis
No
1

Parameter teknis
Dimensi alat tangkap


2

Dimensi kapal

3

Alat bantu penangkapan
rumpon

Uraian
Ukuran dan material
yang digunakan
Pengukuran
panjang, lebar dan
dalam kapal
Pelampung, tali
pelampung, jarak
atraktor dan
pemberat.


Alat dan Bahan
Rol meter, alat
tulis

Aspek sosial
Data aspek sosial didapatkan dengan cara melakukan wawancara langsung ke
nelayan dengan menggunakan kuesioner, dimana wawancara dilakukan dengan
metode snow ball sampling kepada nelayan tuna Kabupaten Kaur.

12
Aspek ekonomi
Kegiatan penangkapan ikan tidak lepas dalam mencari keuntungan. Analisis
finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Pengumpulan data
aspek ekonomis dilakukan terhadap unit penangkapan pancing tuna untuk
mengetahui biaya investasi, operasional, dan perawatan kapal, alat dan alat bantu
penangkapan, adapun pendataan parameter ekonomis dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Pengumpulan data aspek ekonomi
NO
1


Parameter Ekonomis
Biaya Investasi

2

Biaya Perawatan

3

Biaya Operasional

4

Pendapatan per trip

5

Pendapatan per tahun


Uraian
Besarnya
biaya
investasi
yang
dikeluarkan untuk armada, alat tangkap
dan alat bantu penangkapan
Besarnya biaya perawatan yang
dikeluarkan untuk armada, alat tangkap
dan alat bantu penangkapan
Besarnya biaya operasional yang
dikeluarkan untuk armada, alat tangkap
dan alat bantu penangkapan
Besarnya biaya per trip yang
dikeluarkan untuk armada, alat tangkap
dan alat bantu penangkapan
Besarnya biaya per tahun yang
dikeluarkan untuk armada, alat tangkap
dan alat bantu penangkapan
Analisis Data

Analisis Biologi

Hubungan Panjang-Berat Hasil Tangkapan
Untuk menganalisis hubungan panjang-berat digunakan rumus sebagai
berikut (Effendie 1997):
W = a Lb
dengan:
W
= berat (gram)
L
= panjang (mm)
a
= intersep (perpotongan kurva hubungan panjang-berat dengan sumbu-y)
b
= pendugaan koefisien hubungan panjang-berat
Nilai b yang diperoleh digunakan untuk menduga kedua parameter yang
dianalisis, dengan hipotesis :
a. B = 3 menunjukkan bahwa pola pertumbuhan panjang sama dengan pola
pertumbuhan berat atau isometric,
b. B ≠ 3 menunjukkan bahawa pola pertumbuhan panjang tidak sama ddengan
pola pertumbuhan berat atau allometrik
Bila b > 3 : pertambahan berat lebih cepat (allometrik positif)
Bila b < 3 : pertambahan panjang lebih cepat (allometrik negatif)

13
Mengetahui konstata-konstanta tersebut, persamaan tersebut perlu
ditransformasi menjadi bentuk log, sehingga menjadi:
Log W = log (a.Lb)
Log W = log a + Log Lb
Log W = log a + b Log L
Mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi dengan Log W
sebagai ‘y’ dan Log L sebagai ‘x’, maka didapatkan persamaan regresi:
y = a + bx
Hasil dari perhitungan hubungan panjang-berat, lalu diintepretasikan.
Bilamana nilai b sama dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak
berubah bentuknya. Pertambahan panjang ikan seimbang dengan
pertambahanberatnya. Pertumbuhan demikian merupakan pertumbuhan isometrik.
Sedangkan apabila n lebih besar atau lebih kecil dari 3 dinamakan pertumbuhan
allometrik. Apabila harga b kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus
dimana pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya. Apabila
harga b lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu montok, pertambahan berat lebih
cepat dari pertambahan panjangnya (Effendie, 1997). Lebih lanjut menurut (Afiati,
2005), kesimpulan dari nilai yang diperoleh divalidasi menggunakan uji statistik
sederhana dengan selang kepercayaan 95%, untuk mengetahui penyimpangan dari
pola pertumbuhan isometrik atas variabel-variable yang diperbandingkan, sebagai
berikut.
Hipotesis:
Ho terima
= tidak berbeda nyata (p > 0,05)
Ho tolak
= berbeda nyata (p < 0,05)
tobs(n-1)df = (b – β)
Serror dari b
dengan,
tobs
= t hitung
b
= nilai b yang didapat dari hasil regresi
β
= nilai koefisien panjang-berat = 3
Serror = standar eror
Keeratan hubungan antara panjang dan berat ikan ditunjukkan oleh koefisien
korelasi (r) yang diperoleh. Nilai r mendekati 1 menunjukkan hubungan antara dua
peubah tersebut kuat dan terdapat korelasi yang tinggi, akan tetapi apabila r
mendekati 0 maka hubungan keduanya sangat lemah atau hamper tidak ada
(Walpole 1995).
Stomach content
Analisis terhadap isi lambung ikan dilakukan untuk mengetahui kebiasaan
makan (food habits) ikan tuna sirip kuning (thunnus albacares), analisis ini
dilakukan dalam beberapa tahap, diantaranya sebagai berikut: Ikan yang diambil isi
lambungnya merupakan ikan hasil tangkapan pada bulan September sebanyak 10
lambung dan 20 lambung pada bulan Januari 2016, Lambung ikan yang diambil
lalu dimasukkan ke dalam plastik ukuran 5 kg yang didalamya sudah diberi larutan

14
formalin, gunanya untuk mengawetkan dan menghindari proses degradasi makanan
di dalam lambung ikan, karena pengamatan dilakukan di laboratorium. Lambung
dibuka, isinya lalu ditimbang kemudian dipisahkan menurut jenisnya. Tujuannya
untuk mengetahui pola kebiasaan makanan (food habits) ikan tuna sirip kuning
(Thunnus albacares), selain diamati keragaman jenis makanan dan jumlahnya, dari
data yang didapatkan kemudian dihitung dengan metode analisis frekuensis
kejadian, metode volumetrik dan kemudian juga dilakukan dengan analisis Index of
Preponderance (Ii).
Taunay (2012) menyatakan cara mengukur frekuensi kejadian dengan
mencatat tiap-tiap isi lambung ikan sehingga isi lambung terbagi menjadi dua
golongan yaitu lambung berisi dan lambung kosong, dengan rumus:
FK=
Dimana :
FK = Frekuensi kejadian
Ni = Jumlah total satu jenis organisme
I = Total lambung berisi







%

Metode volumetrik adalah salah satu metode yang bertujuan untuk mengukur
makan ikan berdasarkan volume makanan yang terdapat di dalam lambung ikan.
% Volume =
%i
I

%�




%

= Volume total satu macam organisme dalam persen
= Total lambung yang berisi.

Persamaan rumus Index of Preponderance berdasarkan Effendie (1997),
sebagai berikut.
�� � �
%
Ii = ∑ �� � � �

dengan,
Vi
= persentase volume satu macam makanan
Oi
= persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
Σvi Oi = jumlah Vi x Oi dari semua macam makanan
Ii
= Index of Preoponderance

Tingkat Kematangan Gonad
Analisis terhadap tingkat kematangan gonad dilakukan terhadap hasil
tangkapan yang didapat selama pengoperasian alat tangkap pancing ulur di sekitar
rumpon. Tingkat kematangan gonad diamati secara morfologi berdasarkan bentuk,
warna, ukuran, bobot gonad, serta perkembangan isi gonad. Penentuan tingkat
kematangan gonad mengacu kepada tingkat kematangan gonad ikan (Effendie
1997) dapat dilihat pada Tabel 4.

15
Tabel 4 Pembagian tingkat kematangan gonad
TKG
I. Tidak Matang
(Immature)

Betina
Ovari seperti benang,
panjangnya sampai ke
depan rongga tubuh, serta
permukaannya licin.

Jantan
Testes seperti
benang,warna jernih,
dan ujungnya terlihat
di rongga tubuh.

II. Sedang Matang
(Maturing)

Ukuran ovari lebih besar.
Warna ovari kekuningkuningan, dan telur belum
terlihat jelas.
Ovari berwarna kuning dan
secara morfologi telur
mulai terlihat.

Ukuran testes lebih
besar pewarnaan
seperti susu.

III. Matang
(Mature)

IV. Siap Pijah
(Ripe)

V. Pijah (Spent)

Ovari makin besar, telur
berwarna kuning, mudah
dipisahkan. Butir minyak
tidak tampak, mengisi 1/22/3 rongga perut.
Ovari berkerut, dinding
tebal, butir telur sisa
terdapat didekat pelepasan.

Permukaan testes
tampak bergerigi,
warna makin putih
dan ukuran makin
besar.
Dalam keadaan
diawet
mudah putus, testes
semakin pejal.
Testes bagian
belakang
kempis dan dibagian
dekat pelepasan
masih berisi.

Pola Musim Ikan Tuna Sirip Kuning
Penentuan pola musim ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) di
Kabupaten Kaur digunakan data sekunder dan data primer, dimana data yang
didapatkan berupa data jumlah hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning dari tahun
2013, 2014, dan 2015, kemudian data yang didapatkan diolah dalam Microsoft
Excel.
Analisis Teknis
Data aspek teknis merupakan data sekunder perkembangan alat tangkap dan
produksi yang didapat dari instansi terkait di lokasi penelitian. Data aspek teknis
penangkapan (dimensi kapal, dimensi alat tangkap, dan rumpon), didapatkan
dengan cara melakukan pengukuran langsung terhadap kapal nelayan yang
melakukan operasi penangkapan di sekitar rumpon dengan menggunakan alat ukur
meteran gulung 50 meter dengan ketelitian 2 mm, dan penggaris kaliper ketelitian
1 mm. Posisi rumpon direkam menggunkan GPS (Global Positioning System).

16
Analisis Sosial
Pendekatan yang dilakukan untuk menganalisis aspek sosial dari
penangkapan pancing tuna dengan menganalisis tingkat kesejahteraan dari nelayan
pancing boya di Kabupaten Kaur.
Analisis Ekonomi
Kelayakan usaha dilakukan untuk mengkaji keuntungan (profitability) atau
kerugian dari suatu usaha. Ada dua macam analisis yang digunakan yaitu analisis
usaha (pendapatan usaha, payback period, dan analisis berimbang antara
penerimaan dan biaya) (Djamin 1984 dalam Nurdin 2011), dan analisis kriteria
investasi (net present value, internal rate of return dan net benefit cost - rasio)
(Kadariah et al. 1999).
Analisis pendapatan usaha �)
Analisis ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan mengetahui besarnya
keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha (Djamin 1984).
� = TR - TC

dimana:

= Keuntungan
TR
= Total penerimaan
TC
= Total biaya
dengan kriteria:
Jika TR > TC, maka usaha mendapatkan keuntungan
Jika TR = TC, maka usaha berada dalam titik impas
Jika TR < TC, maka usaha mengalami kerugian
Net Present Value (NPV)
NPV adalah benefit total yang diterima selama umur proyek (umur teknis
usaha) yang disetarakan dengan nilai saat ini. NPV diperoleh dari selisih antara
present value dari benefit dan biaya.


��� = ∑
�=1

dimana:
Bt = benefit dari suatu proyek pada tahun ke-i;
Ct = biaya dari suatu proyek pada tahun ke-i;
i = tingkat suku bunga yang berlaku;
n = umur ekonomis proyek.
dengan kriteria:
Jika NPV ≥ 0, usaha layak dijalankan
Jika NPV < 0, usaha tidak layak dijalankan


+�

17
Net benefit-cost ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih
terhadap NPV total dari biaya bersih, dengan persamaan sebagai berikut:


Net B/C =


+�


�=1




�=1

�− �
1+�

Keputusan berdasarkan atas kriteria berikut:
Jika Net B/C _ 1, usaha layak dijalankan
Jika Net B/C < 1, usaha tidak layak dijalankan
Internal Rate of Return (IRR)
Analisis IRR merupakan tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu
proyek, jika setiap benefit bersih yang diwujudkan ditanam kembali dalam tahun
berikutnya (Kadariah et al. 1999).
IRR = i’ +

�−



dimana :
i’ = nilai percobaan pertama untuk discount rate;
i”= nilai percobaan ke-dua untuk discount rate;
NPV’ = net present value pertama;
NPV” = net present value kedua.

�′

� ′′ − �′

Keputusan berdasarkan atas kriteria berikut:
Jika IRR ≥ tingkat suku bunga berlaku, usaha layak dijalankan
Jika IRR < tingkat suku bunga berlaku, usaha tidak layak dijalankan
Analisis Payback Period (PP)
Payback period merupakan investasi suatu proyek yang didasarkan pada
pelunasan biaya investasi oleh keuntungan bersih dari proyek (Djamin 1984).
Payback period dimaksudkan untuk mengetahui perkiraan jangka waktu
pengembalian modal atau investasi suatu usaha, dalam hal ini usaha perikanan tuna
berbasis rumpon di lokasi penelitian (Nurdin 2011).

�� = � �ℎ �

dimana:
I = investasi
B = benefit

18

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum Perikanan Kabupaten Kaur
Secara geografis Kabupaten Kaur terletak antara 103O 4’ 8,76” – 103O 46’
50,12” BT dan 4O 15’ 8,21” – 4O 55’ 27,77” LS. Secara administrasi Kabupaten
Kaur berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan di bagian Utara, Kabupaten
OKU Selatan Provinsi Sumatera Selatan di bagian Timur, Kabupaten Pesisir Barat
Provinsi Lampung di bagian Selatan, dan Samudera Indonesia di bagian Barat. Luas
wilayah dari kabupaten kaur sebesar 2.369,05 Km2, terdiri dari 15 Kecamatan 4
kelurahan dan 191 desa (Bappeda 2016).
Sebagian besar penduduk Kabupaten Kaur bekerja di sektor perkebunan,
pertanian, dan perikanan. Sektor perikanan kabupaaten kaur merupakan salah satu
sektor andalan bagi Kabupaten Kaur, dimana potensi perairan dari kabupaten kaur
ialah komoditi unggulan seperti ikan tuna sirip kuning, tongkol, cakalang, marlin,
gurita. Produksi laut setiap tahunnya mengalami peningkatan produksi yang
signifikan. Adapun produksi perikanan tangkap Kabupaten Kaur dirinci
berdasarkan Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Produksi ikan di Kabupaten Kaur
No
1
2
3
4
5
6
7
Ju